Tuberkulosis (TB) dikenal sebagai pembunuh utama di antara penyakit infeksi bakterial di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang, bersifat aerob dan tahan asam. Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan merupakan negara dengan penderita kelima terbanyak di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria. Tuberkulosis paru menyerang 9,4 juta orang dan telah membunuh 1,7 juta penduduk dunia setiap tahunnya, Meskipun strategi kontrol kasus TB paru cukup berhasil, World Health Organization (WHO) menduga pengendalian TB paru makin dipersulit dengan peningkatan jumlah penderita diabetes melitus (DM). Hubungan antara TB paru dan DM sebenarnya sudah dilaporkan sejak tahun 1000 M Tahun 1883, dokter berkebangsaan Amerika Windle melakukan autopsy terhadap 333 jenazah penderita DM hasilnya pada lebih dari 50% ditemukan TB paru. Saat ini telah diketahui kasus TB paru di antara 454 penderita risiko penderita DM untuk mengalami TB paru sebesar 4,7 kali lipat. Hubungan antara TB dan DM telah lama diketahui karena pada kondisi diabetes terdapat penekanan pada respon imun penderita yang selanjutnya akan mempermudah terjadinya infeksi oleh mikrobakteri Mycobacterium tuberculosis dan kemudian berkembang menjadi penyakit tuberkulosis. Pasien dengan diabetes memiliki risiko terkena tuberkulosis sebesar 2-3 kali lipat dibandingkan dengan orang tanpa diabetes. Interaksi antara penyakit kronik seperti TB dengan DM perlu mendapatkan perhatian lebih lanjut karena kedua kondisi penyakit tersebut seringkali ditemukan secara bersamaan yaitu sekitar 42,1%, terutama pada orang dengan risiko tinggi menderita TB. Diabetes mellitus telah dilaporkan dapat mempengaruhi gejala klinis TB serta berhubungan dengan respons lambat pengobatan TB dan tingginya mortalitas. Peningkatan reaktivasi TB juga telah dicatat pada penderita DM. Sebaliknya juga bahwa penyakit tuberkulosis dapat menginduksi terjadinya intoleransi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pada pasien dengan DM, namun akan mengalami perbaikan dengan pengobatan anti TB (OAT). Pemeriksaan radiologis merupakan langkah awal untuk menentukan keparahan dan penatalaksanaan apa yang mungkin dilakukan untuk memperbaiki keadaan tersebut. Pemeriksaan radiologis juga dapat menunjukkan adanya perbedaan antara TB paru primer tanpa penyakit penyerta atau TB paru primer dengan penyakit penyerta yaitu salah satu nya Diabetes Militus. Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto thoraks dan CT scan thoraks dapat mendeteksi karakteristik dari TB paru dengan DM.