Presentasi Kasus Ali
Presentasi Kasus Ali
TINJAUAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. MFJ
Tanggal lahir/usia : 13 November 2002 ,13 tahun 11 bulan
Jenis kelamin : Laki laki
Alamat : Cipinang Jagal Jakarta Timur
No RM : 02-27-19-71
Masuk bangsal : 27 Oktober 2016, pukul 02:17
Ruang rawat : Bougenville Atas
ANAMNESIS
Alloanamnesis pada tanggal 27 Oktober 2016 pukul 07.00 dengan Ibu pasien di Bougenville
Atas
Keluhan Utama
Batuk Berdahak sejak 7 hari yang lalu
Keluhan Tambahan
Demam , mual muntah, nyeri dada saat batuk, badan terasa lemas
Riwayat Makanan
- 0 6 Bulan : ASI
- 6 9 Bulan : ASI + makanan lunak
- 9 12 Bulan : ASI + makanan lunak seperti nasi tim 3x sehari , telur, ayam
Kesan: nutrisi cukup
Riwayat Imunisasi
Umur Vaksin
Hepatitis B Saat Lahir, 1 Bulan, 6 Bulan
Polio Ibu pasien lupa bulan2 nya, namun dikatakan
sudah mendapatkan imunisasi
polio lengkap 5x
BCG Ibu pasien lupa bulan pemberiannya, namun
dikatakan sudah mendapatkan
imunisasi BCG
DTP Ibu pasien lupa bulan pemberiannya, namun
dikatakan sudah mendapatkan
imunisasi DTP
Campak Ibu pasien lupa bulan pemberiannya, namun
dikatakan sudah mendapatkan
imunisasi BCG
Kesan : Kelengkapan imunisasi sulit dinilai karena ibu pasien lupa bulan
pemberian nya dan lupa sudah diberikan berapa kali imunisasinya.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tenang, Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Nadi : 90 kali/menit, reguler, kuat, isi cukup
Respirasi : 36 kali/menit
Suhu : 38,1 C
Berat badan : 39 kg
Tinggi Badan : 150 cm
Status gizi (berdasarkan
BB/U : 39/45 x 100% = 86%
TB/U : 150/155 x 100% = 96% = gizi baik
BB/TB : 39/41x100% = 95% = gizi baik
Kesimpulan : gizi baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap dan elektrolit 27 Oktober 2016 pukul 03.43
Hb : 12,3 gr/dL
Ht : 35.5%
Leukosit : 15,56 ribu/mm3
Trombosit : 222 ribu/mm
Hitung Jenis:
Basofil: 0.1
Eosinofil : 0.0 L
Neutrofil: 80.1 H
Limfosit: 11.2 L
Monosit: 8.6 H
Cor Normal
Pulmo Konsolidasi heterogen diparu kanan kiri bawah
Hilus normal
Sinus diapraghma dan tulang2 normal
Kesan: Pneumonia
RESUME
Pasien seorang anak laki - laki, usia 13 tahun, mengalami batuk-batuk sejak kurang lebih 2
minggu lalu, batuk awalnya kering, tidak disertai demam dan sesak, semenjak 1 minggu
terakhir batuk menjadi berdahak, diikuti demam tinggi, dan pasien menjadi sesak. Pasien juga
mengeluhkan nyeri dada saat batuk.
DIAGNOSA KERJA
Pneumonia
DIAGNOSA BANDING
Suspek TB
ANJURAN PEMERIKSAAN
Kultur Darah
Cek Sputum BTA 3X
Uji Tuberkulin
PENATALAKSANAAN
1. Cairan Maintenance IVFD KAEN 1 B :
100 CC X 10 + 50 CC X 10 + 25 CC X 19 = 1975 CC/HARI : 72 = 27 tpm makro
2. Oksigen 2 lpm nk
3. Ampicilin 4x500 mg iv 4 kali sehari
4. Chlorampenicol 4x500 mg iv 4 kali sehari
5. Inhalasi Ventolin bila perlu
PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam : ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveoulus dan jaringan
interstritial yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan benda-benda asing. WHO
(World Health Organization) mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan penemuan klinis
yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan.2
II.2 Epidemiologi
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta
anak balita meningal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia
Tenggara. Menurut survei kesehatan nasional 2001, 27% kematian bayi, 22,8% kematian
balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit respiratori, terutama pneumonia.1
II.3. Etiologi
Usia pasien merupakan faktor yang memegang peranan penting pada perbedaan dan
kekhasan pneumonia anak, terutama dalam spektrum etiologi, gambaran klinis dan strategi
pengoatan. Spektrum mikroorganisme penyabab pada neonatus dan bayi kecil berbeda
dengan anak yang lebih besar. Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus gurp B dan bakteri Gram negatif seperti E.colli, Pseudomonas sp, atau
Klebsiella sp. Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering disebabkan oleh
infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus influenzae tipe B, dan Staphylococcus
aureus, sedangkan pada anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering juga
ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae. Dinegara maju, pneumonia pada anak terutama
disebabkan oleh virus, disamping bakteri, atau campuran bakteri virus. (tabel 1)
Penyebab utama virus adalah Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang mencakup 15-
40% kasus diikuti virus influenza A dan B, parainfluenza, human metapneumovirus dan
adenovirus. Nair, et al 2010 melaporkan estimasi insidens global pneumonia RSV anak-balita
adalah 33.8 juta episode baru di seluruh dunia dengan 3.4 juta episode pneumonia berat yang
perlu rawat-inap. Diperkirakan tahun 2005 terjadi kematian 66.000 -199.000 anak balita
karena pneumonia RSV, 99% di antaranya terjadi di negara berkembang. Data di atas
mempertegas kembali peran RSV sebagai etiologi potensial dan signifikan pada pneumonia
anak-balita baik sebagai penyebab tunggal maupun bersama dengan infeksi lain.2
Daftar etiologi pneumonia pada anak sesuai dengan usia yang bersumber dari data di
Negara maju dapat dilihat di tabel.
II.4. Klasifikasi
WHO merekomendasikan penggunaan peningkatan frekuensi napas dan retraksi
subkosta untuk mengklasifikasikan pneumonia di negara berkembang. Namun demikian,
kriteria tersebut mempunyai sensitivitas yang buruk untuk anak malnutrisi dan sering
overlapping dengan gejala malaria.
Klasifikasi pneumonia berdasarkan WHO dijelaskan pada tabel berikut2 :
Klasifikasi Anak usia < 2 bulan Anak usia 2 bulan 5 tahun
Pneumonia Kesadaran turun, Kesadaran turun, letargis
San Tidak mau minum
letargis
gat Tidak mau menetek / Kejang
Sianosis
Bera minum Malnutrisi
Kejang
t
Demam atau
hipotermia
Bradipnea atau
pernapasan ireguler
Pneumonia Napas cepat Retraksi (+)
Bera Retraksi yang berat Masih dapat minum
Sianosis (-)
t
Pneumonia Takipnea
Ring Retraksi (-)
an
Tabel 2. Klasifikasi beratnya pneumonia berdasarkan WHO.2
II.5. Patofisiologi :
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin dilakukan kecuali
pada pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit. Untuk pemeriksaan mikrobiologik,
spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan bronkus, darah, pungsi
pleura, atau aspirasi paru
II.9. Diagnosis
Pneumonia Ringan
Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja. Dan dipastikan
anak tidak memiliki tanda tanda pneumonia berat.
Kriteria napas cepat :
- pada anak umur 2 bulan
11 bulan : > 50 kali/menit
- pada anak umur 1 tahun 5
tahun : > 40 kali/menit
Pneumonia Berat
Terdapat batuk dan/atau kesulitan bernapas ditambah minimal salah satu hal berikut :
Kepala terangguk angguk
Pernapasan cuping hidung
Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
Foto rontgen dada menunjukan gambaran pneumonia (infilrat luas, konsolidasi, dll)
Selain itu dapat ditemukan pula hal berikut ini :
- Napas cepat :
o Anak umur < 2 bulan : > 60 kali /menit
o Anak umur 2 11 bulan : > 50 kali/menit
o Anak umur 1 5 tahun : > 40 kali/menit
o Anak umur > 5 tahun : > 30 kali/menit
- Suara merintih (grunting) pada bayi muda
- Pada auskultasi terdengar :
o Crackles (ronki)
o Suara pernapasan menurun
o Suara pernapasan bronkial
Dalam keadaan yang sangat berat dapat dijumpai :
-Tidak dapat menyusu atau minum/makan, atau memuntahkan semuanya
-Kejang, letargis atau tidak sadar
-Sianosis
-Distres pernapasan berat
II.12. Penatalaksanaan
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi perawatan
terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis, distres pernapasan, tidak
mau makan/minum, atau ada penyakit dasar yang lain, komplikasi, dan terutama
mempertimbangkan usia pasien. Neonatus dan bayi kecil dengan kemungkinan klinis
pneumonia harus dirawat inap.
Bayi Anak
Saturasi oksigen < 92%, sianosis Saturasi oksigen <92%, sianosis
Frekuensi napas > 60 kali/menit Frekuensi napas > 50 kali/menit
Distres pernapasan, apnea intermiten, Distres pernapasan
atau grunting
Tidak mau minum/menetek Grunting
Keluarga tidak bisa merawat di rumah Terdapat tanda dehidrasi
Keluarga tidak bisa merawat di rumah
Tabel 6. Kriteria rawat inap pneumonia2
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal dengan antibiotik
yang sesuai, serta tindakan suportif. Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena,
terapi oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbangan asam basa, elektrolit, dan gula
darah. Untuk nyeri dan demam dapat diberikan analgetik/antipiretik. Penyakit penyerta harus
ditanggulangi dengan adekuat.
Penggunaan antibiotik yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan pengobatan.
Terapi antibiotik harus segera diberikan pada anak dengan pneumonia yang diduga
disebabkan oleh bakteri.
Identifikasi dini mikroorganisme penyebab tidak dapt dilakukan karena tidak
tersedianya uji mikrobiologis cepat. Oleh karena itu, dipilih berdasarkan pengalaman empiris
yakni didasrkan pada kemungkinan etiologi penyebab dengan mempertimbangkan usia dan
keadaan klinis pasien serta epidemiologis.
Tatalaksana Umum
Pasien dengan saturasi oksigen < 92% pada saat bernapas dengan udara kamar, harus
diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup untuk
mempertahankan saturasi oksigen >92%
- Pada pneumonia berat atau asupan per oral kurang, diberikan cairan intravena dan
dilakukan balans cairan ketat
- Fisioterapi dada tidak bermanfaat dan tidak direkomendasikan untuk anak dengan
pneumonia
- Anitipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk menjaga kenyaman pasien
(Paracetamol 10-15 mg/kgBB/kali)
- Nebulisasi dengan 2 agonis dan/atau NaCl dapat diberikan untuk memperbaiki
mucocilliary clearance
- Pasien yang mendapatkan terapi oksigen harus diobservasi setidaknya setiap 4 jam
sekali, termasuk pemerikaan saturasi oksigen
Nutrisi
-Pada anak dengan distres pernapasan berat, pemberian makanan per oral, harus dihindari.
Makanan dapat diberikan lewat nasogastric tube (NGT) atau intravena. Tetapi harus
diingat bahwa pemasangan NGT dapat menekan pernapasan, khusunya pada bayi/anak
dengan ukuran lubang hidung kecil. Jika memang dibutuhkan sebaiknya menggunakan
yang terkecil.
- Perlu dilakukan pemantauan balans cairan agar anak tidak mengalami overhidrasi
karena pada pneumonia berat terjadi peningkatan sekresi hormon antidiuretik
Kriteria pulang:
- Gejala dan tanda pneumonia menghilang
- Asupan peroral adekuat
- Pemberian antibiotik dapat diteruskan dirumah (peroral)
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana kontrol dan kondisi
rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan dirumah.
II.13. Komplikasi
Komplikasi dari pneumonia adalah :
Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
Empiema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat
di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Infeksi sitemik
- Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
- Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
II.14. Prognosis
Sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada
ana dengan keadaan malnutrisi energi-protein dan datang terlambat untuk pengobatan. 6
Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat
dapat memperburuk keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi
esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan
tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama
dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh
faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri. 6
II.15. Pencegahan
Pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau mengobati
secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya bronkopneumonia ini. 5
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh
kaita terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti cara hidup sehat, makan makanan
bergizi dan teratur, menjaga kebersihan, beristirahat yang cukup, rajin berolahraga, dan
lainnya. Melakukan vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi
antara lain. 5
Vaksinasi pneumokokus
Dapat diberikan pada umur 2,4,6, 12-15 bulan. Pada umur 17-12 bulan diberikan 2
kali dengan interval 2 bulan ; pada usia > 1 tahun di berikan 1 kali, namun keduanya perlu
dosis ulangan 1 kali pada usia 12 bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada
anak umur di atas 2 tahun PCV diberikan cukup 1 kali. 5
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini pasien didiagnosa dengan pneumonia karena pada pasien didapatkan
gambaran klinis pneumonia pada anak yang bergantung pada berat ringannya infeksi yang
terjadi dan pada pasien ini ditemukan gejala infeksi umum seperti demam, penurunan nafsu
makan, mual, muntah dan badan terasa lemas. Gejala gangguan respiratori juga terjadi pada
pasien anak ini, seperti batuk yang awalnya kering menjadi berdahak, sesak napas, napas
cuping hidung, dan juga terdapat nya retraksi. Dan pada pemeriksaan fisik ditemukan suara
ronkhi basah halus pada paru-paru kanan maupun kiri.
Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal
atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm2 dengan limfosit predominan) dan bakteri leukosit
meningkat 15.000-40.000 /mm2 dengan neutrofil yang predominan.
Diagnosis pada kasus ini ditegakan karena adanya gejala sesak nafas disertai pernafasan
cuping hidung dan tarikan dinding dada, panas badan, ronki basah halus pada kedua paru.
Dari kasus ini dapatkan peningkatan leukosit dan neutrofil yang perdominan sehingga
mengarahkan kecurigaan penyebabnya adalah bakteri.
Penatalaksanaan pada pasien ini diberikan sesuai protokol terapi pneumonia berat
yakni diberikan kombinasi antibiotik Ampisilin-Kloramfenikol. Ampisilin (50 mg/kgBB) /
500 mg/x untuk dewasa dan anak dengan berat badan >20 kg, diberikan 4 kali sehari
(Ampisilin 4 x 500 mg IV) dan Kloramfenikol (50 mg/kgBB) dalam dosis terbagi 3-4x /hari
(Kloramfenikol 4 x 500 mg IV). Dapat pula diberikan B2 agonis berupa inhalasi ventolin
yang berguna untuk meningkatkan fungsi mukosilier saluran pernapasan. Serta diberikan obat
simtomatis antipiretik-analgetik paracetamol tab 500 mg, 3x1 ,diminum jika demam.
Prognosis pada pneumonia ini adalah sembuh total, mortalitas kurang dari 1 %,
mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-
protein dan datang terlambat untuk pengobatan.
Penyakit pneumonia dapat dicegah dengan menghindari kontak dengan penderita atau
mengobati secara dini penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya pneumonia ini.
Selain itu hal-hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan daya tahan tubuh kaita
terhadap berbagai penyakit saluran nafas seperti cara hidup sehat, makan makanan bergizi
dan teratur, menjaga kebersihan ,beristirahat yang cukup, rajin berolahraga dll. Melakukan
vaksinasi juga diharapkan dapat mengurangi kemungkinan terinfeksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Garna, Herry, dkk. 2005. Pedoman diagnosis dan terapi. Bandung : UNPAD
2. Hegar, Badriul. 2010. Pedoman Pelayanan Medis. Jakarta : IDAI.
3. Latief, Abdul, dkk. 2009. Pelayanan Kesehatan anak di rumah sakit standar WHO.
Jakarta : Depkes
4. Rahajoe N, Supriyanto B, setyanto D. Respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI; 2013
5. Sastroasmoro, Sudigdo, dkk. 2009. Panduan pelayanan medis dept. IKA. Jakarta :
RSCM
6. Rahajoe, Nastini.N., dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi, Edisi 1. Jakarta : IDAI
7. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu kesehatan anak
esensial. Edisi ke-6. Singapura: Elsevier; 2014