DI INDONESIA
Abstract: The beach is the junction between the highest tide and the mainland, while the
coastal area is the transition between terrestrial and marine ecosystems that is affected by
changes in land and sea. The utilization of coastal areas and small islands in Indonesia is
regulated in Act Number 27 of 2007 on the Management of Coastal Areas and Small
Islands that is last amended into Act Number 1 of 2014, and is also based on Basic Act on
Agrarian. Utilization of coastal waters is given in the form of rights to enterprise the
coastal waters, namely the rights on certain parts of the coastal waters to enterprise
marine resources and fisheries, as other business related to the utilization of coastal
resources and the small islands covering sea level and water column over surface of the
sea floor at a certain breadth limit. The coastal land in the coastal areas can essentially be
owned by or be the right of a person or legal entity. Owning and authorizing the coastal
land and utilizing the coastal areas should certainly pay attention to and be compatible
with the spatial planning of regencies or cities.
Abstrak: Pantai adalah daerah pertemuan antara air pasang tertinggi dengan daratan,
sedangkan Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang
dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Pengaturan mengenai pemanfaatan wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun
2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang terakhir telah
diubah menjadi Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 serta tidak terlepas pula dari
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA). Pemanfaatan perairan pesisir diberikan dalam
bentuk Hak Pengusahaan Perairan Pesisir (HP3), yakni hak atas bagian-bagian tertentu dari
perairan pesisir untuk usaha kelautan dan perikanan, serta usaha lain yang terkait dengan
pemanfaatan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang mencakup atas permukaan
laut dan kolom air sampai dengan permukaan dasar laut pada batas keluasan tertentu.
Tanah pantai pada wilayah pesisir pada hakikatnya dapat dimiliki atau dihaki oleh orang
atau badan hukum. Kepemilikan dan penguasaan tanah pantai dan pemanfaatan wilayah
pesisir ini tentunya harus memperhatikan dan disesuaikan dengan rencana tata ruang
wilayah kabupaten/kota.
27
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
28
Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 27-44
menentukan dan mengatur hak-hak yang dikuasai oleh negara untuk dikelola sede-
dapat dipunyai atas bumi, air, dan ruang mikian rupa untuk mewujudkan kesejah-
angkasa serta menentukan dan mengatur teraan masyarakat, memberikan manfaat
hubungan-hubungan hukum antar orang- bagi generasi sekarang tanpa mengorban-
orang dan perbuatan-perbuatan hukum kan kebutuhan generasi yang akan datang.
mengenai bumi, air dan ruang angkasa Secara umum, banyak masyarakat
dengan tujuan untuk mencapai sebesar-be- yang sudah bermukim di wilayah pesisir
sarnya kemakmuran rakyat dalam rangka dan bahkan sudah ada pula yang memiliki
mewujudkan masyarakat yang adil dan hak atas tanah di wilayah pesisir. Hal ini
makmur. kemudian berdampak pada perubahan eko-
Kemudian, dalam Pasal 14 ayat (1) sistem pesisir karena masyarakat yang
UUPA 1960 juga dijelaskan bahwa dalam bermukim di wilayah tersebut melakukan
rangka penerapan paham sosialisme di eksploitasi terhadap sumber daya pesisir.
Indonesia, pemerintah membuat suatu Namun, selain berdampak negatif, ada
rencana umum mengenai persediaan, per- pula yang berdampak positif, yakni makin
untukan, dan penggunaan bumi, air, dan terpeliharanya ekosistem pesisir karena
ruang angkasa serta kekayaan alam yang mereka yang bermukim di wilayah terse-
terkandung di dalamnya. Wewenang ter- but berpandangan bahwa itulah potensi
sebut dengan kata lain adalah wewenang hidup mereka.
untuk melakukan penataan ruang. Dalam Pemilikan dan penguasaan tanah di
melakukan penataan ruang tersebut, maka wilayah pesisir dibolehkan saja menurut
wajib memperhatikan asas-asas pengelola- aturan perundang-undangan yang berlaku.
an lingkungan hidup dan asas-asas penata- Lahirnya Undang-Undang Nomor 27 Ta-
an ruang serta asas-asas lain yang ber- hun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
sangkut paut dengan hal tersebut yang ter- Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang pada
dapat dalam aturan perundang-undangan perkembangannya kemudian diganti de-
lainnya. Dengan berlakunya Undang- ngan Undang-Undang Nomor 1 Tahun
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Pemerintahan Daerah (terakhir diganti undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang
dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
2014 tentang Pemerintahan Daerah) di- lebih memberikan jaminan kepastian hu-
mana tiap-tiap daerah memiliki kewenang- kum bagi orang-orang yang hidup di
an penuh atas daerahnya sendiri, maka wilayah pesisir (selanjutnya disebut
tiap-tiap kepala daerah mempunyai hak Undang-Undang Pesisir). Tidak berbeda
untuk kemudian melakukan penataan dengan pemilikan dan penguasaan tanah di
ruang. wilayah daratan (di luar wilayah pesisir),
Penataan ruang bukan hanya meng- pola pengusaan dan pemilikan tanah di
atur struktur ruang yang ada di wilayah da- wilayah pesisir juga sering mengalami
ratan saja, tetapi menyangkut seluruh wila- persengketaan.
yah kabupaten/kota, termasuk wilayah pe-
sisir yang dimilikinya. Wilayah pesisir Tinjauan Umum Tentang Penguasaan
memiliki arti strategis karena merupakan Tanah
wilayah peralihan antara ekosistem darat Permukaan bumi sebagai bagian dari
dan laut. Kekayaan sumber daya pesisir bumi juga disebut tanah. Tanah yang di-
29
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
30
Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 27-44
c. Mengatur hal-hal mengenai pemin- ngunan di atas tanah yang bukan milik-
dahannya kepada pihak lain; nya, wewenang pada tanah hak guna
d. Mengatur hal-hal mengenai hapus- usaha adalah menggunakan tanah ha-
nya; nya untuk kepentingan perusahaan di
e. Mengatur hal-hal mengenai pem- bidang pertanian, perikanan, peternak-
buktiannya. an atau perkebunan.
Adapun hierarki hak-hak penguasaan
atas tanah dalam UUPA dan Hukum Tanah Wilayah Pesisir dan Tanah Pantai
Menurut Pasal 1 Undang-Undang
Nasional, adalah (1) Hak bangsa Indonesia
Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelola-
atas tanah; (2) Hak menguasai dari negara
an Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
atas tanah; (3) Hak ulayat masyarakat
sebagaimana telah diubah menjadi Un-
hukum adat; dan (4) Hak perseorangan
dang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 ten-
atas tanah, meliputi hak-hak atas tanah,
tang Perubahan Undang-Undang Nomor
wakaf tanah hak milik, hak tanggungan,
27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wila-
dan hak milik atas satuan rumah susun.
yah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil bahwa:
Menurut Soedikno Mertokusumo4, wewe-
(1) Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
nang yang dipunyai oleh pemegang hak
Pulau-Pulau Kecil adalah suatu proses
atas tanah terhadap tanahnya dibagi men- perencanaan, pemanfaatan, pengawas-
jadi 2 (dua), yaitu: an, dan pengendalian Sumber Daya
1. Wewenang umum; wewenang yang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil antar-
bersifat umum yaitu pemegang hak sektor, antara Pemerintah dan Peme-
atas tanah mempunyai wewenang un- rintah Daerah, antara ekosistem darat
tuk menggunakan tanahnya, termasuk dan laut, serta antara ilmu penge-
tahuan dan manajemen untuk mening-
juga tubuh bumi, air dan ruang yang
katkan kesejahteraan masyarakat.
ada diatasnya sekadar diperlukan untuk (2) Wilayah Pesisir adalah daerah peralih-
kepentingan yang langsung berhubung- an antara ekosistem darat dan laut
an dengan penggunaan tanah itu dalam yang dipengaruhi oleh perubahan di
batas-batas menurut UUPA 1960 dan darat dan laut.
peraturan-peraturan hukum lainnya Kemudian menurut Keputusan
yang lebih tinggi (Pasal 4 ayat (2) Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
UUPA 1960). Kep.10/Men/2003 tentang Pedoman Pe-
2. Wewenang khusus; wewenang yang rencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu di-
bersifat khusus yaitu pemegang hak jelaskan bahwa:
atas tanah mempunyai wewenang un- Wilayah pesisir didefinisikan
tuk menggunakan tanahnya sesuai sebagai wilayah peralihan antara
dengan macam hak atas tanahnya, mi- ekosistem darat dan laut yang saling
salnya wewenang pada tanah hak milik berinteraksi, dimana ke arah laut 12
adalah untuk kepentingan pertanian mil dari garis pantai dan sepertiga
dan atau mendirikan bangunan, wewe- dari wilayah laut untuk
Kabupaten/Kota dan ke arah darat
nang pada tanah hak guna bangunan
hingga batas administrasi
adalah menggunakan tanah hanya un- Kabupaten/Kota.
tuk mendirikan dan mempunyai ba-
Seyogyanya tidak seorangpun di
4
Ibid, hal. 87. Indonesia yang belum pernah mendengar
31
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
32
Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 27-44
33
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
dan jasa ataupun komunikasi dan tran- logis tersebut, maka batas wilayah pesisir
sportasi. sering melewati batas-batas satuan wilayah
3. Wilayah Perencanaan; wilayah peren- administrasi.
canaan adalah wilayah yang memper-
lihatkan koherensi atau kesatuan kepu- Pengaturan Penguasaan Tanah Pantai
tusan-keputusan ekonomi. Wilayah pe- dan Wilayah Pesisir
rencanaan dapat dilihat sebagai wila- Pengaturan mengenai pemanfaatan
yah yang cukup besar untuk memung- wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di
kinkan terjadinya perubahan-perubah- Indonesia diatur dengan Undang-Undang
an penting dalam penyebaran pendu- Nomor 27 Tahun 2007 tentang
duk dan kesempatan kerja. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
4. Wilayah Administratif; wilayah admi- Pulau Kecil jo. Undang-Undang Nomor 1
nistratif adalah wilayah yang batas- Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
batasnya ditentukan berdasarkan ke- Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007
pentingan administrasi pemerintahan tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
atau politik, seperti provinsi, kabupa- Pulau-Pulau Kecil (Undang-Undang
ten, kecamatan, kelurahan/desa dan Pesisir) serta tidak terlepas pula dari
RW/RT. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria
Selanjutnya Sugeng Budiharsono11 atau yang dikenal dengan nama UUPA.
menyatakan bahwa wilayah pesisir dan Lahirnya Undang-Undang Pesisir patut
lautan dari konsep wilayah bisa termasuk diberikan apresiasi positif karena hal ini
dalam empat jenis wilayah di atas. Sebagai menandakan adanya niat baik dari semua
wilayah homogen, wilayah pesisir merupa- pihak, terutama legislatif dan eksekutif
kan wilayah yang memproduksi ikan, na- untuk memperhatikan kawasan pesisir dan
mun bisa juga dikatakan sebagai wilayah pulau-pulau kecil sebagai potensi unggulan
dengan tingkat pendapatan penduduknya yang selama ini termarjinalkan. Undang-
yang tergolong di bawah garis kemiskinan. Undang Pesisir diharapkan menjadi
Sebagai wilayah nodal, wilayah pesisir payung hukum bagi semua stakeholder
seringkali sebagai wilayah belakang, se- yang memanfaatkan kawasan perairan
dangkan daerah perkotaan sebagai intinya. pesisir dan pulau-pulau kecil agar
Bahkan seringkali wilayah pesisir diang- terhindar dari konflik pemanfaatan yang
gap sebagai halaman belakang yang meru- berkepanjangan.
pakan tempat pembuangan segala macam Menurut Undang-Undang Pesisir,
limbah. Sebagai wilayah administrasi, wi- pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
layah pesisir dapat berupa wilayah admi- Pulau Kecil meliputi kegiatan
nistrasi yang relatif kecil yaitu kecamatan perencanaan, pemanfaatan, pengawasan,
atau desa, namun juga dapat berupa dan pengendalian terhadap interaksi
kabupaten/kota pada kebupaten/kota yang manusia dalam memanfaatkan Sumber
berupa pulau kecil. Sedangkan sebagai Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta
wilayah perencanaan, batas wilayah pesisir proses alamiah secara berkelanjutan dalam
lebih ditentukan dengan kriteria ekologis. upaya meningkatkan kesejahteraan
Karena menggunakan batasan kriteria eko- masyarakat dan menjaga keutuhan Negara
11
Ibid, hal. 21. Kesatuan Republik Indonesia.
34
Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 27-44
35
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
36
Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 27-44
dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara umum pasal 4 ayat (2) dijelaskan bahwa
dan Hak Pengelolaan dijelaskan bahwa Dalam hal tanah yang dimohon
hak pengelolaan adalah hak menguasai merupakan tanah hak pengelolaan,
dari negara yang kewenangan pemohon harus terlebih dahulu
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan memperoleh penunjukan berupa perjanjian
kepada pemegangnya. Hak pakai/ penggunaan tanah dari pemegang hak
pengelolaan pada hakekatnya bukanlah pengelolaan. Namun demikian, Peraturan
hak atas tanah sebagaimana dimaksud Menteri Negara/Kepala Badan Pertanahan
dalam Pasal 4 jo. Pasal 16 UUPA, Nasional Nomor 9 Tahun 1999 tentang
melainkan merupakan pemberian Tata Cara Pemberian dan pembatalan Hak
pelimpahan sebahagian kewenangan untuk Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
melaksanakan Hak Menguasai Negara sebenarnya dimaksudkan sebagai
kepada pemegang Hak Pengelolaan. pengganti Keputusan Presiden yang
Dalam penjelasan UUPA Angka II butir 2 merupakan amanat dari Peraturan
dinyatakan bahwa: Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang
Negara dapat memberikan tanah Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
yang dikuasai oleh Negara kepada Hak Pakai Atas Tanah, yang di dalam
orang atau badan hukum dengan beberapa ketentuan pasal-pasalnya
sesuatu hak menurut peruntukkan
dinyatakan akan diatur lebih lanjut dengan
dan keperluannya misalnya hak
milik, hak guna usaha, hak guna Keputusan Presiden, termasuk mengenai
bangunan atau hak pakai atau ketentuan Pasal 22 ayat (3) dan Pasal 42
memberikannya dalam pengelolaan ayat (3) yang menyatakan bahwa
kepada suatu badan (Departemen, Pasal 22 ayat (3)
Jawatan atau Daerah Swantara). Ketentuan mengenai tata cara dan
syarat permohonan dan pemberian
Bagian-bagian dari pada hak
Hak Guna Bangunan atas Hak
pengelolaan yang diserahkan kepada pihak Pengelolaan diatur lebih lanjut
ketiga dapat diberikan dengan status Hak dengan Keputusan Presiden.
Guna Bangunan atau Hak Pakai. Pasal 42 ayat (3)
Kewenangan pemberian hak di atas hak Ketentuan mengenai tata cara dan
pengelolaan adalah tetap mengacu pada syarat permohonan dan pemberian
Peraturan Menteri Negara/Kepala Badan Hak pakai atas Hak Pengelolaan
diatur lebih lanjut dengan Keputusan
Pertanahan Nasional Nomor 9 Tahun 1999
Presiden.
tentang Tata Cara Pemberian dan
pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Dalam Peraturan Pemerintah
Hak Pengelolaan. Nomor 40 tahun 1996 tentang Hak Guna
Dalam Peraturan Menteri Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai
Negara/Kepala Badan Pertanahan Nasional Atas Tanah terdapat beberapa pasal yang
Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara mengatur mengenai masalah yang
Pemberian dan pembatalan Hak Atas berkaitan dengan pemberian Hak Guna
Tanah Negara dan Hak Pengelolaan tidak Bangunan/Hak Pakai di atas tanah Hak
diatur secara khusus/rinci mengenai tata Pengelolaan, antara lain dalam Pasal 21
cara penyerahan bagian-bagian tanah hak dan Pasal 41 yakni:
pengelolaan, hanya dalam ketentuan Pasal 21
37
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
38
Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 27-44
atau sirat izin percadangan antara dua pihak baik perorangan maupun
tanah sesuai dengan rencana badan hukum, aksi penolakan dari pemilik
tata ruang wilayah. tanah atas rencana pembangunan proyek
Bukti pemilikan dan bukti pemerintah serta keluhan dan
perolehan tanah berupa pembangkangan karena pencabutan atau
sertifikat, penunjukan atau pembebasan atas hak penguasaan tanah
penyerahan dari pemerintah, merupakan persoalan-persoalan di bidang
pelepasan kawasan hutan dari pertanahan yang sering terjadi.
instansi yang berwenang, akta Pengelolaan wilayah pesisir tidak
pelepasan bekas tanah milik dapat dipisahkan dari status fungsi dan
atau bukti perolehan tanah kepemilikan tanah pada kawasan tersebut.
lainnya. Pemberian hak atas tanah, baik yang
Surat persetujuan atau dikuasai secara perorangan maupun yang
rekomendasi dari instansi dikuasai secara adat untuk lahan-lahan
daratan yang tidak dipengaruhi pasang surut
terkait, apabila diperlukan.
air laut lebih mudah diselesaikan, karena
Surat ukur apabila ada.
sudah diatur oleh UUPA dan peraturan
Surat pernyataan atau bukti perundang-undangan lainnya. Masalah lain
bahwa seluruh modalnya yang sangat menonjol adalah daratan-
dimiliki olehh pemerintah. daratan di kawasan pantai tersebut bergerak
c. Permohonan Hak Pengelolaan secara labil dan tak terduga. Pergeseran
dimaksud di ajukan kepada Menteri daratan ini dapat diakibatkan oleh adanya
melalui Kepala badan Pertanahan tanah longsor atau adanya tanah timbul
yang daerah kerjanya meliputi letak akibat sedimentasi. Dalam usaha
tanah yang bersangkutan; memanfaatkan tanah timbul ada perbedaan-
d. Keputusan pemberian atau perbedaan pendapat. Ada tanah yang
penolakan pemberian hak sudah dimanfaatkan ketika belum lagi
pengelolaan disampaikan kepada berbentuk tanah, melainkan baru sebagai
pemohon melalui surat tercacat genangan air yang dangkal. Ada pula
atau dengan cara lain yang sebidang tanah timbul yang sudah
menjamin sampainya keputusan dimanfaatkan, ketika sifat tanahnya masih
tersebut kepada yang berhak. belum pantas lagi diolah untuk menjadi
tanah pertanian, karena kadar garam
Status Penguasaan Tanah Oleh tanahnya masih tinggi.
Masyarakat yang Berada Di Wilayah Dalam pertumbuhan tanah timbul,
okupasi lahan oleh masyarakat belum tentu
Pantai dan Wilayah Pesisir
menunggu sampai benar-benar ada wujud
Dewasa ini, sejalan dengan
tanah. Begitu tanah itu muncul kemudian
pesatnya pembangunan di berbagai bidang
dimulai pengolahannya menjadi tanah
khususnya di wilayah-wilayah perkotaan
pertanian yang baik, okupasi masyarakat di
menyebabkan ketersedian tanah semakin
atas tanah itu biasanya sudah mantap. Lahan
terbatas. Konsekuensi dari kondisi tersebut di kawasan pantai yang tidak dibebani hak
adalah permasalahan di bidang pertanahan milik, dikuasai oleh Negara dan digunakan
yang akhir-akhir ini makin sering terjadi. sesuai peruntukan/fungsinya untuk
Sengketa tanah karena soal kepemilikan kemakmuran rakyat. Peralihan status lahan
39
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
40
Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 27-44
41
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
Hak pakai adalah hak untuk Pakai, Hak sewa, Hak Membuka Tanah,
menggunakan dan atau memungut dan Hak Memungut Hasil Hutan. Menurut
hasil dari tanah yang dikuasai UUPA, Hak Sewa yang dimaksud adalah
langsung oleh Negara atau tanah
hak sewa untuk bangunan sebagaimana
milik orang lain, yang memberi
wewenang dan kewajiban yang diatur dalam Pasal 44 dan Pasal 45 UUPA.
ditentukan dalam keputusan Dalam Pasal 44 ayat (1) UUPA dijelaskan
pemberiannya oleh pejabat yang bahwa seseorang atau suatu badan hukum
berwenang memberikannya atau mempunyai hak sewa atas tanah, apabila ia
dalam perjanjian dengan pemilik berhak mempergunakan tanah milik orang
tanahnya, yang bukan perjanjian lain untuk keperluan bangunan, dengan
sewa menyewa atau perjanjian
membayar kepada pemiliknya sejumlah
pengolahan tanah, segala sesuatu
asal tidak bertentangan dengan jiwa uang sebagai sewa.
dan ketentuan-ketentuan undang- Ketentuan tersebut di atas tidak
undang ini. dapat dijadikan acuan bahwa status tanah
Berdasarkan pasal tersebut di atas, pantai yang terletak di wilayah pesisir
maka status tanah yang terletak di wilayah adalah hak sewa karena yang menjadi
pesisir yang dimanfaatkan oleh masyarakat pertimbangan lainnya adalah alas hak dari
adalah hak pakai. Sebenarnya ada 2 (dua) tanah tersebut. Dari segi yuridisnya, tanah
persepsi yang kemungkinan muncul atas tersebut adalah tanah negara yang
status tanah tersebut apabila melihat dari kemudian diserahkan kepada PT (Persero)
segi perjanjian antara masyarakat dengan Pelabuhan Indonesia (PELINDO). Dengan
PT (Persero) Pelabuhan Indonesia demikian, maka status tanah yang terletak
(PELINDO). Di satu sisi dapat di wilayah pesisir adalah tanah hak pakai.
dikategorikan sebagai hak pakai karena Status penguasaan dan
perjanjian antara masyarakat dengan PT pemanfaatan wilayah pesisir juga
(Persero) Pelabuhan Indonesia bersinggungan erat dengan penatagunaan
(PELINDO) bukan merupakan perjanjian tanah dan penataan ruang. Orang dan atau
sewa menyewa atau perjanjian pengolahan badan hukum dapat menguasai dan
tanah, tetapi perjanjian penggunaan tanah memanfaatkan wilayah pesisir apabila
pelabuhan. Namun, di sisi lain, perjanjian sesuai dengan rencana tata ruang wilayah
penggunaan tanah pelabuhan tersebut kabupaten/kota. Untuk itu diperlukan
dapat dikategorikan atau sama dengan perencanaan penataan ruang yang baik
perjanjian pengolahan lahan sehingga disertai dengan penatagunaan tanah untuk
status tanah tersebut tidak bisa memberikan akses kepada masyarakat
dikategorikan hak pakai. Apabila yang ingin memanfaatkan wilayah pesisir.
perjanjian tersebut dikategorikan atau Secara umum, tahapan dalam penataan
disamakan dengan perjanjian pengolahan ruang adalah diawali dengan proses
tanah, maka status tanah tersebut konsolidasi tanah, kemudian penatagunaan
seharusnya hak sewa. tanah sampai akhirnya pada tahap
Dalam Pasal 16 UUPA, hak-hak penataan rungan. Artinya bahwa
atas tanah yang dapat diberikan ada 7 konsolidasi tanah dan penatagunaan tanah
(tujuh) macam hak, yakni Hak Milik, Hak merupakan pendukung yang paling utama
Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak dalam proses penataan ruang. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun
42
Perspektif Hukum, Vol. 15 No. 1 Mei 2015 : 27-44
43
Muhammad Ilham Arisaputra, Pengasaan Tanah Pantai dan Wilayah Pesisir di Indonesia
44