Anda di halaman 1dari 10

Waspadai Bahaya Fogging

By Redaksi Majalah Anakku on 17/01/2014 Wah, Anakku Sakit Lagi


[quote type=center]Demam berdarah masih membayangi Indonesia. Masih banyak masyarakat yang
menganggap fogging sebagai pencegahan penyakit khas negeri tropis dengan demam berpola tapal kuda ini.
[/quote] Demam berdarah dengue (DBD) masih mewabah, apalagi di musim yang tak menentu seperti sekarang ini.
WHO memperkirakan 50 juta warga dunia yang terinfeksi demam berdarah, terutama anak-anak, setiap tahunnya
16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia. Di Indonesia sendiri, berdasarkan data dari Departemen
Kesehatan RI selama Juli-Agustus 2005, terdapat 14 propinsi yang menderita DBD sebanyak 1.781 orang dengan
kejadian meninggal sebanyak 54 orang.

Sepanjang Januari hingga pertengahan Desember 2011, di Sumsel tercatat ada 1.721 kasus demam berdarah
dengan angka kematian 19 jiwa. Tahun 2010, jumlah penderita demam berdarah di Sumsel 1.143 orang.

Apa itu DBD ?

DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya disebarkan oleh nyamuk
Aedes aegypti. Oleh karena itu, langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran DBD adalah dengan
memotong siklus penyebarannya dengan memberantas nyamuk tersebut.

Pemberantasan nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penular DBD dapat dilakukan dengan cara :

1. fogging, yaitu pengasapan untuk membunuh nyamuk dewasa;

2. abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 g untuk 100 liter air pada tampungan air yang ditemukan
jentik nyamuk;

3. penyuluhan 3M, penggerakan masyarakat dalam PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan 3M, yaitu
menguras, menutup tampungan air dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk.

Jenis Fogging

Sebenarnya, ada dua jenis fogging yang dilakukan, yaitu fogging massal yang dilakukan sebelum dan sesudah
musim hujan di lokasi rawan DBD dan fogging fokus yang dilakukan di musim hujan khusus di tempat kasus DBD
yang ditemukan.

Kandungan asap pada fogging

Dalam program pemberantasan DBD, racun serangga yang digunakan untuk fogging adalah golongan
organophosporester insectisida seperti malation, sumithion, fenithrothion, perslin, dan lain-lain. Paling banyak dan
sering digunakan adalah malation. Insektisida malation sudah digunakan oleh pemerintah dalam fogging sejak
tahun 1972 di Indonesia. Namun untuk pelaksanaan fogging dengan fog machine, malation harus diencerkan
dengan penambahan solar atau minyak tanah.

Bahaya fogging

Fogging sangat mencemari lingkungan dan akhirnya mencemari manusia. Selain itu, tindakan fogging harganya
mahal dengan hasilnya yang tidak begitu signifikan bahkan akan membuat nyamuknya menjadi resisten (kebal dan
tak mati karena fogging).

Dari Jurnal Epidemiolgy tahun 1992 juga diteliti mengenai hubungan antara paparan malation dengan kejadian
kelainan gastrointestinal (saluran cerna). Ditemukan bahwa wanita hamil yang terpapar malation mempunyai risiko
2,5 kali lebih besar anaknya menderita kelainan gastrointestinal.

Masalah lain yang juga pernah diteliti adalah paparan terhadap malation ini mengakibatkan gagal ginjal, gangguan
pada bayi baru lahir, kerusakan gen dan kromosom pada bayi dalam kandungan, kerusakan paru, dan penurunan
sistem kekebalan tubuh. Malation juga diduga mempunyai peran terhadap 28 gangguan, mulai dari gangguan
gerakan sperma hingga kejadian hiperaktif pada anak.

Belum lagi bahaya dari solar yang menjadi bahan pengencer malation. Hasil pembakarannya mengikat hemoglobin
(Hb) dalam darah dibandingkan oksigen. Selain itu, racun hasil pembakarannya mengakibatkan radang paru-paru
(sembuh 6-8 minggu), penyumbatan bronchioli (dapat meninggal 3-5 minggu), serta iritasi dan produksi lendir
berlebihan pada saluran napas.
Bahaya jangka panjang

Bahaya dari pestisida termasuk insektisida dalam penanganan DBD dapat menimbulkan dampak kronis pada
tubuh.

1. sistem syaraf, berupa masalah ingatan yang gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian,
kelumpuhan, kehilangan kesadaran dan koma;

2. perut, berupa muntah-muntah, sakit perut dan diare;

3. sistem kekebalan dan keseimbangan hormon.

Dampak jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh racun tersebut akan bersifat karsinogenik (pembentukan
jaringan kanker pada tubuh); mutagenik (kerusakan genetik untuk generasi yang akan datang); teratogenik
(kelahiran anak cacad dari ibu yang keracunan), dan residu sisa berbahaya bagi konsumen.

Sebab fogging mengandung zat yang bersifat racun maka jika disemprotkan ke rumah-rumah penduduk akan
sangat berbahaya bagi seluruh anggota keluarga, terlebih anak-anak dan balita.

Meskipun pihak pembuat bahan ini telah melakukan uji keamanan, kita harus semakin menyadari bahwa ada
risiko-risiko yang akan kita tanggung apabila terpapar bahan tersebut.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi, dr. Anne Nur Candhani Handayani, seperti yang dilansir pada
Berita Bekasi pengasapan hanya bisa membunuh nyamuk yang besar sedangkan jentik-jentik nyamuk tetap bisa
hidup dan menjadi dewasa. Oleh karenanya, cara pencegahan dan penularan nyamuk demam berdarah cara yang
paling baik adalah melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSM) dengan cara menguras, menutup, dan mengubur
(3M).

Dinkes Ingatkan Efek Negatif Fogging DBD


Thursday, 18 February 2016, 16:00 WIB

BOGOR Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Jawa Barat, mengingatkan efek negatif yang ditimbulkan dari
kegiatan fogging atau pengasapan untuk mencegah wabah demam berdarah dangue (DBD). Karena itu, Warga
Bogor lebih disarankan untuk melakukan gerakan pemberantasan nyamuk (PSN).

"Fogging selain biayanya mahal, tidak begitu signifikan memberantas jentik nyamuk. Hanya mampu membunuh
nyamuk dewasa, bahkan membuat nyamuk resisten atau kebal," kata Kepala Dinkes Kota Bogor, Rubaeah, Rabu
(17/2).

Menurut Rubaeah, dalam Jurnal Epidemiology 1992, telah diteliti mengenai hubungan antara paparan melation
atau pestisida yang biasa digunakan untuk fogging dan kejadian kelainan gastrointestinal (saluran cerna).
Ditemukan bahwa wanita hamil yang terpapar melation mempunyai risiko 2,5 kali lebih besar dari anaknya
menderita kelainan saluran cerna.

Masalah lain dari paparan malation ini, kata Rubaeah, mengakibatkan gagal ginjal, gangguan pada bayi baru lahir,
kerusakan gen dan kromosom pada bayi dalam kandungan, kerusakan paru, dan penurunan sistem kekebalan
tubuh. "Malation juga diduga mempunyai peran terhadap 28 gangguan, mulai dari gangguan gerakan sperma
hingga kejadian hiperaktif pada anak," katanya.

Tidak hanya itu, lanjut Rubaeah, masih ada bahaya penggunaan solar yang menjadi bahan pengencer malation.
Hasil pembakarannya mengikat hemoglobin (Hb) dalam darah dibandingkan oksigen. "Racun hasil pembakarannya
mengakibatkan radang paru-paru, penyumbatan bronchioli, serta iritasi dan produksi lendir berlebihan pada saluran
napas," katanya.

Rubaeah melanjutkan, bahaya jangka panjang dari penggunaan pestisida, termasuk insektisida, dalam penanganan
DBD adalah menimbulkan dampak kronis pada tubuh. Di antaranya, sistem saraf berupa masalah ingatan yang
gawat, sulit berkonsentrasi, perubahan kepribadian, kelumpuhan, kehilangan kesadaran, dan koma.

"Bahaya lainnya, gangguan di perut, berupa muntah-muntah, sakit perut dan diare, serta sistem kekebalan dan
keseimbangan hormon terganggu," katanya.

Kepala Dinkes Kotag Bogor ini menyatakan, dampak jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh racun
tersebut akan bersifat karsinogenik (pembentukan jaringan kanker pada tubuh), mutagenik (kerusakan genetik
untuk generasi yang akan datang), teratogenik (kelahiran anak cacat dari ibu yang keracunan), dan residu sisa
berbahaya bagi konsumen. "Sebab, fogging mengandung zat yang bersifat racun. Maka, jika disemprotkan ke
rumah-rumah penduduk, akan sangat berbahaya bagi seluruh anggota keluarga, terutama anak dan balita," ucapnya.

Menurut Rubaeah, pihak pembuatan bahan fogging memang telah melakukan uji keamanan, tetapi setiap warga
harus tetap menyadari bahwa ada risiko yang akan ditanggung apabila terpapar bahan-bahan tersebut. "Kami tak
berharap mengatasi satu masalah, yakni DBD, tetapi timbul masalah kesehatan lainnya. Apalagi, pengasapan hanya
bisa membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentiknya tidak," katanya.

Karena itu, lanjut Rubaeah, upaya untuk mencegah penyebaran DBD di masyarakat yang paling efektif adalah
melalui pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 3M plus. PSN pun hendaknya rutin dilakukan minimal sepekan
sekali di setiap rumah oleh pemiliknya sendiri.

Caranya, kata Rubaeah, adalah dengan 3M plus, yakni menutup tempat penampungan air, menguras dan menyikat
bak mandi, mengubur barang bekas, seperti kaleng bekas, botol minuman, ban bekas, ataupun sampah yang
memungkinkan air tergenang. "Gunakan bubuk larvasida seperti abate ke dalam tempat penampungan air yang
sulit dikuras, seperti drum, toren, bak, atau kolam yang tidak beralaskan tanah, dengan dosis satu sendok makan
untuk 100 liter air," katanya.

Selanjutnya, sambung Rubaeah, memelihara ikan pemakan jentik, tidak menggantungkan pakaian, menggunakan
kawat nyamuk, menggunakan repellent, dan memasang ovitrap (perangkap telur atau jentik nyamuk). "Bila PSN
dilakukan rutin oleh seluruh rumah minimal sepekan sekali, DBD bisa kita cegah bersama-sama," katanya.

Saat ini Dinkes Kota Bogor menyatakan siaga terhadap penyebaran DBD dengan melakukan upaya antisipasi guna
menekan jumlah kasus yang terjadi di beberapa wilayah. "Kami tidak ingin jumlah warga yang terserang DBD
terus meningkat. Harus dilakukan upaya pencegahan," katanya.

Memasuki puncak musim hujan yang diperkirakan pada Februari 2016, kasus DBD di Kota Bogor masih terjadi.
Sejak Januari hingga 16 Februari 2016, pasien DBD di Kota Bogor mencapai 258 orang. "Total kasus hingga 16
Februari 2016 mencapai 258 orang," kata Kabag Humas Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor Encep Mohammad Ali
Alhamidi, Rabu.

Encep menambahkan, pada Januari 2016 total kasus DBD di Kota Bogor mencapai 176 orang. Sementara,
memasuki Februari 2016 mulai menurun karena baru tercatat sebanyak 82 kasus pasien DBD. Sejak kasus DBD
meningkat, pemkot mencatat kematian karena DBD sudah mencapai dua orang. antara/c32, ed: Endro Yuwanto

Kendalikan DBD Dengan PSN 3M Plus

Dipublikasikan Pada : Minggu, 07 Februari 2016 00:00:00, Dibaca : 23.326 Kali

Jakarta, 7 Februari 2016

Setiap tahun, kejadian penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Indonesia cenderung meningkat
pada pertengahan musim penghujan sekitar bulan Januari, dan cenderung turun pada bulan
Februari hingga ke penghujung tahun.

Sepanjang Januari 2016 Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian
Kesehatan mencatat 3.298 kasus DBD dengan jumlah kematian sebanyak 50 kasus di Indonesia.
Sementara di daerah KLB tercatat 492 kasus, 25 kasus diantaranya meninggal. KLB terjadi di 11
Kabupaten/Kota di 7 Provinsi.

Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini sangat menentukan.
Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus
dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program PSN ,
yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air
seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es dan lain-
lain 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, kendi,
toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas
yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular Demam Berdarah.

Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti 1)
Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan; 2)
Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3) Menggunakan kelambu saat tidur; 4) Memelihara
ikan pemangsa jentik nyamuk; 5) Menanam tanaman pengusir nyamuk, 6) Mengatur cahaya dan
ventilasi dalam rumah; 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.

PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya
curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD,
sehingga seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim penghujan.

Selain PSN 3M Plus, sejak Juni 2015 Kemenkes sudah mengenalkan program 1 rumah 1 Jumantik
(juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat Demam Berdarah
Dengue. Gerakan ini merupakan salah satu upaya preventif mencegah Demam Berdarah Dengue
(DBD) dari mulai pintu masuk negara sampai ke pintu rumah.

Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko, yaitu: 1) Lingkungan
yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes; 2) Pemahaman
masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M
Plus; 3) Perluasan daerah endemic akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang etrjadi karena
urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru; serta 4) Meningkatnya mobilitas penduduk.

Untuk mengendalikan kejadian DBD, Kementerian Kesehatan terus berkoordinasi dengan Daerah
terutama dalam pemantauan dan penggiatan surveilans DBD. Selain itu, bantuan yang diperlukan
Daerah juga telah disiagakan untuk didistribusikan.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal)
1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id
- See more at: http://www.depkes.go.id/article/view/16020900002/kendalikan-dbd-dengan-psn-3m-
plus.html#sthash.9nRD9xb3.dpuf

Wilayah KLB DBD Ada di 11 Kabupaten/Kota

Dipublikasikan Pada : Jumat, 05 Februari 2016 00:00:00, Dibaca : 12.500 Kali

Jakarta, 5 Februari 2016

Data Direktorat Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonosis Kementerian Kesehatan
menyebutkan hingga akhir Januari tahun ini, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan ada
di 9 Kabupaten dan 2 Kota dari 7 Provinsi di Indonesia, antara lain: 1) Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten; 2) Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan; 3) Kota Bengkulu, Provinsi
Bengkulu; 4) Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali; 5) Kabupaten Bulukumba,
Pangkep, Luwu Utara, dan Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan; 6) Kabupaten Gorontalo, Provinsi
Gorontalo; serta 7) Kabupaten Kaimana, Papua Barat. Sepanjang bulan Januari, kasus DBD yang
terjadi di wilayah tersebut tercatat sebanyak 492 orang dengan jumlah kematian 25 orang.

Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap penyakit DBD mengingat setiap tahun kejadian
penyakit demam berdarah dengue di Indonesia cenderung meningkat pada pertengahan musim
penghujan sekitar Januari, dan cenderung turun pada Februari hingga ke penghujung tahun.

Pada penanganan KLB DBD tahun ini selain melakukan sosialisasi terus menerus oleh Dinas
Kesehatan maupun Kemenkes, juga dikirimkan tim teknis untuk penyelidikan epidemioligi serta
penanggulangan vektor dengan fogging focus, pemberian larvasida (abate) dan insektisida.
Sementara untuk deteksi dini Kemenkes sudah mengirim Rapid Diagnostic Test (RDT). Adapun
dukungan logistik dari Pemerintah Pusat kepada Daerah didistribusikan berdasarkan permintaan
Daerah, karena di beberapa daerah sudah ada yang memiliki logistik masing-masing.

Beberapa lokasi KLB seperti Kaimana diberi tambahan RDT untuk percepatan penemuan dini kasus,
saat ini kasus DBD di Kaimana sudah tidak ada.

Saat ini yang masih berkembang kasusnya di lokasi KLB Kab Banten. Alat dan bahan pengendalian
vektor siap didistribusikan kesana bersama tim teknis dari Pusat.
Pada daerah yang sudah terjadi KLB dimana penanganan perawatan dilakukan di RS, Daerah harus
memobilisir semua sumber daya kesehatan yang ada, termasuk untuk menampung pasien di RS.
Sementara Kementerian Kesehatan siap mendistribusikan bantuan obat-obatan yang diperlukan.
Upaya ini selain mengoptimalkan kemampuan tiap Daerah, juga untuk lebih mengaktifkan peran
POKJANAL DBD yang ada di Daerah.

Perlu kita ketahui, KLB DBD dinyatakan bila: 1) Jumlah kasus baru DBD dalam periode bulan
tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan angka rata-rata per bulan
dalam tahun sebelumnya; 2) Timbulnya kasus DBD pada suatu daerah yang sebelumnya belum
pernah terjadi; atau 3) Angka kematian DBD dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan
50% atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.

Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko, yaitu: 1) Lingkungan
yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes; 2) Pemahaman
masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M
Plus; 3) Perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang terjadi karena
urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru; serta 4) Meningkatnya mobilitas penduduk.

Untuk menekan terjadinya KLB DBD, perlu membudayakan kembali Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) 3M Plus secara berkelanjutan sepanjang tahun dan mewujudkan Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI.
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline (kode lokal)
1500-567, SMS 081281562620, faksimili (021) 5223002, 52921669, dan alamat email
kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. - See more at:
http://www.depkes.go.id/article/view/16020900001/wilayah-klb-dbd-ada-di-11-kabupaten-
kota.html#sthash.MG9QTRfY.dpuf

Pengertian Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit virus yang menyerang manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes
albopictus. Nyamuk ini berperan sebagai perantara atau vektor yaitu organisme yang membawa virus chikungunya
di dalam tubuhnya tanpa terjangkiti. Keduanya adalah jenis nyamuk sama yang menyebabkan demam berdarah.

Penyebab dan gejalanya yang serupa menyebabkan penyakit chikungunya sering didiagnosis secara keliru sebagai
penyakit demam berdarah.

Nyamuk Aedes aegypti banyak hidup dan ditemui di daerah tropis dan subtropis, sementara Aedes (Ae.) albopictus
hidup di daerah bertemperatur sedang dan lebih dingin. Kedua jenis nyamuk ini biasa ditemukan terutama di pagi
dan sore hari.

Kasus chikungunya sendiri telah teridentifikasi di sekitar 60 negara yang berada di Asia, Afrika, Eropa, dan
Amerika.

Pengidap Chikungunya di Indonesia

Dari profil kesehatan Indonesia tahun 2014, dilaporkan terdapat Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya di 8
kabupaten/kota dari 4 provinsi di Indonesia. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI di tahun yang sama,
terdapat sekitar 7300 kasus chikungunya tanpa disertai kasus kematian.

Demam chikungunya masih sering menjadi masalah epidemi di daerah tropis dan subtropis, termasuk di Indonesia.
Rendahnya status kekebalan penduduk terhadap virus serta tingginya jumlah nyamuk sebagai vektor virus
chikungunya menjadi faktor pendukung timbulnya epidemi penyakit ini. Disinyalir meningkatnya genangan air
sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk ketika musim hujan juga ikut berkontribusi.

Penyebab Chikungunya: Gigitan Nyamuk


Virus chikungunya tidak bisa menyebar secara langsung dari satu orang ke orang lainnya. Penyakit ini disebabkan
oleh virus yang menyebar melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti atau Ae. albopictus, dua jenis nyamuk yang juga
dapat menyebabkan virus demam berdarah. Virus chikungunya termasuk kelompok gen alfavirus dari famili
Togaviridae yang banyak ditemukan di negara-negara tropis.

Umumnya nyamuk-nyamuk ini menyerang di siang hari, namun gigitan terutama terjadi saat dini hari dan sore
hari. Anda lebih rentan terserang saat berada di luar rumah, meski tidak menutup kemungkinan bahwa nyamuk Ae.
aegypti juga dapat menyerang di dalam ruangan.

Nyamuk Ae. aegypti lebih banyak hidup dan berkembang biak di tempat yang dekat dengan manusia, khususnya di
dalam ruangan. Tempat-tempat yang umumnya didiami oleh nyamuk ini adalah tempat penampungan air, bak
mandi, hingga vas dan pot bunga berisi air. Nyamuk Ae. albopictus memiliki tempat berkembang biak yang lebih
banyak dan beragam dibandingkan Ae. aegypti. Selain di genangan air pada bekas ban kendaraan, kolam, atau pot
tanaman, nyamuk ini juga bisa berkembang biak di genangan air yang ada di lubang pohon, bambu, dan tempurung
kelapa.

Gejala Chikungunya

Setelah tergigit nyamuk yang membawa virus, gejala akan mulai terasa pada 4-8 hari, namun juga dapat dimulai
sejak 2-12 hari setelah gigitan. Gejala-gejala awalnya menyerupai gejala-gejala flu.

Demam - berawal secara tiba-tiba; salah satu gejala utama chikungunya

Nyeri sendi - keparahannya bisa sampai menghambat gerakan tubuh penderita; gejala ini
bisa bertahan selama berminggu-minggu dan juga merupakan gejala utama chikungunya.
Gejala ini umumnya muncul tidak lama setelah gejala demam mulai dirasakan.

Nyeri otot

Kedinginan

Sakit kepala tidak tertahankan

Ruam atau bintik-bintik merah di sekujur tubuh

Kelelahan

Mual dan muntah

Pada beberapa kasus, gejala nyeri sendi akan tetap terasa hingga beberapa bulan, bahkan
bertahun-tahun. Gejala chikungunya biasanya ringan sehingga tidak terdeteksi atau terlalu
dirasakan oleh penderitanya. Di daerah yang memiliki kasus demam berdarah, tidak sedikit juga
terjadi kasus salah diagnosis antara kedua penyakit ini.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, komplikasi akibat chikungunya, seperti gangguan pada saraf, mata,
jantung, dan saluran pencernaan bisa muncul. Terutama pada orang lanjut usia, penyakit ini dapat mengakibatkan
kematian.

Tes untuk Mendiagnosis Chikungunya

Sampel darah milik pengidap sebaiknya diambil pada minggu pertama setelah gejala mulai terasa. Sampel ini
kemudian diuji dengan tes serologi dan virologi (RT-PCR) di laboratorium. Tes ELISA (enzyme-linked
immunosorbent assays) akan mengonfirmasi keberadaan antibodi yang mengindikasikan infeksi chikungunya.

Pada minggu ketiga hingga kelima setelah gejala mulai terasa, antibodi jenis IgM akan berada dalam kadar
tertinggi dan akan tetap sama hingga dua bulan selanjutnya.

Cara Menangani Chikungunya

Tidak ada pengobatan khusus untuk menyembuhkan chikungunya. Obat-obatan pereda rasa sakit dan antiradang
hanya bertujuan meredakan gejala. Di antaranya penurun demam dan analgesik untuk meredakan nyeri otot dan
rasa sakit yang lain. Pada sebagian penderita yang kekurangan cairan, misalnya akibat kehilangan nafsu makan dan
malas minum, pemberian cairan oralit atau infus bisa dilakukan untuk mencegah dehidrasi.

Berkonsultasilah kepada dokter sebelum menggunakan obat antiradang nonsteroid. Pemberian obat antiradang
nonsteroid diberikan jika sudah dipastikan bahwa penderita tidak menderita demam berdarah. Hal ini dikarenakan
efek samping pendarahan pada penderita demam berdarah.

Mencegah Gigitan Nyamuk Penyebab Chikungunya

Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terinfeksi chikungunya. Pencegahan chikungunya dilakukan
dengan berfokus pada menghindari gigitan nyamuk dan memberantas habitat tempat nyamuk berkembang biak.
Pemerintah Indonesia telah menggalakkan program 3M-Plus. 3 M tersebut adalah:

Menguras dan menyikat tempat penampungan air, seperti bak mandi, WC, dan lain-lain

Menutup rapat tempat penampungan air.

Memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan
seperti ban bekas, tempurung kelapa, dan lain-lain.

Sedangkan tindakan plus/tambahan yang dapat dilakukan untuk memberantas sarang nyamuk
adalah:

Tempatkan wadah-wadah yang sedang tidak terpakai dalam posisi tertelungkup.

Memelihara ikan pemakan jentik di kolam.

Taburkan bubuk larvasida (bubuk pembunuh larva atau jentik nyamuk) ke dalam tempat
penampungan air yang susah dikuras atau di daerah yang sulit air.

Bersihkan vas bunga, akuarium dan tempat minum hewan piaraan secara teratur setidaknya
seminggu sekali.

Pastikan septic tank tetap tertutup dan tidak mengalami kebocoran.

Pastikan talang atap rumah Anda tidak menampung genangan air.

Pasang kasa antinyamuk pada jendela.

Hindari menggantung baju di tempat terbuka.

Berikut ini adalah hal-hal yang disarankan untuk menghindarkan gigitan nyamuk Aedes
aegypti atau Aedes albopictus.

Gunakan pakaian tertutup atau losion antinyamuk jika sedang berada di area dengan potensi
banyak nyamuk, seperti di kebun.

Sebaiknya kenakan pakaian dengan warna cerah. Nyamuk lebih enggan menempel pada
warna ini.

Gunakan penyemprot atau obat antinyamuk elektrik di sore hari, bahkan gunakan kelambu
jika diperlukan. Namun hindari obat semprot jika ada bayi, orang sakit atau orang lanjut usia.

Minimalkan bau menyengat, seperti parfum atau hairspray. Bau-bauan ini bisa menarik
nyamuk untuk hinggap.

Pengasapan/fogging untuk membunuh nyamuk umumnya dilakukan terutama pada saat


chikungunya atau demam berdarah sudah mewabah di suatu daerah. Pastikan pengasapan
yang dilakukan di rumah atau tempat kerja Anda sudah dilakukan dengan prosedur yang
tepat sesuai dengan daur hidup nyamuk.
Tahun 2016, Belum Ada Virus Zika di Indonesia

Dipublikasikan Pada : Sabtu, 30 Januari 2016 00:00:00, Dibaca : 10.557 Kali

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan Oscar Primadi menegaskan
bahwa kematian Inka Wardhana bukan akibat virus Zika.

Perlu diketahui bahwa saat ini konfirmasi pemeriksaan virus Zika hanya bisa dilakukan di laboratiorium
tertentu, yaitu Balitbangkes Kemenkes dan Lembaga Biomolekuler Eijkman. Sepanjang tahun 2016 tidak
ada laporan hasil konfirmasi virus Zika dari kedua lab tersebut.

Namun demikian, Kementerian Kesehatan menghimbau agar masyarakat dapat turut aktif melakukan
pencegahan kemungkinan tertularnya virus Zika dengan menghindari gigitan nyamuk Aides Agypti,
khususnya pemberantasan sarang nyamuk melalui 3M. Juga ikut melakukan pengawasan jentik nyamuk
dan meningkatkan daya tahun tubuh melalui perilaku hidup bersih dan sehat.

Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI. Untuk
informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui nomor hotline 1500-567; SMS
081281562620, faksimili: (021)52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id.

Pertanyaan Seputar Virus Zika

Dipublikasikan Pada : Rabu, 27 Januari 2016 00:00:00, Dibaca : 10.799 Kali


1. Apakah virus Zika itu?
Virus Zika merupakan salah satu virus dari jenis Flavivirus. Virus ini memiliki kesamaan
dengan virus dengue, berasal dari kelompok arbovirus.

2. Bagaimana cara penularan virus Zika?


Virus Zika ditularkan melalui gigitan nyamuk. Nyamuk yang menjadi vektor penyakit
Zika adalah nyamuk Aedes, dapat dalam jenis Aedes aegypti untuk daerah tropis,
Aedes africanus di Afrika, dan juga Aedes albopictus pada beberapa daerah lain.
Nyamuk Aedes merupakan jenis nyamuk yang aktif di siang hari, dan daoat hidup di
dalam maupun luar ruangan. Virus zika juga bisa ditularkan oleh ibu hamil kepada
janinnya selama masa kehamilan.

3. Siapa yang berisiko terinfeksi virus Zika?


Siapapun yang tinggal atau mengunjungi area yang diketahui terdapat virus Zika
memiliki risiko untuk terinfeksi termasuk ibu hamil.

2.
4. Apa saja gejala infeksi virus Zika?
1 diantara 5 orang yang terinfeksi virus zika menunjukkan gejala. Adapun gejala
infeksi virus zika diantaranya demam, kulit berbintik merah, sakit kepala, nyeri sendi,
nyeri otot, sakit kepala, kelemahan dan terjadi peradangan konjungtiva. Pada
beberapa kasus zika dilaporkan terjadi gangguan saraf dan komplikasi autoimun.
Gejala penyakit ini menyebabkan kesakitan tingkat sedang dan berlangsung selama 2-
7 hari. Penyakit ini kerap kali sembuh dengan sendirinya tanpa memerlukan
pengobatan medis. Pada kondisi tubuh yang baik penyakit ini dapat pulih dalam tempo
7-12 hari.

5. Apakah ada komplikasi yang ditimbulkan dari infeksi virus Zika?


Pada beberapa kasus suspek Zika dilaporkan juga mengalami sindrom Guillane Bare.
Namun hubungan ilmiahnya masih dalam tahap penelitian.

6. Apa jenis pemeriksaan virus Zika untuk ibu hamil?


Pada minggu pertama demam, virus Zika dapat dideteksi dari serum dengan
pemeriksaan RT-PCR.

7. Apakah sudah ada vaksin atau obat untuk virus Zika?


Belum ada vaksin atau pengobatan spesifik untuk virus ini, sehingga pengobatan
berfokus pada gejala yang ada.

8. Apa yang harus dilakukan jika terinfeksi virus Zika?


Jika terinfeksi virus Zika, maka lakukan hal-hal sebagai berikut:
Istirahat cukup
Konsumsi cukup air untuk mencegah dehidrasi
Minum obat-obatan yang dapat mengurangi demam atau nyeri
Jangan mengkonsumsi aspirin atau obat-obatan NSAID (non stereoid anti inflmation)
lainnya.
Cari pengobatan ke pelayanan kesehatan terdekat.

9. Bagaimana cara pencegahan penularan virus Zika?


Pencegahan penularan virus ini dapat dilakukan dengan:
menghindari kontak dengan nyamuk
melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus (menguras dan menutup
tempat penampungan air, serta memanfaatkan atau melakukan daur ulang barang
bekas, ditambah dengan melakukan kegiatan pencegahan lain seperti menabur bubuk
larvasida, menggunakan kelambu saat tidur, menggunakan obat nyamuk atau anti
nyamuk, dll)
melakukan pengawasan jentik dengan melibatkan peran aktif masyarakat
melalui Gerakan Satu Rumah Satu Juru Pemantau Jentik (Jumantik)
meningkatkan daya tahan tubuh melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
seperti diet seimbang, melakukan aktifitas fisik secara rutin, dll.
pada wanita hamil atau berencana hamil harus melakukan perlindungan ekstra
terhadap gigitan nyamuk untuk mencegah infeksi virus Zika selama kehamilan,
misalnya dengan memakai baju yang menutup sebagian besar permukaan kulit,
berwarna cerah, menghindari pemakaian wewangian yang dapat menarik perhatian
nyamuk seperti parfum dan deodoran.

10. Negara mana sajakah yang melaporkan keberadaan kasus penyakit virus Zika?
Beberapa negara yang pernah melaporkan keberadaan kasus penyait virus Zika
adalah Barbados, Bolivia, Brasil, Cap Verde, Colombia, Dominican Republic, Ecuador, El
Salvador, French Guiana, Guadeloupe, Guatemala, Guyana, Haiti, Honduras,
Martinique, Mexico, Panama, Paraguay, Puerto Rico, Saint Martin, Suriname,
Venezuela, dan Yap

11. Apakah efek yang bisa ditimbulkan pada ibu hamil yang terinfeksi virus Zika?
Selama ini belum ada bukti yang kuat bahwa ibu hamil lebih berisiko atau mengalami
penyakit yang lebih berat selama masa kehamilan. Selain itu juga belum diketahui
bahwa ibu hamil lebih berisiko terhadap sindrom guillan barre.

12. Apakah ada hubungan antara infeksi virus Zika dengan kejadian mikrosefalus
kongenital?
Hubungan infeksi virus Zika pada ibu hamil dengan kejadian mikrosefalus pada bayi
yang dilahirkan belum terbukti secara ilmiah, namun bukti ke arah itu semakin kuat.

13. Apa yang harus dipertimbangkan ibu hamil yang akan bepergian ke area terjangkit
virus Zika?
Sebelum pergi ke area terjangkit virus Zika dianjurkan untuk melakukan konsultasi
dengan dokter. Selain itu pada masa selama berada di area terjangkit diharapkan
melakukan perlidungan ekstra terhadap gigitan nyamuk.

14. Ibu hamil yang bagaimanakah yang harus dilakukan pemeriksaan virus Zika?
Ibu hamil yang harus diperiksa untuk virus zika adalah yang memiliki riwayat
perjalanan dari area terjangkit dan juga memiliki 2 atau lebih gejala dari infeksi virus
Zika. - See more at: http://www.depkes.go.id/article/view/16013000004/pertanyaan-
seputar-virus-zika.html#sthash.qrBbP3WP.dpuf

Gerakan 3M Plus untuk Cegah Demam Berdarah Dengue

Gerakan 3M Plus adalah paradigma baru dalam upaya memberantas wabah DBD atau Demam
Berdarah Dengue. Tidak jauh berbeda dengan gerakan 3M yang lama, hanya dengan sedikit
modifikasi.

Dulu gerakan 3M berputar pada ajakan untuk (1) menguras, (2) menutup, dan (3) mengubur
potensi sarang nyamuk Aedes Sp., yang merupakan penyebar virus dengue penyebab demam
berdarah. Cara ini sebenarnya tepat, hanya saja sekarang mengalami modifikasi sesuai dengan
perubahan zaman (#eaaa...).

Cara pertama dan kedua, yaitu menguras penampungan air dan membersihkannya secara berkala;
kemudian menutup bak-bak penampungan air sehingga nyamuk tidak masuk ke sana untuk
bertelur masih relevan dan digunakan. Karena di musimnya, jika seminggu saja sebuah bak mandi
tidak dibersihkan, bisa sudah penuh dengan nyamuk jentik nyamuk; bagi yang tinggal di daerah
endemis sudah tentu mengerti maksud saya. Sehingga pembersihan berkala adalah kewajiban.

Cara ketiga yang mengalami sedikit modifikasi. Ketika menanam bahan-bahan yang tidak mudah
terurai seperti sampah plastik, walau di satu sisi mengurangi kemungkinan sarang nyamuk muncul
karena genangan air hujan, namun di sisi lain memunculkan kekhawatiran bahwa ini akan membuat
pencemaran lingkungan menjadi lebih buruk. Anda pasti bisa menduga ketika kaleng, plastik,
keramik dan banyak lainnya masuk ke dalam tanah namun tidak bisa membusuk, alhasil menjadi
masalah sendiri bagi lingkungan di situ.

Alternatifnya adalah dengan (3) mendaur ulang sampah-sampah yang bisa menjadi tempat sarang
nyamuk, tidak dengan menguburnya. Untuk sampah-sampah organik, masih masuk akal dan malah
baik jika dikubur; tapi sampah-sampah anorganik yang menjadi perhatian besar di sini. Jika ada
ember bekas tidak digunakan, mungkin malah bagus dijadikan pot bunga atau diserahkan pada
pemulung untuk didaur-ulang.

Lalu ada nilai (4) Plus yang bisa kita lakukan, ini sebenarnya tergantung kreativitas kita, dan sudah
ada sejak dulu. Bisa dijadikan plus di sini adalah pemberdayaan setiap individu dalam
menggunakan daya upayanya mencegah "gigitan" nyamuk penyebar virus dengue. Misalnya
dengan menggunakan repelan, obat nyamuk, atau kelambu saat tidur. Menata ruangan di dalam
rumah sedemikian hingga cukup terang dan tidak sumpek, menjadikan nyamuk tidak memiliki
tempat bersembunyi.

Jika Anda punya taman, bisa dibuatkan kolam ikan yang memancing nyamuk bersarang di sana,
namun menjadi mangsa si ikan. Atau menanam tatanam pengusir nyamuk di taman yang tidak
dibuat terlalu lebat. Jika Anda cukup kreatif, maka perangkap nyamuk bisa Anda buat dan
digunakan di sekitar rumah.

Jadilah cerdas, dan cegah demam berdarah dengue di lingkungan Anda!

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai