Anda di halaman 1dari 6

MOLA HIDATIDOSA

A. Definisi

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili


korialisnya mengalami perubahan hirofik (Mansjoer, 1999).

Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh


bergandang berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak
cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan karena itu disebut
juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan neoplasma trofoblas
yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).

B. Etiologi dan faktor resiko

Penyebab dari mola belum sepenuhnya diketahui dengan pasti tetapi ada
beberapa dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola :

Faktor ovum memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk dikeluarkan


Imunoselektif dari trofoblas
Keadaan sosioekonomi yang rendah
Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin, lemak hewani
Paritas tinggi
Umur, resiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40 tahun
Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Suku bangsa ( ras ) dan faktor geografi yang belum jelas

C. Patogenesis

Ada beberapa teori yang dapat menerangkan patogenesis penyakit ini.

1. Teori missed abortion.

Kematian mudigah pada usia kehamilan 3-5 minggu saat dimana seharusnya
sirkulasi fetomaternal terbentuk menyebabkan gangguan peredaran darah.
Sekresi dari sel-sel yang mengalami hiperplasia dan menghasilkan substansi-
substansi yang berasal dari sirkulasi ibu diakumulasikan ke dalam stroma villi
sehingga terjadi kista villi yang kecil-kecil. Cairan yang terdapat dalam kista
tersebut menyerupai cairan ascites atau edema tetapi kaya akan HCG.

2. Teori neoplasma dari park

Teori ini mengemukakan bahwa yang abnormal adalah sel-sel trofoblas, yang
mempunyai fungsi yang abnormal pula, dimana terjadi resorpsi cairan yang
berlebihan ke dalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan
gangguan peredaran darah dan kematian mudigah. Sebagian dari vili berubah
menjadi gelembung-gelembung yang berisi cairan jernih. Biasanya tidak ada
janin, hanya pada mola parsial kadang-kadang ditemukan janin. Gelembung-
gelembung ini sebesar butir kacang hijau sampai sebesar buah anggur.
Gelembung ini dapat mengisi seluruh kavum uterus.

D. Klasifikasi

Ada 4 tipe Gestasional Trophoblastic Disease / Penyakit Trofoblas menurut ACS


(American Cancer Society) yaitu:

1. Mola hidatidosa (komplit dan parsial)

2. Mola invasiv / koriokarsinoma villosum

3. koriokarsinoma / koriokarsinoma non villosum

4. placental site trophoblastic disease

Ada berbagai macam klasifikasi dalam kepustakaan dunia, salah satu-nya adalah
:

1. Penyakit trofoblas jinak

1. mola hidatidosa/komplit

2. mola hidatidosa parsial

2. Penyakit trofoblas ganas

1. Non metastase

2. Metastase

Prognosis baik

Prognosis buruk

1. Mola hidatidosa
- komplet

Mola hidatidosa komplet lebih sering daripada mola hidatidosa parsial. Resiko
untuk berkembang menjadi tumor trofoblas dari mola sekitara 20 %. Mola
hidatidosa merupakan hasil konsepsi tanpa adanya embrio. Ditandai dengan
gambaran seperti sekelompok buah anggur. Villi khorialis yang berkembang
menjadi massa vesikel yang jernih vesikel tersebut tumbuh besar dan mengisi
seluruh cavum uteri

vesikel tersebut terdiri dari berbagai ukuran yang hampir tidak terlihat sampai
beberapa centimeter diameternya struktur histologis nya bersifat

degenerasi hidropik dan edema/pembengkakan stroma villi


tidak adanya pembuluh darah pada villi yang edema

proliferasi dari epitel tropoblas mencapai beberapa tingkatan/derajat


beragam

tidak adanya fetus atau amnion

- Mola hidatidosa parsial

Kalau perubahan hidatidosa bersifat fokal dan belum begitu jauh dan masih
terdapat janin dan sedikitnya kantong amnion keadaan ini disebut sebagai mola
parsialis. Pada sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi pembengkakan
hidatidosa yang berjalan lambat sementara villi yang lainnya yang vaskuler
dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang berfungsi tidak mengalami
perubahan .

2. Mola invasiv / koriokarsinoma villosum

Mola invasiv merupakan bentuk mola hidatidosa yang menginvasi


miometrium. Sel-sel trofoblas dengan vili korialis akan menyusup ke dalam
miometrium kemudian tidak jarang mengadakan perforasi pada dinding uterus
dan menyebabkan perdarahan intraabdominal. Dapat pula masuk ke dalam vena
seperti vena uterina dan terus ke vena iliaka interna. Mola ini berkembang pada
20% wanita yang menderita mola hidatidosa komplet setelah dikuret. Resiko
pada wanita ini meningkat bila :

waktu yang lama (> 4 bulan) dari periode berhenti dan perawatan

uterus menjadi sangat besar

usia > 40 tahun

mempunyai riwayat GTD sebelumnya

Apabila mola ini berkembang terus, dapat menyebabkan lubang di uterus dan
berdarah dengan mudah. Mola ini dapat komplet atau parsial, terkadang dapat
menghilang sendiri atau membutuhkan kemoterapi. Apabila disertai perdarahan
abdomen sering dilakukan histerektomi. Pada 15% kasus tumor
menyebar/metastasis melalui pembuluh darah ke organ lain, biasanya ke paru-
paru.

3. Koriokarsinoma / koriokarsinoma non villosum

Penyakit ini merupakan jenis yang terganas dari penyakit trofoblas. Sebagian
besar didahului oleh mola hidatidosa (83,3%) tetapi dapat juga didahului oleh
abortus atau persalinan biasa (7,6%). Tumbuh sangat cepat dan sering
menyebabkan metastasis ke organ-organ lain seperti paru-paru, vulva, vagina,
hepar dan otak. Bila setelah akhir suatu kehamilan terjadi perdarahan-
perdarahan yang tidak teratur, disertai tanda subinvolusi uterus kita harus curiga
adanya koriokarsinoma. Acosta Sison mengajukan istilah HBEs

4. Placental site trophoblastic disease

Merupakan bentuk yang jarang terjadi, berkembang ketika plasenta menyentuh


uterus. Tumor ini biasanya berkembang setelah kehamilan normal atau abortus.
Kebanyakan tidak menyebar ke organ lain dan tidak sensitif terhadap kemoterapi
seperti jenis lain, oleh karena itu pada tipe ini memerlukan operasi sebagai
penanganan

E. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan
biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari
kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan
bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada
pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola :

1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.
2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).
3. Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup,
penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan
berkeringat, kulit lembab.
4. Gejala gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai,
peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

F. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

1. Serum -hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan -hCG serial


(diulang pada interval waktu tertentu).
2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah
janin di dalam kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat
mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak
kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini
bukanlah kehamilan yang normal.
3. Foto thoraks.
Ada gambaran emboli udara.
4. Tes Acosta Sison.
Dengan tang abortus, gelembung mola dapat dikeluarkan.
5. Peningkatan kadar HCG darah atau urine.
G. Penatalaksanaan Medis

Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :

Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis


Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di
mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik
dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan
tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan
serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin.
Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis
dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera
Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari
penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang
dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan
evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan
kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap
perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus
secara tepat).
https://dokterbagus.wordpress.com/2013/08/23/mola-hidatidosa-hamil-anggur/

http://harnela-nst.blogspot.co.id/2012/04/plasenta-previa.html

http://echasaptyamidwifery.blogspot.co.id/2013/05/molahidatidosa.html

Anda mungkin juga menyukai