Perpajakan
TUGAS WITHHOLDING TAX
KELOMPOKII
ASRULSANI MUHAMAD 1506700543
AMIN NURSUDI 1506810130
IPUK SRI HADIYATI 1506810465
REISYA IBTIDA 1506810692
RIECHA SANTIECHA 1506810736
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada
mata ajaran lain, kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarism.
Nama Mahasiswa : 1 Asrulsani Muhamad 1506700543
2 Amin Nursudi 1506810130
3 Ipuk Sri Hadiyati 1506810465
4 Reisya Ibtida 1506810692
5 Riecha Santiecha 1506810736
2.
3.
4.
5.
Witholding Tax| 1
A. SOAL PPH PASAL 21
Bang Sudjono karyawan dengan status menikah dan mempunyai tiga anak bekerja pada
PT Sinar Unggul. Istrinya beliau merupakan seorang Pegawai Negeri Sipil di Dinas
Kesehatan Kabupaten Tangerang. Bang Sudjono menerima gaji Rp10.000.000,00
sebulan. PT Sinar Unggul mengikuti program pensiun dan BPJS Kesehatan. Perusahaan
membayar iuran pensiun kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, sebesar Rp60.000,00 sebulan.
Bang Sudjono juga membayar iuran pensiun sebesar Rp50.000,00 sebulan, disamping
itu perusahaan membayarkan iuran Jaminan Hari Tua karyawannya setiap bulan sebesar
3,70% dari gaji, sedangkan si Sudjono membayar iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan
sebesar 2,00% dari gaji. Premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian dibayar
oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing sebesar 1,00% dan 0,30% dari gaji.
Pada bulan Juli 2016 disamping menerima pembayaran gaji ia juga
menerima uang lembur (overtime) sebesar Rp 4.000.000,00.
Hitunglah:
Gaji Rp
10.000.000
Lembur (overtime) Rp
4.000.000
Premi JKM 1% Rp
100.000
Premi JK 0,3% Rp 30.000
Penghasilan bruto Rp
14.130.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 14.130.000 Rp 500.000
2. Iuran Pensiun Rp 50.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 200.000
Rp 750.000
Penghasilan neto sebulan
Rp 13.380.000
Penghasilan neto setahun adalah
12 X Rp 13.380.000 Rp
160.560.000
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000
Witholding Tax| 3
PPh Pasal 21 Terutang
5% X Rp 50.000.000 Rp 2.500.000
15% X Rp 38.560.000 Rp 5.784.000 Rp
8.284.000
Asumsi: istri memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakan sendiri sesuai
dengan UU PPh pasal 8 ayat (2) poin c. Dalam komponen penghasilan istri tidak
mendapatkan tunjangan keluarga karena sudah termasuk dalam komponen penghasilan
suami.
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 219.560.000 Rp 6.000.000
2. Iuran Pensiun Rp 600.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 2.400.000
Rp
9.000.000
Penghasilan neto setahun Rp
162.560.000
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000
Witholding Tax| 5
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 219.560.000 Rp 6.000.000
2. Iuran Pensiun Rp 600.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 2.400.000
Rp
9.000.000
Penghasilan neto setahun Rp
112.560.000
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000
Gaji Rp
10.000.000
Lembur (overtime) Rp
4.000.000
Premi JKM 1% Rp
100.000
Premi JK 0,3% Rp 30.000
Penghasilan bruto Rp
14.130.000
Pengurangan:
1. Biaya Jabatan
5% X Rp 14.130.000 Rp 500.000
2. Iuran Pensiun Rp 50.000
3. Iuran Jaminan Hari Tua Rp 200.000
Rp 750.000
Penghasilan neto sebulan
Rp 13.380.000
Penghasilan neto setahun adalah
2 X Rp 13.380.000 Rp
26.760.000
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
Witholding Tax| 7
- tambahan karena menikah Rp 4.500.000
Karena Penghasilan netto setahun tidak melebihi PTKP, maka tidak wajib menyampaikan
SPT Tahunan.
2. Mas Don Yono adalah karyawan kontrak 6 bulanan yang dapat diperpanjang
setiap semester sesuai kebutuhan kantor, namanya PT Sinar Dollar. Honor
beliau Rp 8 juta sebulan dan kerja mulai bulan Juli 2016.
PTKP setahun
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000
b. Apa bedanya 1721A1, 1721A2 dan Bukti Potong PPh Pasal 21 dalam PPh
Pasal 21 ?
Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 merupakan bukti bahwa telah dilakukan pemotongan PPh
Pasal 21 oleh pemberi kerja. Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 ini terdiri dari formulir 1721
A1 dan 1721 A2.
1721 A1 adalah formulir bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi pegawai tetap atau
penerima pensiun atau Tunjangan Hari Tua/Tabungan Hari Tua/Jaminan Hari Tua.
1721 A2 adalah formulir bukti pemotongan PPh Pasal 21 bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Anggota TNI/POLRI, Pejabat Negara dan Pensiunannya.
b. dr. Boyke atas jasanya Dr. Boyke diperhitungkan sebagai tenaga ahli
Witholding Tax| 9
memberikan jasa check sehingga pendapatannya dikenakan PPh pasal 21
up rutin kesehatan 50% pendapatan bruto x tarif umum
karyawan perusahaan 50% (8.000.000 x 12 bulan) x tarif umum
dimana ia datang dua (50% x 96.000.000) x 5%
minggu sekali. Ia dibayar 48.000.000 x 5% = 2.400.000
Rp 8 juta sebulan. PPh yang harus dipotong dari jasa dr Boyke adalah
sebesar 2.400.000/tahun atau 200.000/bulan
c. Mr. David Partington, MBA, Mr. David Partington, MBA tinggal di Indonesia
Expatriate dari Germany dibawah 183 hari, sehingga diperhitungkan sebagai
yang dipanggil untuk WP LN (PPh pasal 26)
membantu perusahaan 20% x real
dibidang jasa konsultan 20% x 100.000.000 = 20.000.000
pemasaran. Hadir di PPh yang harus dipotong dari jasa Mr. David
Indonesia 3 bulan sesuai Partington, MBA adalah sebesar 20.000.000
kontrak dan dibayar Rp
100 juta.
d. Pak Hardy, komisaris yang Pendapatan Pak hardy selaku komisaris PT. Sinar
bukanpegawai, sejumlah Dollar dikenakan PPh pasal 21 sbb:
Rp 500 juta. Rp real x tarif umum
50.000.000 x 5% = 2.500.000
250.000.000 x 15% = 37.500.000
200.000.000 x 25% = 50.000.00
PPh yang harus dipotong dari pembayaran kpd
komisaris adalah sebesar 90.000.000
e. Mang Diman, tukang, Mang Diman diperhitungkan sebagai WP OP, dan atas
untuk jasa kebersihan pendapatannya dipotong dengan PPh pasal 21
kantor dan renovasi sebagai berikut:
gudang, sejumlah Rp 80 50% x (80.000.000 30.000.000 10.000.000 x tarif
juta (material Rp 30 juta umum
dan upah anak buah (50% x 40.000.000) x 5% = 500.000
tukang Rp 10 juta) PPh pasal 21 yang harus dipotong dari Mang Diman
adalah sebesar 500.000
Witholding Tax| 11
Everyday lebih dari 25%, maka pendapatan
deviden PT Ananda tidak dipotong pajak
BUT AMB (saham 5%) Kepemilikan BUT AMB pada PT Aura Fullus
Everyday kurang dari 25%, maka
dikenakan pasal 23 (15%) yaitu:
15% x (10.000.000.000 x 5%)
15% x 500.000.000 = 75.000.000
Jadi atas deviden yang dibayarkan kepada
BUT AMB dipotong pajak sebesar
75.000.000
Tuan Agus (saham 4%) Tuan Agus adalah WP OP, oleh karena itu
atas deviden yang diberikan kepada Tuan
Agus dipotong pajak PPh pasal 4 ayat (2)
sebesar 10% (final) sebesar:
10% x (10.000.000.000 x 4%)
10% x 500.000.000 = 50.000.000
Jadi atas deviden yang dibayarkan kepada
Tuan Agus dipotong pajak sebesar
50.000.000
Pemotongan PPh Pasal 26 ini dilakukan oleh pembeli yaitu PT Bumi Indah Selalu .
4. Mengundang Mr. Lee sebagai wakil perusahaan, employee dari The Bulux
Invest Finance Ltd (Hongkong) untuk memberikan jasa Financial management
dan dibayar Rp 400.000.000,-, kontrak selama 3 bulan.
Dalam hal ini Mr. Lee bertindak atas nama perusahaan PT Bulux Invest Finance Ltd
(hongkong)termasuk subjek pajak Bentuk Usaha Tetap (BUT) dengan kontrak kerja
selama 3 bulan (lebih dari 60 hari), maka PT Aura Fullus Everyday memotong pajak PPh
23 sebesar 2% dari fee jasa (sesuai dengan.
Witholding Tax| 13
=Rp 400.000.000 x 2%
=Rp 8.000.000,- atau Rp 8 Juta
Dalam UU PPh Pasal 2 ayat 5 huruf m, Bentuk Usaha Tetap adalah bentuk usaha yang
melakukan usaha di Indonesia dengan memberikan jasa dalam bentuk apapun oleh
pegawai sepanjang dilakukan lebih dari 60 hari dalam jangka waktu 12 bulan.
5. Membayar premi asuransi kepada Ono-Ono Bae Insurance, Inc.(Japan)
sejumlah Rp 50 juta.
PT Aura Fullus Everyday memotong pajak PPh 26 sebesar 10% dari premi yang
dibayarkan kepada perusahaan asuransi Ono-ono Bae Insurance, Inc yang merupakan
Perusahaan Asuransi Luar Negeri (Surat Edaran Dirjen Pajak Nomro SE-25/PJ.4/1995).
PPh Pasal 26 =Premi Asuransi x 10%
=Rp 50.000.000 x 10%
=Rp 5.000.000,- atau Rp 5 Juta
7. Membayar kapal milik Shipping Joy Ltd (Singapore) untuk transportasi barang
ke nasabah dari Kaltim ke China sejumlah Rp 2 milliar.
Jawab:
PT AFE harus melakukan pemotongan PPh Pasal 26 atas pembayaran sewa atau
imbalan sehubungan jasa, pekerjaan dan kegiatan yang dilakukan oleh Shipping Joy
selaku WPLN sebesar 20% dari jumlah bruto.
PPh Pasal 26 =Penghasilan Bruto x 20%
=Rp 2.000.000.000 x 20%
=Rp 400.000.000,- atau Rp400 juta
Dasar hukum :
PPh Pasal 26 Ayat 1menyatakan Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau
telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek Pajak dalam negeri,
penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri
lainnya kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia dipotong
Witholding Tax| 15
pajak sebesar 20% (dua puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib
membayarkan pada poin (c) royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta dan (d) imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
8. Menyewa pesawat milik PT Pelita Air Service untuk angkutan direksi dari
Jakarta ke Kaltim sejumlah Rp 300 juta selama sebulan.
PT AFE harus melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas usaha sewa pesawat (asumsi
dengan crew) sebesar 1,8% yang diatur pula pada Pasal 15 dari penghasilan bruto yang
didapat PT Pelita Air Service
PPh Pasal 23 =Penghasilan Bruto x 1.8%
=Rp 300.000.000 x 1.8%
=Rp 5.400.000,-
Dasar Hukum:
SE-35/PJ.4/1996 menyatakan bahwa Wajib Pajak perusahaan penerbangan dalam
negeri adalah sebesar 6% (enam persen) dari peredaran bruto. Besarnya Pajak
Penghasilan yang wajib dilunasi adalah 1,8% (satu koma delapan persen) dari
peredaran bruto. Pembayaran PPh yang terutang sebagaimana yang dimaksud pada
butir 5 dilakukan melalui pemotongan oleh pencharter.
9. Menerima bagi hasil jasa parkiran sejumlah Rp 400 juta dari pengelola parkir,
PT Bingung Parkir. Tanah parkiran adalah milik PT Aura Fullus Everyday.
PT Bingung Parkir sebagai pihak pembayar, melakukan pemotongan atas imbalan yang
diterima PT AFE sesuai PPh Pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN
PPh Pasal 23 =Penghasilan Bruto x 2%
=Rp 400.000.000 x 2%
=Rp 8.000.000,-
Dasar Hukum:
PPh Pasal 23 dan PMK Nomor 141/PMK.03/2015 pada :
Pasal 1, Imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008, dipotong Pajak Penghasilan sebesar 2% (dua
persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN.
Pasal 2, Jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari pada huruf
(aq) Jasa pengelolaan parkir
Witholding Tax| 17
10.Membayar termin terakhir kepada PT Keker Bangun Indonesia, kontraktor,
atas jasanya membangun gudang di Kalimantan Timur, sejumlah Rp 2 milliar.
Nilai kontrak 10 milliar.
PT AFE harus melakukan pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2) atas Jasa Konstruksi
bersertifikasi Pelaksana kwalifikasi menengah/besar (diasumsikan demikian) sebesar
3% dari jumlah bruto tanpa PPN (PP No-51/2008 jo.PP -40/2009)
PPh Pasal 4 ayat (2) =Penghasilan Bruto x 3%
=Rp 2.000.000.0000 x 3%
=Rp 60.000.000,-
Dasar hukum:
PP No-51/2008 jo.PP -40/2009 pada Pasal 3 Ayat (1) menyatakan bahwa Tarif Pajak
Penghasilan untuk usaha Jasa Konstruksiadalah
2% (dua persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang memiliki kualifikasi usaha kecil;
4% (empat persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh Penyedia Jasa
yang tidak memiliki kualifikasi usaha;
3% (tiga persen) untuk Pelaksanaan Konstruksi yang dilakukan oleh
Penyedia Jasa selain Penyedia Jasa sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan
huruf b;
Dasar Hukum:
PPh Pasal 23 dan PMK Nomor 244/PMK.03/2008 pada :
Pasal 1, Imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak
Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21, sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 2 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang
Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2008, dipotong Pajak Penghasilansebesar 2% (dua
persen) dari jumlah bruto tidak termasuk PPN
Pasal 2, Jenis jasa lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari pada huruf
(r) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC,
dan/atau TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang
Witholding Tax| 19
lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/atau sertifikasisebagai
pengusaha konstruksi;
Dasar Hukum:
PPh Pasal 23 pada Ayat 1c kewajiban pembayar untuk memotong sebesar 2% (dua
persen) darijumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta,kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaanharta yang telah dikenai Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (2)
2 DPP Pasal 21 dari COGS dan Beban Selling & General Administrative Expenses (SGA)
adalah Rp 20 milliar sedangkan DPP Pasal 21 di SPT adalah Rp 16 milliar.
3 DPP Pasal 26 atas jasa objek PAsal 26 adalah Rp 2 milliar sedangkan DPP Pasal 26 di
SPT adalah Rp 1,2 milliar
Berikan alasan yang kuat kepada pemeriksa pajak mengapa terjadi selisih ini. Pakai asumsi
silahkan.
1 Nilai Sales di rugi laba Rp 60 milliar, DPP Bukti Potong Pasal 23 Rp 50 milliar sedangkan
DPP PPN keluaran adalah Rp 70 milliar, dapat disebabkan oleh:
a. Adanya transaksi penjualan kredit, dimana PKP dapat menunda pembuatan faktur
pajak standar sampai dengan akhir bulan berikutnya setelah penyerahan JKP
sepanjang uang belum diterima sehingga menyebabkan selisih nilai penjualan;
Witholding Tax| 21
b. Adanya penerimaan uang muka (down payment) yang sudah dikenakan PPN tetapi
belum diakui penghasilan karena masih tercatat dalam pos utang, misalnya
pendapatan diterima dimuka atas JKP;
c. Adanya potongan penjualan yang diberikan setelah faktur pajak dibuat yang dapat
mengurangi sales pada rugi laba, namun tidak mempengaruhi DPP PPN keluaran;
d. Adanya selisih kurs, invoice yang dibuat dalam valuta asing dicatat dalam penjualan
berdasarkan kurs realisasi, namun DPP PPN mencatat berdasarkan kurs Menteri
Keuangan;
e. Tidak semua JKP yang masuk ke dalam akun penjualan laporan keuangan
perusahaan termasuk sebagai peredaran usaha, hanya penjualan JKP yang masuk
sebagai peredaran usaha sebagai DPP PPN;
f. Terdapat penghasilan yang bukan merupakan objek PPN seperti bunga tabungan,
bunga deposito, pendapatan investasi, dll yang harus dikeluarkan terlebih dahulu.
Contoh:
Penjualan menurut Laporan Keuangan Rp60.000.000.000,-
DPP PPN keluaran Rp70.000.000.000,-
Selisih (Rp10.000.000.000,-)
Penjelasan Perbedaan:
PT Professional Consultindo mengakui pendapatan uang muka dengan menggunakan
metode kas basis, dimana penerimaan ini diakui pada saat kas diterima;
Penerimaan uang muka yang terjadi pada tahun berjalan atas JKP. Dari sisi PPh, pada
saat menerima uang muka belum diakui sebagai penghasilan. Sementara dari sisi PPN,
pembayaran uang muka sudah terutang PPN dan harus dibuatkan faktur pajak dan
dilaporkan di masa pajak dibuat;
Pendapatan lainnya disebabkan oleh penyerahan PPN yang tidak termasuk dalam
penjualan, merupakan pengalihan aset yang akan masuk ke dalam pos other income.
2 DPP Pasal 21 dari COGS dan Beban Selling & General Administrative Expenses (SGA)
adalah Rp 20 milliar sedangkan DPP Pasal 21 di SPT adalah Rp 16 milliar, dapat
disebabkan adanya koreksi positif atau negatif dalam COGS maupun beban Selling &
General Administrative Expenses, dengan ilustrasi sebagai berikut:
Witholding Tax| 23
Pada Harga Pokok Penjualan 2015:
- Upah tenaga kerja 1.000.000.000
- Pemakaian bahan bakar 1.000.000.000
- Biaya konsumsi catering enak 500.000.000
- Biaya akomodasi lapangan dan lainnya 2.000.000.000
5.000.000.000
Witholding Tax| 25
sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga; (v) biaya pembangunan infrastruktur
sosial untuk keperluan sarana dan prasarana umum.
- Dalam beban komisi, ada komisi penjualan yang diberikan kepada 4 orang atas jasanya
mencari pembeli di dalam negeri dan ada tanda bukti. PPh belum dipotong.
- Beban konsumsi kantor hanya untuk manager ke bawah, jajaran direksi diberikan uang
makan, 10% dari beban konsumsi ini adalah makan minum di Puncak sewaktu meeting
tahunan.
- Beban perjalanan dinas sebesar 60% adalah dalam bentuk Lumpsum ke pegawai yang
berangkat yang tidak perlu beban pembuktian lagi.
- Beban lainnya adalah biaya bingung yang bingung mau diposkan dimana, berisi biaya
undeductible expenses.
Koreksi
Witholding Tax| 27
Beban pemasaran dan promosi tidak dapat dibebankan karena tidak memiliki rincian
yang jelas, sehingga dilakukan koreksi (+) sebesar Rp2.305.000.000,- hal ini sesuai
dengan pasal 6 ayat (1) Undang-Undang 36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang
menyatakan bahwa Penghasilan bruto dapat dikurangi dengan biaya promosi sesuai
dengan peraturan menteri keuangan PMK 02/PMK.03/2010 dalam pasal 6 ayat (1) dan
ayat (5) menyatakan bahwa biaya promosi yang dapat dikurangi adalah biaya promosi
yang terdapat daftar nominatif, dan apabila tidak dipenuhi maka tidak dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto;
Beban entertainment perlu dikoreksi (+) sebesar Rp800.000.000,- karena hanya 20%
(Rp200.000.000,-) yang memiliki daftar nominatif;
3. DPP Pasal 26 atas jasa objek Pasal 26 adalah Rp 2 milliar sedangkan DPP Pasal 26 di SPT
adalah Rp 1,2 milliar, perbedaan ini diasumsikan oleh adanya pembayaran jasa sebesar
Rp800.000.000,- kepada Organisasi internasional yang telah ditetapkan oleh menteri keuangan
(PMK 215/PMK.03/2008) dan tidak termasuk subjek pajak PPh 26.
Witholding Tax| 29