LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
Nama : Tn. D
Umur : 57 tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pekerjaan : Mantan supir
Alamat : Talang jauh
1
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/penyakit keluarga :
Os pernah menderita batuk sebelumnya sekitar lebih kurang 1
tahun yang lalu dan sembuh
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami keluhan yang sama
Riwayat alergi makanan, cuaca, debu dan bulu disangkal
Riwayat penyakit Hipertensi disangkal
Riwayat Penyakit Diabetes Melitus disangkal
Riwayat merokok (+) sejak usia 15 tahun. Pasien adalah perokok
berat, dalam sehari menghabiskan 15 batang rokok. Tetapi 1 tahun
terakhir ini pasien sudah mengurangi rokoknya sekitar 5 batang
sehari.
V. Riwayat Penyakit
Keluhan Utama
2
BB : 50 Kg
TB : 157 cm
IMT : 20,3 ( Normal )
Pemeriksaan Organ
Kepala :
Bentuk : Simetris, normocephal
Mata : Konjungtiva anemis -/-, Sklera ikterik -/-
Telinga : Dalam Batas Normal
Hidung : Napas cuping hidung -/-, Sekret -/-, Epistaksis -/-
Mulut : Dalam Batas Normal
Thoraks
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)
Palpasi : Krepitasi (-), vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki +/+ pada kedua apex paru,
wheezing -/-
BJ I dan II normal regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, sikatriks (-).
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani (+)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema -/-
IX. Laboratorium
X. Pemeriksaan anjuran :
3
3. Pemeriksaan fungsi paru
XI. Manajemen
a. Preventif
Mengurangi paparan terhadap asap baik asap bakaran ataupun asap
rokok
Mengurangi aktivitas berlebihan untuk meminimalkan terjadinya
sesak
Menciptakan lingkungan yang bebas dari polusi
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan
yang bergizi tinggi
b. Promotif
Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakitnya serta
komplikasi yang dapat terjadi
Memberikan pengetahuan tentang pengobatan yang diberikan serta
pentingnya keteraturan dalam berobat
Memberi edukasi kepada keluarga pasien tentang penyakit pasien
serta menciptakan lingkungan bebas polusi di rumah
Menghirup uap air panas 2-3x selama 15 30 menit/hari
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
Menghindari zat zat yang mengiritasi bronkus seperti berhenti
merokok, menghindari asap rokok orang lain (perokok pasif) serta
memakai masker bila terpapar zat yang bisa mengiritasi bronkus
Melakukan fisioterapi untuk mengeluarkan dahak
Latihan fisik, psikososial, latihan pernapasan
XII. Kuratif
Non Medikamentosa
a. Hindari merokok dan menjadi perokok aktif. Asap tembakau
meningkatkan resiko bronkitis kronik.
4
b. Istirahat yang cukup
c. Pemberian nutrisi: makan makanan yang bergizi untuk menjaga
imunitas tubuh, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan
d. Berolahraga ringan dan teratur untuk memperbaiki pernapasan dan
memperbanyak oksigen masuk ke paru-paru
Medikamentosa
Ambroxol tablet 30 mg/ 8 jam
Amoxicilin tablet 500 mg/ 8 jam
OBH sirup 1 sendok makan/8 jam
XIII. Rehabilitasi
Menjalankan pengobatan dengan teratur
Sebisa mungkin untuk tidak melakukan kontak kontak dengan asap,
baik asap rokok ataupun asap pembakaran
Menjaga daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi makanan bergizi
tinggi
Jika keluhan tidak membaik dan dirasa semakin sesak segera berobat
ke RS/IGD terdekat
5
Resep
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat
Dokter : Fitri Winda Sari
SIP : GIA215058
STR : 1992 10 18 2016 09 01
Pro : Tn. D
Umur : 57 tahun
6
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
7
Gambar 2.2 Anatomi paru
8
tumor yang terdapat dalam saluran napas dapat menyebabkan sumbatan pada
saluran napas. Tumor yang menekan dinding dada dapat menyebabkan
kerusakan/destruksi tulang dinding dada dan menimbulkan nyeri. Cairan dirongga
pleura yang sering ditemukan pada kanker paru juga menganggu fungsi paru. 1
9
2.2 Fisiologi Paru
Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan
yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti
yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus.2,3 Selama
inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga
terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus
mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus
mengangkat iga-iga.2-5
Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat
elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus
relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam
rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume
toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal.
Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara
mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama
kembali pada akhir ekspirasi. 2-5
Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas
melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 m).
Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara
darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut
besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di
alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekitar 103
mmHg.3,4,5
menyebabkan batuk dan produksi sputum purulen sedikitnya selama 3 bulan dalam
setahun selama 2 tahun berturut-turut.6
10
2.4 Epidemiologi
Di Indonesia, belum ada angka kesakitan Bronkitis kronis secara pasti.
Sebagai perbandingan, di AS ( National Center for Health tatistics ) diperkirakan
sekitar 4% dari populasi didiagnosa sebagai Bronkitis kronis. Angka inipun
diduga masih di bawah angka kesakitan yang sebenarnya (underestimate)
dikarenakan tidak terdiagnosanya Bronkitis kronis. Di sisi lain dapat terjadi pula
overdiagnosis bronkitis kronis pada pasien-pasien dengan batuk non spesifik yang
self-limited (sembuh sendiri). Bronkitis kronis dapat dialami oleh semua ras tanpa
ada perbedaan. Frekuensi angka kesakitan Bronkitis kronis lebih kerap terjadi
pada pria dibanding wanita. Hanya saja hingga kini belum ada angka
perbandingan yang pasti. Usia penderita Bronkitis kronis lebih sering dijumpai di
atas 50 tahun.
2.5 Penyebab9
1. Asap rokok.
2. Polusi udara.
3. Pekerjaan : lebih umum pada perempuan terkena debu atau gas beracun.
4. Infeksi: serangan berulang bronkitis akut.
5. Perokok pasif dan perokok aktif.
11
2.7 Patofisiologi
Bronkitis Kronik berhubungan dengan berlebihnya mukus trakeobronkial,
cukup membuat batuk dengan dahak selama 3 bulan dalam setahun sekurangnya 2
tahun berurutan. Gambaran histopatologinya menunjukkan hipertrofi kelenjar
mukosa bronkial dan peradangan peribronkial yang menyebabkan kerusakan
lumen bronkus berupa metaplasia skuamos, silia yang abnormal, hiperplasia sel
otot polos saluran pernapasan, peradangan dan penebalan mukosa bronkus.
Ditemukan banyak sel neutrofil pada lumen bronkus dan infiltrat neutrofil pada
submukosa.
Terjadi peradangan hebat pada bronkiolus respiratorius, banyak sel
mononuklear, sumbatan mukus. Semua hal diatas menyebabkan obstruksi saluran
pernapasan. Sel epitel pada saluran pernapasan melepaskan mediator mediator
inflamasi sebagai respon dari zat toksik,infeksi, ditambah lagi berkurangnya
pelepasan dari produk regulatori seperti ACE (angiotensin-converting enzym) dan
neutral endopeptidase.
Bronkitis kronik dapat dikategorikan sebagai bronkitis kronik sederhana,
bronkitis kronik mukopurulent, atau bronkitis kronik dengan obstruksi. Bronkitis
kronik dengan ditandai oleh produksi mucoid sputum. Produksi sputum yang tetap
atau berulang tanpa adanya penyakit supuratif seperti bronkiektasis mengarah
pada bronkitis kronik mukopurulen.
Bronkitis kronik harus dapat dibedakan dengan asma. Perbedaannya
didasarkan pada riwayat penyakit sebelumnya: pasien yang menderita bronkitis
kronik mengalami batuk produktif yang lama dan mengi atau wheezing yang
muncul setelahnya,sedangkan pasien dengan asma mengalami mengi yang lama
dan diikuti oleh batuk produktif. Bronkitis kronik bisa akibat dari serangkaian
serangan akut dari bronkitis akut.6
12
2.8 Klasifikasi6
1. Bronkitis kronis ringan ( simple chronic bronchitis), ditandai dengan
batuk berdahak dan keluhan lain yang ringan.
2. Bronkitis kronis mukopurulen ( chronic mucupurulent bronchitis),
ditandai dengan batuk berdahak kental, purulen (berwarna kekuningan).
3. Bronkitis kronis dengan penyempitan saluran napas ( chronic bronchitis
with obstruction ), ditandai dengan batuk berdahak yang disertai dengan
sesak napas berat dan suara mengi.
13
2.9 Diagnosis7
Diagnosis ditegakkan dari hasil:
Anamnesis yakni gejala gejala pada penderita
Pemeriksaan fisik.
Namun pemeriksaan fisik tidak sensitif untuk bronkitis kronik ringan dan
sedang. Tetapi pada kasus yang lebih berat yakni telah ada obstruksi, kelainan
dapat dijumpai dari hasil inspeksi yakni dipergunakannya otot nafas
tambahan (accessory respiratory muscle).
Pemeriksaan Radiologi
1. Jantung tear drop
2. Foto toraks penderita bronkitis kronik menunjukkan corakan
bronkovaskular yang bertambah
3. diafragma letak rendah ( dibawah VT.10 ) dan cenderung mendatar
4. Gambaran jantung tear drop sehingga sudut kardiofrenikus sinister lancip
14
2.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Bronkitis kronik dilakukan secara berkesinambungan
untuk mencegah timbulnya penyulit, meliputi:8
Edukasi, yakni memberikan pemahaman kepada penderita untuk
mengenali gejala dan faktor-faktor pencetus kekambuhan Bronkitis
kronis.
Sedapat mungkin menghindari paparan faktor-faktor pencetus.
Rehabilitasi medik untuk mengoptimalkan fungsi pernapasan dan
mencegah kekambuhan, diantaranya dengan olah raga sesyuai usia dan
kemampuan, istirahat dalam jumlah yang cukup, makan makanan bergizi.
Oksigenasi (terapi oksigen)
Obat-obat bronkodilator dan mukolitik agar dahak mudah dikeluarkan.
Antibiotika. Digunakan manakala penderita Bronkitis kronis mengalami
eksaserbasi oleh infeksi kuman ( H. influenzae, S. pneumoniae, M.
catarrhalis). Pemilihan jenis antibiotika (pilihan pertama, kedua dan
seterusnya) dilakukan oleh dokter berdasarkan hasil pemeriksaan.
BAB III
15
ANALISA KASUS
16
Lingkungan pergaulan sekitar pasien juga tidak sehat. Dahulu
kebanyakan teman teman pasien adalah perokok aktif, hal ini menyebabkan
pasien sering terkena paparan asap rokok dari lingkungan sekitar. Tempat pasien
bekerja dulu cukup berpolusi tinggi karena pekerjaan pasien adalah seorang supir
maka hampir seluruh waktunya dihabiskan di jalan dan di terminal. Pada pasien
ini ada hubungan antara perilaku kesehatan dan lingkungan sekitar dengan
diagnosis penyakit.
17
Untuk mengurangi paparan/memutuskan rantai penularan dengan faktor
resiko atau etiologi pada pasien ini adalah dengan cara berhenti merokok, tidak
berada didekat orang yang sedang merokok, tidak berada di tempat yang banyak
debu serta menghindari terkena penyakit inflamsi paru lainnya. Selain itu pasien
juga disarankan untuk mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, karena penyakit bronkitis kronis juga sering
mengenai mereka yang daya tahan tubuhnya sedang tidak baik. Pasien juga
disarankan untuk rutin berobat ke puskesmas dan mengkonsumsi obat secara
teratur.
DAFTAR PUSTAKA
18
1. Snell, SR. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. Jakarta: EGC; 2006.
hal. 88-90.
2. Hartanto H, Natalia S, Pita W, Dewi AM. Anatomi dan fisiologi sistem
pernapasan. Dalam Wilson LM, editor. Patofisiologi konsep klinis proses-
proses penyakit. Edisi ke-enam. Terjemahan Price SA, Lorraine MW.
Pathophysiology: Clinical concepts of disease processes. Jakarta: EGC; 2005.
hal. 736-69.
3. Novrianti A, Frans D, Titiek R, Luqman YR, Husny M, Aryandhito WN, et al,
editor. Fisiologi kedokteran. Edisi ke-dua puluh dua. Terjemahan Ganong WF.
Medical physiology. Jakarta: EGC; 2008. hal. 669-78.
4. Rachman LY, Huriawati H, Andita N, Nanda W, editor. Buku ajar fisiologi
kedokteran. Edisi ke-sebelas. Terjemahan Guyton AC, Hall JE. Textbook of
medical physiology. Jakarta: EGC; 2007. hal. 495-559.
5. Santoso BI, editor. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi ke-dua.
Terjemahan Sherwood L. Human physiology: from cells to systems. Jakarta:
EGC; 2001. hal. 410-35.
6. PDT Ilmu Penyakit Paru FK Unair, RSU Dr. Soetomo, edisi 3, 2005.
7. Bronchitis, Jazeela Fayyaz, DO, eMedicine Specialties Pulmonology, 2009
8. Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Dalam, Lawrence M, Tierney, Jr, MD et
all, 2002.
19