PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Praktik akuntansi selama ini sudah berkembang di dunia dengan adanya standar
yang ditetapkan oleh lembaga yang berwenang sehingga pencatatan laporan keuangan di
seluruh dunia bisa dikatakan sama. Dengan adanya standar yang berlaku umum, pembuat
informasi laporan keuangan dapat memberikan informasi yang tepat dan berlaku secara
global. Hal ini berkaitan dengan kepentingan pihak eksternal.
Namun, praktik akuntansi yang dilakukan sebenarnya tidak terjadi begitu saja secara
alamiah atau dijalankan sesuai dengan standar yang ada, tetapi dirancang dan
dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Praktik akuntansi
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti lingkungan sosial, ekonomik, dan politik
tempat akuntansi tersebut dijalankan. Struktur dan praktik akuntansi suatu negara akan
berbeda dengan struktur dan praktik di negara lain. Hal ini disebabkan karena praktik
akuntansi juga berkembang mengikuti perkembangan sosial, ekonomi, dan politik suatu
negara.
B. TUJUAN
Praktik dan struktur akuntansi yang berbeda antara satu negara dengan negara lain
tidak membuat pengguna informasi laporan keuangan kesulitan. Karena sudah ada
standar pembuatan laporan keuangan yang berlaku umum dan global. Namun dibalik
praktik akuntansi di masing-masing negara terdapat seperangkat gagasan-gagasan yang
mendasar berupa konsep, penjelasan-penjelasan dan penalaran yang mendeskripsikan
aktivitas akuntansi. Karena praktik akuntansi yang nyatanya berjalan saat ini belum tentu
menjalankan pilihan terbaik jika ditinjau secara konseptual dan idealnya laporan
keuangan serta tujuan yang ingin dicapai.
Oleh karena itu perlu ditelaah perkembangan teori akuntansi di dunia dan di
Indonesia yang mendasari perbedaan praktik akuntansi serta gagasan-gagasan apa yang
terdapat pada masing-masing elemen akuntansi.
BAB II
1
PEMBAHASAN
Praktik akuntansi ternyata sudah dimulai sejak zaman peradaban kuno. Terbukti
dengan banyaknya penelitian terhadap sejarah akuntansi dan sudah banyak tersajikan
dalam jurnal-jurnal yang berlaku untuk seluruh penjuru dunia. Proses akuntansi yang
sudah dilakukan pada zaman peradaban kuno diantaranya adalah penggunaan
pembukuan berpasangan atau Double Entry Book Keeping (DEB). Teknologi yang
ditemukan lebih dari enam abad yang lalu ini sampai sekarang tidak mengalami
perubahan yang mendasar. Menurut Childs, sejak ditemukannya, akuntansi sudah
mengandung keajaiban, it is a beautiful system, a science in fact.
Walaupun praktik akuntansi yang dilakukan dulu belum sesuai dengan praktik yang
sebenarnya, namun dari beberapa bukti yang ditemukan, aktivitas tersebut dapat
dikatakan sebagai praktik akuntansi oleh berbagai penelitian. The Accounting Historian
Journal (1977) mengemukakan fakta-fakta sejarah yang menunjukkan beberapa
penemuan tentang aktivitas akuntansi pada zaman peradaban kuno yaitu :
1. Pada zaman peradaban Kaldea Babilonia, Asiria, dan Samaria yang merupakan
pembentuk sistem pemerintahan pertama di dunia, pembentuk sistem bahasa tulisan
tertua, dan pembuat catatan usaha tertua.
2. Peradaban Mesir, dimana para penulis membentuk poros tempat berputarnya seluruh
mesin keuangan dan departemen.
3. Peradaban Cina, dengan akuntansi pemerintahan yang memainkan peran kunci dan
canggih selama Dinasti Chao (1122-256 SM).
4. Peradaban Yunani, di amna Zenon manajer Estat Appolonius memperkenalkan
sistem akuntansi pertanggungjawaban yang luas pada Teori Akuntansi tahun 256
SM.
5. Peradaban Roma, dengan hukum yang menentukan bahwa pembayar pajak harus
membuat laporan posisi keuangan, dan dengan hak sipil yang tergantung pada
tingkat kekayaan yang dinyatakan warga negara.
2
Orang pertama yang mengkodifikasi akuntansi adalah seorang Rahib Fransisca
bernama Bruder Luca Pacioli. Buku yang ditulis Pacioli berjudul Summa de
Arithmetica, Geometrica, Proportion et Proportionalita. Pada masa Renaisans
melahirkan istilah-istilah akuntansi, yaitu debt, debtor, debenture, dan debit semuanya
diturunkan dari kata dasar debere, yaitu berutang yang disingkat menjadi dr yang dipakai
dalam jurnal. Di Italia, pedagang-pedang telah mulai menggunakan akuntansi sebagai
alat pengendalian manajemen sejak tahun 1400. Mereka telah memulai dengan
mengembangkan dasar-dasar akuntansi biaya (cost) dengan memperkenalkan pembalikan
dan penyesuaian-penyesuaian yang lain, seperti akrual (accrual) dan tangguhan (defered)
dan dengan memberi perhatian pada audit neraca.
3
media/alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada pemakai
yang berkepentingan dengan masalah pengelolaan perusahaan.
c. Akuntansi Sebagai Aktivitas Jasa
Definisi akuntansi ini menurut Accounting Principles Board dalam
Statement No. 4 (1970) menyatakan bahwa akuntansi adalah kegiatan jasa.
Fungsinya adalah untuk memberikan informasi kuantitatif, termasuk yang bersifat
keuangan, tentang entitas ekonomi, yang diharapkan bermanfaat bagi
pengambilan keputusan ekonomi.
d. Akuntansi Sebagai Teknologi
Menurut Sudibyo (1987) akuntansi merupakan teknologi, sehingga harus
diperlakukan sebagai teknologi. Teknologi digunakan untuk mengendalikan
variabel-variabel alam dan sosial untuk mencapai kehidupan tertentu yang lebih
baik. Apabila akuntansi diarahkan menjadi teori, maka seharusnya teori
akuntansi, bebas dari nilai sosial dan tidak bersifat normatif. Teori semestinya
tidak mempengaruhi secara langsung terhadap praktik-praktik akuntansi, karena
teori tidak mengendalikan variabel-variabel yang diteorikan. Paton dan Littleton
(1940) juga mendefinisikan akuntansi sebagai teknologi. Meskipun demikian,
terdapat pendapat yang menyatakan akuntansi diarahkan ke dalam ilmu murni.
e. Akuntansi Sebagai Sistem Informasi
Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis,
memproses data menjadi laporan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para
pengambil keputusan. Pengertian ini dikemukakan oleh Charles T. Horngren, dan
Walter T. Harrison (Horngren Harrison, 2007:4)
2. Pengertian Teori
Teori dapat didefinisikan sebagai hasil pemikiran yang berdasarkan metode ilmiah
atau logika. Teori terdiri dari dua bagian :
a. Asumsi-asumsi termasuk definisi variabel-variabelnya dan logika yang
menghubungkan antara variabel tersebut. Asumsi-asumsi, definisi, logika
4
dipergunakan untuk mengatur, menganalisis, memahami gejala emperis yang
menjadi perhatian.
b. Himpunan hipotesis-hipotesis yang penting. Sedangkan hipotesis merupakan
anggapan awal dari fenomena atau masalah yang akan dianalisis. Tujuan dari
teori akuntansi adalah menjelaskan dan meramalkan praktik akuntansi.
Berikut ini merupakan definisi teori menurut para ahli.
a. Zimmerman (1986) mendefinisikan teori sebagai kumpulan variabel-variabel
yang saling terkait serta hipotesis untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena-
fenomena yang terjadi di dunia nyata.
b. Suwardjono (1989) mendefinisikan teori sebagai berikut:
1) Sebagai lawan dari praktek.
2) Sebagai pembenaran (justification).
3) Sebagai penjelasan ilmiah (scienific explanation).
4) Sebagai model.
c. Teori menurut Hendriksen dan Van Breda (1992) sebagai berikut: ....
Seperangkat prinsip-prinsip yang saling terkait (coherent), yang bersifat hipotesis,
konseptual dan pragmatis yang membentuk rerangka referensi umum untuk
bidang pengetahuan tertentu (a field of inquiry).
3. Teori Akuntansi
Hendriksen dan Van Breda (1992) mendefinisikan teori akuntansi sebagai
berikut:....penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set
of broad priciples) yang memberikan rerangka referensi umum untuk mengevaluasi
praktek akuntansi dan memberikan pedoman dalam mengembangkan praktek dan
prosedur akuntansi yang baru. Definisi tersebut dapat dilihat bahwa teori
akuntansi tidak lepas dari praktek akuntansi karena tujuan utamanya adalah
menjelaskan praktek akuntansi berjalan dan memberikan dasar bagi pengembangan
praktek tersebut.
Macfoedz (1996) mendefinisikan teori akuntansi sebagai konsep, standar,
mode, hipotesis dan metoda yang saling terkait yang diekstraksi dari disiplin filosofi
akademi dan keilmuan untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena bisnis.
Secara umum, fungsi utama dari teori akuntansi adalah untuk memberikan
rerangka pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi
(Mathews and Perera, 1993). Lebih lanjut mereka mengatakan bahwa teori memiliki
karakteristik sebagai berikut:
a) memiliki body of knowledge;
b) konsisten secara internal;
c) menjelaskan dan/atau memprediksi fenomena;
d) menyajikan hal-hal yang ideal;
e) referen yang ideal untuk mengarahkan praktek;
f) membahas masalah dan memberikan solusi.
5
Meskipun berbagai pendapat teori akuntansi telah banyak dikembangkan,
namun tidak satupun dari teori tersebut yang mampu menjelaskan secara tuntas dan
menyeluruh tentang apa yang dinamakan teori akuntansi. Belkaoui (1993) juga
mengakui pendapat tersebut. Dia mengatakan harus diakui bahwa sampai saat ini
tidak ada teori akuntansi yang bersifat komprehensif (p 56). Teori yang sekarang
muncul dari pemakaian pendekatan yang berbeda, bukannya dihasilkan dari satu
teori tunggal yang komprehensif. Komite dari American Accounting
Association (AAA, 1997 : 1-2) juga menyatakan hal yang sama yaitu tidak teori
akuntansi tunggal yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan pemakai, yang ada
dalam literatur akuntansi keuangan bukanlah teori akuntansi, tetapi koleksi teori
yang digambaran sesuai dengan perbedaan pemakainya.
Peranan teori dalam akuntansi sangat berbeda dengan peranan teori yang
digunakan dalam ilmu pasti (natural science), dimana dalam ilmu pasti teori
dikembangkan dari hasil observasi empiris. Akuntansi cenderung dikembangkan atas
dasar pertimbangan nilai (value judgment), yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan
tempat akuntansi dipraktekkan. Teori tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk
kebijakan sebagai landasan dalam praktek akuntansi.
Hal inilah yang tidak terpikirkan oleh ilmuwan dari bidang lain sebaik apapun
teori yang dihasilkan, jika teori tersebut tidak sesuai dengan fenomena empiris,
maka teori tersebut akan diganti oleh teori lain yang lebih cocok dengan fenomena
tersebut (Ijiri, 1971).Teori akuntansi dapat dikatakan sebagai suatu konsep modern
jika dibandingkan dengan teori-teori lain seperti matematika atau fisik. Asasannya,
bahwa akuntansi dikembangkan dari model yang spesifik bukannya dikembangkan
secara sistematik dari teori yang terstruktur (Chambers, 1994).
6
ekonomi sebagai bahan informasi dalam hal mempertimbangkan berbagai alternative
dalam mengambil keputusan oleh para pemakainya .
Menurut komite terminologi American Institute of Certified Public Accounting
(AICPA): Akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan,dan peringkasan transaksi
dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk
satuan uang, dan penginterprestasian hasil proses tersebut.
Untuk melaksanakan suatu praktik akuntansi yang baik, tidak cukup hanya
mempelajari akuntansi secara praktik saja. Karena dibalik praktik akuntansi terdapat
berbagai gagasan, asumsi dasar, konsep, penjelasan yang semuanya terangkum dalam
teori akuntansi. Teori akuntansi sendiri merupakan suatu pengetahuan yang menjelaskan
mengapa praktik akuntansi masih berjalan sampai saat ini.
Dari definisi-definisi mengenai teori dan akuntansi di atas, dapat dilihat bahwa teori
akuntansi tidak lepas dari praktik akuntansi karena tujuan utamanya adalah menjelaskan
praktik akuntansi dan memberikan dasar bagi pengembangan praktik tersebut. Teori
akuntansi adalah susunan konsep, definisi, dalil yang menyajikan secara sistematis
gambaran fenomena akuntansi yang menjelaskan hubungan antarvariabel dengan
variable lainnya dalam struktur akuntansi dengan maksud dapat mejelaskan dan
meramalkan fenomena yang mungkin akan muncul.
D. DASAR-DASAR AKUNTANSI SEBAGAI TEORI
Hendriksen menilai teori akuntansi sebagai satu susunan prinsip umum akan dapat:
1. Memberikan kerangka acuan yang umum dari mana praktek akuntansi dinilai.
2. Teori akuntansi yang dirumuskan tidak akan mampu mengikuti perkembangan
ekonomi, sosial, teknologi, dan ilmu pengetahuan yang demikian cepat.
Goldberg (1949) juga sependapat dengan Chambers bahwa akuntansi tidak didasarkan
pada cara-cara yang sitematis. Goldberg menyatakan: Tidak ada teori akuntansi yang
dihasilkan dari periode Pacioli sampai awal abad 19. Berbagai usulan tentang teori
muncul disana- sini, tetapi tidak satupun yang menempatkan akuntansi pada cara-cara
yang sistematis.
7
Meskipun akuntansi tidak dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan murni, akuntansi
mungkin dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan sosial (social science). Seperti
halnya ilmu sosial lainnya, konsep akuntansi tidak didasarkan pada kebenaran yang
sifatnya universal (Glautier and Underdown, 1994). Konsep akuntansi berdasarkan pada
sistem nilai masyarakat dimana akuntansi dipraktekkan.
Belkaoui yang menyatakan bahwa tidak ada teori akuntansi yang lengkap pada setiap
kurun waktu. Oleh karena itu teori akuntansi harus juga mencakup semua literature
akuntansi yang memberikan pendekatan yang berbeda-beda satu sama lain. Sesuai
dengan kesimpulan di atas American Accounting Associations Committee on Concepts
and Standard for External Reports yang menyebutkan bahwa:
1. Tidak ada teori akuntansi keuangan yang lengkap yang mencakup dan memenuhi
keingainan semua keadaan dan waktu dengan efektif, oleh karenanya.
2. Di dalam literature akuntansi keuangan yang ada bukan teori akuntansi tetapi
kumpulan teori yang dapat dirumuskan mengatasi perbedaan-perbedaan persyaratan
yang diinginkan para pemakai laporan keuangan.
Dalam perumusan teori akuntansi tidak dapat hanya mengandalkan teori saja, harus
menggunakan literatur akuntansi dan disiplin ilmu yang relevan. Namun teori akuntansi
merupakan instrumen yang sangat penting dalam menyusun dan memverifikasi prinsip
akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk disajikan kepada
para pemakainya.
8
Dalam metode ini yang merumuskan teori akuntansi adalah organisasi
profesi yang mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengatur praktek
akuntansi.
b. Pendekatan Teoritis terbagi atas :
1) Pendekatan Deduktif
Perumusan dimulai dari perumusan dalil dasar akuntansi (postulat dan
prinsip akuntansi) dan selanjutnya diambil kesimpulan logis tentang teori
akuntansi mengenai hal yang dipersoalkan. Pendekatan ini dilakukan dalam
penyusunan struktur akuntansi dimana dirumuskan dulu tujuan laporan
keuangan, rumuskan postulat, kemudian prinsip, dan akhirnya lebih khusus
menyusun teknik atau standar akuntansi.
2) Pendekatan Induktif
Penyusunan teori akuntansi didasarkan pada beberapa observasi dan
pengukuran khusus dan akhirnya dari berbagai sampel dirumuskan fenomena
yang seragam atau berulang (informasi akuntansi) dan diambil kesimpulan
umum (postulat dan prinsip akuntansi).
c. Pendekatan Sosial
Yang menjadi perhatian utama dalam perumusan teori akuntansi adalah
dampak social dari teknik akuntansi. Jadi yang menjadi perhatian bukan
pemakai langsung, tetapi juga masyarakat secra keseluruhan.
d. Pendekatan Makro Ekonomi
Pendekatan ekonomi dalam perumusan teori akuntansi menekankan pada
control perilaku indikator makro ekonomi yang menghasilkan perumusan
teori akuntansi. Dengan demikian, pemilihan teknik akuntansi didasarkan
pada dampaknya pada ekonomi nasional. Dapat disimpulkan bahawa teknik
dan kebijakan akuntansi harus dapat menggambarkan realitas ekonomi dan
pilihan terhadap teknik akuntansi harus tergantung pada konsekuensi
ekonomi.
e. Pendekatan Eklektif
Merupakan pendekatan dalam perumusan teori akuntansi dimana teori
akuntansi dirumusan tidak hanya pada satu pendekatan saja, melainkan
kombinasi dari pendekatan-pendekatan yang ada.
9
1993), lebih ditekankan pada pendekatan dedukif dan induktif dengan alasan
bahwa pendekatan ini sering digunakan dibanding dengan empat pendekatan
yang lain.
1) Pendekatan Deduktif
Perumusan teori akuntansi yang didasarkan pada pendekatan deduktif,
dimulai dari proposisi akuntansi dasar sampai dihasilkan prinsip akuntansi
yang rasional sebagai pedoman dan dasar untuk mengembangkan teknik-
teknik akuntansi.
Keuntungan pendekatan deduktif adalah kemampuan untuk merumuskan
struktur teori yang konsisten, terkoordinasi, lengkap dan setiap tahapan
berjalan secara logis. Dengan cara demikian, konsistensi internal (internal
consistency) antar preposisi dapat tercapai. Lebih lanjut dapat dikatakan
bahwa setiap prinsip dapat diuji logika kebenarannya dan dapat digunakan
untuk menentukan apakah digunakan sebagai standar dalam mengevaluasi
berbagai praktek akuntansi (Salmonson, 1969).
Kelemahan pendekatan deduktif didasarkan pada postulat dan tujuan
tertentu yang kemungkinan salah. Apabila hal ini terjadi, otomatis prinsip
yang dihasilkan juga sala. Di samping itu, pendekatan deduktif juga terbukti
sering menghasilkan prinsip yang terlalu teoritis sehingga tidak dapat
diterapkan dalam praktek. Implikasinya, pendekatan ini kurang teruji dalam
praktek.
2) Pendekatan Induktif
Littleton (1953) bahwa prinsip akuntansi dapat dihasilkan secara
induktif dengan melakukan pengujian empiris terhadap kegiatan akuntansi.
Hal ini didukung (Moonitz) mengatakan bahwa observasi terhadap data
akuntansi kelihatan lebih tepat dengan pendekatan induktif. Pendapat ini juga
didukung oleh Schrder (1962 : 645) yang menyatakan bahwa perumusan
teori akuntansi dapat dilakukan secara induktif dengan cara mengobservasi
data keuangan yang dihasilkan dari transaksi bisnis.
Menurut Belkaoui (1993), proses induktif melibatkan kegiatan
observasi mengenai data keuangan yang berkaitan dengan berbagai unit
usaha. Dari hasil observasi tersebut, kemudian dilakukan generalisasi dan
dirumuskan prinsip-prinsip akuntansi sesuai hubungan yang ada. Langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut: (a) mencatat semua observasi; (b)
menganalisis dan mengklasifikasikan hasil observasi, sehingga dapat
10
dirumuskan berbagai kesamaan dan ketidaksamaan; (c) hasil observasi
kemudian digeneralisasi; serta (d) pengujian terhadap generalisasi.
11
akuntansi sebagai penalaran logis bersifat normatif, sintaktik, semantik, dan deduktif,
sedangkan teori akuntansi sebagai sains bersifat positif, pragmatik, dan induktif.
Suwardjono (2005) menjelaskan bahwa berbagai teori akuntansi diatas harus
diuji atau diverifikasi validitasnya secara tepat atas dasar penalaran logis, bukti
empiris, daya prediksi, dan standar nilai yang telah disepakati. Validitas akan lebih
meyakinkan bila penalaran dilandasi oleh konsep yang relevan dan moralitas yang
tinggi.
F. Peranan Teori Akuntansi
Teori akuntansi memiliki banyak peranan dalam mengatasi permasalahan-
permasalahan dalam praktik akuntansi. Diantaranya adalah :
Pertama, teori akuntansi memberikan logika penalaran untuk mengevaluasi dan
mengembangkan praktek akuntansi. Belcaoui (1985) dalam bukunya Teori Akuntansi
edisi ke-2 menyatakan bahwa teori akuntansi memberikan seperangkat prinsip yang
koheren yang diturunkan secara logis yang berlaku sebagai kerangka acuan guna
mengevaluasi dan mengembangkan praktek akuntansi. Peranan teori akuntansi yang
dikemukakan oleh Belcoui (1989) sebenarnya secara eksplisit telah dikemukakan oleh
Hendriksen (1982) dalam Anis Chariri dan Imam Gozali (2001) yaitu penalaran logis
dalam bentuk seperangkat prinsip-prinsip yang luas (a set of broad principles) yang
memberikan rerangka referensi umum untuk mengevaluasi praktik akuntansi dan
memberikan pedoman dalam mengembangkan praktik dan prosedur baru.
Lebih lanjut perumusan teori akuntansi timbul karena adanya kebutuhan untuk
memberikan logika penalaran tentang apa yang dilakukan oleh akuntan atau apa yang
akan dilakukan oleh akuntan. Hal ini juga didukung oleh teori akuntansi positif yang
menyatakan bahwa tujuan akuntansi positif untuk menjelaskan dan memprediksi praktek
akuntansi. Penjelasan berarti memberikan alasan-alasan terhadap praktek yang diamati
dan prediksi terhadap praktek akuntansi berarti berusaha memprediksi fenomena yang
belum diamati (Watts dan Zimmerman, 1986).
Kedua, peranan teori akuntansi sebagai pedoman dalam memilih teknik-tekni serta
metode-metode dalam menyiapkan laporan keuangan. Mattews dan Perrera (1993)
menyatakan bahwa fungsi utama dari teori akuntansi adalah memberiakn kerangka acuan
pengembangan ide-ide baru dan membantu proses pemilihan akuntansi.
Sebaliknya kerangka acuan ini didasarkan pada penetapankonsep dan prinsip akuntansi.
Dalam hal ini teori akuntansi memberikan pedoman kepada praktisi atau profesi
akuntansi untuk memilih tekhnik-tekhnik akuntansi yang dianggap sebagai praktek yang
benar dalam menyiapkan laporan keuangan.
12
Ketiga, peranan teori akuntansi sebagai kerangka referensi untuk memecahkan
masalah akuntansi yang belum diatur oleh standar-standar akuntansi yang sekarang ini
ada. Belcoui (1993) menyatakan bahwa kerangka konseptual dapat dipandang sebagai
teori akuntansi yang terstruktur. Ini disebabkan karena struktur kerangka konseptual
sama dengan struktur teori akuntansi yang didasarkan pada proses penalaran logis.
Anis Chariri dan Imam Ghazali berpendapat bahwa atas dasar penalaran itu, teori
merupakan proses pemikiran menurut kerangka konseptual tertentu untuk menjelaskan
kenyataan yang terjadi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila ada fakta atau
fenomena baru. Menurut penjelasan diatas maka teori akuntansi secara tidak langsung
memiliki peranan yang sama dengan kerangka konseptual yaitu sebagai kerangka acuan
apabila masalah akuntansi yang miuncul belum diatur dalam standar akuntansi. Dalam
hal ini teori akuntansi berusaha dijadikan sebagai teori akuntansi yang dapat diterima
umum melalui pendekatan kerangka konseptual.
Demikian dijelaskan bahwa teori akuntansi sangat berperan untuk memecahkan
masalah akuntansi yang belum diatur oleh standar-standar yang ada, namun teori
akuntansi yang selama ini bekembang belum cukup sempurna. Sampai saat ini tidak ada
teori akuntansi tunggal yang bersifat komprehensif dalam menyelesaikan semua masalah
akuntansi. Teori yang selama ini masih bersifat parsial. American Accounting
Association (AAA, 1977) mengatakan tidak ada teori akuntansi tunggal yang mampu
memenuhi berbagai kebutuhan pemakai, yang ada dalam literatur akuntansi tunggal yang
mampou memenuhi berbagai kebutuhan pemakai, yang ada dalam literatur akuntansi
keuangan bukanlah teori akuntansi, tetapi koleksi teori yang digambarkan sesuai dengan
perbedaan pemakainya.
DAFTAR PUSTAKA
13