Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PROGRAM PRAKTEK LAPANGAN/PPL

(ON THE JOB TRAINING)

Disusun oleh :

Nama : Heronimus X.T


Pembimbing perusahaan : Benediktus S.T
Pembimbing institusi : Irdam, S.T.,M.T
Periode OJT : 17 Oktober 2016 23 Desember 2016

AKADEMI TEKNIK SOROAKO


LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

LEMBAR PERSETUJUAN

LAPORAN ON THE JOB TRAINING

DI PT. VALE INDONESIA.TBK

Laporan ini telah disetujui


Sebagai Salah Satu Syarat Program Praktek Lapangan

Menyetujui :

Pembimbing Perusahaan Pembimbing Institusi

Benediktus S.T Irdam, S.T.,M.T

Ketua Program Studi


Perawatan dan Perbaikan Mesin

Harman S.T., M.T

i
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih,
berkat, serta anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program OJT (On
The Job Training) yang dilaksanakan di PT.VALE Indonesia.Tbk. Tujuan praktik ini
adalah untuk menambah wawasan, pengalaman dan pemahaman, serta untuk
memberi gambaran pada penulis mengenai aplikasi teori yang didapat diperkuliahan
ke dalam dunia yang sesungguhnya. Dalam menyelesaikan laporan praktik kerja
lapangan ini penulis tidak lepas dari bimbingan, bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, untuk itu penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih kepada:

1) Kedua Orang Tua Penulis yang selalu memberikan dukungan serta doa kepada
penulis.

2) Bapak Jasman, S.S.T.,M.M. selaku direktur Akademi Teknik Soroako

3) Bapak Irdam, S.T.,M.T. selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan
dorongan, materi serta ide kepada penulis dalam laporan ini.

4) Bapak Harman,S.T.,M.T. selaku Ketua Program Studi Perawatan dan Perbaikan


Mesin.

5) Bapak Burhanuddin, S.E selaku pengurus OJT mahasiswa yang selalu memberi
kritik dan saran.

6) Bapak Simon Parekke S.T.,M.T selaku dosen pembimbing di spesialisasi Fabrikasi


dan pengelasan logam.

7) Bapak Benediktus, S.T selaku pembimbing lapangan penulis yang banyak


memberikan materi pendukung masukan serta bimbingan kepada penulis.

8) Bapak Esky. M selaku pembimbing di area Fabrication Workshop.

9) Bapak Kadir A.Md selaku pembimbing di area Mechanical Workshop.

10) Bapak Andi Ahmad Asyar selaku pembimbing lapangan di area Waste Water
Treatment Plan.

11) Semua karyawan yang ada di kantor Departemen General Facilities and Services

Atas segala bantuan dan bimbingan serta kerjasama yang baik yang telah
diberikan selama melaksanakan praktik kerja lapangan, maka penulis ucapkan terima
kasih. Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan laporan praktik OJT ini masih
terdapat kekurangan-kekurangan, maka dengan segala kerendahan hati penulis
menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.

ii
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Akhir kata penulis berharap agar upaya ini dapat mencapai maksud yang
diinginkan dan dapat menjadi tulisan yang berguna bagi semua pihak

Sorowako, 01 Februari 2017

Heronimus X.T

iii
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Tujuan Penulisan ............................................................................. 1
1.2 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.3 Ruang Lingkup Kajian ...................................................................... 2
1.4 Metode Pengkajian .......................................................................... 2
1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................... 2
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ............................................ 4
2.1 Sejarah singkat PT.VALE INDONESIA.Tbk ..................................... 4
2.1.1 visi, misi dan sasaran PT.VALE .................................................. 5
2.1.2 Sejarah PT.VALE ........................................................................ 6
2.2 Aktivitas Perusahaan ....................................................................... 10
2.3 Layanan Jasa / Produk .................................................................... 12
2.3.1 Contoh penggunaan nikel ........................................................... 14
2.3.2 Wilayah kontrak PT.Vale ............................................................. 15
BAB 3 DESKRIPSI PEKERJAAN............................................................. 16
3.1 Pelaksanaan Praktik ........................................................................ 16
3.2 Pekerjaan Yang Dilakukan ............................................................... 16
3.2.1 Perbaikan countener ................................................................... 16
3.2.2 Flow penggunaan air di PT.Vale ................................................. 17
3.2.3 Pengelasan pagar untuk airport .................................................. 18
3.2.4 ketentuan air bersih .................................................................... 19
3.2.5 Limbah ........................................................................................ 20
3.2.6 Greywater ................................................................................... 22
3.2.7 Indikasi Pencemaran Air ............................................................. 22
3.2.8 Teknologi Pengolahan Air Limbah .............................................. 23
3.2.9 Bagian-bagian utama WWTP.................................................... 26
3.2.10 Straegi pengolahan limbah cair greywater ................................ 29

iv
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

3.2.11 Strategi pengolahan limbah dikantor GFS ................................ 31


3.2.12 Kapasias jumlah pemakaian greywater di GFS ........................ 40
3.2.13 Menghitung luas area penyiraman greywater ........................... 41
3.2.14 Dampak Pengaruh lingkungan pada greywater system ............ 43
3.3 Permasalahan Dan Solusi................................................................ 43
3.3.1 permasalahan ............................................................................. 43
3.3.2 solusi ........................................................................................... 43
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 44
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 44
4.2 Saran ............................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 46
LAMPIRAN: .............................................................................................. 47
1. Kuisioner PPL
2. Penilaian peserta PPL
3. Laporan mingguan PPL
4. Daftar hadir program PPL
5. Flow proses Sewerage Water Treatment Sewarage System

v
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar proses kerja yang dilakukan ............................................ 48


2. Gambar Sewerage Water Treatment Sewerage System............... 56
3. Gambar sewerage water treatment layout..................................... 57
4. Gambar sewerage water treatment buliding .................................. 58
5. Gambar sewerage water treatment concrete structure.................. 59

vi
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di zaman yang sudah modern ini, kemajuan teknologi merupakan salah satu
hal yang tidak bisa dihindari dan menuntut kesiapan sumber dayanya untuk mengelola
dan mengembangkannya serta tidak akan lepas dari keikutsertaan dari perindustrian.
Sehingga Industri saat ini sangat berpengaruh besar pada kemajuan dalam mengelola
dan mengembangkannya. Industri yang berkembang saat ini telah menerapkan sistem
proses produksi yang modern dengan berbagai faktor pendukungnya termasuk sistem
dan sumber dayanya. Sistem yang digunakan sebagian besar berdasarkan pada
sistem otomatisasi dengan perangkat pendukungnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan
optimalisasi hasil dengan mengurangi resiko kerugian yang mungkin terjadi.
Penggunaan sistem yang modern ini membutuhkan sumber daya yang berkualitas dan
mampu mengimbangi kemajuan teknologi tersebut. Oleh karena itu untuk
meningkatkan pengetahuan sumber daya manusia salah satunya dengan melakukan
proses pembelajaran yang diperoleh di tempat perkuliahan dan untuk
memperdalamnya lagi dilakukan praktek secara langsung di lapangan sehingga dapat
diketahui bagaimana keadaan sebetulnya dengan teori yang ada apalagi bila bekerja di
daerah yang mempunyai potensi bahaya yang tinggi.
Di Daerah PT.VALE Indonesia Tbk Sorowako sebagai salah satu industri
pertambangan yang sudah maju merupakan wadah yang cukup baik untuk membantu
sumber daya manusia dalam meningkatkan kemampuannya.
Dengan adanya sarana pendukung seperti ini, diharapkan kualitas sumber daya
manusianya, dalam hal ini adalah mahasiswa kerja praktik, mampu menambah
pengetahuan dan mencapai tujuan kerja.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan mahasiswa selaku penulis dalam penulisan laporan ini adalah :
1. Agar mahasiswa atau peserta OJT mengetahui proses pengolahan limbah
greywater yang ada di PT.VALE INDONESIA.Tbk di Departemen GFS.
2. Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama perkuliahan di lapangan
diterapkan.

1
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

3. Melatih mahasiswa agar terampil dalam menyusun, menguraikan, dan


menyimpulkan pengalaman kerja yang didapat di industri ke dalam bentuk
laporan.

1.3 Ruang Lingkup Kajian


1. Bagaimana profil perusahaan meliputi sejarah singkat dan produk/jasa?
2. Bagaimana dampak limbah greywater yang cara penanggulangannya yang ada
di PT. VALE Indonesia.Tbk di Departemen GFS ?
3. Apa saja yang diperoleh penulis selama melaksanakan program On The Job
Training di PT VALE Indonesia, Tbk Soroako
4. Saran apa yang dapat diberikan penulis guna menjadi masukan bagi PT. VALE
Indonesia.Tbk Soroako ?

1.4 Metode Pengkajian


Dalam penulisan laporan ini, penulis melakukan beberapa metode dalam
pengambilan data, yaitu:
1) Metode pustaka, yaitu pengambilan data yang dilakukan dengan memperoleh
data dari buku buku dan soft file.
2) Metode observasi, yaitu pengambilan data yang dilakukan dengan cara
melakukan praktek langsung di lapangan.
3) Metode wawancara, yaitu pengambilan data dengan cara melakukan tanya
jawab dengan karyawan.

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini merujuk pada pedoman pelaksanaan
program OJT yang diterbitkan oleh bagian program studi (Prodi) Akademi Teknik
Soroako dengan struktur sebagai berikut:
1. Lembar pengesahan yang ditandatangani pembimbing perusahaan dan
pembimbing institusi.
2. Kata pengantar
3. Daftar isi
4. Daftar lampiran
5. BAB:

2
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Tujuan Penulisan
1.2 Latar belakang kajian / masalah
1.3 Ruang lingkup kajian / masalah
1.4 Metode pengkajian
1.5 Sistematika penulisan
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah singkat
2.2 Aktivitas
2.3 Layanan jasa / produk
BAB 3 DESKRIPSI PEKERJAAN
3.1 Pelaksanaan praktik
3.2 Pekerjaan yang dilakukan
3,3 Permasalahan dan solusi
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
6. Daftar pustaka
7. Lampiran

3
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

BAB 2
GAMBARAN PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT. VALE


Dalam mencapai keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan yang didasari
PANCASILA dan UUD 1945 sebagai wujud nyata dari DEMOKRASI SEJATI, maka
diperlukan wadah yang bercirikan kebersamaan kaum buruh agar dapat melaksanakan
cita cita tersebut diatas, sehingga dibentuklah SERIKAT PERJUANGAN BURUH
INDONESIA PT. INTERNATIONAL NICKEL INDONESIA, Tbk yang disingkat SPBI
PT. INCO pada tanggal 20 September 2011. Organisasi ini didirikan oleh 14 orang
Karyawan PT. INCO (11 Karyawan Dept. MEM, 2 Karyawan Dept. MINING, dan 1
Karyawan Dept. Process Plant).
Seiring dengan berjalannya waktu di tahun 2012, Nama Perusahaan PT.
International Nickel Indonesia, Tbk (PT. INCO) berubah nama menjadi PT. Vale
Indonesia, Tbk (PT. VALE) sehingga melalui Rapat Pengurus SPBI PT. INCO pada
tanggal 02 April 2012 disepakati untuk merubah nama organisasi Serikat Perjuangan
Buruh Indonesia PT. International Nickel Indonesia, Tbk (SPBI PT. INCO) menjadi
Serikat Perjuangan Buruh Indonesia PT. Vale Indonesia, Tbk (SPBI PT. VALE).
PT Vale adalah salah satu produsen utama nickel di dunia. Nickel adalah logam
serba guna yang penting bagi taraf hidup yang semakin membaik dan bagi
pertumbuhan ekonomi. Selama lebih dari tiga dekade sejak kontrak karya
ditandatangani dengan Pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1968, perseroan
telah menyediakan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan, memperlihatkan
kepedulian terhadap kebutuhan masyarakat dimana perseroan beroperasi,
memberikan keuntungan bagi para pemegang saham dan memberi sumbangan yang
positif kepada ekonomi Indonesia. PT. Inco menghasilkan nickel dalam matte, yaitu
product setengah jadi, dari bijih laterit di fasilitas pertambangan dan pengolahan yang
terpadu dekat Soroako, Sulawesi. Keseluruhan produksinya dijual dalam Dollar
Amerika Serikat berdasarkan kontrak-kontrak jangka panjang untuk dimurnikan di
Jepang. Daya saing PT.Vale terletak pada cadangan bijih dalam jumlah besar, tenaga
kerja yang terampil dan terlatih baik, listrik tenaga air berbiaya rendah, fasilitas
produksi yang modern dan pasar yang terjamin untuk produknya. Saham perseroan

4
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

sebanyak 58,7 persen dimiliki oleh Inco Limited, Kanada, salah satu produsen nickel
terkemuka di dunia dan 20,1 persen oleh Sumitomo Metal Mining Co., Ltd., jepang,
sebuah perusahaan tambang dan peleburan yang utama. Disamping itu, 20,0 persen
saham PT Vale dimiliki oleh pemegang saham publik dan sisanya oleh empat
perusahaan jepang lain.

1. 25 Juli 1968 : PT Vale berdiri sesuai Undang - Undang PMA nomor 1 tahun 1967
2. 27 Juli 1968 : Kontrak Karya ditandatangani dan berlaku 30 tahun sejak produksi
komersil 1 April 1978 sampai 31 Maret 2008
3. 15 Januari 1996 : Perubahan dan perpanjangan Kontrak Karya ditandatangani
dan berlaku 30 tahun mulai tanggal 29 Desember 1995 sampai 28 Desember
2025.

2.1.1 Visi, Misi dan Sasaran PT.VALE

Visi : Menjadi salah satu produsen nikel primer utama dunia dan melebihi standar-
standar kesempurnaan dalam eksplorasi, pengembangan, implementasi
proyek dan operasional bisnis.

Misi : Mentransformasi sumber-sumber daya mineral Indonesia menjadi


pembangunan yang makmur dan berkesinambungan.

Sasaran:
1. Mengoperasikan tempat kerja yang aman dan sehat, yang mencerminkan
penatalayanan lingkungan hidup yang bertanggung jawab.
2. Memberikan hasil yang kompetitif dan berkesinambungan bagi para
pemegang saham melalui operasi produksi nikel yang menguntungkan.
3. Berkomunikasi secara pro-aktif dengan para pemangku kepentingan,
termasuk pemegang saham, karyawan, masyarakat, pemerintah, pelanggan
dan pemasok, untuk memastikan terjalinnya hubungan baik yang
berkesinambungan.

Adapun pemegang saham dari PT.VALE ialah :


1) Vale Canada Limited 58,73 %
2) Sumitomo Metal Mining Co., Ltd. 20,09 %
3) Masyarakat 20,49 %

5
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

4) Vale Japan Limited 0,55 %


5) Sumitomo Corporation 0,14%

2.1.2 Sejarah PT. VALE


1) Pada tahun 1901
Nikel mula-mula ditemukan oleh seorang Belanda bernama Kruyt pada
saat meneliti bijih besi di pegunungan Verbeek, Sulawesi.

Gambar 2.1 Peta Sulawesi


Sumber : PT Inco
2) Pada tahun 1937
Seorang ahli geologi INCO LIMITED bernama Flat Elves diundang oleh
sebuah perusahaan eksplorasi Belanda untuk melanjutkan studi endapan
nikel laterit di Sulawesi. Ia mengunjungi Soroako, Sulawesi Selatan

Gambar 2.2 Batu Endapan


Sumber : PT Inco

6
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

3) Pada tahun 1966


Survei geologi yang mendalam atas endapan di pulau Sulawesi
dilakukan oleh Pemerintah Republik Indonesia.

4) Pada tahun 1967


Pemerintah mengundang perusahaan-perusahaan dari seluruh dunia
untuk mengajukan proposal bagi explorasi dan pengembangan endapan
mineral di pulau Sulawesi. INCO LIMITED mengirim tim ahli geologi ke
Sulawesi untuk mengumpulkan data dan menjelaskan kemampuan-
kemampuan PT.INCO.

5) Pada tahun 1968


Pada bulan Januari, INCO terpilih dari enam perusahaan untuk
merundingkan sebuah Kontrak Karya. 25 Juli, Akta Pendirian disahkan dan
didaftarkan. Sebuah perusahaan baru P.T. Internasional Nickel Indonesia
(P.T. INCO), berdiri secara resmi. 27 Juli, Kontrak Karya ditandatangani oleh
Pemerintah Republik Indonesia dan P.T. INCO. Kegiatan eksplorasi berskala
penuh dimulai segera setelah penandatanganan Kontrak Karya. Daerah
explorasi mula-mula seluas 6,6 juta hektar yang mencakup beberapa bagian
dari tiga propinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Tenggara. Tes pemboran di daerah Pomalaa merupakan awal alih
teknologi yaitu ketika ahli-ahli geologi dari INCO LIMITED mulai mendidik
rekan-rekan kerjanya dari Indonesia bagaimana secara sistematis
mengambil contoh endapan laterit dan menganalisanya.

6) Pada tahun 1970


Contoh bijih dari Sulawesi dalam jumlah besar pertama sebanyak 50 ton
dikirim ke fasilitas riset INCO Kanada di Port Colborne, Ontario. Sebuah
pabrik Pereduksi-Pelebur baru dalam skala kecil menunjukkan bahwa bahan
dari Soroako dapat diolah dengan hasil yang baik.

7) Pada tahun 1971


Eksplorasi yang dilakukan telah cukup guna memastikan bahwa endapan
laterit di sekitar Soroako mampu mendukung pabrik nikel yang besar.

8) Pada tahun 1973


Pembangunan satu jalur pengolahan pyrometalurgi dimulai di Soroako.

7
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

9) Pada tahun 1974


Sebagai reaksi atas lonjakan harga minyak yang pertama, diambil
keputusan untuk mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Uap menjadi
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Ukuran pabrik peleburan ditingkatkan
tiga kali untuk mengurangi biaya per satuan dan mengimbangi PLTA
tersebut.

Gambar 2.3 PLTA


Sumber : PT Inco

10) Pada tahun 1976


10.000 tenaga kerja Indonesia dan 1.000 tenaga asing dipekerjakan
membangun fasilitas-fasilitas pengolahan nikel dan pembangkit tenaga,
bersama dengan jalan-jalan, perkotaan, pelabuhan, lapangan udara dan
prasarana lainnya yang dibutuhkan.

11) Pada tahun 1977


31 Maret, Bapak Presiden Soeharto mengunjungi Soroako dan
meresmikan fasilitas-fasilitas penambangan dan pengolahan.

12) Pada tahun 1978


1 April, P.T. INCO mulai berproduksi secara komersial.
13) Pada tahun 1988
INCO LIMITED menjual 20% dari saham P.T. INCO yang dimilikinya
kepada Sumitomo Metal Mining Co. Ltd. dari Jepang.

8
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

14) Pada tahun 1990


16 Mei, INCO LIMITED menjual 20% dari saham P.T. INCO yang
dimilikinya kepada masyarakat dan dicatatkan pada bursa-bursa Efek di
Indonesia. INCO LIMITED tetap memiliki 58,19% saham P.T. INCO.

15) Pada tahun 2000


PT. INCO meningkatkan produksi 30 persen menjadi 130,5 juta pon nickel
dalam matte. Tingkat produksi meningkat dari setara 120,8 juta pon per
tahun dalam enam bulan pertama tahun 2000 menjadi tingkat produksi
setara 137,3 juta pon per tahun dalam enam bulan terakhir tahun tersebut.
Peningkatan ini sejalan dengan rencana perseroan untuk menaikkan operasi
untuk mencapai kapasitas yang diperluas sebesar 150 juta pon produksi
nikel per tahun.

16) Pada tahun 2005


Berhasil memasang teknologi Bag House System di Tanur Listrik No.4.
Alat ini mampu mengurangi emisi debu tanur listrik hingga berada di bawah
ambang batas ketentuan pemerintah. Direncanakan tahun 2008 semua tanur
listrik akan dilengkapi dengan alat ini

17) Pada tahun 2008


Kontrak karya pertama yang ditandatangani pada tanggal 27 Juli 1968
telah berakhir pada tanggal 31 Maret 2008. Pada tanggal 15 Januari 1996,
Perusahaan dan Pemerintah Indonesia menandatangani Persetujuan
perpanjangan yang memperpanjang Kontrak Karya Perseroan hingga tahun
2025.

18) Pada tahun 2011


Perubahan dalam kepemilikan saham mayoritas PT International Nickel
Indonesia, Tbk. (PT Inco) berimplikasi pada perubahan nama menjadi PT
Vale Indonesia Tbk (Vale Indonesia). Hal ini menandai salah satu tonggak
penting dalam sejarah Perusahaan. Vale adalah perusahaan pertambangan
kedua terbesar dan salah satu perusahaan publik terbesar di dunia dengan
kapitalisasi pasar US $ 120 miliar, sedangkan Inco adalah produsen nikel

9
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

terbesar di Indonesia yang beroperasi secara komersial sejak 1978, 10


tahun setelah mendapatkan Kontrak Karya. Kombinasi dua "kekuatan,"
ditambah dengan dedikasi sekitar 6.000 karyawan serta dukungan dari
pemerintah dan masyarakat menghasilkan hasil kerja yang mengagumkan.

19) Pada tahun 2012


Vale Indonesia telah berusia 44 tahun sebuah usia yang
menggambarkan prestasi dan kematangan. Sebuah usia yang menunjukkan
pengalaman kami yang mendalam menghadapi gejolak pasar nikel dunia
serta dinamika ekonomi dan politik Indonesia.

Kami berharap pengalaman berharga ini akan memungkinkan kami


untuk menciptakan sebuah babak baru bagi perusahaan dan seluruh
pemangku kepentingannya; serta sebagai upaya untuk mempersembahkan
seluruh potensi kami. Tentu saja, dukungan dan dorongan dari pemerintah
dan seluruh masyarakat adalah faktor penting untuk mencapai tujuan di atas.

Pada akhir September 2008 Manajemen mengambil keputusan


penting untuk menghentikan 32 generator kecil yang masing-masing
berkapasitas 1 Megawatt dan pada akhir bulan Oktober 2008 menghentikan
semua pembangkit thermal lainnya. Keputusan ini diambil guna
mempertahankan keuntungan perseroan seiring dengan penurunan harga
nikel yang tajam dan tingginya biaya energi. Pada tanggal 18 Juli 2008 PT.
VALE tidak melanjutkan pasokan bijih nikel ke Antam setelah berakhirnya
CRA. Perseroan membukukan penerimaan bersih berdasarkan perjanjian
tersebut sebesar AS$24,1 juta sebagai pendapatan lain-lain pada tahun
2008.

2.2 Aktifitas Perusahaan PT. VALE

Adapun aktifitas penambangan PT.VALE dapat dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Proses Penambangan
Endapan nikel laterit di Soroako terbentuk karena proses pelapukan dari
batuan ultramafik yang terbentang dalam suatu singkapan tunggal terbesar

10
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

di dunia seluas lebih dari 120 km x 60 km. Sejumlah endapan lainnya


tersebar di provinsi Sulawesi Tengah dan Tenggara. Operasi penambangan
nikel PT. VALE di Soroako digolongkan sebagai tambang terbuka dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Pengeboran :
pada jarak spasi 25 - 50 meter untuk mengambil sample batuan dan tanah
guna mendapatkan gambaran kandungan nikel yang terdapat di wilayah
tersebut.
b. Pembersihan dan pengupasan :
lapisan tanah penutup setebal 10 20 meter yang kemudian dibuang di
tempat tertentu ataupun dipakai langsung untuk menutupi suatu wilayah
purna tambang.
c. Penggalian :
lapisan bijih nikel yang berkadar tinggi setebal 5-10 meter dan dibawa ke
stasiun penyaringan.
d. Pemisahan
bijih di stasiun penyaringan berdasarkan ukurannya. Produk akhir hasil
penyaringan bijih tipe Timur adalah -6 inci, sedangkan produk akhir bijih tipe
Barat adalah 4 atau -2 inci.
e. Penyimpanan
bijih yang telah disaring di suatu tempat tertentu untuk pengurangan kadar
air secara alami, sebelum dikonsumsi untuk proses pengeringan dan
penyaringan ulang di pabrik.
f. Penghijauan
lahan-lahan purna tambang. Dengan metode open cast mining yang
dilakukan sekarang, dimana material dari daerah bukaan baru, dibawa dan
dibuang ke daerah purna tambang, untuk selanjutnya dilakukan landscaping,
pelapisan dengan lapisan tanah pucuk, pekerjaan terasering dan
pengelolaan drainase sebelum proses penghijauan/penanaman ulang
dilakukan.

11
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

2. Pengolahan Nikel
Pabrik pengolahan PT. VALE di Soroako mempunyai kapasitas
produksi 72.500 ton nikel setahun. Proses pengolahan dilakukan untuk
menghasilkan nikel matte yaitu produk dengan kadar nikel di atas 75 persen.

Tahap-tahap utama dalam proses pengolahan adalah sebagai berikut:

a. Pengeringan di Tanur Pengering


Bertujuan untuk menurunkan kadar air bijih laterit yang dipasok dari bagian
tambang dan memisahkan bijih yang berukuran +25 mm dan 25 mm.
b. Kalsinasi dan Reduksi di Tanur Pereduksi
Untuk menghilangkan kandungan air di dalam bijih, mereduksi sebagian
nikel oksida menjadi nikel logam, dan sulfidasi.
c. Peleburan di Tanur Listrik
Untuk melebur kalsin hasil kalsinasi/reduksi sehingga terbentuk fasa lelehan
matte dan terak.
d. Pengayakan di Tanur Pemurni
Untuk menaikkan kadar Ni di dalam matte dari sekitar 27 persen menjadi di
atas 75 persen.
e. Granulasi dan Pengemasan
Untuk mengubah bentuk matte dari logam cair menjadi butiran-butiran yang
siap diekspor setelah dikeringkan dan dikemas.

2.3 Layanan Jasa / Produk yang Dihasilkan

Gambar 2.4 Contoh produk yang dihasilkan PT.VALE


Sumber : Ramli. 2010. Laporan On The Job Training

12
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Kandungan Nikel Matte :


1. Nickel (Ni) : 77 80 % (Average 78%)
2. Other content : Cobalt 1 2 %
3. Sulfur : 20%

Nikel adalah unsur logam yang mudah ditemukan dalam alam yang bersenyawa
dengan unsur kimia lainnya. Dalam keadaan murni, logam nikel berkilau dan keras
dengan cirri-ciri menarik antara lain:
a. Malleability : sifat nikel yang dapat dibentuk sesuai keinginan.
b. Ductile : keuletan
c. Tensile strength : mempunyai kemampuan tarik yang tinggi.
d. Rust Proof : mempunyai sifat tahan terhadap karat.

Logam nikel sangat banyak kegunaanya, baik digunakan secara langsung


maupun sebagai paduan logam. Selain di Indonesia, nikel juga terdapat dalam jumlah
besar di Negara Kanada, Caledonia, Australia, dan Rusia.

Area

Central Sulawesi Province


36.635,36 hectares
South Sulawesi Province
118.387,45 hectares
Southeast Sulawesi Province
63.506,18 hectares
Total: 218.528,99 hectares

Provinsi Sulawesi Tengah


36.635,36 hektar
Provinsi Sulawesi Selatan
118.387,45 hektar
Provinsi Sulawesi Tenggara
63.506,18 hektar
Total: 218.528,99 hektar
Gambar 2.5 Area Kerja PT. Inco
Sumber : Ramli,2010 Laporan On The Job Training

13
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

2.3.1 Contoh Penggunaan Nikel

Keserbagunaan dan kombinasi sifat-sifat yang khas dari nikel


membuatnya ada di mana-mana dalam kehidupan sehari-hari. Selain keras,
nikel sekaligus juga dapat ditempa, tahan karat dan tetap mempertahankan ciri
mekanis dan fisiknya walaupun ditempatkan pada suhu yang sangat tinggi.
Logam putih keabu-abuan ini, yang dihasilkan dari produk matte PT.
VALE, dikenal sebagai nikel primer karena diperoleh dari bijih nikel. Baja
nirkarat dewasa ini menguasai kira-kira dua pertiga dari konsumsi nikel primer
Dunia Barat, naik kira-kira 50% dari satu dekade sebelumnya.
Kurang lebih 76% produksi baja nirkarat Dunia Barat dalam tahun-tahun
belakangan ini terdiri dari austenitic atau jenis yang mengandung nikel. Rata-
rata, baja nir karat austenitic mengandung kurang lebih 8 -10 % nikel.

Gambar 2.6 Contoh produk penggunaan nikel


Sumber :http://pt-inco.co.id/new/links.php

Adapun contoh pengunaan nikel antara lain :


1. Stainless Steel (1969)
Sering juga disebut baja putih yaitu suatu paduannikel dan besi dengan
unsur kimia lainnya.
2. Metal Alloy(1970)
Digunakan sebagai logam campuran untuk mendapatkan sifat tertentu.
3. Catalyst(1971)
Digunakan sebagai bahan pembantu mempercepat proses reaksi kimia.

14
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

4. NiPlanting(1972)
Digunakan sebagai pelapisan nikel pada permukaan plat besi.
5. Coin(1973)
Digunakan sebagai campuran mata uang logam.
6. Electric heating unit(1974)
Digunakan pada unit pemanasan list

2.3.2 Wilayah Kontrak PT.VALE, Tbk

PT. VALE Tbk, Sorowako mempunyai kontrak karya seluas 218.528,99


ha, yang terletak pad koordinat 12101857 12102650 BT dan 203269 LS.
Secara umum kontrak karya PT. VALE, Tbk Sorowako dibagi dalam tiga
karegori, yaitu:

1. Lokasi Sorowako Project Area (SPA), seluas sekitar 10.010,22 ha


2. Lokasi Sorowako Outer Area (SOS), luas sekitar 108.377,25 ha, meliputi
daerah Lingke, lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamerah, Lingkona,
Lampisue, Tanahmalia, Nuha, Matano, Larona dan Malili.
3. Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD), seluas sekitar 100.141,54 ha,
meliputi daerah Bahodopi, Kolonedale ( Sulawesi tengah) dan daerah
latao, Sua-sua, pao-pao, Pomalaa, Malapulu, Torobulu, lasolo serta
matarepe ( Sulawesi Tenggara).

15
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

BAB 3
DESKRIPSI PEKERJAAN

3.1 Pelaksanaan Praktek

Pelaksanaan praktik OJT dilakukan di PT.VALE Indonesia,Tbk di


Departemen General Facilities and Services (GFS) praktik dilakukan mulai
tanggal 17 oktober 2016 s/d 23 desember 2016, dari hari senin sampai jumat
pukul 08.00 s/d 16.00 WIB. Status penulis dalam perusahaan ialah sebagai
peserta praktik (magang).

3.2 Pekerjaan Yang Dilakukan

Kegiatan OJT yang dilakukan di PT. VALE Indonesia,Tbk di Departemen


General Facilities dan Services (GFS) yaitu proses maintenance dan fabrikasi
serta mengenai pengolahan limbah cair yang ada di rumah tangga yang berupa
greywater untuk meminimalisir dampak pencemaran lingkungan yang dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem. Pengolahan limbah ini meliputi konsep
3R yaitu penggunaan kembali (reuse), pengurangan (reduce), dan mendaur
ulang (recycle). Tetapi konsep pengolahan limbah cair greywater yang akan
dibahas ini menitikberatkan pada proses penggunaan kembali atau reuse untuk
mengurangi pembuangan air yang sia-sia ke lingkungan. Proses penggunaan
kembali limbah greywater ini sangat membawa dampak yang positif bagi
lingkungan.

3.2.1 Perbaikan Countainer


Dalam pengerjaan ini yaitu menambal countainer (gudang material)
yang sudah bocor. Setiap pekerjaan yang tidak rutin yang akan dilakukan
maka harus mengikuti standar yang ada di PT.Vale.Tbk yaitu setiap
kontraktor yang jadi support PT. Vale Tbk harus memenuhi persyaratan kerja
yaitu work permit (ijin kerja) tujuannya agar setiap pekerja yang ada di lokasi
pekerjaan harus mengetahi bahwa ada orang yang sedang bekerja di
lokasinya. Oleh karena ini diwajibkan untuk mengurus work permit. Selain

16
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO
work permit, JSA juga diwajibkan agar setiap pekerja mampu menganalisa
potensi bahaya yang akan dilakukan.

Gambar : 3.1 Cheklis peralatan


Sumber : dokumentasi pribadi

3.2.2 Flow penggunaan air di PT. Vale. Tbk


Pada dasarnya penggunaan air diperusahaan PT. Vale. Tbk. Pertama-
tama berasal dari intake yang berada di Salonsa yang di suplai oleh pompa
kemudian dikirim ke penampungan yang bertempat di salonsa pula. Dimana
pada proses ini menggunakan bantuan pompa transfer lalu kemudian di
kirim ke section masing-masing, ada yang menuju ke plansite dan ke rumah-
rumah tangga yang ada di soroako. Pompa ini akan beroperasi selama 1x24
jam.

Gambar 3.2. Pompa Intake


Sumber :dokumenasi pribadi

17
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

3.2.3 Pengelasan pagar untuk airport.


Dalam pekerjaan ini dilakukan pada welding shop, dimana pada proses
assembling akan dilakukan di lapangan. Jadi, dalam hal ini semua persiapan
yang dilakukan di welding shop dari proses pemotongan material, proses
penggeridaan dan proses pengecetan. Dan ketika semuanya sudah selesai
maka pada proses selanjutnya adalah proses asembling. Proses sembling akan
dilakukan di lapangan, yaitu proses ini adalah pengelasan yang dilakukan oleh
welder.

Gambar : 3.2 Pengelasan pagar dan brasing pipa


Sumber : dokumentasi pribadi

3.2.4 Ketentuan Air Bersih


Air adalah materi esensial bagi kehidupan manusia dan mutlak harus
ada bagi kehidupan mahluk hidup, disamping sebagai pelarut yang baik.
Sebagian besar tubuh manusia terdiri atas air. Syarat air bersih sesuai
dengan ketentuan WHO maupun Departemen Kesehatan serta American
Public Health Association (APHA) adalah meliputi syarat kualitas fisik,
biologis/bakteri-ologis dan secara kimia (Suriawiria, 1996). Di Indonesia,
syarat kualitas air bersih digunakan Permenkes 416/ Menkes/PER/IX/1990
tentang Air Bersih, yaitu syarat fisik (jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan
tidak berbau), syarat bakteorologis (tidak mengandung kuman parasit dan
kuman-kuman patogenik), syarat kimia (tidak mengandung zat-zat yang

18
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

berbahaya untuk kesehatan seperti zat-zat beracun dan tidak mengandung


mineral serta zat-zat organik yang lebih tinggi dari jumlah yang ditentukan,
seperti mangan, kadmium, arsen, klorida dan lain-lain), syarat radioaktif yaitu
tidak mengandung bahan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Jumlah air untuk keperluan rumah tangga perhari tidak sama untuk tiap
negara. Untuk Indonesia, kuantitas air bersih yang harus dipenuhi yaitu 60
liter/orang/hari untuk daerah pedesaan dan 100-150 liter/orang/hari untuk
daerah perkotaan.
Air adalah sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Hal ini dikarenakan air merupakan media dari berbagai macam
penularan penyakit, terutama penyakit perut. Air adalah pembawa penyakit
yang berasal dari tinja untuk sampai pada manusia (Sutrisno,1991).
Secara umum penyakit-penyakit yang ditularkan oleh air dapat dibagi
menjadi 4 cara, yaitu: (1)Penyakit yang ditularkan secara langsung melalui
air minum yang mengandung kuman patogen, misalnya penyakit kholera,
thypus, hepatitis dan lain-lain; (2)Penyakit yang disebabkan oleh kurangnya
air untuk peme-liharaan hygiene perorangan.
Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularannya, seperti
misalnya penyakit infeksi saluran pencernaan/ diare, dimana cara
penularannya bersifat fecal oral dan ditularkan melalui alat-alat dapur yang
dicuci dengan air. Selain itu yang erat hubungannya dengan hygiene per-
orangan adalah penyakit infeksi kulit dan selaput lendir; (3)Penyakit yang
ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya berada di dalam
air, misalnya schistosomiasis yaitu penyakit yang disebabkan oleh cacing
daun yang bersarang dalam pembuluh darah balik sekitar usus dan kandung
kemih; (4)Penyakit yang ditularkan oleh vektor yang hidupnya bergantung
pada air, misalnya nyamuk Aides aegepty, yang menjadi vektor penyakit
demam berdarah.

3.2.5 Limbah
Limbah pada dasarnya suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari
suatu sumber hasil aktivitas manusia, maupun proses-proses alam dan tidak
atau belum mempunyai nilai eknomi, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi

19
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

yang negatif. Baku mutu air limbah domestik diatur dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 112 tahun 2003. Air limbah domestik adalah air
limbah yang berasal dari usaha atau kegiatan permukiman, rumah makan,
perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Beberapa bentuk dari air
limbah ini berupa tinja, air seni, limbah kamar mandi, dan juga sisa kegiatan
dapur rumah tangga.

Karakteristik air limbah:


1) Karakteristik fisik: Sebagian besar terdiri dari bahan-bahan padat dan
suspensi, terutama air limbah rumah tangga biasa berwarna suram seperti
larutan sabun, sedikit berbau, kadang-kadang mengandung sisa-sisa
kertas berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinta dan
sebagainya.
2) Karakteristik kimiawi: Biasanya air buangan ini mengandung campuran
zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air bersih serta bermacam-
macam zat organik yang berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-
sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basah pada waktu
masih baru, dan cenderung bau asam apabila sudah mulai membusuk.
3) Karakteristik bakteriologis: Kandungan bakteri pathogen serta organisme
golongan coli terdapat juta dalam air limbah tergantung dari mana
sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air
buangan.

Air limbah rumah tangga dapat dibagi menjadi dua yakni air limbah toilet
(blackwater) dan air limbah non toilet (greywater). Air limbah toilet terdiri dari
tinja, air kencing serta bilasan, sedangkan air limbah non toilet yakni limbah
dapur, wastafel, dan lainnya. Secara umum jumlah air limbah rumah tangga
berkisar antara 200 300 liter/orang.hari.
Sebenarnya air yang telah digunakan seperti mandi dan cuci bisa di-
recycling kembali dengan metode yang sering disebut Metode Greywater
System. Greywater sendiri bisa diolah kembali menjadi air bersih dan bisa
digunakan kembali untuk kepentingan seperti menyiram tanaman, flushing
toilet, dll.
Greywater merupakan bagian dari limbah cair domestik yang proses
pengalirannya tidak melalui toilet, misalnya seperti air bekas mandi, air

20
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

bekas mencuci pakaian, dan air bekas cucian dapur. Sekitar 60 85% dari
total volume kebutuhan air bersih akan menjadi limbah cair domestik
(Metcalf, 1991). Bagian dari greywater adalah sekitar 75% dari total volume
limbah cair domestik (Hansen & Kjellerup (1994), dikutip dari Eriksson et al
(2001)). Penanganan greywater di Indonesia saat ini adalah langsung
dibuang ke saluran drainase tanpa pengolahan sebelumnya. Saluran
drainase penyalur greywater dan air hujan ini akan berujung di badan air
permukaan atau di IPAL (Instalasi Pengolah Air Limbah).
Karakteristik greywater pada umumnya banyak mengandung unsur
nitrogen, fosfat, dan potasium (Lindstrom, 2000). Unsur-unsur tersebut
merupakan nutrien bagi tumbuhan, sehingga jika greywater dialirkan begitu
saja ke badan air permukaan maka akan menyebabkan eutrofikasi pada
badan air tersebut. Eutrofikasi adalah sebuah peristiwa dimana badan air
menjadi kaya akan materi organik, sehingga menyebabkan pertumbuhan
ganggang yang pesat pada permukaan badan air tersebut (Metcalf, 1991).
Peristiwa eutrofikasi ini dapat menurunkan kualitas badan air permukaan
karena dapat menurunkan kadar oksigen terlarut di dalam badan air
tersebut. Sebagai akibatnya, makhluk hidup air yang hidup di badan air
tersebut tidak dapat tumbuh dengan baik atau mungkin mati.

3.2.6 Greywater

Greywater adalah sisa air pembuangan yang biasa berasal dari air bekas
cucian, mandi atau cuci piring. Sedangkan Blackwater adalah air bekas
pembuangan yang ada di toilet.
Sistim Greywater ini memerlukan sistim pembuangan yang terpisah
antara greywater dengan blackwater dimana nantinya air bekas cucian dan
lainnya akan masuk ke pipa pembuangan air khusus yang kemudian akan
ditampung di sebuah bak penampungan yang biasanya dilengkapi dengan
filter untuk membersihkan air buangan tersebut. Setelah air bekas tersebut
menjadi bersih atau setidaknya tidak berbahaya, maka air akan digunakan
kembali untuk keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram tanaman
sampai air untuk menyiram toilet.

21
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

3.2.7 Indikasi Pencemaran Air

Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun
pengujian.

1. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) air normal


yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan
kisaran nilai 6.5 7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH
nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggu
kehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya
dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH
asam / rendah bersifat korosif terhadap logam.

2. Perubahan warna, bau dan rasa air normak dan air bersih tidak akan
berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya
berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah
tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat
bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal dari limbah industri
atau dari hasil degradasi oleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan
mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau
sehingga mengubah rasa.

3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut endapan, koloid dan bahan
terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah
industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap
didasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan
menghalangi bahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD karena
sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji
COD. Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari:

1) Bahan buangan padat


2) Bahan buangan organik
3) Bahan buangan anorganik

22
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

3.2.8 Teknologi Pengolahan Air Limbah

Tujuan utama pengolahan air limbah ialah untuk mengurai kandungan


bahan pencemar di dalam air terutama senyawa organik, padatan
tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik yang tidak dapat
diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah
tersebut dapat dibagi menjadi 5(lima)tahap:
1) Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk
menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah.
Beberapa proses pengolahan yang berlangsung pada tahap ini ialah
screen and grit removal, equalization and storage, serta oil separation
2) Pengolahan tahap pertama (primary treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan
yang sama dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada
proses yang berlangsung. Proses yang terjadi pada pengolahan tahap
pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation,
sedimentation, dan filtration.
3) Pengolahan tahap kedua ( secondary treatment)
Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat
terlarut dari air limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik
biasa. Peralatan pengolahan yang umum digunakan pada pengolahan
tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter, aerated
lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic
contactor and filter.
4) Pengolahan tahap ketiga (tertiary treatment)
Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga
ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion
exchange, membrane separation, serta thickening gravity or flotation.
5) Pengolahan lumpur (sludge treatment)
Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan
sebelumnya kemudian diolah kembali melalui proses digestion or wet
combustion, pressure filtration, vacuum filtration, centrifugation, lagooning
or drying bed, incineration, atau landfill.

23
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Dalam kegiatan industri, air limbah akan mengandung zat-


zat/kontaminan yang dihasilkan dari sisa bahan baku, sisa pelarut atau
bahan aditif, produk terbuang atau gagal, pencucian dan pembilasan
peralatan, blowdown beberapa peralatan seperti kettle boiler dan sistem
air pendingin, serta sanitary wastes. Agar dapat memenuhi baku mutu,
industri harus menerapkan prinsip pengendalin limbah secara cermat dan
terpadu baik di dalam proses produksi (in-pipe pollution prevention) dan
setelah proses produksi (end-pipe pollution prevention). Pengendalian
dalam proses produksi bertujuan untuk meminimalkan volume limbah
yang ditimbulkan, juga konsentrasi dan toksisitas kontaminannya.
Sedangkan pengendalian setelah proses produksi dimaksudkan untuk
menurunkan kadar bahan peencemar sehingga pada akhirnya air
tersebut memenuhi baku mutu yang sudah ditetapkan.

Tabel 3.1 Batasan Air Limbah Untuk Industri

Parameter Konsentrasi (mg/L)


COD 100 - 300
BOD 50 - 150
Minyak nabati 5 - 10
Minyak mineral 10 - 50
Zat padat tersuspensi (TSS) 200 - 400
pH 6.0 - 9.0
Temperatur 38 - 40 [oC]
Ammonia bebas (NH3) 1.0 - 5.0
Nitrat (NO3-N) 20 - 30
Senyawa aktif biru metilen 5.0 - 10
Sulfida (H2S) 0.05 - 0.1
Fenol 0.5 - 1.0
Sianida (CN) 0.05 - 0.5

Sumber : Kepmen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995

24
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Namun walaupun begitu, masalah air limbah tidak sesederhana yang


dibayangkan karena pengolahan air limbah memerlukan biaya investasi yang
besar dan biaya operasi yang tidak sedikit. Untuk itu, pengolahan air limbah
harus dilakukan dengan cermat, dimulai dari perencanaan yang teliti,
pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau
unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat.
Dalam pengolahan air limbah itu sendiri, terdapat beberapa parameter
kualitas yang digunakan. Parameter kualitas air limbah dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu parameter organik, karakteristik fisik, dan kontaminan spesifik.
Parameter organik merupakan ukuran jumlah zat organik yang terdapat dalam
limbah. Parameter ini terdiri dari Total Organic Carbon (TOC), Chemical Oxygen
Demand (COD), Biochemical Oxygen Demand (BOD), minyak dan lemak (O&G),
dan Total Petrolum Hydrocarbons (TPH). Karakteristik fisik dalam air limbah
dapat dilihat dari parameter total suspended solids (TSS), pH, temperatur, warna,
bau, dan potensial reduksi. Sedangkan kontaminan spesifik dalam air limbah
dapat berupa senyawa organik atau inorganik.

3.2.9 Bagian-Bagian Utama WWTP (Wash Water Treatmaen Plant)

1. Sumpit : Tempat penampungan awal limbah cair yang berasal dari RS.
PT.Vale.Tbk, terkecuali limbah yang berasal dari toilet umum. Pada
penampungan ini ditambahkan serbuk klorin sebanyak 2 kg setiap harinya.
2. Equalization 1 : Pada bagian ini berfungsi untuk menyamaratakan karakter
limbah dan juga sebagai control awal pH clorin.
3. SBR 1& 2(Sequance Bhat Reactor) : Pada bagian ini berfungsi untuk
menguraikan limbah dengan metode spraying oksigen dan pencurahan
menggunakan bakteri.

25
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Gambar : 3.3 SBR


Sumber : dokumentasi pribadi

4. Equalization 2 : Pada bagian ini yaitu berfungsi sebagai penampungan


terakhir dimana limbah cair ini sudah bisa langsung dibuang ke lingkungan
dengan dicampurkan clorin untuk menghilangkan sisa bakteri yang ada.

Gambar:3.4 Bak Equalisation


Sumber : dokumenasi pribadi
5. V-Notch: sebagai tempat pengambilan sampel limbah yang nantinya akan
dilakukan pengujian di laboratorium. V-Notch ini dilepaskan beberapa ekor
ikan tujuannya apabila ikan yang dilepas mati, maka ada pertanda bahwa
pH air tidak normal.

26
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Gambar: 3.5 V-Notch


Sumber : dokumentasi pribadi
6. Sumur resapan : sumur resapan ini berfungsi menerima air limbah yang
sudah bersih dari penampungan V-Notch yang akan dilepaskan ke
lingkugan
7. Filter press: filter press ini berfungsi untuk mengepres endapan yang sudah
berlebihan yang ada pada SBR 1 & 2. Cara kerjanya yaitu dengan
menyedot endapan dari penampungan SBR 1 & 2.

Gambar: 3.6 Filter press


Sumber : dokumentasi pribadi

27
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

8. Kompesor: kompresor berfungsi sebagai penyuplay udara yang nanntinya


akan di semprotkan ke SBR 1 & 2

Gambar: 3.7 Kompresor


Sumber : dokumentasi pribadi

9. PLC Room: Ruangan ini sebagai tempat untuk mengendalikan peralatan


yang yang berjalan, karena pada sistem ini menggunakan sistem PLC
(Programmable Logic Control) dimana semua sistemnya diatur oleh
program yang telah dipatenkan oleh WWTP (Waste Water Treatment Plan)

Gambar :3.8 Display PLC


Sumber : dokumentasi pribadi

28
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

3.2.10 Strategi Pegolahan Limbah Cair Greywater

1) Komposisi

Grey Water merupakan air limbah rumah tangga nonkakus berupa


buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (mengandung sisa makanan),
dan tempat cuci. Kandungan bahan organik air limbah terdiri dari protein (40-
60%), karbohidrat (25-50%), lemak atau minyak (10%), urea, bahan organik
(kesadahan, klorida, nitrogen, fosfor dalam bentuk P2O5, dan belerang), gas
(pembusukan gas hidrogen sulfida, pembusukan gas metana), potasium dalam
bentuk K2O, karbon, dan kalsium. Namun, seiring dengan kemajuan
bioteknologi, muncul bahan biologi jenis lain, seperti surfaktan, organic priority
pollutant, dan volatile organic (Hindarko 2003).

Tabel 3.2 Kerugian Kandungan Kimia Berlebih Pada Air Limbah

Unsur organik Standar Kerugian


Berbahaya untuk bayi, bisa menyebabkan
Nitrat 45 mg/L
methemoglobinemia
Dapat mengganggu kesehatan biota air, karena
Phospor 4-15 mg/L phospor merupakan nutrient bagi pertumbuhan eceng
gondok, ganggang, dan lain-lain
Belerang 200 mg/L Menyebabkan bau seperti telur busuk
(Sumber : Hindarko 2003)
Kerugian grey water dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, baik
kesehatan, lingkungan, maupun estetika. Bahan organik, anorganik, maupun
gas yang terkandung di dalam limbah cair rumah tangga dapat mencemari
lingkungan (mengganggu kehidupan biotik) serta menyebabkan berbagai
penyakit misalnya kolera, disentri, dll. Selain itu, sebagian bahan tersebut diurai
oleh mikroorganisme menjadi suatu senyawa yang dapat menimbulkan bau
tidak sedap. Contoh bahan yang dapat diurai oleh mikroorganisme yaitu
protein. Protein mengandung 16% unsur nitrogen. Bersama dengan urea,
protein menjadi sumber nitrogen dalam air limbah. Dekomposisi bakteri atau
hidrolisis di dalam tubuh makhluk hidup, terurailah bahan organik tersebut
menjadi ammonia nitrogen. Proses penguraian protein menimbulkan bau

29
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

busuk. Di dalam standar kualitas buangan, kandungan nitrat dalam buangan air
limbah tidak boleh lebih dari 45 mg/liter (Hindarko, 2003). Pada umumnya grey
water yang dihasilkan dibuang ke selokan tanpa diolah. Pelayanan terhadap
pengolahan grey water di Indonesia masih terbatas, yaitu sekitar 1,1%.
Pelayanan tersebut hanya terdapat di 11 kota besar dengan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik terpusat (Balitbang 2009).

1) Risiko
Pada beberapa kasus, greywater dapat dimanfaatkan kembali untuk
kegiatan seperti penyiraman tanaman, maupun untuk toilet flush.
Namun demikian, penggunaan kembali greywater ini memiliki resiko
seperti dibawah ini :
1. Risiko kesehatan masyarakat, penggunaan kembali greywater
kemungkinan mengakibatkan penyakit yang diakibatkan oleh
mikroorganisme patogen yang ada dalam greywater.
2. Risiko lingkungan, kebocoran greywater kesistem perairan terbuka bisa
terjadi, yang mengakibatkan adanya pencemaran lingkungan.

3. Opsi pengolahan
Greywater dapat digunakan kembali atau dibuang dengan beberapa
metode yang telah banyak digunakan di beberapa negara maju dan
berkembang. Salah satunya adalah menggunakan sistem irigasi bawah
permukaan, dengan beberapa proses pengolahan sederhana untuk
menghilangkan beberapa pencemar.
Greywater dari fasilitas saat ini dapat dialirkan melalui fasilitas perpipaan
saat ini yang ada di PT. Vale Indonesia. Gerywater tersebut mengalir secara
gravitasi. Untuk beberapa fasilitas yang berdekatan, fasilitas tersebut dapat
mengalirkan greywaternya.

3.2.11 Strategi Pegolahan Limbah Di Kantor General Facilities And Service


(GFS)

Strategi pengolahan limbah domestik dilingkungan kantor GFS untuk


jangka pendek adalah dengan memperbaiki kondisi pengolahan limbah yang

30
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

telah ada (biofil) yang berada dilingkungan kantor GFS. Dengan data
perkiraan estimasi jumlah limbah yang terbentuk diasumsikan sebagi berikut
adalah:
a. Limbah greywater sebanyak / hari
b. Limbah blackwater sebanyak / hari

1. Kerangka Pikiran

Latar Belakang

Kebutuhan akan kurangnya


air bersih. Minimnya area
resapan dan area hijau

Pendekatan Penataan
untuk Kawasan
yang hijau
melakukan Greywater
di kantor
penghijauan GFS

Tinjauan
Umum Maksud dan Tujuan
Analisa
Menyediakan
Pokok Permasalahan
Analisa permasalahan untuk kawasan hunian
Studi Lapangan
mencari solusi mengenai yang aman dan
Studi Literatur kerangka yang akan nyaman dengan
dilakukan. fasilitas yang
memadai.

Konsep

Skematik Desain

Perancangan

31
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

2. Metode Pengolahan Greywater Yang Bisa Diterapkan

a) Memakai tanaman air

Cara yang paling sederhana dalam mengatasi pencemaran-

pencemaran greywater adalah dengan menanami selokan dengan tanaman air

yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman yang bisa digunakan, antara lain

jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa

angustifolia (bunga coklat), melati air, dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi

hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tidak bisa menyaring lemak dan

sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.

Gambar 3.8 Sistem pengolahan greywater memakai tanaman air


Sumber :Sabrina 2009

Sistem greywater ini memerlukan sistim pembuangan yang terpisah


antara greywater dengan blackwater dimana nantinya air bekas cucian dan
lainnya akan masuk ke pipa pembuangan air khusus yang kemudian akan

32
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

ditampung di sebuah bak penampungan yang biasanya dilengkapi dengan filter


untuk membersihkan air buangan tersebut. Setelah air bekas tersebut menjadi
bersih atau setidaknya tidak berbahaya maka air akan digunakan kembali untuk
keperluan lain seperti mencuci mobil, menyiram tanaman sampai air untuk
toilet. Pada saat pengerjaan saluran atau pipa, yang perlu diperhatikan adalah
pipa horizontal. Dipasang dengan sudut kemiringan 2% untuk air limbah agar
air dapat mengalir dengan lancar. Pipa air limbah dibuat miring agar kotoran
cepat keluar dari saluran dan tidak terjadi penyumbatan.

Gambar 3.9 Penggunaan Greywater System pada limbah rumah tangga


Sumber : Sabrina 2009

b) Menggunakan Sistem Pasir Lambat


Pengolahan air limbah dapat diolah menggunakan cara filtrasi yaitu
mengalirkan air limbah ke dalam suatu filter kemudian dapat juga dilakukan
treatment-treatment yang lain. Salah satu filter yang dapat digunakan adalah
menggunakan saringan pasir lambat dengan tujuan untuk mengurangi
kandungan bakteri E.Coli dan kekeruhan dari air baku. Peru merupakan salah
satu Negara yang menggunakan saringan pasir lambat untuk mengatasi

33
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

masalah pemenuhan kebutuhan air minum, dimana penggunaan saringan pasir


lambat dapat menghilangkan kekeruhan dan coliform sampai 99,9% dan
setelah klorinasi dapat menghilangkan coliform 100%, sehingga kualitas air
effluent yang dihasilkan saringan pasir dapat layak diminum (Humphrey, 2005).

Gambar 3.10 Filtrasi pada limbah rumah tangga untuk Greywater system
Sumber : Greywater sytem 2007

Saringan pasir lambat akan mengalami fase kematangan dalam


menurunkan bakteri E.Coli setelah dioperasikan selama 40 hari dan akan
mengalami penurunan sampai 85 hari (Droste,1997). Menurut Al-Layla (1997),
kecepatan saringan pada saringan pasir lambat ini adalah sebesar 0,1 0,4
m/jam. Robert (1995) menunjukkan bahwa penggunaan saringan pasir lambat
di Cat Lake First Nation, Ontario, dapat menghilangkan Giardia cysts and
Cryptosporidium oocysts mencapai 99% dan menurunkan kekeruhan dari 3
NTU menjadi 0,2 NTU. Cynthia (1995) menggunakan saringan pasir lambat
untuk mengatasi masalah air minum di Dover, Idaho, dimana sistem ini dapat
menghilangkan Giardia Cysts 99,9%. Gresham (2005) menggunakan saringan
pasir lambat untuk kebutuhan air minum di Afganistan yang dapat
menghilangkan organisme kontaminan sebesar 99%. Humphrey (2005)
menggunakan saringan pasir lambat di Peru untuk memenuhi kebutuhan air

34
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

minum yang dapat menghilangkan coliform 99,9% dan setelah khlorinasi dapat
menghilangkan coliform 100%.
Greywater system juga digunakan untuk mengolah air dari efluent
pengolahan air limbah industri secara aerobik dengan menggunakan saringan
pasir lambat untuk mengurangi kandungan COD, menghilangkan bakteri E.Coli
dan kekeruhan air, sehingga diperoleh air yang dapat dimanfaafkan kembali.
Desain dan operasional saringan pasir lambat yang relatif lebih sederhana
jika dibandingkan dengan saringan pasir cepat, membuatnya menjadi alternatif
primer bagi pemakaian di Negara berkembang. Keuntungan penggunaan dari
saringan pasir lambat antara lain:
1. Dapat menghasilkan air dengan kandungan silika, besi dan alum rendah
2. Tidak memerlukan pengolahan koagulasi dan flokulasi
3. Tidak membutuhkan bahan kimia (kecuali desinfektan)
4. Biaya operasi dan perawatan rendah
5. Mempunyai efisiensi penurunan bakteri yang baik; dan periode operasi
relatif lama.
Pembersihan dalam saringan dilengkapi dengan sejumlah mekanisme yaitu
penyaringan, sedimentasi, flokulasi, mekanisme kimia dan fisika lainnya.
Secara umum mekanisme yang paling dominan adalah difusi dan sedimentasi.
saringan pasir lambat berjalan melalui fase pematangan selama beberapa
minggu setelah dimulai. Selama fase ini banyak microbial zoogleal atau
gelatinous yang tumbuh dengan sendirinya dilapisan atas saringan. Pada
lapisan ini banyak terjadi pembentukan partikel koloid. Setelah beberapa lama,
kerusakan meningkat ke ujung kasar dan lapisan kecil pada medium telah
menimbulkan pengikisan pada ujung atas saringan. Pertumbuhan biologis
meluas ke bawah lapisan yang rusak dan kinerja saringan tidak terganggu.
Siklus ini akan berulang-ulang, sehingga tersisa ketebalan minimum pada
medium saringan, sehingga perlu dibersihkan. Pertumbuhan biologis dalam
saringan bisa sangat mempengaruhi kinerja saringan dan mekanisme
pembersihannya. Saringan pasir lambat yang beroperasi dengan baik akan
menyisihkan hampir 98 - 99,5 % dari jumlah bakteri yang terdapat dalam air
baku dimana dalam saringan sudah terbentuk suatu lapisan tipis pada
permukaan pasir, yang sudah terbentuk setelah lebih kurang selama 2 minggu.
Lapisan tipis ini disebut dengan lapisan Schmutzdecke (Salvato,1982). Lapisan

35
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Schmutzdecke secara biologi merupakan lapisan media yang sangat aktif,


yaitu dapat menyisihkan bahan-bahan organik tersuspensi dan mikroorganisme
dengan proses biodegradasi dan proses-proses lainnya. Lapisan ini terdiri atas
lapisan mikroba yang tumbuh dan berkembang biak. Bakteri, protozoa dan
mikroorganisme besar lainnya seperti helminthes dan materi mengapung
sangat banyak dilapisan ini. Kandungan E.Coli dalam air baku dapat dikurangi
sebesar 102103. Kista Giardia dan Crytosporidium dapat dibersihkan dengan
tingkatan mendekati sempurna (99,9%) dalam operational saringan pasir
lambat yang sempurna. Pada lapisan Schmutzdecke ini paling banyak terjadi
penguraian atau pengurangan partikel tersuspensi, bakteri dan bahan organik.
Namun setelah beberapa lama pengoperasian headloss akan meningkat
sehingga harus dilakukan pencucian dan pengurangan lapisan Schmutzdecke
pada permukaan saringan dengan dikeruk (Droste,1997).
Laju alir saringan yang digunakan adalah 0,1 0,4 m/jam (35 liter/hari)
dengan diameter saringan sebesar 5 cm. Untuk ketinggian unit mengikuti
ketebalan dari media, dan unit saringan dapat ditunjukkan dalam Tabel berikut
Tabel 3.3 Unit Saringan pasir lambat

Lapisan Ketinggian ( cm )
Pasir ( diameter 0,5 0,8 mm )
50

Pasir ( diameter 1,6 mm ) 10


Kerikil kecil 10

Lapisan Ketinggian ( cm )

Kerikil Besar 10
Tinggi air diatas media 100
Total ketinggian filter 180
Sumber : greywater system 2007

Langkah awal dalam pengoperasian Saringan pasir lambat, air baku


dialirkan ke dalam filter dari dasar saringan sampai ke permukaan atas media
pasir. Hal ini dilakukan untuk mengeluarkan udara yang terdapat pada pori-pori
media media pasir dan kerikil yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan

36
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

mengalirkan air baku kebawah kedalam unit saringan pasir lambat. Selama
operasi air yang ada pada unit saringan pasir lambat ini harus selalu
menggenangi media pasir untuk menjaga agar organisme yang ada pada
permukaan lapisan pasir tidak mati. Proses pengaliran air baku ini dilakukan
secara kontinyu, sehingga menyebabkan miokroorganisme tumbuh dengan
sendirinya pada lapisan paling atas media pasir (Gambar 1). Pada lapisan
Schmutzdecke akan terjadi proses pengurangan partikel tersuspensi, bahan
organik, dan bakteri melalui proses oksidasi biologis maupun kimiawi.

Inflow

Over flow

Lapisan Schmutzdecke

Media pasir Under flow

E-5

Gravel

Gambar 3.11 Diagram proses system saringan pasir lambat


Sumber : Greywater sytem 2007

c) Menggunakan System Bawah Permukaan Yang Terdistribusi


Reuse greywater harus didistribusikan secara ketat di bawah permukaan
tanah untuk meminimalkan risiko kesehatan potensial dan bau. Tersedia di
bawah ini adalah daftar aplikasi penggunaan kembali yang disetujui.
1. Greywater harus diterapkan melalui irigasi bawah permukaan. Distribusi
graywater menggunakan sistem irigasi semprot dilarang.
2. Akar tanaman dapat dimakan tidak harus diairi dengan greywater.

37
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

3. Gunakan graywater untuk tanaman mapan bukan untuk bibit.


4. Graywater biasanya sedikit basa, jadi hindari menggunakannya untuk air
tanaman yang tumbuh subur di tanah asam.
5. Untuk mencegah akumulasi garam, mendistribusikan graywater lebih besar
luas permukaan dan distribusi memutar dari satu daerah ke daerah lain.
6. Pilih contoh penerapan penggunaan kembali sesuai untuk jumlah air menjadi
sesuatu bermanfaat yang dihasilkan dalam sistem.

Gambar 3.12 Sistem Greywater terdistribusi bawah permukaan


Sumber : Greywater sytem 2007

Contoh dari sistem distribusi bawah permukaan termasuk air abu-abu


tertutup untuk tempat tidur kerikil atau parit yang mendasari petak bunga
(Gambar 3.); air tidak diambil oleh tanaman kemudian merembes melalui profil
tanah. tanah memberikan pengolahan air secara fisik (filtrasi), kimia
(penyerapan dan transformasi) dan biologis (degradasi dan predasi)
Sistem Graywater dilengkapi dengan pompa dapat membubarkan air
melalui sistem bawah permukaan tetesan bertekanan untuk mengairi pohon,
bunga, dan kotak perkebunan. Hal ini penting untuk mengetahui berapa banyak
air yang akan tersedia untuk digunakan kembali, sehingga sistem irigasi dapat
menjadi ukuran sesuai. desain sistem reuse juga harus mempertimbangkan

38
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

kebutuhan air tambahan khas tanaman, terutama selama puncak penggunaan


air bulan. Graywater reuse saja mungkin tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tanaman puncak-air untuk air digunakan tinggi rumput, tetapi dapat
memberikan cukup air untuk tempat tidur bunga kecil dan kotak penanam.

3.2.12 Kapasitas Jumlah Pemakaian Greywater Di Kantor GFS

Kebutuhan akan adanya air bersih sangat membawa dampak besar bagi
kehidupan manusia. Begitu pun halnya yang terjadi di kantor GFS. Jumlah
pemakaian air pemakaian air yang ada disini terbilang cukup banyak.
Berdasarkan data aktual yang telah diambil dilapangan, kapasitas
pemakaian air yang terbuang ke lingkungan sebagai berikut :

Kantor GFS = 2139 m3


Wc = 7739 m3

Tabel 3.4 Jumlah Pemakaian Air di GFS

JUMLAH PEMAKAIAN AIR DALAM MULAI TANGGAL 14 FEBRUARI 2015 - 7 DESEMBER 2016

STANDAR
NO PARAMETER BULAN MINGGU HARI PERORANG LITER/ORG/HARI
SNI
0,20255
1 KANTOR GFS 97,22727 1,012784 0,0112532 11,253
7 150 LITER
PERHARI
2 WC 351,7727 3,664299 0,73286 0,0146572 14,657

Sumber : Berdasarkan hasil perhitungan di kantor GFS Desember 2016

Data tersebut merupakan jumlah pemakaian air selama bulan


mulai tanggal 14 februari 2015 7 desember 2016 dilihat dari tanggal
pemasangan meteran air yaitu 14 februari 2015.

39
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

400

300

200

100 KANTOR GFS


WC
0

Grafik 3.1 Jumlah pemakaian air di Kantor dan area WC di GFS


Sumber : Berdasarkan hasil perhitungan di kantor GFS Desember 2016

3.2.13 Menghitung Jumlah Luas Area Yang Bisa Dimanfaatkan Untuk


Penyiraman Greywater

Sebelum dewan dapat menyetujui rencana bagi pemilik rumah untuk


menginstal sistem greywater dengan sistem aplikasi tanah itu harus
memastikan properti memiliki lahan yang cukup untuk mendistribusikan
greywater yang dihasilkan.
Untuk menghitung apakah pemilik rumah memiliki lahan yang cukup,
dewan harus terlebih dahulu memperkirakan:

1. area yang tersedia (A tersedia) yang luas lahan yang tersedia untuk irigasi
greywater.
2. greywater yang dihasilkan (volume G) jumlah dari greywater yang
dihasilkan oleh rumah tangga
3. daerah diperlukan (A diperlukan) yang luas lahan yang dibutuhkan untuk
menyerap semua greywater yang dihasilkan.

40
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Contoh perhitungan :

Volume Hitung dari greywater yang akan dihasilkan menggunakan


perkiraan dari kode QPW. Aliran greywater dari kamar mandi dan cuci
dikombinasikan= 95liter/org/hari

Asumsikan empat orang rumah tangga:


Volume G (l / minggu) = empat orang x 95 l / orang / hari x tujuh hari
= 2.660 liter / minggu

3. Hitung luas yang dibutuhkan untuk menyerap buku ini dari greywater

Kemampuan tanah untuk menyerap air keruh akan tergantung pada jenis
tanah yang hadir onsite. Untuk contoh ini, menganggap lempung tanah isa
liat dengan rata-rata permeabilitas dan tingkat irigasi desain (DIR) dari 25
mm / minggu (AS / NZS 1547: 2000 tabel 4.2A4).

A diperlukan (m2) = Volume G (l / wk) DIR (mm / wk)


= 2660/25
= 106m2
Dalam hal ini pemilik rumah tidak memiliki lahan (106m2) diperlukan untuk
mendistribusikan semua greywater dari kamar mandi dan cuci. Jika ada
banyak tanah, maka fasilitas dapat direncanakan yang menggunakan semua
greywater yang dihasilkan.

Berdasarkan contoh perhitungan diatas, maka total aliran greywater


yang di hasilkan oleh kantor GFS dan WC adalah 25,910 liter/orang/hari.
Maka, dapt dihitung sebagai berikut :

Assumsi untuk 50 orang :

Volume (liter/minggu) = 50 org x 25,910 liter x 7 hari

= 9068,5 liter/minggu

Design Irigation Rate = 25 mm/week

41
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

A dibutuhkan ( ) =

= 362,74

Jadi, aliran greywater yang dihasilkan dikantor GFS selama seminngu


adalah 9068,5 liter/minggu yang dapat menyiram area seluas 362,74 atau
setara dengan luas lapangan basket.

3.2.14 Dampak Pengaruh Lingkungan Pada Greywater System

Pada penerapan greywater system ini, banyak membawa dampak pada


lingkungan sekitarnya, dan juga membawa dampak pada tempat yang
menggunakan greywater system ini, berikut dampak yang ditimbulkan oleh
penerapan greywater system.
1. Greywater system dapat mengurangi pemakaian air. Greywater dapat
menggantikan air tawar dalam banyak contoh, hemat uang dan
meningkatkan pasokan air. Daerah tempat tinggal menggunakan air hampir
merata dibagi antara dalam dan luar ruangan. Semua kecuali air toilet bisa
di luar daur ulang, hasil air yang dihasilkan pun hampir sama dengan air
yang di dapat dari alam.
2. Greywater system sangat efektif dalam memurnikan air
karena kita menggunakan air sisa cucian, maka system ini melindungi
kualitas alam dan air permukaan tanah.
3. Greywater system membantu hemat energi dan mengurangi penggunaan
bahan kimia. Bagi kita semua yang menyediakan air sendiri (sumur
misalnya), keuntungan mengurangi beban pada infrastruktur yang
dirasakan secara langsung(biaya listrik). agan agan sendiri pasti lebih
sedikit membuang bahan kimia beracun ke saluran pembuangan.
4. Greywater system membantu pertumbuhan tanaman air yang telah di daur
ulang baik bagi tanaman dan lingkungan, jadi dapat membantu
pertumbuhan yang baik bagi tanaman.

42
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

5. Greywater system meningkatkan kesadaran dan kepekaan terhadap siklus


alam. Penggunaan air secara bijak, meningkatkan tanggung jawab untuk
menjaga sumberdaya alam.

3.2 Permasalahan Dan Solusi

3.3.1 Permasalahan

a) Masih kesulitan dalam melakukan perhitungan cost / biaya dalam

pengolahan greywater.

b) Selain dalam area kantor, pada area bengkel masih ada benda- benda

yang berserakan.

c) Partisi atau safety line masih kurang dipasang pada tempat yang tepat

pada saat melakukan proses penggerindaan di area terbuka.

d) Sign atau rambu yang terpasang belum dipatuhi dengan baik.

3.3.2 Solusi

a) Perbanyak referensi mengenai sistem pengolahan greywater terutama

pada referensi yang berbahasa asing agar lebih mudah untuk mengerjakan

perhitungan biaya greywater.

b) Rapikan benda-benda yang berserakan terutama seperti benda-benda

silinder yang dapat menyebabkan potensi bahaya bagi setiap pekerja.

c) Pasang partisi atau safety line pada area atau posisi yang tepat agar pada

saat penggerindaan, percikan bunga api gerinda tidak terkena pekerja yang

lain atau arahkan percikan bunga api tersebut ke tempat yang aman.

d) Mematuhi safety (K3) dan rambu yang dipasang sebagai kebutuhan bukan

sebagai kewajiban.

43
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktik On The Job Training (OJT) penulis dapat


menyimpulkan bahwa :
a. Greywater merupakan limbah rumah tangga yang tidak berbahaya bagi kehidupan
manusia dalam kadar tertentu. Greywater juga dapat membantu pertumbuhan
tanaman tetapi hanya dalam kadar yang ditentukan. Namun, apabila greywater tidak
diolah dengan baik, maka akan terjadi sumber penyakit di tempat yang dimana
greywater tersebut dibuang dengan sembarangan. Selain itu, greywater yang
dibiarkan mengalir begitu saja dapat menyebabkan eutrofikasi. Eutrofikasi tersebut
dapat menurunkan kualitas air dan mengancam kehidupan dalam air. Maka
perhatikanlah greywater dan blackwater yang anda produksi setiap hari di rumah
apakah sudah benar pembuangannya atau belum. Dan jangan sampai limbah
tersebut malah akan menjadi sarang penyakit. Proses pengolahan greywater sendiri
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pegolahan limbah greywater ini antara lain
dengan memakai tanaman air, Cara yang paling sederhana mengatasi
pencemaran greywater adalah dengan menanami selokan dengan tanaman air
yang bisa menyerap zat pencemar. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa
menyerap sedikit zat pencemar dan tak bisa menyaring lemak dan sampah hasil
dapur yang ikut terbuang ke selokan. Kemudian dengan menggunakan saringan
pasir lambat dengan tujuan untuk mengurangi kandungan bakteri E.Coli dan
kekeruhan dari air baku. Saringan pasir lambat akan mengalami fase kematangan
dalam menurunkan bakteri E.Coli setelah dioperasikan selama 40 hari dan akan
mengalami penurunan sampai 85 hari (Droste,1997). Kemudian yang terakhir
dengan menggunakan sistem bawah permukaan yang terdistribusi. Reuse
greywater harus didistribusikan secara ketat di bawah permukaan tanah untuk
meminimalkan risiko kesehatan potensial dan bau.

44
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

b. Dengan adanya kegiatan OJT (On The Job Training ) penulis dapat
mengaplikasikan ilmu yang didapat di kampus ke dunia industri manufaktur. Ilmu
yang penulis pelajari di kampus ialah mengenai perawatan dan perbaikan mesin.
Dapat dipastikan setiap perusahaan manufaktur memiliki fungsi maintenance
meskipun dengan format dan size yang berbeda. Walaupun berbeda tetapi ilmu
keteknikan yang penulis pelajari di kampus bisa diterapkan di dunia industri
meskipun butuh penyesuaian.
c. Dalam penulisan laporan ini penulis banyak mengetahui tentang kaidah-kaidah
tentang penulisan laporan yang baik dan benar, walaupun masih banyak
kekurangan didalamnya. Penulisan laporan hendaknya mengikuti standar dan
aturan-atauran yang telah ditetapkan agar laporan sesuai dengan format yang
telah ditentukan.

4.2 Saran

1) Perlu ditingkatkan mengenai pentingnya kesadaran dari setiap individu dalam


penggunaan air sangatlah penting. Pemakaian jumlah air yang berlebihan
tentunya membawa dampak yang dapat merugikan pula. Terutamanya bagi
masyarakat sekitar yang mengalami kesulitan air bersih. Penggunaan air dalam
hal ini greywater di PT. VALE INDONESIA.Tbk khususnya di Kantor GFS harus
diperhatikan. Terutama jumlah penggunaan yang berlebih dan yang terbuang
secara sia-sia ke lingkungan serta memperhatikan biaya yang dikeluarkan dalam
penggunaan air tersebut karena semua proses tersebut akan berakhir pada
perhitungan biaya yang dikeluarkan.
2) Berjalannya suatu proses suatu industri harus didukung dengan manajemen K3
yang baik dan sistematis, sehingga dihasilkan suatu kondisi lingkungan yang
seimbang dan menunjang aktivitas produksi. Selain itu, penerapan K3 dan
manajemen lingkungan di PT. VALE INDONESIA.Tbk sebaiknya didasarkan
pada kesadaran terhadap pentingnya keselamatan dan kesehatan lingkungan
hidup dan peningkatan daya dukung dalam menjalankan semua aktivitas
pengelolaan lingkungan hidup.

45
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

DAFTAR PUSTAKA

1) Pandangan umum operasi PT.International Nikel Sorowako, Human Resourcer


and Organizing Development Sorowako.
2) PT.INCOProfile,File:///E|Ewwwroot/PTIncoIntranet/Information/CompanyProfile/pro
file.htm,2009.
3) K.A, Yoshita. 2010. PKM Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga (Grey Water)
Dengan Sistem Biofilter Untuk Ecotech Farm.
4) Putra, Yulesta. 2004. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Upaya Pendekatan
Dalam Arsitektur).
5) Widyanto, L. S. dan H. Susilo.1977. Pencemaran Air oleh Logam Berat dan
Hubungannya dengan Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). BIOTROP. Bogor,
Indonesia.

6) Youngman, L. 1999. Physiological respon Of Switchgrass (Panicum Virgatum L) to


Organic And Inorganic Amened Heavy-Metal Contaminated Chat Tailings.
Phytoremediation of Soil and Water Contaminants, American Chemical society
Symposium. Washington, D.C.

7) Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Universitas Indonesia.


Jakarta.

8) Suryadiputra, I.N. 1995. Teknologi pengolahan air limbah (Suatu Pengantar). Diktat
Kuliah. Fakultas Perikanan. IPB. Bogor.

9) KLH. 2003. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : Kepmen LH no


112/2003, tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik, Jakarta.

46
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

LAMPIRAN

47
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Mengecek level air yang ada di Salonsa Tangki

48
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Mengecek tekanan air yang ada di area Salonsa

49
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Area pengontrolan tekanan air Salonsa dan kelistrikannya

50
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Pengolahan Limbah area WWTP berbasis PLC

51
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Pemeriksaan Baku Mutu Limbah di RS VALE

52
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Area kerja Fabrikasi Shop

53
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Memperbaiki mesin las

54
LAPORAN ON THE JOB TRAINING
AKADEMI TEKNIK SOROAKO

Mempelajari pengolahan limbah greywater di kantor GFS

55

Anda mungkin juga menyukai