Anda di halaman 1dari 9

RINGKASAN

DBD DAN TETANUS NEONATORUM

OLEH:
IIS RAHAYU
1520312016

DOSEN:
dr. Rinang Mariko, SP.A (K)

PROGRAM PASCA SARJANA ILMU BIOMEDIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS PADANG
2016
DEMAM BERDARAH

1. Penyebab DBD
Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan pada pembuluh
darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan.
Vektor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
2. Gejala DBD
Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan (Epitaksis),
Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur darah (Melena), dan lain-
lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah
100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai
normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah
3. Cara pencegahan terjadinya DBD
Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit
demam berdarah, sebagai berikut:

a. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup.
b. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan
melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air,
dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-
jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak baik, karena
dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut
didaur-ulang.

c. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk
abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan
rantai perkembangbiakan nyamuk;

d. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam
atau panas tinggi.

4. Klasifikasi Demam Berdarah


1. Derajat 1
Demam tinggi mendadak (terus menerus 2-7 hari) disertai tanda dan gejala klinis (nyeri ulu
hati, mual, muntah, hepatomegali), tanpa perdarahan spontan, trombositopenia dan
hemokonsentrasi, uji tourniquet positif.
2. Derajat 2
Derajat 1 dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain seperti mimisan,
muntah darah dan berak darah.
3. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), kulit dingin, lembab dan gelisah, sianosis disekitar mulut, hidung dan jari
(tanda-tand adini renjatan).
4. Renjatan berat (DSS) / Derajat 4
Syok berat dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur

5. Manifestasi Klinis
a. Demam
Demam berdarah dengue biasanya ditandai dengan demam yang mendadak tanpa sebab
yang jelas, continue, bifasik. Biasanya berlangsung 2-7 hari (Bagian Patologi Klinik,
2009). Naik turun dan tidak berhasil dengan pengobatan antipiretik. Demam biasanya
menurun pada hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda anak menjadi lemah, ujung jari,
telinga dan hidung teraba dingin dan lembab. Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut
(38-40 C) dengan gejala yang tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta seperti ,
anoreksi, lemah, nyeri punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.

Gambar: Kurva suhu pada DHF


b. Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam. Bentuk
perdarahan dapat berupa: uji tourniquet positif yang menandakan fraglita kapiler
meningkat.
c. Hepatomegali
Ditemukan pada permulaan demam, sifatnya nyeri tekan dan tanpa disertai ikterus.
Umumnya bervariasi, dimulai dengan hanya dapat diraba hingga 2-4 cm di bawah
lengkungan iga kanan. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
namun nyeri tekan pada daerah tepi hati berhubungan dengan adanya perdarahan.

d. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan ke-7 sakit.
Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya mempunyai prognosa buruk.
Kegagalan sirkulasi ini ditandai dengan denyut nadi terasa cepat dan lemah disertai
penurunan tekanan nadi kurang dari 20 mmHg. Terjadi hipotensi dengan tekanan darah
kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan pasien terlihat gelisah.
Gejala Klinis
Demam 2-7 hari
Uji Tourniquet (+) atau perdarahan spontan
Laboratorium: Ht tidak meningkat, Trombositopenia ringan

Pasien tidak dapat minum


sien masih dapat minum
i Minum banyak 1-2 liter/ hari atau 1 swndok makan tiap 5 menit
Alur Tersangka DBD
s minum: air putih, teh manis, jus buah, susu, oralit
suhu > 380 C beri Paracetamol Pasang Infus NaCl 0,9%: dektrose 5%(1:3)
kejang beri anti convulsi Tersangka DBD rumatan sesuai Berat badan
Tetesan
Periksa Ht, Hb, tiap 6 jam, trombosit tiap 6-12 jam

Monitor gejala klinis dan laboratorium


Perhatikan tanda syok
Palpasi nadi perifer
Ujur diuresis HT naik dan / atau trombosit turun
Awasi perdarahan
Periksa Hb,Ht dan trombosit tiap 6-12 jam

Infus ganti RL (tetesan disesuaikan)

Perbaikan klinis dan laboratorium:

e. memulangkan pasien)
Pulang (Kriteria
Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik
Nafsu makan membaik, secara klinis tampak perbaikan
Hematokrit stabil, jumlah > 50.000/uL
3 hari setelah syock teratasi, tidak dijumpai distress nafas
TETANUS NEONATORUM

Nama Lain: LOCKJAW


1. Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium
Tetani.
2. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka,
gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat.
Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara
lain tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris.
3. Etiologi
Kuman tetanus ini membentuk spora yang berbentuk lonjong dengan ujung yang bulat,
khas seperti batang korek api (drum stick) Sifat spora ini tahan terhadap panas,
4. Patogenesis
Cara masuknya spora ini melalui luka yang terkontaminasi antara lain luka tusuk (oleh
besi: kaleng), luka bakar, luka lecet, otitis media, infeksi gigi, ulkus kulit yang kronis, abortus,
tali pusat, kadangkadang luka tersebut hampir tak terlihat.
5. Manisfestasi Klinik
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 321 hari, namun dapat singkat hanya 12 hari
dan kadangkadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi makin jelek
prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi Clostridium Tetani dengan
susunan saraf pusat dan interval antara luka dan permulaan penyakit, dimana makin
jauh tempat invasi maka inkubasi makin panjang.
Secara klinis tetanus ada 3 macam :
1. Tetanus umum
2. Tetanus lokal
3. Tetanus cephalic.
Tetanus menurut berat ringannya :
1) Tetanus ringan: trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang.
2) Tetanus sedang: trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang.
3) Tetanus berat: trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan.
Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum atas:
Grade 1: ringan
- Masa inkubasi lebih dari 14 hari
- Period of onset > 6 hari
- Trismus positif tetapi tidak berat
- Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada.
Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar luka dan kekakuan umum terjadi
beberapa jam atau hari.
Grade II: sedang
- Masa inkubasi 1014 hari
- Period of onset 3 had atau kurang
- Trismus ada dan disfagia ada.
Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada.
Grade III: berat
- Masa inkubasi < 10 hari
- Period of onset 3 hari atau kurang- Trismus berat
- Disfagia berat.
Kekakuan umum dan gangguan pernapasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak dan takikardia.
6. Prognosa
Dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1) Masa inkubasi
Makin panjang masa inkubasi biasanya penyakit makin ringan, sebaliknya makin pendek masa
inkubasi penyakit makin berat. Pada umumnya bila inkubasi kurang dari 7 hari maka tergolong
berat.
2) Umur
Makin muda umur penderita seperti pada neonatus maka prognosanya makin jelek.
3) Period of onset
Period of onset adalah waktu antara timbulnya gejala tetanus, misalnya trismus sampai terjadi
kejang umum. Kurang dari 48 jam, prognosa jelek.
4) Panas
Pada tetanus febris tidak selalu ada. Adanya hiperpireksia maka prognosanya jelek.
5) Pengobatan
Pengobatan yang terlambat prognosa jelek.
6) Ada tidaknya komplikasi
7) Frekuensi kejang
Semakin sering kejang semakin jelek prognosanya.
7. Pencegahan
a) Perawatan luka
Terutama pada luka tusuk, kotor atau luka yang tercemar dengan spora tetanus.
b) imunisasi pasif
Diberikan antitoksin, pemberian antitoksin ada 2 bentuk, yaitu:
- ATS dari serum kuda;
- Tetanus Immunoglobulin Human (TIGH).
Dosis yang dianjurkan belum ada keseragaman pendapat
- 15003000 u i.m
- 30005000 u i.m.
Pemberian ini sebaiknya didahului dengan tes kulit dan mata.
Dosis TIHG: 250500 u i.m
c) Imunisasi aktif
Di Indonesia dengan adanya program Pengembangan Imunisasi (PPI) selain menurunkan
angka kesakitan juga mengurangi angka kematian tetanus.

Imunisasi tetanus biasanya dapat diberikan dalam bentuk DPT; DT dan TT.
- DPT : diberikan untuk imunisasi dasar
- DT: diberikan untuk booster pada usia 5 tahun; diberikan pada anak dengan riwayat demam
dan kejang - TT: diberikan pada: ibu hamil anak usia 13 tahun keatas.
Sesuai dengan Program Pengembangan Imunisasi, imunisasi dilakukan pada usia 2, 4 dan 6
bulan. Sedangkan booster dilakukan pada usia 1,52 tahun dan usia 5 tahun. Dosis yang
diberikan adalah 0,5 cc tiap kali pemberian secara intramuskuler.

Anda mungkin juga menyukai