Anda di halaman 1dari 4

Sejarah tentang mutu

Pada mulanya mutu produk ditentukan oleh produsen. Pada perkembangan selanjutnya, mutu
produk ditentukan oleh konsumen. Adapun konsep-konsep tentang mutu dikemukakan oleh
beberapa tokoh Manajemen Mutu Terpadu Sebagai berikut:

1. Philip B. Crosby (1978)


Crosby berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian terhadap persyaratan.
2. W. Edwards Deming (1986)
W. Edwards Deming adalah seorang ahli statistik Amerika yang memiliki gelar PhD
dalam bidang fisika. Pengaruhnya sebagai teoritikus manajemen bermula di barat. Dalam
masa awal perkembangannya, ide Deming tentang mutu terpadu ini kurang mendapat
perhatian di Amerika dan Barat, di mana penekanan industri Amerika dan dunia Barat
berada pada pemaksimalan produksi dan keuntungan, namun justru Jepang
memanfaatkan keahliannya sejak 1950.
Deming mulai memformulasikan idenya pada tahun 1930-an ketika melakukan penelitian
tentang metode-metode menghilangkan variabilitas dan pemborosan dari proses
industri.beliau merupakan pakar kualitas ternama dan yang mengajarkan kepada Jepang
tentng konsep pengendalian kualitas. Deming mengatakan bahwa proses industry harus
dipandang sebagai suatu perbaikan kualitas secara terus-menerus (continuous quality
improvement). Deming berpendapat bahwa mutu berarti pemecahan masalah untuk
mencapai penyempurnaan terus-menerus.
3. Joseph M. Juran (1992)
Juran berpendapat bahwa mutu berarti kesesuaian dengan penggunaan. Juran juga
mengemukakan 3 proses manajemen untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang
selanjutnya lebih dikenal sebagai trilogy Juran. Adapun rincian trilogy itu adalah sebagai
berikut:
a. Quality planning, suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang
akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian
mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan
pelanggan.
b. Quality control, suatu proses dimana produk benar-benar diperiksa dan dievaluasi,
dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para pelanggan.
Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya mesin-mesin rusak
segera diperbaiki.
c. Quality improvement, suatu proses dimana mekanisme yang sudah mapan
dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi alokasi
sumber-sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu, melatih
para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu dan pada umumnya menetapkan
suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa yang telah
dicapai sebelumnya.
4. K. Ishikawa (1992)
Ishikawa adalah tokoh yang mempioneri quality management process. Ishikawa
berpendapat bahwa mutu berarti kepuasan pelanggan. TQM, yang merupakan singkatan
dari Total Quality Management merupakan filosofi layanan yang berpaku kepada
kepuasan pengguna dan perbaikan layanan yang berkesinambungan (Wheelan, Hunger
318 in Wallach, Darren 1).
Kontribusi Ishikawa yang juga tak kalah pentingnya adalah menyempurnakan model
PDCA (Plan Do Check Act) yang dikembangkan oleh Edward Deming, penemu konsep
PMT. Ishikawa mengkolaborasikannya menjadi rencana enam langkah:

a. Tentukan target dan tujuan;

b. Tentukan metoda pencapaian;

c. Lakukan sosialisasi melalui pelatihan;

d. Terapkan pekerjaan;

e. Lakukan pemeriksaan dari implementasi yang berjalan;

f. Lakukan hal-hal yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

5. ISO 9000:2000
Mutu adalah derajat/tingkat karakteristik yang melekat pada produk yang mencukupi
persyaratan / keinginan.

Perkembangan konsep mutu dan manajemen mutu terpadu

Secara rinci, Rudi Suardi (2001) membagi konsep mutu menjadi lima tahap, yaitu:

1. Era Tanpa Mutu


Era ini dimulai sebelum abad 18, di mana produk yang dibuat tidak diperhatikan
mutunya. Kondisi ini dapat terjadi apabila organisasi tidak mempunyai pesaing atau
dalam keadaan monopoli.
2. Inspection Era
Era ini berlangsung di Negara Barat sekitar abad 18. Di dalam era ini, mutu hanya
melekat pada produk akhir dan masalah mutu berkaitan dengan produk yang rusak/ cacat.
Produsen mulai mempunyai pesaing dan produksi barangnya massal. Pemilahan terhadap
produk akhir dilakukan dengan cara inspeksi.
3. Statistical Quality Control Era
Jika pada era inspeksi terjadi penyimpangan atribut produk yang dihasilkan dari atribut
standar, bagian inspeksi tidak dapat mendeteksi apakah penyimpangan tersebut
disebabkan karena kesalahan produksi atau hanya karena kebetulan. Bagian inspeksi
dilengkapi dengan alat dan metode statistik untuk mendeteksi penyimpangan pada atribut
produk yang dihasilkan di dalam proses produksi. Deteksi penyimpangan secara statistik
mulai dilakukan oleh bagian produksi.
4. Quality Assurance Era
Di dalam era ini, konsep mutu mengalami perluasan, dari konsep yang sempit (hanya
terbatas pada tahap produksi) kepada tahap desain dan koordinasi dengan bagian jasa
(seperti bengkel, energi, perencanaan dan pengendalian produksi, serta pergudangan).
Mulai diperkenalkan konsep biaya mutu.
5. Strategic /Total Quality Management/ Total
Quality Service Di dalam era ini, keterlibatan manajemen puncak sangat besar dan
menentukan sehingga menjadikan kualitas untuk menempatkan organisasi pada posisi
yang kompetitif. Sistem ini disebut sistem manajemen strategik dan integratif karena
melibatkan pemimpin dan karyawan serta menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif
untuk memperbaiki proses organisasi secara berkesinambungan agar dapat memenuhi dan
melebihi kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan.

Kontribusi W. Edward Deming dalam Mengembangkan Konsep Total Quality


Management

1. Konsep 3C oleh Deming


a. Customer (Pelangan)
- Internal, yang terlibat dalam proses menciptakan barang atau jasa, menerima output
dari pekerjaan lainnya dengan setiap orang.
- External, yang membeli barang atau jasa yang ditawarkan.
b. Culture (Budaya)
c. Capacity (Kapasitas)
2. Siklus Deming (Deming Cycle)
a. mengadakan riset konsumen dan menggunakannya dalam perencanaan produk (plan);
b. menghasilkan produk (do);
c. memeriksa produk apakah telah dihasilkan sesuai rencana (check);
d. memasarkan produk tersebut (act);
3. 14 poin Deming (prinsip manajemen Deming)
a. Ciptakan Tujuan yang Mantap Demi Perbaikan Produk dan Jasa
b. Adopsi Filosofi Baru
c. Hentikan Ketergantungan pada Inspeksi Masal
d. Akhiri Kebiasaan Melakukan Hubungan Bisnis Hanya Berdasarkan Biaya
e. Perbaiki Sistem Produksi dan Jasa Secara Konstan dan Terus Menerus
f. Lembagakan Metode Pelatihan yang Modern di Tempat Kerja
g. Lembagakan Kepemimpinan
h. Hilangkan Rasa Takut
i. Pecahkan Hambatan di antara Area Staf
j. Hilangkan Slogan, Nasihat, dan Target untuk Tenaga Kerja
k. Hilangkan Kuota Numerik
l. Hilangkan Hambatan Terhadap Kebanggaan Diri atas Keberhasilan Kerja
m. Lembagakan Program Pendidikan dan Pelatihan yang Kokoh
n. Lakukan Tindakan Nyata/Contoh Nyata

Manfaat Total Quality Management

Dengan perbaikan kualitas berkesinambungan, perusahaan akan dapat memperbaiki posisi


persaingan. Dengan posisi yang lebih baik akan meningkatkan pangsa pasar dan men-jamin
harga yang lebih tinggi. Hal ini akan memberikan peng-hasilan lebih tinggi dan secara
otomatis laba yang diperoleh semakin meningkat. Upaya perbaikan kualitas akan
menghasilkan peningkatan ke-luaran (out put) yang bebas dari kerusakan atau mengurangi
produk yang cacat.

Anda mungkin juga menyukai