Anda di halaman 1dari 2

NAMA : BAYU PRATAMA

NIM : B 0216709
KELAS B NON REG
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

TUGAS HUKUM KESEHATAN


Mata kuliah : Hukum Kesehatan
Dosen : Heryati, SKM, M.Kes

KASUS :

Seorang dokter kandungan di Kabupaten Cilacap berinisial RD mengaku sudah melakukan


praktik aborsi berulang-ulang dan sudah lupa sudah berapa janin yang sudah digugurkannya.
Dokter RD sudah menjalani praktiknya sebagai dokter kandungan selama 30 tahun.

Polisi menangkap RD pada Kamis, 15 Maret 2012, dan langsung melanjutkan penyelidikan
dengan membongkar septic tank yang diduga sebagai tempat pembuangan janin hasil aborsi.
Dalam pembongkaran septic tank yang dilakukan tim forensik, mereka menemukan potongan
organ tubuh yang tertanam dalam septic tank. Selain menemukan potongan tubuh janin, tim
forensik juga menemukan tiga buah botol. Botol tersebut masing-masing berisi potongan
tangan, tulang belakang, dan sisa kuretase janin.

Polisi menduga dokter RD tidak hanya melakukan praktik aborsi di rumahnya saat ini di
Jalan Gatot Subroto, Cilacap. Dari pengungkapan kasus ini, polisi mendapati barang bukti
sejumlah alat medis yang digunakan untuk praktek aborsi yang dilakukan RD. Selain RD,
polisi juga menetapkan lima tersangka lainnya. Seorang tersangka lainnya merupakan pasien
RD yang melakukan aborsi, DH, 19 tahun, asal Pemalang; HRK; SM; AK; dan NK yang
membiayai aborsi.

KETERKAITAN DENGAN ATURAN KEBIJAKAN/UU/PERATURAN LAINNYA :

Kasus aborsi di atas termasuk abortus provokatus criminalis karena praktik aborsi tersebut
sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medis (ilegal) dan aborsi tersebut melanggar hukum
kode etik kedokteran. Setelah mempelajari tinjauan pustaka di atas, maka pada kasus ini yang
dapat menerima sanksi tindakan abosi adalah wanita yang melakukan aborsi, orang - orang
yang mendukung terlaksananya aborsi, dan dokter yang membantu melakukan aborsi.

a) Wanita yang melakukan aborsi

Pada kasus ini, wanita yang melakukan aborsi terjerat pasal 194 dalam Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan subsider pasal 346 KUHP dengan ancaman
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

b) Orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi

Pada kasus ini, orang - orang yang mendukung terlaksananya aborsi terjerat pasal 194
dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan subsider pasal 229
KUHP dengan ancaman pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

c) Dokter yang membantu melakukan aborsi

Pada kasus ini, dokter yang membantu melakukan aborsi telah melanggar kode etik
dokter, dan terjerat pasal 194 dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan subsider pasal 348 KUHP subsider pasal 349 KUHP dengan ancaman pidana
penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

Anda mungkin juga menyukai