Penatalaksanaan Gagal Jantung Kongestif 3

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 3

Penatalaksanaan gagal jantung kongestif

Prinsip pemberian obat disini adalah mengurangi kerja jantung sehinga


peristiwa decompensated tidak terjadi atau menjadi semakin parah. ACE-inhibitor,
dianjurkan sebagai obat lini pertama baik dengan atau tanpa keluhan dengan fraksi
ejeksi 40-45% untuk meningkatkan survival, memperbaiki simtom. Harus diberikan
sebagai terapi awal, apabila terdapat retensi cairan berikan bersama diuretik.
Pemberian obat ini harus dititrasi sampai dosis yang dianggap bermanfaat sesuai
dengan bukti klinis, bukan berdasarkan gejala. Cth obat: captopril (dosi awal 12,5 mg
3x/hari, dapat ditingkatkan bertahap s/d 25mg 3x/hari)
Diuretik, penting untuk pengobatan simtomatik bila ditemukan beban cairan
berlebihan, kongesti paru dan edema perifer. Pemberiannya hendaknya diberikan
dengan kombinasi bersama ACE inhibitor ataupun ARB. Cth obat: furosemid (dosis
awal 20-80mg dosis tunggal tiap 6-8 jam)
-blocker, direkomendasi pada semua gagal jantung ringan, sedang, dan berat
yang stabil baik karena iskemi atau kardiomiopati non iskemi dalam pengobatan
standar seperti diuretic atau penyekat enzim konversi angiotensin. Dengan syarat
tidak ditemukan adanya kontra indikasi. Cth obat: bisoprolol 5mg 1x/hari. ARB,
masih merupakan alternative bila pasien tidak toleran terhadap ACE inhibitor. Efek
yang ditimbulkan sama efektif dengan penyekat beta. Cth obat: losartan K 50mg
1x/hari.
Glikosida jantung, merupakan indikasi pada fibrilasi atrium dengan berbagai
derajat gagal jantung. Mekanisme kerjanya meningkatkan kontraktilitas jantung.
Waspadai terjadinya keracunan digoxin. Cth obat: digoxin 2-6tab /hari. Nitrat,
sebagai tambahan apabila terdapat keluhan angina. Penyekat kanal kalsium, pada
gagal jantung sistolik penyekat kalsium tidak direkomendasikan. Pemakaiannya pun
dikontraindikasikan sebagai kombinasi dengan -blocker. Dipakai hanya sebagai
control tekanan darah apabila sulit dikontrol dengan nitrat atau -blocker.
Inotropik, merupakan golongan obat yang memberikan efek menguatkan
kontraktilitas otot jantung. Cth obat: dobutamine HCl 2,5 10 mcg/kbBB/menit
diberikan Intravena. Anti trombolitik, pada gagal jantung kronik dengan penyakit
jantung koroner, dianjurkan pemakaian antiplatetet.Cth obat: aspirin 300mg/hari.
Edukasi mengenai gagal jantung, penyebab, dan bagaimana mengenal serta
upaya bila timbul keluhan, dan dasar pengobatan. Istirhat, olahraga, aktivitas sehari-
hari, edukasi, aktivitas seksual, serta rehabilitasi. Edukasi pola diet, control asupan
1
garam, air, dan kebiasaan alcohol. Dianjurkan untuk membatasi konsumsi natrium
(garam) dengan 2-3 gram/hari. Restriksi cairan sampe 2 L/hari dianjurkan untuk
pasien dengan hiponatremia (kadar Na < 130 mEq/dL). Suplemen kalori dianjurkan
untuk pasien yang disertai kakeksia.
Dianjurkan juga untuk konsumsi asam lemak omega-3 karena manfaat asam
lemak omega-e untuk pencegahan primer gagal jantung. Minimal konsumsi 2 porsi
ikan per minggu, terutama ikan berminyak. Monitor berat badan, hati-hati dengan
kenaikan berat badan yang tiba-tiba Mengurangi berat badan pada pasien dengan
obesitas Hentikan kebiasaan merokok Pada perjalanan jauh dengan pesawat,
ketinggian, udara panas dan humiditas memerlukan perhatian khusus. Konseling
mengenai obat, baik efek samping, dan menghindari obat-obatan tertentu seperti
NSAID, antiaritmia kelas I, verapamil, diltiazem, dihidropiridin efek cepat,
antidepresan trisiklik, steroid.

2
Pencegahan2
Pencegahan gagal jantung harus selalu menjadi objektif primer terutama pada
kelompok dengan resiko tinggi. Obati penyebab potensial dari kerusakan miokard,
faktor resiko jantung koroner, pengobatan infark jantung segera di triase, serta
pencegahan infark ulangan, pengobatan hipertensi yang agresif, koreksi kelainan
congenital serta penyakit katup jantung, bila sudah ada disfungsi miokard, upayahkan
eliminasi penyebab yang mendasari, selain modulasi progresi dari disfungsi
asimptomatik menjadi gagal jantung.

Kesimpulan
Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan
fungsi jantung, sehingga jantung tidak mampu memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan. Sehingga akan timbul gejala-gejala klinis seperti
yang dialami pasien. Kriteria Framingham dapat dipakai untuk diagnosis gagal
jantung kongestif yang terdiri dari kriteria mayor dan kriteria minor. Diagnosis
ditegakkan dari 2 kriteria mayor; atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor harus ada
pada saat yang bersamaan. Prinsip pemberian obat disini adalah mengurangi kerja
jantung sehinga peristiwa decompensated tidak terjadi atau menjadi semakin parah.

Daftar Pustaka
1. Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku saku dasar patologi penyakit. Edisi 5.
Jakarta: EGC; 2004.
2. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.
3. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit..
Jakarta: EGC; 2005.
4. Mansjoer A, Kuspuji T, Savitri R. Kapita selekta kedokteran. Edisi 3. Jilid 1.
Jakarta: Media Aesculapius; 2008.
5. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan. Jakarta: Erlangga; 2007.
6. Burnside JW, McGlynn TJ. Diagnosis fisik. 17th ed. Jakarta: EGC; 2006. h.213-
55.
7. McNamara DM. Neurohormonal and cytokine activation in heart
failure. In: Dec GW, editors. Heart failure a comprehensive guide
todiagnosis and treatment. New York: Marcel Dekker;
2005.p.117-36

Anda mungkin juga menyukai