Anda di halaman 1dari 9

PORTOFOLIO

Topik : Vulnus Laceratum


Tanggal Kasus : 5 Januari 2017 Presenter : dr. Try Oktavia Aritonang
Pendamping:
Tanggal Presentasi : 2017 dr. Luciyana Silaban
Tempat Presentasi : Ruang Pertemuan RSUD Dolok Sanggul
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Bumil Lansia
Deskripsi :
Laki-laki 20 tahun datang dengan keluhan benjolan pecah dari dalam anus
Tujuan : Diagnosis dan penatalaksanaan
Bahan bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas : Presentasi dan Diskusi Diskusi Email Pos
Data pasien : Nama : Tn. P
Alamat : Pakkat
Umur : 20 tahun
Agama : Katholik
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa
Nama RS : RSUD Dolok Sanggul
Data utama untuk bahan diskusi :
Diagnosis dan gambaran klinis :

Pasien datang ke poliklinik RSUD Dolok Sanggul dengan keluhan keluar benjolan dari dalam
anus, dapat dimasukan dengan bantuan jari. Benjolan terasa sakit dan tidak nyaman saat jalan
maupun duduk. Pasien juga mengeluh ketika BAB terasa nyeri dan panas disekitar anus, kadang
keluar darah merah segar menetes di akhir BAB, dan tidak berlendir. Keluhan ini dirasakan sejak
kurang lebih 1 tahun ini dan memberat dalam 1 bulan ini. BAB (+) konstipasi, BAK (+) N.

Riwayat pengobatan : Pasien belum pernah berobat.


1. Riwayat kesehatan/penyakit :
-Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal

-Riwayat konstipasi tidak disangkal


-Riwayat MRS sebelumnya (-)

2. Riwayat keluarga :
Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama

3. Riwayat pekerjaan : Mahasiswa


Hasil pembelajaran
1. Penegakan diagnosis Hemoroid
2. Penatalaksanaan Hemoroid
VULNUS LACERATUM
Mansjoer (2000) menyatakan Vulnus Laseratum merupakan luka terbuka yang terdiri
dari akibat kekerasan tumpul yang kuat sehingga melampaui elastisitas kulit atau otot.
Vulnus Laseratum ( luka robek ) adallah luka yang terjadi akibat kekerasan benda
tumpul , robekan jaringan sering diikuti kerusakan alat di dalam seperti patah tulang.

ETIOLOGI
Luka dapat disebabkan oleh berbagai hal, yaitu:
1. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terbentur dan terjepit.

2. Trauma elektris dan penyebab cidera karena listrik dan petir.

3. Trauma termis, disebabkan oleh panas dan dingin.

4. Truma kimia, disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta zat iritif dan
berbagai korosif lainnya.

PATOFISIOLOGI
Vulnus laserrratum terjadi akibat kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh, kecelakaan
sehingga kontuinitas jaringan terputus. Pada umumnya respon tubuh terhadap trauma akan
terjadi proses peradangan atau inflamasi.reaksi peradangan akan terjadi apabila jaringan
terputus.dalam keadaan ini ada peluang besar timbulnya infeksi yang sangat hebat. Penyebabnya
cepat yang di sebabkan oleh mikroorganisme yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi peradangan
itu sebenarnya adalah peristiwa yang di koordinasikan dengan baik yang dinamis dan kontinyu
untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan harus di mikrosekulasi
fungsional. Jika jaringan yang nekrosis luas maka reaksi peradangan tak di temukan di tengah
jaringan yang hidup dengan sirkulasi yang utuh terjadi pada tepinya antara jaringan mati dan
hidup.
Nyeri timbul karena kulit mengalami luka infeksi sehingga terjadi kerusakan
jaringan.sek-sel yang rusak akan membentuk zat kimia sehingga akan menurunkan ambang
stimulus terhadap reseptormekano sensitif dan hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal ini dapat
mengakibatkan gangguan rasa nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau tidur terganggu dan
terjadi ketertiban gerak.

MANIFESTASSI KLINIS
Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinis vulnus laceratum adalah sebagai berikut :

1. Luka tidak teratur

2. Jaringan rusak

3. Bengkak

4. Pendarahan

5. Akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasanya di daerah rambut

6. Tampak lecet atau memer di setiap luka.

DIAGNOSIS

Anamnesis Vulnus Laceratum


Pada anamnesis biasanya didapati bahwa terdapat luka pada pasien. Pasien akan
mengeluhkan nyeri dan mengalami pendarahan.

Pemeriksaan Fisik Vulnus Laceratum


1. Inspeksi
Dilihat kulit terdapat luka terbuka dan perdapat pendarahan.

Pemeriksaan Diagnostik Vulnus Laceratum


1. Pemeriksaan diagnostik yang perlu di lakukan terutama jenis darah lengkap.tujuanya
untuk mengetahui tentang infeksi yang terjadi.pemeriksaannya melalui laboratorium.
2. Sel-sel darah putih.leukosit dapat terjadi kecenderungan dengan kehilangan sel pada lesi
luka dan respon terhadap proses infeksi.
3. Pemeriksaan Hitung darah lengkap.hematokrit mungkin tinggi atau lengkap.
4. Laju endap darah (LED) menunjukkan karakteristik infeksi.
5. Gula darah random memberikan petunjuk terhadap penyakit deabetus mellitus.

DIAGNOSIS BANDING
- Vulnus Excoriasis (luka lecet)
- Vulnus Scissum/ Insivum (luka sayat)
- Vulnus Amputatum (luka terpotong)

PENATALAKSANAAN
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi
luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan,
pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.

1. Evaluasi

Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi).

2. Tindakan Antiseptik

Prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka


biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti:

a. Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif).


b. Halogen dan senyawanya

c. Oksidansia

d. Logam berat dan garamnya

e. Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).

f. Derivat fenol

g. Basa ammonium kuartener, disebut juga etakridin (rivanol), merupakan turunan aridin
dan berupa serbuk berwarna kuning dam konsentrasi 0,1%. Kegunaannya sebagai
antiseptik borok bernanah, kompres dan irigasi luka terinfeksi (Mansjoer, 2000:390).

Dalam proses pencucian/pembersihan luka yang perlu diperhatikan adalah pemilihan cairan
pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan cairan pencuci yang tidak tepat akan
menghambat pertumbuhan jaringan sehingga memperlama waktu rawat dan biaya
perawatan. Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan aman
terhadap luka.

Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meninangkatkan, memperbaiki dan


mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari terjadinya infeksi; membuang
jaringan nekrosis dan debris.

Beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :

a. membuang jaringan mati dan benda asing.

b. Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.

c. Berikan antiseptic

d. Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi local

e. Bila perlu lakukan penutupan luka (Mansjoer,2000: 398;400)

3. Penjahitan luka

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang dari 8 jam boleh
dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat dan atau tidak berbatas tegas
sebaiknya dibiarkan sembuh persekundam atau pertertiam.

4. Penutupan luka

Penutupan luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga
proses penyembuhan berlangsung optimal.

5. Pembalutan

Pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada kondisi luka.
Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan
lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek
penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom.

6. Pemberian antibiotik

Prinsipnya pada luka bersih tidak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi
atau kotor maka perlu diberikan antibiotik.

7. Pengangkatan jahitan

Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan
tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap
penderita dan adanya infeksi (Mansjoer,2000:398 ; Walton, 1990:44).

DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer,A. 2006. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 5. Jilid 2. Medika Auskulapius FKUI: -
2. Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.
3. Willson.J.M. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 7. EGC: Jakarta
1. Subjektif:
- Pasien laki-laki umur 20 tahun
- Ada luka robek yang dialami kurang lebih 1 bulan yang lalu
- Keluar benjolan bertahap dari kecil sampai besar yang dapat keluar masuk dengan
sendirinya.
- Sejak kurang lebih 1 minggu ini, benjolan tidak dapat masuk dengan sendirinya
- Kebiasaan pasien untuk BAB sering mengedan dan dalam seminggu buang air besarnya
tidak rutin setiap hari
- Pasien tidak begitu suka dengan sayuran dan tiap kali makan jarang dengan sayur.
2. Objektif
Sensorium: Compos Mentis
Tek darah : 110/80 mmhg
KU/KP/KG : Sedang/sedang/baik
Frek.jantung : 84 x/menit, reguler, desah (-)
Frek.nafas : 20 x/menit, reguler, ronchi (-), wheezing (-)
Temperature : 36,8oC

Status Generalisata
Kepala
Bentuk : Normal
Rambut : Hitam
Mata : Pupil isokor, Conjungtiva palpebra inferior anemis (-/-),
refleks kornea (+/+)

T/H/M : Dalam batas normal.


Leher : TVJ R-2 cm H2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar
tiroid (-)

Thoraks
Inspeksi : Bentuk simetris fusiformis, abdomino-thoracal retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernafasan : vesikuler, suara tambahan : -

Abdomen
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Peristaltik (+) Normal

Ekstremitas
Superior : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
Inferior : Akral hangat, oedem (-/-), sianosis (-)
Pemeriksaan laboratorium :
Darah rutin 29 Agustus 2016
Hb : 13,8 mg/dl
Ht : 38,4%
Leukosit : 9.52x103/uL
Trombosit : 228000ul

Status lokalisata : Regio anorectal:

Inspeksi : Tampak benjolan diameter + 3 cm, warna tidak kemerahan,

hematom perianal(-), abses (-).

Palpasi : Konsistensi teraba kenyal, batas tegas, nyeri tekan (-), benjolan dapat

Dimasukkan dengan bantuan jari.

Rectal Toucher : Tonus sphingter ani cukup, mukosa rectum licin, terdapat massa,

konsistensi kenyal, dengan diameter kurang lebih 3 cm, tidak ada nyeri tekan
dan pada sarung tangan darah (-), lendir (-), feses (-).

Assesment
Vulnus laceratum

Plan :
Anti Hemoroid supp 2x1
Paracetamol 3x500mg
Pro Hemoroidectomy

Edukasi :
Menghindari mengedan berlebihan atau aktivitas berat
Modifikasi diet dengan makanan berserat.
Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan spesialis bedah untuk penatalaksanaan selanjutnya.

Foto Kasus Hemoroid Interna Grade III

Anda mungkin juga menyukai