Anda di halaman 1dari 6

Otot

Definisi

Adalah jaringan ikat yang berfungsi sebagai alat gerak pasif, yang terdiri dari serabut-serabut
otot, tendo, dan aponeurosis.

Klasifikasi

Otot polos
Mempunyai inti satu di tengah, seran lintangnya tidak jelas, bekerja di bawah kesadaran.
Biasanya terdapat di otot-otot saluran pencernaan, pernafasan.

Otot rangka
Memiliki gambaran seran lintang yang jelas, biasanya tidak berkontraksi tanpa
rangsangan dari syaraf, tidak memiliki hubungan anatomi dan fungsional di antar serabut
ototnya, di bawah kendali volunteer.

Otot jantung
Otot jantung berpola serat lintang, tetapi membentuk sinsitium fungsional serta
berkontraksi secara ritmik walaupun tanpa persyarafan eksternal, karena memiliki sel-sel
pemacu, di miokardium yang mencetuskan impuls spontan

Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 22. Jakarta: EGC.

Fungsi

Sebagai alat gerak aktif.


Anatomi

Histologi

TAHAP-TAHAP KONTRAKSI OTOT RANGKA

Pelepasan muatan oleh neuron motorik

Pelepasan transmitter (asetilkolin) di end-plate motorik.

Pengikatan acetylkolin ke reseptor acetylkolin yang nikotinik.

Peningkatan konduktasi Na+ dan K+ di membrane end-plate

Pembentukan potensial end plate

Pembentukan potensial aksi di serabut-serabut otot

Penyebaran depolarisasi ke dalam di sepanjang tubulus T

Pelepasan Ca2+ dari sisterna terminalis reticulum sarkoplasma serta difusi Ca2+
ke filament tebal dan filament tipis.

Pengikatan Ca2+ ke troponin C, seingga membuka tempat pengikatan myosin


di molekul aktin

Pembentukan ikatan silang antar aktin dan myosin dan pergeseran filament
tipis pada filament tebal, sehingga menghasilkan gerakan.
Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 22. Jakarta: EGC.

Sgb

Definisi

Adalah suatu demielinasi polioneuropati akut, dengan gambaran utama yaitu paralisis
motorik asendens secara primer, dengan berbagai gangguan fungsi sensorik.

Price,Sylvia A., Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit vol.2 ed.6. Jakarta:EGC.

Etiologi

Akibat tersering dari penyakit ini adalah kejadian pencetus (virus atau proses inflamasi)
merubah sel pada sistem syaraf, sehingga sistem imun mengenali sistem tersebut sebagai sel
asing.

Price,Sylvia A., Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit vol.2 ed.6. Jakarta:EGC.

Patogenesis

Akibat tersering dari penyakit ini adalah kejadian pencetus (virus atau proses inflamasi)
merubah sel pada sistem syaraf, sehingga sistem imun mengenali sistem tersebut sebagai sel
asing. Sesudah itu, limfosit T yang tersensitasi dan makrofag akan menyerang myelin. Selain
itu, limfosit T menginduksi limfosit B untuk menghasilkan antibodi yang menyerang bagian
tertentu dari selubung myelin, menyebabkan kerusakan myelin, Akibatnya adalah cedera
demielinasi ringan hingga berat yang mengganggu kondisi impuls dalam syaraf perifer yang
terserang. Perubahan patologi mengikuti pola yang tetap : infiltrasi limfosit terjadi pada ruang
perivaskular yang berdekatan denan syaraf tersebut dan menjadi focus degenerasi myelin.
Pada beberapa kasus, akson syaraf memperlihatkan bukti degenerasi wellerian yang
menunjukkan beberapa lesi akson proksimal yang menyebabkan degenerasi akson dan
mielindistal di dalamnya. Sel kornu anterior medulla spinalis dan nucleus motorik syaraf
kranialis dapat juga terkena sebagai perluasan inflamasi secara prksimal dari akson syaraf
perifer.Apabila sel syaraf tubuh tidak rusak, dapat terjadi regenerasisyaraf perifer dengan
pemulihan fungsi motorik, Namun, bila sel tubuh neuron motorik bagian bawah mati akibat
respon peradangan agresif, maka regenerasi syaraf tidak terjadi, atrofi pada otot terserang,
dan penyembuhan tidak sempurna.

Price,Sylvia A., Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit vol.2 ed.6. Jakarta:EGC.

Patofisiologi

Akibat tersering dari penyakit ini adalah kejadian pencetus (virus atau proses inflamasi)
merubah sel pada sistem syaraf, sehingga sistem imun mengenali sistem tersebut sebagai sel
asing. Sesudah itu, limfosit T yang tersensitasi dan makrofag akan menyerang myelin. Selain
itu, limfosit T menginduksi limfosit B untuk menghasilkan antibodi yang menyerang bagian
tertentu dari selubung myelin, menyebabkan kerusakan myelin, Akibatnya adalah cedera
demielinasi ringan hingga berat yang mengganggu kondisi impuls dalam syaraf perifer yang
terserang. Perubahan patologi mengikuti pola yang tetap : infiltrasi limfosit terjadi pada ruang
perivaskular yang berdekatan denan syaraf tersebut dan menjadi focus degenerasi myelin.
Pada beberapa kasus, akson syaraf memperlihatkan bukti degenerasi wellerian yang
menunjukkan beberapa lesi akson proksimal yang menyebabkan degenerasi akson dan
mielindistal di dalamnya. Sel kornu anterior medulla spinalis dan nucleus motorik syaraf
kranialis dapat juga terkena sebagai perluasan inflamasi secara prksimal dari akson syaraf
perifer.Apabila sel syaraf tubuh tidak rusak, dapat terjadi regenerasisyaraf perifer dengan
pemulihan fungsi motorik, Namun, bila sel tubuh neuron motorik bagian bawah mati akibat
respon peradangan agresif, maka regenerasi syaraf tidak terjadi, atrofi pada otot terserang,
dan penyembuhan tidak sempurna.

Price,Sylvia A., Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit vol.2 ed.6. Jakarta:EGC.

Diagnosis

Gejala positif :

Nyeri dan parestesia yang berasal dari aktivitas impuls abnormaldalam serat sensorik atau
cross talk listrik antara akson abnormal yang rusak.

Gejala negative :
Kelemahan dan paralisis otot, hilangnya reflek tendon, dan menurunnya sensasi. Dua gejala
pertama akibat dari kerusakan akson motorik, yang terakhir akibat dari kerusakan
serabut sensorik.

Gejala sensorik pada SGB cenderung ringan. Terdiri atas : rasa nyeri, geli, mati rasa, dan
kelainan sensasi getar dan posisi.

Polioneuropati merupakan motorik dominan dan temuan klinis dapat bervariasi mulai dari
kelemahan otot hingga paralisis otot pernafasan yang membutuhkan penaganan ventilator.

Gejala yang timbul adalah sangat cepat.

Tes diagnosis yang penting adalah EMG, kecepatan kondusif syaraf, dan pungsi lumbal
untuk memeriksa CSF.

Price,Sylvia A., Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit vol.2 ed.6. Jakarta:EGC.

Gejala

Gejala positif :

Nyeri dan parestesia yang berasal dari aktivitas impuls abnormaldalam serat sensorik atau
cross talk listrik antara akson abnormal yang rusak.

Gejala negative :

Kelemahan dan paralisis otot, hilangnya reflek tendon, dan menurunnya sensasi. Dua gejala
pertama akibat dari kerusakan akson motorik, yang terakhir akibat dari kerusakan
serabut sensorik.

Gejala sensorik pada SGB cenderung ringan. Terdiri atas : rasa nyeri, geli, mati rasa, dan
kelainan sensasi getar dan posisi.

Polioneuropati merupakan motorik dominan dan temuan klinis dapat bervariasi mulai dari
kelemahan otot hingga paralisis otot pernafasan yang membutuhkan penaganan ventilator.

Gejala yang timbul adalah sangat cepat.

Tes diagnosis yang penting adalah EMG, kecepatan kondusif syaraf, dan pungsi lumbal
untuk memeriksa CSF.
Price,Sylvia A., Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit vol.2 ed.6. Jakarta:EGC.

Miastenia gravis

Adalah penyakit neuromuscular yang menggabungkan kelelahan kecapatan otot voluntary


dan waktu penyembuhan yang lama. Merupakan suatu gangguan autoimun yang mengganggu
fungsi reseptor asetil kolin dan menurunkan efisiensi taut neuromuscular.

Tanda khas dari MG :

Kelemahan otot voluntary berfluktuasi, terutama otot wajah dan oot ekstraokular.
Kelemahan otot meningkat dengan aktivitas
Kekuatan otot menigkat setelah istirahat
Kekuatan otot meningkat sebgai respon terhadap pengobatan (antikolinesterase).

Price,Sylvia A., Lorraine M.Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit vol.2 ed.6. Jakarta:EGC.

Anda mungkin juga menyukai