DAN REMAJA
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
HIV/AIDS adalah suatu sindrom defisiensi imun yang ditandai oleh
adanya infeksi oportunistik dan atau keganasan yang tidak disebabkan oleh
defisiensi imun primer atau sekunder atau infeksi kongenital melainkan oleh
human immunodeficiency virus.2 Kausa sindrom imunodefisiensi ini adalah
retrovirus DNA yaitu HIV-1 dan HIV-2.3
2.2. Etiologi
Penyebab dari virus ini adalah dari retrovirus golongan retroviridae, genus
lenti virus. Terdiri dari HIV-1 dan HIV-2. Dimana HIV-1 memiliki 10 subtipe
yang diberi dari kode A sampai J dan subtipe yang paling ganas di seluruh dunia
adalah grup HIV-1.4
d. Gejala tumor, yang paling sering ditemukan adalah Sarcoma kaposis dan
Limfoma maligna non-Hodgkin.
2.6. Diagnosis infeksi HIV pada bayi
Tidak mudah menegakkan diagnosis infeksi HIV pada bayi yang lahir dari
ibu HIV positif. Tantangan untuk diagnosis adalah:8
a.
Penularan HIV dapat terjadi selama kehamilan, terutama trimester ketiga,
selama proses persalinan dan selama masa menyusui. Meskipun diketahui
selama kehamilan bayi mungkin tertular HIV, belum ada penelitian yang
memeriksa bayi di dalam kandungan untuk deteksi infeksi HIV. Selain itu juga
terdapat masa jendela setelah seseorang terinfeksi HIV yang dapat
berlangsung hingga enam bulan.
b. Antibodi terhadap HIV dari ibu ditransfer melalui plasenta selama kehamilan.
Jadi, semua bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV akan positif pula bila
diperiksa antibodi HIV dalam tubuhnya. Dikenal berbagai teknik pemeriksaan
antibodi yang terkenal dan dilakukan di Indonesia, yaitu ELISA, aglutinasi,
dan dot-blot immunobinding assay.
2.8. Penatalaksanaan
Kita semua berhak untuk menikah dan mendapatkan keturunan. Menjadi
HIVpositif tidak mengurangi hak kita. Namun jelas tanggung jawab kita juga
lebih besar. Kita pasti ingin supaya anak kita tidak terinfeksi HIV, dan ada
beberapa cara untuk mengurangi risiko ini. Selain itu, kita pasti ingin tetap sehat
agar dapat membesarkan anak kita. Cara terbaik untuk memastikan bahwa bayi
kita tidak terinfeksi dan kita tetap sehat adalah dengan memakai terapi
antiretroviral (ART). Perempuan terinfeksi HIV di seluruh dunia sudah memakai
obat antiretroviral (ARV) secara aman waktu hamil lebih dari sepuluh tahun. ART
sudah berdampak besar pada kesehatan perempuan terinfeksi HIV dan anaknya.
Oleh karena ini, banyak dari mereka yang diberi semangat untuk
mempertimbangkan mendapatkan anak.5
- ART untuk semua ibu hamil yang HIV-positif dengan jumlah CD4+ di bawah
350 atau penyakit WHO stadium 3 atau penyakit HIV stadium 4, tidak
menunda mulai pengobatan dengan tulang punggung AZT dan 3TC atau
tenofovir dan dengan 3TC atau FTC.
- Penyediaan antiretroviral profilaksis yang lebih lama untuk ibu hamil yang
HIV-positif yang membutuhkan ART untuk kesehatan ibu.
- Apabila ibu menerima ART untuk kesehatan ibu, bayi harus menerima
profilaksis nevirapine selama enam minggu setelah lahir apabila ibunya
menyusui, dan profilaksis dengan nevirapine atau AZT selama enam minggu
apabila ibu tidak menyusui.
- Untuk pertama kalinya ada cukup bukti bagi WHO untuk mendukung
pemberian ART kepada ibu atau bayi selama masa menyusui, dengan anjuran
bahwa menyusui dan profilaksis harus dilanjutkan hingga bayi berusia 12
bulan apabila status bayi adalah HIV-negatif atau tidak diketahui.
- Apabila ibu dan bayi adalah HIV-positif, menyusui harus didorong untuk
paling sedikit dua tahun hidup, sesuai dengan anjuran bagi populasi umum.13
Untuk mencegah penularan pada bayi, yang paling penting adalah
mencegah penularan pada ibunya dulu. Harus ditekankan bahwa bayi hanya dapat
tertular oleh ibunya. Jadi bila ibunya HIV-negatif, maka bayi juga tidak terinfeksi
HIV. Status HIV ayah tidak mempengaruhi status HIV bayi.14
Hal ini dapat dijelaskan karena sperma dari penderita HIV tidak
mengandung virus, yang mengandung virus adalah air mani. Oleh sebab itu, telur
ibu tidak dapat ditularkan sperma. Jelas, bila perempuan tidak terinfeksi, dan
melakukan hubungan seks dengan laki-laki tanpa kondom dalam upaya membuat
anak, ada risiko si perempuan tertular. Dan bila perempuan terinfeksi pada waktu
tersebut, dia sendiri dapat menularkan virus pada bayi. Tetapi laki-laki tidak dapat
langsung menularkan janin atau bayi. Hal ini menekankan pentingnya kita
menghindari infeksi HIV pada perempuan.14
Tetapi untuk ibu yang sudah terinfeksi, kehamilan yang tidak diinginkan
harus dicegah. Bila kehamilan terjadi, harus ada usaha mengurangi viral load ibu
di bawah 1.000 agar bayi tidak tertular dalam kandungan, mengurangi risiko
kontak cairan ibunya dengan bayi waktu lahir agar penularan tidak terjadi waktu
itu, dan hindari menyusui untuk mencegah penularan melalui ASI. Dengan semua
upaya ini, kemungkinan si bayi terinfeksi dapat dikurangi jauh di bawah 8%.14
Jelas yang paling baik adalah mencegah penularan pada perempuan. Hal
ini membutuhkan peningkatan pada program pencegahan, termasuk penyuluhan,
pemberdayaan perempuan, penyediaan informasi dan kondom, harm reduction,
dan hindari transfusi darah yang tidak benar-benar dibutuhkan.14
- Dimensi Biologis
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau pun mimpi basah pada remaja putra,
secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan
seorang anak memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi.
Pada saat memasuki masa pubertas, anak perempuan akan mendapat
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu
terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai
membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak lelaki
mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat
kelamin menjadi lebih besar, otot-otot membesar, timbul jerawat dan perubahan
fisik lainnya. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal pubertas
dan akan membawa mereka pada dunia remaja.
- Dimensi Kognitif
Perkembangan kognitif, remaja dalam pandangan Jean Piaget (2007)
(seorang ahli perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi
dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada
periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha
memecahkan masalah-masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir
para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat
membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat
atau hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang
sehingga mereka mampu berpikir multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja
tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka
juga mampu mengintegrasikan pengalaman lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan.
- Dimensi Moral
Masa remaja adalah periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya
mengenai berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya sebagai dasar
bagi pembentukan nilai diri mereka. Para remaja mulai membuat penilaian
tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer yang berkenaan dengan
lingkungan mereka, misalnya: politik, kemanusiaan, perang, keadaan sosial, dan
sebagainya. Remaja tidak lagi menerima hasil pemikiran yang kaku, sederhana,
dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantahan. Remaja mulai
mempertanyakan keabsahan pemikiran yang ada dan mempertimbangan lebih
banyak alternatif lainnya. Secara kritis, remaja akan lebih banyak melakukan
pengamatan keluar dan membandingkannya dengan hal-hal yang selama ini
diajarkan dan ditanamkan kepadanya
Kehamilan dan persalinan membawa risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih
besar pada remaja dibandingkan pada wanita yang berusia lebih dari 20 tahun.
Remaja putri yang berusia kurang dari 18 tahun mempunyai 2 sampai 5 kali risiko
kematian dibandingkan dengan wanita yang berusia 18-25 tahun akibat persalinan
yang lama dan macet, perdarahan, dan faktor lain. Kegawatdaruratan yang
berhubungan dengan kehamilan juga sering terjadi pada remaja yang sedang hamil
misalnya, hipertensi dan anemia yang berdampak buruk pada kesehatan tubuhnya
secara umum.
Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja seringkali berakhir dengan aborsi.
Banyak survey yang telah dilakukan di negara berkembang menunjukkan bahwa
hampir 60% kehamilan pada wanita berusia di bawah 20 tahun adalah kehamilan
yang tidak diinginkan atau salah waktu (mistimed). Aborsi yang disengaja
seringkali berisiko lebih besar pada remaja putri dibandingkan pada mereka yang
lebih tua. Banyak studi yang telah dilakukan juga menunjukkan bahwa kematian
dan kesakitan sering terjadi akibat komplikasi aborsi yang tidak aman. Komplikasi
dari aborsi yang tidak aman itu antara lain seperti yang dijelaskan dalam buku
Facts of Life yaitu:
Kelainan pada placenta/ ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat
pada anak berikutnya dan pendarahan hebat pada saat kehamilan berikutnya
Selain itu aborsi juga dapat menyebabkan gangguan mental pada remaja yaitu
adanya rasa bersalah, merasa kehilangan harga diri, gangguan kepribadian seperti
berteriak-teriak histeris, mimpi buruk berkali-kali, bahkan dapat menyebabkan
perilaku pencobaan bunuh diri.
Penyalahgunaan NAPZA
NAPZA adalah singkatan untuk narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat adiktif
lainnya. Contoh obat-obat NAPZA tersebut yaitu: opioid, alkohol, ekstasi, ganja,
morfin, heroin, kodein, dan lain-lain. Jika zat tersebut masuk ke dalam tubuh akan
mempengaruhi sistem saraf pusat. Pengaruh dari zat tersebut adalah penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri, ketergantungan, rasa nikmat dan
nyaman yang luar biasa dan pengaruh-pengaruh lain. Penggunaan NAPZA ini
berisiko terhadap kesehatan reproduksi karena penggunaan NAPZA akan
berpengaruh terhadap meningkatnya perilaku seks bebas. Pengguna NAPZA
jarum suntik juga meningkatkan risiko terjadinya HIV/AIDS, sebab virus HIV
dapat menular melalui jarum suntik yang dipakai secara bergantian.
Pengaruh media massa
Media massa baik cetak maupun elektronik mempunyai peranan yang cukup
berarti untuk memberikan informasi tentang menjaga kesehatan khususnya
kesehatan reproduksi remaja. Dengan adanya artikel-artikel yang dibuat dalam
media massa, remaja akan mengetahui hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari
untuk menjaga kesehatan reproduksinya.
Pengetahuan
Sebelum seseorang berperilaku baru, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau
manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap
suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). Menurut Rogers
(1974) dalam Notoatmodjo (2003), sebelum seseorang berperilaku baru
(mengadopsi perilaku), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
antara lain :
Evaluation, yakni orang tersebut menimbang baik tidaknya stimulus bagi dirinya
Yayasan Spiritia. Pencegahan penularan dari ibu-ke-bayi. (PMTCT). 2008. Diunduh dari:
http://spiritia.or.id/cst/showart.php?cst=mtct [Diakses tanggal 29 April 2012).