I. ANAMNESIS
Identitas Pasien
Nama : Tn. L
Umur : 70 tahun
Agama : Islam
No RM : 01.92.71
Keluhan Utama
Sesak nafas
Penderita datang dengan keluhan sesak nafas yang telah diderita sejak 3
hari sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa memberat terutama setelah
beraktivitas, akan sedikit berkurang bila pasien beristirahat. dan pasien sering
terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien tidur lebih nyaman dengan 3
bantal. Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk dengan dahak yang sulit
dikeluarkan, dan jika keluar dahak berwarna hijau, demam (+), nyeri dada (-)
saat batuk. Mual (+) muntah (-) BAK dan BAB tidak ada kelainan.
aktivitas (-), dipengaruhi cuaca (+) terutama saat dingin, nafas bunyi mengi (-),
batuk (+), berdahak (-), demam (-), sering terbangun malam hari karena sesak (-),
nyeri dada (-), dada berdebar (-), kaki bengkak (-), mual (-), muntah (-), nafsu
makan biasa, keringat pada malam hari (-), berat badan menurun (-), BAB dan
- Riwayat DM disangkal
B. Tanda Vital
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 38,2 C
Jantung
Paru
Perkusi : Sonor/sonor
J. Abdomen
Perkusi : Tympani
K. Trunk
L. Ekstremitas
III.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kesan:
2. Bronchitis
IV. ASSESSMENT
- Hipertensi
V. PLANNING
Pengobatan :
- IVFD RL 28 tpm
- Cefadroxil 2 x 500 mg
- Salbutamol 2 mg 3 x 1
- GG 3 x 1
- Cetirizine 1 x 1
- Paracetamol 3 x 1
- Scopamin 2 x 1
VI. PROGNOSIS
- Ad vitam : baik
VII. FOLLOW UP
INSTRUKSI
TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT
DOKTER
29/02/2016 S : Batuk (+) sekitar 2 hari seelum P:
O : SS/GK/CM
-/-
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : peristaltik (+) kesan
normal,
Eks : Akral hangat, edema (+/+)
Lab :
A:
PPOK
Pneumonia
01/03/2016 S : Batuk (+), Lendir (+), warna putih. P:
BAK lancar mg
- Salbutamol 2 mg 3
O : SS/GK/CM
x1
TD : 110/80 mmHg - GG 3 x 1
N : 76x/menit - Cetirizine 1 x 1
P : 24x/menit - Paracetamol 3 x 1
- Scopamin 2 x 1
S : 36,5 C
An (-), Ik (-)
DVS R-2 cmH2O
BP : Vesikuler, BT : Rh -/- , wh
-/-
BJ : I/II murni regular, BT (-)
Abd : peristaltik (+) kesan
normal,
Eks : Akral hangat, edema (+/+)
Foto Thorax :
dilatasi
Bronchitis
A:
PPOK
Dyspepsia
VIII. RESUME :
Penderita datang dengan keluhan sesak nafas yang telah diderita sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit, sesak nafas dirasa memberat terutama setelah
beraktivitas, akan sedikit berkurang bila pasien beristirahat. dan pasien sering
terbangun pada malam hari karena sesak. Pasien tidur lebih nyaman dengan 3 bantal.
Sesak nafas diikuti dengan keluhan batuk dengan dahak yang sulit dikeluarkan, dan
jika keluar dahak berwarna hijau, demam (+), nyeri dada (-). Mual (+) muntah (-)
BAK dan BAB tidak ada kelainan. Riwayat hipertensi (+), riwayat DM disangkal,
riwayat penyakit paru (+), riwayat merokok (+) 1 stengah bungkus/hari, Riwayat
minum alkohol (-), Riwayat di rawat di RS dengan keluhan yang sama (+).
Pada status vitalis didapatkan tekanan darah 150/90 mmHg, Nadi : 80 x/menit,
Pernapasan: 24 x/menit, Suhu : 38,2 C, Kepala, mata, telinga, hidung dalam batas
normal, kemudian pada pemeriksaan thoraks didapatkan bentuk thoraks barrel chest,
pergerakan simetris kiri sama dengan kanan, retraksi (-), sela iga melebar, vocal
fremitus kiri dan kanan dalam batas normal, pulmo dextra dan pulmo sinistra baik,
lapangan paru, Wh -/-. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan peristaltik (+) kesan
meningkat. Pada pemeriksaan lab didapatkan Hgb 12,9 g/dL kesan menurun, Plt
dengan aorta dilatasi dan Bronchitis. Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisis pasien serta pemeriksaan penunjang di atas, pasien dapat didiagnosa sementara
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala
ringan, sampai gejala yang berat. Namun diagnosa PPOK dapat ditegakkan
berdasarkan gambaran klinis, dan pemeriksaan penunjang. Pada gambaran klinis, bila
ditemukan sesak nafas yang kronik dan progresif, serta riwayat terpajan oleh faktor-
faktor resiko. Maka diagnosa dari PPOK harus dipertimbangkan, dan kemudian
Pada kasus ini, seorang laki-laki berusia 70 tahun dengan keluhan sesak hebat
sejak 3 hari SMRS. Dari anamnesis, ditemukan adanya sesak, bersifat kronik
progresif (memburuk selama 3 bulan), disertai batuk berulang yang berdahak hingga
terdapat perubahan warna dahak dan ada riwayat terpajan faktor resiko (merokok 1
setengah bungkus saat masih muda). Kemudian pada pemeriksaan fisik ditemukan
adanya barrel shaped chest, penggunaan otot bantu nafas, terdapat ronkhi, serta
ekspirasi yang memanjang. Dari data tersebut kecurigaan adanya PPOK dapat
ditegakkan, dan kemudian dipastikan dengan menggunakan rontgen thorax PA. Dari
pasien ini adalah PPOK. Maka terapi farmakologis yang dilakukan adalah pemberian
1. DEFINISI
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronik
Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara
dengan obstruksi jalan napas yang tidak reversibel penuh, dan memenuhi kriteria
PPOK.
2. FAKTOR RISIKO
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam
tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
3. Hipereaktiviti bronkus
Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala,
gejala ringan hingga berat. Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan
A. Gambaran klinis
a. Anamnesis
- Keluhan
- Riwayat penyakit
- Faktor predisposisi
b. Pemeriksaan fisis
B. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
A. Gambaran Klinis
a. Anamnesis
- Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernapasan
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis berat badan lahir
-
rendah (BBLR), infeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok
b. Pemeriksaan fisis
Inspeksi
- Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis i
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
ekspirasi paksa
- ekspirasi memanjang
B. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan rutin
1. Faal paru
VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya
PPOK dan memantau perjalanan penyakit. Apabila spirometri tidak tersedia atau
tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak lebih dari 20%
Uji bronkodilator
kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20%
nilai awal dan < 200 ml Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil
2. Darah rutin
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Diafragma mendatar
- Normal
V. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan :
- Mengurangi gejala
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
1. Edukasi
PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada asma. Karena
kit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pencetus
dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi atau tujuan pengobatan dari asma.
gawat darurat ataupun di ICU dan di rumah. Secara intensif edukasi diberikan di
klinik rehabilitasi atau klinik konseling, karena memerlukan waktu yang khusus
dan memerlukan alat peraga. Edukasi yang tepat diharapkan dapat mengurangi
keterbatasan aktiviti. Penyesuaian aktiviti dan pola hidup merupakan salah satu
Bahan dan cara pemberian edukasi harus disesuaikan dengan derajat berat
penderita.
5. Penyesuaian aktiviti
2. Obat - obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis bronkodilator dan
jangka panjang. Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow
b. Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau injeksi
diberikan bila terbukti uji kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan VEP1
c. Antibiotika
- Lini I : Amoksisilin
Makrolid
Sefalosporin
Kuinilon
Makrolid baru
d. Antioksidan
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik dengan sputum yang viscous.
Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak diajnjurkan sebagai
pemberian rutin.
3. Terapi Oksigen
hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan mencegah
4. Nutrisi
berkolerasi dengan derajat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas
darah.
Algoritme penanganan PPOK
Algoritme penatalaksanaan PPOK eksaerbasi akut di rumah dan pelayanan
VI. KOMPLIKASI
1. Gagal napas
2. Infeksi berulang
3. Kor pulmonal
Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH
normal, penatalaksanaan :
- Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2
- Bronkodilator adekuat
- Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
- Antioksidan
- Demam
- Kesadaran menurun
Infeksi berulang
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada
kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya
Kor pulmonal :
Ditandai oleh P pulmonal pada EKG, hematokrit > 50 %, dapat disertai gagal
jantung kanan.