Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA


BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. LANDASAN TEORI
1. Instalasi Listrik Rumah tangga

Instalasi listrik adalah suatu bagian penting yang terdapat dalam sebuah bangunan

gedung, yang berfungsi sebagai penunjang kenyamanan penghuninya. Sistem

Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik yang berguna

untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power

Source) sampai ke konsumen. Sedangkan Sistem Instalasi adalah cara

pemasangan penyalur tenaga listrik, dimana pemasangannya harus sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan di dalam Persyaratan Umum Instalasi Listrik

(PUIL 2000).

Maksud dan tujuan Persyaratan Umum Instalasi Listrik ini ialah :

- Agar pengusahaan instalasi listrik terselenggara dengan baik.

- Keamanan instalasi listrik beserta perlengkapannya.

- Perlindungan terhadap lingkungan.

- Melindungi manusia terhadap bahaya sentuhan dan kejutan arus listrik

- Menjaga gedung serta isinya dari bahaya kebakaran akibat gangguan


listrik

- Menjaga tenaga listrik yang aman dan efisien.

2. Beban Listrik

Beban listrik dalam bahasa Inggris disebut sebagai Electrical Load, atau

dalam teks berbahasa Inggris langsung disebut sebagai Load saja, dengan

konteks langsung mengacu pada beban listrik.


Definisi Beban Listrik Adalah :

a) Suatu peralatan yang terkoneksi dengan sistem daya sehingga

mengkonsumsi energi listrik


b) Total daya aktif dan/atau reaktif yang dikonsumsi oleh suatu

peralatan yang terkoneksi ke sistem daya


c) Daya keluaran suatu sistem pembangkitan (power plant).
d) Bagian dari suatu sistem daya yang secara eksplisit tidak

direpresentasikan model sistem, namun berlaku sebagai single

power-consuming device.
2.1. Jenis-Jenis Beban Listrik

Jenis beban listrik tergantung jenis dan kefungsian bangunan

seperti perkantoran, perhotelan, apartemen, rumah sakit, mall/departemen store,

industri/pabrik dan lain lain. Jenisnya dikategorikan sebagai berikut :

- Penerangan
- Stop kontak
- Mesin transportasi dalam bangunan seperti elevator, escalator, lift

maupun travellator.
- Pompa-pompa distribusi air bersih dan sistem pengolahan
- Pompa-pompa pemadam kebakaran
- Mesin-mesin Chiller AC, FCU, VRF dan peralatan ventilasi mekanis.
- Pompa mesin-mesin proses
- Pemanas listrik
- Peraltn lain seperti :
Kitchen equipment untuk suatu dapur yang besar
Laundry equipment
Crane
Peralatan komunikasi dan kontrol
Dan lain-lain
3. Daya
3.1. Pengertian
Ajub Zahra (2009:2) Daya adalah laju pada dimana kerja dilakukan,

atau laju dimana energi berubah dari satu bentuk ke bentuk lain.satuan
untuk daya adalah watt [W] yaitu satu joule tiap satu sekon (J/s). 1 W = 1

J/s
3.2. Jenis-jenis Daya

Daya terdiri dari 3 jenis yaitu daya kompleks, daya aktif, dan daya reaktif.

a. Daya Kompleks

Cekmas Cekdin dan Taufik Barlian (2013:16-18) Perkalian tegangan [V]

dengan arus [I*] dalam kedua besaran ini dalam bentuk bilangan kompleks adalah

VI yang dinamakan daya kompleks dengan simbol S, Dalam satuan Volt

Amper[VA], kilo Volt Amper[kVA], Mega Volt Amper[MVA]. Arus I* adalah arus

konjugate dari I. Jadi S = VI* (2.1)

b. Daya Aktif

Daya aktif atau daya nyata dirumuskan dengan S cos atau VI* cos

dengan simbol P,dalam satuan Watt[W], kilo watt[kW], Mega Watt[MW]. Jadi

P = S Cos = VI* cos .. (2.2)

c. Daya Reaktif

Daya reaktif atau daya khayal dirumuskan dengan S sin atau VI* sin

dengan simbol Q, dalam satuan Volt Amper Reaktif[VAR], kilo Volt Amper

Reaktif[kVAR], Mega Volt Amper Reaktif[MVAR]. Jadi

Q = S Sin = VI* sin ..................................................... .... (2.3)

Daya reaktif ini ada yang bersifat induktif dan ada yang bersifat kapasitif.

3.3. Segitiga Daya


Segitiga daya adalah sketsa dari daya kompleks, daya reaktif dan daya aktif.

Gambar 2.1 adalah sketsa dari segitiga daya yang bersifat induktif dengan sudut

antara daya kompleks dan daya aktif adalah .

Gambar 2.1 Segitiga daya yang bersifat induktif

Untuk sketsa dari segitiga daya yang bersifat kapasitif dengan sudut antara daya

kompleks dan daya aktif adalah seperti gambar 2.2.

Gambar 2.2 Segitiga daya yang bersifat kapasitif

Jadi komponen-komponen segitiga daya dapat ditulis seperti berikut:

Daya aktif:

P = S Cos = VI* cos = Re VI*

Daya reaktif:

Q = S Sin = VI* sin = Im VI*

Daya kompleks:
S = VI* = VI* cos j VI* sin = P jQ

Faktor daya (power faktor):

p.f = cos

3.4. Faktor daya

Sudayanto sudirham (2012:272-273) Beda sudut fasa antara fasor tegangan

dan arus adalah dan cos disebut faktor daya.

S
Faktor Daya = Cos = P .

(2.4)

Sudut mempunyai rentang nilai antara -90 sampai +90. Tetapi karena

factor daya adalah cos , Maka nilainya selalu positif. Walau demikian Faktor

Daya ini bisa lagging atau leading. Faktor Daya disebut lagging ika segitiga daya

berada di kwardan pertama yang berarti daya reaktif (Q) bernilai positif. Hal ini

terjadi jika fasor arus berada dibelakang fasor tegangan atau arus lagging terhadap

tegangan. Beban-beban industri dan juga perumahan pada umunya mempunyai

faktor daya lagging, jadi daya reaktif bernilai positif. Perhatikan gambar 2.3.

Apabila fasor arus mendahului fasor tegangan atau arus lurus leading

terhadap tegangan maka faktor daya disebut leading. Dalam hal ini segitiga daya

berada di kwardan ke empat karena daya reaktif (Q) bernlai negatif. Keadaan ini

terjadi apabila beban bersifat kapasitif. Perhatikan pula gambar 2.3


Gambar 2.3 Fasor Tegangan dan Arus dan Segitiga Daya

3.5. Perbaikan Faktor Daya

B. PENELITIAN YANG RELEVAN


Penelitian yang relevan yang dimaksud adalah jenis penelitian terdahulu

yang ada kaitannya dengan masalah penelitian yakni Pengaruh Variasi Nilai

Kapasitor Bank Terhadap Faktor Daya Pada Instalasi Rumah Sederhana. Dengan

demikian penelitian yang dipandang relevan dilakukan pada tahun 2008 oleh

Jeremy Dwisatrya Hartanto Mahasiswa Departemen teknik elektro fakultas teknik


universitas Indonesia.Hartanto melakukan penelitian dengan judul Studi

Pengaruh Pemasangan Energy Saver Pada Sistem Tenaga Listrik


Dari hasil penelitian Jeremy Dwisatrya Hartanto (2008:40), disimpulkan bahwa:
1. Energy saver tidak mengurangi daya aktif ( tidak menghemat energy). Pada

pengukuran wattmeter terlihat beban 35 watt terukur 40 watt dengan energy

saver, beban 70 watt terukur 75 watt dengan energy saver dan sterusnya.
2. Pengkompensasian dengan energy saver yang dijanjikan sampai 2200 VA

ternyata tidak terbukti karena pada beban induktif 6 lampu TL, Faktor daya

yang memakai energy saver sudah jauh dari nilai 1 yaitu sebesar 0.68 lag.
3. Pada data percobaan Lampu TL,terlihat kompensasi daya reaktif dari energy

saver tersebut adalah pasif. Yaitu bernilai 120.014 VAR,120.907

VAR,110.935 VAR,118.382 VAR,127.17 VAR


4. Pemasangan Energi saver tidak mengubah pencatatan oleh kwh meter .620

watt didapatkan 0.62 KWH selama 1 jam.1220 watt didapatkan 1,22 KWH

selama 1 jam.625 watt didapatkan 0.625 KWH selama 1 jam.


5. Diperkirakan komponen energy saver tersebut adalah sebuah kapasitor 9,14

uf dilihat dari kompensasi daya reaktif / VAR rata-rata energy saver sebesar

119.481 VAR dan lampu 5 watt yaitu terjadi penambahan nilai daya aktif

sebesar 5 watt tiap data.


C. KERANGKA BERPIKIR

Menurut Widayat dan Amirullah (2002), kerangka berpikir adalah dasar

pemikiran dari peneliti (argumentasi peneliti) yang dilandasi dengan konsep-

konsep dari teori yang relevan guna memecahkan masalah penelitian.

Pengaruh Variasi Nilai Kapasitor Bank Terhadap Faktor Daya Disaat

Beban Puncak Pada Instalasi Rumah Sederhana

Pengguanaan daya dalam instalasi rumah tangga pada umunya belum

optimal. biasanya penyaluran daya dari jaringan distribusi mulai dari Pembangkit

sampai konsumen belum optimal. Rendanya nilai factor daya juga menjadi suatu

masalah yang membuat penggunaan daya pada rumah tangga tidak optimal. Daya

yang seharusnya 1300 VA faktanya yang dapat digunakan hanya +- 1100 VA

tergantung dari fator daya dan jenis beban yang kita gunakan. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut konsumen biasanya menggunaka peralatan penghemat

listrik yang dijual bebas dipasaran. Alat penghemat listrik yang dijual bebas

dipasaran biasanya hanya berisi sebuah kapasitor .

Kapasitor pada alat penghemat listrik akan menghasilkan daya reaktif

apabila dihubungkan dengan jaringan listrik Dengan pemasangan kapasitor ini,

maka akan dapat mengkompensasi arus induktif yang banyak dibutuhkan oleh

beban yang faktor dayanya rendah. Kapasitor tegangn rendah dipasang pada

sistem saluran distribusi masing-masing atau motor-motor para pelanggang untuk

mengurangi kerugian sistem dan memperbaiki tegangan maupun kemampuan

sistem. Namun jika kapasitor yang dipasang nilai kapasitansinya melebihi yang

dibutuhkan oleh beban pada instalasi rumah sederhana maka alat penghemat

tersebut dapat berubah menjadi beban. Hal ini terjadi Karena penggunaan daya

rata-rata pada tiap rumah tangga berbada-beda dan nilai kapasitansi pada alat

penghemat listrik dipasaran tidak dapat diatur . oleh karena itu penulis

mengkompesasikan nilai kapasitor untuk mendapatkan nilai kapasitansi terbaik

untuk penggunaan pada instalasi listrik rumah sederhana dengan daya 1300 VA.

Sebagai keuntungan tambahan bagi konsumen antara lain turunnya [kVA] yang

dibutuhkan, kerugian daya, dan tegangan yang stabil.

Diduga terdapat pengaruh perubahan variasi nilai kapasior terhadap factor

daya disaat beban puncak .


Gambar Flowchart Kerangka Berpikir Penelitian

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Menurut Burhan (2001:12) Hipotesis penelitian merupakan jawaban

sementara yang dirumuskan berdasarkan kajian teori dan perlu diuji dengan

metode statistic. Atau dengan kata lain, hipotesis adalah dugaan sementara yang

masih harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian yang menjadi hipotesis

dalam penelitian ini adalah Terdapat Pengaruh Variasi Nilai Kapasitor Bank

Terhadap Faktor Daya Disaat Beban Puncak Pada Instalasi Rumah Sederhana.

Anda mungkin juga menyukai