Anda di halaman 1dari 8

Adapun periodisasi dalam Daulah Abbasiyah adalah sebagai berikut :

a. Periode Pertama (750-847 M)


Diawali dengan Tangan Besi
Sebagaimana diketahui Daulah Abbasiyahdidirikan oleh Abu Abas. Dikatakan
demikian, karena dalam Daulah Abbasiyah berkuasa dua dinasti lain disamping Dinasti
Abasiyah. Ternyata dia tidak lam berkuasa, hanya empat tahun. Pengembangan dalam
arti sesungguhnya dilakukan oleh penggantinya, yaitu Abu Jakfar al-Mansur (754-775
M). Dia memerintah dengan kejam, yang merupakan modal bagi tercapainya masa
kejayaan Daulah Abasiyah.1[8]
Pada periode awal pemerintahan Dinasti Abasiyah masih menekankan pada
kebijakan perluasan daerah. Kalau dasar-dasarpemerintahan Daulah Abasiyah ini telah
diletakkan dan dibangun olh Abu Abbas as-Safak dan Abu Jakfar al-Mansur, maka
puncak keemasan dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, sejak masa
khalifah al-Mahdi (775-785 M) hinga Khalifah al-Wasiq (842-847 M). zaman keemasan
telah dimulai pada pemerintahan pengganti Khalifah Al-Jakfar, dan mencapai
puncaknya dimasa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dimasa-masa itu para Khalifah
mengembangkan berbagai jenis kesenian, terutama kesusasteraan pada khususnya
dan kebudayaan pada umumnya.2[9]
b. Periode Kedua (232 H/ 847 M 334H/ 945M)
Kebijakan Khalifah Al-Mukasim (833-842 M untuk memilih anasir Turki dalam
ketentaraan kekhalifahan Abasiyah dilatarbelakangi oleh adanya persaingan antara
golongan Arab dan Persia pada masa Al-Makmun dan sebelumnya.khalifah Al-
Mutawakkil (842-861 M) merupakan awal dari periode ini adalah khalifah yang lemah. 3
[10]
Pemberontakan masih bermunculan dalam periode ini, seperti pemberontakan
Zanj didataran rendah Irak selatan dan Karamitah yang berpusa di Bahrain. Faktor-
faktor penting yng menyebabkan kemunduran Bani Abas pada periode adalah.
Pertama, luasnya wilayah kekuasaan yang harus dikendalikan, sementara komunikasi
lambat. Yang kedua, profesionalisasi tentara menybabkan ketergantungan kepada
mereka menjadi sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan
tentara sangat besar. Setelah kekuatan militer merosot, khalifah tidak sanggup lagi
memaksa pengiriman pajak kebaghdad.
c. Periode Ketiga (334 H/945-447 H/1055 M)
Posisi Daulah Abasiyah yang berada dibawaah kekuasaan Bani Buwaihi
merupakan cirri utama periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di
masa sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya
keudukan Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji.
Sementara itu bani Buwaihi telah membagi kekuasaanya kepada tiga bersauara. Ali
menguasai wilayah bagian selatan Persia, Hasan menguasi wilayah bagian utara, dan

3
Ahmad menguasai wilayah al-ahwaz, Wasit, dan \Baghdad. Baghdad dalam periode ini
tidak sebagai pusat pemerintahan Islam, karena telah pindah ke Syiraz dimana
berkuasaAli bin Buwaihi.4[11]
d. Periode Keempat (447 H/1055M-590 H/1199 M)
Periode keempat ini ditandai oleh kekuasaan Bani Seljuk dalam Daulah
Abasiyah. Kehadirannya atas unangan Khalifah untuk melumpuhkan kekuatan Bani
Buwaihi di Baghdad. Keadaan Khalifah memang sudah membaik, paling tidak karena
kewibawannya dalam bidang agama sudah kembali setelah beberapa lama dikuasai
orang-orang Syiah. 5[12]
e. Periode Kelima (590 H/ 1199M-656 H / 1258 M)
Telah terjadi perubahaan besar-besaran dalam periode ini. Pada periode ini,
Khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu. Mereka
merdeka dan berkuasa, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Sempitnya wilayah
kekuasaan khalifah menunjukkan kelemahan politiknya, pada masa inilah tentara
Mongol dan Tartar menghancurkan Baghdad tanpa perlawanan pada tahun 656 H/
1256 M.6[13
B. Kemajuan-Kemajuan Dinasti Abbasiyah
Dalam setiap pemerintahan pada khususnya tentu memiliki perkembangan dan
kemajuan, sebagaimana halnya dalam pemerintahan yang dipegang oleh dinasti
Abbasiyah. Dinasti ini mempunyai kemajuan bagi kelangsungan agama islam, sehingga
masa dinasti Abbasiyah ini dikenal dengan The Golden Age of Islam.
Khilafah di Baghdad yang didirikan oleh Saffah dan Mansur mencapai masa
keemasannya mulai dari Mansur sampai Wathiq dan yang paling jaya adalah periode
Harun dan puteranya, Mamun. Istana khalifah Harun yang identik dengan megah dan
penuh dengan kehadiran para pujangga, ilmuwan, dan tokoh-tokoh penting dunia.
Dengan Harun tercatat buku legendaries cerita 1001 malam. Baik segi politik, ekonomi,
dan budaya, periodenya tercatat sebagai The Golden Age of Islam. 7[14]
Adapun kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh dinasti Bani Abbasiyah ialah sebagai
berikut :
1. Administrasi
Sebelum Abbasiyah, dalam pemerintahan pos-pos terpenting diisi oleh Bani
Umayyah notabene bangsa arab, namun pada masa abbasiyah orang non-arab
mendapat fasilitas dan menduduki jabatan strategis. Khalifah sebagai kepala
pemerintahan,penguasa tertinggi sekaligus menguasai jabatan keagamaan, pemimpin
sacral. Disebut juga bahwa para khalifah tidak peduli dan mentaati suatu aturan atau
cara yang tetapuntuk mengangkat putera mahkota, yaitu sejak masa al-Amin. Pada

7
masa ini, jabatan penting diisi oleh seorang wazir yang menjalankan tugasnya sesuai
dengan aturan yang digariskan oleh hukum Islam untuk mengangkat dan menurunkan
para pegawai. Wazir adalah pelaksana non-militer yang diserahkan sang khalifah
kepadanya. Ada dua macam wazir, yaitu wazir yang memiliki kekuasaan yang sangat
tinggi(tafwid)dan wazir (tanfiz) yang kekuasaannya terbatas. Yang pertama disebut juga
wazir utama atau sekarang sama dengan perdana menteri yang dapat bertindak tanpa
harus direstui khalifah, termasuk mengangkat dan memecat para gubernur dan hakim.
Pada saat para khalifah lemah, kekuasaan dan kedudukan wazir meningkat tajam.
Sementara wazir tidak berkuasa penuh, hanya mentaaati perintah khlifah saja. 8[15]
Kalau pada masa Umayyah terdapat lima kementrian pokok, yang disebut
diwan, maka dimasa Abbasiyah kelima tersebut ditambah jumlahnya. Kelima
kementrian tersebut ialah (1) Diwan al-jund (war of office). (2) diwan al-Kharaj
(Department of Finance). (3) Diwan al-Rasal (Board of Correspondence). (4) Diwan
al_khatam (Board og Signet). (5) Diwan al-Barid (Postal Department). Kelima diwan ini
pada era Abbasiyah ada penambahan diwan diantaranya. (6)Diwan al-Azimah(the Audit
and Account Board). (7) Diwan al-Nazri fi al-mazalim (Appeals and Investigation Boars).
(8) Diwan al-Nafaqat (the Board of Expenditure). (9) Diwan al-Sawafi (the Board of
Crown Land). (10) Diwan al-Diya (the Board of States). (11) Diwan al-Sirr (the Board of
Military Infection). Dan, (13) Diwan al-Tawqi (the Board Request). 9[16]
Diwan-diwan aru yang dibentuk pada periode Abbasiyah, antara lain, Diwan al-
Syurtha (Police Department). Kepala polisi disebut Sahib al-Surtha yang beda dengan
zaman Umayyah, mereka terbagi tugasnya sesuai dengan kondisi wilyahnya. Tugas
mereka paling utama adalah menjamin dan memelihara keamanan, harta, dan nyawa
masyarakat. Sementara itu, polisi biasa ada dibawah kendali muhtasib. 10[17]
Dari diwan-diwan yang dibentuk memiliki tugas masing-masing dalam
pemerintahan daulah Abbasiyah yang mempunyai peranan yang sangat penting.
Demi kelancaran admiinistrasi wilayah kekuasaan Abbasiyah dibagi dalam
beberapawilayah administrasi yang dapat disebut provinsi dan masing-masing provinsi
yang dikepalai seorang Amir yang melaksanakan tugas khalifah dan bertanggung jawab
kepadanya. Khalifah yang mengangkat dan memecat atau memindahkan ke Provinsi
lain. Pada umumnya, pendapatan provinsi digunakan untuk provinsi dan sisanya di
kirim ke pemerintah pusat.11[18]
2. Sosial
Philip Khore Hitti, bahwa para sejarawan Arab lebih berkonsentrasi pada
persoalan Khalifah Abbasiyah, lebih mengutamakan persoalan politik dibandingkan
dengan persoalan lain, yang menyebabkan mereka tidak begitu memberikan gambaran
memadai tentang kehidupan sosial-ekonomi. Dengan adanya asimilasi, Aab-Mawali
8

10

11
membawa dinasti ini kehilangan jati diri sebagai bangsa Arab menjadi bangsa majemuk.
Untuk memperlancar proses pembaruan antara Arab dengan rakyat taklukan, lembaga
poligami, selir, dan perdagangan budak terbukti efektif. Saat unsur Arab murni surut,
orang Mawali dan anak-anak perempuan yang dimerdekakan, mulai menggantikan
posisi mereka. Aristokrasi Arab mulai digantikan oleh hierarki pejabat yang mewakili
berbagai bangsa, yang semula didominasi oleh Persia dan kemudian oleh Turki. 12[19]
3. Kegiatan ilmiah
Pada periode Abbasiyah adalah era baru dan identik dengan kemajuan ilmu
pengetahuan. Dari segi pendidikan, ilmu pengetahuan termasuk science, kemajuan
peradaban, dan kultur pada zaman ini bukan hanya identik sebagai masa keemasan
Islam, akan tetapi era ini mengukur dengan gemilang dalam kemajuan peradaban
dunia. Semasa dinasti Umayyah kegiatan dan aktivitas nalar ilmu yang ditanam itu
berkembang pesat yang mencapai puncakya pada era Abbasiah. 13[20]
Sebelum Dinasti Abbasiyah, pusat kegiatan Dunia Islam sel\lu bermuara pada
masjid. Masjid dijadikan centre of education. Pada Dinasti Abbasiyah inilah mulai
adanya pengembangan keilmuan dan teknologi diarahkan kedalam mahad. 14[21]
Abad X Masehi disebut abad pembangunan daulah Islam,iyah dimana dunia
Islam, mulai dari Cordon di Spanyol sampai ke Multan di Pakistan, mengalami
kebangunan di segala bidang, terutama dalam bidang berbagai macam ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni. Duni Islam, pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya
dan makmur.15[22]
Diantara pusat-pusat ilmu pengetahuan dan filsafat yang terkenal ialah
Damaskus, Alexandria, Qayrawan, Fustat, Kairo, al-Madaain, Jundeshahpur, dan lain-
lain. Banyaknya cendekiawan yang diangkat menjadi pegawai pemerintahan dan istana
para kahlifah Abbasiyah, misalnya Mansur yng banyak mengangkat pegawai
pemerintahan dan istana dari cendekiawan-cendekiawan Persia. Yang terbesar dan
banyak berpengaruh pada mulanya ialah keluarga Barmak dan kemudian, seperti
jabatan wazir yang diberikn Mansur kepada Khalid ibn Barmak, kemudian ke anak dan
cucu-cucunya. Mereka ini berasal dari Bactra, dikenal sebagai keluarga yang gemar
pada ilmu pengetahuan dan filsafat, yang condong kepada paham Mutazilah. Mereka
disamping sebagai wazir, juga menjadi pendidik anak-anak Khalifah. Diakuinya
Mutazilah sebagai mazhab resmi Negara pada masa Khalifah Mamun (827 M).
Mutazilah adalah aliran yang menganjurkan kemerdekaan dan kebebasan berfikir
kepada manusia. Aliran ini telah berkembang dalam masyarakat terutama pada masa
awal Dinasti Abbasiyah, yang banyak memajukan kegiatan intelektual dengan lebih
menggunakan rasio baik dalam penerjemahan ilmu-ilmu luar maupun memadukan
dengan ajaran Islam. Inilah faktor utama jasa mereka memelihara Yunani dan
12

13

14

15
selanjutnya dikembangkan melalui Kairo, dan selanjutnya di transfer melalui pusat-
pusat kegiatan ilmiah di Eropa Barat Daya seperti Seville, Cordova, al-Hamra. 16[23]
Pribadi beberapa Khalifah terutama pada masa awal Abbasiyah seperti Mansur,
Harun, dan Mamun adalah kutu buku dan sangat mencintai ilmu pengetahuan
sehingga terpengaruh dalam kbijaksanaannya yang banyak ditujukan kepada
peningkatan ilmu pengetahuan. Selain itu semua, karena permasalahan yang dihadapi
oleh umat Islam semakin kompleks dan berkembang, oleh karena itu perlu dibuka ilmu
pengetahuan dalam berbagai bidang, khususnya ilmu-ilmu naqli eperti ilmu agama,
bahasa, dan adab. Adapun ilmu aqli seperti kedokteran, Manthiq, olahraga, ilmu
angkasa luar dan ilmu-ilmu yang lain telah dimulai oleh umat Islam dengan metode
yang teratur. Kegiatan ilmiah dikalangan umat Islam, semasa Abbasiyah yang
menandakan Islam memperoleh kemajuan disegala bidang. 17[24]
Adapun ilmu yang berkembang pada masa Dinasti Abbasiyah terdiri dari
perkembangan ilmu naqli (sumber dari Al-Quran dan Hadis) yaitu seperti ilmu tafsir,
ilmu hadis, ilmu kalam,ilmu tasawuf, ilmu bahasa, ilmu fiqih,serta pembukuan kitab-kitab
hukum. Sedangkan perkembangan ilmu aqli diantaranya ilmu kedokteran dan ilmu
filsafat, dan lain lain.18[25]
4. Peran Pemerintah
Pada masa kejayaan Islam banyak Khalifah mencintai dan mendukung penuh
atas aktivitas mereka paling menonjol dan besar melalui penerjemahan yang
merupakan kegiatan yang paling besar melalui penerjemahan yang merupakan
kegiatan yang paling besar peranannya dalam mentransfer ilmu pengetahuan. Mereka
menerjemahkan dari buku-buku asing, seperti bahasa Sansekerta, Suryani, atau Yunani
kedalam bahasa arab yang telah dimulai sejak zaman Umayyah. Misalnya, Khalid ibn
Yazid, seorang penguasa, pecinta ilmu yang memerintahkan kepada para cendekiawan
Mesir atau yang tinggal di Mesir agar mereka menerjemahkan buku-buku tentang
kedokteran, bintang, dan kimia yang berbahasa Ynani ke dalam bahasa arab. Demikian
juga Khalifah Umar II menyuruh menerjemahkan buku-buku kedokteran kedalam bahsa
arab.19[26]
Pada 832 M, Mamun mendirikan Bait al-HIkmah di Baghdadsebagai akademi
pertama, lengkap dengan teropong bintang, perpustakaan, dan lembaga
penerjemahan. Kepala akademi ini yang pertama adalah Yahya ibn Musawaih (777-857
M) murid Gibril ibn Bakhtisyu, kemudian diangkat Hunain ibn Ishaq, murid Yahya
sebagai ketua kedua.20[27]

16

17

18

19

20
Sekitar akhir abad ke-10 m, kegiatan kaum muslibukan hanya menerjemahkan,
bahkan mulai memberikan syarahan (penjelasan), dan melkukan tahqiq (pengeditan).
Pada mulanya muncul dalam bentuk karya tulis yang ringkas, lalu dalam wujud yang
lebih luas dan dipadukan dalam berbagai pemikiran dan petikan, analisis dan kritik yang
disusun dalam bentuk bab-bab dan pasal-pasal. Dengan kepekaan mereka, hasil kritik
dan analisis itu memancing lahirnya teori-teori baru sebagai hasil renungan mereka
sendiri. Misalnya apa yang yang telah dilakukan oleh Muhammad ibn Musa al-
Khawarizmi dengan memisahkan aljabar dari ilmu hisab yang pada akhirnya menjadi
ilmu tersendiri secara sistematis. Pada masa inilah lahir karya-karya ulama yang telah
tersusun rapi. Semasa Abbasiyah muncul ulama-ulama besar 21[28]
Pada mulanya, para lama memelihara dan mentransfer ilmu mereka melalui
hafalan atau lembaran-lembaran yang tidak teratur. Kemudian barulah abad ke-7
M,mereka menulis hadis, fikih, tafsir, dan banyak buku dari berbagai bahasa arab dan
menjadi buku-buku yang disusun secara sistematis. Diantara kebanggaan zaman
pemerintahan Abbasiyah adalah terdapatnya 4 imam yaitu Abuu Hanifah, Malik, Syafii,
dan Ahmad ibn Hanbal, mazhab fikih yang ulung ketika itu. Mereka merupakan para
Ulama fikih yang paling agung dan tiada bandingannya di dunia Islam. 22[29]
C. Sebab-Sebab Kemunduran Dinasti Abbasiyah

Sejak abad ke-7 M bangsa Arab dengan cepat sekali menguasai satu persatu
wilayah kemajuan dunia saat itu sampai mereka pernah menjadi penguasa yang sangat
kuat dimana peta kekuatan Islam melebar sampai Asia, Afrika, dan Eropa Barat Daya.
Setelah mengalami masa kejayaan, Dinasti Abbasiyah akhirnya mengalami
kemunduran dan kehancuran.
Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau Khilafah Abbasiyah
merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, Khalifah Abbasiyah tidak lagi
berada dibawah kekuaasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti
Islam berdiri.23[30]
dapun faktor penyebab kehancuran Abbasiyah, diantaranya, sebagai berikut.
1. Internal
Semasa Abbasiyah wilayah kekuasaannnya meliputi barat sampai samudera
Atlantik, disebelah timur sampai India dan perbatasan China, dan diutara dari laut
Kashpia sampai keselatan, teluk Persia. Wilayah kekuasaan Abbasiyah yang hampir
sama luasnya dengan wilayah kekuasaan dinasti Mongol, tidak mudah dikendalikan
oleh para Khalifah yang lemah. Di samping itu, sistem komunikasi masih sangat lemah
dan tidak maju saat itu, menyebabkan tidak cepat dapat informasi akurat apabila suatu
daerah ada masalah, konflik, atau terjadi pemberontakan. Oleh karena itu, terjadinya
banyak wilayah lepas dan berdiri sendiri. Sebenarnya pasca Khalifah Mamun dinasti ini
mulai mengalami kemunduran. Ementara itu jauhnya wilayah-wilayah yang terletak di

21

22

23
ketiga benua tersebut, dan kemudian hari didorong oleh para Khalifah yang makin
lemah dan malas yang dipengaruhi oleh kelompok-kelompok yang tidak terkendali bagi
Khalifah, 24[31]
Karena tidak adanya suatu sistem dan aturan yang baku menyebabkan sering
gonta-gantinya putera mahkota dikalangan istana dan terbelahnya suara istana yang
tidak menjadi keatuan bulat terhadap pengangkatan para pengganti Khalifah. Seperti
perang saudara antara Amin-Mamun adalah bukti nyata. Disamping itu, tidak adanya
kerukunan antara tentara, istana, dan elit politik lain yang juga memacu kemunduran
dan kehancuran dinasti ini.25[32]
Selain agama juga faktor ekonomi cukup dominan atas lemahnya sendi-sendi
kekhalifahan Abbasiyah. Beban pajak yang berlebihan dn pengaturan wilayah-wilayah
(Provinsi) demi keuntungan kelas penguasa telah menghancurkan bidang pertaniandan
industri. Saat para Wali, Amir, dan lain-lain termasuk kalangan istana makin kaya,
rakyat justru makin lemah dan miskin. Dengan adanya independensi dinasti-dinasti
tersebut perekonomian pusat menurun karena mereka tidak lagi membayar upeti
kepada pemerintahan pusat. Sementara itu, disisi lain meningkatnya ketergantungan
pada tentara bayaran. Disamping itu, faktor yang penting yaitu merosotnya moral para
Khalifah Abbasiyah pada zaman kemunduran, serta melalaikan salahsatu sendi Islam,
yaitu jihad.26[33]
Dalm buku yang ditulis Abu Suud 27[34], dijsebutkan faktor-faktor intern yang
membuat Daulah Abasiyah lemah kekudian hancur antara lain : (1) adanya persaingan
tidak sehat diantara beberapa bangsa yang terhimpun dalam Daulah Abasiyah,
terutama Arab, Persia, dan Turki. (2) terjadinya perselisihan pendapat diantara
kelompok pemikiran agama yang ada, yang berkembang menjadi pertumpahan darah.
(3) munculnya dinasti-dinasti kecil sebagai akibat perpecahan social yang
berkepanjangan. (4) akhirnya terjadi kemerosotan tingkat perekonimian sebagai akibat
dari bentrokan politik.
2. Eksternal
Disamping faktor-faktor internal, ada juga faktor ekstern yang membawa nasib
dinasti ini terjun kejurang kehancuran total. Yaitu serangan Bangsa Mongol. Latar
belakang penghancuran dan penghapusan pusat Islam di Baghdad, salahsatu faktor
utama adalah gangguan kelompok Asasin yang didirikan oleh Hasan ibn Sabbah (1256
M) dipegunungan Alamut, Iraq. Sekte, anak cabang Syiah Ismailiyah ini sangat
mengganggu di wilayah Persia dan sekitarnya. Baik di wilayah Islam maupun di wilayah
Mongol tersebut.28[35]
Setelah beberapakali penyerangan terhadap Assasin akhirnya Hullagu, cucu
Chengis Khan dapat berhasil melumpuhkan pusat kekuatan mereka di Alamut.
24

25

26

27
Kemudian menuju ke Baghdad. Setelah membasmi mereka di Alamut, tentara Mongol
mengepung kota Baghdad selam dua bulan, setelah perundingan damai gagal,
akhirnya Khalifah menyerah, namun tetap dibunuh oleh Hulagu. Pembantaian massal
itu menelan korban sebanyak 800. 000 orang.29[36]
Ketika bangsa Mongol dapat menaklukkan Baghdad tahun 656/ 1258, ada
seorang pangeran keturunan Abbasiyah yang lolos dari pembunuhan dan meneruskan
Khilafah dengan gelar Khalifah yang berkuasa dibidang keagamaan saja dibawah
kekuasaan kaum Mamluk di Kairo, Mesir tanpa kekuasaan duniawi yang bergelar
sultan. Jabatan yang disandang oleh keturunan Abbasiyah dimesir itu akhirnya diambil
oleh Sultan salami dan Turki Usmani ketika meguasai Mesir tahun 1517, dengan
demikian, makahilanglah Khalifah Abbasiyah untuk selamnya. 30[37]
Sedangkan faktor ekstern31[38] yang terjadi adalah (1) berlangsungnya Perang
Salib yang berkepanjangan, dan yang paling menentukan adalah (2) sebuah pasukan
Mongol dan Tartar yang dipimpin oleh Hulagu Khan, yang berhasil menjarah semua
pusat-pusat kekuasaan maupun pusat ilmu, yaitu perpustakaan di Baghdad.

28

29

30

31

Anda mungkin juga menyukai