PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangnya zaman modern banyak kemajuan yang
terjadi baik dalam bidang teknologi dan informatika. Dan sesuai zaman ini
pula, ada hal lain yang menarik perhatian masyarakat salah satunya adalah
masalah bisnis modern yang bergerak dalam bidang ekonomi. Dalam hal ini
yang dijanjikan adalah adanya keuntungan besar dengan kerja yang sangat
sederhana. Dalam islam telah mengajarkan tentang adanya jual beli maka
dari itu hal yang perlu ditelusuri adalah apakah sebuah bisnis modern yang
terdapat sekarang ini sudah sesuai dengan syariat islam ? karena yang kita
tahu bahwa bisnis modern yang sering dilakukan atau dijalankan oleh
sebagian masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama islam diciptakan
oleh orang barat yang mayoritas agamanya adalah Non-Islam. Dimana
contoh dalam kasus ini mengenai Multi Level Marketing (MLM)
B. Rumusan Masalah
Setelah kami membaca beberapa referensi buku dapat kami simpulkan
beberapa rumusan masalah:
1. Bagaimanakah Padangan Islam mengenai perikatan yang sesuai SyarI ?
2. Bagaimanakah Hukum Islam Memandang Mengenai Transaksi Modern ?
Dalam Hal ini
mengenai Multi Level Marketing
1 Gemala Dewi, SH., LL.M,. et al., Hukum Perikatan Di Indonesia (Jakarta: Kencana
2006) hlm. 181.
Sistem marketing MLM yang lahir tahun 1913 merupakan kreasi
dan inovasi marketing yang melibatkan masyarakat konsumen dalam
kegiatan usaha pemasaran, tujuannya adalah agar masyarakat
konsumen di samping dapat menikmati manfaat produk, sekaligus juga
dapat menikmati manfaat financial dalam bentuk, hadiah-hadiah,
kesempatan haji dan umroh, perlindungan asuransi, dan bahkan
kepemilikan saham perusahaan.2
2. Sistem kerja Multi Level Marketing
2 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010, hal 614
Dengan adanya para member baru yang sekaligus menjadi
konsumen paket produk perusahaan, maka member yang
berada pada level pertama, kedua dan seterusnya akan
selalu mendapatkan bonus secara estafet dari perusahaan
karena perusahaan merasa diuntungkan dengan adanya
member-member baru tersebut. Diantara perusahaan MLM,
ada yang melakukan kegiatan menjaring dana masyarakat
untuk menanamkan modal diperusahaan tersebut, dengan
janji akan memberikan keuntungan sebesar hampir seratus
persen dalam setiap bulannya. 3
3. Pandangan Islam Terhadap Multi Level Marketing (MLM)
Pada dasarnya, hukum MLM ditentukan oleh bentuk muamalatnya.
Jika muamalat yang terkandung di dalamnya adalah muamalat
yang tidak bertentangan dengan syariat Islam, maka absahlah MLM
tersebut. Namun, jika muamalatnya bertentangan dengan syariat
Islam, maka haramlah MLM tersebut. Memang pada dasarnya
segala bentuk muamalah atau transaksi hukumnya boleh (mubah),
sebagaimana Allah SWT berfirman :
Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS Al Baqarah: 275)
Rasulullah SAW bersabda:
Perdagangan itu atas dasar sama-sama ridha. (HR al-Baihaqi dan Ibnu Majah)
Berdasarkan penjelasan tersebut bisa disimpulkan sebagai
berikut:
Pada dasarnya sistem MLM adalah muamalah atau buyu'
yang prinsip dasarnya boleh (mubah) selagi tidak ada unsur:
- Riba' - Ghoror (penipuan) - Dhoror (merugikan atau
mendhalimi fihak lain) Jahalah (tidak transparan).
Ciri khas sistem MLM terdapat pada jaringannya, sehingga
perlu diperhatikan segala sesuatu menyangkut jaringan
tersebut.
3 Lihat Fiqh Indonesia Himpunan Fatwa MUI DKI Jakarta hal: 285-287)
Transparansi peningkatan anggota pada setiap jenjang (level)
dan kesempatan untuk berhasil pada setiap orang.
Peningkatan posisi bagi setiap orang dalam profesi memang
terdapat disetiap usaha. Sehingga peningkatan level dalam
sistem MLM adalah suatu hal yang dibolehkan selagi
dilakukan secara transparan, tidak menzhalimi fihak yang
ada di bawah, setingkat maupun di atas.
Hak dan kesempatan yang diperoleh sesuai dengan prestasi
kerja anggota. Seorang anggota atau distributor biasanya
mendapatkan untung dari penjualan yang dilakukan dirinya
dan dilakukan down line-nya. Perolehan untung dari
penjualan langsung yang dilakukan dirinya adalah sesuatu
yang biasa dalam jual beli, adapun perolehan prosentase
keuntungan diperolehnya disebabkan usaha down line-nya
adalah sesuatu yang dibolehkan sesuai perjanjian yang
disepakati bersama dan tidak terjadi kedholiman.
Produk yang ditawarkan jelas kehalalannya, karena anggota
bukan hanya konsumen barang tersebut tetapi juga
memasarkan kepada yang lainnya. Sehingga dia harus tahu
status barang tersebut dan bertanggung-jawab kepada
konsumen lainnya.4
4. Kriteria MLM Syariah
1. Busines Plan
2. Produk
3. Perusahaan
4. Support Sistem
a. Mengajarkan kejujuran dalam bisnis, tidak mengajarkan berbohong
dan menutupi cela pada prospek untuk mengelabuhinya agar
mengikuti bisnis yang ditawarkan.5
Hal tersebut karena tujuan dari transaksi itu adalah komisi dan
bukan produk.
Terkadang komisi dapat mencapai puluhan ribu sedangkan harga
produk tidaklah melebihi sekian ratus. Seorang yang berakal ketika
dihadapkan di antara dua pilihan, niscaya ia akan memilih komisi.
Karena itu, sandaran perusahaan-perusahan ini dalam memasarkan
dan mempromosikan produk-produk mereka adalah menampakkan
jumlah komisi yang besar yang mungkin didapatkan oleh anggota dan
mengiming-imingi mereka dengan keuntungan yang melampaui batas
sebagai imbalan dari modal yang kecil yaitu harga produk. Maka
produk yang dipasarkan oleh perusahaan-perusahaan ini hanya
6 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010, hal 615
sekedar label dan pengantar untuk mendapatkan komisi dan
keuntungan
Tatkala ini adalah hakikat dari transaksi di atas, maka dia adalah
haram karena beberapa alasan:
8 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010, hal 615
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
- Andreas Hareva, Multi Level Marketing (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1999)
- Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, Amzah, Jakarta, 2010
- Fiqh Indonesia Himpunan Gemala Dewi, SH., LL.M,. et al., Hukum Perikatan Di Indonesia (Jakarta:
Kencana 2006)
- Fatwa MUI DKI Jakarta
- Kuswara, Mengenal MLM Syariah, QultumMedia, Jakarta, 2005
- Suhrawardi K Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Sina Grafika, Jakarta, 2004