Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 1
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
RSUD Cileungsi
Penulis Naskah
Desain Sampul
Editor
TIM PENYUSUN
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 2
BUKU PEDOMAN
RSUD CILEUNGSI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah memberi
petunjuk dan bimbingan kepada kita, sehingga kita dapat menyusun Buku Pedoman
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 3
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUD Cileungsi. Buku Pedoman
Pencegahan dan Pengendalian infeksi ini merupakan edisi pertama setelah
berdirinya RSUD Cileungsi. Buku ini digunakan sebagai salah satu acuan dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit
Dalam buku ini memuat petunjuk teknis dan prosedur beberapa tindakan
yang mempunyai resiko infeksi rumah sakit serta cara pencegahan dan
penanggulangannya.
Dengan adanya buku ini diharapkan semua petugas dapat mengetahui serta
melaksanakan setiap kegiatan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di RSUD
Cileungsi secara efisien dan mencapai hasil yang sebaik-baiknya. Sebagaimana
halnya suatu standar prosedur maka buku petunjuk teknis ini akan terus mengalami
perbaikan dalam rangka penyempurnaan sesuai perkembangan IPTEK.
SAMBUTAN DIREKTUR
RSUD CILEUNGSI
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 4
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT saya merasa gembira
dan bangga atas usaha dan kerja keras Komite Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) RSUD Cileungsi yang telah menerbitkan Buku
Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS) di RSUD
Cileungsi.
Adanya buku pedoman PPI ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
mutu pelayanan melalui upaya pengendalian infeksi. Saat ini dimana keadaan
ekonomi kita sedang mengalami krisis, dimana biaya kesehatan semakin meningkat.
Di lain pihak, masyarakat menuntut adanya pelayanan kesehatan yang baik,
bermutu dan terjangkau. Dengan pengendalian infeksi di rumah sakit, pasien dapat
terhindar dari infeksi sampingan dan biaya yang harus dikeluarkan baik oleh pasien
maupun pihak rumah sakit dapat ditekan.
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT
BAB III : SURVEILANS
BAB IV : MRSA (Methicillin Resistant Staphylococcus Aureus)
BAB V : TATALAKSANA KEJADIAN LUAR BIASA
BAB VI : KESIAPAN MENGHADAPI PANDEMI PENYAKIT MENULAR
(EMERGING INFECTIONS DISEASES)
BAB VII : MASALAH PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK PENYAKIT
INFEKSI REGIONAL
BAB VIII : PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN BAHAN
PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
BAB IX : PENYEHATAN AIR
BAB X : PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 7
A. Latar Belakang
Infeksi Rumah Sakit (IRS) atau Healthcare Associated Infection (HAIs)
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit atau
fasilitas kesehatan lain, yang tidak ditemukan dan tidak dalam masa inkubasi
saat pasien masuk rumah sakit.
Infeksi Rumah Sakit (IRS) merupakan masalah penting di seluruh
dunia yang terus meningkat merupakan masalah utama bagi semua rumah
sakit. Dampak yang ditimbulkan meningkatkan lama masa rawat, angka
kematian, biaya perawatan dan pengobatan membebani rumah sakit maupun
pasien. Pencegahan dan pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS)
merupakan suatu upaya penting dala meningkatkan mutu pelayanan di rumah
sakit. Hal ini dapat dicapai dengan keterlibatan secara aktif semua personil
rumah sakit, mulai dari petugas kebersihan sampai dengan dokter dan mulai
dari pekarya sampai dengan jajaran direksi. Kegiatan tersebut dilakukan
secara baik dan benar di semua sarana rumah sakit : peralatan medis dan
non medis, ruang perawatan dan prosedur serta lingkungan.
Terjadinya infeksi rumah sakit dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
Banyaknya pasien yang dirawat yang menjadi sumber infeksi bagi
lingkungan dan pasien lainnya.
Interkasi antara petugas, pasien dan pengunjung yang menjadi sumber
infeksi.
Kontak langsung antara petugas rumah sakit yang tercemar bakteri
atau cairan dari tubuh pasien.
Penggunaan alat/peralatan medis yang tercemar oleh bakteri
Kondisi pasien yang lemah akibat penyakit yang dideritanya
Mengingat kegiatan yang penting ini melibatkan berbagai disiplin dan
tingkatan yang berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit. Prosedur baku yang dituangkan dalam Buku Petunjuk Teknis
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit ini merupakan prosedur
yang harus dilaksanakan secara maksimal sesuai indikasi.
Diharapkan dengan adanya Buku Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi yang merupakan pelengkap dari Buku Pedoman
Manajerial Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, dapat menjadi rujukan bagi
seluruh petugas kesehatan di RSUD Cileungsi yang memiliki sikap dan
perilaku yang sama dalam mencegah dan mengendalikan infeksi di rumah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 8
sakit. Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit yang dapat menjamin terlaksananya Patient Safety secara menyeluruh
di RSUD Cileungsi.
B. Dasar Hukum
C. Tujuan
Diperolehnya buku pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di
rumah sakit sehingga rumah sakit dapat melaksanakan pencegahan dan
pengendalian infeksi sesuai dengan buku yang telah diterbitkan oleh RSUD
Cileungsi.
BAB II
A. Perkembangan Kewaspadaan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 10
Kewaspadaan Standar atau Standard Precaution disusun oleh CDC
tahun 1996 dengan menyatukan Universal Precaution (UP) atau Kewaspadaan
terhadap darah dan cairan tubuh yang telah dibuat tahun 1985 untuk mengurangi
resiko infeksi patogen yang berbahaya melalui darah dan cairan tubuh lainnya dan
Body Substance Isolations (BSI) atau isolasi terhadap cairan tubuh yang dibuat
1987 untuk mengurangi resiko penularan patogen yang berada dalam bahan yang
berasal dari tubuh pasien terinfeksi. Pedoman Kewaspadaan Isolasi dan
pencegahan dengan penambahan istilah HAIs (Healthcare Associated Infection)
menggantikan istilah infeksi nosokomial, hyiegene repirasi/ etika batuk, praktek
menyuntik yang aman dan pencegahan infeksi pada prosedur lumbal pungsi.
B. Kewaspadaan Standar
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 11
1.2 Bila tangan ta mpak kotor, mengandung bahan berprotein, cairan
tubuh, lakukan kebersihan tangan dengan sabun antiseptik di air
mengalir
1.3 Bila tangan tidak tampak kotor, atau setelah membuang kotoran
atau cairan tubuh, bersihkan tangan dengan sabun biasa dan air,
kemudian bersihkan dengan handrub berbasis alkohol
1.4 Lima indikasi melakukan kebersihan tangan :
Sebelum kontak dengan pasien
Setelah kontak dengan pasien
Sebelum tindakan invasif
Setelah kontak dengan cairan tubuh
Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
2.2 Masker/goggle
Pakailah untuk melindungi konjungtiva, mukus membran mata,
hidung, mulut selama melaksanakan prosedur dan aktivitas
perawatan pasien yang beresiko terjadi cipratan/semprotan dari
darah, cairan tubuh, sekresi, dan ekskresi
Pilih sesuai tindakan yang akan dikerjakan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 12
Masker bedah dan dapat dipakai secara umum untuk petugas
rumah sakit untuk mencegah trnasmisi melalui partikel besar
dari droplet saat kontak erat (< 3m) dari pasien saat batuk/bersin
Pakailah selama tindakan yang menimbulkan aerosol walaupun
pada pasien tidak diduga infeksi
Jangan mengalungkan masker di leher segera lepas setelah
melakukan tindakan selesai.
2.3 Gaun/apron
Kenakan gaun (bersih, tidak steril) untuk melindungi kulit,
mencegah baju menjadi kotor, kulit terkontaminasi selama
prosedur/merawat pasien yang memungkinkan terjadinya
percikan/semprotan cairan tubuh pasien
Pilihlah yang sesuai antara bahan gaun dan tindakan yang akan
dikerjakan dan perkirakan jumlah cairan yang mungkin akan
dihadapi. Bila gaun tidak tembus cairan, perlu dilapisi apron
tahan cairan mengantisipasi semprotan/cipratan cairan infeksius.
Lepaskan gaun segera dan cuci tangan untuk mencegah
transmisi mikroba ke pasien lain ataupun ke lingkungan
Kenakan saat merawat pasien infeksi yang secara epidemiologik
penting, lepaskan saat akan keluar ruang pasien
Jangan memakai gaun pakai ulang walaupun untuk pasien yang
sama
Bukan indikasi pemakaian rutin masuk ke ruang resiko tinggi
seperti ICU, NICU.
2.5 Topi
Digunakan untuk menutup rambut dan kulit kepala sehingga
serpihan kulit dan rambut tidak masuk ke dalam luka selama
pembedahan. Topi harus cukup besar untuk menutupi semua
rambut. Meskipun topi dapat memberikan sejumlah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 13
perlindungan pada pasien, tetapi tujuan utamanya adalah untuk
melindungi pemakainya dari darah atau cairan tubuh yang
terpercik atau menyemprot.
2.6 Peralatan perawatan pasien
Buat aturan dan prosedur untuk menampung transportasi, peralatan yang
mungkin terkontaminasi darah atau cairan tubuh
Lepaskan bahan organik dari peralatan kritikal, semi kritikal dengan bahan
pembersih sesuai dengan sebelum di DTT atau sterilisasi
Tangani peralatan pasien yang terkena darah, cairan tubuh, sekresi, ekskresi
dengan benar sehingga kulit dan mukus membran terlindungi, cegah baju
terkontaminasi, cegah transfer mikroba ke pasien lain dan lingkungan
Pastikan perlatan yang telah di pakai untuk pasien infeksius telah dibersihkan
dan tidak dipakai untuk pasien lain
Pastikan peralatan sekali pakai dibuang dan dihancurkan melalui cara yang
benar dan peralatan pakai ulang diproses dengan benar
Peralatan nonkritikal terkontaminasi didisinfeksi setelah dipakai. Peralatan
semikritikal didisinfeski atau disteriilisasi. Peralatan kritikal harus didisinfeksi
kemudian disterilkan
Peralatan makan pasien dibersihkan dengan air panas dan detergen
Bila tidak nampak kotor, lap permukaan peralatan yang besar (USG,X-Ray)
setelah keluar ruangan isolasi
Bersihkan dan disinfeksi yan benar peraltan terapi pernapasan terutama
setelah dipakai pasien infeksi saluran napas
Alat makan dicuci dalam alat pencuci otomatik atau manual dengan detergen
tiap setelah makan. Benda disposible di buang ke tempat sampah
3. Pengendalian Lingkungan
Pastikan bahwa departemen/unit/ruangan membuat dan melaksanakan
prosedur rutin untuk pembersihan, disinfeksi permukaan lingkungan,
tempat tidur, peralatan disamping tempat tidur dan pinggirannya,
permukaan yang sering tersentuh dan pastikan kegiatan ini di monitor.
Untuk memtuskan rantai penularan infeksi, rumah sakit harus mempunyai
disinfektan standar untuk membunuh patogen atau menurunkan
jumlahnya secara fisikal maupun kimiawi, tetapi tidak termasuk spora.
Pembersihan harus mengawali disinfeksi. Benda dan permukaan tidak
dapat didisinfeksi sebelum dibersihkan dari bahan organik (sekresi,
ekskresi pasien, kotoran). Pembersihan ditujukan untuk mencegah
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 14
aerosolisasi, menurunkan pencemaran lingkungan. ikuti aturan pakai
pabrik cairan disinfektan, waktu kontak dan cara pengencerannya.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 15
4.7 Pastikan kantong tidak bocor dan lepas ikatan selama transportasi.
Kantong tidak perlu double
4.8 Petugas yang menangani linen harus menggunakan APD
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 16
harus menutup mulut dan hidung dengan tissue kemudian
membuangnya dan mencuci tangan
7.4 Sediakan tissue dan wadah untuk limbahnya
7.5 Sediakan sabun, wastafel dan cara mencuci tangan pada ruang
tunggu pasien rajal atau alkohol handrub
7.6 Pada musim infeksi saluran napas, tawarkan masker pada pasien
dengan gejala infeksi saluran napas, juga pendampingnya. Anjurkan
untuk duduk berjarak > 1m dari yang lain
7.7 Lakukan sebagai standar praktek
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 17
9. Praktek lumbal punksi
Pemakaian masker pada insersi cateter atau injeksi suatu obat ke dala
area spinal/epidural melalui prosedur lumbal punksi misal saat melakukan
anestesi spinal dan epidural, myelogram untuk mencegah transmisi
droplet flora orofaring
Penyakit yang termasuk kategori ini antara lain, varicella, campak. Diperlukan
ventilasi seperti pada isolasi BTA (Basil Tahan Asam); pasien ditempatkan
dalam ruang tersendiri dengan udara negatif (negatif airflow) dengan minimal
6 kali pergantian udara perjam, yang dipantau secara terus menerus. Udara
langsung dibuang ke luar atau dilewatkan penyaringan (filter) partikular udara
dengan efisiensi tinggi bila akan disirkulasi kembali. Pintu ruangan harus
selalu ditutup. Pasien hanya boleh meninggalkan kamar harus menggunakan
masker.
Alat pelindung yang sesuai harus dikenakan untuk pasien yang didiagnosa
atau diduga tuberkulosis sesuai dengan pedoman yang telah ada untuk
tuberkulosis. Orang termasuk petugas rumah sakit, yang rentan terhadap
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 18
penyakit campak (measles) dan cacar air (varicella) dilarang masuk ke
ruangan pasien dengan penyakit tersebut.
Proteksi repirasi :
Gunakan pelindung pernapasan masker N95 pada saat masuk ke dalam
ruangan pasien yang diketahui atau diduga mengidap tuberkulosis, H1N1,
H5N1
Pengangkutan pasien :
Batasi pemindahan atau pengangkutan pasien hanya untuk hal-hal yang
penting saja. Bila pemindahan atau pengangkutan pasien memang
diperlukan, hindari penyebaran droplet dengan memberikan masker bedah
kepada pasien.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 19
Transmisi lewat droplet
Droplet (percikan besar) dapat terjadi pada waktu seseorang berbicara, batuk,
bersin ataupun pada waktu pemeriksaan jalan napas seperti intubasi atau
bronkoskopi
Masker harus dipakai, bila seseorang berada dalam jarak 3 kaki dari pasien.
Akan lebih praktis apabila kewajiban memakai masker diberlakukan sejak
seseorang memasuki ruangan pasien. Pasien hanya diperbolehkan
meninggalkan ruangan hanya jika sangat perlu, dan harus memakai masker.
Contoh penyakit :
Influenza tipe B invasive H, termasuk meningitis, pneumonia dan
sepsis
Meningitis invasive N, termasuk meningitis, pneumonia dan sepsis
Pneumoniae multidrug resiten invasive S, termasuk meningitis,
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 20
pneumonia, sinusitis, dan otitis media
Penempatan pasien :
Tempatkan pada ruang tersendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi
yang aktif dari organisme yang sama, tetapi tidak ada infeksi lain. Bila ada
kamar tersendiri, tempatkan dalam ruangan secara kohort, dan bila ruang
untuk kohort tidak memungkinkan, buatlah jarak pemisah minimal 3 kaki
antara pasien dengan pasien lain dan pengunjung
Pemakaian masker :
Pemakaian masker bila berada/bekerja dengan jarak kurang dari 3 kaki dari
pasien
Transport Pasien :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk keperluan mendesak
bila terpaksa memindahkan pasien, gunakan masker pada pasien.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 22
Transmisi Lewat Kontak
Sebagai tambahan dari kewaspadaan standar, contact precautions
digunakan untuk pasien yang diketahui atau dicurigai menderita penyakit
serius yang mudah menular melalui kontak pasien atau kontak dengan
sesuatu di lingkungan pasien
Contohnya :
MRSA
Infeksi gastrointestinal, repirasi, kulit atau luka atau kolonisasi bakteri
MDR sesuai keputusan program pemberantasan.
Infeksi enterik dengan dosis infeksi rendah atau berkepanjangan
termasuk :
a. Clostridium difficile
b. Enterohaemorrhage E. Coli (EHEC), Shigella, Hepatitis A atau
Rotavirus pada pasien incontinensia
RSV, para influenza virus, atau infeksi enterovital pada bayi dan anak-
anak
Infeksi kulit yang sangat menular atau yang bisa timbul pada kulit
kering, termasuk :
a. Diphteria (kulit)
b. Herpes Simplex (neonatus atau mucocutaneus)
c. Impetigo
d. Abses besar, selulitis atau dekubitus
e. Pediculosis
f. Scabies
g. Furunkulosis yang disebabkan oleh staphylococcus pada bayi dan
anak-anak
h. Staphylococcal Scalded Skin Syndrome (SSSS)
i. Herpes zoster (diseminata atau pasien immunokompromisse)
Konjungtivitis hemoragik akibat virus
Lassa fever atau virus marburg
Penempatan pasien :
Tempatkan pada kamar sendiri atau bersama pasien lain dengan infeksi
yang aktif dari mikroorganisme yang sama tetapi tanpa infeksi lain. Bila ada
kamar tersendiri tidak tersedia tempatkan dalam ruangan secara kohort
Pemakaian gaun :
Gaun digunakan saat melakukan tindakan : seperti merawat luka,
memandikan pasien dengan MRSA kolonisasi di ketiak (+), peawatan
kolostomi dll.
Transport pasien :
Batasi pemindahan dan transport pasien hanya untuk hal yang penting. Bila
terpaksa harus memindahkan keluar kamar, usahakan tetap melaksanakan
kewaspadaan standar
Perawatan lingkungan :
Lakukan perawatan terhadap peralatan disekitar tempat tidur pasien (tempat
tidur, meja, dinding, tiang infus, lemari pasien) dan permukaan lain yang
sering tersentuh dibersihkan setiap hari dengan disinfektan
CATATAN :
Disetiap pintu masuk kamar pasien harus tersedia Alat Pelindung Diri
(APD) yaitu : masker, sarung tangan , abju pelindung (apron), topi
Harus tersedia wastafel dengan air mengalir, sabun antiseptik, tissue,
handrub berbasis alkohol, tempat sampah infeksius dan non infeksius
Tersedia poster isolasi (kontak, droplet, dan airborne), poster
menggunanakan dan melaepas APD, sesuai kebutuhan di deoan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 25
SINDROM KONDISI KLINIK YANG SECARA EMPIRIK MEMERLUKAN
KEWASPADAAN TAMBAHAN
TABEL 2
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 26
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 27
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 28
KEBERSIHAN TANGAN
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 29
Lima indikasi melakukan kebersihan tangan :
1. Sebelum kontak dengan pasien (menyentuh tubuh pasien, baju atau pakaian,
mengukur tanda-tanda vital)
2. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan aseptik (tindakan tranfusi,
perawatan luka, kateter urine, suctioning, perawatan daerah pemasangan
katetr intravena, pemberian obat (IV, IM, IC, IT, SC))
3. Sebelum dan sesudah tindakan invasif (pemasangan vena central, vena
perifer, kateter urine, pemasangan kateter arteri, tindakan intubasi
endotrchea, pemasangan WSD, Lumbal pungsi, dll)
4. Sebelum dan sesudah kontak dengan cairan tubuh (muntah, darah, nanah,
urine, feses, produksi darin, dll)
5. Setelah meninggalkan lingkungan/ruangan pasien (menyentuh tempat tidur
pasien, linen, yang terpasang di tempat tidur pasien, alat-alat di sekitar
pasien, atau peralatan lain yang digunakan pasien, kertas/lembar untuk
menulis yang ada disekitar pasien, meja pasien, status pasien, tiang infus,
alat-alat monitor)
CATATAN PENTING :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 30
Kapan kita pakai handrubs?
Keadaan emergency dimana fasilitas cuci tangan sulit di jangkau
Fasilitas cuci tangan tidak adekuat
Saat ronde di ruangan yang memerlukan disinfektan
Di antara tindakan keperawatan
Dipergunakan jika tangan tidak terkena noda/cairan tubuh pasien, tangan harus di
cuci dengan sabun antiseptik segera setelah melepaskan sarung tangan, karena
pada saat tersebut mungkin sarung tangan adda lubang kecil atau robek, sehingga
bakteri dengan cepat berkembang biak pada tangan akibat lingkungan yang lembab
dan hangat di sarung tangan (CDC, 1989, korniewicz. et al. 1990)
Kebersihan tangan dengan berbasis alkohol dilakukan ketika secara kasat mata
tangan tidak terlihat kotor, diantara tindakan, saat ronde :
Menggosokan tangan dengan larutan berbasis alkohol, non iritatif 100 ml
alkohol 70% plus 1-2 ml gliserin plus pewangi
Formula disinfektan (WHO) :
Etanol 96 % ................................................................. 833.3 ml
Hydrogen peroksida 3% ................................................................. 1.7 ml
Gliserol 98% ................................................................. 14.5 ml
Isopropil alkohol 99.8% ................................................................. 751.5 ml
Hidrogren peroksida 3% .................................................................. 41.7 ml
Gliserol 98% .................................................................. 14.5 ml
Tambahkan formula tersebut dengan air destilasi/rebusan/dingin sampai mencapai
1000 ml. Campur hingga homogen.
Pasien dengan penyakit menular melalui udara harus dirawat di ruang isolasi
(bila memungkinkan) untuk mencegah transmisi langsung atau tidak langsung
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 31
Jumlah petugas yang merawat pasien, harus dijaga seminimal mungkin sesuai
dengan tingkat perawatan. Petugas perlu diawasi secara ketat dan hendaknya
berpengalaman di dalam pencegahan dan pengendalian infeksi.
Perawatan pasien diruang isolasi menjadi sulit, jika sumber daya tidak
mencukupi, pasien tidak memiliki kebiasaan menjaga kebersihan, sengaja
mencemari lingkungan atau tidak dapat diharapkan bekerjasama dalam
menerapkan tindakan pencegahan infeksi dan transmisi mikroorganisme. Hal
ini dapat ditemukan misalnya pada anak-anak, pasien dengan keadaan mental
yang berubah-ubah atau orang lanjut usia
2.Memasuki Ruangan
2.1 Di ruang anteroom harus tersedia APD yang berisi : topi, masker, apron,
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 33
sarung tangan, dan sepatu pelindung, wastafel dengan air mengalir,
sabun antiseptik, handrub, paper towel (tissue), poster APD dan
kebersihan tangan.
2.2 Siapkan semua peralatan yag dibutuhkan
2.3 Cuci tangan dengan air mengalir atau gunakan handrubs berbasis
alkohol.
2.4 Memakai APD, dengan urutan sebagai berikut : pelindung kaki, gaun
pelindung dan topi, masker, kaca mata atau pelindung wajah dan sarung
tangan.
2.5 Masuk ruangan dan tutup pintu.
3.Meninggalkan Ruangan
3.1 Kecuali masker, lepaskan APD di pintu ruang anteroom, masker
dilepaskan setelah meninggalkan ruangan pasien dan menutup pintunya
3.2 Urutan melepas APD :
1) Sarung tangan : lepas dan buang ke dalam tempat sampah infeksius,
lakukan kebersihan tangan.
2) Kaca mata atau pelindung wajah : letakkan ke dalam wadah
peralatan bekas pakai, lakukan kebersihan tangan.
3) Gaun : dengan tidak memegang bagian luar gaun, masukan ke dalam
tempat cucian, lakukan kebersihan tangan
4) Masker: dengan tidak memegang bagian luar, lakukan kebersihan
tangan.
5) Pelindung kaki setelah itu lakukan kebersihan tangan.
3.3 Cuci tangan dengan air mengalir atau digunakan handrubs berbasis
alkohol.
3.4 Tinggalkan ruangan.
3.5 Lepaskan masker atau respirator dengan memegang elastis di belakang
telinga, jangan memegang bagian depan masker
3.6 Setelah ke luar ruangan, gunakan kembali handrubs berbasis alkohol
atau cuci tangan dengan air mengalir
3.7 Sebelum meninggalkan ruangan petugas mandi di kamar mandi dengan
menggunakan shower yang disediakan di ruang ganti dan
menggunankan pakaian dari rumah.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 34
1. Kewaspadaan terhadap semua darah dan cairan tubuh , sekresi dan ekskresi dari selur
pasien untuk meminimalisir resiko transmisi infeksi.
2. Lakukan kebersihan tangan sebelum kontak diantara pasien.
3. Lakukan kebersihan tangan setelah menyentuh bahan infeksius (darah dan cairan tubuh
4. Gunakan teknik tanpa menyentuh bila memungkinkan untuk menghindari menyentuh ba
infeksius.
5. Pakai sarung tangan saat harus atau mungkin kontak dengan darah dan cairan tubuh se
barang yang terkontaminasi. Disinfeksi tangan segera setelah melepas sarung tangan.
sarung tangan antara pasien.
6. Penanganan limbah feses, urin dan sekresi pasien yang lain dalam lubang pembuangan
disediakan, bersihkan dan disinfeksi bedpan, urinal dan kontainer pasien lain.
7. Tangani bahan infeksius sesuai prosedur
8. Pastikan peralatan, barang fasilitas dan linen infeksius pasien telah dibersihkan dan di
disinfeksi dengan benar antar pasien.
PERHATIAN :
1. Formaldehid alkohol tidak dianjurkan sebagai sterilan kimia atau DTT karena
bersifat iritasi dan toksik.
2. Fenol 3% dan oidofor tidak boleh untuk DTT karena tidak dapat mematikan
spora bacteria, M. Tuberculosis (MTB) dan jamur.
3. Isopropil alkohol tidak boleh untuk DTT karena tidak bisa mematikan spora
bakteria dan virus hidrofilik.
4. Waktu paparan untuk DTT berubah dari 10-30 menit menjadi > 12 menit.
5. Jangan melakukan disinfeksi fogging atau pengasapan di area perawatan
dan kamar operasi.
6. Petugas yang melakukan dekontaminasi alat harus selalu menggunakan alat
pelindung diri (APD) seperti masker, apron lengan panjang, sarung tangan
panjang, jika diperlukan dapat memakai kacamata (goggle)
G. DEKONTAMINASI
Pengertian
1. Prabilas (precleaning)
Proses yang membuat benda mati lebih aman untuk ditangani oleh petugas
sebelum dibersihkan, misal : mengurangi jumlah mikroorganisme yang
mengkontaminasi, menginaktivasi virus HBV, HCV, dan HIV
2. Pembersihan :
Proses yang secara fisik membuang semua kotoran, darah atau cairan
tubuh lainnya dari benda mati ataupun membuang sejumlah
mikroorganisme untuk mengurangi resiko bagi mereka yang menyentuh
kulit atau menangani obyek tersebut. Proses ini terdiri dari mencuci
sepenuhnya dengan sabun atau deterjen dan air atau secara enzimatik,
membilas dengan air bersih dan mengeringkan.
3. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT):
Proses menghilangkan semua mikroorganisme (bakteria, virus, jamur dan
parasit) termasuk endospora bakteri dari benda mati dengan mesin
sterilisator suhu tinggi yaitu uap tekanan tinggi (otoklaf) dan panas kering
(oven) atau dengan mesin sterilisator suhu rendah (plasma dan etilen
oksida), sterilan kimiawi atau radiasi.
Setiap benda, baik peralatan metal yang kotor memrlukan penanganan dan
pemrosesan khusus agar :
1. Mengurangi resiko perlukaan aksi dental atau terpapar darah atau
cairan tubuh terhadap petugas pembersih dan rumah tangga.
2. Memberikan hasil akhir berkualitas tinggi (umpamanya peralatan atau
benda lain yang steril atau yang didisinfeksi tingkat tinggi (DTT)).
Persyaratan :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 36
1. Suhu pada disinfeksi secara fisik dengan air panas untuk peralatan sanitasi
80C dalam waktu 45-60 detik, sedangkan untuk peralatan memasak 80C
dalam waktu 1 menit.
2. Disinfektan harus memenuhi kriteria tidak merusak peralatan maupun
orang, disinfektan mempunyai efek sebagai deterjen dan efektif dalam
waktu yang relatif singkat, tidak terpengaruh oleh kesadahan air atau
keberadaan sabun dan protein yang mungkin ada.
3. Penggunaan disinfektan harus mengikuti petunjuk pabrik.
4. Pada akhir proses disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis (ruang
operasi dan ruang isolasi) tingkat kepadatan bakteri pada lantai dan dinding
0-5 CFU/cm, bebas mikroorganisme patogen dan gas gangren. Untuk
ruang penunjang medis (ruang rawat inap, ruang ICU/ICCU, kamar bayi,
kamar bersalin, ruang perawatan luka bakar dan laundry) sebesar 5-10
CFU/m
5. Sterilisasi peralatan yang berkaitan dengan perawatan pasien secara fisik
dengan pemanasan pada suhu 121C selama 30 menit atau pada suhu
134 selama 13 menit dan harus mengacu pada petunjuk penggunaan alat
sterilisasi yang digunakan.
6. Sterilisasi harus menggunakan disinfektan yang ramah lingkungan.
7. Petugas sterilisasi harus menggunakan alat pelindung diri dan menguasai
prosedur sterlisasi yang ada
8. Hasil akhir proses sterilisasi untuk ruang operasi dan ruang isolasi harus
bebas dari mikroorganisme hidup.
Tujuan :
a. Efisiensi dan efektifitas pelayanan sterilisasi
b. Standarisasi pelayanan sterilisasi
c. Jaminan mutu pelayanan sterilisasi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 37
proses sterilisasi, penyimpanan dan pendistribusian barang steril serta
pengawasan mutu.
Pelayanan sterilisasi dilaksanakan secara sentralisasi oleh Instalasi Sterilisasi
Pusat/CSSD namun dapat juga dilaksanakan oleh unit kerja dalam bentuk
Satelit CSSD yang penyelenggaraannya dibawah Koordinasi dan Pengawasan
Instalasi Sterilisasi Pusat dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Tersedia ruangan satelit CSSD yang memenuhi standar :
a. Area unclean : tekanan negatif AC dan HEPA filter
b. Area clean : tekanan positif AC dan HEPA filter
c. Area steril : tekanan positif AC dan HEPA filter
d. Area umum : gudang penyimpanan BMHP
2. Tersedia sarana dan prasarana standar minimal untuk pelayanan
sterilisasi :
a. Mesin sterilisator suhu tinggi dan suhu rendah kapasitas kecil
b. Peralatan penunjang dekontaminasi
c. Peralatan penunjang untuk pengemasan dan labeling
d. Peralatan penunjang untuk penyimpanan barang steril
e. Peralatan penunjang lainnya
3. SDM dengan kompetensi khusus di bidang pelayanan sterilisasi
4. Aktivitas sentralisasi di CSSD :
a. Menyediakan/produk barang medis habis pakai steril (single-use)
b. Melakukan proses sterilisasi barang medis ulang pakai (re-use)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 38
Semua peralatan yang di ulang pakai harus memenuhi persyaratan
berikut :
a. Ada referensi atau rujukan yang dapat dipertanggungjawabkan
b. Rekomendasi dari pihak penyediaan dengan sertifikat
c. Penyedia harus merekomendasi berapa kali alat dapat di ulang
Kebijakan :
1. Barang medis/alat kesehatan steril sekali pakai (single-use)
Adalah barang medis/alat kesehatan steril disposible produksi oleh pabrik
tertentu, disediakan untuk sekali pakai dan tidak boleh diproses ulang
kecuali :
a. Ada rekomendasi dari pabrik yang memproduksi alat kesehatan tersebut
untuk difungsikan sebagai barang ulang pakai
b. Barang yang terbuat dari bahan yang tahan untuk di pakai ulang, perlu
dilakukan pencatatan agar bisa mendeteksi sudah berapakali di pakai-
ulang.
2. Barang medis habis pakai steril
Adalah barang medis habis pakai yang di produksi steril oleh Instalasi
Sterilisasi Pusat (CSSD) digunakan hanya satu kali pakai dalam kemasan
tertentu.
3. Barang medis steril yang dapat digunakan kembali atau ulang pakai
Adalah barang steril yang bilamana sudah di pakai oleh pasien dapat
digunakan kembali setelah dilakukn proses pembersihan, dekontaminasi,
pengemasan, dan proses steril
4. Barang medis/alat kesehatan steril, tidak boleh dipakai apabila:
a. Kemasan sudah dibuka atau terbuka
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 39
b. Barang steril yang masih tersisa dalam kemasan yang sudah terbuka
c. Tanggal kadaluarsa sudah lewat
5. Proses ulang untuk barang medis/alat kesehatan yang dapat di pakai ulang,
penggunaan kembali tergantung dari jenis bahan dari barang medis/alat
dan kondisinya tidak rusak
6. Pengawasan terhadap pemakaian kembali barang/alat kesehatan yang
dapat diproses ulang harus dilakukan secara rutin :
a. Seleksi kelayakan untuk dilakukan ulang pakai (uji visual)
b. Pencatatan agar dapat mendeteksi berapakali barang tersebut dilakukan
ulang pakai
7. Pengumpulan data, analisis data dan penggunaan data mengenai
penggunaan barang medis/alat kesehatan yang dapat digunakan kembali
atau ulang pakai yang terkait dengan pencegahan dan pengendalian infeksi
merupakan tanggung jawab semua Unit Kerja yang terkait dengan
pelayanan.
Metode Sterilisasi
1. Sterilisasi dengan Menggunakan Panas :
1.1 Sterilisasi Uap Panas (Otoklaf)
Cara ini biasanya digunakan di rumah sakit karena terbukti uap panas
dengan tekanan tinggi dapat menghilangkan spora bakteri yang paling
resisten sekalipun secara efektif dalam waktu singkat. Mekanisme
secara umum adalah mengeluarkan seluruh udara dari bahan/alat yang
disterilkan dengan otoklaf sehingga terjadi campuran uap yang
seragam dan mengurangi kemungkinan adanya daerah dingin dalam
otoklaf. Mekanisme ini mencakup gravity displacement, mass flow
dilution, pressure pulsing, high vaccum, dan pressure pulsing dengan
gravity displacement. Faktor lain yang penting adalah udara kedap,
tekanan atmosfir, kualitas udara.
1.2 Sterilisasi Panas (Oven/dry Heat)
Pemanasan dengan oven biasa digunakan untuk sterilisasi gelas,
instrumen, benda tajam dan instrumen bedah mata. Keunggulan
penggunaan panas dibandingkan sterilisasi uap adalah kemungkinan
korosi yang rendah dan penetrasi yang dalam. Tetapi, proses
pemanasan ini lambat, diperlukan waktu satu atau dua jam pada suhu
160C. Bahan dan alat dapat menjadi rusak akibat pemanasan yang
lama dengan suhu tinggi.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 40
2. Sterilisasi Suhu Rendah
2.1 Sterilisasi dengan Etilen Oksida (ETO)
Sterilisasi menggunakan etilen oksida efektif unttuk membunuh spora.
Bahan ini mudah menguap dan baik unttuk penetrasi, tetapi bahan ini
mudah meledak dan terbakar. ETO adalah campuran gas yang paling
efisien dan bisa penetrasi kateter lumen yang sangat kecil, namun
mempunyai kelemahan karena sifatnya yang karsinogenik.
2.2 Sterilisasi dengan Plasma/Teknologi Baru dalam Sterilisasi dengan
Suhu Rendah.
Suhu rendah, teknik dan prosedur baru seperti bedah mikro, bedah
laser, bedah ultrasonik dan bedah endoskopi atau laparoskopi yang
menggunakan peka dan mahal, biasanya sensitif terhadap panas.
Untuk itu diperlukan cara sterilisasi yang mencakup hal-hal berikut ini :
a. Kurang dari 60C
b. Efisiensi tinggi, dapat membunuh virus, bakteri TB, jamur dan spora
c. Aktivitas cepat, mampu menembus bahan peralatan medis biasa
dan masuk ke bagian dalam instrumen alat
d. Kompatibilitas bahan
Tidak merubah bentuk maupun fungsi alat-alat bahkan setelah
digunakan ulang
e. Non toksik
f. Tahan bahan organik tanpa kehilangan efektifitas
g. Adaptasi
Cocok digunakan pada instalasi kecil maupun besar
h. Kemampuan monitor
Mudah dimonitor dengan akurat secara fisik, kimia maupun biologi
i. Murah
Harga yang pantas untuk instalasi dan prosedur rutin
j. Sterilisasi plasma hidrogen peroksida dan vapour-phase
hidrogenperoksida (VHP), siklus sterlisasi lebih pendek daripada
dengan menggunakan ETO, yaitu angka 30-45 menit untuk VHP
dan 75 menit sampai 4 jam untuk plasma. Bahanbahan ini juga
ideal untuk alat-alat yang sensitif terhadap panas dan kelembaban,
selain itu ramah lingkungan dan tidak meninggalkan residu.
Tatalaksana :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 41
1. Kamar/ruang operasi yang telah dipakai harus dilakukan disinfeksi dan
disterilisasi sampai aman untuk dipakai pada operasi berikutnya
2. Instrumen dan bahan medis yang dilakukan sterilisasi harus melalui
persiapan, meliputi :
2.1 Persiapan sterilisasi bahan dan alat sekali pakai
Penataan - Pengemasan - Pelabelan - Sterilisasi
2.2 Persiapan sterilisasi instrumen baru
Penataan dilengkapi dengan sarana pengikat (bila diperlukan)
Pelabelan - Sterilisasi
2.3 Persiapan sterilisasi instrumen dan bahan lama
Disinfeksi Pencucian (dekontaminasi) Pengeringan (pelipatan bila
perlu) Penataan Pelabelan Sterilisasi
3. Indikasi kuat untuk tindakan disinfeksi/sterilisasi
3.1 Semua peralatan medik atau peralatan perawatan pasien yang
dimasukan kedalam jaringan tubuh, sistem vaskuler atau melalui
saluran darah harus selalu dalam keadaan steril sebelum digunakan
3.2 Semua peralatan yang menyentuh selaput lendir seperti endoskopi,
pipa endotrakeal harus disterilisasi/di disinfeksi dahulu sebelum
digunakan
3.3 Semua peralatan operasi setelah dibersihkan dari jaringan tubuh, darah
atau sekresi harus selalu dalam keadaan steril sebelum dipergunakan
4. Semua benda atau alat yang akan disterilkan/di disinfeksi harus terlebih
dahulu dibersihkan secara bersama untuk menghilangkan semua bahan
organik ( darah dan jaringan tubuh ) dan sisa bahan linennya.
5. Sterlisasi (132C) selama 3 menit pada gravity displacement steam
sterilizer, tidak dianjurkan untuk peralatan implant
6. Setiap alat yang berubah kondisi fisiknya akibat dibersihkan, disterilisasi
atau di disinfeksi tidak boleh dipergunakan lagi. Oleh karena itu hindari
proses ulang yang dapat mengakibatkan terganggunya keamanan dan
efektifitas peralatan.
7. Jangan menggunakan bahan seperti linen dan lainnya yang tidak tahan
terhadap sterilisasi, karena akan mengakibatkan kerusakan seperti
kemasannya rusak atau berlubang, bahan yang mudah robek dan
sebagainya.
8. Peralatan yang telah disterilkan harus ditempatkan pada tempat (lemari)
khusus setelah dikemas steril dan diletakkan pada :
8.1. Ruangan dengan suhu 18C sampai 22C dan kelembapan 35%-
75%. Ventilisasi menggunakan sistem tekanan positif dengan
efisiensi partikuler antara 90%-95% (untuk partikuler 0,5 m)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 42
8.2. Dinding ruangan terbuat dari bahan yang halus, kuat dan mudah
dibersihkan.
8.3. Barang yang steril disimpan pada jarak 19 cm - 24 cm dari lantai dan
tinggi barang minimum 45 cm dari langit-langit dan berjarak 5 cm dari
dinding serta diupayakan untuk menghindari terjadinya penempelan
debu kemasan.
9. Pemeliharaan dan cara penggunaan peralatan sterilisasi harus
memperhatikan petunjuk pabrik dan harus dikalibrasi minimal satu kali satu
tahun.
10. Jalur masuk ke ruangan untuk peralatan operasi yang telah disteril harus
terpisah dengan peralatan yang telah dipakai.
11. Sterilisasi dan disinfeksi terhadap ruang pelayanan medis dan peralatan
medis dilakukan sesuai permintaan dari kesatuan kerja pelayanan medis
dan penunjang medis.
H. PENATALAKSANAAN LINEN
Prinsip Umum :
1. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukan ke dalam kantong
atau wadah yang tidak rusak saat di angkut.
2. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah digunakan
3. Semua bahan padat pada linen yang kotor harus dihilangkan dan dibilas
dengan air. Linen kotor tersebut kemudian langsung dimasukan ke dalam
kantong linen di kamar pasien
4. Bersihkan kontaminasi bahan padat (misal : feses) dari linen yang sangat
kotor (menggunakan APD yang sesuai) dan buang limbah padat tersebut ke
dalam toilet sebelum linen dimasukan ke kantong cucian.
5. Linen yang sudah digunakan harus dibawa dengan hati-hati untuk
mencegah kontaminasi permukaan lingkungan atau orang-orang
disekitarnya.
6. Jangan memilah linen di tempat perawatan pasien, masukan linen yang
terkontaminasi langsung ke kantong cucian.
7. Minimal memanipulasi atau mengibas-ibaskan linen untuk menghindari
terbentuknya aerosol, kontaminasi udara dan orang.
8. Tidak diperbolehkan meletakkan linen kotor pasien di lantai.
PERHATIAN :
I. PENGELOLAAN LIMBAH
1. Pengertian
1.1 Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas.
1.2 Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari
limbah medis padat dan non medis.
1.3 Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah :
infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksik, kimiawi, radioaktif,
kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat yang
tinggi.
1.4 Limbah padat non medis adalha limbah padat yang dihasilkan dari
kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali
apabila ada teknologinya.
1.5 Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal
dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung
mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya
bagi kesehatan.
1.6 Limbah gas adalah limbah yang berbentuk gas yang berasal dari
kegiatan pembakaran di rumah sakit seperti insenerator, dapur,
perlengkapan generator, anestesi dan pembuatan obat sitotoksik
1.7 Limbah infeksius adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi
dengan darah, cairan tubuh pasien, ekskresi, sekresi yang dapat
menularkan kepada orang lain.
1.8 Limbah sitotoksik adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker
yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
1.9 Minimalisasi limbah adalah upaya yang dilakukan rumah sakit untuk
mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan dengan cara mengurangi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 44
bahan (reduce), menggunakan kembali limbah (re-use) dan daur ulang
limbah (recycle).
2. Definisi
2.1 Bahan berbahaya adalah setiap unsur, peralatan, bahan yang karena
sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya baik secara
langsung maupun tidak langsung dapat membahayakan kesehatan
manusia dan lingkungan.
2.2 Benda-benda tajam adalah objek atau alat yang memiliki sudut tajam,
sisi, ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong, melukai atau
menusuk kulit, seperti jarum suntik, jarum hipodermik, perlengkapan
intravena, vial, ampul, ujung infus set, pipet, pecahan gelas, pecahan
kaca, pecahan/patahan ampul, pecahan botol, pisau bedah, kawat dan
benda lain yang dapat menusuk atau melukai.
2.3 Enkapsulasi adalah proses pemadatan sampah benda tajam atau
obat-obatan dalam wadah yang berupa tong atau drum, dengan cara
tong mengisi wadah hingga bagian wadah kemudian sisa ruang
dipenuhi dengan menuangkan bahan-bahan seperti semen atau
campuran semen dengan kapur, atau tanah liat
2.4 Insinerasi adalah proses pengurangan volume dan berat sampah
medis dan mengubah bentuk asal sampah medis dengan teknologi
pembakaran suhu tinggi.
2.5 Pemilahan adalah pemisahan limbah medis dan non medis atau
limbah benda tajam dengan non benda tajam.
2.6 Pembuangan adalah penanganan akhir dari limbah dengan cara
membuang dan atau mengolah limbah agar aman bagi lingkungan
2.7 Saluran kotoran adalah sistem pembuangan air limbah yang terpisah
dari saluran air hujan, berupa sistem perpipaan yang dilengkapi
dengan bak kontrol atau clean out (lubang kontrol).
2.8 Kontainer adalah wadah tempat penyimpanan, pengangkutan,
penimbunan atau pembuangan limbah.
3. Tujuan Pengelolaan Limbah
3.1. Melindungi petugas pembuangan limbah dari perlukaan
3.2. Melindungi penyebaran infeksi terhadap para petugas kesehatan
3.3. Mencegah penularan infeksi pada masyarakat sekitarnya.
3.4. Membuang bahan-bahan berbahaya (bahan toksik dan radioaktif)
dengan aman
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 45
a. Menjadi objek pemulung yang akan memanfaatkan limbah yang
terkontaminasi
b. Dapat menyebabkan perlukaan
c. Menimbulkan bau busuk
d. Mengundang lalat dan hewan penyebar penyakit lainnya.
4. Pengelolaan Limbah
Identifikasi Limbah
1. Padat
2. Cair
3. Tajam
4. Infeksius
5. Non Infeksius
Pemisahan
Labeling
Penyimpanan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 46
4. Setiap hari limbah di angkat dari tempat penampungan sementara,
minimal 2 hari sekali
Pengangkutan
Persyaratan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 48
1.2.4. Limbah jarum dan syiringe tidak boleh dipisahkan, harus
langsung dibuang ke wadah khusus limbah benda tajam
1.2.5. Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi sesuai tabel 5 untuk menguji
efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus subtilis
1.2.6. Limbah jarum hipodemik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan
kembali.
1.2.7. Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan
dengan penggunaan wadah dan label seperti pada tabel 6
dibawah
1.2.8. Limbah padat yang sudah terkontaminasi cairan tubuh tidak
boleh didaur ualng, harus dibuang ke tempat sampah medis.
1.2.9. Limbah sitotoksik dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti
bocor dan diberi label bertuliskan Limbah Sitotoksik
1.3. Pengumpulan, pengangkutan dan penyimpanan limbah medis
padat di lingkungan Rumah Sakit
1.3.1. Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan
penghasil limbah menggunakan troli khusus yang tertutup dan
label/simbol biohazard
1.3.2. Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis
yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam dan musim
kemarau paling lama 24 jam.
1.4. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah
sakit.
1.4.1. Pengelola harus mengumpulkan dan melakukan kemasan
pada tempat yang kuat.
1.4.2. Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan
kendaraan khusus
1.4.3. Seluruh proses pengumpulan, pengemasan, pengangkutan
limbah ke luar rumah sakit harus mengikuti peraturan dan
prosedur yang berlaku.
1.5. Pengolahan dan pemusnahan
1.5.1. Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung
ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman
bagi kesehatan.
1.5.2. Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah
medis padat disesuaikan dengan kemampuan rumah sakit
dan jenis limbah medis padat yang ada, dengan pemanasan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 49
menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan incenerator.
TABEL 4 JENIS WADAH DAN LABEL LIMBAH MEDIS PADAT SESUAI DENGAN
KATEGORINYA
Kantong plastik
kuning, kuat tahan
bocor, atau
SANGAT
KUNING container yang
INFEKSIUS
dapat disterilisasi
dengan otoklaf
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 50
Kantong plastik kuat
dan anti bocor
SITOTOKSIK UNGU
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 51
Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit atau peraturan daerah setempat
bila aturannya lebih ketat
4. Limbah Gas
Standar limbah gas (emisi) dari sarana pengolahan limbah medis padat
dengan insenerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber
Tidak Bergerak atau peraturan daerah setempat bila aturannya lebih
ketat.
Tatalaksana limbah
1. Limbah Medis Padat
a. Minimalisasi Limbah
Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
membelinya
Mengupayakan pencegahan timbulnya limbah atau diupayakan
menghasilkan limbah seminimal mungkin pada setiap kegiatan.
Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
Mengutamakan metode pembersihan secara fisik daripada secara
kimiawi
Mencegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah seperti dalam
kegiatan perawatan dan kebersihan.
Memonitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai
menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun.
Memesan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan.
Menggunakan bahan-bahan yg diproduksi lebih awal untuk
menghindari kadaluarsa.
Menghabiskan bahan dari setiap kemasan.
Mengecek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat diantar oleh
distributor.
b. Pemilahan, Pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
Dilakukan pemilahan jenis limbah medis padat mulai dari sumber
yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda
tajam, limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan
logam berat yang tinggi.
Tempat pewadahan limbah medis padat terbuat dari bahan yang kuat,
cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan
yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat
pewadahan yang terpisah dengan limbah padat non medis.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 52
kantong plastik diangkat minimal dua kali sehari atau apabila 2/3
bagian telah terisi limbah.
Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat khusus
(safety box atau sharp container) yang disediakan oleh rumah sakit.
Tempat pewadahan limbah medis padat sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan
larutan disinfektan apabila akan dipergunakan lagi, sedangkan untuk
kontak langsung dengan limbah tersebut tidak boleh digunakan lagi
dan harus langsung dimusnahkan.
Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui
sterilisasi meliputi pisau bedah (scalpe), botol gelas dan kontainer.
Apabila sterilisasi yang dilakukan adalah sterilisasi dengan ethylene
oxide, maka tangki reactor harus dikeringkan sebelum dilakukan
injeksi ethylene oxide. Oleh karena gas tersebut sangat berbahaya
maka sterilisasi harus dilakukan oleh petugas yang terlatih.
Sedangkan sterilisasi dengan glutaraldehyde lebih aman dalam
pengoperasiannya tetapi kurang efektif secara mikrobiologi
Upaya khusus harus dilakukan apabila terbukti ada kasus
pencemaran spongiform encephalopaties
c. Tempat Penampungan Sementara
Tempat penampungan/penyimpanan sementara (TPS) sampah medis
harus diberi simbol biohazard dan harus dipisahkan dengan TPS
sampah non medis.
Limbah padat medis harus segera dimusnahkan di insenerator
selambat-lambatnya 24 jam
Bila insenerator rusak, maka limbah medis harus dimusnahkan
melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau pihak lain yang
mempunyai insenerator yang berizin untuk dilakukan pemusnahan
selambat-lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruangan dan
paling lambat 4 hari apabila disimpan pada suhu dibawah 0C
d. Transportasi
Kantong limbah medis padat sebelum dimasukkan ke kendaraan
pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup.
Kantong limbah medis padat disimpan pada tempat yang aman dari
jangkauan manusia maupun binatang.
Petugas yang menangani limbah harus menggunakan alat pelindung
diri yang terdiri dari :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 53
a. Topi/helm
b. Masker
c. Pelindung mata
d. Pakaian panjang (cover-all)
e. Apron untuk industri
f. Pelindung kaki/sepatu boot
g. Sarung tangan khusus (disposible gloves atau heavy duty gloves)
H
O4
permanganat (Kmn ) atau asam sulfat ), penghilangan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 56
aman sebagai pembuangan akhir untuk limbah industri yang berbahaya.
Cara lain yang paling sederhana adalah dengan kapsulisasi kemudian
dilanjutkan dengan landfill. Bila hanya dalam jumlah kecil dapat dibuang
dengan limbah biasa.
5. Kontainer bertekanan
a. Cara yang terbaik untuk menangani limbah kontainer bertekanan adalah
dengan daur ulang atau penggunaan kembali. Apabila masih dalam
kondisi utuh dapat dikembalikan ke distributor untuk pengisian ulang
gas. Agen hlaogenida dalam bentuk cair dan dikemas dalam botol harus
diperlakukan sebagai limbah bahan kimia berbahaya untuk
pembuangannya.
b. Cara pembuangan yang tidak diperbolehkan adalah pembakaran atau
insenerasi karena dapat meledak.
Kontainer yang masih utuh
Kontainer-kontainer yang harus dikembalikan ke penjualnya
adalah :
- Tabung atau silinder nitrogen oksida yang biasanya
disatukan dengan peralatan anestesi.
- Tabung atau silinder etillin oksida yang biasanya disatukan
dengan peralatan sterilisasi.
- Tabung bertekanan untuk gas lain seperti oksigen,
nitrogen, karbon dioksida, udara bertekanan, siklopropana,
hidrogen, gas elpiji dan asetilin.
Kontainer yang sudah rusak
Kontainer yang rusak tidak dapat di isi ulang harus dihancurkan
setelah dikosongkan kemudian baru dibuang ke landfill.
Kaleng aerosol
kaleng aerosol kecil harus dikumpulkan dan dibuang bersama
dengan limbah biasa dalam kantong plastik hitam dan tidak untuk
dibakar atau diinsenerasi. Limbah ini tidak boleh dimasukkan ke
dalam kantong kuning karena akan dikirim ke insenerator. kaleng
aerosol dalam jumlah banyak sebaiknya dikembalikan ke
penjualnya atau instalasi daur ulang bila ada.
6. Limbah radiokatif
a. Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan
dan strategi nasional yang menyangkut peraturan, infrastruktur,
organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 57
b. Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuka
untuk keperluan diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan
tenaga khusus yang terlatih khusus di bidang radiasi.
c. Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif
yang aman dan melakukan pencatatan.
d. Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan
limbah radioaktif dalam pengiriman maupun pembuangannya dan selalu
diperbaharui datanya setiap waktu.
e. Limbah radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan
ketersediaan pilihan cara pengolahan, pengkondisian, penyimpanan dan
pembuangan. Kategori yang memungkinkan adalah :
Waktu paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived),
misalnya waktu paruh < 100 hr, cocok untuk penyimpanan
pelapukan.
Aktifitas dan kandungan radionuklida
Bentuk fisika dan kimia
Cair : berair dan organik
Tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau padatan yang
melayang)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 58
3. Semua kain lap yang digunakan harus dibasahi sebelum digunakan.
Membersihkan debu dengan kain kering atau sapu dapat menimbulkan
aerosolisasi dan harus dihindari.
4. Larutan, kain lap dan kain pel harus diganti secara berkala.
5. Semua peralatan pembersih harus dibersihkan dan dikeringkan setelah
digunakan.
6. Kain pel yang dapat digunakan kembali harus dicuci dan dikeringkan
setelah digunakan dan disimpan.
7. Tempat-tempat di sekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu sehingga memudahkan pembersihan
menyeluruh setiap hari.
8. Meja pemeriksaan dan peralatan disekitarnya yang telah digunakan pasien
yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan
kekhawatiran harus dibersihkan dengan disinfektan segera setelah
digunakan.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 59
lantai kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu harus anti
rayap.
c. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, halus, kedap air, tidak licin,
warna terang, permukaan rata, tidak bergelombang sehingga mudah
dibersihkan secara rutin 3 kali sehari atau bila perlu. Lantai yang selalu
kontak dengan air harus mempunyai kemiringan yang cukup ke arah
saluran pembuangan air limbah. Pertemuan lantai dengan dinding
disarankan berbentuk lengkung agar mudah dibersihkan terutama untuk
ruang isolasi, penyakit menular dan ruang operasi.
d. Atap
Atap harus kuat, tidak bocor dan tidak menjadi tempat perindukan
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
e. Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya.
f. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas, listrik,
sistem penghawaan, sarana komunikasi dan lain-lainnya harus memenuhi
persyaratan teknis kesehatan agar aman dan nyaman, mudah dibersihkan
dari tumpukan debu. Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilang
dengan pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk
menghindari pencemaran air minum.
g. Furniture
Dibersihkan secara rutin setiap hari khusus tempat tidur pasien gunakan
cairan disinfektan, tidak menggunakan bahan yang dapat menyerap debu,
sebaiknya bahan yang mudah dibersihkan dari debu maupun darah atau
cairan tubuh lainnya.
h. Fixture dan Fitting
Peralatan yang menetap di dinding hendaknya di desain sedemikian rupa
sehingga mudah dibersihkan
i. Gorden
Bahan terbuat dari yang mudah dibersihkan, tidak bergelombang, warna
terang, di cuci secara periodik 1-3 bulan sekali dan tidak menyentuh lantai
K. LINGKUNGAN
A. Ventilasi ruangan
Ventilasi ruangan adalah proses memasukan dan menyebarkan udara luar
dan atau udara daur ulang yang telah diolah dengan tepat dimasukan ke
dalam gedung atau ruangan. Ventilasi adalah hal yang berbeda
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 60
pengkondisian udara. Pengkondisian udara adalah mempertahankan
lingkungan dalam ruang agar bertemperatur nyaman. Ventilasi untuk
mempertahankan udara dalam ruangan yang baik aman untuk keperluan
pernapasan. Ventilasi yang memadai dan aliran udara satu arah yang
terkontrol harus diupayakan di fasilitas pelayanan kesehatan untuk
mengurangi penularan patogen yang ditularkan melalui airborne udara
(misalnya TB paru, campak, cacar air)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 61
gedung menggunakan cara alami seperti gaya angin dan gaya apung termal dari
satu lubang ke lubang lain untuk mencapai pertukaran sirkulasi udara yang
diharapkan. Penelitian terbaru mengenai system ventilasi alami di Peru
menunjukkan bahwa ventilasi alami efektif mengurangi penularan tuberculosis di
rumah sakit.
C. Permukaan Lingkungan
1. Bersihkan dan disinfeksi permukaan lingkungan di area perawatan
2. Lakukan pembersihan dua kali sehari atau bila kotor
3. Pilih disinfektan yang terdaftar dan gunakan sesuai petunjuk pabrik
4. Jangan menggunakan disinfektan/cair kimia tingkat tinggi untuk
peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
5. Ikuti petunjuk pabrik untuk untuk pembersihan dan pemeliharaan
peralatan non kritikal
6. Jika tidak ada petunjuk pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
7. Jangan melakukan disinfektan fogging di area perawatan
8. Hindari metode pembersihan permukaan yang luas yang menghasilkan
aerosol
9. Pembersihan dari pabrik ikuti prosedur tertentu
10. Jaga kebersihan lingkungan, lantai, dinding, permukaan meja
11. Gunakan detergen, jangan menggunakan disinfektan/cairan kimia
tingkat tinggi untuk peralatan non kritikal dan permukaan lingkungan
12. Ikuti petunjuk pabrik untuk pembersihan dan pemeliharaan peralatan
non kritikal, jika tidak ada petunjuk/disinfektan yang terdaftar untuk
pembersihan dan disinfeksi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 62
5. Siapkan cairan pembersih setiap hari atau jika diperlukan dan digunakan
cairan yang baru
6. Ganti mop setiap hari
7. Bersihkan mop dan kain pembersih setelah dipakai dan biarkan kering
sebelum dipakai lagi
8. Selesai operasi terakhir setiap hari, bersihkan ruangan dengan wet
vacuum atau mop lantai dan dinding dengan menggunakan pembersih.
Jangan gunakan mats di pintu masuk ruang operasi gunakan metode
pembersihan debu yang tepat untuk pasien yang immunocompromise
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 63
8. Tempat-tempat disekitar pasien harus bersih dari peralatan serta
perlengkapan yang tidak perlu, sehingga memudahkan pembersihan
menyeluruh setiap hari
9. Meja pemeriksa dan perlatan disekitarnya yang telah digunakan pasien
yang diketahui atau suspek terinfeksi ISPA yang dapat menimbulkan
kekhawatiran harus dibersihkan dengan disinfektan segera setelah
digunakan.
K. Pembuangan Sampah
Semua sampah yang dihasilakn dalam ruangan atau area isolasi harus
dibuang dalam wadah atau kantong yang sesuai :
1. Untuk sampah infeksius gunakan kantong plastik kuning atau bila tidak
tersedia dapat menggunakan kantong plastik warna lain yang tebal atau
dilapis dua (kantong ganda). Kemudian diikat dengan tali warna kuning
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 64
atau diberi tanda infeksius. Semua sampah dari suatu ruangan/area
yang merawat pasien dengan penyakit menular melalui udara (airborne)
harus ditangani sebagai sampah infeksius.
2. Untuk sampah non infeksius/ tidak menular gunakan kantong plastik
hitam
3. Untuk sampah benda tajam atau jarum ditaruh dalam wadah tahan
tusukan
Satu lapis kantong kuning sampah biasanya memadai, bila sampah dapat
dibuang ke ddalam kantong tanpa mengotori bagian luar kantong. Jika hal
tersebut tidak mungkin, dibutuhkan dua lapis kantong (kantong ganda).
Kantong pembuangan sampah perlu diberi label biohazard yang sesuai dan
ditangani dan dibuang sesuai dengan kebijakan rumah sakit dan peraturan
nasional mengenai sampah rumah sakit.
Limbah cair seperti urin atau feses dapat dibuang ke dalam sistem
pembuangan kotoran yang tertutup dan memenuhi syarat dan disiram
dengan air yang banyak.
Tujuannya :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 65
1. Menjamin keselamatan petugas di lingkungan rumah sakit
2. Memelihara kesehatan petugas kesehatan
3. Mencegah ketidakhadiran petugas, ketidakmampuan bekerja, kemungkinan
medikolegal dan KLB.
1. Mata
Segera bilas dengan air mengalir selama 15 menit
2. Kulit
Segera bilas dengan air mengalir selama 1 menit
3. Mulut
Segera kumur-kumur selama 1 menit
4. Segera hubungi dokter yang berwenang untuk melakukan perawatan pasca
pajanan
5. Lapor ke Komite PPIRS atau Tim IPCN, Panitia K3RS atau sesuai alur RS
6. Dengan membawa formulir kejadian yang sudah di isi di bawa ke Poli
Penyakit Dalam atau IGD untuk mendapatkan pemeriksaan atau terapi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 66
Tindakan pasca tertusuk jarum
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 68
a. Kamar terpisah bila dimungkinkan kontaminasi luas terhadap
lingkungan, misal : luka lebar dengan cairan keluar, diare,
perdarahan tidak terkontrol
b. Kamar terpisah dengan pintu tertutup diwaspadai transmisi
melalui udara ke kontak, misal : luka dengan infeksi bakteri gram
positif
c. Kamar terpisah atau kohort dengan ventilasi dibuang keluar
dengan exhaust ke area yidak ada orang lalu lalang, misalnya TB
d. Kamar terpisah dengan udara terkunci bila diwaspadai transmisi
airborne luas, misal : varicella
e. Kamar terpisah bila pasien kurang mampu menjaga kebersihan
(anak, gangguan mental)
4. Pemulangan Pasien
a. Upaya pencegahan infeksi harus tetap dilakukan sampai batas waktu
masa penularan
b. Bila dipulangkan sebelum masa isolasi berakhir, pasien yang dicurigai
terkena penyakit menular melalui udara/airborne harus diisolasi di dalam
rumah selama pasien tersebut mengalami gejala sampai batas waktu
penularan atau sampai diagnosis alternatif dibuat atau hasil uji
diagnostik menunjukkan bahwa pasien tidak terinfeksi dengan penyakit
tersebut
c. Sebelum pemulangan pasien, pasien dan keluarganya harus diajarkan
tentang tindakan pencegahan yang perlu dilakukan sesuai dengan cara
penularan penyakit menular yang diderita pasien
d. Pembersihan disinfeksi ruangan yang benar perlu dilakukan setelah
pemulangan pasien
N. PEMULASARAN JENAZAH
1. Petugas kesehatan harus menjalankan kewaspadaan standar ketika
menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular
2. Alat Pelindung Diri (APD) lengkap seperti : apron, masker, sarung tangan,
goggle, dan sepatu pelindung harus digunakan petugas yang menangani
jenazah jika pasien tersebut meninggal dalam masa penularan,
memandikan pasien
3. Jenazah harus terbungkus seluruhnya dalam kantong jenazah yang tidak
mudah tembus sebelum dipindahkan ke kamar jenazah
4. Jangan ada kebocoran cairan tubuh yang mencemari bagian luar kantong
jenazah
5. Pindahkan sesegera mungkin ke kamar jenazah setelah meninggal dunia
6. Jika keluarga pasien ingin melihat jenazah, diijinkan untuk melakukannya
sebelum jenazah dimasukan ke dalam kantong jenazah dengan
menggunakan APD
7. Petugas harus memberi penjelasan kepada pihak keluarga tentang
penanganan khusus bagi jenazah yang meninggal denga penyakit menular.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 70
Sensitivitas agama, adat istiadat dan budaya harus diperhatikan ketika
seorang pasien dengan penyakit menular meninggal dunia
8. Jenazah tidak boleh dibalsem atau disuntik pengawet
9. Jika akan di autopsi harus dilakukan oleh petugas khusus, jika diijinkan oleh
keluarga dan direktur rumah sakit
10. Jenazah yang sudah dibungkus tidak boleh dibuka lagi
11. Jenazah hendaknya diantar oleh mobil jenazah khusus
12. Jenazah sebaiknya tidak boleh lebih dari 4 jam disemayamkan di
pemulasaran jenazah
1. Selalu gunakan APD (apron, masker, sarung tangan, goggle dan sepatu
pelindung
2. Gunakan selubung vakum untuk gergaji getar
3. Hindari penggunaan semprotan air bertekanan tinggi
4. Buka isi perut sambil disiram air panas
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 71
8. Penyiapan jenazah sebelum dimakamkan seperti pembersihan, pemandian,
perapihan rambut, pemotongan kuku, pencukuran, hanya boleh dilakukan
oleh petugas khusus kamar jenazah
9. Petugas yang melakukan autopsi mayat harus mandi setelah selesai
10. Sebaiknya kamar mandi dengan fasilitas shower
1. Petugas kesehatan atau Tim PPI perlu mendidik pengunjung pasien dengan
penyakit menular tentang cara penularan penyakit, dan menganjurkan
mereka untuk menghindari kontak dengan pasien selama masa penularan
2. Jika keluarga atau teman perlu mengunjungi pasien yang masih suspek atau
telah dikonfirmasi menderita penyakit menular melalui udara, pengujung
tersebut harus memakai APD lengkap (masker, gaun, sarung tangan dan
kaca mata) bila kontak langsung dengan pasien atau lingkungan pasien
3. Petugas kesehatan perlu mengawasi pemakaian APD secara benar bagi
pengunjung
4. Ketika pengunjung meninggalkan ruangan, ia harus melepas APD dan
mencuci tangan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 72
5. Jika keluarga dekat mengunjungi pasien penyakit menular melalui udara,
petugas kesehatan harus mewawancarai orang tersebut untuk menentukan
apakah ia memiliki gejala demam atau infeksi saluran pernapasan. Karena
berhubungan dekat dengan pasien penyakit menular melalui udara beresiko
atau terinfeksi. Jika ada demam atau gejala gangguan pernapasan,
pengunjung tersebut harus dikaji untuk penyakit menular melalui udara dan
ditangani dengan tepat
1. Tempat limbah tertutup yang tidak perlu disentuh atau dapat dioperasikan
dengan kaki di semua area
2. Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir di ruang tunggu
3. Pengumuman/informasi tertulis untuk menggunakan masker bagi setiap
pengunjung yang batuk
4. Jika memungkinkan, dianjurkan bagi orang yang batuk untuk duduk pada
jarak 1 meter dari pengunjung lainnya di ruang tunggu
5. Pada pintu masuk dan ruang fasilitas rawat jalan seperti ruang gawat
darurat, ruangan dokter, klinik rawat jalan, perlu dipasang instruksi etika
batuk atau bersin
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 73
2. Pengendalian debu dan materi sisa konstruksi bangunan pada akhirnya
bertujuan untuk melindungi karyawan dan pengujung dari kemungkinan
dampak penyakit, seperti halnya perlatan dan prosedur yang ada
Tujuan :
1. Untuk mengurangi kejadian infeksi rumah sakit pada pasien-pasien, yang
dapat ditimbulkan akibat paparan bakteri yang ke lingkungan selama
kegiatan konstruksi dan renovasi
2. Pengendalian penyebaran agen-agen infeksi airborne dan atau waterborne
yang tersembunyi di dalam komponen-komponen bangunan adalah penting
pada semua fasilitas yang ada di RSUD Cileungsi
1. Bagian Tehnik
a. Memberitahukan kepada Komite PPIRS rencana kerja untuk
memperoleh persetujuan sebelum kerja dimulai (untuk semua konstruksi
baru atau kegiatan renovasi atau konstruksi untuk departemen-
departemen yang terdaftar pada Group Resiko 3 dan 4)
b. Peninjauan program asuransi keselamatan jiwa terkoordinasi lengkap
3. Bagian Hukum
Menyertakan kalimat berikut pada semua perawatan konstruksi dan atau
kontrak renovasi : SEDANG DIRENOVASI dan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 74
Departemen/Unit/Ruangan , Penanggung Jawaban Proyek harus
menyetujui proyek-proyek yang melibatkan manipulasi terhadap langit-
langit, kegiatan yang menghasilkan debu, manipulasi terhadap sistem
HVAC
5. Unit / Ruangan
a. Membantu mengidentifikasi pasien beresiko tinggi
b. Merelokasi pasien-pasien beresiko tinggi pada area yang aman sebelum
kegiatan konstruksi/renovasi dimulai
c. Optimal, hindari melakukan perawatan, pemeriksaan dan pengobatan
yang tidak emergensi pada pasien immunokompromise selama masa
pembangunan/renovasi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 75
pasien yang berpotensi mengalami infeksi yang berhubungan dengan
pembangunan/renovasi
Group 0 Terendah :
1. Bangunan terpisah
Group 1 Rendah
1. Area kantor
2. Area yang tidak berhubungan dengan aktivitas pelayanan pasien
Group 2 Menengah
1. Area pelayanan pasien dan area lain yang tidak termasuk dalam group 3
dan 4
2. Binatu/Laundry
3. Kafetaria
4. Dapur
5. Manajemen peralatan
6. PT/OT/Speech
7. Pelayanan pasien masuk dan pulang
8. Laboratorium, yang tidak termasuk dalam group 3
9. Koridor umum (jalan yang dilalui pasien)
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 76
Group 4 Paling Tinggi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 78
publik akan memonitor tekanan udara
7. Menyegel semua debu dan pipa untuk mencegah
penyebaran debu
8. Membuat ruang antara yang dibersihkan setiap hari dengan
lap basah atau vakum HEPA dan mewajibkan semua
personel untuk melewati daerah ini sebelum meninggalkan
tempat kerja
9. Tidak memindahkan pembatas dari daerah kerja sampai
pekerjaan selesai dibersihkan dan meminta pemeriksaan
petugas keamanan
10. Selama pemugaran, limbah konstruksi, baju dab sepatu
kotor dibuka di ruang antara sebelum meninggalkan area
kerja
11. Memindahkan pembatas material secara hati-hati untuk
meminimalkan penyebaran debu
12. Membersihkan dengan lap basah atau vakum sebelum
dipindahkan
13. Membungkus limbah konstruksi dengan rapat sebelum
dibuang
14. Meletakkan keset debu disetiap pintu masuk dan keluar
area kerja dan mengganti bila sudah tidak dapat digunakan
15. Membersihkan tempat kerja setiap hari
16. Setelah proyek selesai, daerah kerja dibersihkan dengan lap
basah yang mengandung disinfektan serta membersikan
karpet dengan vakum HEPA
17.Membersihkan semua alat kerja setelah proyek selesai
Isolasi
Ventilasi
1. Keset kaki digunakan pada jalur keluar ke/dari area kerja. Keset dengan
perekat debu (adhesive walk-off mats) ditempatkan pada semua jalur keluar
area kerja, sedangkan keset karpet ditempatkan pada semua jalur masuk
menuju area koknstruksi
2. Keset karpet harus di vakum debu 2 kali per 8 jam kerja dan pada akhir
hari. Setiap jejak yang teridentifikasi di luar area konstruksi harus segera di
vakum atau di pel. Vacum cleaner harus disesuaikan dengan filter HEPA
3. Keset kaki dengan perekat debu harus diganti setiap hari atau bahkan lebih
sering, untuk tetap mempertahankan perekatnya
4. Bila konstruksi dilakukan pada area yang ditinggali, maka area konstruksi
harus di vakum atau di pel setidaknya setiap akhir shift jaga. Vacum cleaner
harus disesuaikan dengan filter HEPA
1. APD seperti helm, sepatu dan baju pelindung wajib dipakai jika petugas
sedang bekerja
2. Bagi pengunjung harus menggunakan helm dan sepatu bots ketika
memasuki area
3. Pelindung sepatu dan penutup seluruh tubuh sekali pakai harus selalu
digunakan saat pemusnahan
4. Baju pelindung diri harus ditanggalkan setiap pekerja meninggalkan area
kerja
Material konstruksi disimpan di dalam tempat yang kering dan bersih untuk
mencegah tumbuhnya bakteri dan jamur
Setelah konstruksi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 81
3. Kontraktor bertanggung jawab menyeimbangkan sistem ventilasi untuk
membuat spesifikasi (seperti yang telah dijelaskan dalam manual
proyek/perjanjian)
4. Kontraktor bertanggung jawab membuang semua penghalang dari sistem
udara
5. Rumah sakit harus memastikan apakah penyaring penghalang dan/atau
kebocorannya
6. Bagian sanitasi dan lingkungan akan membersihkan terakhir kali area yang
baru dikonstruksi atau renovasi sebelum pasien boleh memasuki area
tersebut
BAB III
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 82
Surveilans Infeksi Rumah Sakit adalah suatu proses yang dinamis, sistematis,
terus menerus, dalam pengumpulan, identifikasi, analisis dan interpretasi dari data
kesehatan yang penting pada suatu populasi spesifik yang didesiminasikan secara
berkala kepada pihak-pihak yang memerlukan untuk digunakan dalam perencanaan,
penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.
A. TUJUAN SURVEILANS
Suatu surveilans harus mempunyai tujuan yang jelas dan ditinjau secara berkala
untuk menyesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan yang telah berubah.
Perubahan-perubahan yang mungkin terjadi tersebut meliputi :
Adanya infeksi baru
Perubahan kelompok populasi pasien seperti misalnya perlu penerapan
cara intervensi medis lain yang beresiko tinggi
Perubahan pola bakteri penyakit
Perubahan pola resistensi bakteri terhadap antibiotika
Pengumpulan dan analisa data surveilans harus dilakukan dan terkait dengan
suatu upaya pencegahan. Oleh karena itu sebelum merancang sistem dan
melaksanakan surveilans tersebut penting sekali untuk menentukan dan merinci
tujuan dari surveilans terlebih dahulu.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 83
1. Mendapatkan data dasar Infeksi Rumah Sakit
2. menurunkan Laju Infeksi Rumah Sakit
3. Identifikasi dini Kejadian Luar Biasa (KLB) Infeksi Rumah Sakit
4. Meyakinkan para tenaga kesehatan tentang adanya maslah yang
memerlukan penanggulangan
5. Mengukur dan menilai keberhasilan suatu program PPIRS
6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
7. Salah satu unsur pendukung untuk memenuhi akreditasi RS
Pada dasarnya data surveilans IRS digunakan untuk mengukur laju angka dasar
(baseline rate) dari infeksi rs. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar
resiko yang dihadapi oleh setiap pasien yang dirawat di rumah sakit. Sebagian
besar (90% - 95%) dari IRS adalah endemik dan ini diluar dari KLB yang telah
dikenal. Oleh karena itu kegiatan surveilans IRS harus dimaksudkan untuk
menurunkan laju angka endemik tersebut.
Dengan surveilans ditemukan faktor resiko IRS yang akan diintervensi sehingga
dapat menurunkan laju angka IRS. Untuk mencapai tujuan ini surveilans harus
berdasarkan cara penggunaan data, sumber daya manusia dan dana yang
tersedia untuk ini.
A.3. Identifikasi dindi kejadian luar biasa (KLB) infeksi rumah sakit
Bila laju angka dasar telah diketahui, maka kita dapat segera mengenali bila terjadi
suatu penyimpangan dari laju angka dasar tersebut yang mencerminkan suatu
peningkatan kasus atau kejadian luar biasa (outbreak) dari IRS.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 84
Outbreak atau kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada RS dalam
kurun waktu tertentu.
Data surveilans yang dioalh dengan baik dan disajikan secara rutin dapat
meyakinkan tenaga kesehatan untuk menerapkan pencegahan dan pengendalian
infeksi (PPI). Data ini dapat melengkapi pengetahuan yang didapat dari teori karena
lebih spesifik, nyata dan terpercaya. Umpan balik mengenai informasi seperti itu
biasanya sangat efektif dalam menggiring tenaga kesehatan untuk melakukan upaya
PPIRS
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 85
A.6. Memenuhi standar mutu pelayanan medis dan keperawatan
Penatalaksanakan pasien yang baik dan tepat dalam hal mengatasi dan mencegah
penularan infeksi serta menurunkan angka resistensi terhadap antimikroba akan
menurunkan angka IRS. Surveilans yang baik dapat menyediakan data dasar
sebagai data pendukung rumah sakit dalam upaya memenuhi Standar Pelayanan
Rumah Sakit
Surveilans IRS merupakan salah satu unsure untuk memenuhi akreditasi RS yaitu
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi. Akan tetapi, pengumpulan data surveilans
hanya untuk kepentingan akreditasi adalah suatu pemborosan sumber daya yang
luar biasa tanpa memberikan manfaat kepada rumah sakit ataupun tenaga yang
ada. Oleh karena itu surveilans harus dikembalikan kepada tujuan yang sebenarnya
yaitu untuk menurunkan resiko terjangkitnya IRS.
B. PENGERTIAN
Endemik
Keadaan dimana suatu penyakit atau penyebab penyakit secara terus menerus
tetap ada pada populasi manusia dalam suatu area geografis tertentu (misal :
rumah sakit)
Rate, Ratio, Proporsi
Merupakan ukuran relative yang digunakan untuk mengukur besarnya
kemungkinan kejadian (morbiditas atau mortalitas) suatu masalah kesehatan
termasuk infeksi rumah sakit :
Rate mengukur kemungkinan munculnya suatu kejadian pada populasi
tertentu misalnya infeksi rumah sakit di ruang bedah.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 86
Metode surveilans berdasarkan jenis data :
Surveilans hasil adalah surveilans yang meninjau laju angka IRS ( misalnya IDO,
ISK, VAP, HAP, IAD )
1. Berdasarkan cakupannya
a. Surveilans komprehensif adalah surveilans yang dilakukan de semua area
perawatan untuk mengidentifikasi pasien yang terinfeksi selama di rumah
sakit
b. Surveilans target adalah surveilans yang berfokus pada ruangan,
kelompok pasien atau tindakan yang beresiko atau jenis surveilans yang
memberikan hasil yang lebih tajam dan memerlukan sumber daya yang
lebih sedikit.
2. Berdasarkan waktu
a. Surveilans periodic adalah surveilans yang di lakukan secara periodic
dengan selang waktu tertentu misalnya satu bulan dalam per semester
b. Surveilans prevalensi adalah surveilans yang menghitung jumlah semua
IRS baik yang lama maupun yang baru.
3. Berdasarkan jenis rawat
a. Surveilans selama perawatan adalah surveilans yang dilakukan selama
pasien dirawat inap saja
b. Surveilans pasca rawat adalah surveilans yang dilakukan sesudah pasien
keluar dari rumah sakit.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 89
Biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan test laboratorium yang
bias diterima untuk ISK
Biakan urin harus di ambil dengan tehnik yang sesuai, seperti koleksi clean
cath atau kateterisasi
Pada anak kecil biakan urin harus diambil dengan kateterisasi buli-buli atau
aspirasi suprapubik, biakan positif dari specimen dari kantung urin tidak dapat
diandalkan dan harus dipastikan dengan specimen yang diambil secara
aseptic dengan kateterisasi atau aspirasi suprapubik.
CATATAN PENTING :
Biakan positif dari ujung kateter urin bukan merupakan test laboratorium yang
bisa diterima untuk bakteriuria
Biakan urin harus dambil dengan tehnik yang sesuai, seperti koleksi clean
cath atau kateterisasi
Angka insiden dipakai apabila surveilans yang dilakukan berfokus pada kasus
untuk infeksi
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
Petunjuk Pelaporan :
Laporkan infeksi setelah sircumcisi pada neonatus sebagai SST-CIRC (Skin
and Soft Tissue Infection Sirkulasi neonatus)
Penggunaan kateter
Pemasangan kateter urin dilakukan hanya kalau diperlukan saja dan segera
dilepas bila tidak diperlukan lagi. Alasan pemasangan kateter bukan karena
untuk mempermudah personil dalam memberikan asuhan kepada pasien
Segera lepaskan kateter jika tidak diperlukan lagi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 92
Untuk pasien-pasien tertentu dapat digunakan alternatif dari kateter
menetap, seperti : drainase dengan kondom, kateter, kateter suprapubik,
kateter selang seling.
Kebersihan tangan
Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah memasang kateter,
merawat perineal dan saat pengosongan urine.
Pemasangan kateter
Pemasangan kateter harus menggunakan tehnik aseptik dan peralatan steril
Untuk membersihkan daerah sekitar uretra harus menggunakan sarung
tangan, kapas dan larutan aseptik yang sesuai dan pakai jelly pelumas
sekali pakai
Gunakan kateter sekecil mungkin dengan laju drainase yang konsisten untuk
meminimalkan trauma uretra
Kateter menetap harus terpasang dengan baik dan menempel pada badan
untuk mencegah pergerakan dan tegangan pada uretra
Perawatan meatus
Bersihkan 2-3 kali/hari dengan cairan aseptik.
Monitoring bakteriologi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 93
Bersihkan bakteriologi secara rutin pada pasien dengan kateter urin tidak
dianjurkan.
Pemisahan pasien
Untuk mengurangi infeksi silang pada pasien yang terinfeksi sebaiknya satu
kamar mandi sendiri atau dipisahkan dari pasien yang lainnya.
Petunjuk pelaporan :
Jangan laporkan abses jahitan (inflamasi dan discharge minimal terbatas
pada titik-titik jahitan) sebagai infeksi
Jangan melaporkan suatu infeksi lokal pada tempat tususkan (stab
wound) sebagai SSI, tetapi laporkan sebagai infeksi kulit atau soft tissue
tergantung kedalamannya
Laporkan infeksi pada sirkumsisi bayi sebagai SST-CIRT (Skin and Soft
Tissue Infection Sirkulasi Neonatus). Sirkumsisi bukan merupakan
prosedur pembedahan bagi NNIS
Laporkan infeksi pada episiotomi sebagai REPR-EPIS. Episiotomi bukan
merupakan prosedur pembedahan bagi NNIS
Laporkan luka bakar yang terinfeksi sebagai SST-BURN
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 94
Bila infeksi incisional mengenai atau meluas sampai ke lapisan fascia dan
otot, laporkan sebagai infeksi luka operasi profunda
Laporkan spesimen biakan dari incisi superficial ssebagi ID ( incisionla
drainase)
b. Operasi Profunda
Petunjuk pelaporan :
Masukan infeksi yang mengenai baik superficial atau profunda sebagai
infeksi luka operasi profunda.
Laporkan biaya spesimen dari insisi superficial sebagai ID (Incisional
drainase)
c. Organ / Rongga
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 95
Definisi : IDO organ/rongga mengenai bagian badan manapun,
kecuali insisi kulit fascia atau lapisan-lapisan otot yang
dibuka atau dimanipulasi selama pembedahan. Tempat-
tempat spesifik dinyatakan pada IDO organ/rongga untuk
menentukan lokasi infeksi lebih lanjut. Pada daftar
dibawah ini terdapat tempat-tempat spesifik yang harus
digunakan untuk membedakan IDO organ/rongga.
Sebagai contoh : appendictomi yang diikuti dengan abses
subdiagfragmatika, yang harus dilaporkan sebagai IDO
organ/rongga pada tempat spesifik intraabdominal (SSI-
IAB)
Suatu IDO organ/rongga harus memenuhi kriteria berikut :
Kriteria : Infeksi timbul dalam waktu 30 hari prosedur
pembedahan, bila terpasang implant dan infeksi
tampaknya ada hubungannya dengan prosedur
pembedahan
Dan
Pasien paling sedikit mempunyai salah satu dari berikut :
1. Drainase purulent dari drain yang dipasang melalui
luka tusuk ke dalam organ/rongga
2. Diisolasi bakteri dari biakan yang diambil secara
aseptik dari cairan atau jaringan dari dalam organ
atau ruangan
3. Abses atau bukti lain adanya infeksi yang mengenai
organ/rongga yang diketemukan pada pemeriksaan
langsung waktu pembedahan ulang atau dengan
pemeriksaan histopatologis atau radiologis
4. Dokter menyatakan sebagai IDO organ/rongga
Angka insidensi diakai apabila surveilans yan dilakukan berfokus pada kasus
baru untuk infeksi luka operasi (IDO)
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
Petunjuk pelaporan :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 96
Kadang-kadang infeksi organ/rongga mengalir melalui insisi. Infeksi
semacam itu umumnya tidak berhubungan dengan pembedahan ulang
dan di anggap sebagai penyakit dari insisi. Karena itu diklasifikasikan
sebagai IDO profunda
Laporkan biakan spesimen dari insisi superficial sebagai ID (incisional
drainage)
a. Persiapan pre-operasi
Mandikan pasien dengan menggunakan sabun yang mengandung
antiseptik : chlorhexidine 4% satu hari sebelum operasi
Jangan mencukur daerah operasi jika tidak mengganggu jalanya
operasi, jika terpaksa harus di cukur lakukan satu jam sebelum
operasi, sebaiknya di cukur di kamar operasi dengan menggunakan
pencukur eletrik, bukan dengan pisau silet ( di ruang pemulihan/RR)
Luka yang terinfeksi dan tidak ada indikasi cito operasi harus di tunda
operasinya, infeksi harus diatasi terlebih dahulu baru dilaksanakan
operasi
Pasien merokok harus dianjurkan untuk berhenti merokok 30 hari
sebelum operasi
Pasien dengan hipoglikemia, hipoalbumin, hipokalemia, hiponatremia
dan Hb < 7 g/dl harus di koreksi sebelum operasi
Rawat inap pre operasi harus sesingkat mungkin (1-2 hari dirawat
pasien harus di operasi)
b. Intra operasi
Kepatuhan petugas dalam melakukan kebersihan tangan dengan
tehnik cuci tangan bedah dan penggunaan handrubs (chlorhexidine
2% dalam alkohol 70% harus dilakukan dengan optimal
Tehnik skin preparation dengan cara memutar dari dalam ke luar
dengan menggunakan antiseptik chlorhexidine 2% dalam alkohol 70%
Kontrol kolonisasi pada petugas (skrining MRSA)
Sirkulasi udara dan sistem ventilasi di ruang operasi harus
dipertahankan dengan cara mempertahankan tekanan positif,
pertukaran udara 20-25 kali/jam, gunakan HEPA filter (efficiency
>90%), suplai udara dari ceilling dan exhaust dekat dengan lantai,
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 97
pintu kamar operasi harus selalu tertutup, batasi petugas yang masuk
ke kamar operasi
Kultur udara dilakukan setelah dilakukan kalibrasi atau service
HEPAA filter dan AC. Kultur udara tidak direkomendasikan dilakukan
rutin hanya jika ada outbreak (Standard of Bioburden udara level 0-5
CFU/ M, pasien level < 30 CFU/M) jika ditemukan patogen, misal
Staphylococcus aureus dan terjadi peningkatan CFU stop sementara
operasi)
Pemberian antibiotik profilaksis prinsipnya diberikan satu jam sebelum
operasi, tidak untuk jenis operasi bersih
Pemasangan infus (central dan perifer), kateter urin, pemberian obat
dan intubasi pasien harus dengan tehnik septik dan aseptik
Pembersihan kamar operasi setelah selesai operasi setiap hari dan
dilakukan pembersihan besar setiap akhir minggu (hari sabtu)
Lantai, dinding dan surface daerah lainnya tidak langsung penyebab
utama infeksi luka operasi (IDO)
Bersihkan lantai ,dinding, alat-alat monitor, meja dan brankar pasien
setiap hari dengan menggunakan sabun atau disinfektan dan lakukan
dengan tehnik yang tepat
Tidak direkomendasikan melakukan pengasapan atau fogging di
kamar operasi untuk membersihkan ruangan
c. Post operasi
Lakukan kebersihan tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan sebelum dan sesudah merawat luka
Tidak direkomendasikan membuka (mengintip) luka saat ronde
Lakukan perawatan luka setelah 3 hari post operasi atau segera jika
ada indikasi (luka rembes atau kotor) balut luka dengan
menggunakan transparan film
Jika mengganti balutan pasien harus menggunakan meja balutan, set
luka dan pakai Alat Pelindung Diri (APD) misal : masker, sarung
tangan steril dan apron
Rawat luka dengan cairan fisiologis seperti NaCl 0,9%
Pelatihan perawatan luka untuk perawat dan dokter
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 98
Pneumonia merupakan infeksi rumah sakit tersering kedua di Amerika Serikat
dalam hal mortalitas dan morbiditasnya, setelah infeksi saluran kencing.
Umumnya pasien yang menderita pneumonia infeksi rumah sakit adalah bayi,
anak-anak dan orang tua di atas 65 tahun. Biasanya disebabkan bakteri.
Kriteria diagnosis pneumonia sesuai dengan Diagram Alur Infeksi Rumah Sakit.
Pasien dalam perawatan setelah dua hari atau lebih sejak MRS, dengan atau
tanpa penyakit yang mendasari, terjadi TANDA dan GEJALA :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 99
Paling sedikit satu dari berikut ini :
O atau ventilasi
PNEUMONIA KLINIS (IRS)
Batuk darah
Nyeri pleuritik
Sebagai alat ukur biasanya dipakai angka insidensi dan angka prevalensi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 100
Jumlah kejadian VAP
Incidence Rate (laju insidensi) : Jumlah lama haritirah baring x1000
3. Airway manajemen :
Lepaskan ETT pasien sesegera mungkin
Hindari re-intubasi
Jika memungkinkan gunakan non invasive positif pressure ventilation
secara kontinius melalui face/nose mask sebagai pengganti intubasi
Lakukan scution bila diperlukan dan mempertahankan tehnik septik dan
aseptik saat melakukan prosedur
Gunakan cairan steril untuk memebersihkan kateter suction jika
dimasukan kembali ke ETT tube
Gunakan ororthracheal
Lakukan oral hygiene dengan chlorhexidine 0,2% setiap 3-4 kali/hari
4. Maintenace peralatan:
Ganti segera sirkuit ventilator bila kotor
Segera buang condensate yang terkumpul di tubing ventilator
Bersihkan dan disinfeksi atau sterilkan semua peralatan dan ventilasi
mekanik secara tepat
Setelah didisinfeksi, cuci keringkan, bungkus, jaga jangan sampai
terkontaminasi pada saat diproses
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 101
Pengadaan alat ventilator untuk cadangan sehingga ada waktu
pembersihan untuk alat bekas pasien sebelumnya.
5. Pemberian obat-obatan:
Hindari penggunaan antimikroba yang tidak perlu
Gunakan antimikroba yang sesuai pada pasien beresiko tinggi
Membatasi pemberian profilaksis tukak lambung pada pasien beresiko
tinggi
Gunakan antimikroba untuk dekontaminasi saluran cerna secara selektif
Lakukan oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine 0,2%
Gunakan profilaksis untuk mencegah DVT
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 103
kali atau lebih biakan darah yang di ambil dari waktu
yang berbeda
2. Kontaminasi kulit biasa (misal Dhipteroids, Bascillus
sp, Porionibacterium sp, coagulase negative
staphylococci atau micrococci) ditemukan dari paling
sedikit satu biakan darah dari pasien dengan saluran
intravaskuler dan dokter memberikan terapi
antimikroba yang sesuai
3. Test antigen positif pada darah ( misal H. Influenza, S
Pneumoniae, N meningitidis atau group B
Streptococcus)
Dan
Tanda-tanda, gejala-gejala dan hasil laboratorium yang
positif tidak berhubungan dengan suatu infeksi di tempat
lain.
E. SEPSIS
CATATAN :
Angka Insidensi dipakai apabila surveilans yang dilakukan berfokus pada kasus
baru untuk infeksi Aliran Darah (IAD)
RUMUS UMUM PERHITUNGAN
x1000
Petugas
- Pemasangan kateter intrvaskuler (CVL, IVL, Umbilical) oleh dokter,
perawat yang ahli atau kompeten
- Bekerja dengan prinsip steril
- Gunakan set infus saat pemasangan kateter intravaskuler (CVL, IVL,
Umbilical)
- Gunakan APD saat memasang kateter intrvaskuler
Penggantian dressing
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 106
- Ganti dressing sesegera mungkin jika lembab, kotor dan berkeringat
- Lepas dressing bila dressing besar dan tebal yang menyulitkan
palpasi atau visualisasi langsung pada site insersi dan lakukan
observasi pada daerah pemasangan infus setiap kali pergantian shift
(3x/hari)
- Catat tanggal dan waktu pemasangan kateter di lokasi yan dapat
dilihat dengan jelas
F. LUKA BAKAR
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 108
Dan
Paling sedikit satu dari berikut :
Terdapat bakteri dari biakan darah dan tidak
terdapat infeksi lain
Dapat diisolasi virus herpes simplex, identifikasi
histopatologis dari inclusions dengan cara
mikroskopik cahaya (light microskop) atau tempat
partikel-partikel virus dengan mikroskop elektron
dan biopsi keroka lesi.
CATATAN :
Purulen saja pada tempat luka bakar tidak cukup kuat untuk diagnosis infeksi
luka bakar, purulen seperti itu mungkin menunjukan perawatan luka yang kurang
baik
Demam saja pada luka bakar tidak cukup kuat untuk diagnosis infeksi luka bakar
karena demam mungkin merupakan akibat trauma jaringan atau mungkin pasien
mendapat infeksi di tempat lain
Ahli bedah pada Regional Burn Center yang eksklusif merawat pasien luka
bakar, mungkin kriteria 1 untuk diagnosis infeksi luka bakar
Rumah sakit ddengan Regional Burn center mungkin membedakan infeksi luka
bakar lebih lanjut sebagai berikut :
- Burn wound site
- Burn graft site
- Burn donor site
- Burn bonor site-cadaver
Tetapi sistem NNIS hanya memberi kode semuanya sebagai BURN
BAB IV
MRSA
Kematian lebih terkait dengan infeksi MRSA dari pada AIDS, kenapa?
karena MRSA lebih mematikan dari pada AIDS.
Bakteri ini masuk jika tubuh kita ada luka yang terbuka misalnya teriris pisau,
tergores. Yang menyebabkan bakteri ini akan masuk ke dalam tubuh kita melalui
luka tersebut. Bakteri ini tahan terhadap antibiotik. Jika pemberian antibiotik yang
salah maka akan membunuh bakteri yang baik yang ada di dalam tubuh kita, dan
sebaliknya bakteri ini akan meregenerasi dan menulari bakteri yang lainnya.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 110
Jika sudah fatal bakteri ini akan memakan daging, otot kita, bahkan jika
sudah menjalar lebih parah maka akan menyerang organ vital seperti menggrogoti
jantung, paru-paru, hati dll.
1. Orang dengan sistem kekebalan yang lemah (orang yang hidup dengan
HIV/AIDS, penderita kanker, penerima transplantasi, penderita asma yang
parah, dll)
2. Penderita diabetes
3. Pengguna narkoba intravena
4. Pengguna antibiotik kuinolon
5. Anak-anak
6. Orang tua
7. Mahasiswa yang tinggal di asrama
8. Petugas yang tinggal atau bekerja di fasilitas kesehatan untuk jangka waktu
lama
Pencegahan :
a. Skrining pasien waktu masuk ke rumah sakit, swab dilakukan pada hidung,
ketiak dan perineal, skrining dilakukan untuk pasien yang sudah di rawat lama
atau pasien kiriman dar rumah sakit luar
b. Bersihkan lantai, meja, dinding, lemari, tempat tidur pasien dengan disinfektan
dari bahan kuarter amonium bersama dengan alkohol, disinfektan ini efektif
melawan MRSA. Lakukan pembersihan lantai, meja, dinding, lemari, tempat
tidur pasien secara rutin.
c. Melakukan kebersihan tangan dengan air dan antiseptik yang mengandung
chlorhexidine 2% - 4% dan berbasis alkohol sebelum dan sesudah kontak
dengan pasien, tindakan invasive/aseptik, setelah kontak dengan cairan tubuh
dan kontak dengan lingkungan pasien.
d. Penggunaan masker surgical
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 111
e. Isolasi dengan isolasi pasien yang tepat dapat mencegah dan menurunkan
kejadian MRSA
f. Penggunaan Alat Pleindung Diri (APD)
Dengan penggunaan alat pelindung diri yang tepat menurunkan dan benar
dapat mencegah penyebaran kejadian MRSA.
g. Pembatasan pemberian antibiotik
Penggunaan antibiotika golongan Glycopeptides, sefalosporin dan kuinolon
beresiko dalam kolonisasi MRSA, terutama fluoroquinolones,
direkomendasikan dalam pedoman saat ini
h. Menjaga kebersihan diri
Mandi bersih setiap hari, penggunaan handuk, baju dan penggantian linen
harus satu pasien satu
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah
kontak dengan urine, pasien dan lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang langsung kontak
dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi sumber infeksi apakah dari
pasien sendiri atau dari petugas yang merawat
Menggunakan sarung tangan apabila kontak dengan urine
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 112
Segera lepaskan sarung tangan apabila kontak dengan urine dan buang ke
tempat sampah infeksius (kuning) yang ada di ruangan pasien
Gunakan apron hanya bila pencemaran pakaian mungkin terjadi
Segera bersihkan lantai dengan chlorine/baycline jika terjadi kontaminasi urine
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan secara intravena
Antibiotik pilihan lain diantaranya Teicoplanin dan Linezolid selama 3-5 hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah
kontak dengan luka, pasien dan lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang langsung kontak
dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi sumber infeksi apakah dari
pasien sendiri atau dari petugas yang merawat
Buka luka dengan sarung tangan bersih, buang kassa ke tempat sampah
infeksius (kantong kuning)
Segera lepaskan sarung tangan jika sudah selesai membuka luka, buang
sarung tangan ke tempat sampah infeksius (kantong kuning)
Gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : masker, sarung tangan steril,dan kaca
mata pelindung (tidak mutlak) dan pakai sarung tangan steril
Cuci luka dengan menggunakan chlorhexidine 2% dalam larutan normal salin
(NaCl 0,9%) 1 : 10, kemudian luka segera dibersihkan dengan NaCl 0,9%
Jika luka sudah mengalami granulasi tidak boleh di swab/gosok cukup hanya
dengan irigasi
Jika pus/ nanah masih banyak lakukan perawatan luka dengan menggunakan
kassa penyerap (dressing) dan gunakan bahan yang berfungsi meminimalkan
kolonisasi (misal cutisorb sorbact)
Semua sampah yang kontak dengan pasien di masukan dalam plastik, di ikat
dan langsung di buang di tempat sampah infeksius (kantong plastik kuning)
yang ada di kamar pasien.
Setelah pus minimal (basah) rawat luka dengan mupirosin topikal cream, pada
luka kering berikan mupirosi salep
Anjurkan pasien mandi dengan menggunakan chlorhexidine 2% selama 5 hari
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 113
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan secara intranvena, hanya
apabila ada gejala sistemik antibiotik pilihan lain diantaranya teicoplanin dan
linezolid selama 3-5 hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Pasien di isolasi
Batasi petugas, pengunjung yang kontak atau merawat pasien
Petugas kesehatan harus mencuci tangan dengan benar sebelum dan sesudah
kontak dengan sputum, pasien dan lingkungan
Lakukan swab hidung, ketiak (pasien, perawat, dokter) yang langsung kontak
dengan sumber infeksi untuk mengkonfirmasi sumber infeksi apakah dari
pasien sendiri atau dari petugas yang merawat
Jika melakukan suction gunakan Alat Pelindung Diri (APD) : masker, sarung
tangan steril dan kaca mata pelindung (tidak mutlak)
Menggunakan jubah pelindung/apron hanya bila pencemaran pakaian mungkin
terjadi
Segera masukkan selang kateter suction bekas pasien ke ember tertutup yang
sudah mengandung chlorin 1 : 10 air matang selama 10 menit
Segera buang ke dalam kantong plastik kuning infeksius dan tidak dibenarkan
untuk di pakai ulang
Segera lepaskan sarung tangan, masker buang ke tempat sampah infeksius
(kantong plastik kuning), kaca mata rendam dalam klorin 1 : 100 cc air matang
Pilihan antibiotik adalah vankomisin, yang diberikan secara intranvena, hanya
apabila ada gejala sistemik antibiotik pilihan lain diantaranya teicoplanin dan
linezolid selama 3-5 hari
Kultur ulang hari ke 7 oleh IPCN-Link atau petugas yang terlatih
Pasang poster kewaspadaan standar di pintu kamar pasien
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 114
Tujuan :
Kriteria skrining
BAB V
Kejadian Luar Biasa (KLB) bervariasi dalam luas dan beratnya masalah. Hal
ini merupakan tanggung jawab dari Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit (Komite PPIRS) untuk membuat suatu rencana dan kebijakan yang
rinci dalam penanganan suatu KLB di Rumah sakit atau di masyarakat. Tatalaksana
suatu KLB memerlukan keahlian dari seorang dokter/petugas Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) yang dalam hal ini biasanya berperan sebagai pimpinan.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 115
Perencanaan dibuat oleh PPI dengan membentuk tim pengendali KLB, karena
pengendalian suatu KLB memerlukan kerjasama orang-orang dari berbagai disiplin
ilmu.
Pada KLB penyakit infeksi nasional adalah penting untuk menjalin koordinasi
dan kerjasama erat dengan pihak pemegang kebijakan kesehatan nasional dan
berbagai fasilitas kesehatan begitu juga dengan departemen terkait informasi,
perdagangan, komunitas/dalam negeri, komunikasi dan lain-lain. Setiap rencana
persiapan kegawatdaruratan negara harus menyertakan hal tersebut untuk suatu
KLB penyakit infeksi.
Diperlukan satu pusat komando untuk menjamin koordinasi yang lancar dan
aksi yang berlangsung. Diantara fasilitas kesehatan, mekanisme dasar untuk
penanganan yang efektif. KLB infeksi rumah sakit merupakan dasar untuk
terbentuknya tim untuk memenuhi tuntutan tersebut. Tim kontrol KLB memerlukan
ekspansi untuk mencakup fasilitas yang representatif misalnya farmasi, suplai,
petugas kebersihan, tehnik. Sistem yang berkelanjutan pelatihan kontrol infeksi yang
berkelanjutan dan audit diperlukan untuk menyebarluaskan langkah-langkah
pengendalian penyakit infeksi tertentu. Komunikasi rutin harian dengan data situasi
terbaru bersama staff rumah sakit dan pasien perlu dilakukan untuk tetap
memberikan motivasi dan kerjasama yang baik dari setiap aspek yang terlibat.
Personil
Tanggung jawab :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 116
5. Menentukan akhir KLB
Daftar kegiatan
Investigasi
Tatalaksana
Kontrol
Umumkan telah berakhirnya kejadian luar biasa pada badan terkait lebih awal
Menggabungkan laporan dari setiap Tim
Ubah peraturan dan penerapan jika perlu
1. Pertanyaan pendahuluan
a. Dapatkah saya memperoleh informasi yang dibutuhkan
b. Dapatkah saya memperoleh kontrol yang baik
2. Meninjau ulang daftar pasien yang terlibat dalam kejadian luar biasa
3. Membuat hipotesis. Buatlah faktor risiko yang akan dibuktikan dengan jelas
4. Case definitif yang jelas dan mengeksekusi pasien perawatan lama, jika
mungkin
5. Mempunyai 2-4 kontrol per kasus jika terdapat paling kurang 10 kasus. Pilih dari
pasien yang terinfeksi, dicocokkan dengan umur, jenis kelamin dan pelayanan.
Kontrol yang dirawat lama di eksklusi
6. Dalam pengumpulan data, hati-hati bias saat wawancara. Jika data dikumpulkan
dari rekam medis gunakan data yang rutin dicatat untuk menghindari bias
pencatatan
7. Proses penyelesaian masalah sesuai dengan Root Case Analysis berkoordinasi
dengan Unit Pelayanan Jaminan Mutu
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 118
BAB VI
PERKIRAAN
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 119
Petugas kesehatan dan Rumah Sakit perlu bekerja sama mengembangkan
rencana kesiapan untuk fasilitasnya dan memastikan adanya komunikasi yang jelas,
konsensus dan komitmen.
1. Koordinasi
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam koordinasi
Menetapkan tim koordinasi dan individu yang bertanggung jawab untuk
memfasilitasi respon yang cepat dan memadai selama kondisi krisis.
Semua pihak yang berkepentingan harus mengetahui tanggung jawab
mereka, apa yang perlu dilakukan dan bagaimana alurnya. INI harus
tercermin dalam rencana operasional untuk setiap organisasi ( siapa
mengerjakan apa, dimana, bagaimana, kapan, mengapa )
Advokasi mengenai pentingnya perencanaan pandemi kepada para
pembuat keputusan untuk memastikan dukungan dan dana yang
diperlukan
Dinas kesehatan setempat berkoordinasi dengan pemerintah daerah
menetapkan kriteria penutupan sekolah berdasarkan informasi dan
surveilans kesehatan (cluster penyakit seperti influenza atau kematian
akibat kesulitan pernapasan pada anak usia sekolah)
Meningkatkan kemampuan petugas medis dan perawat dalam
penanganan kasus
Meningkatkan kemampuan petugas yang terlibat ( seperti perawat,
petugas kesehatan, petugas laboratorium ) untuk tindakan pencegahan
dan pengendalian infeksi. Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat
telah mengikuti pelatihan dan trampil menerapkannya.
Jika perlu, sediakan panduan-panduan pelayanan yang mutakhir dengan
merujuk ke panduan terbaru
Sediakan obat-obatan dan perawatan medis gratis sesuai dengan
ketentuan pemerintah atau asuransi kesehatan yang berlaku dan lengkapi
dengan sistem pelaporan kasus baru secara cepat
Bekerjasama dengan sektor terkait antara lain pelayanan transportasi dan
pasokan pangan. Pertimbangan untuk meyiapkan alternatif lain untuk
pasokan listrik dan air minum bagi fasilitas pelayanan kesehatan dan
jaringan komunikasi
3. Komunikasi
Dasar pemikiran
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 121
Strategi komunikasi merupakan komponen penting dalam menangani
wabah penyakit menular dan pandemi. Informasi yang akurat dan tepat waktu
di setiap tingkatan sangat penting untuk meminimalkan keresahan masyarakat
dan dampak ekonomi yang tidak diinginkan. Kemampuan untuk merespon
secara cepat dan efektif sangat di pengaruhi dengan jumlah tenaga yang
tersedia.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 122
telepon tersedia, siapkan hotline/saluran khusus dengan petugas yang
terlatih.
4. Identifikasi Kasus, Penatalaksanaa dan Perawatan
Dasar pemikiran
Perlu di sediakan panduan klinis untuk memastikan tersedianya
pengobatan dan perawatan yang efektif dan aman untuk kasus penyakit
menular yang dicurigai (contoh untuk flu burung sudah ada Pedoman
Penatalaksanakan Flu Burung di sarana Pelayanan Kesehatan Depkes 2006),
panduan klinis harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan mudah dipahami
oleh petugas.
Hal-hal yang perlu dilakukan
Memastikan bahwa definisi penyakit menular yang muncul sudah sesuai
dengan ketetapan pemerintah (lihat lampiran A : untuk kasus flu burung)
Menerapkan prosedur rutin di seluruh rumah sakit/klinik untuk identifikasi
kasus baru
Panduan klinis harus mencakup askep-askep di bawah ini
Dimana pasien harus ditangani (di masyarakat atau rumah sakit dan
kriteria rawat inap
Tindakan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi
Pengumpulan, pengiriman dan pemeriksaan pasien dan pemeriksaan
spesimen yang sesuai ke laboratorium yang di tetapkan
Prosedur pengobatan, termasuk obat anti virus, antibitok dan terapi
pendukung lainnya (ventilator, penurunan demam)
Penyakit menular
dan
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 124
1. Dalam 7 hari terakhir sebelum gejala klinis, mempunyai riwayat kontak
erat dengan penderita (suspek, probable atau konfirmasi), seperti
merawat, berbicara atau bersentuhan dengan pasien dalam jarak < 1
meter
2. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, mempunyai
riwayat kontak erat dengan unggas (misal menyembelih, menangani,
membersihkan bulu atau memasak)
3. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis mempunyai riwayat
kontak erat dengan unggas, bangkai unggas, kotoran unggas, bahan
atau produk mentah lainnya di daerah yang satu bulan terakhir telah
terkena flu burung pada unggas, atau adanya kasus pada manusi
(suspek, probable, konfirmasi)
4. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis mempunyai riwayat
mengkonsumsi produk unggas mentah atau yang tidak di masak
dengan sempurna, yang berasal dari daerah yang satu bulan terakhir
telah terjadi flu burung pada unggas, atau adanya kasus pada
manusia (suspek, probable atau konfirmasi)
5. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, kontak erat
dengan binatang selain unggas yang telah dikonfirmasi terinfeksi
H5N1, antara lain : babi atau kucing
6. Dalam 7 hari terakhir sebelum muncul gejala klinis, memegang atau
menangani sampel (hewan atau manusia) yang dicurigai mengandung
H5N1
7. Ditemukan leukopenia (jumlah leukosit/sel darah putih di bawah nilai
normal)
8. Ditemukan filter antibodi terhadap H5 dengan pemeriksaan uji H1
menggunakan eritrosit kuda atau uji ELISA untuk influenza A tanpa
subtipe.
9. Foto Rongent dada/thoraks menggambarkan pneumonia yang cepat
memburuk pada serial foto
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 125
2. Hasil laboratorium terbaca untuk influenza H5 (terdeteksinya antibodi
spesifik H5 dalam spesimen serum tunggal) menggunakan uji
netralisasi (dikirim ke laboratorium rujukan)
atau
Seseorang yang meninggal karena suatu penyakit nafas akut yang
tidak bisa dijelaskan penyebabnya yang secara epidemiologis
berkaitan dengan aspek waktu, tempat dan pajanan terhadap suatu
kasus probable atau suatu kasus H5N1 yang terkonfirmasi
1
konvalesens harus pula 80
1
- Titer antibodi mikronetralisasi H5N1 80 pada spesimen serum
1
merah kuda 160 atau Western Blot spesifik H5 positif
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 126
BAB VII
DEMAM THYPOID
Etiologi :
Salmonella thypi
Penularan :
Makanan, minuman, kontak dengan hewan yang terinfeksi dengan hewan yang
terinfeksi, penularan langsung antara manusia melalui rute fekal-oral
Periode inkubasi :
Uji diagnostik
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 127
Biakan feses, darah, urin, aspirasi sumsum tulang, tes widal dapat menunjukan
adanya infeksi namun hasil positif palsu atau negatif palsu sering terjadi dan
karenanya tes ini tidak reliable
Pakai APD (sarung tangan dan masker saat kontak dengan feses pasien)
Pasien yang dirawat menggunakan popok dan / atau jika mengalami
inkontinensia selama sakit atau perawatan
Anak-anak yang terinfeksi harus dihindari dari kegiatan-kegiatan di pusat
layanan anak sampai didapatkan hasil negatif untuk S thypi pada kultur feses
yang dilakukan berturut-turut setelah penghentian terapi antimikroba.
TUBERCULOSIS
Etiologi :
Cara penularan :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 128
Droplet nuclei
Masa inkubasi :
2-12 minggu (biasanya 10 minggu, rata-rata 3-4 minggu) dari infeksi sampai
terbentuknya reaksi positif terhadap tes tuberkulin, dapat terjadi relaps bertahun-
tahun kemudian.
Uji diagnostik
Mikroskopik : sputum BTA, aspirasi cairan lambung, cairan pleura, ICS, urine,
cairan tubuh lain atau bahan biopsi
Kultur spesimen
PCR dari spesimen saluran napas
DNA fingerprint dengan restriction fragment length polymorphism (RFLP) untuk
evaluasi epidemilogi
Foto thorak dan tes tuberkulin untuk kasus asimptomatik
Hasil test Mantoux harus dibaca oleh tenaga kesehatan yang berpengalaman
Pasien TB paru diberikan terapi OAT 2 minggu atau hasil BTA 3 kali berturut-turut
negatif
HEPATITIS A
Etiologi :
Antar manusia secara fekal-oral yang terkontaminasi atau oral dari air yang tercemar
Masa inkubasi :
Uji diagnostik :
Anti HAV IgM dan IgG. IgM ditemukan saat awal penyakit dan menghilang setelah 4
bulan dapat bertahan sampai 6 bulan atau lebih lama. Anti HAV IgG dapat dideteksi
sesaat setelah IgM.
Selalu melakukan kebersihan tangan dan sarung tangan jika kontak dengan sumber
infeksi
HEPATITIS B
Etiologi :
Cara penularan :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 130
Masa inkubasi :
Uji diagnostik :
Tes serologis HbsAg, HbeAg, anti HBc IgM dan anti HBc IgG
Selalu melakukan kebersihan tangan dan sarung tangan jika kontak dengan
sumber infeksi
SCABIES
Etiologi
Cara penularan :
Masa inkubasi
4-6 minggu
Uji diagnostik
VARCELLA ZOSTER
Etiologi
Cara penularan :
Masa inkubasi :
14-16 hari
Uji diagnostik :
Deteksi antigen dari lesi vesikel selama 3-4 hari pertama erupsi dengan pewarnaan
immunofluoresen atau kultur
Pasien yang terinfeksi minimal selama 5 hari setelah onset ruam dan selama
lesi masih berbentuk vesikel
Pasien yang rentan terinfeksi sejak 8-21 hari setelah onset ruam pada pasien
infeksi
Pertahankan kewaspadaan hingga 28 hari pasca paparan bagi mereka yang
telah mendapat immunoglobulin anti varisela zoster (VZIG)
Pasien yang immunokompromise selama penyakit berlangsung
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 132
Standard precautions harus tetap dijalankan selama 3-5 hari pasca paparan yang
terjadi pasca profilaksis
VZIG cocok digunakan bagi individu yang beresiko tinggi mengalami varicella berat
dan harus diberikan dalam 96 jam pertama untuk memberikan perlindungan
maksimal
INFUENZA
Etiologi :
Virus influenza
Transmisi :
Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung, infeksi droplet besar (large
droplet), atau alat/bahan yang terkontaminasi sekret nasofaringeal
Masa inkubasi
1-3 hari
Uji diagnostik ;
INFEKSI ENTEROVIRUS
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 133
Etiologi :
Enterovirus
Transmisi :
Fekal-oral dan kontak langsung melalui saluran napas. Virus dapat bertahan hidup di
lingkungan dalam jangka waktu lama sehingga transmisi dapat terjadi melalui alat
atau bahan yang terkontaminasi
Masa inkubasi :
Uji diagnostik :
Rapid virus culture (shell vial) dan deteksi langsung dengan menggunakan tehnik
molekuler (Reverse transcriptio-PCR) dari apusan tenggorok, tinja dan rectal atau
cairan serebrospinal. Tes serologis kurang bermakna.
Etiologi :
Cara penularan :
Transmisi orang ke orang melalui kontak langsung dan atau droplet. virus dapat
bertahan hidup di lingkungan dalam jangka waktu lama sehingga transmisi dapat
terjadi melalui alat atau bahan yang terkontaminasi
Masa inkubasi :
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 134
2-10 hari
Uji diagnostik
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 135
BAB VIII
PENGAMBILAN, PENYIMPANAN DAN PENGIRIMAN
BAHAN PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI
A. PETUNJUK UMUM
Di dalam petunjuk umum pemeriksaan bakteriologi, yang dapat diterapkan
secara umum ialah tahap pengambilan bahan pemeriksaan. Penyimpanan
serta pengiriman diperinci dalam petunjuk khusus
Pengambilan bahan pemeriksaan bakteriologi untuk infeksi rumah sakit
hendaknya beberapa syarat yaitu :
1. Bahan di ambil sebelum pemberian antibiotik atau kemotherapika. Dalam
keadaan terlanjur diberi, maka sebaiknya dilampirkan jenis dan takaran
serta lama pemberian obat
2. Bahan pemeriksaan di ambil pada saat dan tempat yang tepat. Saat dan
tempat dipilih dengan mempertimbangkan kemungkinan terbesar
mendapatkan bakteri-bakteri
3. Pengambilan dilakukan dengan cara dan alat sedemikian rupa, sehingga
cemaran tidak terjadi (cara aseptik)
4. Bahan pemeriksaan di ambil dalam jumlah yang cukup untuk pemeriksaan
yang diminta
5. Formulir pemeriksaan hendaknya diisi dengan lengkap
B. PETUNJUK KHUSUS
Petunjuk bahan pemeriksaan yang sering diminta untuk diperiksa, akan
dibahas sendiri. Untuk bahan pemeriksaan yang relatif agak jarang diminta,
hanya dicantumkan dalam tabel pada akhir petunjuk ini
1. Air Seni
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 136
Waktu penampungan air seni sebaiknya pagi hari (early morning specimen)
atau 4 jam setelah kencing terakhir. Tempat penampung ialah tabung steril
tertutup. Tempat pengambilan dapat dengan cara penampungan porsi
tengah yang bersih (clean voided mid stream), pungsi suprapubik atau
dengan kateter. Jumlah air seni yang dibutuhkan antara 1-2 ml bila diambil
dengan pungsi suprapubik atau 10 ml bila di ambil dengan porsi tengah
yang bersih atau kateter. Bahan yang diperoleh segera dikirim ke
laboratorium. Bila tertunda dapat disimpan dalam lemari es suhu 4C
selama 24 jam atau ditambah pengawet asam borat.
2. Darah
Waktu pengambilan darah untuk biakan bakteri dipilih sesuai dengan
perjalanan penyakit. Tempat penampungan bahan disediakan sepasang
media yang berisi media cair, Thyptic Phoshate Broth (TPB) atau Trypticase
Soy Broth (TSB) atau Cooked Meat Medium (CMM) untuk bakteri anaerob.
Masing-masing media diisi dengan 5- 10 ml darah untuk 10% Volume
media.
3. Nanah
Pengambilan nanah (pus) dapat dikelompokkan menjadi dua cara yaitu :
a. Pengambilan nanah dari tempat yang tertutup misalnya dari abses,
rongga tubuh (kavum pelura, rongga sendi dan lain sebagainya). Bahan
di ambil dengan cara pungsi aspirasi, dengan semprit steril.
b. Pengambilan nanah dari tempat yang terbuka atau yang berhubungan
dengan udara, misalnya dari luka terbuka. Bahan di ambil dengan cara
hapusan dengan lidi kapas steril.
4. Tinja
Pengambilan bahan di ambil pada pagi hari dan atau pada tinja yang baru
keluar (Freshly passed stool). Bila tinja sulit diperoleh maka pengambilan
dengan hapusan rektum dianjurkan. Tinja yang diperoleh ditampung di
dalam tabung atau botol gelas steril dan segera dikirim ke laboratorium. Bila
di ambil dengan hapusan rektum, dikirim dalam media transport Carry Blair.
Jumlah bahan yang diperlukan sebanyak 10 gram atau sebesar ibu jari kaki
orang dewasa.
5. Dahak
Dahak (sputum) diperoleh dari penderita dengan cara batuk spontan,
dengan espektorans, aspirasi cairan lambung atau aspirasi transtrakeal.
Penderita diberi petunjuk agar yang ditampung adalah benar-benar dahak
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 137
dan bukan air liurnya. Pengambilan dilakukan pada pagi hari (early morning
sputum) dan ditampung dalam cawan petri steril
6. Liquor cerebrospinal
Pengambilan dengan pungsi, dilakukan sewaktu-waktu sebanyak 2-4 ml.
Penampungan dapat berupa tabung/botol gelas steril bertutup alur (screw
capped) atau tabung berisi media pemupuk Dextrose Ascitic (DAF).
Pengiriman ke laboratorium segera mungkin (selagi masih hangat)
penyimpanan tidak di anjurkan.
DAF
6 Hapusan Biakan dan sediaan Lidi kapas Suhu kamar Segera
Tenggorokan/ langsung bakteri- steril dalan
Hidung bakteri pyogenik media Suhu kamar
Transport
Stuart
7 Nanah Biakan dan sediaan Lidi kapas 37C Segera
langsung bakteri- steril dalan
bakteri pyogenik
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 138
media
Segera
transport
stuart
Pungsi
aspirasi
dalam
semprit
steril
0
pada minuman angka E. Coli harus 100 ml sampel minuman
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 139
Telur, susu dan olahannya -5C sampai -7C -5C sampai -7C Kurang dari -5C
Sayur, buah dan minuman 10C 10C 10C
Tepung dan biji 25C 25C 25C
c. Makanan jadi
1. Makanan jadi harus memenuhi persyaratan bakteriologi
berdasarkan ketentuan yang berlaku. Jumlah kandungan logam
berat dan residu pestisida, tidak boleh melebihi ambang batas yang
diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku
2. Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi atau dikemas dan
tertutup serta segera disajikan
4. Pengolahan makanan
Unsur unsur yang terkait dengan pengolahan makanan :
a. Tempat pengolahan makanan
1) Perlu disediakan tempat pengolahan makanan (dapur) sesuai
dengan persyaratan konstruksi, bangunan dan ruangan dapur
2) Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan selalu
diberikan dengan antiseptik
3) Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi dengan
sungkup asap
b. Peralatan masak
Peralatan masak adalah semua perlengkapan yang diperlukan dalam
proses pengolahan makanan
1) Peralatan masak tidak boleh melepaskan zat beracun kepada
makanan
2) Peralatan masak tidak boleh patah dan kotor
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 141
3) Lapisan permukaan tidak larut dalam asam/basa atau garam-garam
yang lazim dijumpai dalam makanan
4) Peralatan agar dicuci segera sesudah digunakan, selanjutnya
didisinfeksi dan dikeringkan
5) Peralatan yang sudah bersih harus disimpan dalam keadaan kering
dan disimpan pada rak terlindung dari vektor
c. Penjamah makanan
1) Harus sehat dan bebas dari penyakit menular
2) Secara berkala minimal 2 kali setahun diperiksa kesehatannya oleh
dokter yang berwenang
3) Pekerja pengolah makanan harus selalu melakukan kebersihan
tangan sebelum bekerja dan setelah ke toilet
4) Menggunakan Alat Pelindung Diri ( masker, penutup kepala/topi,
apron dan sarung tangan plastik)
5) Selalu mencuci tangan sebelum bekerja dan setelah keluar dari
kamar kecil
d. Pengangkutan makanan
Makanan yang telah siap santap perlu diperhatikan dalam cara
pengangkutannya yaitu :
1) Makanan di angkut dengan menggunakan kereta dorong yang
tertutup dan bersih
2) Pengisian kereta dorong tidak sampai penuh, agar masih tersedia
udara untuk ruang gerak
3) Perlu diperhatikan jalur khusus yang terpisah dengan jalur untuk
mengangkut bahan/barang kotor
e. Penyajian makanan
1) Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran dan
peralatan yang dipakai harus bersih
2) Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan tertutup
3) Makanan jadi yang disajikan dalam keadaan hangat ditempatkan
pada fasilitas penghangat makanan dengan suhu minimal 60C dan
4C untuk makanan dingin
4) Penyajian dilakukan dengan perilaku penyaji yang sehat dan
berpakaian bersih
5) Makanan jadi harus segera disajikan
6) Makanan jadi yang sudah menginap tidak boleh disajikan kepada
pasien
BAB IX
PENYEHATAN AIR
A. PENGERTIAN
1. Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum
2. Sumber penyediaan air minum dan untuk keperluan rumah sakit berasal
dari perusahaan Air Minum, air yang didistribusikan melalui tangki air, air
kemasan dan harus memenuhi syarat kualitas air minum
B. PERSYARATAN
1. Kualitas air minum
Sesuai dengan Peraturan mneteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
492/Menkes/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum
2. Kualitas air yang digunakan di ruang khusus
a. Ruang operasi
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 143
Bagi rumah sakit yang menggunakan air yang sudah diolah seperti
PDAM, sumur bor dan sumber lain untuk keperluan operasi dapat
melakukan pengolahan tambahan dengan catridge filter dan dilengkapi
dengan disinfeksi menggunakan ultraviolet (UV)
b. Ruang farmasi dan hemodialisa
Air yang digunakan di ruang farmasi terdiri dari air yang dimurnikanuntuk
penyiapan obat, penyiapan injeksi dan pengenceran dalam hemodialisa
C. TATALAKSANA
1. Kegiatan pengawasan kualitas air denga pendekatan surveilans kualitas air
antara lain meliputi :
a. Inspeksi sanitasi terhadap sarana air minum dan air bersih
b. Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaa sampel air
c. Melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium
d. Dan tindak lanjut berupa perbaikan sarana dan kulaitas air
2. Melakukan inspeksi sanitasi sarana air minum dan air bersih rumah sakit
dilaksanakan minimal 1 tahun sekali. Petunjuk teknis sanitasi sarana
penyediaan air sesuai dengan petunjuk yang dikeluarkan Direktorat
Jenderal PPM dan PL, Departemen Kesehatan
3. Pengambilan sampel air pada sarana penyediaan air minum dan atau air
bersih rumah sakit tercantum dalam Tabel 8
4. Pemeriksaan kimia air minum dan atau air bersih dilakukan minimal 2 (dua)
kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali pada musim hujan)
dan titik pengambilan sampel masing-masing pada tempa penampungan
(reservoir) dan keran terjauh dari reservoir
5. Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi terutama
pada air kran dari ruang dapur, ruang operasi, kamar bersalin, kamar bayi,
dan ruang makan, tempat penampungan (reservoir), secara acak pada
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 144
kran-kran sepanjang sistem distribusi, pada sumebr air dan titik-titik lain
yang rawan penecemaran
6. Sampel air pada butir 3 dan 4 tersebut di atas di kirim dan diperiksa pada
laboratorium yang berwenang atau ditetapkan oleh Menteri Kesehatan atau
Pemerintah Daerah setempat
7. Pengambilan dan pengiriman sampel air dapat dilaksanakan sendiri oleh
pihak rumah sakit atau pihak ketiga yang direkomendasikan oleh Dinas
Kesehatan.
8. Sewaktu-waktu dinas kesehatan provinsi, kabupaten/kota dalam rangka
pengawasan (uji petik) penyelenggaraan penyehatan lingkungan rumah
sakit, dapat mengambil langsung sampel air pada sarana penyediaan air
minum dan atau air bersih rumah sakit untuk diperiksakan pada
laboratorium
9. Setiap 24 jam sekali rumah sakit harus melakukan pemeriksaan kulaitas air
untuk pengukuran sisa khlor bila menggunakan disinfektan kaporit, pH dan
kekeruhan air minum atau air bersih yang berasal dari sistem perpipaan
dan atau pengolahan air pada titik/tempat yang dicurigai rawan
pencemaran.
10. Petugas sanitasi atau penanggung jawab pengelolaan kesehatan
lingkungan melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi dan pemriksan
laboratorium.
11. Apabila dalam hasil pemeriksaan kualitas air terdapat parameter yang
menyimpang dari standar maka harus dilakukan pengolahan sesuai
parameter yang menyimpang.
12. Apabila ada hasil inspeksi sanitasi yang menunjukan tingkat resiko
pencemaran amat tinggi dan tinggi harus dilakukan perbaikan sarana.
Buku Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Edisi 1 tahun
2014
RSUD Cileungsi Page 145