Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangnya zaman modern banyak kemajuan yang
terjadi baik dalam bidang teknologi dan informatika. Dan sesuai zaman ini
pula, ada hal lain yang menarik perhatian masyarakat salah satunya adalah
masalah bisnis modern yang bergerak dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini
yang dijanjikan adalah adanya keuntungan besar dengan kerja yang sangat
sederhana. Dalam islam telah mengajarkan tentang adanya jual beli maka
dari itu hal yang perlu ditelusuri adalah apakah sebuah bisnis modern yang
terdapat sekarang ini sudah sesuai dengan syariat islam ? karena yang kita
tahu bahwa bisnis modern yang sering dilakukan atau dijalankan oleh
sebagian masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam diciptakan
oleh orang barat yang mayoritas agamanya adalah Non-Islam. Dimana
contoh dalam kasus ini mengenai Multi Level Marketing (MLM)

B. Rumusan Masalah
Setelah kami membaca beberapa referensi buku dapat kami simpulkan
beberapa rumusan masalah:
1. Bagaimanakah Padangan Islam mengenai perikatan yang sesuai SyarI ?
2. Bagaimanakah Hukum Islam Memandang Mengenai Transaksi Modern ?
Dalam Hal ini
mengenai Multi Level Marketing

C. Tujuan Dan Manfaat


1. Mengetahui lebih lanjut mengenai perikatan yang sesuai syari
2. Memberikan gambaran apakah transaksi modern sudah sesuai dengan
syari
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hukum Perikatan Islam


1. Hukum Perikatan Islam
Hukum perikatan islam yang dimaksud disini adalah bagian dari hukum
islam bidang muamallah yang mengatur perilaku manusia didalam
menjalankan hubungan ekonominya.
Menurut Prof Dr. H. M. Thohir Azhari SH adalah merupakan seperangkat
kaidah hukum yang bersumber dari Al Quran, As Sunnah yang
mengatur tentang hubungan antara dua orang atau lebih mengenai
suatu benda yang dihalalkan menjadi objek suatu transaksi.
Sedangkan Menurut ahli hukum memberikan definisi akad: sebagai
pertalian anara ijab dan qobul yang dibenarkanoleh syara
2. Unsur-Unsur Akad
Telah disebutkan sebelumnya bahwa definisi akad adalah pertalian
antara ijab dan qobul yang dibenarkan dalam syarI yang menimbulkan
akibat hukum terhadap objeknya.
Dari definisi tersebut dapat diperoleh tiga unsur yang terkandung
didalamnya, yaitu sebagai berikut :
a. Pertalian ijab dan qobul,
b. Dibenarkan oleh syara,
c. Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya.
3. Rukun Dan Syarat Perikatan Islam :
a. al aqidain ( subjek Perikatan),
b. mahallul aqd ( Objek Perikatan), dan
c. maudhuulaqd (Tujuan Perikatan)
d. Sighat al-aqd ( Ijab dan Qabul)

B. Perikatan Era Modern Dan Teknologi Dalam Perspektif Islam


Dalam cakupan pembahasan ini penulis akan mengambil contoh dari
transaksi modern salah satunya adalah Multi Level Marketing
1. Pengertian Multi Level Marketing
Multi Level Marketing (MLM) berasaldari bahasa inggris ,multi
berarti banyak, level berarti jenjang atau tingkat sedangkan marketing
artinya pemasaran. Jadi . multi level marketing adalah pemasaran
yang berjenjang.1
Dari pengertian tersebut dapat dijabarkan bahwa MLM adalah suatu
konsep penyaluran barang ( produk dan jasa tertentu) yang memberi
kesempatan kepada para konsumen untuk turut terlibat sebagai
penjual dan memperoleh keuntungan di dalam garis kemitraannya.

1 Gemala Dewi, SH., LL.M,. et al., Hukum Perikatan Di Indonesia (Jakarta: Kencana
2006) hlm. 181.
Sistem marketing MLM yang lahir tahun 1913 merupakan kreasi
dan inovasi marketing yang melibatkan masyarakat konsumen dalam
kegiatan usaha pemasaran, tujuannya adalah agar masyarakat
konsumen di samping dapat menikmati manfaat produk, sekaligus juga
dapat menikmati manfaat financial dalam bentuk, hadiah-hadiah,
kesempatan haji dan umroh, perlindungan asuransi, dan bahkan
kepemilikan saham perusahaan.2
2. Sistem kerja Multi Level Marketing

Secara global sistem bisnis MLM dilakukan dengan cara


menjaring calon nasabah yang sekaligus berfungsi sebagai konsumen
dan member (anggota) dari perusahaan yang melakukan praktek MLM.
Adapun secara terperinci bisnis MLM dilakukan dengan cara berikut:

Mula-mula pihak perusahaan berusaha menjaring konsumen


untuk menjadi member, dengan cara mengharuskan calon
konsumen membeli paket produk perusahaan dengan harga
tertentu.
Dengan membeli paket produk perusahaan tersebut, pihak
pembeli diberi satu formulir keanggotaan (member) dari
perusahaan.
Sesudah menjadi member maka tugas berikutnya adalah
mencari calon member-member baru dengan cara seperti
diatas, yakni membeli produk perusahaan dan mengisi
formulir keanggotaan.
Para member baru juga bertugas mencari calon member-
member baru lagi dengan cara seperti diatas yakni membeli
produk perusahaan dan mengisi formulir keanggotaan.
Jika member mampu menjaring member-member baru yang
banyak, maka ia akan mendapar bonus dari perusahaan.
Semakin banyak member yang dapat dijaring, maka semakin
banyak pula bonus yang akan didapatkan karena perusahaan
merasa diuntungkan oleh banyaknya member yang sekaligus
menjadi konsumen paket produk perusahaan.

2 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010, hal 614
Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi
konsumen paket produk perusahaan, maka member yang
berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan
selalu mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan
karena perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya
member-member baru tersebut. Diantara perusahaan MLM,
ada yang melakukan kegiatan menjaring dana masyarakat
untuk menanamkan modal diperusahaan tersebut, dengan
janji akan memberikan keuntungan sebesar hampir seratus
persen dalam setiap bulannya. 3
3. Pandangan Islam Terhadap Multi Level Marketing (MLM)
Pada dasarnya, hukum MLM ditentukan oleh bentuk muamalatnya.
Jika muamalat yang terkandung di dalamnya adalah muamalat
yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, maka absahlah MLM
tersebut. Namun, jika muamalatnya bertentangan dengan syariat
Islam, maka haramlah MLM tersebut. Memang pada dasarnya
segala bentuk muamalah atau transaksi hukumnya boleh (mubah),
sebagaimana Allah SWT berfirman :





Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS Al Baqarah: 275)
Rasulullah SAW bersabda:


Perdagangan itu atas dasar sama-sama ridha. (HR al-Baihaqi dan Ibnu Majah)
Berdasarkan penjelasan tersebut bisa disimpulkan sebagai
berikut:
Pada dasarnya sistem MLM adalah muamalah atau buyu'
yang prinsip dasarnya boleh (mubah) selagi tidak ada unsur:
- Riba' - Ghoror (penipuan) - Dhoror (merugikan atau
mendhalimi fihak lain) Jahalah (tidak transparan).
Ciri khas sistem MLM terdapat pada jaringannya, sehingga
perlu diperhatikan segala sesuatu menyangkut jaringan
tersebut.

3 Lihat Fiqh Indonesia Himpunan Fatwa MUI DKI Jakarta hal: 285-287)
Transparansi peningkatan anggota pada setiap jenjang (level)
dan kesempatan untuk berhasil pada setiap orang.
Peningkatan posisi bagi setiap orang dalam profesi memang
terdapat disetiap usaha. Sehingga peningkatan level dalam
sistem MLM adalah suatu hal yang dibolehkan selagi
dilakukan secara transparan, tidak menzhalimi fihak yang
ada di bawah, setingkat maupun di atas.
Hak dan kesempatan yang diperoleh sesuai dengan prestasi
kerja anggota. Seorang anggota atau distributor biasanya
mendapatkan untung dari penjualan yang dilakukan dirinya
dan dilakukan down line-nya. Perolehan untung dari
penjualan langsung yang dilakukan dirinya adalah sesuatu
yang biasa dalam jual beli, adapun perolehan prosentase
keuntungan diperolehnya disebabkan usaha down line-nya
adalah sesuatu yang dibolehkan sesuai perjanjian yang
disepakati bersama dan tidak terjadi kedholiman.
Produk yang ditawarkan jelas kehalalannya, karena anggota
bukan hanya konsumen barang tersebut tetapi juga
memasarkan kepada yang lainnya. Sehingga dia harus tahu
status barang tersebut dan bertanggung-jawab kepada
konsumen lainnya.4
4. Kriteria MLM Syariah

Pada prinsipnya apakah suatu usaha MLM halal atau haram,


tidak bisa dipukul rata. Melainkan tergantung sejauh mana usaha ini
mempraktikan bisnisnya di lapangan. Berikut ini adalah beberapa poin
panduan yang dapat kita gunakan untuk menilai apakah sebuah usaha
MLM sesuai syariah Islam atau tidak, haram atau tidak.

1. Busines Plan

a. Tidak menjanjikan kaya mendadak, atau menjanjikan mendapatkan


uang dengan cepat dan mudah,

4 Ika Rikatriana,MLM dalam Pandangan Islam, http://harzikatrianasastraadmadja.blogspot.com


b. Tidak ada unsur skema piramida, di mana hanya yang berada pada
level-level puncak saja yang diuntungkan.

c. Biaya pendaftaran tidak terlalu tinggi.

d. Adanya transparansi sistem.

e. Bonus jelas nisbahnya sejak awal, bentuknya bisa berupa perjanjian


mengenai tatacara pembagian dan mekanisme penerimaan bonus
bagi setiap distributor.

2. Produk

a. Ada transaksi riil atas barang atau jasa yang diperjualbelikan.

b. Barang dan jasa diupayakan kebutuhan pokok, bukan barang


mewah yang mendorong pada konsumerisme dan pemborosan.

c. Terdapat produk yang dijual, baik berupa jasa atau barang


kebutuhan pokok.

d. Barang yang dijual jelas halal.

e. Memiliki jaminan dikembalikan jika barang yang terlanjur


dibelinyaternyata tidak berkualitas atau rusak.

3. Perusahaan

a. Sistem keuangannya bersinergi dengan sistem keuangan syariah.


Mulai dari permodalan, transaksi maupun kegiatan keuangan
lainnya.

4. Support Sistem
a. Mengajarkan kejujuran dalam bisnis, tidak mengajarkan berbohong
dan menutupi cela pada prospek untuk mengelabuhinya agar
mengikuti bisnis yang ditawarkan.5

5. Hukum Multi Level Marketing (MLM) dalam Islam.

Persoalan bisnis MLM yang ditanyakan mengenai hukum halal-


haramnya bergantung sejauh mana dalam praktiknya setelah dikaji
dan dinilai apakah sesuai syariah atau tidak. Karena menurut catatan
APLI (Asosiasi penjual Langsung Indonesia), saat ini terdapat sekitar
200-an perusahaan yang menggunakan sistem MLM dan masing-
masing memiliki karakteristik, spesifikasi, pola, system, dan model
tersendiri sehingga untuk menilai satu per satu perusahaan MLM
sangat sulit sekali.
Pada dasarnya hukum MLM itu mubah karena termasuk dalam kategori
muamalat yang hukumnya sah dan dibolehkan, jika kegiatan bisnis
tersebut sesusai dengan syariat islam.
Namun beberapa pakar dan pengamat ada yang berpendapat bahwa
praktek yang dilakukan oleh perusahaan MLM hukumnya haram. 6

Hal tersebut karena tujuan dari transaksi itu adalah komisi dan
bukan produk.
Terkadang komisi dapat mencapai puluhan ribu sedangkan harga
produk tidaklah melebihi sekian ratus. Seorang yang berakal ketika
dihadapkan di antara dua pilihan, niscaya ia akan memilih komisi.
Karena itu, sandaran perusahaan-perusahan ini dalam memasarkan
dan mempromosikan produk-produk mereka adalah menampakkan
jumlah komisi yang besar yang mungkin didapatkan oleh anggota dan
mengiming-imingi mereka dengan keuntungan yang melampaui batas
sebagai imbalan dari modal yang kecil yaitu harga produk. Maka
produk yang dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan ini hanya

5 Kuswara, Mengenal MLM Syariah, QultumMedia, Jakarta, 2005, hlm 112-114.

6 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010, hal 615
sekedar label dan pengantar untuk mendapatkan komisi dan
keuntungan

Tatkala ini adalah hakikat dari transaksi di atas, maka dia adalah
haram karena beberapa alasan:

Pertama, transaksi tersebut mengandung riba dengan dua


macam jenisnya; riba fadhl[penambahan] dan riba
nasiah[tempo/waktu]. Anggota membayar sejumlah kecil dari
hartanya untuk mendapatkan jumlah yang lebih besar darinya. Produk
yang dijual oleh perusahaan kepada konsumen tiada lain hanya
sebagai kedok untuk barter uang tersebut dan bukan menjadi tujuan
anggota (untuk mendapatkan keuntungan dari pemasarannya) ,
sehingga (keberadaan produk) tidak berpengaruh dalam hukum
(transaksi ini).

Kedua, ia termasuk gharar[apa yang belum diketahui akan


diperoleh atau tidak, dari sisi hakikat dan kadarnya yang diharamkan
menurut syariat, karena anggota tidak mengetahui apakah dia akan
berhasil mendapatkan jumlah anggota yang cukup atau tidak?. Dan
bagaimanapun pemasaran berjejaring atau piramida itu berlanjut, dan
pasti akan mencapai batas akhir yang akan berhenti padanya.
Sedangkan anggota tidak tahu ketika bergabung didalam piramida,
apakah dia berada di tingkatan teratas sehingga ia beruntung atau
berada di tingkatan bawah sehingga ia merugi? Dan kenyataannya,
kebanyakan anggota piramida merugi kecuali sangat sedikit di
tingkatan atas. Kalau begitu yang mendominasi adalah kerugian.

Tiga, apa yang terkandung dalam transaksi ini berupa memakan


harta manusia dengan kebatilan, dimana tidak ada yang mengambil
keuntungan dari akad (transaksi) ini selain perusahaan dan para
anggota yang ditentukan oleh perusahaan dengan tujuan menipu
anggota lainnya.
Empat, apa yang terkandung dalam transaksi ini berupa
penipuan, pengkaburan dan penyamaran terhadap manusia, dari sisi
penampakan produk seakan-akan itulah tujuan dalam transaksi,
padahal kenyataanya adalah menyelisihi itu. Dan dari sisi, mereka
mengiming-imingi komisi besar yang seringnya tidak terwujud. Dan ini
7
terhitung dari penipuan yang diharamkan.

Namun demikian standar baku baik tidaknya MLM secara syariah


di Indonesia memang belum ada. Dewan Syariah Nasional MUI sampai
saat ini belum mengeluarkan fatwa mengenai hal itu. Demikian pula
sertifikat syariah untuk perusahaan MLM belum ada kecuali dua
perusaan, yaitu :

PT Usahajaya Ficooprasional (UFO), dan PT Ahad Net Internasional. 8

Dari Uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Multi Level


Marketing tidak bertentangan dengan hukum perikatan islam selama
memenuhi rukun dan syaratnya menurut hukum islam dan tidak
mengandung unsur riba, gharar, dharar dan jahalah. Selain itu
menyangkut keuntungan yang diperoleh masing-masing mitra dalam
sistem ini dapat disepadankan dengan ungkapan QS. Al Baqoroh ayat
261

7 Dzulqornain bin Sunusi, Jual Beli Sistem MLM, http ://sp-cellular.blogspot.com

8 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010, hal 615
BAB III

PENUTUP

Setelah dilakukan pengkajian dengan seksanma mengenai


Perikatan Era modern dan teknologi dalam sebuah studi makaa
dapat kita tarik kesimpulan:

Hukum Perikatan Islam sebagai pertalian anara ijab dan


qobul yang dibenarkanoleh syara
Unsur-Unsur Akad Telah disebutkan sebelumnya bahwa
definisi akad adalah pertalian antara ijab dan qobul yang
dibenarkan dalam syarI yang menimbulkan akibat hukum
terhadap objeknya.
Dari definisi tersebut dapat diperoleh tiga unsur yang
terkandung didalamnya, yaitu sebagai berikut :
a. Pertalian ijab dan qobul,
b. Dibenarkan oleh syara,
c. Mempunyai akibat hukum terhadap objeknya.
Rukun Dan Syarat Perikatan Islam :
a. al aqidain ( subjek Perikatan),
b. mahallul aqd ( Objek Perikatan),
c. maudhuulaqd (Tujuan Perikatan), dan
d. Sighat al-aqd ( Ijab dan Qabul).
Salah satu contoh transaksi modern adalah Multi Level
Marketing dimana tidak bertentangan dengan hukum
perikatan islam selama memenuhi rukun dan syaratnya
menurut hukum islam dan tidak mengandung unsur riba,
gharar, dharar dan jahalah. Selain itu menyangkut
keuntungan yang diperoleh masing-masing mitra dalam
sistem ini dapat disepadankan dengan ungkapan QS. Al
Baqoroh ayat 261

DAFTAR PUSTAKA

- Andreas Hareva, Multi Level Marketing (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999)
- Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010
- Fiqh Indonesia Himpunan Gemala Dewi, SH., LL.M,. et al., Hukum Perikatan Di Indonesia (Jakarta:
Kencana 2006)
- Fatwa MUI DKI Jakarta
- Kuswara, Mengenal MLM Syariah, QultumMedia, Jakarta, 2005
- Suhrawardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sina Grafika, Jakarta, 2004

Anda mungkin juga menyukai