PENGERING PADI
skripsi
oleh
Ninik Rahayu
4150407027
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Saya menyatakan bahwa dalam isi skripsi ini tidak terdapat karya yang
dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dirujuk
Ninik Rahayu
NIM 4150407027
ii
PENGESAHAN
disusun oleh
Ninik Rahayu
4150407027
telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA UNNES pada
Panitia:
Ketua Sekretaris
Ketua Penguji
iii
MOTTO
3. Cogito ergo sum Aku berpikir maka aku ada (Rene Descartes).
4. We are the champion my friend... an well keep on fighting till the end
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini untuk sebuah gelar S.Si, capaian untuk menggapai mimpi-mimpi yang
lebih tinggi, persembahan untuk mereka yang kucintai karena-Nya, dan mereka
1. Bapak dan Ibuku tercinta, atas semua kasih sayang dan motivasi sepanjang
nafasku berhembus
memberi motivasi
5. Nita, Endah, Indah, ani, Anis, Tenis, Wita, Meita, Ian, Mas Susi, Mas Fajar,
kenyamanan ketika aku belajar, tetapi juga membuka mataku betapa indahnya
kebersamaan
7. Almamater.
v
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
skripsi ini sebagai syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh penulis untuk
dan dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Negeri Semarang.
4. Drs. St. Budi Waluya, M.Si, Ph.D Pembimbing Utama yang telah memberikan
7. Anak Matematika 2007 yang telah memberikan dorongan dan motivasi hingga
vi
Penulis sadar dengan apa yang telah disusun dan disampaikan masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu penulis menerima segala kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
Semarang,
Penulis
vii
ABSTRAK
Rahayu, N. 2011. Model Perpindahan kalor pada Mesin pengering padi. Skripsi,
Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Utama Dr. St. Budi Waluya,
M.S. dan Pembimbing Pendamping Drs. Wuryanto, M.Si.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN .............................................................................................. ii
MOTTO........................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN............................................................................................. v
PRAKATA ..................................................................................................... vi
ix
2.4. Konsep Turunan Kedua Fungsi Real .............................................. 17
LAMPIRAN .................................................................................................. 78
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.2. Aliran Konduksi Kalor pada Balok Tiga Dimensi ...................... 29
Gambar 4.3. Analisis Konduksi Kalor Tiga Dimensi dalam Koordinat Tabung 33
Gambar 4.4. Plot Solusi Model Keadaan Steady dengan Variasi Nilai Awal Fungsi
Gambar 4.5. Plot Solusi Model Keadaan Steady dengan Variasi Nilai Awal Fungsi
Gambar 4.6. Plot Solusi Model Persamaan Kalor pada Keadaan Steady dengan
100 ................................................................................................. 58
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Plot Solusi Model Perpindahan Kalor Pada Keadaan Steady ...... 78
Lampiran 2. Plot Solusi Model Perpindahan Kalor Pada Keadaan Unsteady ... 81
Lampiran 3. Plot Solusi Model pada Keadaan Steady dengan Variasi Nilai Awal
xii
BAB I
PENDAHULUAN
berkembang sejak jaman Isaac Newton dan Leibnitz dan hingga saat ini memiliki
peran yang besar serta banyak diterapkan pada berbagai bidang ilmu seperti fisika,
variabel tak bebas dengan satu atau beberapa variabel bebas lainnya. Melalui
variabel yang sebelumnya masih kurang jelas akan menjadi semakin mudah
suatu model tentang fenomena dari suatu sistem yang ada di dunia nyata
merupakan suatu cara yang sering ditempuh guna membantu mencari solusi dari
1
2
sebagai turunan) diketahui atau dipostulatkan. Ini terlihat misalnya pada masalah
perpindahan kalor.
Kalor merupakan bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan
naik/turun atau wujud benda berubah. Dalam dunia kalor di kenal masalah
perpindahan kalor yang dapat digunakan untuk menentukan perubahan suhu dan
termal dari suhu panas ke suhu yang lebih dingin. Ketika sebuah objek
mempunyai suhu yang berbeda dibandingkan dengan lingkungan atau objek lain,
transfer energi panas, juga dikenal sebagai aliran panas, atau pertukaran panas,
termal; ini berarti bahwa lingkungan berada pada suhu yang sama. Perpindahan
panas selalu terjadi dari temperatur yang lebih tinggi ke temperatur yang lebih
dingin seperti yang dijelaskan oleh hukum kedua termodinamika atau pernyataan
sehari hari maupun dalam bidang industri, misalnya memasak air, proses radiasi,
kain dan lain lain. Misalnya pada proses pengeringan padi, ilmu perpindahan
kalor sangat penting pada proses ini. Hal ini dikarenakan cuaca yang tidak
menentu sehingga proses pengeringan padi tidak dapat dilakukan secara manual.
Untuk petani partai besar proses pengeringan padi dengan menggunakan mesin
3
sangat efektif dikarenakan dapat menghemat waktu dan meningkatkan harga jual
padi.
waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang diinginkan ini dapat
fisik dan geometris bila fungsi yang terlibat tergantung pada dua atau lebih
peubah bebas. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hanya sistem fisik yang
mekanika fluida dan mekanika padat, transfer panas, teori elektromagnetik dan
fungsi yang memenuhi persamaan diferensial tersebut. Artinya, jika fungsi itu dan
waktu untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suhu yang
mengeringkan padi sampai kadar air dalam padi berkurang secara maksimal,
untuk mengeringkan padi sampai kadar air dalam padi berkurang secara
maksimal jika mesin dalam keadaan steady (suhu konstan terhadap waktu)
3) bagaimana simulasi solusi model persamaan kalor pada mesin pengering padi
perpindahan panas pada mesin pengering padi yang berbentuk tabung dimana
mesin dalam keadaan steady (suhu konstan terhadap waktu) dan unsteady (suhu
5
mengeringkan padi sampai kadar air dalam padi berkurang secara maksimal
jika mesin dalam keadaan steady (suhu konstan terhadap waktu) dan
Penulisan skripsi disusun dalam tiga bagian utama, yaitu bagian awal,
Bagian awal skripsi terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini memuat gambaran singkat tentang isi skripsi dan membahas tentang
dalam memahami isi skripsi. Bab ini terdiri dari persamaan diferensial biasa,
persamaan diferensial parsial, kalor, konsep turunan kedua fungsi real, persamaan
Metode penelitian berisi tentang proses atau langkah penelitian. Bab ini
BAB IV : PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi permodelan persamaan kalor dan solusi persamaan kalor
BAB V: PENUTUP
Bab ini berisi tentang simpulan dan saran yang diperoleh dari pembahasan.
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka sebagai acuan untuk memberikan
informasi tentang buku dan literatur lain yang digunakan dalam penulisan skripsi
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Definisi
fungsi yang tidak diketahui (variabel terikat) adalah fungsi dari variabel bebas
tunggal. Dalam bentuk paling sederhana fungsi yang tidak diketahui ini adalah
fungsi riil atau fungsi kompleks, namun secara umum bisa juga berupa fungsi
vector maupun matriks. Lebih jauh lagi, persamaan diferensial biasa digolongkan
berdasarkan orde tertinggi dari turunan terhadap variabel terikat yang muncul
Dimana adalah fungsi dalam dua variable yang diberikan. Sebarang fungsi
interval disebut solusi. Pada persamaan diferensial biasa order satu, untuk
sebarang fungsi tidak terdapat metode umum yang dapat dipakai untuk
8
9
(Waluya, 2006).
pencairan atau pemekata suatu cairan, masalah suku bunga bank, masalah
Persamaan yang mengandung satu atau lebih turunan parsial suatu fungsi
(yang diketahui) dengan dua atau lebih peubah bebas dinamakan persamaan
berbagai masalah fisik dan geometris bila fungsi yang terlibat tergantung pada dua
atau lebih peubah bebas. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa hanya sistem
fisik yang paling sederhana yang dapat dimodelkan dengan persamaan diferensial
biasa mekanika fluida dan mekanika padat, transfer panas, teori elektromagnetik
persamaan diferensial biasa. Peubah-peubah bebas dapat berupa waktu dan satu
dalam hal ini adalah konstanta, adalah waktu, adalah koordinat Kartesius
(Awang)
Contoh :
Penyelesaian :
Tulis ,
Jadi dan
Diperoleh , dengan , 0
cos 2 sin 2
11
sin cos
Jelas 0 0 0
0 cos 0
cos 0
Solusi ,
1
2 2 1 2 1
, cos cos sin
(Strauss,1992)
2.3. Kalor
2.3.1. Definisi
Kalor adalah bentuk energi yang berpindah dari suhu tinggi ke suhu
rendah. Jika suatu benda menerima / melepaskan kalor maka suhu benda itu akan
1 kalori adalah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram air sebesar
1C.
Kapasitas kalor (H) adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan oleh zat untuk
zat:
. .
= kapasitas kalor
= kenaikan/penurunan suhu
= massa benda
= kalor jenis
.
13
= massa benda
= kalor laten (kalor lebur, kalor beku. kalor uap,kalor embun kalor sublim, kalor
lenyap)
Jadi kalor yang diserap ( ) atau yang dilepas ( ) pada saat terjadi perubahan
wujud benda tidak menyebabkan perubahan suhu benda (suhu benda konstan ).
Perpindahan kalor adalah transisi energi termal dari suhu panas ke suhu
yang lebih dingin. Ketika sebuah objek mempunyai suhu yang berbeda
dibandingkan dengan lingkungan atau objek lain, transfer energi panas, juga
dikenal sebagai aliran panas, atau pertukaran panas, terjadi sedemikian rupa
sehingga tubuh dan sekitarnya mencapai kesetimbangan termal; ini berarti bahwa
lingkungan berada pada suhu yang sama. Perpindahan panas selalu terjadi dari
temperatur yang lebih tinggi ke temperatur yang lebih dingin seperti yang
2004).
2.3.2.1. Konduksi
. . /
/ = gradien temperatur /
14
= koefisien konduksi
= luas penampang
= panjang benda
2.3.2.2. Konveksi
. .
= koefisien konveksi
= kenaikan suhu
2.3.2.3. Radiasi
elektromagnetik.
. .
= intensitas/energi radiasi yang dipancarkan per satuan luas per satuan waktu
Benda yang dipanaskan sampai pijar, selain memancarkan radiasi kalor juga
.
15
kalor dengan cara konduksi diusulkan oleh ilmuwan Perancis, J. B. J. Fourier pada
tahun 1882. Hubungan ini menyatakan bahwa , laju aliran kalor dengan cara
konduksi dalam suatu bahan sama dengan hasil kali tiga besaran berikut :
2) , luas penampang bahan (kalor mengalir dengan cara konduksi yang harus
dari titik yang bersuhu lebih tinggi ke titik yang bersuhu lebih rendah, maka aliran
kalor akan menjadi positif bila gradien suhu bernilai negatif., sehingga persamaan
Di mana laju pembangkitan kalor per volume satuan dan suhu pada umumnya
Laju konduksi kalor yang masuk ke dalam elemen melalui permukaan kiri
gradien suhu dinyatakan sebagai koefisien diferensial parsial karena tidak hanya
fungsi tetapi juga fungsi , dan . Laju konduksi kalor yang keluar dari
(Kreith, 1991)
17
membuat hanya bergantung pada variabel , dan misalkan semua syarat cukup
agar turunan terhadap ada dan dipenuhi, artinya mempunyai kondisi berikut,
dan
sehingga diperoleh,
atau
(Wuryanto, 2002)
kalor). menyatakan fungsi yang mempunyai variabel ruang dan waktu (misalnya
menghasilkan
Ruas kiri persamaan tersebut hanyalah fungsi dengan variabel ruang, sementara
ruas kanan hanyalah fungsi dengan variabel waktu. Artinya kedua ruas haruslah
Deret ini pertama sekali ditemukan oleh seorang ilmuwan Perancis Jean-
Deret Fourier ini merupakan deret dalam bentuk sinusoidal (sinus dan cosinus)
Selain itu, deret ini sering dijadikan sebagai alat bantu dalam menyelesaikan
19
diferensial parsial. Teori dasar dari deret Fourier cukup rumit. Meskipun
dibandingkan dengan deret Taylor. Hal ini disebabkan karena dalam banyak
permasalahan praktis yang terkait dengan fungsi periodik tak kontinu dapat
diselesaikan dengan menggunakan deret ini dan tidak ditemukan pada Deret
Taylor.
Teorema Fourier:
sinusoidal.
Fungsi periodik:
cos sin
2
1
cos , 1,2,
20
1
sin , 1,2,
2.7. Maple
baik.
Menu menu yang terdapat di dalam tampilan maple terdiri atas File, Edit,
View, Insert, Format, Spreadsheet, Option, Window dan help yang merupakan
menu standar untuk aplikasi pada sistem windows. Bahasa yang digunakan maple
adalah bahasa aplikasi sebab pernyataan yang merupakan masukan (input) pada
maple merupakan deklarasi pada bahasa program dan perintah (comand) yang
(Kartono, 2001)
21
(separation variables) Metode ini meruakan metode yang efektif dan sering
diberikan maka akan diperoleh dua persamaan diferensial biasa yaitu dan
Pada masalah fisis, kondisi batas dan kondisi awal diperlukan untuk
2.8.1.1. Dirichlet
pada tapal batas . Kondisi ini berupa nilai yang ditentukan untuk peubah bebas
pada tapal batas . Nilai peubah tak bebas pada peubah bebas ini | yaitu
, dan , diberikan.
2.8.1.2. Neumann
pertama dari peubah bebas pada tapal batas . Kondisi ini berupa nilai yang
diberikan untuk turunan pertama dari peubah bebas pada tapal batas . Nilai
diberikan.
Jika waktu adalah salah satu peubah bebas, maka kondisi awal merupakan
nilai yang ditentukan bagi peubah tak bebas dan turunan turunannya pada saat
keadaan setimbang (steady state) jika system tersebut berada dalm keadaan
Kesetimbangan mekanis terjadi apabila tidak ada gaya yang tak berimbang
di dalam sistem, dan antar sistem dan lingkungannya. Kesetimbanga termal terjadi
jika semua bagian sistem bertemperatur sama dan sistem mempunyai suhu sama
dengan lingkungannya.
perubahan spontan dalam struktur internalnya, seperti reaksi kimia. Sistem dalam
kesetimbangan kimia tidak engalami perpindahan materi dari satu bagian system
METODE PENELITIAN
Pada tahap awal, penulis membaca dan menelaah beberapa sumber pustaka.
perturbasi pada osilator tak linear. Permasalahan ini masih terlalu luas, sehingga
adalah:
mengeringkan padi sampai kadar air dalam padi berkurang secara maksimal,
untuk mengeringkan padi sampai kadar air dalam padi berkurang secara
maksimal jika mesin dalam keadaan mantap (suhu konstan) dan transien
24
25
diambil dengan mengumpulkan sumber pustaka yang dapat berupa buku, teks,
dari sumber pustaka tersebut. Pada akhirnya sumber pustaka ini dijadikan
3.4.1. Pemodelan
persamaan,
26
persamaan kalor pada sebuah pipa. Persamaaan kalor pada pipa akan lebih tepat
berbentuk tabung.
menggambarkan distribusi kalor pada sebuah pipa sebagai fungsi waktu dan
posisi , , .
kalor pada benda berdimensi tiga harus diperhatikan kalor yang dihantarkan ke
dalam dan keluar benda dalam ketiga arah koordinat. Perhatikan balok pada
27
28
Balok berukuran y z
kalor dalam badan harus sama dengan tingkat kalor yang mengalir keluar.
Laju aliran kalor konduksi masuk = Perubahan energi dalam + Laju aliran kalor
konduksi keluar
Sehingga,
y z
29
Keterangan :
H G : Kalor masuk
: Kalor keluar
E
F
D
C
A B
30
k y z .......................................................................(1)
q k y z
Jelas
Sehingga
.....................................(2)
...................................................................(3)
Sehingga
.......................................(4)
q k A
k x y
k x y ..................................................................(5)
q k x y
Sehingga
q k x y z .........................................(6)
...........................................................(7)
u
y z
u
y z
u u
Dari uraian di atas, diperoleh model matematika persamaan kalor pada koordinat
Persamaan kalor (8) akan diubah ke dalam koorsinat tabung karena wadah
pada mesin pengering padi berbentuk tabung, sehingga persamaan kalor yang
, , .
Z
dz
dr
Gambar 4.3. Analisis konduksi kalor tiga dimensi dalam koordinat tabung
sin
dimana
tan
sehingga
1 2
dengan,
sin
cos
Jadi,
1 2
2 1
2 1 2
2 2
dan
36
1 2
dengan,
sin cos
cos
sin
Jadi,
1 2
2 1
2 1 2
2 2
diperoleh,
u 1
2 2
2 2 1
2 sin cos
2 sin cos 1
1 1 1
Jadi persamaan kalor pada mesin pengering padi adalah sebagai berikut :
1 1 1
39
1 1 1
1. 0 ;0 2 ;0 ; 0,
2. , , , 0; 0 2 ;0 ; 0,
3. , , 0, ; , , , ;0 ;0 2 ; 0,
4. , , ,0 , , ;0 ;0 2 ;0 .
Permasalahan:
Mesin pengering padi dengan jari jari = 50 cm, panjang pipa = 200 cm,
Solusi:
Solusi: , , , , , , , ,
dengan,
(unsteady state)
1 1 1
dengan
40
2. , , 0, , ,0 , , 0, 90,
4. , , ,0 , , , , ,0 , ,
Persamaan: 0 (1.1)
, ,0 90 ; , , 200 75 . (3.1)
, , , , ; , , , , . (4.1)
berbentuk:
solusi: , ,
.. (5.1)
(6.1)
.. (7.1)
. (8.1)
41
(9.1)
.. (10.1)
Dari pemisahan variabel di atas, diperoleh persamaan (6.1), (9.1) dan (10.1),
yaitu:
1) 0 .... (11.1)
2) 0 .... (12.1)
3) 0
0, .... (13.1)
1) Solusi untuk
a. Kasus 1: 0
Persamaan: 0
Solusi:
Dengan batas: 0 90
200 200 90
75 200 90
15 200
Sehingga 90
b. Kasus 2: 0
Persamaan: Z Z 0
42
Solusi: Z z B e B e
Dengan batas: Z 0 B B 90
200 75
c. Kasus 2: 0
Persamaan: Z Z 0
Dengan batas: Z 0 B 90
2) Solusi untuk
a. Kasus 1: 0
Persamaan: 0
Solusi:
Dengan batas:
Jadi solusi
b. Kasus 2: 0
43
Persamaan: 0
sin cos
Dengan batas:
sin sin
sin sin
3) Solusi untuk
a. Kasus 1: 0
Persamaan: 0
Solusi: ln
Dengan batas: R 50 0 C 0
Solusi: R r C
b. Kasus 2: 0
Persamaan: 0
44
cos ln sin ln
Dengan batas:
50 cos ln 50 sin ln 50 0
c. Kasus 3: 0
Persamaan: 0
Solusi:
Dengan batas: R 50 C 50 C 50 0
50 0
Solusi: R r C r
Jadi solusi: R r C r
Jadi solusi untuk persamaan kalor pada keadaan mantap / suhu konstan
, , 90
, , cos sin
cos sin
Sehingga,
, , cos sin
2
45
misal 1, , , , maka
, cos sin
2
1
, sin
1
, cos
1
,
, , cos sin
2
dengan,
1
, sin
1
, cos
1
,
46
Dengan batas:
, , 0, 0; , , 200, 0 . (3.2)
, , , , , , ; , , , , , , ... (4.2)
, , ,0 , , , , .. (5.2)
Solusi: , , , . (6.2)
.. (7.2)
(8.2)
... (9.2)
... (10.2)
. (11.2)
(12.2)
47
, dengan (13.2)
. (14.2)
.. (15.2)
Dari pemisahan variable di atas, diperoleh persamaan (9.2), (12.2), (14.2), (15.2),
yaitu:
0.. (16.2)
0 ... (17.2)
0 ... (18.2)
0, (19.2)
1) Solusi untuk
Persamaan: 0
a. Kasus 1: 0
Persamaan: 0
Solusi:
200 0 200 0
b. Kasus 2: 0
Persamaan: Z b Z 0
sin 200 0, 0
, 1,2,
c. Kasus 2: 0
Persamaan: Z b Z 0
Solusi: Z z B e B e
200 0 0
2) Solusi untuk
Persamaan: d 0
a. Kasus 1: 0
Persamaan: 0
Solusi: D D
49
2 0
Solusi: D
b. Kasus 2: 0
Persamaan: d 0
Solusi: D e D e
c. Kasus 3: 0
Persamaan: d 0
cos sin
2 sin 0
sin 0
, 1,2,
2 sin 0
sin 0
, 1,2,
3) Solusi untuk
Persamaan: 0
a. Kasus 1: 0
Persamaan: r R rR 0
Solusi: R r C C ln r
Dengan batas: R 50 0 C 0
Solusi: R r C
b. Kasus 2: 0
Persamaan: r R rR m R 0
51
cos ln sin ln
Dengan batas:
R 50 C cos m ln 50 C sin m ln 50 0
c. Kasus 3: 0
Persamaan: r R rR m R 0
Solusi: R r C r C r
Dengan batas: 50 50 50 0
50 0
Solusi: R r C r
Jadi solusi: R r C r
4) Solusi untuk
Persamaan: 0
Solusi: dimana
Jadi solusi untuk persamaan kalor pada keadaan transien / suhu berubah
, , ,
Sehingga,
A n
w r, , z, t r P cos m Q sin m e sin z
2 200
w r, , z, 0 f r, , z v r, , z
Sehingga solusi
dengan,
1
, , , ,
200
1
, , , , cos
200
1
, , , , sin
200
Jadi solusi untuk persamaan kalor pada mesin pengering padi adalah
, , , , , , , ,
dengan
, , cos sin
2
53
,, ,, ,, cos
cos sin
sin sin
sin 200
2
2 200
dimana,
1
, sin
1
, cos
1
,
1
, , , ,
200
1
, , , , cos
200
1
, , , , sin
200
, , cos sin
2
misal 1, , , , maka
54
, cos sin
2
Sehingga,
,0 cos sin
1
cos sin sin
1
cos sin sin
1
cos sin sin
1 1 1
cos cos sin
1 cos 1 cos 2
2 2
1 cos sin 2
2 2 4
1 cos sin 2
2 2 4
cos sin 2
2 2 4
1 sin 2
4
55
1
0
1 1 1
1 2 1
2
1 2
2 4 2
1 2
2 4 2
2
2 4 2
1
2 2
1
56
1
cos sin
1 sin cos
1 cos cos
0 0
, ,
2
0 1 cos 1 sin
cos sin
Gambar 4.4. Plot Solusi Model Keadaan Steady dengan Variasi Nilai Awal Fungsi
Trigonometri dan
Gambar 4.5. Plot Solusi Model Keadaan Steady dengan Variasi Nilai Awal Fungsi
Trigonometri dan
58
Berdasarkan Gambar 4.4 dan 4.5, terjadi perbedaan amplitudo yang sangat
mencolok. Pada Gambar 4.4 amplitudo tertinggi dicapai angka 140, sedangkan
semakin banyak pengambilan rentang nilai riil pada solusi tersebut, akan
semakin banyak kalor yang dihasilkan dengan waktu pengeringan yang lebih
cepat juga. Ini ditunjukkan pada jumlah gelombang yang meningkat ketika
Gambar 4.6. Plot solusi persamaan kalor pada keadaan steady dengan
0 0,8
72 0 0,8 0,8
0,8
72 1,6
1,6 72 57,6
45 36
Pada selang 0,8; 2,2 pada gambar diperoleh persamaan sebagai berikut
72 0,8
0 72 2,2 0,8
72 0,8
72 1,4
1,4 72 158,4
51,43 113,14
Sehingga diperoleh
45 36 ; 2,2 0,8
51,43 113,14 ; 0,8 2,2
Sehingga
60
1
45 36 sin 51,43 113,14 sin
1
45 sin 36 sin 51,43 sin
113,14 sin
1 1
45 36
1
51,43 113,14
1 45 1
45 36
51,43 1
51,43
113,14
1 6,43 45
149,14
51,43
1 6,43 6,43
149,14
61
6,43 6,43
149,14
1 6,43 149,14
0
6,43 149,14
0
1 149,14 149,14
1
45 36 cos 51,43 113,14 cos
1
45 cos 36 cos 51,43 cos
113,14 cos
62
1 1
45 36
1
51,43 113,14
1 45 1
45 36
51,43 1
51,43
113,14
1 6,43 45
149,14
51,43
1 6,43 6,43
149,14
6,43 6,43
149,14
63
1 6,43 6,43
0 0 0 0
1
45 36 51,43 113,14
1
6,43 149,14
1 6,43
149,14
2
1 6,43 6,43
149,14 149,14
2 2
1
6,43
6,43
, , cos sin
2
6,43 0
6,43
64
1, , , 0 1, , 1, ,
Sehingga solusi
dengan,
1
, , , ,
200
1
cos sin sin
200 200
1
sin cos sin
200 200
1
sin cos sin
200 200
1
0 cos sin
200 200
0 cos sin
200
1
cos sin cos sin
200 200 200
1
cos sin sin cos
200 200
1
cos sin cos sin
200 200
1
sin cos sin cos
200 200
1 cos 2 1
sin
200 200 2
1
sin sin
1 sin 2 sin
sin
200 200 4 2 2
66
1 sin 2 sin
sin
200 200 4 2 2
sin 2 sin
4 2 2
1
sin
200 200 2 2
1
sin
200 200
1
cos
200
1
cos cos
1
cos sin sin sin
200 200
1
cos sin sin sin
200 200
1
sin cos sin sin
200 200
1 1
sin sin sin
200 200
1 cos 2
2
67
1 sin sin 2
sin
200 200 2 2 4
1 sin sin 2
sin
200 200 2 2 4
sin sin 2
2 2 4
1
sin
200 200 2 2
1
sin
200 200
1
cos
200
Gambar 4.7. Plot solusi persamaan kalor pada keadaan unsteady dengan
(persamaan terhadap )
3 440 308
440 308
3 3
220 0,8
220 220 4 0,8
220 0,8
440 3,2
137,5 110
70
Gambar 4.8. Plot solusi persamaan kalor pada keadaan unsteady dengan
(persamaan terhadap )
1
2
Pada selang 100; 300 pada gambar diperoleh persamaan sebagai berikut
0 200
50 0 300 200
200
50 100
100 50 10000
1
100
2
Jadi
Sehingga,
1
, , , ,
200
1 440 1 308 1
137,5 10
200 3 2 3 2
1 1705 338
200 3 3
72
1 1705 338
200 6 3
1 676
200 3
1 676
200 3
1 270400
200 3
1352
3
1 1705 338
cos
200 3 3
1 1705 338
cos cos
200 3 3
1 1705 338
sin sin
200 3 3
1 1705 338
sin sin sin
200 3 3
1 1705 338
sin
200 3 3
73
1 1705 338
sin sin
200 3 3
1 1705 338
cos cos
200 3 3
1 1705 338
cos cos cos
200 3 3
1352
3
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Simpulan yang dapat diambil dari hasil pembahasan pada Bab IV adalah
sebagai berikut:
1. Model persamaan kalor pada mesin pengering padi yang diperoleh dengan
, , cos sin ,
74
75
5.2. Saran
Saran yang dapat penulis berikan dari hasil penelitian yang telah diberikan
adalah
kayu dan model perpindahan kalor pada proses fotosintesis dengan radiasi.
Stanford Shateyi and Sandile Sydney Motsa, 2009, Thermal Radiation Effects on
Heat and Mass Transfer over an Unsteady Stretching Surface,
International Journal of Mathematical Problems in Engineering, vol. 13.
76
77
Lampiran 1
> restart;
>pers:=(v(r,phi,z)=(0.5)*sum((r^m)*(cos(m*phi)+sin(m*ph
i)),m=1));
> pers1:=eval(pers,r=100);
pers := v (r, f , z ) = 0.5 r (cos (f ) + sin(f ))
> pers2:=eval(pers,r=200);
pers2 := v (200, f , z ) = 100.0 cos (f ) + 100.0 sin(f )
> pers3:=eval(pers,r=300);
pers3 := v (300, f , z ) = 150.0 cos (f ) + 150.0 sin(f )
> pers4:=eval(pers,r=400);
pers4 := v (400, f , z ) = 200.0 cos (f ) + 200.0 sin(f )
> pers5:=eval(pers,r=500);
pers5 := v (500, f , z ) = 250.0 cos (f ) + 250.0 sin(f )
>plot({rhs(pers1),rhs(pers2),rhs(pers3),rhs(pers4),rhs(
pers5)},phi=(-4)*Pi..4*Pi);
79
> restart;
>pers:=(v(r,phi,z)=(0.5)*sum((r^m)*(cos(m*phi)+sin(m*ph
i)),m=1..3));
> pers1:=eval(pers,r=100);
2 3
pers := v (r, f , z ) = 0.5 r (cos (f ) + sin (f )) + 0.5 r (cos (2 f ) + sin (2 f )) + 0.5 r (cos (3 f ) + sin (3 f ))
5
pers1 := v (100, f , z) = 50.0 cos (f ) + 50.0 sin (f ) + 5000.0 cos (2 f ) + 5000.0 sin (2 f ) + 5.000000 10 cos (3 f )
> pers2:=eval(pers,r=200);
pers2 := v (200, f , z ) = 100.0 cos (f ) + 100.0 sin(f ) + 20000.0 cos (2 f ) + 20000.0 sin(2 f )
> pers3:=eval(pers,r=300);
pers3 := v (300, f , z ) = 150.0 cos (f ) + 150.0 sin(f ) + 45000.0 cos (2 f ) + 45000.0 sin(2 f )
7 7
+ 1.35000000 10 cos (3 f ) + 1.35000000 10 sin (3 f )
> pers4:=eval(pers,r=400);
80
pers4 := v (400, f , z ) = 200.0 cos (f ) + 200.0 sin(f ) + 80000.0 cos (2 f ) + 80000.0 sin(2 f )
> pers5:=eval(pers,r=500);
pers5 := v (500, f , z) = 250.0 cos (f ) + 250.0 sin(f ) + 1.250000 105 cos (2 f ) + 1.250000 105 sin (2 f )
7 7
+ 6.25000000 10 cos (3 f ) + 6.25000000 10 sin (3 f )
>plot({rhs(pers1),rhs(pers2),rhs(pers3),rhs(pers4),rhs(
pers5)},phi=-4*Pi..4*Pi);
Lampiran 2
> restart;
>pers:=(w(r,phi,z,t)=(0.5)*sum(sum(((r^m)*(cos(m*phi)+s
in(m*phi))*(exp((n*Pi/200)^2))*sin(n*Pi/200)*z),m=1),n=
1));
1 p 2
40000 1
pers := w(r, f , z, t) = 0.5 r (cos (f ) + sin(f )) e sin
p
z
200
> pers1:=eval(pers,z=200);
1 p 2
40000 1
pers1 := w(r, f , 200, t) = 100.0 r (cos (f ) + sin(f )) e sin
200 p
> pers2:=eval(pers1,r=100);
1 p 2
40000 1
pers2 := w(100, f , 200, t) = 10000.0 (cos (f ) + sin(f )) e sin
200 p
> pers3:=eval(pers1,r=200);
1 p 2
40000 1
pers3 := w(200, f , 200, t) = 20000.0 (cos (f ) + sin(f )) e sin
p
200
> pers4:=eval(pers1,r=300);
1 p 2
40000 1
pers4 := w(300, f , 200, t) = 30000.0 (cos (f ) + sin(f )) e sin
p
200
> pers5:=eval(pers1,r=400);
1 p 2
40000 1
pers5 := w(400, f , 200, t) = 40000.0 (cos (f ) + sin(f )) e sin
200 p
> pers6:=eval(pers1,r=500);
1 p 2
40000 1
pers6 := w(500, f , 200, t) = 50000.0 (cos (f ) + sin(f )) e sin
200 p
82
>plot({rhs(pers2),rhs(pers3),rhs(pers4),rhs(pers5),rhs(
pers6)},phi=-4*Pi..4*Pi);
Plot solusi persamaan kalor pada keadaan unsteady dengan variasi nilai , ,
, dan
83
Lampiran 3