O
1 Kode Etik Penelitian
Etika berasal dari bahasan Yunani Ethos, yaitu kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku
dalam masyarakat, refleksi filsafati atas moralitas masyarakat.
2
. INFORMED CONSENT
Yaitu suatu lembar persetujuan yang diberikan oleh peneliti kepada responden
untuk menjalankan suatu kegiatan atau tindakan yang berhubungan dengan
penelitian.
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi adalah suatu bentuk kebebasan bertindak dimana seorang dokter
mengambil keputusan sesuai dengan rencana yang ditentukan sendiri. Dalam prinsip ini,
dokter diharapkan dapat menghormati martabat manusia. Pertama, setiap pasien harus
diperlakukan sebagai manusia yang memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri
sendiri). Kedua, setiap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan
perlindungan. Ciri-cirinya antara lain:
Prinsip ini merupakan suatu cara teknis untuk menyampaikan bahwa seorang dokter
berkewajiban tidak mencelakakan orang lain. Bila seorang dokter tidak bisa berbuat baik
kepada seseorang, maka sekurang-kurangnya dokter wajib untuk tidak merugikan orang
lain. Ciri-cirinya antara lain:
4. Keadilan (Justice)
3 Metode Komunikasi
Jenis Komunikasi dibagi menjadi 2:
1. Komunikasi Verbal
adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata baik yang
dinyatakan secara lisan maupun secara tertulis.
2. Komunikasi nonverbal
adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti
komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal yang bukan kata-
kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan.
Secara kontekstual
1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi yang dilakukan pada diri sendiri. Bertujuan untuk memotivasi atau
instropeksi diri.
2. Komunikasi antar pribadi (interpersonal communication)
Adalah komunikasi antar perorangan dan bersifat pribadi, baik terjadi secara langsung
(tanpa medium) atau tidak langsung (melalui medium).
3. Komunikasi kelompok (group communication)
Menfokuskan pembahasannya pada interaksi diantara orang-orang dalam kelompok
kecil.
4. Komunikasi organisasi (organizational communication)
Menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan
organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan
informal serta bentukbentuk komunikasi pribadi dan kelompok.
5. Komunikasi massa (mass communication)
Adalah komuniksi melalui media massa yang ditujukan kepada halayak besar. Proses
komunikasi massa melibatkan aspek-aspek komunikasi intra pribadi, komunikasi antar
pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi.
4 Metode Pengumpulan Data
1. Skala Nominal
Adalah skala yang hanya mendasarkan pada pengelompokan atau pengkategorian peristiwa
atau fakta dan apabila menggunakan notasi angka hal itu sama sekali tidak menunjukkan
perbedaan kuantitatif melainkan hanya menunjukkan perbedaan kualitatif.
Ciri-ciri Skala NOMINAL:
1. Hasil penghitungan tidak dijumpai bilangan pecahan
2. Angka yang tertera hanya label saja
3. Tidak mempunyai urutan (ranking)
4. Tidak mempunyai ukuran baru
5. Tidak mempunyai nol mutlak
6. Tes statistik yang digunakan adalah statistik non parametrik.
2. Skala Ordinal
Adalah pengukuran di mana skala yang dipergunakan disusun berdasarkan atas jenjang
dalam atribut tertentu sehingga penyusunannya disusun secara terurut dari yang rendah
sampai yang tinggi menurut suatu ciri tertentu, namun antara urutan (ranking) yang satu
dengan yang lainnya tidak mempunyai jarak yang sama.
Adapun cirri dari skala ordinal adalah :
a. Kategori data bersifat saling memisah
b. Kategori data mempunyai aturan yang logis
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya
3. Skala Interval
Adalah skala pengukuran di mana jarak satu tingkat dengan tingkat lainnya sama, oleh
karena itu skala interval dapat juga disebut skala unit yang sama (equal unit scale).
Adapun ciri-ciri skala interval adalah :
a. Kategori data bersifat saling memisah
b. Kategori data bersifat logis
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah
yang dikenakan pada kategori
e. Angka nol hanya menggambarkan suatu titik dalam skala (tidak punya nilai nol absolut).
4. Skala Ratio
Merupakan skala pengukuran yang mempunyai nilai NOL MUTLAK dan mempunyai
jarak yang sama. Skala interval yang benar-benar memiliki nilai nol mutlak disebut skala
rasio, dengan demikian skala rasio menunjukkan jenis pengukuran yang sangat jelas dan
akurat (precise).
Adapun ciri-ciri dari skala rasio adalah :
a. Kategori data bersifat saling memisah
b. Kategori data mempunyai aturan yang logis
c. Kategori data ditentukan skalanya berdasarkan jumlah karakteristik khusus yang
dimilikinya
d. Perbedaan karakteristik yang sama tergambar dalam perbedaan yang sama dalam jumlah
yang dikenakan pada kategori
e. Angka nol menggambarkan suatu titik dalam skala yang menunjukkan ketiadaan
karakteristik (punya nilai nol absolut).
5 Angka Kelahiran
Tingkat kelahiran (fertilitas) adalah tingkat pertambahan jumlah anak atau tingkat kelahiran
bayi pada suatu periode tertentu. Tingkat kelahiran bayi dapat dihitung dengan dua cara, yaitu:
Di mana:
CBR = angka kelahiran kasar
L = jumlah kelahiran selama satu tahun
P = jumlah penduduk pertengahan tahun
Di mana:
GFR = General Fertility Rate (Angka Kelahiran Umum)
L = banyaknya kelahiran selama satu tahun
W(15 - 49) = banyaknya penduduk wanita yang berumur 15 - 49 tahun
Di mana:
ASBR = angka kelahiran dari wanita pada umur tertentu
Lx = jumlah kelahiran dari wanita pada kelompok umur ter- tentu
Px = jumlah wanita pada kelompok umur tertentu
N ORTHODONTI
O
1 Klasifikasi Maloklusi
Etika berasal dari bahasan Yunani Ethos, yaitu kebiasaan dan peraturan perilaku yang berlaku
dalam masyarakat, refleksi filsafati atas moralitas masyarakat.
1 Klasifikasi angel
.
a. Class I
mesiobukal cusp dari M1 permanen maksila menutupi grove bukal dari
M1 permanen mendibula dan mesio lingual cusp M1 maksila menutupi fossa
oclusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang diistirahatkan.
b. Class II
Cusp mesiobukal M1 permanen maksila menutupi antara cusp mesio
bukal M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga
mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1
permanen mandibula.
Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi
berdasarkan angulasi labiolingual dari maksila, yaitu ;
1) Class II divisi I
Dengan relasi Molar terlihat seperti tipe kelas II, gigi insisivus maksila
labio version.
2) Class II divisi II
Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila
mendekati normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam
linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial.
3) Class II subdivisi
Saat relasi kelas II molar, terjadi pada satu sisi pada lengkung dental.
c. Class III
Lengkung dan badan mandibula berada pada mesial lengkung maksila
dengan cusp mesiobukal M1 permanen maksila beroklusi pada ruang interdental
di antara ruang distal dari cusp distal pada M1 permanen mandibula dan aspek
mesial dari cusp mesial M2 mandibula.
Class III terbagi 2, yaitu :
a) Pseudo class III maloklusi
Ini bukan maloklusi kelas 3 yang sebenarnya, tapi tampak serupa, disini
mandibula bergesar ke anterior dengan fossa gleroid dengan kontak
premature gigi atau beberapa alas an lainnya ketika rahang berada pada
oklusi sentrik.
b) Kelas III subdivisi
Maloklusi sesuai dengan unilaterally.
2 1. Klasifikasi dewey, yaitu modifikasi dari angle kelas I dan kelas III
a. Modifikasi angles kelas I
.
1) Tipe 1
Anle Class I dengan gigi anterior maksila crowding.
2) Tipe 2
Angle Class I dengan gigi I maksila labioversion
3) Tipe 3
Angle Class I dengan gigi I maksila lingual version terhadap I
mandibula. ( anterior cross bite ).
4) Tipe 4
M dan atau P pada bucco atau linguo version, tapi I dan C dalam jajaran
normal ( cross bite posterior ).
5) Tipe 5
M kea rah mesio version ketika hilangnya gigi pada bagian mesial gigi
tersebut, ( contoh hilangnya M susu lebih awal dan P2 ).
b. Angles kelas II
Cusp mesiobukal M1 permanen maksila menutupiu antara cusp mesio
bukal M1 mandibula permanen dan aspek distal dari P1 mandibula. Juga
mesiolingual cusp M1 permanen maksila menutupi mesiolingual cusp dari M1
permanen mandibula.
Angle membagi class II maloklusi dalam 2 divisi dan 1 subdivisi
berdasarkan angulasi labiolingual dari maksila, yaitu ;
1) Class II divisi I
Dengan relasi Molar terlihat seoerti tipe kelas II, gigi insisivus maksila
labio version.
2) Class II divisi II
Dengan relasi molar terlihat seperti tipe kelas II, Insisivus maksila
mendekati normal secara anteroposterior atau secara ringan dalam
linguoversion sedangakan I2 maksila tipped secara labial atau mesial.
3) Class II subdivisi
Saat relasi kelas II molar, terjadi pada satu sisi pada lengkung dental.
a. Titik-titik Midsagital
1) Sella (S) : terletak di tengah sela tursika atau fossa pituitary.
2) Nasion (N) : titik paling depan pada sutura frontonasalis pada bidang
midsagital.
3) Spina Nasalis Anterior (SNA) : titik paling anterior di bagian tulang yang
tajam pada prosesus maksila di basis nasal.
4) Spina Nasalis Posterior (SNP) : titik paling posterior dari palatum durum.
5) Titik A (Subspinale) : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris rahang
atas, secara teoritis merupakan batas tulang basal maksila dan tulang
alveolaris.
6) Titik B (Supramentale) : titik paling dalam pada kurvatura alveolaris
rahang bawah, secara teori merupakan batas tulang basal mandibula dan
tulang alveolaris.
7) Pogonion (Pog) : titik paling anterior dari tulang dagu.
8) Menton (Me) : titik paling inferior dari simpisis mandibula atau dagu.
9) Gnation (Gn) : titik tengah antara pogonion dan menton atau titik paling
depan dan paling rendah dari simpisis mandibula.
b. Titiik-titik Bilateral
1) Orbital (Or) : titik paling inferior pada tepi orbit atau tepi bawah rongga
mata.
2) Porion (Po) : titik paling superior dari external auditory meatus.
3) Artikulare (Ar) : titik perpotongan antara tepi bawah dari basis kranial dan
permukaan posterior kondilus mandibula.
4) Gonion (Go) : titik tengah kontur yang menghubungkan ramus dan korpus
mandibula.
5) Pterygomaxiliary fissure (PTM) : permukaan posterior dari tuber maksila
yang bentuknya menyerupai tetes air mata.
4. Titik-titik (Landmarks) pada Jaringan lunak
a. Jaringan lunak glabela (G) : titik paling menonjol dari bidang sagital
tulang frontal.
b. Pronasal (Pn) : titik paling menonjol dari ujung hidung.
c. Subnasal (Sn) : titik septum nasal berbatasan dengan bibir atas.
d. Labrale superius (Ls) : titik pada ujung tepi bibir atas.
e. Labrale inferius (Li) : titik pada ujung tepi bibir bawah.
f. Jaringan lunak pogonion (Pog) : titik paling menonjol pada kontur jaringan
lunak dagu.
g. Jaringan lunak menton (Me) : titik paling inferior pada jaringan lunak
dagu.
2. Analisis Dental
a. Jarak I atas NA 4 2
b. Sudut I atas NA 22 2
c. Jarak I bawah NB 4 2
d. Sudut I bawah NB 25
e. Sudut I atas I bawah 135 15
Hub. Dentoskeletal
Tipe maloklusi
Arah Transversal
Arah Sagital/ Anteroposterior
Arah Vertikal
Skeletal Disorder
Kl II skeletal:
1. Defisiensi pertumbuhan mandibula
2. Pertumbuhan maxilla berlebihan
3. Kombinasi keduanya
Kl III skeletal:
(Ciri-ciri: tidak bisa ayun RB ke posterior)
1. Defisiensi maxilla: + Kelainan Transversal
+ verticohorisontal
2. Prognasi mandibula
b. Usia Pertumbuhan
Preschool children: Primary Dentition
Preadolescence : Early Mixed Dentition
Adolescence : Late Mixed Dentition/ Early Permanent Dent.
Adult : Permanent Dentition
c. Keparahan Maloklusi
Pasien dengan permasalahan Skeletal
Kelainan skeletal:
Maloklusi pada rahang yang ukuran dan posisinya tidak proporsional
Dalam 3 bidang:
Anteroposterior/Sagital: kl II/III skeletal
Transversal
Vertikal: open/deep bite skeletal
2. Kl III skeletal:
Defisiensi maxilla:
+ Kelainan Transversal : RME
+ vertico horisontal : Face Mask
Prognasi mandibula : Chin Cap
5. Jenis Pegas Alat Orthodonti Lepasan
1. Berdasarkan forces yang ditimbulkan atau disalurkan:
a. mechanical orthodontic appliances (mempunyai komponen aktif sehingga mampu
menimbulkan forces untuk menggerakkan gigi-gigi/rahang, fixed & removable)
b. functional orthodontic appliances (menghantarkan natural force otot-otot sekitar
mulut ke gigi-gigi dan tulang alveolar, menyebabkan perubahan jaringan lunak
sekitar mulut sehingga dicapai hubungan rahang yang harmonis, fixed &
removable)
Klasifikasi spring:
1) berdasarkan ada tidaknya helix:
a. simple (tanpa helix)
b. compound (dengan helix)
2. Sel
a. Tubuh tersusun oleh 3 unsur :
1) Sel
2) Zat interstitiel / ekstra sel
3) Cairan tubuh :
a) Darah
b) Cairan jaringan
c) Cairan limfe
+VE :
Reaksi 1) Resorpsi
3. Reaksi Biokima terhadap kekuatan ortodontik
Piezoel 2) Sel
a. Reaksi Biofisika: ectric 3) meaqningkat
1) Deformasi tulang -VE :
1) Deposisi
2) Kompensasi ligamen periodontal 2) sel
3) Injuri Jaringan 3) Meningkat Reaksi inflamasi
b. Pembentukan Messenger I:
1) Hormon : spt Hormon Pituitaria
Imflamation
Aktivasi
2) Prostaglandin Collagenase
3) Neurotransmitter
REMODELING TULANG
c. Pembentukan Messenger II
1) C amp
2) C gmp
3) Ca ++
g) Piezoe
d. Dua macam resorpsi :
1) Frontal resorption
Bila pembuluh darah dlm membrana periodontalis tidak tersumbat, resorpsi
tulang terjadi langsung pd permukaan tulang.
2) Undermining resorption / rear resorption
Bila tekanan yg diberikan terlalu kuat, pembuluh darah tertutup, catu darah
tidak ada, kemunduran jaring an (regresi), sel sel menghilang, degenerasi
hyalin. Resorpsi mulai dr substantia spongiosa menuju ke permukaan tl
alveolus. Mula-mula jar nekrotik diserap, diikuti pebentukan jar
f. Perubahan seluler
Resorpsi tulang oleh osteoclast, 1 sel mampu meresorpsi Tulang yg dibentuk oleh
100 osteoblast jumlahnya hanya sedikit.Osteoclast berasal dr :
1) Precursor sel :
Sel mesenchimal
Perivascular stem cell
2) Fusi dr beberapa sel :
Fibroblast
Osteoblast
Osteocyt.
g. Remodeling sekunder
Dalam perawatan aktif, ada daerah yg mengalami resorpsi dan aposisi tulang,
sehingga ada daerah yg menjadi lebih tebal dan daerah yg menjadi tipis.
Remodeling sekunder berguna untuk mempertahankan ketebalan tulang dan
mempertahankan hubungan antara gigi ke tulang alveolus agar relatif konstan.
Bagaimana bisa terjadi mekanisme seperti ini, masih belum jelas. Hal ini
menunjukkan bahwa mekanisme kontrol biologis yang sangat rumit ikut berperan
aktif dalam proses resorpsi & aposisi.
Umumnya tipe muka berkaitan erat dengan bentuk lengkung gigi pasien.
Klasifikasi bentuk muka dan kepala menurut Sukadana (1976) berdasarkan:
Indeks kepala = Lebar kepala (B) (jarak bizigomatik supra mastoideus) x 100
Panjang kepala (A) (Jarak Gl Oc)
Profil muka : Menurut Graber (1972) dikenal tiga tipe profil muka yaitu :
- Cembung (convex), bila titik petemuan Lcb-Lca berada didepan garis Gl-Pog
- Lurus (straight ), bila titik petemuan Lcb-Lca berada tepat pada garis Gl-Pog
- Cekung (concave), bila titik petemuan Lcb-Lca berada dibelakang garis Gl-Pog
Untuk menentukan profil muka digunakan 4 titik anatomis Gabella (Gl), Lip
Contour atas (Lca), Lip Contour bawah (Lcb) dan Pogonion (pog) serta garis
referensi Gl-Pog sebagaia acuan :
- Glabella (Gl) : Titik terendah dari dahi terletak pada tengah-tengah diantara alis mata kanan
dan kiri.
- Lip contour atas (Lca) : Titik terdepan bibir atas.
- Lip contour bawah (Lcb) : Tiik terdepan bibir bawah
- Pogonoin (Pog) : Titik terdepan dari dagu didaerah symphisis mandibula.
8. Klasifikasi Maloklusi
Dapat dilihat pada nomor 1
9. Desain Alat Aktif
Pegas Palatal
0,5 0,6 Mm
Aktifasi Maksimal Dari Pegas Palatal 0,5 mm Untuk Retraksi/ distalisasi Kaninus
Pergerakan Gigi 1 2 mm Setiap Bulan Dinyatakan Cukup
Pegas Bukal
0,7 Mm
Aktifasi : 1 mm
Self Supported Untuk Retraksi Kaninus Yang Terletak Di Bukal, Ektostema
Labiopalatal
Pegas Coffin ( 1,25 Mm) Untuk Ekspansi Transversal (Disain Pegas Lain)
2. Tongue Trusting
Ciri2 klinis:
- Kebiasaan menghisap botol susu yang berkelanjutan
- Prolog thumb sucking
- Prolonged tonsilar & upper respiratory tract infection
- Makroglosia
- Gigi-geligi tidak oklusi
- Posterior open bite
Manajemen :
- Penggunaan tongue crib
- Diajarkan metode menelan yang benar
3. Mouth briething
Ciri2 klinis:
- Prolonge complete/partial obstruksi saluran pernapasan atas
- Kebiasaan mouth breathing terus berlanjut walau obstruksi sudah
dihilangkan
- Mandibula jd lebih kebawah
- Lidah lebih ke bawah depan
- Open bite anterior
- Penyempitan lengkung gigi maksilla
- Mulut kering sehingga mudah karies
Manajemen :
- Mirror test
- Water test
- Buterfly test
- Hilangkan obstruksi nasal atau faringeal
- Hentikan mouth breathing dengan vestibular screen