TINJAUAN PUSTAKA
4
1. Kolostrum yang dikeluarkan dari hari pertama sampai hari ketiga dan
keempat.
2. ASI Peralihan yang dikeluarkan dari hari keempat sampai kesepuluh
3. ASI Matur yang dikeluarkan pada hari kesepuluh dan seterusnya.
2.3.1 Kolostrum
Selama beberapa hari sesudah melahirkan kelenjar payudara mengeluarkan
sedikit cairan agak kental berwarna kekuningan yang dinamai kolostrum. Dua hari
setelah melahirkan, volume kolostrum bertambah hingga jumlahnya kurang lebih 30
ml sehari. Volume ini selanjutnya meningkat akibat penghisapan puting susu.8
Warna kekuningan dari kolostrum disebabkan kandungan karoten yang relatif
lebih tinggi. Kolostrum memiliki kandungan energi yang relatif lebih rendah, protein
lebih tinggi, serta karbohidrat dan lemak lebih rendah daripada ASI yang dproduksi
selnajutnya. Kolostrum juga memiliki kandungan mineral natrium, kalium dan
klorida yang lebih tinggi dari ASI. Kolostrum juga mengandung zat antibodi yang
berasal dari ibu, yang sangat penting bagi bayi karena sistem imun bayi belum
berkembang dengan baik hingga beberapa bulan kedepan.8
5
didalamnya. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI merupakan satu-
satunya makanan yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan.8
2.4 Komposisi ASI
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan garam
garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai
makanan utama bayi. ASI mengandung lebih dari 200 unsur pokok utama antara lain
zat putih telur, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon,
enzim, zat kekebalan dan sel darah putih, dimana semua zat ini terdappat secara
proposional dan seimbang satu dengan yang lainnya.3
Komposisi zat gizi yang terdapat dalam ASI antara lain sebagai berikut:
1. Karbohidrat
ASI mengandung laktosa sebagai karbohidrat utama. Selain sebagai sumber
kalori, laktosa juga berperan dalam meningkatkan penyerapan kalsium dan
merangsang pertumbuhan laktobasilus bifidus yang berperan dalam
mengahambat pertumbuhan mikroorganisme di saluran pencernaan.6
2. Protein
Protein pada ASI lebih baik daripada protein pada susu formula, karena
protein yang terdapat pada ASI lebih mudah dicerna, selain itu ASI juga
mengandung sistin dan taurin yang tidak terdapat pada susu formula. Sistin
dan taurin diperlukan untuk pertumbuhan somatik dan otak.6
3. Lemak
Lemak merupakan sumber kalori utama bagi bayi dan sumber vitamin yang
larut dalam lemak (A, D, E dan K), sebanyak 50% kalori ASI berasal dari
lemak. Walaupun kadar lemak pada ASI lebih tinggi namun lemak pada ASI
mudah diserap oleh bayi dibandingkan susu formula. Lemak yang terdapat
pada ASI terdiri dari kolesterol dan asam lemak essensial yang sangat penting
untuk pertumbuhan otak.6
4. Mineral
Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalium, kalsium, fosfor, klor
dan natrium. Mineral dalam ASI berupa besi, tembaga dan mangan hanya
terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit. ASI juga mengandung mineral-
6
mineral seng, magnesium, alumunium, yodium, kronium, selenium, dan fluor
dalam jumlah yang sangat sedikit. Komposisi mineral total ASI relatif
konstan. Boleh dikatakan tidak ada hubungan antara asupan mineral ibu
dengan kandungan mineral ASI.8
5. Vitamin
ASI mengandung cukup vitamin yang dibutuhkan bayi seperti Vitamin K,
Vitamin D dan Viatamin E.6
7
3. Mempunyai efek psikologis
Kontak langsung antara ibu dan bayi ketika terjadi proses menyusui dapat
menimbulkan efek psikologis sehingga membangun pendekatan ibu dan
bayinya, karena selama proses menyusui bayi merasakan kehangatan tubuh
ibu dan dapat mendengar detak jantung ibu yang sudah dikenalnya sejak
dalam rahim. Hal ini sangat penting untuk perkembangan psikis dan emosi
bayi.6
4. Meningkatkan kecerdasan
Selain mengandung AA dan DHA yang dibutuhkan bagi perkembangan otak
bayi, proses pemberian ASI yang lancar memungkinkan asupan gizi yang
optimal sehingga membantu perkembangan sistem saraf otak yang berperan
meningkatkan kecerdasan bayi.
5. Mengurangi kejadian karies gigi
Kejadian karies gigi lebih banyak ditemukan pada bayi yang menggunakan
susu formula. Hal ini disebabkan adanya kebiasaan menyusui dengan botol
sebelum tidur akan menyebabkan kontak gigi dengan sisa susu formula
menjadi lebih lama sehingga asam yang terbentuk akan menyebabkan
kerusakan pada gigi.6
6. Memperkecil resiko perdarahan setelah melahirkan
Ibu yang menyusui akan mengalami peningkatan kadar hormon oksitosin
yang berguna untuk mempercepat penutupa pembuluh darah sehingga
perdarahan akan lebih cepat terhenti. Jika resiko perdarahan dapat diperkecil
maka resiko anemia kekurangan zat besi juga dapat diperkecil dan angka
kematian ibupun dapat diturunkan.6
7.
Ekonomis
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya untuk
membeli susu formula dan peralatannya sampai bayi berumur 6 bulan. Hal ini
dapat mengurangi biaya tambahan dan akan menghemat pengeluaran rumah
tangga dan biaya pengobatan penyakit yang disebabkan oleh dampak negatif
penggunaan susu formula.8
8.
Penundaan kehamilan
8
Denngan menyusui secara eksklusif dapat menunda haid dan kehamilan,
sehingga dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah sementara yang
secara umum dikenal sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL). MAL harus
memenuhi tiga kriteria yaitu: tidak haid, menyusui secara eksklusif dan umur
bayi kurang dari 6 bulan.6
9
Gencarnya promosi tentang susu formula serta kurangnya pengetahhuan ibu
tentang ASI menyebabkan tidak sedikit ibu yang beranggapan bahwa susu
formula sama baiknya atau bahkan lebih baik daripada ASI. Padahal tidak ada
satu alasanpun bagi ibu untuk lebih memilih susu formula dibandingkan ASI
karena begitu banyak manfaat dan kelebihan ASI dibandingkan susu formula
baik dari sisi kesehtan bayi, kesehatan ibu, ataupun dari sisi ekonomi.6
5. Kekhawatiran tubuh ibu menjadi gemuk
Ibu biasanya beranggapan bahwa nafsu makan ibu menyusui lebih besar
dibandingkan ibu yang tidak menyusui sehingga timbul kekhawatiran berat
badannya akan meningkat. Pendapat ini idaklah benar seluruhnya karena
produksi ASI tidak hanya terjadi pada pascapersalinan tetapi telah
dipersiapkan timbunan lemak yang akan dipergunakan selama proses
menyusui, dengan demikian perempuan yang tidak menyusui malah akan
lebih sulit untuk menghilangkan timbunan lemak ini.6
10
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Dengan adanya pengetahuan akan
menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi sikap mereka.10
Teori green dan kreuter (2005) menyebutkan ada tiga faktor yang
mempengaruhi suatu perilaku kesehatan, yaitu:
a. Faktor predisposisi (predisposing factors) yaitu faktor yang menjadi
dasar atau motivasi terjadinya perilaku yang meliputi pengetahuan,
sikap, nilai, keyakinan dan kepercayaan.
b. Faktor pemungkin (Enabling factors) adalah faktor yang memungkinkan
untuk terjadinya perubahan perilaku atau lingkungan yang
memungkinkan motivasi atau kebijakan direalisasikan. Faktor ini
mencakup ketersediaan sumber daya kesehatan, keterjangkauan sumber
daya kesehatan, prioritas dan komitmen masyarakat/pemerintah terhadap
keterampilan yang berkaitan dengan kesehatan.
c. Faktor penguat (reinforcing factors) adalah faktor yang dapat
memberikan rangsangan atau penghargaan /dukungan dan cukup
berperan untuk terjadinya suatu perilaku yaitu dari keluarga, teman
sebaya, guru, majikan, petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan
pengambilan keputusan.
2. Paritas
Paritas adalah jumlah kehamilan yang menghasilkan janin yang mampu
hidup diluar janin. Semakin anak banyak anak yang dilahirkan akan
mempengaruhi produktivitas ASI karena berhubungan dengan status kesehatan
ibu. Pikiran, perasaan dan sensasi seorang ibu sangat mempengaruhi
peningkatan atau penghambat pengeluaran oksitosin yang sangat berperan
dalam pengeluaran ASI3.
Jumlah ASI pada wanita setiap kali melahrkan berbeda atau mengalami
perubahan sesuai jumlah anak yang dilahirkan. Jumlah perubahan produksin
ASI tersebut adalah sebagai berikut:11
a. Anak pertama : jumlah ASI kurang lebih 580ml/24jam
b. Anak kedua : jumlah ASI kurang lebih 654ml/24jam
c. Anak ketiga : jumlah ASI kurang lebih 602ml/24jam
11
d. Anak keemapat : jumlah ASI kurang lebih 600ml/24jam
e. Anak kelima : jumlah ASI kurang lebih 506ml/24jam
f. Anak keenam : jumlah ASI kurang lebih 524ml/24jam
3. Pendidikan
Pendidikan adalah segala upaya yang direncanakan untuk
mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok dan masyarakat sehingga
mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Tingkat
pendidikan seseorang akan membantu orang tersebut untuk lebih mudah
menangkap dan memahami suatu nformasi. Mereka yang berpendidikan tinggi
akan berbeda dengan mereka yang berpendidikan rendah. Tingkat pendidikan
seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat dalam mengadopsi
pengetahuan baru khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemberian ASI
eksklusif.10
Pendidikan orangtua yang lebih baik, akan memungkinkan ia dapat
menerima segala informasi yang berkaitan dengan cara pengasuhan dan
perawatan anak termasuk dalam pemberian ASI.11
4. Motivasi
Motivasi merupakan salah satu mekanisme bagaimana perilaku
terbentuk dan mengalami proses perubahan. Motivasi berarti dorongan yang
timbul dari dalam diri seseorang yang secara sadar atau tidak sadar sehingga
membuat orang berperilaku untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Ibu-ibu harus dibangkitkan kemauan dan kesediannya menyusui
anaknya, terutama sebelum melahirkan. Apabila nilai menyusui hendak
ditingkatkan pada masyarakat, maka pengertian tentang menyusui harus
ditanamkan pada anak-anak gadis sejak usia muda, bahwa menyusui anak
merupakan bagian dari tugas biologi seorang ibu. Di daerah perkotaan, sasaran
yang harus diberi pendidikan adalah para gadis remaja. Di daerah pedesaan,
pendidikan harus diarahkan untuk tujuan mencegah kekurangan gizi dan diare.
5. Sikap
Selain pengaruh pengetahuan tentang ASI, pendidikan dan motivasi ibu,
faktor lain yang dapat berpengaruh adalah sikap ibu terhadap ASI. Sikap
12
merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu
stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.10
6. Pekerjaan
Bekerja selalu dijadikan alasan tidak memberikan ASI eksklusif pada
bayi karena ibu meninggalkan rumah sehingga waktu pemberian ASI pun
berkurang. Akan tetapi seharusnya seorang ibu yang bekerja tetap memberi ASI
secara eksklusif kepada bayinya dengan pengetahuan yang benar tentang
menyusui, perlengkapan memerah ASI dan sukungan lingkungan kerja.11
Status pekerjaan berpeluang mempengaruhi ibu dalam memberika ASI
eksklusif. Adanya kecendrungan para ibu mencari nafkah menjadi penyebab
gagalnya pemberian ASI. Meningkatnya partisipasi angkatan kerja perempuan
yang antara lain disebabkan tuntutan ekonomi, menyebabkan sebagian keluarga
tidak dapat mempertahankan kesejahteraannya hanya dari satu sumber
pendapatan. Masuknya perempuan dalam kerja sedikit banyak mempengaruhi
peran ibu dalam mengasuh anak.11
13
Menurut green, perilaku terbentuk karena faktor pendorong yang
terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain,
yang merupakan referansi dari perilaku masyarakat.10
Sebagai seorang yang dipercayai ibu-ibu dalam mengatasi masalah bayi,
tenaga kesehatan hendaknya memberikan nasehat kepada ibu permulaan
menyusui, agar dapat mengukuhkan kepercayaan dirinya atas kesanggupan
menyusui dan bersikap mendukung penilaian bahwa menyusui adalah suatu
fungsi alamiah yang sempurna.10
3. Dukungan keluarga
Dukungan keluarga adlaah faktor pendukung yang pada prinsipnya
adalah suatu kegiatan baik bersifat emosional maupun psikologis yang
diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI. Seorang ibu yang tidak
pernah mendapatkan nasihat atau penyuluhan tentang ASI dari keluarganya
dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui bayinya sendiri.10
14
2) Meminta hak untuk tidak memberikan asupan apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir.
3) Meminta hak untuk bayi tidak ditempatkan terpisah
4) Melaorkan pelanggaran-pelanggaran kode etik WHO terhadap pemasaran
pengganti ASI
5) Mendukung ibu menyusui dengan membuat tempat keja yang memiliki
fasilitas ruang menyusui
6) Menciptakan kesempatan agar ibu dapat memerah ASI dan atau menyusui
bayinya ditempat kerja
7) Mendukung ibu untuk memberikan ASI kapanpun dan dimanapun
8) Menghormati ibu menyusui ditempat umum
9) Memantau pemberian ASI dilingkungan sekitar
10) Memilih fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan yang
menjalankan 10 LKMK
15