Disusun Oleh:
1. Cholifatun M
2. Esa erlangga
3. Ester Hesti L
4. Merita Rizki
5. M. Ragil
6. Nor Anisa
7. Rakananta Danu
8. Wisnu Hermawan
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis ini juga akan
menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
C. MANIFESTASI KLINIS
(Rumoharbo,1999)
D. PATOFISIOLOGI
E. PATHWAYS
ADDISON
Kekurangan
volume cairan
Anoreksia Harga diri
rendah
Berat badan menurun
G. PENATALAKSANAAN.
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pantau dengan ketat terhadap manifestasi krisis addison, termasuk:
1. Kelemahan mendadak
2. Nyeri abdomen, punggung, dan tungkai yang berat.
3. Hipotensi yang dalam kaitannya dngan curah jantung yang tinggi,
tekanan desak normal, dan tahanan sistemik rendah.
b. Selain itu, pasien memerlukan suplemen makanan dengan penambahan
garam. Pada saat terjadi kehilangan cairan dari saluran cerna akibat
muntah dan diare.
(Rumoharbo,1999)
2. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan penyakit Addison didasarkan pada tindakan penggantian kortisol
yang biasanya 20-30mg/hari dalam dosis terbagi. Dan analog aldosteton,
alfaflurokortisol diberikan, mungkin keadaan pasien akan normal kembali dan
dapat menjalani hidup yang normal kembali. Pasien-pasien dengan insufisiensi
adrenal sekunder terhadap defisiensi ACTH juga mempunyai kadar yang
rendah dari kortisol dan metabolit dalam urinnya. Tetapi kadar aldosteron dan
kadar ACTH plasma normal. Jika pasien-pasien ini diberikan infuse ACTH
intravena, maka kadar kortisol plasma meningkat, tetapi dalam pola di bawah
normal.
(price, 1995)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : lelah, nyeri/kelemahan pada otot, tidak mampu beraktivitas atau bekerja.
Tanda : peningkatan denyut jantung/nadi pada aktivitas yang minimal, penurunan
kekuatan dan rentang gerak sendi, depresi, gangguan konsentrasi,
penurunan inisiatif, letargi.
2. Sirkulasi
Tanda : hipotensi, termasuk hipotensi postural.
Takikardia, disritmia, suara jantung melemah, nadi perifer melemah,
pengisapan kapiler memanjang, ekstremitas dingin, sianosis dan pucat,
membran mukosa hitam keabu-abuan( peningkatan pigmentasi).
3. Intregitas ego.
Gejala : adanya riwayat faktor sters yang baru dialami, termasuk sakit fisik/
pembedahan, perubahan gaya hidup, ketidakmampuan mengatasi sters.
Tanda : ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
4. Eliminasi.
Gejala : diare sampai dengan adanya konstipasi, kram abdomen, perubahan
ferkuensi dan karakteristik urine.
Tanda : deurisis yang diikuti dengan oliguria.
5. Makanan/ cairan.
Gejala : anoreksia berat(gejala utama), mual/muntah, kekurangan zat garam, BB
menurun dengan cepat.
Tanda : turgar kulit jelek, membran mukosa kering.
6. Neurosensori.
Gejala : pusing, sinkop, gemetar, sakit kepala yang berlangsung lama yang diikuti
oleh diaforesis, penurunan toleransi terhadap keadaan dingin/stres,
kesemutan.
Tanda : disorientasi terhadap waktu, tempat dan ruang(karena kadar natrium
rendah), letargi, kelelahan mental, cemas, koma.
7. Nyeri/ kenyamanan.
Gejala : nyeri otot, kaku perut, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas.
8. Pernapasan
Gejala : Dipsneu
Tanda : kecepatan pernapasan meningkat, takipneu,.
Suara nafas: krekel, ronki(pada keadaan infeksi)
9. Keamanan
Gajala : tidak toleran terhadap panas, cuaca(udara) panas,
Tanda : hiperpigmentasi kulit(coklat kehitaman karena terkena sinar matahari/
hitam seperti perunggu) yang menyeluruh atau bintik-bintik, peningkatan
suhu; demam yang diikuti dengan hipotermi, otot menjadi kurus, gangguan/
tidak mampu berjalan.
10. Seksualitas.
Gejala : adanya riwayat menopouse dini, amenorea.
Hilangnya tanda-tanda seks sekunder, hilangnya libido
11. Penyuluhan/ pembelajaran
Gajala : adanya riwayat keluarga DM, TB, kanker.
Adanya riwayat tiroiditis, anemia pernisiosa.
(Long,2006)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi :
a. Pantau TTV dan catat perubahan yg terjadi
R : hipotensi postural merupakan bagian hipovolumit akibat kekurangan
hormon aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari
penureunan kortisol. Nadi mungkin melemah yang dengan mudah dapat
menghilang
b. Ukur dan timbang berat badan setiap hari
R : memberikan perkiraan kebutuhan akan penggantian volume cairan dan
keevektifan pengobatan
c. Periksa adanya perubahan dalam status mental dan sensori
R: dehidrasi berat menurunkan curah jantung dan perkusi jantung, terutama
jaringan otok.
d. Berikan perawatan mulut secara teratur
R : membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dehidrasi dan
mempertahankan kerusakan membran mukosa
e. Pertahankan kebersihan klien dan tempat tidur saat terjadi mutah
R: tempat yang kotor dapat meningkatkan rasa ingin muntah
f. Identifikasi faktor faktor yang dapat menyebabkan bertambah buruknya
dehidrasi atau muntah
R : untuk mengurangi muntah dan dehidrasi
g. Melaborasi pemberian cairan 0,9 % Nacl, larutan glukosa meniral kortikoitr,
fludokortison, deoksikortikosteron.
R : pasien mungkin membutuhkan cairan pengganti 4 6 liter, dengan
pemberian cairan Nacl 0,9 % melalui iv sebanyak 500 1000 ml/ jam dapat
mengatasi kekurangan natrium yang telah terjadi dan untuk menghilangakan
hipoglikemia.
h. Pantau pemeriksaan laboratorium hematokrit ( ht ), ureum atau kreatinin,
osmo lalitas, natrium , kalium
R : peningkatan kadar ht darah merupakan indikasi terjadinya hemokosentrasi
yang akan kembali normal sesuai dengan terjadinya dihidrasi pada tubuh.
(Marylin,2000)
Intervensi :
a. Auskultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual, muntah.
R: kekurangan kortisol dapat mengakibatkan gejala gastrointestinal berat
yang mempengaruhi pencernaan dan absorbsi dan makanan.
b. Catat adanya kulit yang dingin, basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi
yang cepat, peka rangsang, nyeri kepala.
R: gejala hipoglikemia dg timbulnya tanda tersebut mungkin perlu
pemberian glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan
glukokortikoid.
c. Pantau pemasukan makanan dan timbang BB setiap hari.
R: anoreksia, kelemahan dan kehilangan pengaturan metabolisme oleh
kortisol dpt mengakibatkan penurunan BB dan terjadinya malnutrisi.
d. Catat adanya muntah, mengenai jumlah kejadian/ karakteristik lainnya.
R: ini dapat membantu untuk menentukan derajat kemampuan pencernaan/
absorbsi makanan.
e. Berikan/ bantu perawatan mulut.
R: mulut yang bersih dpt meningkatkan nafsu makan.
f. Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan.
R: dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan
makanan.
g. Berikan informasi tentang menu pilihan.
R: perencanaan menu yang disukai pasien dapat menstimulasi nafsu
makan.
h. Lakukan pemeriksaan terhadap kadar gula darah sesuai dengan indikasi.
R: mengkaji kadar gula darah dan kebutuhan energi.
i. Konsultasi dengan ahli gizi.
R: bermanfaat untuk menentukan penggunaan/kebutuhan kalori dg tepat.
j. Tingkatkan diet natrium.
R: dapat menolong, mencegah/ memperbaiki hiponatermia.
k. Berikan makanan dalam porsi kecil tetapi sering dengan tinggi kalori dan
protein.
R: makanan dalam porsi kecil jika diberikan dengan terus menerus, jumlah
kalori yang dibutuhkan per hari dapat terpenuhi.
l. Pantau Hb dan ht
R: anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi
akibat retensi cairan sehubungan pemberian glukokortikoid.
(Wilkinson,2007)
Intervensi :
a. Kaji, diskusi tingkat kelemaha klien dan identifikasi aktivitas yang dapat
dilakukan klien.
R: pasien biasanya telah mengatasi penurunan tenaga, kelemahan otot
menjadi terus memburuk setiap hari karena proses penyakit.
b. Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas.
R: kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai akibat dari stres aktivitas jika
curah jantung berkurang.
c. Identifikasi aktivitas yang menyebabkan kelelahan.
R: meskipun pasien pada awalnya merasa terlalu lemah untuk melakukan
aktivitas, kurangi aktivitas saat menerima terapi hormon pengganti untuk
memperbaiki tonus dan kekuatan otot.
d. Sarankan pasien untuk menentukan massa/ periode antara istirahat dan
melakukan aktivitas.
R: mengurangi kelelahan dan mencegah ketegangan pada jantung.
e. Diskusikan cara untuk menghemat tenaga.
R: pasien akan dapat melakukan lebih banyak kegiatan dengan mengurangi
pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan.
f. Tingkatkan keterlibatan pasien sesuai kemampuannya.
R: menambah tingkat keyakinan pasien dan harga dirinya secara baik sesuai
tingkat aktivitas yang dapat ditoleransi.
g. Tentukan penyebab keletihan.
R: meminimalisasi terjadinya keletihan pada pasien.
h. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
R: respon yang buruk dapat mempengaruhi aktivitas pasien.
i. Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat.
R: aktivitas yang berat dapat menambah rasa lelah pasien.
j. Dapatkan bantuan dari keluarga dalam usaha mendukung dan mendorong
pasien dalam menyelesaikan aktivitas.
R: meningkalkan motivasi pasien untuk beraktivitas.
Intervensi :
a. Atur periode singkat untuk bicara tanpa diganggu, dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan tentang keadaannya.
R: membina hubungan dan meningkatkan keterbukaan dengan pasien.
b. Kurangi stimulasi yang berlebihan pada lingkungan, berikan ruang tersendiri
jika memungkinkan.
R: meminimalkan perasaan stres, frustasi. Meningkatkan kemampuan koping
dan kemampuan untuk mengendalikan diri.
c. Dorong pasien untuk membuat daftar bantuan orang terdekat dalam
menghadapi stres.
R: pasien tidak akan merasa sendirian jika dia bercerita pada orang lain dan
meminta bantuan dalam memecahkan masalah.
d. Dorong pasien untuk membuat pilihan dan berpartisipasi dalam perawatan diri
sendiri.
R: dapat membantu meningkatkan tingkat kepercayaan diri, memperbaiki
harga diri, menurunkan pikiran terus menerus terhadap perubahan.
e. Sarankan untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan
gejalanya telah berkurang.
R: dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah
dilakukan.
f. Rujuk ke pelayanan sosial, konseling dan kelompok pendukung sesuai
kebutuhan.
R: pendekatan secara komprehensif dapat membantu memenuhi kebutuhan
pasien untuk memelihara tingkah laku koping.
g. Kaji perubahan-perubahan terbaru pada pasien yang dapat berpengaruh
terhadap harga diri rendah.
R: untuk mengetahui hal-hal apa yang dilakukan pasien yang mempengaruhi
tentang harga dirinya.
h. Ajarkan ketrampilan perilaku yang positif melalui bermain pera, madel peran,
dll.
R: untuk mengurangi anggapan pasien tentang keadaan dirinya sekarang.
(Wilkinson, 2007)
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long. 2006. Perawatan Medikal Bedah edisi 3. Bandung: Yayasan IAPK
Padjajaran.
Wilkinson, Judith M .2007. Buku saku Diagnosa Keperawatan NIC NOC. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C.2002. Buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and suddart.
Alih Bahasa : Edisi 8 volume 2 . Jakarta : EGC