Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selama ini, ketika seseorang menyebut kata Bandung, maka

seketika akan muncul di kepala kita kata Gedung Sate. Mengapa begitu?.
Gedung Sate merupakan gedung yang bersejarah dan monumental.

Dikatakan bersejarah karena merupakan gedung pemerintahan pertama di

Kota Bandung. Dikatakan monumental karena gedung tersebutmerupakan

simbol dari Kota Bandung. Itulah kata orang orang dan yang selama ini kita

tahu.
Jika memang Gedung Sate adalah banguna yang menyimbolkan

Bandung, maka dari itu ada kaitan yang erat dengan pencitraan Kota

Bandung. Dan jika memang begitu, maka keindahan dan arsitektural Gedung

Sate sangatlah penting.


Karena Gedung Sate bersejarah, maka gedung tersebut harus tetap

di jaga kelestariannya. Dengan itu, penting nahwa Gedung Sate memiliki

konstruksi yang begitu naik sehingga dapat bertahan lama dan terus

menyimbolkan kekokohan dan keindahan Kota Bandung.


1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Mengapa Gedung Sate dijadikan sebagai simbol Kota Bandung?
1.2.2 Apa saja karakteristik arsitektur Gedung Sate?
1.2.3 Bagaimana pengaruh Gedung Sate untuk pencitraan Kota Bandung?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui alasan Gedung Sate dijadikan sebagai simbol Kota

Bandung.
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja karakteristik Gedung Sate.
1.3.3 Untuk mengetahui pengaruh Gedung Sate untuk pencitraan Kota

Bandung.
1.4 Metode dan Teknik Penelitian

3
1.4.1 Wawancara, penulis akan mewawancarai seorang narasumber yang

merupakan warga Kota Bandung.


1.5 Sumber Data
1.5.1 Seorang warga Kota Bandung.

1.6 Sistematika Penulisan

1.6.1 BAB I PENDAHULUAN, dalam bab pendahuluan, penulis

memasukkan enam subbab yaitu, latar belakarng, rumusan masalah, tujuan

penulisan, metode dan teknik penelitian, sumber data, sistematika penulisan.


1.6.2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA, dalam bab tinjauan pustaka, penulis

menuliskan teori teori yang menjadi dasar dari penelitian yang penulis

lakukan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.


1.6.3 BAB III PEMBAHASAN, dalam bab pembahasan, penulis menuliskan

metode penelitian yang penulis gunakan untuk meneliti, bagaimana proses

penelitian penulis dan pembahasan dari hasil penelitian yang penulis lakukan.
1.6.4 BAB IV PENUTUP, dalam bab penutup, penulis menuliskan simpulan

dari karya ilmiah yang penulis tulis ini dan saran agar Gedung Sate menjadi

simbol yang lebih baik bagi Kota Bandung demi pencitraan Kota Bandung

yang lebih baik.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Arsitektur Gedung Sate

2.1.1 Arsitektur

ar.si.tek.tur

[n] (1) seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan,

jembatan, dsb; (2) metode dan gaya rancangan suatu konstruksi

bangunan

2
Menurut Vitruvius, Arsitektur adalah ilmu yang timbul

dari ilmu-ilmu lainnya, dan dilengkapi dengan proses belajar: dibantu

dengan penilaian terhadap karya tersebut sebagai karya seni. Di dalam

buku Vitruvius De Architectura, Bangunan yang baik haruslah

memilik Keindahan / Estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan

Kegunaan / Fungsi (Utilitas).

2.1.2 Gedumg Sate


Gedung Sate merupakan salah satu bangunan dengan gaya

arsitektur Indo-Eropa yang ada di Kota Bandung. Gedung Sate mulai

dibangun pada tahun 1920 dan selesai dalam kurun waktu 4 tahun pada

bulan September 1924. Arsitektur Gedung Sate merupakan hasil karya

arsitek Ir. J. Gerber dan kelompoknya, yang tidak terlepas dari masukan

maestro arsitek Belanda Dr. Hendrik Petrus Berlage.


Gedung Sate, dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk

sate pada menara sentralnya, telah lama menjadi penanda atau markah

tanah Kota Bandung yang tidak saja dikenal masyarakat di Jawa Barat,

namun juga seluruh Indonesia bahkan model bangunan itu dijadikan

pertanda bagi beberapa bangunan dan tanda-tanda kota di Jawa Barat.

Pada masa Hindia Belanda, Gedung Sate disebut

Gouvernements Bedrijven (GB). Sejak tahun 1980 Gedung Sate

digunakan sebagai Kantor Gubernur yang menjadi pusat kegiatan

Pemerintah Provinsi Jawa Barat.


2.1.3 Arsitektur Gedung Sate

3
Ir. H.P.Berlage, sewaktu kunjungan ke Gedung Sate April

1923, menyatakan, Gedung Sate adalah suatu karya arsitektur besar,

yang berhasil memadukan langgam timur dan barat secara harmonis.


Ir. Hartoyo Kunto dalam bukunya Balai Kota Agung

Bandung (1995) mengungkapkan, Proses perencanaan dan

pembangunan Gedung Sate di tahun 1920 merupakan pesona teknologi

bidang konstruksi yang menakjubkan, mengingat sampai saat ini

bangunan tersebut masih tetap kuat dan utuh, juga penuh daya pesona

estetika arsitektur yang tak lekang oleh jaman.


2.2 Bandung
Kota Bandung dikelilingi oleh pegunungan, sehingga bentuk

morfologi wilayahnya bagaikan sebuah mangkok raksasa, secara geografis

kota ini terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Barat, serta berada pada

ketinggian 768 m di atas permukaan laut, dengan titik tertinggi di berada di

sebelah utara dengan ketinggian 1.050 meter di atas permukaan laut dan

sebelah selatan merupakan kawasan rendah dengan ketinggian 675 meter di

atas permukaan laut.


Kota Bandung merupakan kota terpadat di Jawa Barat, di mana

penduduknya didominasi oleh etnis Sunda, sedangkan etnis Jawa merupakan

penduduk minoritas terbesar di kota ini dibandingkan etnis lainnya.


Pertambahan penduduk kota Bandung awalnya berkaitan erat

dengan ada sarana transportasi Kereta api yang dibangun sekitar tahun 1880

yang menghubungkan kota ini dengan Jakarta (sebelumnya bernama Batavia).

Pada tahun 1941 tercatat sebanyak 226.877 jiwa jumlah penduduk kota ini

kemudian setelah peristiwa yang dikenal dengan Long March Siliwangi,

2
penduduk kota ini kembali bertambah dimana pada tahun 1950 tercatat

jumlah penduduknya sebanyak 644.475 jiwa.

BAB III
PEMBAHASAN

BAB III
PEMBAHASAN
Dalam karya ilmiah ini, penulis memiliki beberapa rumusan

masalah :
1.Mengapa Gedung Sate dijadikan sebagai simbol Kota Bandung?
2.Apa saja karakteristik arsitektur Gedung Sate?
3.Bagaimana pengaruh Gedung Sate untuk pencitraan Kota Bandung?

3
Salah seorang warga, Santi, lulusan Unpad mengaku baru

mengetahui jika di depan halaman Gedung Sate sudah diubah menjadi taman

bunga yang indah dan menyejukan mata.

Salah satu pegawai bank di Bandung berkata, Saya baru tahu sekarang kalau di

sini sudah dijadikan taman. Santi mengaku sangat mengapresiasi perubahan yang

dilakukan oleh pemerintah. Dengan begini, Gedung Sate yang merupakan ikon

Kota Bandung menjadi lebih indah dan tertata rapi, serta benar-benar menjadi

Kota Kembang, karena banyaknya taburan bunga beraneka ragam dan kembang

beraneka warna.

"Mudah-mudahan ini tidak hanya sementara. Tapi bisa dijaga selamanya. Kalau

begini kan jadi lebih indah, dan tertib. Benar-benar menjadi Ikon Kota Bandung,"

ujarnya.

BAB IV
PENUTUP

2
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Gedung Sate merupakan gedung yang digunakan sebagai Kantor Gubernur

yang menjadi pusat kegiatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang telah

berdiri sejak tahun 1924. Sehingga memiliki nilai estetika dan kekokohan

yang tinggi. Gedung Sate akan selalu terlihat megah tak lekang oleh

waktu.
2. Gedung Sate memiliki karakteristik arsitektur Indo-Eropa. Gedung Sate

didesain oleh arsitek Belanda yang ingin memberikan perpaduan nuansa

atau karakter arsitektur Indonesia dan arsitektur Belanda.


3. Karena Gedung sate merupakan simbol dari Kota Bandung dan hal

tersebut diakui oleh informan yang kita wawancarai, sosok dari Gedung

Sate memengaruhi pencitraan dari Kota Bandung.


4.2 Saran
Melestarikan dan memperindah Gedung Sate tanpa merubah desain

arsitektur dari Gedung Sate tersebut.

Anda mungkin juga menyukai