Anda di halaman 1dari 18

Pengertian Manajemen

Pengertian Manajemen Adalah Manajemen dapat diartikan sebagai suatu kegiatan


yang memiliki target dan tujuan dengan menggunakan perencanaan, pengarahan serta
pengorganisasian dalam mencapai tujuan tersebut, Kata Manajemen berasal dari
bahasa Perancis kuno mnagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan
mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara
universal

Pengertian Manajemen Menurut Para Ahli:

Menurut Mary Parker Follet Manajemen Adalah sebagai seni


menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang
manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi

Menurut Ricky W. Griffin Manajemen Adalah sebagai sebuah proses


perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa
tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti
bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai
dengan jadwal

Menurut Drs. Oey Liang Lee Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan daripada
sumberdaya manusia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Prof. Eiji Ogawa Manajemen adalah Perencanaan,


Pengimplementasian dan Pengendalian kegiatan-kegiatan termasuk system
pembuatan barang yang dilakukan oleh organisasi usaha dengan terlebih
dahulu telah menetapkan sasaran-sasaran untuk kerja yang dapat
disempurnakan sesuai dengan kondisi lingkungan yang berubah.

Fungsi manajemen :

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di
dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali
diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad
ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang,
mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima
fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:

1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan


dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan
tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi
tujuan itu

2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu


kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi

3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar


semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha.

Nah demikianlah ulasan mengenai pengetahuan dalam Pengertian Manajemen


Menurut Para Ahli dan Fungsi Manajemen semoga dapat bermanfaat dan
terimakasih sudah mampir

pengertian manajemen fungsi manajemen Pengertian managemen pengertian


menejemen fungsi manajemen menurut para ahli
Teori Klasik : Anatomi Organisasi Formal

Teori organisasi klasik hampir sepenuhnya menguraikan anatomi organisasi formal. Hal ini tercermin dalam
teori-teori di muka yang dikemukakan oleh para penulis terkenel, antara lain seperti Weber, Fayol, Taylor,
Mooney dan reilly, Guilck dan Urwick,

Definisi organisasi formal


Tiga unsur pokok orgaisasi formal yang selalu muncul dalam literatur-literatur manajemen adalah : 1)
Sistem kegiatan yang terkoordinasi, 2) Kelompok orang, dan 3) Kerjasama untuk mencapai tujuan.

Dasar-dasar organisasi menurut teori klasik


Menurut para pengikut aliran teori organisasi klasik, adanya suatu organisasi atau koordinasi bergantung
pada empat kondisi pokok yang harus ada sebelum kesatuan kegiatan (unity of action) itu mungkin
tterjadi. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut : 1) Kekuasaan, 2) Saling melayani, 3) Doktrin, dan
4) Disiplin.
Tiang dasar teori organisasi formal
1. Pembagian kerja : pembagian kerja sebagai tiang dasar yang paling penting di antara empat tiang dasar
teori organisasi klasik. Pertimbangan pembagian kerja (spesialisasi) adalah bahwa dengan
mengembangkan pekerjaan-pekerjaan teknis organisasi akan dicapai hasil kerja. Pendekatan untuk
pembagaian kerja dalam teori organisasi klasik ini sering juga disebut departementalisasi, atau evolusi dan
devolusi fungsional. Pembagian kerja merupakan dasar utama teori organisasi klasik dam koordinasi.
Tiang-tiang dasar lainnya dikembangkan dengan mengambil manfaat dari adanya pembagian kerja.
2. Proses skalar dan fungsional : Proses-proses ini adalah proses pertumbuhan vertikal dan horizontal
organisasi. Proses skalar adalah mengenai perkembangan rantai perintah yang menghasilkan
pertambahan tinkat-tingkat pada struktur organisasi. Proses skalar dicapai melalui pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab. Proses fungsional adalah cara organisasi untuk berkembang horizontal.
Dinamika proses fungsional adalah pembagian kerja.
3. Struktur : Struktur adalah hubungan antara berbagai kegiatan berbeda yang dilaksanakan di dalam
suaru organisasi. Tujuan struktur ialah menyediakan atau memberi wadah pada fungsi-fungsi organisasi,
agar tujuam organisasi tercapai denan efektif. Struktur organisasi meliputi sistem dan pola.
4. Rentang kendali : konsep rentang kendali berhubungan dengan berapa banyak seorang atasan dapat
mengendalikan bawahan secara efektif. Rentang kendali ini dapat bersifat lebih mendatar, yaitu
struktur flat atau melunjang yaitu struktur tall. Para penulis klasik menyatakan bahwa perlu untuk
membatasi rentang kendali para manajer, karena tidaklah mungkin seorang manajer melaksanakan banyak
fungsi dan mencuranhkan dirinya secara sama bagi tiap-tiap fungsi. Maka perlu pembagian kerja dan
rentang kendali yang efektif.

TEORI ORGANISASI NEOKLASIK


Aliran pemikiran lebih lanjut yang muncul digambarkan sebagai neoklasik, dan secara sederhana sebagai
teori atau aliran hubungan manusiawi. Teori neoklasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori
neoklasik merubah, menambah, dan dalam banyak hal memperluas teori klasik. Teori neoklasik adalah
menekankan pentingnya aspek psikologi dan sosial karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian
kelompok kerjanya.

Perkembangan Teori Neoklasik


Teori neoklasik sebenarnya bukan merupakan teori baru yang muncul seperti teori klasik. Teori neoklasik
muncul dan mengusulkan perubahan-perubahan pada teori klasik, sejak diperkenalkannya ilmu
pengetahuan tentang perilaku manusia. Pendekatan neoklasik mencakup uraian sistematis organisasi
informal, dan pengaruhnya para organisasi formal. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi
percobaan-percoaan yang dilakukan di Hawthorne, serta tulisan Hugo Nunsterberg. Pendekatan neoklasik
ditemukan juga di dalam buku-buku tentang hubungan manusiawi seperti Ardner dan Moore, Human
Ralation in Industry dan sebagainya.

Perubahan Neoklasik pada Tiang Dasar Teori Organisasi Formal


Aliran neoklasik bukan merupakan atau mencetuskan suatu teori murni seperti yang dilakukan aliran klasik.
Pengikut aliran neoklasik adalah mereka yang membahas kelemahan model klasik pada perilaku
organisasi, tetapi tidak menentang seluruh teori klasik.

Pembagian Kerja (Division of Labor)


Sejak pembagian kerja dilakukan, timbul masalah yang disebut anomie. Anomie adalah situasi dimana
pedoman kerja tidak ada dan disiplin diri menjadi berkurang. Akibat adanya pembagian kerja adalah
spesialisasi yang mengakibatkan orang terpecah belah, merasa cemburu (iri) dengan orang lain, dan
sebagainya. Oleh karena itu teori neoklasik mengemukakan perlunya :
1. Partisipasi atau melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan, agar merasa terlibat
dengan pekerjaanya dan berkepentingan dalam perusahaan.
2. Perluasan kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi, agar orang menjadi tidak
terlalu spesial tetapi dapat memperluas kemampuan dan keahlian dalam bidang lain.
3. Managemen bottom-up yang memberi kesempatan kepada para junior untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan manajemen puncak.

Proses-proses Skalar dan Fungsional


Proses skalar dan fungsional (sclar and functional processes) menimbulkan berbagai masalah dalam
pendelegasian wewenang dan tanggung jawab. Neoklasik menyatakan bahwa kapasitas dan kekuasaan
tak dapat dikompensasikan, karena bukan merupakan satu-satunya hubungan; ada faktor-faktor lain yang
perlu diperhatikan terutama hasil kegiatan kaki-tangan manusia.

Struktur Organisasi
Tentang struktur irganisasi, teori neoklasik menyatakan bahwa struktur merupakan penyebab terjadinya
pergeseran-pergeseran (frictions) internal di antara orang-orang yang melaksanakan fungsi yang berbeda-
beda. Pergeseran-pergeseran ini terjadi terutama antara orang-orang operasional (lini) dan oarang-orang
staf. Menurut Melville Dalton penyebabnya adalah : 1)Perbedaan tugas antara orang lini dan staf,
2)Perbedaan umur dan pendidikan, dan 3)Perbedaan sikap.

Rentang Kendali
Penentuan rentang sangat tergantung pada pebedaan individu dalam kemempuan manajemennya, tipe
orangnya, efektivitas komunikasi, fungsi pengawasan formal, serta derajat sentralisasi, dimana neoklasik
mengusulkan pengawasan bebas demokratis, sedang klasik memilih pengawasan ketat. Rentang yang
pendek mengakibatkan pengawasan yang ketat, rentang yang luas memerlukan pendelegasian yang baik
dengan mengurangi pengawasan. Karena perbedaan individu dan organisasi, kadang-kadang yang satu
lebih baik daripada yang lain, maka rentang kendali tidak dapat ditetapkan secara kaku.

Pandangan Neoklasik Terhadap Organisasi Informal


Titik tekanan teori neoklasik adalah pada dua elemen pokok dalam organisasi, yaitu perilaku individu dan
kelompok pekerja. Faktor-faktor yang dapat menentukan munculnya organisasi informal, antara lain :
1)Lokasi : Untuk membentuk suatu kelompok, orang harus mempunyai kontak tatap muka yang baik.
2)Jenis Pekerjaan : Ini merupakan faktor kunci yang menentukan munculnya dan komposisi organisasi
informal. 3)Minat : Walaupun orang-orang mungkin ada pada lokasi yang sama, melaksanakan kerja yang
sejenis, pebedaan minat di antara mereka menjelaskan mengapa muncul beberapa organisasi informal
yang kecil, di samping satu yang besar. 4)Masalah-masalahkhusus : Dalam hal ini, yang sama bergabung
bersama untuk kapentingan khusus. Usaha yang labih baik bagi manajer adalah mengembangkan suatu
hubungan kerja dengan organisasi informal yang dapat menghasilkan keselarasan pandangan organisasi
formal dan informal.

Manajemen pendidikan dalam prakteknya membutuhkan berbagai fungsi manajemen.


Fungsi manajemen yang terdapat dalam pendidikan meliputi fungsi perencanaan
atauplanning, fungsi pengorganisasian atauorganizing, fungsi pengarahan
atau directing, dan fungsi pengendalian atau controlling. Berikut penjelasan dari fungsi-
fungsi tersebut:

1. Perencanaan (Planning)
Ini adalah fungsi paling awal dari semua fungsi manajemen, para ahli juga menyutujui
hal tersebut. Perencanaan adalah proses kegiatan untuk menyajikan secara sistematis
segala kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu.

Perencanaan dapat diartikan sebagai penetapan tujuan, budget, policy prosedur, dan
program suatu organisasi. Dengan adanya perencanaan, fungsi manajamen berguna
untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai, menetapkan biaya, menetapkan segala
peraturan-peraturan dan pedoman-pedoman yang harus dilaksanakan.

Perencanaan meliputi beberapa aspek, diantaranya apa yang akan dilakukan, siapa
yang akan melakukan, kapan dilakukan, di mana akan dilakukan, bagaimana cara
melakukannya, apa saja yang dibutuhkan agar tercapai tujuan dengan maksimal.
Hadari Nawawi menjelaskan arti perencanaan yaitu suatu langkah untuk menyelesaikan
masalah ketika melaksanakan suatu kegiatan
dengan tetap terarah terhadap pencapaian target (tujuan tertentu).

2. Pengorganisasian (Organizing)

Di dalam sistem manajemen, pengorganisasian adalah lanjutan dari fungsi


perencanaan. Bagi suatu lembaga atau organisasi, pengorganisasian merupakan urat
nadi organisasi. Oleh sebab itu keberlangsungan organisasi atau lembaga sangat
dipengaruhi oleh pengorganisasian.
Pengorganisasian menurut Heidjarachman Ranupandojo adalah kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu, pelaksanaannya
dengan membagi tugas, tanggung jawab, serta wewenang di antara kelompoknya,
ditentukan juga yang akan menjadi pemimpin dan saling berintegrasi dengan aktif.

3. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan berfungsi untuk merealisasikan hasil perencanaan dan


pengorganisasian. Actuatingmerupakan usaha untuk mengarahkan atau menggerakan
tenaga kerja atau man power dan mendayagunakan fasilitas yang tersedia guna
melakasanakan pekerjaan secara bersamaan. Fungsi ini memotifasi bawahan atau
pekerja untuk bekerja dengan sungguh-sungguh supaya tujuan dari organisasi dapat
tercapai dengan efektif. Fungsi ini sangat penting untuk merealisasikan tujuan
organisasi.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan kegiatan untuk mengamati dan mengukur segala kegiatan
operasi dan pencapaian hasil dengan membandingkan standar yang terlihat dalam
rencana sebelumnya. Fungsi pengawasan menjamin segala kegiatan berjalan sesuai
dengan kebijaksanaan, strategi, rencana, keputusan dalam program kerja yang telah
dianalisis, dirumuskan serta ditetapkan sebelumnya.

1. Pengertian Perencanaan Pendidikan


Dalam usaha kita mempelajari perencanaan pendidikan, titik tolak kesepakatan
merupakan hal yang amat penting. Dengan demikian kita tidak akan mempunyai
penafsiran yang berbeda-beda tentang makna perencanaan pendidikan itu.

Dilihat dari terminologinya perencanaan pendidikan terdiri dari dua kata


yaitu:perencanaan dan pendidikan. Perencanaan berasal dari kata rencana, yaitu
suatu proyeksi tentang apa yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan yang valid
(sahih) dan bernilai.
Kaufman (1972) mendefinisikan perencanaan sebagai suatu proses untuk menetapkan
ke mana harus pergi dan mengidentifikasikan prasyarat untuk sampai ke tempat itu
dengan cara yang paling efektif dan efisien.

Perencanaan merupakan spesifikasi dari tujuan yang ingin dicapai dan cara-cara yang
akan ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut. Pengertian ini mengandung 6 pokok
pikiran sebagai berikut:
1. Perencanaan melibatkan proses penetapan keadaan masa depan yang dinginkan
2. Keadaan masa depan yang diinginkan itu selanjutnya dibandingkan dengan
keadaan sekarang, sehinga dapat dilihat kesejangannya.
3. Untuk menutup kesenjangan itu perlu dilakukan suatu usaha-usaha.
4. Usaha yang dilakukan untuk menutup kesenjangan itu beraneka ragam dan
merupakan alternatif yang mungkin ditempuh.
5. Pilihan alternatif yang paling baik, dalam arti mempunyai nilai efektifitas dan
efisiensi yang paling tinggi, dan perlu dilakukan.
Alternatif yang dipilih itu harus dirinci sehingga dapat menjadi pedoman dalam
pengambilan keputusan apabila dilaksanakan.

Sedangkan kata pendidikan menurut good (1959: 191) mempunyai arti:


1. The aggregate of all the processes by means of which a person develops abilities,
attitudes, and other forms of positive value in the society in which he lives.
2. The social process by which people are subjected the influence of a selected and
contrilled environment (especially that the school) so that they may attaint social
competence and optimum individual development.
Dari pengertian teminologi itu dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan
pendidikan adalah suatu proses untuk menetapkan tujuan, menyediakan fasilitas serta
lingkungan tertentu, mengidentifikasi prasyarat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan, serta menetapkan cara yang efektif dan efisien dalam usaha membentuk
manusia agar memiliki kompetensi sosial dan individual secara maksimal.

Secara sederhana dikemukakan oleh coombs (1970) sebagai aplikasi analsis rasional
dan sistematik dalam proses pengembangan pendidikan yang bertujuan meningkatkan
efektivitas dan efisiensi pendidikan dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan pendidikan baik tujuan yang berhubungan dengan anak didik maupun
masyarakat.
2. Sejarah Perkembangan Perencanaan Pendidikan
2500 tahun yang lalu perencanaan pendidikan itu sudah ada, dimana bangsa sparta
telah merencanakan pendidikan untuk merealisasikan tujuan militer, sosial dan
ekonomi mereka.

Plato dalam bukunya republik menulis tentang : rencana pendidikan yang dapat
menjamin tersedianya tenaga kepemimpinan dan politik yang dibutuhkan oleh athena.

Cina dalam masa pemerintahan dinasti han dan peru pada masa kejayaan, inca
merencanakan pendidikan mereka untuk menjamin kelangsungan hidup negara
masing-masing.

Timbulnya aliran libralisme di eropa pada akhir abad 18 dan 19 misalnya menghasilkan
berbagai usul yang dinamakan rencana pendidikan, dan reformasi mengajar
sebagai sarana untuk mengadakan reformasi sosial. Salah satu rencana yang terkenal
pada saat itu adalah rencana yang dibuat oleh diderot yang berjudul plan dune
universite pour le gouverment de russie yang disiapkannya atas permintaan ratu
catherina II.
Bangsa rusia 2/3 rakyatnya butahuruf pada saat dibuatnya rencana 5 tahunan pertama
yang dibuat 1923 menjadi salah satu negara yang pendidikannya sangat maju dalam
waktu kurang dari 50 tahun.

Selain bersumber dari perkembangan besaran seperti yang dikemukakan di atas


perencanaan pendidikan modern juga bersumber dari kegiatan yang bersifat rutin
seperti perencanaan pada suatu daerah tentang berapa banyak siswa/mhs yang akan
ditampung dalam satu lembaga pendidikan, berupa banyak ruangan, guru, bangku,
buku, dan sebagainya yang diperlukan pada tahun berikutnya dan perencanaan rutin
lainnya yang dilakukan oleh para administrator pendidikan.

Pada tahap awal perkembangannya perencanaan pendidikan mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut:

1. Merupakan rencana jangka pendek yang pragmentaris, dan tidak terintegrasi


lebih-lebih kalau dilihat dari kebutuhan masyarakat.
2. Tidak berasifat dinamik dan fleksibel.
Ciri-ciri tersebut di atas sebetulnya merupakan suatu kelemahan, usaha untuk
mengatasinya adalah menyusun dan menefrapkan perencanaan pendidikan modern.

Di indonesia contoh sejarah perkembangan perencanaan pendidikan adalah sejak


dituangkannya konsep pendidikan di dalam uud 1945, banyak lahir undang-undang dan
peraturan pemerintah tentang pendidikan..
3. Pentingnya Perencanaan Pendidikan
Dalam keseluruhan proses pendidikan, perencanaan pendidikan mmerupakan langkah
utama yang sangat penting. Karena perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk
mengarahkan dana dan tenaga yang terbatas, sehingga dapat menyumbang tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan secara maksimal.

Pentingnya perencanaan pendidikan dapat diuraikan sebagai berikut, perencanaan


pendidikan:

1. Merupakan usaha untuk menetapkan atau memformulasikan tujuan yang


dipilih. Oleh karena itu perencanaan dapat memberikan arah usaha pendidikan
dengan jelaas.
2. Memungkinkan kita dapat mengetahui sampai dimana tujuan pendidikan yang
ditetapkan telah dicapai.
3. Memudahkan kita untuk mengidentifikasi hambatan-hambatan yang timbul
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan.
4. Memungkinkan kita untuk menghindari pertumbuhan dan perkembangan suatu
usaha yang tak terkontrol, misalnya dalam mengembangkan kurikulum, kita
mempunyai kecenderungan untuk selalu menambah jumlah dan jenis matakuliah
dari yang sudah ada.
4. Proses Perencanaan Pendidikan
Ada enam tahap tentang proses perencanaan pendidikan yaitu:

1. Pra perencanaan
2. Perencanaan awal
3. Formulasi rencana
4. Elaborasi rencana
5. Implementasi rencana
6. Evaluasi dan perencanaan ulang.
a. Tahap pra perencanaan
Di perguruan tinggi misalnya kita mengenal pusat-pusat perencanaan. Pada tingkat
diknas, kita mengenal biro perencanaan. Seandainya badan atau bagian perencanaan itu
tidak ada, maka tahap pra perencanaan harus mulai dari: a. Menciptakan badan yang
bertugas dalam melaksanakan fungsi perencanaan, b. Menetapkan prosedur
perencanaan, c. Mengadakan reorganisasi struktural mekanisme administrasi suatu
lembaga agar mampu berpartisipasi dalam proses serta implementasi perencanaan itu,
d. Menetapkan mekanisme serta prosedur untuk mengumpulkan dan menganalisis data
yang diperlukan dalam perencanaan.

Jika badan perencanaan itu sudah ada, tugas pada tahap ini adalah meminta otoritas
dalam pendidikan, misalnya rektor utk merumuskan tujuan yang ingin dicapai.
b. Tahap perencanaan awal
Terdiri dari:

1) Kegiatan diagnosis

Tahap diagnosis merupakan kegiatan membandingkan output yang diharapkan dengan


apa yang telah dicapai sekarang. Diagnosis bertujuan untuk melihat apakah suatu
rencana yang telah dilaksanakan itu memadai dan relevan untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien.

2) Formulasi kebijakan

Kebijakan memberikan arah kepada usaha memperbaiki kelemahan dan kekurangan


suatu rencana. Kebijakan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga merupakan
kerangka kerja dalam mana keputusan-keputusan yang lebih kecil dan lebih terperenci
dibuat. Kegiatan merumuskan kebijakan disebut dengan formulasi kebijakan. Kebijakan
merupakan fungsi politis yang dibuat oleh orang yang berwenang dalam organisasi
pendidikan.

3) Penilaian kebutuhan

4) Perhitungan biaya

Dengan menggunakan data tentang biaya tahun sebelumnya, tiap-tiap butir kebutuhan
tersebut dihitung biayanya dengan memperhatikan naik turunnya harga. Sesudah
perhitungan biaya ini selesai perencana dapat mengetahui jumlah keseluruhan biaya
yang diperlukan untuk seluruh program.

5) Penetapan target.

Perencana melihat dan meneliti kembali kebutuhan yang telah diidentifikasi,


menetapkan prioritas program dan menetapkan tingkat pencapaian yang realistik dari
suatu tujuan yang ditetapkan, sehingga dapat ditentukan program mana yang paling
relevan dan efektif, hal ini dilihat dari tersedianya dana.
c. Tahap formulasi rencana
Perencanaan mempunyai dua maksud. Pertama menyiapkan seperangkat keputusan
yang akan diambil oleh otoritas, ke dua menyediakan pola dasar pelaksanaan (blue-
print for action) yang akan dilaksanakan oleh berbagai satuan organisasi yang
bertanggungjawab dalam implementasi keputusan-keputusan tersebut.

Sehubungan dengan kedua hal tersebut, otoritas memerlukan pernyataan (statement)


yang jelas tetang: apa yang akan yang diusulkan, mengapa diusulkan, dan bagaimana
pelaksanaannya.
Ketiga hal tersebut adalah merupakan isi dari rencana pendidikan. Persiapan untuk
menyiapkan dokumen tersebut dinamakan formulasi rencana, yang harus ditulis
singkat lengkap dan padat.
d. Tahap elaborasi rencana
Rencana pendidikan pada dasarnya adalah merupakan suatu dokumen singkat, padat
dan lengkap. Dengan demikian sebelum rencana itu diimplementasikan, perlu
dilakukan elaborasi. Artinya diperinci sedimikian rupa sehingga setiap tugas dari unit-
unit dalam organisasi pendidikan menjadi jelas.

Ada dua langkah yang harus ditempuh dalam proses elaborasi yaitu:

1. Pembuatan program (programming) yaitu membagi rencana menjadi area-area


pelaksanaan yang masing-masing mempunyai tujuan spesifik. Tiap area
pelaksanaan dinamakan program. Lazimnya program terdiri dari kelompok
kegiatan yang diawasi oleh unit administrasi yang sama.
2. Identifikasi dan formulasi proyek. Tiap program terdiri dari kelompok aktivitas-
aktivitas sejenis yang dibuat dalam rangka menghitung dan mengalokasikan dana
dalam pelaksanaan. Kelompok kegiatan ini dinamakan proyek. Tujuan proyek
merupakan sub tujuan program dan merupakan tujuan yang spesifik. Formulasi
proyek adalah tugas untuk merinci siapa pelaksana, berapa besar biaya, dimana
tempat, berapa lama waktunya dan hal lain yang dianggap perlu dalam suatu proyek.
Sebelum suatu rencana dielaborasi dalam bentuk program dan proyek, rencana tersebut
belum dapat dilaksanakannya. Oleh karena itu pemrograman dan perumusan dalam
proses perencanaan harus dilakukan lebih dahulu.

Kebanyakan rencana yang tidak dapat dilaksanakan, diakibatkan oleh kelemahan dalam
tahap pembuatan program ini.
e. Tahap implementasi rencana.
Implementassi rencana pendidikan dimulai pada saat proyek- proyek itu dilaksanakan.
Disini proses perencanaan bergabung dengan proses manajemen. Dengan
menggunakan budget serta rencana tahunan sebagai instrumen utama, kerangka kerja
organisasi untuk melaksanakan berbagai proyek dapat dikembangkan. Sumber-sumber
manusia, dana dan material kemudian dialokasikan untuk setiap proyek. Jadwal dan
waktu suatu proyek juga ditetapkan.
f. Tahap evaluasi dan perencanaan ulang
Pada waktu melaksanakan perencanaan pendidikan, ditetapkan pula mekanisme untuk
mengevaluasi kemajuan serta mendeteksi penyimpangannya. Proses evaluasi itu
dilaksanakan secara berkesinambungan.

Guna evaluasi. Pertama memberikan gambaran tentang kelemahan suatu rencana,


misalnya penetapan target yang terlalu tinggi atau rendah tidak realistik, tidak
cukupnya dana yang disediakan atau tidak tepatnya pentahapan dalam proses
pelaksanaan. Informasi hasil evaluasi digunakan sebagai bahan revisi sehingga dalam
sisa waktu periode rencana tersebut kesalahan dapat diperbaiki. Dalam perencanaan
bertahap dan berkesinambungan (rolling plan) revisi selalu dilakukan berdasar
pengalaman dalam setiap tahap implementasi.
Ke dua, evaluasi berguna sebagai alat diagnosis yang merupakan salah satu langkah
dalam tahap perencanaan awal, dan sebagai bahan dalam membuat perencanaan ulang.
Jadi evaluasi merupakan permulaan dari lingkaran perencanaan berikutnya.
5. Jenis-jenis Perencanaan Pendidikan
Perencanaan pendidikan dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang.

1. Menurut besarannya (magnitude), terdiri dari:

perencanaan pendidikan makro


perencanaan pendidikan meso
perencanaan pendidikan mikro
2. Menurut teba telaahnya, terdiri dari:

perencanaan strategik
perencanaan manajerial
perencanaan operasional
3. Menurut rancangan sistem (system design), dapat dibedakan :

perencanaan perbaikan
perencanaan pengembangan
4. Menurut peranan pemerintah, dapat dibedakan :

perencanaan wajib (imperative planning)


perencanaan arahan (indicative planning)
5. Menurut jangka waktunya, dapat dibedakan:
perencanaan jangka pendek kurun waktu anatara (1 3 t h )
perencanaan jangka menengah kurun waktu antara (4 -10 th)
perencanaan jangka panjang kurun waktu anatara (10-25 th)
6. Pelaksanaan Perencanaan Pendidikan
Dalam garis besarnya perencanaan termasuk perencanaan pendidikan dilaksanakan
dalam tiga siklus, yaitu

Siklus pertama melayani dua tujuan ganda:


1. Menyusun persetujuan antara manajer puncak dan manajer bidang tentang
strategi dan tujuan secara komprehensif.
2. Memilih tujuan perencanaan yang lebih penting pada siklus berikutnya. Pada
siklus ini manajer puncak menyusun tujuan umum dan meminta rencana-rencana
dari setiap bidang.
Siklus ke dua, setiap kepala bagian menyetujui rencana sementara dari bawahan
sesuai dengan bidang mereka. Oleh manajer bidang dipilih, rencana mana yang sesuai
dengan tujuan utama dan tujuan bidangi, lalu diajukan kemanajer puncak.
Siklus ke tiga, tiap pimpinan bidang menyusun anggaran khusus untuk biaya
pelaksanaan rencana, tujuan dan sasaran. Setelah didiskusikan dianatara para manajer
barulah anggaran disetujui dan disediakan.
Hal-hal yang memungkinkan dan menyebabkan kegagalan suatu perencanaan
pendidikan.

1. Pembuat rencana (planner) yang tidak cakap sehingga menghasilkan


perencanaan yang tidak tepat. Untuk itu perencanaan haruslah dibuat oleh orang
yang ahlinya.
2. Perencanaan yang dibuat tidak berdasarkan pada fakta-fakta dan data yang
objektif
3. Kesalahan dalam membuat ramalan dan dugaan.
4. Perencanaan tidak fleksibel/kaku.
5. Kesalahan dalam pengolahan data.
6. Kesalahan dalam penempatan pegawai dan kepala bagian yang tidak sesuai
dengan kemampuan dan keahlian.
7. Tidak adanya koordinasi diantara unit-unit dalam organisasi, karena masing-
masing unit menganggap bagiannya lebih penting dari unit lain.
8. Kuranngnya pengawasan baik secara prfentif maupun secara represif.
Dalam membuat perencanaan (planning) pendidikan yang baik, harus dapat menjawab
secara tepat pertanyaan berikut.

1. What : apa yang menjadi tujuan, apa yang akan dikerjakan, apa tujuan
pendidikan.
2. Why : mengapa justeru tujuan itu yang akan dicapai.
3. When : kapan waktu yang tepat tujuan itu akan mulai dikerjakan. Apakah
akhir tahun, atau 1 tahun lagi.
4. Where : di mana lokasi atau tempat kegiatan itu akan dilaksanakan atau
didirikan, dalam hal ini perlu dipertimbangkan faktor lingkungan dan masyarakat.
5. Who : siapa yang harus melaksanakan, siapa yang dapat dpercaya dalam
melaksanakannya, mengolanya, baik dari manajemennya maupun dari tenaga
pelaksananya.
6. How : bagaimana cara pelaksanaan, cara mengerjakannya dan bagaimana
metode pelaksanaannya.
7. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perencanaan Pendidikan
1. Filsafat negara merupakan faktor yang amat penting diperhatikan para
perencana pendidikan. Sebab seluruh prikehidupan bangsa berpedoman kepada
filsafat negara. Bidang pendidikan misalnya harus mencerminkan fisafat negara
pancasila. Dalam aspek perencanaan pendidikan harus berorientasi pada sila-sila
pancasila, diupayakan juga agar sila-sila tersebut tumbuh subur pada kegiatan-
kegiatan pendidikan sebagai bahan untuk nengembangkan generasi penerus bangsa.
2. Pemerintah dan lembaga-lembaga yang tersebar diberbagai daerah memikul misi
filsafat negara. Pemerintah berperan utama dalam: menegakkan, memelihara, dan
menyebarkan butir-butir pancasila. Perencanaan pendidikan perlu melakukan
hubungan dengan lembaga pemerintah dalam kaitan dengan usaha di atas dengan
mengikuti undang-undang dan peraturan-peraturan.
3. Perencanaan pendidikan sebaiknya mengikutsertakan wakil-wakil orang tua
siswa/mahasiswa dan tokoh-tokoh masyarakat secara otomatis memperhatikan
sosial/masyarakat. Mereka menyuarakan kebutuhan.
4. Kelompok profesi, terutama pendidikan besar perannya dalam perencanaan
pendidikan. Kelompok ini menjadi pembangun dan pemikir terdepan dalam
perencanaan pendidikan.
5. Kebudayaan yaitu perpaduan hasil pikiran, perasaan, kemauan, dan karya
manusia atau perpaduan hasil kognisi, afeksi, dan keterampilan yang mengangkat
hidup dan kehidupan manusia tidak lepas pula dari kehidupan dunia pendidikan.
Kebudayaan sebagian besar dilahirak dalam dunia pendidikan. Ini tidak berarti
perkembangan pendidikan melalui perencanaan tidak perlu memperhatikan
kebudayaan sekitarnya.
6. Kebudayaan yang mencakup ilmu, teknologi, seni dan norma yang ada disekitar
lembaga pendidikan adalah merupakan umpan balik sekaligus menjadi titik tolak
untuk meningkatkannya. Masyarakat dan lembaga pendidikan bekerjasama
memajukan kebudayaan.
7. Perkembangan ekonomi menentukan kemakmuran bangsa dan masyarakat.
Pendidikan ikut berperan dalam mengembangkan keterampilan tenaga-tenaganya
baik berpikir maupun keterampilan tangan. Perencana pendidikan harus
memperhatikan perkembangan dan kondisi ekonomi daerah tempatnya berada.
8. Perencanaan pendidikan harus memperhatikan cita-cita bangsa. Cara-cara
untuk mencapai cita-cita bangsa itu adalah sebagai ideologi dan merupakan faktor
politik yang perlu diperhatikan oleh para perencana pendidikan.
9. Para perencana pendidikan juga perlu memperhatikan demografi yaitu
kependudukan antara lain kepadatan penduduk di daerahnya, penyebarannya, dan
besarnya jumlah warga yang saatnya masuk sekolah. Kondisi-kondisi ini sangat
perlu menddapat perhatian oleh para perencana pendidikan.

Pengorganisasian dalam Manajemen Pendidikan


Mengenai definisi, tujuan, manfaat dan efektivitas pengorganisasian dalam manajemen
pendidikan. Maka di dalam pengorganisasian program-program pendidikan terkandung dua hal
pokok yang harus diperhatikan dan dilaksanakan yaitu penetapan struktur organisasi dan
pembagian tugas serta penetapan wewenang dan tanggung jawab bagi pimpinan dan seluruh
personil yang terlibat dalam organisasi.
a. Struktur Organisasi
Robbins dan Fattah (2006) menyatakan suatu struktur organisasi menetapkan bagaimana
tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasi secara formal. Pada struktur organisasi
tergambar posisi kerja, pembagian kerja, jenis kerja yang harus dilakukan, hubungan atasan dan
bawahan, kelompok, komponen atau bagian, tingkat manajemen dan saluran komunikasi.
Dengan demikian, struktur organisasi pelatihan akan menggambarkan pengelompokkan satuan
kerja pelatihan. Struktur organisasi pelatihan juga membagi kerja dalam kegiatan pelatihan
termasuk pengaturan pelimpahan.
b. Wewenang dan Tanggung Jawab
Wewenang (otoritas) mengacu pada hak-hak yang inheren (tertanam) dalam posisi manajerial
untuk memberi perintah dan mengharapkan perintah itu dipatuhi. Lebih lanjut Robbins dan
Fattah (2006) juga menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan kewajiban seseorang dalam
melakukan fungsinya. Dengan demikian, pengorganisasian dapat dimaknai sebagai suatu proses
menentukan sistem dan prosedur kerja sesuai tugas masing-masing. Pembagian wewenang untuk
melaksanakan suatu pekerjaan dapat dipahami sebagai bagian dari strategi menggerakkan
sumber daya organisasi untuk dapat berperan meningkatkan kapasitas pelayanan pendidikan bagi
masyarakat. Proses mengorganisir sumber daya pendidikan dimaksudkan untuk mendorong
peningkatan kemampuan masing-masing individu dan penyelenggaraan pendidikan, agar dapat
bekerja secara profesional dan bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Menurut Artikunto dan Yuliana (2008), pengorganisasian adalah penyatuan sumber manusia
dan sumber lain dalam sebuah struktur organisai.
Adapun langkah-langkah pengorganisasian:
a. Memahami tujuan institusional
b. Mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam usaha mencapai tujuan institusional
c. Kegiatan yang serumpun (sejenis) dikelompokkan dalam satu unit kerja
d. Menetapkan fungsi, tugas, wewenang, tanggung jawab setiap unit kerja
e. Menetapkan personel (jumlah dan kualifikasinya ) setiap unit kerja
f. Menetapkan hubungan kerja antar unit kerja
Asas Pengorganisasian:
a. Asas Pembagian Tugas
b. Asas keseimbangan wewenang dan tanggung jawab
c. Asas disiplin
d. Asas kesatuan komando
e. Asas mengutamakan kepentingan umum
f. Asas keadilan
g. Asas inisiatif
h. Asas kesatuan dan kebersamaan
Prinsip-prinsip pengorganisasian:
a. Tujuan organisasi sebagai acuan dalam proses menstrukturkan kerja sama
b. Kesatuan tujuan, sasaran-sasaran unit kerja harus bermuara pada tujuan organisasi
c. Kesatuan komando: struktur organisasi harus dapat menggambarkan sumber kewenangan yang
berhak menentukan kebijakan
d. Span of control : harus memperhatikan batas kemampuan manajer dalam mengkoordinasikan
unit kerja yang ada
e. Pelimpahan wewenang: keterbatasan kemampuan manajer dalam mengkoordinasikan unit kerja
yang ada
f. Keseimbangan wewenang dan tanggung jawab, makin berat tanggung jawab yang diberikan
makin besar wewenang yang dilimpahkan
g. Bertanggung jawab: meskipun sudah melimpahkan tanggung jawab kepada staf, manajer tetap
bertanggung jawab kepada apa yang dilimpahkannya
h. Pembagian kerja: manajer harus dapat membagi habis semua pekerjaan yang ada
i. The right-man on the right place : menetapkan personalia yang sesuai dengan fungsi dan
tugasnya
j. Hubungan kerja: merupakan rangkaian hubungan fungsional (horizontal) dan hubungan tingkat
kewenangan (vertikal)
k. Efisiensi: struktur organisasi mengacu pada pencapaian hasil yang optimal
l. Koordinasi: rangkaian kerja sama perlu dikoordinasikan, diintegrasikan, disederhanakan dan
disinkrinisasikan.
Dengan demikian dapat ditegaskan disini, bahwa dalam proses pengorganisasian, semua
sumber daya organisasi diorganisir dan digerakkan sesuai fungsi dan kewenangan masing-
masing.
Di samping hal itu berbicara tentang manajemen lembaga pendidikan tidak terlepas dari
unsur-unsur yang membentuk budaya lembaga itu sendiri. Salah satunya adalah lingkungan
sekolah yang terdiri atas lingkungan internal sekolah, misalnya tempat belajar mengajar, peran
penting dari keberadaan para pendidik dan anak didik atau ada guru dan murid, para karyawan
sekolah, alat-alat, dan fasilitas sekolah, perpustakaan sekolah, dan aktivitas pembelajaran. Semua
itu secara keseluruhan terlibat langsung dalam suasana interaktif yang membentuk kultur
lembaga pendidikan. Adapun lingkungan lembaga pendidikan yang bersifat eksternal adalah
yang keberadaanya di luar lembaga, misalnya lingkungan masyarakat, hubungan struktural
sekolah dengan pemerintah dan interaksi pihak lembaga dengan keluarga seluruh anak didik.
Pengembangan pendidikan, kaitanya dengan lingkungan sekolah, bukan hanya
berhubungan dengan keberadaan pendidik yang memikul beban dan tanggung jawab yang berat
dalam melaksanakan pembinaan terhadap anak didiknya, tetapi juga berhubungan secara
langsung dengan sarana dan prasarana yang ada di lingkungan sekolah, yang ikut mendukung
pengembangan pendidikan yang dimaksud.
Sarana yang dimaksudkan adalah semua alat pendidikan dan media pembelajaran yang
secara langsung menciptakan lingkungan sekolah yang memadai bagi kesuksesan dan
keberhasilan pengembangan pendidikan.
Lingkungan sekolah juga harus menjamin kelancaran komunikasi anak didik dengan semua
pihak sekolah agar mempermudah hubungan interaksional anak didik dengan semua pihak
sekolah yang berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.
Setelah berada di lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah, anak didik akan hidup
dan bergaul di lingkungan yang lebih luas, yaitu lingkungan masyarakat. Di dalam lingkungan
masyarakat, anak didik akan menemukan berbagai kejadian atau peristiwayang baru, asing, yang
baik dan buruk, yang patut ditiru, atau tidak pantas ditiru, yang terpuji dan tercela.
Secara umum, penerapan konsep budaya organisasi di lembaga pendidikan sebenarnya
tidak jauh berbeda dengan penerapan konsep budaya organisasi lainya. Kalaupun terdapat
perbedaan, mungkin hanya terletak pada jenis nilai dominan yang dikembangkannya dan
karakteristik dari para pendukungnya. Berkenaan dengan pendukung budaya organisasi di
lembaga pendidikan itulah, pengembangan budaya lembaga pendidikan perlu mengedepankan
nilai-nilai yang paling mendasar dalam mengatur tata kehidupan manusia.
Nilai-nilai yang dikembangkan di lembaga pendidikan, tentunya, tidak dapat dilepaskan
dari keberadaan lembaga itu sendiri, yang memiliki peran dan fungsi untuk berusaha
mengembangkan, melestarikan, dan mewariskan nilai-nilai budaya kepada anak didiknya.
Sekolah menjadi semacam wadah moral yang akan ditiru dan dikembangkan oleh semua
pemakai lembaga pendidikan dalam kehidupannya sehari-hari, bahkan menjadi bekal di
kehidupannya.
Dengan berbagai peristiwa yang dialami oleh lembaga pendidikan, tentu acuan utamanya
adalah pengaruh budaya terhadap lembaga pendidikan atau sebaliknya sejauh mana lembaga
pendidikan membangun budaya yang kuat dalam mengantisipasi pengaruh buruk modernisasi
dan globalisasi kepada generasi muda dan masyarakat pada umumnya.
Budaya lembaga pendidikan semakin lemah berhadapan dengan kebudayaan eksternal
yang semakin cepat mempengaruhi mental anak pada masa usia belajar, oleh karena itu
penciptaan budaya yang kuat dengan acuan nilai-nilai agama dan norma sosial memerlukan
intensitas yang lebih optimal dengan dukungan semua pihak. Pembentukan mentalitas bangsa
yang cerdas dan berakhlak mulia harus didukung sepenuhnya oleh lembaga pendidikan,
keluarga, lingkungan masyarakat, dan tentu saja pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai