Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Teknik PWK Volume 4 Nomor 4 2015

Online : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/pwk
__________________________________________________________________________________________________________________

TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN KABUPATEN WONOGIRI

Itsna Yuni Hidayati dan Jawoto Sih Setyono


1
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
2
Dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
email: itsna.yuni15@pwk.undip.ac.id

Abstrak: Kabupaten Wonogiri merupakan wilayah yang memiliki karakteristik kondisi fisik alamiah yang unik
dan rawan terhadap terjadinya bencana alam. Kondisi fisik alamiah termasuk didalamnya aspek topografi,
klimatologi dan litologi merupakan determinan penting untuk mengevaluasi tingkat kerentanan lingkungan.
Isu-isu lingkungan seperti bencana alam juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kerentanan
lingkungan. Rata-rata angka kemiskinan di Kabupaten Wonogiri adalah 26,283% pada tahun 2005-2010,
termasuk tertinggi di Jawa Tengah. Masyarakat miskin lebih rentan dikarenakan mereka cenderung hidup di
daerah yang berbahaya dan lebih bergantung pada alam untuk penghidupan mereka. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kerentanan lingkungan di Kabupaten Wonogiri. Tingkat kerentanan lingkungan di
Kabupaten Wonogiri didefinisikan sebagai fungsi dari keterpaparan lingkungan, sensitivitas, dan kapasitas
adaptif. Analisis fungsi kerentanan lingkungan dilakukan menggunakan metode Indeks Dimensi yang
dikembangkan UNDP (2005) dan Indeks Kerentanan Lingkungan. Dilihat dari tingkat keterpaparan
lingkungannya, wilayah di Kabupaten Wonogiri masuk dalam kategori keterpaparan lingkungan sangat rendah.
Jika dilihat dari sensitivitasnya, wilayah di Kabupaten Wonogiri cenderung masuk dalam kategori sensitivitas
rendah. Pada tingkat kapasitas adaptif, wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar masuk dalam kategori
kapasitas adaptif rendah. Berdasarkan hasil analisis, ada 3 dari 5 kategori kerentanan lingkungan di Kabupaten
Wonogiri yakni rentan, kerentanan rendah dan kerentanan sangat rendah. Sebagian besar wilayah di
Kabupaten Wonogiri masuk dalam kategori kerentanan lingkungan sangat rendah, 17 dari 25 Kecamatan
masuk dalam kategori ini.

Kata Kunci: kerentanan lingkungan, keterpaparan, sensitivitas, kapasitas adaptif

Abstract: Wonogiri Regency has unique physical characteristics which has made it vulnerable to disasters. The
physical conditions such as topography, climatology and lithology are important determinants to the degree of
environmental vunerability of the region.Environmental issues such as natural disasters are also influential
factors to environmental vulnerability. Social-economic issues like poverty and inequality are also the
determinant to environmental vulnerability. Poverty average in Wonogiri Regency is 26.283% in 2005-2010,one
of the highest in Central Java. The poor are more vulnerable because they tend to live in unsafe areas and to be
more dependent on natural resources for their livelihood. This research aims to understand the level of
environmental vulnerability in Wonogiri Regency. Environmentalvulnerability is defined as a function of
environmental exposure, sensitivity, and adaptive capacity. The level of the environmental vulnerabilityis
analyzed by using Dimensions Index method developed by UNDP (2005) and the Environmental Vulnerability
Index. On the level of environmental exposure, sub-districts in Wonogiri Regency tend to fall into the very low
environmental exposure. On the sensitivity level, sub-districts in Wonogiri Regency tend to be categorized into
low sensitivity level. While on the adaptive capacity level, sub-districts in Wonogiri Regency are mostly within
the low adaptive capacity level. Based on the environmental vulnerability index, there are 3 categories of
environmental vulnerability in Wonogiri Regency i.e. vulnerable, low vulnerability and very low vulnerability.
Most sub-districts in Wonogiri Regency are classified into the category of very low environmental
vulnerability.These include 17 of the 25 sub-districts in total.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 592


Tingkat Kerentanan Lingkungan Kabupaten Wonogiri Itsna Yuni Hidayati dan Jawoto Sih Setyono

Keywords: environmental vulnerability, exposure, sensitivity, adaptive capacity

PENDAHULUAN
Kerentanan lingkungan didefinisikan dalam kategori tipe A yang sangat basah
sebagai fungsi dari keterpaparan lingkungan, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
sensitivitas dan kapasitas adaptif. Kerangka kondisi dimana dalam bulan tertentu curah
ini diadopsi dari konsep kerentanan hujan sangat intens akan tetapi pada bulan
perubahan iklim yang disarankan oleh IPCC lainnya justru tidak hujan sama sekali.
(IPCC, 1995 dalam Yoo dkk, 2014). Konsep Kondisi fisik alamiah termasuk di dalamnya
kerentanan lingkungan secara tipikal aspek topografi, klimatologi, litologi dan
menggabungkan dua faktor yakni faktor- tutupan vegetasi merupakan determinan
faktor biofisik dan sosial ekonomi (Kaly dkk, penting untuk mengevaluasi tingkat
2004; Adger,2006 dalam Yoo dkk, 2014). kerentanan lingkungan (Li dkk, 2006; Tran
Data pada aspek biofisik utamanya berkaitan dkk, 2002 dalam Wang dkk, 2008).
dengan risiko bahaya, iklim, geologi, dan Selain kondisi fisik alamiah yang
geografi dimana aspek sosial ekonomi unik, Kabupaten Wonogiri juga rawan
termasuk perlawanan sistem terhadap terhadap adanya bencana alam. Isu-isu
kerusakan dan kapasitas adaptif yang lingkungan seperti bencana alam juga
diakuisisi (Kaly dkk, 2004; Adger,2006 dalam merupakan faktor yang berpengaruh
Yoo dkk, 2014). Faktor-faktor biofisik terhadap kerentanan lingkungan (Wang dkk,
umumnya berkaitan dengan keterpaparan 2008). 90% wilayah Kabupaten Wonogiri
lingkungan yang menimbulkan adanya rawan terhadap adanya bencana alam. Dari
tekanan, sedangkan faktor sosial ekonomi data yang diperoleh pada tahun 2008 hingga
umumnya berkaitan dengan sensitivitas tahun 2012, jumlah bencana alam semakin
yakni unit yang terpapar dan kapasitas meningkat dalam kurun waktu 2008-2010
adaptif yakni kemampuan untuk kemudian mengalami penurunan lagi pada
menanggulangi tekanan yang terjadi. tahun 2010-2012. Kejadian bencana tersebut
Kabupaten Wonogiri merupakan juga diikuti dengan jumlah kerugian yang
wilayah yang memiliki karakteristik kondisi cukup besar. Secara lebih jelas dapat dilihat
fisik alamiah yang unik dan rawan terhadap pada Gambar 1.1. Kondisi fisik alamiah dan
terjadinya bencana alam. Dilihat dari aspek banyaknya bencana alam seperti yang ada di
topografinya, Kabupaten Wonogiri memiliki Kabupaten Wonogiri mengindikasikan
ketinggian yang berkisar antara 100-600 adanya keterpaparan lingkungan yang
mdpl dengan kondisi kemiringan lereng yang berpengaruh terhadap kerentanan
bervariasi dari datar hingga sangat curam. lingkungan di Kabupaten Wonogiri.
Jika dilihat dari intensitas curah hujannya Jumlah Kejadian bencana Jumlah Kerugian (0000000 Rp)
maka Kabupaten Wonogiri tergolong sebagai
wilayah dengan intensitas curah hujan yang 1000 814
sangat rendah sedangkan berdasarkan hasil 800 672
528 514
analisis iklim dengan klasifikasi Mohr dan 600

pembagian iklim Schmidt dan Fergusson, 400


152 179 206 245
112 102
200
nilai Q Kabupaten Wonogiri adalah sebesar
0
1,4 yang artinya Kabupaten Wonogiri masuk 2012 2011 2010 2009 2008
dalam kategori tipe A dengan ciri-ciri sangat
basah, vegetasi hutan hujan tropis. Dari
kondisi diatas, jika dilihat dari curah hujan
maka intensitasnya sangat rendah, akan
tetapi jika dilihat dari kondisi iklimnya masuk

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 593


Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2013 menganalisis tingkat sensitivitas dan
menganalisis tingkat kapasitas adaptif.
Gambar 1. 1
Jumlah Kejadian Bencana Alam dan Jumlah
Dalam pembahasan mengenai
Kerugian kerentanan lingkungan dalam artikel ini akan
dibahas pendahuluan, kajian literatur,
Selain kondisi fisik dan bencana metode penelitian, hasil pembahasan,
alam, aspek nonfisik seperti kependudukan kesimpulan dan rekomendasi serta daftar
juga berpengaruh terhadap adanya pustaka. Pendahuluan berisi mengenai latar
kerentanan lingkungan. Rata-rata angka belakang dan masalah penelitian berkaitan
kemiskinan yang cukup tinggi di Kabupaten dengan adanya kerentanan lingkungan di
Wonogiri yakni 26,283% pada tahun 2005- Kabupaten Wonogiri. Kajian literatur
2010 (Wiguna, 2013) dan termasuk tertinggi membahas mengenai pengertian kerentanan
di Jawa Tengah juga semakin secara umum dan kerentanan dalam
mengindikasikan kerentanan di Kabupaten literatur lingkungan. Bagian metode
Wonogiri semakin besar. Selain angka penelitian membahas mengenai jenis
kemiskinan yang tinggi, sebagian besar penelitian dan teknik analisis yang
penduduk Kabupaten Wonogiri hanya digunakan.
mengenyam pendidikan hingga SD, bahkan Bagian hasil dan pembahasan
jumlah penduduk yang tidak tamat SD pun mendiskusikan mengenai hasil penelitian
pada tahun 2013 tercatat cukup banyak. terkait dengan fungsi kerentanan lingkungan
Masyarakat miskin lebih rentan dikarenakan yakni keterpaparan lingkungan, sensitivitas,
mereka cenderung hidup di daerah yang kapasitas adaptif dan kerentanan lingkungan
berbahaya dan lebih bergantung pada alam itu sendiri. Kesimpulan hasil seluruh
untuk penghidupan mereka (UN-Habitat, penelitian dan tindakan yang dapat
2012). Kondisi ini mengindikasikan adanya dilakukan untuk meningkatkan ketahanan
sensitivitas yang tinggi terhadap adanya dirumuskan pada bagian kesimpulan dan
keterpaparan lingkungan. Penduduk miskin rekomendasi. Beberapa literatur yang
dan penduduk dengan pendidikan rendah menjadi dasar penelitian ini berada pada
juga cenderung memiliki pengetahuan dan bagian akhir artikel ini yakni bagian daftar
kemampuan menanggulangi tekanan akibat pustaka.
adanya keterpaparan lingkungan yang
rendah pula. KAJIAN LITERATUR
Dengan kondisi lingkungan dan Pengertian Kerentanan
masyarakat seperti yang telah dijelaskan Penggunaan kata kerentanan
diatas, maka lingkungan di Kabupaten merujuk pada kapasitas untuk dilukai,
Wonogiri berpotensi rentan. Akan tetapi derajat dimana sistem mungkin mengalami
hingga saat ini belum ada penelitian kerugian karena keterpaparan pada bahaya
mengenai tingkat kerentanan lingkungan (Turner II dkk, 2003). Kerentanan merujuk
terhadap kondisi tersebut. Pemahaman pada potensi sebuah sistem untuk dirusak
terhadap kerentanan merupakan pusat oleh tekanan dari luar (umpamanya
untuk mengidentifikasi adaptasi yang ancaman). Kerentanan definisikan sebagai
dibutuhkan dan mengembangkan kebijakan fungsi Exposure (keterpaparan), sensitivitas
adaptasi (NSW Government, 2013). terhadap dampak dan kemampuan atau
Atas dasar hal-hal tersebut, maka ketidakmampuan untuk menanggulangi
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (cope) atau beradaptasi. Keterpaparan dapat
tingkat kerentanan lingkungan di Kabupaten berupa bahaya seperti kekeringan, konflik
Wonogiri. Untuk mencapai tujuan tersebut atau fluktuasi harga ekstrim, dan juga sosial-
maka dilakukan 3 sasaran yaitu menganalisis ekonomi dasar, kelembagaan dan kondisi
tingkat keterpaparan lingkungan, fisik alam. Kekejaman dampak tidak hanya
bergantung pada keterpaparan, tapi juga

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 594


pada sensitivitas unit spesifik yang terpapar lain selain risiko bahaya dan kerusakan dari
(seperti ekosistem, sumber air, pulau, rumah bencana alam. Pada studinya, Yoo dkk
tangga, desa, kota, atau negara) dan pada (2014) memperkenalkan metode baru yang
kemampuan untuk beradaptasi atau mengintegrasikan Sistem Informasi
menanggulangi (UNEP, 2009). Geografis (SIG), statistik lokal dan survei. Yoo
dkk (2014) mendefinisikan kerentanan
Kerentanan dalam Literatur Lingkungan lingkungan sebagai fungsi dari keterpaparan
Indeks Kerentanan Lingkungan lingkungan, sensitivitas dan kapasitas
diusulkan menggabungkan 15 faktor adaptif. Kerangka ini diadopsi dari konsep
termasuk kondisi alam lingkungan, isu-isu kerentanan perubahan iklim yang disarankan
lingkungan dan akivitas manusia. oleh IPCC (IPCC, 1995 dalam Yoo dkk, 2014).
Berdasarkan nilai EVI kerentanan
diklasifikasikan kedalam 5 tingkat (Wang
dkk, 2008). METODE PENELITIAN
Kondisi alam termasuk topografi, Metode penelitian yang digunakan
iklim, tanah dan tutupan vegetasi dalam penelitian mengenai kerentanan
membentuk determinan kunci dari evaluasi lingkungan di Kabupaten Wonogiri ini adalah
kerentanan ((Li dkk, 2006; Tran dkk, 2002 metode penelitian deskriptif. Jenis penelitian
dalam Wang dkk, 2008)). Isu-isu lingkungan yang akan digunakan dalam penelitian ini
seperti bencana alam juga merupakan faktor adalah penelitian survei. Sebagaimana
yang berpengaruh terhadap kerentanan penelitian terkait kerentanan lingkungan
lingkungan (Wang dkk, 2008). Kerentanan dengan lingkup penelitian yang mencakup
lingkungan wilayah juga secara kuat satu Kabupaten Wonogiri dengan unit
berkaitan dengan faktor sosial-ekonomi lokal analisis adalah kecamatan, maka jenis
karena aktivitas manusia dapat secara besar penelitian yang cocok digunakan adalah jenis
mempengaruhi berbagai evolusi lingkungan penelitian survei. Penelitian survei adalah
(Basso dkk, 2000 dalam Wang, 2008). salah satu metode penelitian yang umumnya
Kepadatan populasi, konstruksi lalu lintas, mengkaji populasi yang besar dengan
gangguan padang rumput dan pengolahan menggunakan sampel populasi yang
lahan dipilih untuk mengevaluasi dampak bertujuan untuk membuat deskripsi,
aktivitas manusia. generalisasi, atau prediksi tentang opini,
Yoo, dkk (2014) menyatakan perilaku, dan karakteristik yang ada dalam
penilaian kerentanan lingkungan merupakan populasi tersebut (Amin, 2011).
dasar dalam mengukur manajemen Teknik analisis yang dilakukan yakni
lingkungan karena penilaian kerentanan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
lingkungan menyediakan standar obyektif keterpaparan lingkungan, teknik analisis
prioritas dalam implementasi. untuk mengetahui tingkat sensitivitas dan
Konsep kerentanan lingkungan tingkat kapasitas adaptif dan teknik analisis
secara tipikal menggabungkan dua faktor untuk mencapai tujuan penelitian yakni
yakni faktor-faktor biofisik dan sosial mengetahui tingkat kerentanan lingkungan
ekonomi (Kaly dkk, 2004; Adger,2006 dalam di Kabupaten Wonogiri.
Yoo dkk, 2014). Data pada aspek biofisik
utamanya berkaitan dengan risiko bahaya, Teknik Analisis Tingkat Keterpaparan
iklim, geologi, dan geografi dimana aspek Lingkungan, Tingkat Sensitivitas dan
sosial ekonomi termasuk perlawanan sistem Tingkat Kapasitas Adaptif
terhadap kerusakan dan kapasitas adaptif Penilaian dengan menggunakan
yang diakuisisi (Kaly dkk, 2004; Adger,2006 indeks mengacu pada penggunaan Indeks
dalam Yoo dkk, 2014). Dimensi yang dikembangkan oleh UNDP
Yoo dkk (2014) mengembangkan pada tahun 2005 (Yoo dkk, 2014). Nilai
metode baru yang mempertimbangkan hal indeks dimensi berkisar antara 0,00-1,00.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 595


Berikut adalah rumus untuk mencari indeks (IKL). Dalam Yoo dkk (2014) rumus IKL
dimensi tersebut. tersebut adalah sebagai berikut.

IKL = (NIKL + NIS) - NIKA

Keterangan:
IKL : Indeks Kerentanan Lingkungan
Keterangan: NIKL : Nilai Indeks Keterpaparan
DI : Indeks Dimensi Lingkungan
X : Nilai variabel yang diteliti NIS : Nilai Indeks Sensitivitas
Min : Nilai terkecil dari variabel yang NIKA : Nilai Indeks Kapasitas Adaptif
diteliti
Max : Nilai terbesar dari variabel yang Jika nilai IKL sudah diketahui, maka
diteliti selanjutnya dilakukan reklasifikasi sehingga
tingkat kerentanan dapat di ketahui.
Jika setiap variabel dari Reklasifikasi ini yakni dengan menentukan
keterpaparan lingkungan, sensitivitas dan jumlah kelas dan interval kelas. Jumlah kelas
kapasitas adaptif telah dicari nilai indeksnya, kerentanan lingkungan ini dibagi menjadi 5
maka dicari tingkat keterpaparan tingkat yakni tingkat 1 hingga 5. Pembagian
lingkungan, tingkat sensitivitas dan tingkat ini berdasarkan teori yang dikembangkan
kapasitas adaptif setiap variabel dengan cara oleh Yoo, dkk (2014).
mencari interval kelas. Setelah itu dilakukan Tingkatan kelas kerentanan
pencarian Nilai Indeks Keterpaparan lingkungan yang dikembangkan oleh Yoo,
Lingkungan (NIKL), Nilai Indeks Sensitivitas dkk (2014) yang membaginya menjadi 5
(NIS) dan Nilai Indeks Kapasitas Adaptif tingkat:
(NIKA) dengan cara mencari rata-rata dari Tingkat I = Kerentanan Sangat
seluruh indeks variabel yang ada pada faktor Rendah
keterpaparan lingkungan, sensitivitas dan Kondisi dimana derajat terlukanya
kapasitas adaptif. Adapun rumus mencari sistem alam maupun manusia ketika
interval kelas adalah sebagai berikut. ada ancaman maupun tekanan
sangat rendah.
Tingkat II = Kerentanan
Rendah
Kondisi dimana derajat terlukanya
sistem alam maupun manusia ketika
Pembagian kelas tingkat
ada ancaman maupun tekanan
keterpaparan lingkungan, sensitivitas dan
rendah.
kapasitas adaptif dibagi menjadi lima yakni:
Tingkat III = Rentan
1. Sangat rendah
Kondisi dimana derajat terlukanya
2. Rendah
sistem alam maupun manusia ketika
3. Sedang
ada ancaman maupun tekanan
4. Tinggi
sedang.
5. Sangat tinggi
6. Tingkat IV = Kerentanan Tinggi
Teknik Analisis Kerentanan Lingkungan Kondisi dimana derajat terlukanya
Setelah dilakukan perhitungan Nilai sistem alam maupun manusia ketika
Indeks Keterpaparan Lingkungan (NIKL), Nilai ada ancaman maupun tekanan
Indeks Sensitivitas (NIS) dan Nilai Indeks tinggi.
Kapasitas Adaptif (NIKA) maka dilakukan Tingkat V = Kerentanan Sangat
perhitungan Indeks Kerentanan Lingkungan Tinggi

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 596


Kondisi dimana derajat terlukanya yang cenderung memiliki tingkat
sistem alam maupun manusia ketika keterpaparan terhadap bencana alam
ada ancaman maupun tekanan maupun terhadap kondisi fisik alamiah yang
sangat tinggi. rendah hingga sedang, ini tentu dipengaruhi
oleh nilai indeksnya.
HASIL PEMBAHASAN Pada persebaran tingkat
Tingkat Keterpaparan Lingkungan keterpaparan lingkungan, wilayah dengan
Tingkat keterpaparan lingkungan di tingkat keterpaparan lingkungan yang
Kabupaten Wonogiri akan dianalisis melalui rendah cenderung merupakan wilayah
banyaknya bencana alam yang terjadi di dengan kemiringan lereng yang datar hingga
setiap kecamatan dan kondisi fisik landai dan memiliki frekuensi kejadian
alamiahnya. Semakin banyak kejadian bencana alam yang sangat rendah, sehingga
bencana alam maka semakin besar dampak dampak negatif dari bencana alam dan
negatifnya terhadap lingkungan. Sedangkan kondisi fisik alamiahnya sangat rendah
kondisi fisik alamiah yang tidak menentu berpengaruh terhadap lingkungannya.
juga dapat menimbulkan dampak negatif
bagi lingkungan. Kondisi fisik alamiah ini
menjadi salah satu kunci dalam menentukan
kerentanan lingkungan
Berdasarkan hasil analisis
keterpaparan lingkungan dengan
menggunakan Indeks Dimensi (ID) dapat
diketahui bahwa dari 5 kategori, hanya
terdapat 4 kategori tingkat keterpaparan
lingkungan di Kabupaten Wonogiri. Sebagian
besar wilayah masuk kedalam kategori Sumber: Analisis Peneliti, 2015
tingkat keterpaparan lingkungan sangat
rendah. Pada kategori tinggi, Kecamatan Gambar 1. 2
Selogiri merupakan satu-satunya wilayah Tingkat Keterpaparan Lingkungan
dengan kategori tingkat keterpaparan
lingkungan yang tinggi dengan nilai indeks Tingkat Sensitivitas
0,60. Sensitivitas merupakan analisis
Wilayah dengan nilai indeks mengenai apakah manusia dan alam
terendah adalah Kecamatan Paranggupito terdampak dan berpotensi terdampak
dengan nilai indeks 0,06. Dari hasil analisis terhadap adanya keterpaparan lingkungan
ini dapat diketahui jika sebagian besar yang terjadi. Analisis sensitivitas di
lingkungan wilayah di Kabupaten Wonogiri Kabupaten Wonogiri dipengaruhi oleh dua
cenderung terdampak oleh adanya bencana variabel yakni sistem manusia dan sistem
alam daripada kondisi fisik alamiah. Kondisi alam.
fisik alamiah utamanya tidak secara Pada hasil analisis sensitivitas yang
signifikan berdampak negatif terhadap telah dilakukan, wilayah dengan indeks
kondisi lingkungan di Kabupaten Wonogiri. sensitivitas paling tinggi adalah Kecamatan
Pada wilayah dengan kategori keterpaparan Wonogiri dengan nilai indeks dimensi
lingkungan yang sedang adalah wilayah yang sensitivitas sebesar 0,63. Wilayah dengan
memiliki tingkat keterpaparan lingkungan nilai sensitivitas kedua setelah Kecamatan
terhadap bencana alam yang sangat tinggi Wonogiri adalah Kecamatan Pracimantoro
hingga sedang dan tingkat keterpaparan dengan nilai indeks dimensi sensitivitas
terhadap kondisi fisik alamiah yang sangat sebesar 0,54. Wilayah dengan nilai indeks
rendah. Sedangkan wilayah dengan tingkat sensitivitas terendah adalah Kecamatan
keterpaparan yang rendah adalah wilayah

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 597


Paranggupito dengan nilai indeks dimensi
sensitivitas sebesar 0,08.
Dari hasil analisis diketahui hanya
ada 4 kategori sensitivitas di Kabupaten
Wonogiri yakni Tinggi, Sedang, Rendah, dan
Sangat Rendah. Pada kategori sensitivitas
tinggi ada satu wilayah yakni Kecamatan
Wonogiri. Pada kategori sensitivitas sedang,
terdapat 8 wilayah, pada kategori rendah
terdapat 11 wilayah dan pada kategori
sangat rendah terdapat 5 wilayah. Kategori
sensitivitas rendah merupakan kategori yang Sumber: Analisis Peneliti, 2015
paling mendominasi di wilayah Kabupaten
Wonogiri. Gambar 1. 3
Tingkat sensitivitas di Kabupaten Tingkat Sensitivitas
Wonogiri ini cenderung didominasi oleh Tingkat Kapasitas Adaptif
kategori sedang hingga rendah dikarenakan Kapasitas adaptif di Kabupaten
sensitivitas pada sistem manusia didominasi Wonogiri dilihat dari masyarakat dan
oleh kategori sedang hingga rendah pemerintah yang dijabarkan dalam empat
sedangkan pada sensitivitas sistem alam faktor yakni kesadaran keterpaparan,
didominasi oleh kategori rendah hingga kekuatan kelembagaan, kekuatan ekonomi
sangat rendah, sehingga jika dirata-rata dan infrastruktur.
maka tingkat sensitivitas di Kabupaten Tingkat kapasitas adaptif
Wonogiri cenderung sedang hingga rendah. menunjukkan kemampuan wilayah dalam
Pada sensitivitas manusia, menanggulangi dampak negatif yang terjadi
dipengaruhi oleh komposisi kependudukan, akibat adanya keterpaparan lingkungan.
jumlah penduduk wilayah di Kabupaten Berdasarkan hasil analisis terhadap empat
Wonogiri cenderung sedang hingga rendah, variabel kapasitas adaptif yakni kesadaran
sehingga berpengaruh juga terhadap tingkat terhadap keterpaparan, kekuatan
sensitivitasnya. Pada sensitivitas sistem kelembagaan, kekuatan ekonomi dan
alam, penggunaan lahan yang sensitif juga kapasitas adaptif infrastruktur, kemudian
bukan merupakan penggunaan lahan yang dilakukan pencarian nilai rata-rata untuk
dominan. Dengan adanya kondisi tersebut mengetahui tingkat kapasitas adaptif
maka sebagian besar wilayah di Kabupaten wilayah. Dari hasil analisis dapat diketahui
Wonogiri sensitivitas terhadap keterpaparan bahwa, terdapat empat dari lima kategori
lingkungan rendah. Artinya potensi sistem tingkat kapasitas adaptif yakni kategori
baik alam ataupun manusia untuk sangat tinggi, kategori sedang, kategori
terdampak dan dirusak oleh akibat buruk rendah dan kategori sangat rendah. Pada
keterpaparan cenderung rendah. kategori sangat tinggi ada satu wilayah yaitu
wilayah Kecamatan Wonogiri. Pada kategori
sedang, terdapat enam wilayah. Pada
kategori rendah terdapat 17 wilayah dan
pada kategori sangat rendah terdapat satu
wilayah yaitu Kecamatan Giriwoyo. Hal
tersebut menunjukkan wilayah di Kabupaten
Wonogiri cenderung memiliki kapasitas
adaptif yang rendah.
Wilayah dengan nilai indeks dimensi
kapasitas adaptif paling tinggi adalah

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 598


Kecamatan Wonogiri dengan nilai indeks kapasitas adaptif yang cenderung sama. Ini
sebesar 0,94, wilayah dengan nilai tertinggi dipengaruhi oleh interaksi masyarakat serta
ke-2 dan ke -3 berturut-turut adalah bentang alam yang cenderung sama
Kecamatan Purwantoro dengan nilai indeks sehingga memunculkan kapasitas adaptif
0,56 dan Kecamatan Jatisrono serta yang seragam.
Kecamatan Bulukerto dengan nilai indeks
dimensi kapasitas adaptif masing-masing Tingkat Kerentanan Lingkungan
0,55 dan 0,51. Tiga wilayah dengan nilai Setelah dilakukan analisis
indeks dimensi paling rendah adalah keterpaparan lingkungan, analisis sensitivitas
Kecamatan Giriwoyo, Kecamatan dan analisis kapasitas adaptif, maka langkah
Wuryantoro dan Kecamatan Kismantoro, terakhir untuk mendapatkan tingkat
dengan nilai indeks dimensi masing-masing kerentanan lingkungan adalah dengan
adalah 0,18, 0,22 dan 0,25. menghitung indeks kerentanan lingkungan.
Indeks Kerentanan Lingkungan merupakan
hasil pengurangan indeks kapasitas adaptif
terhadap penjumlahan keterpaparan
lingkungan dan sensitivitas.
Pengelompokkan kelas indeks kerentanan
lingkungan ini dibagi menjadi 5 kelas sesuai
dengan pengelompokkan yang dilakukan
oleh Yoo dkk (2014).
Dari lima kategori tingkat
kerentanan lingkungan yang ada, hanya
Sumber: Analisis Peneliti, 2015
terdapat tiga kategori kerentanan
lingkungan yang ada di Kabupaten Wonogiri.
Gambar 1. 4 Kategori tersebut adalah rentan, kerentanan
Tingkat Kapasitas Adaptif rendah dan kerentanan sangat rendah.
Rentan menunjukkan suatu wilayah akan
Kecamatan Wonogiri sebagai satu- mengalami derajat dilukai yang cukup tinggi
satunya wilayah dengan tingkat kapasitas jika ada ancaman dan tekanan yang berasal
adaptif sangat tinggi, memiliki masyarakat dari keterpaparan lingkungan. Kerentanan
yang memiliki kesadaran terhadap rendah menunjukkan suatu wilayah akan
keterpaparan, kekuatan kelembagaan, mengalami derajat dilukai yang rendah jika
kekuatan ekonomi dan kapasitas adaptif ada ancaman dan tekanan yang berasal dari
infrastruktur yang sangat tinggi pula. keterpaparan lingkungan. Kerentanan sangat
Fungsinya sebagai ibu kota Kabupaten tentu rendah menunjukkan suatu wilayah akan
berpengaruh terhadap adanya kondisi ini. mengalami derajat dilukai yang sangat
Sebagai ibu kota, Kecamatan Wonogiri rendah jika terjadi ancaman dan tekanan
menjadi pusat kegiatan berbagai aktivitas dari adanya keterpaparan lingkungan.
baik komersial, permukiman dan Wilayah yang masuk dalam kategori
pemerintahan. Selain itu, akses terhadap rentan adalah Kecamatan Selogiri.
informasi yang lebih baik juga menjadikan Kecamatan Selogiri sendiri merupakan
masyarakat lebih tinggi pengetahuannya wilayah dengan keterpaparan terhadap
sehingga berpengaruh terhadap kesadaran bencana alam yang sangat tinggi, jumlah
masyarakat. Sebagai pusat pemerintahan, kejadian bencana alam di Kecamatan Selogiri
menjadikan Kecamatan Wonogiri memiliki merupakan jumlah kejadian bencana paling
akses yang lebih baik dalam memenuhi tinggi di Kabupaten Wonogiri. Kecamatan
kebutuhannya sebagai suatu wilayah. Selogiri merupakan satu-satunya wilayah
Beberapa wilayah yang letaknya yang memiliki keterpaparan lingkungan yang
berdekatan juga memiliki karakteristik tinggi. Jika dilihat dari tingkat sensitivitasnya

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 599


Kecamatan Selogiri masuk dalam kategori tetapi memiliki tingkat kapasitas adaptif
sensitivitas rendah. Jika dilihat dari kapasitas yang cukup tinggi. Wilayah yang masuk
adaptifnya, Kecamatan Selogiri merupakan dalam kategori kerentanan rendah adalah
Kecamatan yang memiliki kapasitas adaptif wilayah yang tidak hanya memiliki tingkat
yang rendah. Meskipun memiliki keterpaparan lingkungan dan tingkat
keterpaparan yang tinggi, akan tetapi sensitivitas yang rendah akan tetapi juga
Kecamatan Selogiri memiliki tingkat memiliki kapasitas adaptif yang rendah.
sensitivitas yang rendah sehingga Kecamatan Wonogiri adalah
menjadikan dampak potensial yang ada di Kecamatan dengan nilai indeks kerentanan
Kecamatan Selogiri menjadi sedang, dengan lingkungan paling rendah yakni sebesar -
kapasitas adaptif yang rendah, menjadikan 0,19. Kecamatan Wonogiri sendiri memiliki
Kecamatan Selogiri menjadi Kecamatan keterpaparan lingkungan yang rendah, akan
dengan kategori kerentanan rentan. tetapi memiliki sensitivitas yang tinggi.
Wilayah-wilayah dengan kategori Tingginya sensitivitas ini dibarengi dengan
kerentanan rendah hingga kerentanan kapasitas adaptif yang sangat tinggi. Seperti
sangat rendah cenderung memiliki telah diulas pada penjabaran sebelumnya,
keterpaparan lingkungan dan sensitivitas kapasitas adaptif Kecamatan Wonogiri
yang rendah akan tetapi memiliki kapasitas sangat tinggi dan timpang dengan wilayah
adaptif yang tinggi. lainnya. Hal tersebut dikarenakan fungsinya
Wilayah dengan nilai indeks sebagai ibu kota kabupaten menjadikan
kerentanan tertinggi adalah Kecamatan Kecamatan Wonogiri mendapatkan
Selogiri dengan nilai indeks kerentanan perhatian dalam hal pembangunan lebih
lingkungan sebesar 0,56. Wilayah dengan besar dibandingkan dengan lainnya.
kerentanan lingkungan terendah adalah Aksesibilitas dan arus informasi yang baik,
Kecamatan Wonogiri dengan nilai indeks - kemampuan ekonomi yang baik dan
0,19, Kecamatan Paranggupito dengan nilai kelembagaan yang kuat pun menjadikan
indeks 0,13, Kecamatan Giritontro dengan Kecamatan Wonogiri sebagai Kecamatan
nilai indeks dimensi sebesar -0,08, dengan kerentanan yang sangat rendah.
Kecamatan Bulukerto dengan nilai indeks -
0,04 dan Kecamatan Purwantoro dengan
nilai 0,00. Kecamatan Purwantoro memiliki
nilai indeks pada angka tepat 0,00 ini artinya
besarnya dampak potensial sama dengan
besarnya kapasitas adaptif.
Wilayah di Kabupaten Wonogiri
cenderung masuk dalam kategori sebagai
wilayah dengan kerentanan sangat rendah,
17 dari 25 wilayah di Kabupaten Wonogiri
masuk dalam kategori ini. Kondisi
kerentanan ini menunjukkan wilayah yang Sumber: Analisis Peneliti, 2015
ada di Kabupaten Wonogiri cenderung
memiliki tingkat keterpaparan lingkungan Gambar 1. 5
dan tingkat sensitivitas yang rendah akan Tingkat Kerentanan Lingkungan di Kabupaten
Wonogiri

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 600


TABEL I. 1
RANGKUMAN TINGKAT KERENTANAN LINGKUNGAN

Tingkat Keterpaparan
Tingkat Sensitivitas Tingkat Kapasitas Adaptif
Tingkat Kerentanan Lingkungan
Kecamatan
Lingkungan

I* II* III* IV* V* I* II* III* IV* V* I* II* III* IV* V*

Rentan Selogiri

Giriwoyo

Nguntoronadi

Kismantoro

Kerentanan Rendah Pracimantoro

Tirtomoyo

Eromoko

Slogohimo

Girimarto

Batuwarno

Wuryantoro

Manyaran

Jatiroto

Sidoharjo

Ngadirojo

Baturetno

Kerentanan Sangat Rendah Jatipurno

Jatisrono

Karangtengah

Purwantoro

Puhpelem

Bulukerto

Giritontro

Paranggupito

Wonogiri
Sumber: Analisis Peneliti, 2015
* Keterangan:
I = Sangat Rendah
II = Rendah
III = Sedang
IV = Tinggi
V = Sangat Tinggi
keterpaparan lingkungan, tingkat
Pada Tabel I.1 menunjukkan sensitivitas dan tingkat kapasitas adaptif
kategori kerentanan lingkungan dan wilayah tersebut. Sebagai contoh, pada
wilayah-wilayah yang masuk di dalamnya. tingkat kerentanan lingkungan rentan, ada
Pada wilayah yang masuk pada setiap satu wilayah yang masuk dalam kategori
kategori tersebut diperlihatkan tingkat ini, yaitu Kecamatan Selogiri. Kecamatan

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 601


Selogiri memiliki tingkat keterpaparan Wilayah dengan tingkat keterpaparan
lingkungan yang tinggi dengan tingkat lingkungan yang rendah cenderung
sensitivitas yang rendah dan kapasitas merupakan wilayah dengan kemiringan
adapatif yang rendah pula. Tingkat lereng yang datar hingga landai dan
kerentanan lingkungan serta faktor-faktor memiliki frekuensi kejadian bencana
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel I.1. alam yang sangat rendah, sehingga
Kategori kerentanan sangat rendah dampak negatif dari bencana alam dan
ini menunjukkan kondisi dimana derajat kondisi fisik alamiahnya sangat rendah
terlukanya sistem alam maupun manusia berpengaruh terhadap lingkungannya.
ketika ada ancaman maupun tekanan Frekuensi dari kejadian bencana alam
sangat rendah. Kondisi kerentanan dan kombinasi indikator kondisi alamiah
lingkungan sangat rendah ini ditunjukkan berpengaruh terhadap keterpaparan
dengan tingkat keterpaparan lingkungan lingkungan ini.
yang sangat rendah serta tingkat Pada sensitivitas manusia, dipengaruhi
sensitivitas dan tingkat kapasitas yang oleh komposisi kependudukan,
rendah. sensitivitas sistem alam secara umum
Kondisi kerentanan lingkungan lebih besar dibandingkan dengan
rendah ditunjukkan dengan tingkat sensitivitas sistem alam. Pada
keterpaparan lingkungan yang rendah sensitivitas sistem alam, penggunaan
hingga sangat rendah, tingkat sensitivitas lahan yang sensitif juga bukan
yang sedang dan tingkat kapasitas adaptif merupakan penggunaan lahan yang
yang rendah. Pada tingkat kerentanan dominan. Sensitivitas yang sedang
rentan, Kecamatan Selogiri merupakan hingga rendah ini menunjukkan potensi
satu-satunya wilayah yang memiliki tingkat sistem, baik alam ataupun manusia
kerentanan III atau kategori rentan. untuk terdampak dan dirusak oleh
Kecamatan Selogiri memiliki tingkat akibat buruk keterpaparan cenderung
keterpaparan lingkungan yang tinggi rendah hingga sangat rendah.
dengan tingkat sensitivitas dan kapasitas Wilayah di Kabupaten Wonogiri
adaptif yang rendah. cenderung memiliki kapasitas adaptif
yang rendah. Ada ketimpangan yang
KESIMPULAN & REKOMENDASI cukup besar antar Kecamatan Wonogiri
Kesimpulan yang merupakan wilayah dengan
Sesuai dengan sasaran dan tujuan kapasitas adaptif sangat tinggi dengan
yang dicapai dari berbagai macam analisis wilayah yang ada disekitarnya seperti
terhadap variabel yang terkait dengan Kecamatan Selogiri. Beberapa wilayah
tingkat kerentanan lingkungan di Kabupaten yang letaknya berdekatan juga memiliki
Wonogiri, maka dapat disimpulkan hal-hal karakteristik kapasitas adaptif yang
sebagai berikut: cenderung sama. Ini dipengaruhi oleh
Wilayah di Kabupaten Wonogiri interaksi masyarakat serta bentang
sebagian besar merupakan wilayah yang alam yang cenderung sama sehingga
masuk sebagai wilayah dengan memunculkan kapasitas adaptif yang
kerentanan lingkungan yang sedikit seragam.
rentan. 17 dari total 25 kecamatan,
masuk dalam kategori ini. Kategori Rekomendasi
sedikit rentan ini menunjukkan kondisi Untuk meningkatkan ketahanan
dimana derajat terlukanya sistem alam wilayah maka dirumuskan beberapa
maupun manusia ketika ada ancaman rekomendasi terkait dengan faktor yang
maupun tekanan sangat rendah. berpengaruh terhadap kerentanan
lingkungan, yakni keterpaparan lingkungan,

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 602


sensitivitas dan kapasitas adaptif agar seperti Kecamatan Wonogiri, Jatisrono,
mampu meningkatkan ketahahan terhadap Pracimantoro, Ngadirojo, Purwantoro.
kerentanan lingkungan. Masyarakat diharapkan lebih
Perlu ada kebijakan strategis terkait meningkatkan kesadaran dalam
bencana alam yang ada di setiap menjaga lingkungan, sehingga dapat
wilayah. Misalnya pemetaan wilayah meminimalisir terjadinya bencana alam.
mana saja yang rawan dan larangan Seperti tidak membuang sampah
pembangunan permukiman pada disungai, tidak menebang pohon
wilayah tersebut, ini dapat sembarangan, dan meminimalisir
meminimalisir keterpaparan dan penggunaan air tanah;
dampak buruk bencana alam; Pada wilayah dengan penggunaan lahan
Pembuatan rute evakuasi bencana untuk persawahan yang cukup besar
disetiap wilayah juga perlu dilakukan seperti Ngadirojo, Giriwoyo, Tirtomoyo,
sehingga dapat meminimalisir korban Baturetno, Eromoko, Wuryantoro,
bencana alam. Hal ini dilakukan Selogiri, Sidoharjo, Jatiroto,Purwantoro,
terutama pada wilayah dengan tingkat Puhpelem, Slogohimo, Jatisrono,
keterpaparan bencana alam yang Jatipurno, Girimarto, untuk
sangat tinggi seperti Kecamatan Selogiri meminimalisir sensitivitas dapat
dan Kecamatan Nguntoronadi serta dilakukan dengan cara mengembangkan
wilayah dengan keterpaparan jenis varietas padi yang dapat
lingkungan yang sedang seperti beradaptasi dengan bencana alam misal
Kecamatan Batuwarno. banjir. Seperti varietas padi yang
Pada wilayah yang tinggi dengan memiliki batang tinggi dibandingkan
kemiringan lereng yang curam, perlu dengan jenis varietas padi lain.
ada penghijauan sehingga dapat Pemerataan infrastruktur diharapkan
memperkuat tanah dan dapat dilakukan, sehingga pembangunan
menyerap air hujan, ini dapat infrastruktur tidak hanya dilakukan
mengurangi risiko bencana banjir pada pada wilayah-wilayah yang maju saja.
wilayah yang lebih datar dan dapat Dikarenakan jaringan jalan yang baik
mengurangi risiko longsor pada daerah lebih memudahkan dalam proses
dengan kemiringan lereng yang curam. evakuasi jika sewaktu-waktu terjadi
Hal ini dilakukan terutama pada wilayah bencana alam. Wilayah dengan jumlah
dengan kemiringan lereng yang curam bencana alam yang tinggi justru
seperti Kecamatan Karangtengah, memiliki kualitas infrastruktur yang
Kecamatan Tirtomoyo dan Kecamatan kurang baik seperti pada Kecamatan
Kismantoro. Selogiri dan Kecamatan Nguntoronadi;
Perlu sosialisasi terhadap masyarakat Meningkatkan koordinasi kelembagaan
terkait bencana alam yang ada di setiap pusat dengan daerah (Kabupaten
wilayah, sehingga pemahaman dan dengan Kecamatan). Karena BPBD
kesadaran masyarakat terhadap Kabupaten Wonogiri baru terbentuk,
bencana alam juga semakin tinggi. Hal maka perlu banyak dilakukan koordinasi
ini juga bisa dikampanyekan melalui sehingga jika sewaktu-waktu terjadi
layanan iklan masyarakat dengan media bencana alam dapat dilakukan
pamflet, baliho dan media visual lainnya penanganan secara lebih cepat.
yang penempatannya pada wilayah- Kemampuan ekonomi sangat
wilayah yang strategis. Ini dapat berpengaruh terhadap kemampuan
dilakukan pada wilayah dengan tingkat dalam beradaptasi karena kemampuan
sensitivitas sistem manusia yang tinggi ekonomi yang tinggi dapat mendukung
pembiayaan yang diperlukan dalam

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 603


proses adaptasi. Hal ini dapat dilakukan NSW Government. 2013. Guide to Integrated
dengan melakukan analisis potensi Regional Vulnerability Assessment
setiap wilayah yang dapat (IRVA) for Climate Change. Sidney:
dikembangkan. Office of Environment and Heritage.
Turner II, dkk. 2003. A Framework for
Vulnerability Analysis in Sustainability
DAFTAR PUSTAKA Science. Dalam PNAS vol. 100 No.14.
UN-Habitat. 2012. Developing Local Climate
Amin, Zakki Nurul. 2011. Penelitian Survei. Change Plans A Guide For Cities in
Jurusan Bimbingan dan Konseling Developing Countries. Nairobi: UN-
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Habitat.
Negeri Semarang. United Nation Environmental Programme
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geosifisika (UNEP). 2009. IEA Training Manual
(BMKG). 2012. Buku Informasi Volume Two Vulnerability and Impact
Perubahan Iklim dan Kualitas Udara di Assessments for Adaptation to Climate
Indonesia. Jakarta: BMKG. Change (VIA Module). Nairobi: UNEP.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. Wang, X.D dkk. 2008. Regional Assessment of
2009. Kabupaten Wonogiri Dalam Angka Environmental Vulnerability In The
2009. BPS Kabupaten Wonogiri. Tibetan Plateau: Development and
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. Application of a New Method. Dalam
2010. Kabupaten Wonogiri Dalam Angka Arid Environment 72 1929-1939.
2010. BPS Kabupaten Wonogiri. Wiguna, Van Indra. 2013. Analisis Pengaruh
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. PDRB, Pendidikan dan Pengangguran
2011. Kabupaten Wonogiri Dalam Angka Terhadap Kemiskinan di Provinsi Jawa
2011. BPS Kabupaten Wonogiri. Tengah Tahun 2005-2010. Jurusan Ilmu
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2012. Kabupaten Wonogiri Dalam Angka Universitas Brawijaya, Malang.
2012. BPS Kabupaten Wonogiri. Yoo, Gayoung dkk. 2014. A Methodology to
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. Assess Environmental Vulnerability in A
2013. Kabupaten Wonogiri Dalam Angka Coastal City: Application to Jakarta,
2013. BPS Kabupaten Wonogiri. Indonesia. Dalam Ocean & Coastal
Management 102 (2014) 169-177.

Teknik PWK; Vol. 4; No. 4; 2015; hal. 592-604 | 604

Anda mungkin juga menyukai