Anda di halaman 1dari 4

Nama : Bayu Eka Prasetya

Nim : T03140031
Kelas : 5/B Teknik Pertambangan
Mata Kuliah : Teknik Terowongan

FUNGSI TEROWONGAN TAMBANG

Fungsi terowongan :
1. Sebagai jalan masuk dan keluar bagi karyawan dan jalan angkut.
2. Mengangkut material trava system telekomunikasi, pipa air dan pipa lumpur
3. Lubang khusus ventilasi
4. Untuk penirisan sumur dan open channel
5. Untuk keselamatan kerja (penyelamatan jika terjadi kecelakaan)

Bentuk-bentuk terowongan
1. Bentuk lingkaran :
2. Bentuk segi empat
3. Bentuk Travesium
4. Bentuk Tapal kuda
5. Bentuk Poligon

Dalam bentuk terowongan dilihat dari :


1. Sifat fisik dari material itu sendiri
2. Struktur yang terjadi didaerah tersebut
3. Posisi

Perbedaan terowongan tambang dengan terowongan sipil :


1. Dari sifatnya, pada tambang sifatnya temporer sedang sipil (aua gellap kaga tau aq
soalnya terlambat ka menyalin jadi tidak dgr na bilang ibu dosen heheheheheheh)
2. Dari penggunaan pada tambang untuk sarana penambangan, sedang sipil untuk sarana
umum
3. Lokasi untuk tambang dibuat dimana terdapat cadangan bijih, untuk sipil dipilih
batuan baik.
4. Kondisi batuan, untuk tambang kondisi dapat diketahui secara baik karena aktivitas
bertahun-tahun, untuk sipil memerlukan eksplorasi secara rinci
5. Kondisi, untuk tambang berubah-ubah karena sifatnya dinamis, untuk sipil karena
sifatnya statis maka kondisinya tetap.

Secara filosofis
1. Tujuan dasar setiap rancangan untuk penggalian dibawah tanah harus menggunakan
massa batuan itu sendiri sebagai massa utamanya.
2. Selama penggalian harus menghasilkan gangguan kemantapan yang sekecil mungkin
dan sedikit mungkin menggunakan beton dan penyangga
3. Dalam keadaan asli dan buatan mengalami tegangan tekan dimana batuan keras itu
lebih kuat daripada beton.

Geometri terowongan.
1. Ukuran kecil
2. Menengah 3000 meter
3. Besar diameter > 6 meter

Metode penggalian lubang bukaan


1. Metode penggalian bebas dilakukan dengan cara sederhana dengan menggunakan alat
yang sederhana seperti ganco, linggis, dan sekop.
2. Metode mekanis sudah lebih canggih dengan menggunakan tunnel boring machine,
koadheader, drum seader.
3. Metode pemboran dan peledakan. Pemilihan metode ini juga memperhatikan
karakteristik dari batuan itu sendiri.

Siklus penggalian suatu lubang bukaan.


1. Penggalian
2. Pembersihan asap ledakan jika menggunakan peledakan.
3. Pembersihan atap
4. Pengumpulan dan pembuatan material hasil penggalian.
5. Pengangkutan material
6. Penyanggaan baik permanen atau sementara
Distribusi tegangan disekitar terowongan terbagi atas beberapa bagian
1. Distribusi tegangan sebelum dibuat terowongan terbagi atas 3 yaitu :
Tegangan grafitasi yaitu tegangan yang terjadi karena berat dari tanah/ batuan
yang berada diatasnya.
Tegangan tektonik, terjadi akibat geseran-geseran pada kulit bumi yang trjadi
pada waktu lampau maupun saat ini.
Tegangan sisa adalah tegangan yang masih tersisa walaupun penyebab tegangan
tersebut sudah hilang yang berupa panas ataupun pembengkakan pada kulit bumi.
Secara teoritis tegangan mula-mula dirumuskan dengan :
o = .H
KET : = Density (ton/m2 )
H = Kedalaman/ tinggi (m)
o = Tegangan mula-mula (ton/m2 )
2. Distribusi tegangan disekitar pada terowongan untuk keadaan paling deal
Geometri dari terowongan adalah yang diperhatikan terowongan adalah sebuah
lingkaran dengan jari-jari r. terowongan berada pd bidang horizontal, terowongan
terletak pada kedalaman H > r, dengan syarat reaksinya H>20 r, terowongan
sangat panjang sehingga dapat digunakan hipotesa tegangan bidang (plain strain).
Keadaan batuan adalah kontinu, homogeny dan isotrop.
Keadaan tegangan mula-mula atau inisial stress hidroblastik atau diasumsikan
^o = 0
o = o = . H
= o + o . R2 / r2
yang bekerja tegangan radial dan tegangan tangensial

3. Distribusi tegangan terowongan mula-mula tegangan hidrostatik, dimana tegangan


vertical 0 dan tegangan horizontal = 0, dimana tegangan horizontal = k tegangan
vertical
h = k. v dimana v = ^. H
KET : K = R2 x tegangan mula-mula o
R= Dinotasikan dengan jari-jari linkaran
r = jarak antar permukaan.
4. Distribusi tegangan disekitar terowongan untuk batuan yang tidak isotrop.
Dalam hal elastic ortotrop dimana ada dua modus yang tegak lurus untuk system
pembongkaran yang aksial. Distribusi tidak dipengaruhi hanya devormasinya, jadi
distribusi tegangan yang didapat dari perhitungan sebelumnya tetap diberlakukan.
Contoh batuan yang tidak isotrop yaitu batuan yang berlapis seperti sekis yang
berfungsi bagaimana perkuatan batuan dan arah perlapisan.
5. Distribusi tegangan disekitar terowongan untuk batuan yang mempunyai perilaku
plastic sempurna. Dicirikan dari akibat tegangan yang diserap oleh devormasi plastic
pada daerah lingkaran yang dibatasi oleh daerah elastic dari lingkaran yang berjari-
jari R dimana jari-jari ini dapat dihitung dengan
RI = R ( 2/ 1+ . o (-1 + oX/ c) (1/-1)
R = Jari-jari lubang bukaan
= 1 + sin q/ 1 sin q (q = sudut geser dalam)
c = tegangan sekitar yang diperkirakan ada jari-jari ini dapat tak terhingga untuk
batuan yang tidak (anu hehehehe) jadi kestabilan tidak akan dicapai untuk dipakai
penyangga, rumus diatas dapat dipermudah jika sudut geser dalam yang diambil
19.5o sehingga = 2 hingga R1 = 2 R/3 (o/ c H)
6. Distribusi tegangan disekitar terowongan yang dibentuk tidak bulat untuk keadaan
yang paling ideal ini berdasrkan tegangan garis-garis terowongan dengan berbagai
bentuk penampang dan berbagai tegangan mula-mula untuk keadaan paling ideal.
Ritasinya H = tegangan horizontal, v = tegangan verikal sebelum penggalian
terowongan, Q = tegangan tangensial untuk tiap garis terowongan.
Lingkaran mor untuk mengetahui tegangan yang terjadi pada dinding

Sumber : http://mheea-nck.blogspot.com/2011/01/teknik-terowongan.html

Anda mungkin juga menyukai