Sejarah Kopi Indonesia
Sejarah Kopi Indonesia
INDONESIA DALAM
SECANGKIR KOPI
Bukan sebuah kebetulan bila kolonial Belanda
mengintroduksi tanaman kopi ke bumi Nusantara.
Tentu juga bukan sebuah kebetulan bila rakyat atau
petani kecil mengikuti jejak kaum kolonial menanam
kopi di pekarangan rumah ataupun di ladang-ladang
mereka.
Di masa setelah masa terpuruknya VOC akibat buruknya tata kelola dan
praktek korupsi akut yang menjangkiti birokrasinya, kopi menjadi komoditas
yang ditekan untuk Pemerintah Hindia Belanda mengisi pundi-pundi kas
yang kosong. Peran kopi menjadi teramat penting bagi kas Belanda sejak
Gubenur Johannes Graaf van Bosch.
Di masa itu, rencana sistem tanam paksa (Cultuurstelsel) diterapkan.
Kebijakannya antara lain ialah mewajibkan setiap petani untuk memberikan
20 persen tanah garapannya untuk komoditas ekspor yang terdiri dari kopi,
tebu, tembakau, dan nila. Bagi mereka yang tidak memiliki lahan, wajib
memberikan 75 hari kerjanya dalam setahun untuk keperluan komoditas
prioritas ekspor.
Karakteristik tanah yang berbeda dari satu wilayah dengan wilayah yang
lain menjadikan kopi Nusantara memiliki ciri khas yang berbeda di tiap-tiap
wilayah. Keunggulan ini acapkali diperingkas dengan adagium: benih boleh
sama jika ditanam di tanah yang berbeda hasilnya pun berbeda.
Dari ujung Sumatera hingga ujung Papua tercipta kopi yang berbhinneka
rasanya. Di antaranya mampu memberikan kopi spesial yakni Aceh Gayo,
Sumatra Mandhailing, Lintong, Sidikalang, Java Ijen, Java Raung,
Kintamani, Bajawa Flores, Robusta Lampung, Toraja, dan masih banyak
lagi daerah yang menghasilkan kopi istimewa, hingga Kopi Papua yang
dihasilkan petani kopi di Wamena.
Satu lagi, tidak lengkap rasanya bila berbicara kopi Indonesia tanpa
membahas Kopi Luwak, kopi yang dianggap sebagai The most expensive
coffe in the world. Kopi Luwak ini sebenarnya kopi yang telah melewati
proses fermentasi di perut binatang luwak. Di berbagai daerah yang
memiliki pertanian kopi hampir selalu menyediakan produk khusus Kopi
Luwak. Kopi ini masih menjadi nomor satu di dunia bagi penikmat kopi
sejati. Dari segi harga pun kopi luwak juga teristimewa dari beragam jenis
kopi di dunia perkilogramnya di pasaran dunia dibandrol berkisar US$220-
1.350.
Dari kopi kita bisa mengenal Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Dari
ujung Aceh hingga Papua kita memiliki ke-Bhinneka-an jenis kopi. Namun
hal itu tidak pernah menjadi pemisah antara masing-masing identitas
kedaerahan. Kopi di meja dan kretek di tangan, ragam etnis, suku, agama,
dan antar golongan bertemu dan berbincang-bincang di warung kopi.
Barangkali, itu sebenar-benarnya Indonesia kita.