Anda di halaman 1dari 11

246 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No.

4, September 2012

Hubungan Gaya Mengajar Dosen dalam Proses


Pembelajaran dengan Motivasi Belajar Mahasiswa Fakultas
Psikologi dan Pendidikan Universitas Al Azhar Indonesia
Eny suwarni

Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Pendidikan,


Universitas Al Azhar Indonesia, Jl.Sisingamangaraja, Jakarta 12110

E-mail: enysuwarni@ymail.com

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk that there was significant negatif correlation
memberikan gambaran hubungan Gaya between Teaching Style Elemantary,
Mengajar Dosen dengan Motivasi Belajar Intermediate, Advanced and Creative-evaluative
Mahasiswa di fakultas psikologi & Pendidikan with learning motivation students. It can be
Universitas Al Azhar Indonesia. Penelitian ini concluded that Teaching Style variable also
merupakan penelitian lapangan (field research) played important to increase student
dengan subjek yang diamati berbeda-beda motivations.
(cross sectional), dan bersifat kuantitatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan Keywords - Teaching Style, Learning Motivation
menggunakan kuesioner berupa skala. Teknik
analisis yang digunakan untuk mengolah data
penelitian yaitu validitas-reliabilitas, uji I. PENDAHULUAN
normalitas dan product moment. SPSS 16 .
Sampel penelitian yang dipakai adalah 79
mahasiswa . Hasil penelitian yang diperoleh
adalah terdapat ada hubungan yang negatif
P endidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif
antara Gaya Mengajar Elementery, mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
Intermediate, Advanced, dan creative kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
evaluative dengan Motivasi Belajar Mahasiswa kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
di Fakultas Psikologi & Pendidikan Universitas keterampilan yang diperlukan dirinya dan
Al Azhar Indonesia Jakarta. Kesimpulan dari masyarakat. Menurut survei Political and Economic
hasil penelitian ini adalah Gaya Mengajar Dosen Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di
berkorelasi secara negative dengan Motivasi Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara
Belajar Mahasiswa. di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam.
Data yang dilaporkan The World Economic Forum
Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang
Abstrack - This research focused on describing rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari
correlation between Teaching Style with 57 negara yang disurvei di dunia
Learning Motivation of Education & Psychology (www.idonbiu.com/2009/10).
Al Azhar University students. Previous
researches showed significant negatif correlation Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat
between Teaching Style Elementary, memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan
Intermediate, Advanced, dan creative data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
evaluative with learning motivation students. Pengembangan Manusia (Human Development
This research was using learning motivation Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
Scale and teaching style that developed by pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala
Bloom as data gathering instrument for 79 yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan
subjects. Using independent product moment manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174
for processing data analysis, the result showed negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012 247

102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke- mahasiswa berdasarkan pendekatan konstruktif
109 (1999). Menurut survei Political and Economic (constructivist - approach) lebih menekankan pada
Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di pembelajar/mahasiswa (leaner-centered).
Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara
di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Pendekatan ini menyatakan pentingnya mahasiswa
Data yang dilaporkan The World Economic Forum sebagai individu secara aktif membangun
Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang pengetahuan dan pemahaman melalui bimbingan
rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari dari Dosen. Sebaliknya pendekatan pembelajaran
57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih langsung (direct instruction approach) menyatakan
menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia perlu pendekatan terstruktur dan berpusat pada
hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai mahasiswa. Dosen hanya memberikan arahan dan
pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. pengendalian. Harapan Dosen tinggi untuk
Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di kemajuan mahasiswa, waktu maksimum yang
Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut dihasilkan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan
bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan tugas akademis, dan ada upaya-upaya Dosen untuk
nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena meminimalisasi pengaruh negatif dalam proses
kesadaran tentang bahaya keterbelakangan pembelajaran. Dengan kata lain dalam proses
pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan pembelajaran yang berpusat pada Dosen,
karena beberapa hal yang mendasar. Salah satunya mahasiswa akan pasif dalam proses pembelajaran.
adalah memasuki abad ke-21 gelombang Dosen banyak menekankan pada teori dan konsep
globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajuan yang perlu dipahami oleh mahasiswa, dan proses
teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan pembelajaran lebih berada dalam situasi kelas.
kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri Proses pembelajaran ini hanya mengembangkan
sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia unsur kognitif mahasiswa. Sedangkan proses
yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa,
membandingkan kehidupan dengan negara lain. menekankan pada keaktifan mahasiswa. Proses
pembelajaran pada mahasiswa diberikan dalam
Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam bentuk belajar memecahkan masalah, membuat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia project and report, survey, kunjungan industri dan
untuk pembangunan bangsa. Rendahnya mutu studi lapangan. Pada mahasiswa akan berkembang
pendidikan menghambat penyediaan sumber daya unsur kognitif, psikomotor dan afektif. Apapun
manusia yang mempunyai keahlian dan metode yang diberikan oleh Dosen, yang menjadi
keterampilan untuk memenuhi pembangunan pertanyaan adalah bagaimana gaya mengajar Dosen
bangsa di berbagai bidang. Penyebab rendahnya dalam proses pembelajarannya ? Dosen lebih
mutu pendidikan di Indonesia antara lain pada berperan sebagai fasilitator, memberikan
masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengetahuan (transfer of knowledge) pada
pengajaran. Hasil survei ini menggambarkan mahasiswa. Mahasiswa dianggap mampu untuk
dampak terakhir dapat dirasakan sebagai output menjalankan tugasnya sebagai individu yang
pendidikan adalah rendahnya kompetensi sumber sedang menuntut ilmu. Ada empat Gaya
daya manusia Indonesia, khususnya dari lulusan pembelajaran Dosen muncul di saat mengajar
Perguruan Tinggi. Pertanyaan mendasar dari yaitu: (1). Dosen elementary, lebih memberikan
fenomena ini adalah bagaimana proses pendidikan understanding, comprehension dan memorizing
yang ada selama ini, khususnya pendidikan di pada mahasiswa. Cirinya adalah banyak
Perguruan tinggi? Banyak faktor penyebab menggunakan what, when, where, penyampaian
rendahnya kompetensi lulusan Perguruan Tinggi, informasi, menjelaskan tugas, pekerjaan rumah, (2).
salah satunya adalah tingkat kemampuan Dosen Dosen intermediate , menekankan pada critical
dalam proses pembelajaran, tercermin dari gaya thinking and doing. Ciri dalam proses
mengajarnya. Aspek yang harus dimiliki seorang pembelajaran adalah menekankan pada how, why
Dosen dalam mengajar yaitu niat, tanggung jawab, and application, penjelasan, dialog, diskusi, kasus,
komitmen, kiat, giat dan doa untuk membawa presentasi. (3). Dosen advanced, dengan ciri
mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran. Bagi menekankan pada problem solving, why, analysis,
mahasiswa aspek yang melandasi mahasiswa untuk synthesis dan idea. Banyak membahas kasus,
belajar yaitu niat, minat, kiat, giat, komitmen dan proyek,survey, studi lapangan presentasi dan
tanggung jawab dan doa. Menurut Purwanto (2007) seminar.(4) Dosen creative-evaluative , mengajak
strategi pembelajaran yang diberikan Dosen pada mahasiswa untuk thinking out of the box.
248 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012

Mengevaluasi, innovation, kasus, diskusi, 2. Tujuan, ialah apa yang diharapkan dari proses
penelitian, proyek, karya ilmiah, jurnal dan pembelajaran, merupakan seperangkat tugas
seminar. (Once.2008). Gaya yang diberikan Dosen atau tuntutan yang harus nampak dalam
saat mengajar akan dirasakan oleh mahasiswa. perilaku dan merupakan karakteristik
Berdasarkan interview kepada lebih kurang 20 kepribadian siswa.
mahasiswa psikologi Universitas Al Azhar 3. Guru/dosen, ialah orang dewasa yang karena
Indonesia bahwa Gaya mengajar dosen membuat jabatannya secara formal selalu mengusahakan
mereka bisa menjadi malas belajar atau senang terciptanya situasi yang tepat sehingga
sekali untuk belajar. Kemungkinan yang terjadi memungkinkan terciptanya proses pengalaman
adalah apabila mereka menganggap bahwa gaya belajar (learning experience) pada siswa,
mengajar dosen memudahkan bagi mereka dengan mengerahkan segala sumber (learning
memahami materi perkuliahan akan memotivasi resources) dan menggunakan strategi
mereka untuk memiliki rasa ingin tahu yang lebih pembelajaran (teaching-learning strategis)
tinggi. Sebaliknya ketika mereka menganggap yang tepat. Proses pembelajaran dapat diartikan
bahwa cara mengajar dosen menyulitkan mereka sebagai suatu interaksi antara siswa dengan
dalam memahami materi perkuliahan, maka akan Dosen dalam rangka mencapai tujuan (Abin,
menurunkan motivasi untuk mengetahui lebih 1990).Dari definisi ini maka proses
banyak tentang materi perkuliahan. Hasil penelitian pembelajaran tidak hanya berlangsung satu
Suwarni, E (2008) menyimpulkan bahwa kesadaran arah (one way system) melainkan terjadi secara
pandangan positif pada umpan balik dari dosen, dan timbal balik (interaktif, two ways trafic system)
mahasiswa yang aktif mencari informasi baru, dimana kedua pihak berperan dan berbuat
merupakan aspek dalam motivasi belajar yang secara aktif di dalam suatu kerangka berpikir
signifikan, artinya aspek ini menjadi pendorong (frame of reference). Tujuan interaksi belajar
/memotivasi mereka untuk mencapai prestasi yang tersebut merupakan titik temu dan bersifat
baik dalam proses pembelajaran. Sedangkan hasil mengikat serta mengarahkan aktivitas dari
penelitian (Roebyantho,S.H 2008) menunjukkan kedua belah pihak.
ada hubungan antara minat membaca mahasiswa
terhadap materi yang disampaikan Dosen dengan 2.1 Model Mengajar
prestasi yang dicapai. Dari hasil penelitian ini
menggambarkan bahwa motivasi dan prestasi yang Menurut Joice and Well (dalam Gage dan Berliner,
diperoleh mahasiswa tidak terlepas dari gaya 1995) model mengajar berdasarkan orientasinya:
mengajar Dosen dalam proses pembelajaran. 1. Information procesing orientation, mencakup
Universitas Al Azhar Indonesia merupakan semua metode mengajar yang titik beratnya
Perguruan Tinggi yang akan mencetak individu mengembangkan kemampuan intelektual atau
mampu untuk berpikir kritis, dan menguasai bidang kognitif siswa dengan menggunakan proses-
ilmunya. Gaya mengajar Dosen dalam proses proses deduktif, pemecahan masalah.
pembelajaran menjadi suatu core yang perlu 2. Social interaction orientation, mencakup
dikaji secara jelas. Dari fenomena ini menjadi berbagai metode mengajar yang tujuannya
menarik untuk diteliti, dalam proses pembelajaran diarahkan kepada kemampuan kerjasama
yang telah dilakukan, apakah ada hubungan antara secara kooperatif, saling memahami dengan
gaya mengajar Dosen dengan motivasi belajar kelompok sosial yang ada dalam lingkungan.
mahasiswa? 3. Person orientation, mencakup metode
mengajar yang sasarannya memberikan
kesempatan perkembangan pribadi,
II. TINJAUAN PUSTAKA kreativitas, kehangatan atau vitalitas
(semangat hidup) setiap siswa.
Dalam proses pembelajaran Dosen sebagai figur 4. Behavior modification orientation, mencakup
pentransfer ilmu pada mahasiswa, memiliki tugas berbagai metode mengajar yang ditujukan dan
pokok antara lain ia harus mampu dan cakap dititik beratkan pada perubahan perilaku ke
merencanakan, mengevaluasi dan membimbing arah yang diharapkan guru/dosen.
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam
proses pembelajaran ada komponen utama yaitu: 2.2 Gaya Mengajar
1. Siswa, dengan karakteristik yang dimilikinya,
baik dari dalam diri atau dari luar dirinya. Ada empat Gaya pembelajaran Dosen yang muncul
di saat mengajar yaitu:
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012 249

1. Dosen elementary, lebih memberikan memungkinkan individu untuk berorientasi


understanding, comprehension dan memorizing dalam alam imajiner, menerobos dunia realitas.
pada mahasiswa. Ciri yang muncul adalah 5. Ingatan, adalah kecakapan untuk menerima,
banyak menggunakan what, when, where, menyimpan dan memproduksi kesan-kesan di
penyampaian informasi, menjelaskan tugas, dalam belajar.
pekerjaan rumah, 6. Berpikir, merupakan aktivitas mental untuk
2. Dosen intermediate, menekankan pada critical dapat merumuskan pengertian, mensintesis dan
thinking and doing. Ciri yang muncul dalam menarik kesimpulan.
proses pembelajaran adalah menekankan pada 7. Bakat, adalah salah satu kemampuan manusia
how, why and application, penjelasan, dialog, untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada
diskusi, kasus, presentasi. sejak manusia itu ada.
3. Dosen advanced, dengan ciri ini menekankan 8. Motif, motivasi.
pada problem solving, why, analysis, synthesis
dan idea. Banyak membahas kasus, proyek, 2.3 Motivasi Belajar
survey, studi lapangan presentasi dan seminar.
4. Dosen creative , mengajak mahasiswa untuk Johnson & Jhonson (dalam Woolfolk, 1988)
thinking out of the box. Mengevaluasi, mendevinisikan motivasi belajar adalah
innovation, kasus, diskusi, penelitian, proyek, kecenderungan siswa untuk bekerja keras atas
karya ilmiah, jurnal dan seminar. aktivitas belajar dalam mencapai prestasi
belajarnya.

Manusia itu sendiri yang dapat mempengaruhi W.S Winkel (1996) dalam bukunya psikologi
individu dalam belajar. Faktor-faktor yang berasal pengajaran menyatakan motivasi belajar adalah
dari dalam individu (intern), dapat digolongkan ke keseluruhan daya penggerak pisikis di dalam diri
dalam dua golongan: siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
1. Faktor-faktor fisiolgis, seperti adanya unsur- menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan
unsur fisiologis yang menderita sakit atau memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi
cacat. mencapai suatu tujuan. Dikatakan keseluruhan,
2. Faktor-faktor psikologis. karena pada umumnya ada beberapa motif yang
bersama-sama menggerakan siswa untuk belajar.

Thomas F staton dalam sardiman A.M Jare Brophy (1988) mendefinisikan motivasi
menguraikan enam macam faktor psikologis, antara belajar siswa adalah kecenderungan untuk bekerja
lain: Motivasi, Konsentrasi, Reaksi, Organisasi, keras atau aktivitas yang disebabkan dengan suatu
Pemahaman, Ulangan. Disamping enam macam keyakinan bahwa mereka berguna (the tendency to
factor psikologis yang di uraikan oleh Thomas work hard on academic activities because one
F.Staton, (dalam Sardiman A. M, 2001) masih ada believes they are worthwhile). Dalam arti bahwa
yang mengklasifikasikan faktor-faktor psikologis siswa memiliki kecenderungan untuk menemukan
dalam belajar, yaitu: aktivitas akademik yang bermakna danberguna
1. Perhatian, maksudnya adalah pemusatan energi serta mencoba mendapatkan manfaat yang
pisikis yang tertuju kepada suatu objek diharapkan.
pelajaran atau dapat dikaitkan sebagai banyak
sedikitnya kesadaran yang menyertai aktivitas 2.3.1 Fungsi motivasi belajar
belajar. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar.
2. Pengamatan, adalah cara mengenal dunia riil, Motivation is an essential condition of learning.
baik dirinya sendiri maupun lingkungan dengan Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada
segenap panca indera. motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan,
3. Tanggapan, adalah gambaran/berkas yang akan makin berhasil pula pelajaran itu. Jadi
tinggal dalam ingatan setelah orang melakukan motivasi senantiasa menentukan intensitas usaha
pengamatan. belajar bagi siswa.
4. Fantasi, adalah sebagai kemampuan untuk
membentuk tanggapan-tanggapan baru Perlu ditegaskan, bahwa motivasi bertalian dengan
berdasarkan atas tangapan yang ada, atau dapat suatu tujuan sehubungan dengan hal tersebut ada
dikatakan sebagai suatu fungsi yang tiga fungsi motivasi:
250 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi 1. Kondisi kelas


sebagai pengerak atau motor yang melepaskan Adapun kondisi kelas yang akan meningkatkan
energy. motivasi belajar adalah pertama, kelas relatif
2. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah terorganisasi dan bebas dari gangguan yang
tujuan yang hendak dicapai. menetap dan kekacauan. Kedua, pengajar harus
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan sabar, suportif, dan tidak mempersulit siswa
perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang membuat kesalahan. Setiap orang dalam
yang serasi guna mencapai tujuan. kelas harus memahami kesalahan sebagai
kesempatan untuk belajar (Clifford, 1990-
Disamping itu, ada juga fungsi-fungsi lain. 1991). Ketiga, mengerjakan sesuatu yang
Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha menentang dan masuk akal serta layak, jika
dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang mengerjakan sesuatu yang terlalu mudah atau
baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang terlalu sulit untuk dipelajari, siswa akan
baik. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha memiliki motivasi belajar rendah, mereka akan
yang tekun dan terutama disadari adanya motivasi, terfokus pada akhir belajar, bukan atas belajar.
maka seseorang yang belajar itu akan dapat Keempat, tugas pelajaran harus autentik
melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi (Brophy, 1983; Brophy & Kher, 1996; Stipek,
seseorang akan sangat menentukan tingkat 1993).
pencapaian prestasi belajarnya. 2. Membangun Kepercayaan dan Harapan Positif
Salah satu faktor penting dalam membangun
2.3.2 Indikator Dalam Motivasi Belajar harapan yang positif yaitu keberhasilan masa
Menurut Johnson & Johnson (dalam Woolfolk, lalu. Sedikitnya dorongan dan kegembiraan
1988) ada beberapa ciri tentang motivasi yang dapat menggantikan penyelesaian nyata.
dapat dijadikan indikator dalam motivasi belajar: Perkembangan sesungguhnya dapat dipastikan
1. Memiliki perencanaan dalam setiap tindakan. sebagai berikut :
2. Tindakan terfokus pada pencapaian tujuan yang a. Mulai bekerja berdasarkan kemauan siswa
diinginkan. dan bergerak dari hal yang dasar.
3. Memiliki rencana belajar yang menyeluruh dan b. Meyakini tujuan belajar secara jelas,
berjuang untuk merealisasikan tujuan. spesifik, dan mungkin diraih dalam waktu
4. Memanfaatkan umpan balik yang konkret dekat.
dalam semua kegiatan yang dilakukan. c. Menekankan pada perbandingan diri,
5. Aktif dalam mencari informasi baru. bukan membandingkan dengan yang lain.
6. Bangga dan puas terhadap prestasi. d. Mampu meningkatkan kemampuan
7. Tidak cemas dan takut gagal. akademik siswa dan tugas yang spesifik.
e. Model penyelesaian masalah yang baik,
Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri di atas, khususnya ketika dihadapkan pada
berarti seseorang itu Selalu memiliki motivasi yang beberapa pendekatan yang dapat
cukup kuat. Siswa yang memiliki motivasi rendah menyelesaikan permasalahan.
mereka akan menunjukan perilaku belajar yang f. Mengetahui dan Memahami Nilai Belajar
tidak baik. Aktivitas belajar yang tidak menentu Pelajaran dapat menggunakan strategi
dan tanpa perencanaan, tidak menghargai motivasi instrinsik atau ekstrinsik. Hal
pentingnya prestasi, kurang menghargai dan yang harus diperhatikan dalam hal ini
menerima umpan balik dari para pengajar, tidak adalah masalah usia. Pada anak biasanya
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan lebih tergesa-gesa, terfokus pada hal yang
mengalami kecemasan serta ketakutan dalam nyata, memiliki kesulitan dalam melihat
aktivitas belajar. aktivitas yang dihubungkan dengan tujuan
jangka panjang, seperti memperoleh
2.3.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi pekerjaanyang cocok . Pada orang dewasa,
motivasi belajar kemampuan kognitif untuk berpikir abstrak
Motivasi belajar memiliki sejumlah unsur yang dan apa yang dia pelajari sekarang
relevan bagi pertahanan motivasi tersebut. Hal ini berhubungan denan tujuan dan kemugkinan
dikemukakan oleh Brophy (dalam Woolfolk, 1980), di masa yan akan datang, sehingga nilai
bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat guna menjadi sangat penting untuk
meningkatkan motivasi belajar, di antaranya: mahasiswa (Eccles & Wigfield, 1985).
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012 251

2.4 Hubungan Gaya Mengajar dengan Motivasi III. METODE PENELITIAN


Belajar
Dalam bab ini akan dibahas tentang hal-hal yang
Pada dasarnya dalam motivasi mengandung mencakup tentang bagaimana penelitian ini
sejumlah nilai. Motivasi menentukan tingkat dilaksanakan.
keberhasilan atau gagalnya kegiatan belajar siswa.
Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai 3.1 Rancangan Penelitian
keberhasilan secara optimal.Pembelajaran yang
bermotivasi pada hakikatnya adalah pembelajaran Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah
yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif, penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui
dan minat yang ada pada diri siswa. Pembelajaran hubungan antara satu variabel dengan variabel
yang bermotivasi menuntut kreativitas dan lainnya dengan cara mengukur setiap variabel
imajinasi guru untuk berupaya secara sungguh- kemudian dilihat korelasinya atau sejauh mana
sungguh mencari cara yang relevan dan serasi guna keterkaitan antar variabel dengan bantuan metode
membangkitkan dan memelihara motivasi belajar statistik.
siswa.
3.2 Variabel Penelitian
Motivasi belajar bagi individu merupakan daya
penggerak untuk bertingkah laku dalam belajar. Variabel yang berperan dalam penelitian ini adalah:
Ketika daya penggerak ini diperlukan dalam proses 1. Gaya Mengajar Dosen dalam proses
belajar berarti tujuan dari bertingkah laku terarah pembelajaran (X)
pada prestasi yang diperoleh dalam belajar. Proses 2. Motivasi belajar (Y)
pembelajaran ini akan melibatkan dosen dan
mahasiswa, yang saling berinteraksi. Semua 3.3 Definisi Operasional Variabel
aktivitas dosen dalam melakukan proses
pembelajaran berhubungan dengan motivasi 1. Gaya mengajar Dosen dalam proses
mahasiswa dalam mengikuti pelajaran yang pembelajaran adalah: gaya yang dimunculkan
diberikan. dosen dalam mengajar diberikan pada mata
kuliah yang diajarkan pada mahasiswa. Ada
Berbagai gaya mengajar yang dilakukan dosen empat gaya: elementary, intermediate,
ketika mentransfer ilmu pada mahasiswa, mereka advanced dan creative.
akan termotivasi ketika ada dorongan, kebutuhan 2. Motivasi belajar dalam penelitian ini adalah
dari dalam dirinya untuk mencapai tujuan berupa dorongan mahasiswa Fakultas Psikologi UAI
pemahaman terhadap materi pelajaran yang untuk memiliki kesadaran dalam belajar,
diberikan. Ketika mahasiswa memiliki motivasi membuat perencanaan belajar, terfokus pada
belajar akan tergambar dari perencanaan belajar pencapaian tujuan,dapat memanfaatkan umpan
yang mereka buat. Ada tujuan yang jelas yang balik yang diberikan Dosen,aktif dalam
menyebabkan mereka mau belajar. Ada keinginan mencari informasi,dengan rasa ingin tahu yang
untuk merealisasikan tujuan. Jika dosen tinggi, puas dan bangga pada prestasi, dan tidak
memberikan umpan balik, mereka akan takut gagal. Motivasi belajar dikatakan tinggi
memanfaatkannya untuk mencari informasi baru, jika rata-rata motivasi belajar menunjukkan
dan kebanggaan dan kepuasan akan muncul jika nilai skor yang tinggi pada skala motivasi
dapat berprestasi. Tampilan tingkah laku mereka belajar dan sebaliknya motivasi belajar
juga menunjukkan tidak takut gagal dan cemas jika dikatakan rendah jika rata-rata motivasi belajar
mereka gagal, karena selalu ada daya pendorong menunjukkan nilai skor yang rendah bila
untuk mencapai prestasi ke arah yang lebih baik. diukur dengan skala motivasi belajar.
Gaya mengajar yang digunakan dosen menjadi
penting untuk memunculkan motivasi belajar 3.4 Populasi dan Subjek Penelitian
mahasiswa. Motivasi belajar bagi mahasiswa
merupakan daya penggerak untuk bertingkah laku Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
dalam belajar. Ketika daya penggerak ini Fakultas Psikologi Universitas Al Azhar Indonesia.
diperlukan dalam proses belajar berarti tujuan dari Subjek penelitiannya ditetapkan dengan
bertingkah laku terarah pada prestasi yang menggunakan teknik random sampling. Teknik
diperoleh dalam belajar. sampling ini adalah suatu cara pengambilan sampel
dimana subyek dalam suatu populasi mempunyai
252 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012

kesempatan yang sama untuk menjadi subjek (Arikunto,2002) yang diperoleh melalui pengujian
penelitian. Teknik ini dipilih berdasarkan itemnya. Dengan menggunakan program SPSS
kemungkinan pelaksanaan dan kekuatan diperoleh hasil 40 item valid dari 53 item alat ukur
generalisasi yang dimilikinya. motivasi belajar. Dan 18 item valid dari 13 item
untuk alat ukur gaya mengajar dosen.
Subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 79 mahasiswa dan 14 Dosen Jurusan 3.6 Metode Analisis
Healing Konseling, Jurusan Pendidikan anak Usia
Dini, dan Jurusan Psikologi. Data Dalam penelitian ini akan dipergunakan
berbagai uji statistik, baik dalam menganalisis uji
3.5 Instrumen Pengambilan Data coba alat pengumpulan data, metode analisis hasil
data utama. Uji statistik akan menggunakan
1. Alat Ukur Gaya Mengajar Dosen: Alat ukur perangkat lunak komputer SPSS 16.0 (Yamin &
yang digunakan untuk mengukur metode Kurniawan.2009)
mengajar Dosen diperoleh dari gaya mengajar
dosen pada mata kuliah yang diajarkan. Alat Sebelum kuesioner digunakan sebagai alat
pengumpulan data yang dipergunakan dalam pengumpul data dalam penelitian sesungguhnya,
penelitian ini adalah kuesioner, dalam bentuk maka dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas
skala. item. Pengujian validitas bertujuan untuk
2. Alat Ukur Motivasi Belajar: Alat pengumpulan mengetahui nilai diskriminasi item, yaitu berapa
data yang dipergunakan dalam penelitian ini besar nilai antar individu yang memiliki skor tinggi
adalah kuesioner, dalam bentuk skala. Alat dan skor rendah pada suatu kriteria. Pengujian ini
ukur ini merupakan salah satu jenis alat menggunakan teknik inter item consisteny, yaitu
pengumpulan data yang disampaikan kepada dengan menghitung korelasi skor item dengan skor
responden atau subyek penelitian melalui total item. Teknik statistik yang digunakan adalah
sejumlah daftar pernyataan tertulis yang formula korelasi Pearsons Product Moment.
berhubungan dengan variabel penelitian. Sedangkan pengujian reliabilitas kuesioner dilihat
Metode ini merupakan self-report yang untuk melakukan seberapa jauh alat memberikan
digunakan karena kemudahan pelaksanaan, hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan
dimana subjek dapat mempertahankan pengukuran kembali terhadap gejala yang sama.
anonimitasnya. Perhitungan koefisien reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan teknik statistik Alpha Cronbach.
Alat ukur dalam penelitian ini terdiri dari Metode analis hasil data utama dalam rangka
pernyataan kuesioner isian dan tertutup (fixed menjawab masalah operasional dari penelitian,
alternative question), dengan bentuk skala Likert dipergunakan uji korelasi Pearsons Product
yang dimodifikasi dengan empat alternatif pilihan Moment.
jawaban.

Pernyataan-pernyataan dalam skala terdiri dari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


pernyataan yang menyenangkan (favourable) dan
tidak menyenangkan (unfavorable) Alat tersebut Berdasarkan hasil uji statistik yang telah dilakukan
disusun berdasarkan teori yang dipergunakan dalam menunjukkan bahwa jika dikorelasikan secara
penelitian ini. Alat ukur motivasi belajar disusun keseluruhan gaya mengajar dosen dengan motivasi
berdasarkan teori Johnson&Johnson, daftar belajar, maka tidak terdapat hubungan antara kedua
pernyataan disusun dalam skala model likert variabel tersebut. Tetapi ketika dikorelasikan
yang dimodivikasi dari 5 alternatif jawaban masing-masing gaya mengajar dengan motivasi
menjadi 4 alternatif jawaban dengan pertimbangan belajar ada hubungan dengan arah yang negatif.
untuk menghindari pernyataan ragu-ragu. Hasil uji statistik menarik untuk dikaji secara
konseptual. Gaya mengajar dosen dalam proses
Untuk mengukur reliabilitas yang dihasilkan dari pembelajaran artinya gaya yang dimunculkan dosen
pengukuran motivasi belajar digunakan teknik dalam mengajar yang diberikan pada mata kuliah
Alpha Cronbach. yang diajarkan pada mahasiswa. Ada empat gaya
yaitu: elementary, intermediate, advanced dan
Validitas alat ukur adalah tingkat sesuatu alat ukur creative-evaluative. Menurut Bloom (dalam Azwar
yang mampu mengukur apa yang hendak diukur 1996) cara yang diberikan dalam proses
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012 253

pembelajaran terhadap mahasiswa dengan sebaliknya ketika ia menanggapi materi yang


menekankan pada cara understanding, sedang dibahas dan dirasakannya sebagai hukuman,
comprehension dan memorizing pada mahasiswa maka akan terjadi reinforcement yang negatif dan
termasuk gaya mengajar elementary. Cirinya adalah akan menurunkan motivasi belajarnya. Dosen
banyak menggunakan what, when where dalam dengan gaya mengajar advanced dengan ciri
menyampaikan informasi , menjelaskan tugas atau menekankan pada problem solving, why, analysis,
pekerjaan rumah. Hasil uji statistik yang sintesis dan idea. Dosen banyak membahas kasus,
mempunyai arah negatif jika dihubungkan dengan proyek, survey studi lapangan , presentasi dan
pendapat Gagne (1995) menunjukkan apapun gaya seminar. Hasil uji statistik juga menunjukkan
mengajar yang diberikan tidak pernah lepas dari korelasi yang arahnya negatif. Pada gaya mengajar
tipe pola belajar yang dilakukan oleh mahasiswa. ini mahasiswa memiliki perencanaan dalam tiap
Dalam hal ini Gagne menerangkan ada tipe verbal tindakan karena tidak hanya faktor dari dalam
association. Ketika dosen banyak menggunakan dirinya yang berperan, tetapi juga faktor dari luar
kata- kata what, when where dalam penyampaian dirinya di saat terlibat problem solving untuk
informasi keilmuannya maka respon yang berupa memecahkan suatu permasalahan yang diberikan
motivasi belajar dapat menurunkan motivasi belajar dosen. Ketika menganalisis ia akan fokus pada
mahasiswa. Kondisi ini tidak terlepas dari tujuan yang perlu dicapai. Ia aktif untuk mencari
bagaimana information procesing orientation yang informasi baru dan memanfaatkan umpan balik
diberikann dosen dalam mengajar. Mahasiswa yang yang kongkrit dalam setiap tindakan yang
mendapat model mengajar ini mendapat transfer of dilakukan (Wolfolk, 1988). Sebaliknya jika dalam
knowledge dengan cara mengerti atau menghafal proses belajar dengan gaya mengajar advanced
saja. Menurut pandangan aliran behaviorisme akan membuat ia cemas dan takut gagal akan
motivasi sebagai penggerak tingkah laku menaikkan atau menurunkan motivasi belajarnya.
mahasiswa yang akan membuat respon apakah
dapat materi pelajaran tersebut berguna bagi dirinya Dosen dengan gaya mengajar creative-evaluative,
atau tidak, terkait dengan informasi yang berupa mengajarkan mahasiswa untuk menggunakan
hafalan tersebut. Tetapi jika belajar tidak thinking out of the box. Mengevaluasi, inovasi,
menimbulkan perubahan pada diri mahasiswa, membahas kasus, diskusi, penelitian, proyek, karya
maka hafalannya tidak akan menetap pada ilmiah, jurnal dan seminar. Pada proses
memorinya. (Muhibbin 1985). Gaya mengajar pembelajaran dengan gaya mengajar ini mahasiswa
intermediate juga mempunyai hubungan yang diajak untuk berfikir tidak hanya sebatas teori yang
negatif dengan motivasi belajar mahasiswa. Artinya ada dari buku, tetapi mahasiswa harus menemukan
dosen dengan gaya mengajar intermediate, ide kreatif yang dapat dimunculkan terkait dengan
menekankan pada critical thinking and doing. Ciri materi yang diajarkan dosen. Di saat ia mampu
dalam proses pembelajaran diberikan dalam bentuk menyelesaikan setiap tugas dengan cara di luar dari
how, why and application, penjelasan, dialog, buku, artinya ia menemukan pendapatnya dalam
diskusi, kasus, presentasi. Pada proses praktek atau interaksinya di lapangan, maka ia akan
pembelajaran ini mahasiswa diajak untuk puas dan bangga jika diberi penghargaan. Dengan
mengkritisi secara ilmiah informasi yang ia terima. kata lain ia berani tampil beda untuk berpendapat
Dosen mengajarkan bagaimana menanggapi suatu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Semua
pendapat berdasarkan logika berpikir yang dapat langkah yang ia lakukan direncanakan, dan ia fokus
dipertanggungjawabkan. Menurut Suryabrata pada penyelesaian masalah. Ketika kondisi ini
(1995) ada peran faktor eksternal antara lain terjadi, maka dapat menaikkan motivasi belajarnya.
wawasan atau aktivitasnya dilingkungan sosial Dosen yang memberikan kesempatan pada
yang digunakan mahasiswa ketika membuat suatu mahasiswa untuk menggunakan kemampuan dari
pandangan yang kritis terhadap suatu pendapat. pengalaman, dan wawasannya, maka ia akan
Interaksi yang terjadi antara mahasiswa dengan menjadi mahasiswa yang aktif mempelajari materi
dosen akan meningkatkan motivasi jika akan pelajaran yang diberikan oleh dosen. Ia mampu
menumbuhkan kesadaran pada mahasiswa tentang untuk memunculkan ide kreatifnya dalam
pentingnya menerima hasil pandangan dirinya yang menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen,
dikaitkan dengan pendapat temannya atau tokoh dan motivasinya menjadi naik untuk menyelesaikan
yang sedang dibahas. Hal ini akan menimbulkan tugas. Sebaliknya jika mahasiswa tidak dapat
naiknya ego involment atau harga diri bahwa ia menggunakan kemampuan dari pengalaman dan
dapat menanggapai secara ilmiah hal sedang wawasannya maka ia menjadi mahasiswa yang
dijelaskan oleh dosen (Sardiman 2001). Tetapi hanya diam menunggu materi pelajaran yang
254 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012

diberikan oleh dosen. Ia tidak mampu untuk Di dalam proses pembelajaran, membangun
memunculkan ide kreatifnya dalam menyelesaikan kepercayaan dan harapan positif pada mahasiswa
tugas dari dosen, dan motivasinya menjadi rendah. merupakan faktor penting yang berperan dalam
meningkatkan motivasi belajar. Mahasiswa
Dari keempat gaya mengajar yang di gunakan oleh mengetahui dan memahami sistem nilai yang ia
dosen yang korelasinya paling tinggi dengan peroleh dalam proses pembelajaran, dan ia yakin
motivasi belajar mahasiswa adalah gaya mengajar dan mempunyai tujuan yang jelas mengapa ia perlu
creative-evaluative. Hasil uji statistik dari mempelajari materi yang diberikan oleh dosen.
penelitian ini menunjukkan bahwa gaya mengajar
ini menjadi penentu paling dominan dibandingkan Jika dosen memberikan umpan balik, mahasiswa
dengan gaya mengajar yang lain. Artinya akan memanfaatkannya untuk mencari informasi
keterlibatan mahasiswa dengan potensi dan baru, dan rasa banggga dan puas akan muncul jika
kemampuan yang ia miliki ditambah dengan gaya mereka dapat menunjukkan prestasinya. Tampilan
mengajar dosen yang menekankan untuk berpikir : tingkah laku mahasiswa yang tidak takut pada
out of the box akan menentukan apakah kegagalan, akan mendorong mereka untuk
mahasiswa motivasi belajarnya akan naik. Untuk mencapai prestasi setelah diberikan umpan balik
mahasiwa yang menyukai tugas yang diperoleh oleh dosen. Oleh karena itu gaya mengajar yang
tidak hanya dari teori akan membuat ia tertantang digunakan dosen menjadi penting untuk
mengerjakan tugas tersebut. Dosen yang mengajar memunculkan motivasi belajar mahasiswa.
dengan gaya creative evaluative perlu memetakan Motivasi belajar bagi mahasiswa merupakan daya
terlebih dahulu karakteristik mahasiswa yang penggerak untuk bertingkah laku dalam belajar.
kelolanya. Mahasiswa yang terbiasa dengan gaya Ketika daya pengggerak ini diperlukan dalam
mengajar ini akan menjadi mahasiswa unggulan proses belajar berarti tujuan dari bertingkah laku
dalam berfikir kreatif untuk memecahkan terarah pada pencapaian prestasi dalam proses
permasalahan yang dihadapinya. Selain gaya pembelajaran. Gaya mengajar Elementary
mengajar, hasil uji statistik menunjukkan ada mempunyai hubungan negatif dengan Motivasi
perbedaan motivasi belajar antara mahasiswa Belajar (- 0.256 < 0.05 ) menurut Kountur R (2005)
Program Studi Healing dan Konseling. Program ada hubungan antara Gaya mengajar dengan
Studi Pendidikan Anak Usia Dini, dan Program motivasi belajar, arah hubungan yang negatif. Jika
Studi Psikologi. Motivasi belajar mahasiswa gaya mengajar elementary diberikan mempunyai
Healing dan Konseling lebih tinggi dari pada hubungan dengan motivasi belajar. Gaya mengajar
motivasi belajar mahasiswa Program Studi Intermediate mempunyai hubungan negatif dengan
Pendidikan Anak Usia Dini dan Program Studi Motivasi Belajar (- 0.090 < 0.05 ) menurut Kountur
Psikologi. Motivasi belajar mahasiswa Program R (2005) ada hubungan antara Gaya mengajar
Studi Pendidikan Anak Usia Dini lebih tinggi dari Intermediate dengan motivasi belajar arah
pada motivasi belajar mahasiswa Program Studi hubungannya negatif. Jika gaya mengajar
Psikologi. Kondisi ini menunjukkan ada faktor Intermediate diberikan berhubungan dengan
yang menyebabkan terjadinya perbedaan tersebut. motivasi belajar. Gaya mengajar advanced
Menurut Wollfolk (1980) kondisi kelas yang dapat mempunyai hubungan negatif dengan Motivasi
meningkatkan motivasi belajar relatif terorganisasi Belajar (- 0.313 < 0.05 ) menurut Kountur R (2005)
dan bebas dari gangguan atau kekacauan. Selain itu ada hubungan antara Gaya mengajar dengan
dosen harus sabar dalam mengajar, dan ia mampu motivasi belajar, arah hubungan yang negatif. Jika
memberikan materi pelajaran dengan cara gaya mengajar elementary diberikan mempunyai
melibatkan mahasiswa untuk aktif dalam proses hubungan dengan motivasi belajar. Gaya mengajar
pembelajaran dan tugas yang diberikan. Dari hasil Evaluation mempunyai hubungan negatif dengan
observasi penulis, mahasiswa Program studi Motivasi Belajar (- 0.256 < 0.05 ) menurut Kountur
Healing dan Konseling memiliki rasa ingin tahu R (2005) ada hubungan antara Gaya mengajar
yang tinggi terhadap materi yang diajarkan di kelas Evaluation dengan motivasi belajar, arah hubungan
dan mau terlibat aktif dalam setiap tugas atau yang negatif. Jika gaya mengajar Evaluation
kegiatan yang diberikan oleh dosen. diberikan mempunyai hubungan dengan motivasi
belajar.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012 255

V. KESIMPULAN DAN SARAN menekankan pada how, why and application,


penjelasan, dialog, diskusi, kasus, presentasi
5.1 Kesimpulan saja.
4. Sebaiknya dosen lebih banyak menggunakan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka gaya mengajar advanced, dengan lebih
diperoleh suatu kesimpulan sebagai berikut: menekankan pada problem solving, why,
1. Tidak ada hubungan antara gaya mengajar analysis, synthesis dan idea. Banyak membahas
dosen dengan motivasi belajar mahasiswa kasus, proyek, survey, studi lapangan
2. Tidak ada hubungan antara gaya mengajar presentasi dan seminar.
dosen dengan motivasi belajar mahasiswa 5. Dosen perlu sabar ketika ada hal yang dianggap
Program studi PAUD dapat mengganggu jalannya perkuliahan
3. Tidak ada hubungan antara gaya mengajar dikelas. Karena situasi kelas menjadi faktor
dosen dengan motivasi belajar mahasiswa penting untuk memunculkan motivasi belajar.
Program studi Psikologi 6. Gaya mengajar yang diberikan sebaiknya
4. Tidak ada hubungan antara gaya mengajar dilakukan evaluasi oleh pihak terkait, agar
dosen dengan motivasi belajar mahasiswa diperoleh hasil yang maksimal dalam proses
Program studi Healing dan Konseling. pembelajaran.
5. Ada hubungan dengan arah negatif gaya 7. Dosen perlu diikut sertakan training tentang
mengajar elementary dengan motivasi belajar proses pembelajaran dan gaya mengajar.
mahasiswa
6. Ada hubungan dengan arah negatif gaya
mengajar intermediate dengan motivasi belajar DAFTAR PUSTAKA
mahasiswa.
7. Ada hubungan dengan arah negatif gaya [1] Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian . Suatu
mengajar advanced dengan motivasi belajar Pendekatan Praktek.Jakarta: Rineka Ci
mahasiswa [2] Atkinson, R.L.Richard, E.E.S.Dary, I.J.B.M. 1996.
8. Ada hubungan dengan arah negatif gaya Introduction to Psychology . New York: Harcout
Beace College Publishing.
mengajar evaluation dengan motivasi belajar
[3] Azwar,S. 2000. Tes Prestasi.Fungsi dan
mahasiswa Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar.
9. Gaya mengajar advanced dengan menekankan Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
pada problem solving, why,analysis,syntesis [4] Kartikawan, I, A, N. 2007. Peran Program
dan idea, banyak membahas kasus, proyek, Academic acheivement Behavior Training (AABT)
survey, studi lapangan,presentasi dan seminar Terhadap Perubahan Motif Berprestasi Pada
lebih dapat mendukung peningkatan motivasi Mahasiswa Underachiever. Jurnal Psikomedia.
belajar mahasiswa. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen
10. Motivasi belajar mahasiswa Program Studi Maranatha.
Healing dan Konseling lebih tinggi dari pada [5] Djiawandono, S.E.W. 2002. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : Gramedia Widisarana Indonesia.
motivasi belajar mahasiswa Program studi
[6] Once.2008. Peningkatan Kemampuan Dosen
Psikologi dan PAUD. Dalam Proses Pembelajaran.Jakarta: UBM
[7] Purwanto, N. 2007. Psikologi Pendidikan.
5.2 Saran: Bandung: Remaja Rosdakarya.
[8] Rumiati. 2006. Prokrastinasi Akademik Ditinjau
Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini dari Motivasi Berprestasi dan Stress mahasiswa.
adalah: Jurnal Psikologi.Semarang: PS Psikologi Fakultas
1. Dosen sebaiknya dapat memberikan gaya Kedokteran Universitas Diponogoro.
mengajar yang dapat meningkatkan motivasi [9] Roebyantho,S,H. 2008.Hubungan Antara Minat
belajar mahasiswa. Antara lain dengan cara Membaca dengan Prestasi Belajar Pada Mata
Kuliah Psikologi Kepribadian mahasiswa Fakultas
mengikut sertakan mahasiswa aktif dalam
Psikologi ABC Jakarta. Jurnal
perkuliahan yang diberikan. Psibernetika.Vol.1.No.1,Hal.43-60; ISSN: 1979-
2. Sebaiknya dosen menghindari gaya mengajar 3707
elementary hanya menggunakan what, when, [10] Santrock,J,W. Psikologi Pendidikan .
where, penyampaian informasi, menjelaskan Jakarta:Rajawali
tugas, pekerjaan rumah. [11] Syamsuddin,A.1990. Pedoman Studi Psikologi
3. Sebaiknya dosen menghindari gaya mengajar Kependidikan. Bandung : IKIP
intermediate, yang dalam proses pembelajaran
256 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol . 1, No. 4, September 2012

[12] Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. [15] Woolfolk, A.E. 1995. Educational Psychology.
Bandung: C.V. Alfabeta Boston : Allyn and Bacon.
[13] Suwarni,E.2008. Hubungan Antara Persepsi [16] www.wikipedia.com
Terhadap Metode Mengajar Dosen Dengan [17] www.google.com
Motivasi Belajar mahasiswa UBM Jakarta. Jurnal [18] www.idonbiu.com/2009/10.latar-belakang-
Psibernetika. Vol 1, No 2, Hal: 1 - 21 ; ISSN: masalah-pendidikan-Indonesia
1979-3707
[14] Wahyuni I..2003. Hubungan Antara Persepsi
Terhadap Jurusan Psikologi Dengan Motivasi
Belajar Pada Mahasiswa Psikologi IAIN Sunan
Gunung Jati Bandung. Skripsi. Tidak diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai