KEPERAWATAN
PENDELEGASIAN TUGAS
OLEH :
KELAS 3.3 / KELOMPOK 5
c. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh
efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh
terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas rendah
dan pemantauan.
d. Efek Terhadap
Kesehatan Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal,
masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja
juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula
dalam darah bagi penderita diabetes.
e. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja yang dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989),
melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada
akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan ratarata jumlah kecelakaan
0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi
pada dinas malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cenderung banyak terjadi selama dinas pagi dan lebih banyak
terjadi pada dinas malam.
b. Evaluasi Proses
b. Benar Dosis
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau
kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang
dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem
perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli
farmasi, resiko kesalahan meningkat pada situasi ini, perawat harus
memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan oleh perawat lain.
Setelah menghitung dosis, perawat menyiapkan obat dengan
menggunakan alat perhitungan standar. Klien sebaiknya melakukan
perhitungan dengan menggunakan sendok yang biasa digunakan
didapur dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang
volumenya bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ),
perawat harus yakin bahwa potongan tersebut rata. Sebuah tablet
dapat dibagi 2 dengan menggunakan sisi pisau atau dengan
membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya dengan
jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian
obat secara berurutan, namun hanya jika bagian ke2 telah kembali
dikemas dan dilabel. Alat penghancur harus selalu dibersihkan
secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan. Obat yang
dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam
jumlah yang sangat sedikit.
c. Benar Klien
Langkah penting dalam pemberian obat yang aman adalah
meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan kepada klien yang
benar. Perawat yang bekerja dirumah sakit atau lingkungan
perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberikan obat
pada banyak klien. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat,
perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat
yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien
menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama klien, perawat
sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa
respons klien menunjukan bahwa klien adalah orang yang benar.
Hal ini sangat penting bahkan jika perawat telah merawat klien
selama beberapa hari. Supaya klien tidak merasa tidak nyaman,
perawat dapat mengatakan bahwa dalam memberikan obat secara
rutin perawat harus meidentifikasi nama klien.
e. Benar Waktu
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat
diprogramkan untuk waktu tertentu dalam 1 hari dan apakah
jadwal tersebut dapat diubah. Apabila seorang perawat
bertanggung jawab memberikan beberapa obat, maka obat yang
harus bekerja pada waktu-waktu tertentu harus diprioritaskan.
Misalnya, insulin harus diberikan pada interval yang tepat sebelum
makan.
Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam
menentukan waktu pemberian yang tepat. Banyak klien yang
dirawat memilih tidur lebih awal dari pada yang biasa mereka
lakuan dirumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah
prosedur dapat menggangu tidur klien, sebaiknya pemberian obat
ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat memperolah
manfaat optimal obat. perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk
menentukan tingkat ketidak nyamanannya. Apabila perawat
menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek anal gesik
mungkin tidak cukup. Perawat mungkin perlu meminta dokter
menambah analgesik prn.
4. Askep Dalam Pemberian Obat
a. Pengkajian
Untuk menetapkan kebutuhan terhadap tarapi obat dan respon
potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.
Riwayat medis
Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap
terapi obat. Penyakit atau gangguan membuat klien berisiko
terkena efek samping yang merugikan. Contoh, jika seorang klien
mengalami ulkus lambung cenderung mengalami perdarahan maka
senyawa yang mengandung aspirin atau antikoagulasi akan
meningkatkan kemungkinan perdarahan. Riwayat pembedahan
klien dapat mengindikasikan obat yang digunakan. Contoh, setelah
tiroidektomi , seorang klien membutuhkan penggantian hormon.
Data obat
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja,
tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi
keerawatan dalam pemberian dan pengawasan obat. Beberapa
sumber harus sering dikonsultasi untuk memperoleh keterangan
yang dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui
sebanyak mungkin informasi tentang obat yang diberikan. Banyak
mahasiswa keperawatan menyiapkan atau membeli kartu atau buku
yang memuat keterangan obat untuk mereka gunakan sebagai
rujukan cepat.
Sikap klien terhadap penggunaan obat
Sikap klien terhaadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan
pada obat. Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya
tentang obat,khususnya jika klien mengalami ketergantungan obat.
Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku
klien yang mendukung bukti ketergantungan obat.
b. Diagnosa keperawatan
Pengkajian memberi data tentang kondisi klien,
kemampuannya dalam menggunakan obat secara mandiri, dan pola
penggunaan obat.
c. Perencanaan
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan
bahwa tehnik pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan
untuk menggunakan waktu selama memberikan obat. Pada situasi
klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat
merencanakan untuk menggunakan semua sumber pengajaran yang
tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi
perawat untuk tidak menunda pemberian intruksi sampai hari
kepulangan klien. Perawat harus mengkaji klien secara komprehensif
dan mengidentifikasi faktor fisik, psikologis, ekonomi atau sosial yang
membuat klien tidak mampu dengan konsisten menggunakan obat
secara mandiri. Misalnya, klien menderita arthritis yang membuatnya
sulit pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan
lain,bekerja sama mencari jalan keluar untuk masalah ini sebelum
klien dipulangkan. Apabila klien baru didiagnosis dan membutuhkan
obat, misalnya, dalam rencana asuhan keperawatan, perawat data
merujuk klien untuk dirawat di rumah. Perawat penyelenggara
perawatan kesehatan di rumah dapat membantu klien menyusun jadwal
pengobatan yang disesuaikan dengan rutinitas di rumah.
Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri
maupun perawat bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut
harus dicapai :
Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman
sementara kenyamanan klien tetap dipertahankan.
Klien dan keluarga memahami terapi obat.
Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
d. Implementasi
Transkripsi yang benar dan mengomunikasikan program
Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang
aman dan efektif.Intervensi dilakukan dengan menyiapkan obat secara
cermat, memberikannya dengan benar, dan memberi klien penyuluhan.
Setiap kali suatu dosis obat disiapkan, perawat mengacu pada format
atau label obat. Dengan sistem unit-dosis, hanya satu diperlukan
transkripsi, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dibatasi.
Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa
nama,dosis,dan simbol obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered
nurse) membandingkan semua program yang ditranskripsi dengan
program yang asli untuk memastikan keakuratan dan kelengkapannya.
Perawat yang memberi obat yang salah atau dosis yang tidak tepat
bertanggung jawab secara hukum.
e. Evaluasi
Perawat memantau respon klien terhadap obat secara
berkesinambungan. Untuk melakukan ini,perawat harus mengetahui
kerja terapiutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap obat.
Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien
mengkonsumsi beberapa obat. Untuk mengevaluasi keefektifan
intervensi keperawatan sambil memenuhi sasaran keperawatan yang
ditetapkan, perawat melakukan langkah-langkah evaluasi untuk
mengidentifikasi hasil akhir yang aktual.
Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan
bahwa ada komplikasi yang terkait dengan rute pemberian obat :
Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat, atau
perdarahan di tempat injeksi.
Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di
tempat injeksi.
Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah,
dan diare pada klien.
Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis,
termasuk demam, pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.
b. Melalui parenteral
Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat
selain melalui enteral atau saluran pencernaan. Lazimnya, istilah
parenteral dikaitkan dengan pemberian obat secara injeksi baik
intradermal, subkutan, intramuscular, atau intravena. Pemberian obat
secara parenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat disbanding dengan
secara oral.
Namun, pemberian secara parenteral mempunyai berbagai
resiko antara lain merusak kulit, menyebabkan nyeri pada pasien, salah
tusuk dan lebih mahal. Demi keamanan pasien, salah tusuk dan mahal.
Demi keamanan pasien, perawat harus mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral termasuk cara
menyiapkan, memberikan obat dan menggunakan teknik steril.
Dalam memberikan obat secara parenteral, parawat harus
mengetahui dan dapat menyiapkan peralatan yang benar yaitu alat
suntik (spuit/syringe), jarum, vial dan ampul). Menurut bentuknya
spuit mempunyai tiga bagian yaitu ujung yang berkaitan dengan jarum,
bagian tabung dan bagian pendorong obat
Dilihat dari bahan pembuatannya spuit dapat
berupa spuit kaca (jarang digunakan) dan spuit plastik
(disposable). Ditinjau dari penggunaannya spuit dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu spuit standard hipodermik, spuit insulin dan
spuit tuberculin
Jarum merupakan alat pelengkap spuit. Jarum injeksi terbuat
dari bahan stainless yang mempunyai ukuran panjang dan besar yang
bervariasi. Jarum mempunyai ukuran panjang yang berkisar antara
1,27 sampai dengan 12,7 cm. besar jarum di nyatakan dengan satuan
gauge antara nomor 14 sampai dengan 28 gauge. Semakin besar
ukuran gauge-nya semakin kecil diameternya. Diameter yang besar
dapat menimbulkan rasa sakit saat ditusukkan. Penggunaan ukuran
jarum ini disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi umur,
gemuk/kurus, jalur yang akan dipakai dan obat yang akan dipakai dan
obat yang akan dimasukkan.
Cairan obat untuk diberikan secara parenteral, biasanya
dikemas dalam ampul atau vial Ampul biasanya terbuat dari bahan
gelas. Sebagian besar leher ampul mempunyai tanda berwarna
melingkar yang dapat dipatahkan. Bila bagian leher tidak
Mempunyai tanda berarti bagian pangkal
leher harus digergaji dengan gergaji ampul sebelum dipatahkan. Vial
mempunyai ukuran yang bervariasi. Bagian penutupnya biasanya
terbuat dari plastik yang dilindungi dengan bagian logam.
Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegel bagian
atas vial sehingga bagian karet akan kelihatan. Cairan obat diambil
dengan cara menusuk jarum spuit pada karet penutup vial. Untuk lebih
jelasnya bacalah cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial.
2) Untuk obat dalam vial ; Pasang jarum berfilter pada spuit, buka
penutup jarum dan tarik pengokang spuit agar udara masuk ke
tabung spuit agar udara masuk ke tabung spuit. Secara hati- hati
tusukkan jarum di tengah karet penutup vial lalu masukkan udara.
Pertahankan jarum tidak menyentuh cairan obat sehingga udara
tidak membuat gelembung. Pegang vial sejajar dengan mata vial
tarik obat secukupnya secara hati- hati. Tarik spuit dari vial
kemudian tutup jarum dengan kap penutup lalu ganti jarum pada
spuit dengan jarum biasa.
4) Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial,
maka perawat harus berupaya mencegah tercampurnya obat pada
kedua vial tersebut. Cara mencampur obat dari dua vial adalah :
masukkan udara secukupnya pada vial A dan jaga jarum tidak
menyentuh cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara
secukupnya lalu masukkan pada vial B. Hisap cairan obat B sesuai
yang diperlukan kemudian cabut spuit tersebut. Ganti jarum
kemudian tusukkan pada vial A dan hisap cairan obat dari vial A
sesuai yang diperlukan berikutnya cabut spuit dari vial A.
c. Melalui supositoria
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat
dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk
suppositoria. Organ-organ yang dapat diberi obat suppositoria adalah
rectum dan vagina. Bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat,
menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
Persiapan Alat
a. Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
b. Aplikator untuk krim vagina
c. Pelumas untuk supositoria
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Pembalut
f. Handuk bersih
g. Gorden / sampiran
Fase Kerja
1) Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2) Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila
perlu.
4) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar
ruangan.
5) Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan
waktu, jumlah dan dosis obat.
6) Siapkan klien
7) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas
fleksi ke depan. Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area
parineal saja
8) Kenakan sarung tangan
9) Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung
bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk
dan tangan dominan anda.
10) Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk
merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter
yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
11) Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari
telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus
melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang
dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya
pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik.
12) Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
13) Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama
5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
14) Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan
tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari
bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
15) Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
16) Cuci tangan
17) Kaji respon klien
18) Dokumentasikan seluruh tindakan.
d. IM
Pemberian obat intramskular dilakukan dengan cara
memasukan obat kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan adalah
pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi
berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
Tujuan pemberian obat dengan cara ini adalah agar absorpsi obat lebih
cepat.
Persiapa alat dan bahan :
a. Daftar buku obat / catat, jadwal pemberian obat
b. Obat dalam tempatnaya
c. Spuit dan jarum sesuai dengan ukurannya : untuk orang
dewasa, panjang nya 2,5-3,7 cm; sedangkan untuk anak ,
panjangnya 1,25-2,5 cm
d. Kapas alcohol dalam tempatnya.
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok
Perosedur kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan
dosis. Setelah itu letakkan pada bak injeksi
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
5) Disinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan
6) Dilakukan penyuntikan
7) Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus
8) Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi spuit.bila tidak ada darah,
semperotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis
9) Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya, tekan daerah
penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian letekkan spuit yang
telah digunakan pada bengkok
10) Catat reaksi pemberian , jumlah dosis obat, dan waktu pemberian
11) Cuci tangan
e. IV
Memberikan obat secara langsung, diantaranya vena mediana
cubitus / cephalika (daerah lengan), vena frontalis / temporalis di
daerah frontalis dan temporal dari kepala. Tujuanya agar reaksi
berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Alat dan Bahan
a. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
b. Obat dalam tempatnya
c. Selang intravena
d. Kapas alcohol
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukan ke
dalam spuit
4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5) Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6) Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukan obat perlahan lahan ke
dalam selang intravena
7) Setelah selesai tarik spuit
8) Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat
9) Cuci tangan
10) Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya
f. IC
Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit
dilakukan sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan
digunakan . pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini
dilakukan di bawah dermis atau epidermis secara umum, dilakukan
pada daaerah lengan , tangan bagian venteral.
Persiapan alat dan bahan :
a. Daftar buku obat /catatan, jadwal pemberian obat.
b. Obat dalam tempatnya.
c. Spuit 1cc /spuit insulin
d. Kapas alkhol dalam tempatnya.
e. Cairan pelarut
f. Bak seteril dilapisi kas steril
g. Bengkok
h. Perlak dan alasanya
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik.bila menggunakan baju
lengan panjang, buka dan ke ataskan.
4) Pasang perlak di bawah bagian yang di suntik.
5) Ambil obat untuk tes alergi ,kemudian larutkan / encerkan dengan
akuades (cairan pelarut). Selanjutnya , ambil 0,5 cc dan encerkan
lagi sampai 1 cc lalu siapkan pada bak injeksi atau seteril
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang disuntik
7) Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8) Lakukan penusukan dengan lubang mennghadap ke atas yang
sudutnya 15-20 terhadap permukaan kulit.
9) Semperotkan obat hingga terjadi gelembung
10) Tarik supit dan tidak boleh dilakukan massage
11) Cuci tangan
12) Catat reaksi pemberian , hasil pemberian obat / tes obat, tanggal,
waktu, dan jenis obat
g. Melalui sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena
pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan
dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
Persiapan Alat :
a. Obat yang telah ditentukan dalam tempatnya.
Cara kerja
1) Beri obat kepada pasien
2) Beritahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah
hingga larut seluruhnya.
3) Anjurkan pasien agar tetap menutup mulutnya, tidak minum dan
tidak berbicara selama obat belum larut seluruhnya.
h. Melalui mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep
mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata
dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan
melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
Persiapan alat dan bahan:
a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
b. Pipet
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
d. Korentang dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
i. Sarung tangan
j. Air hangat / kapas pelembat.
Prosedur keja:
1) Cuci tangan
2) Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan
3) Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi
perawat di samping kanan
4) Gunakan sarung tangan
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari
sudut mata k arahhidung apabila sangat kotor, basuh dengan air
hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan
ibu jari,jari telunjuk di atas tulang orbital
7) Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai
sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan
perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
8) Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas
pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar
dan berikan obat pada kelopak mata bawah.setelah selesai,
anjurkan pasien untuk melihat ke bawah , secara bergantian dan
berikan obat pada kelopak mata bagian atas.biarkan pasien untuk
memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan
11) Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.
i. Melalui telinga
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes
pada telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang dapat
berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan infeksi telinga.
Khususnya otitis media pada telinga tengah.
Persiapan alat dan bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Penetes
c. Spekulum telinga
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri
sesuai dengan daerah yang akan diobati , usahakan agar lubang
telinga pasien ke atas.
4) Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau
ke belekang pada orng dewasa dan ke bawah pada anak
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah
tetesan sesuai dosisi pada dinding saluaran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau
oleskan salep pada liang telinga
7) Pertahankan posisi kepala 2-3m
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu
9) Cuci tangan
10) Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.
j. Melalui hidung
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung
seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Persiapan alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya
b. Pipet
c. Spekulum hidung
d. Pinset anatomi pada tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi pasien
4) Berikan tetesan obat sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
5) Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 m
6) Cuci tangan
7) Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat
k. Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan
cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara
pipi.
Prosedur kerja. Secara umum persiapan dan langkah pemberian
sama dengan pemberian obat secara oral. Yang perlu diperhatikan
adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat diantara
gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.
l. Melalui topical
Pemberian obat dengan cara mengoleskan obat pada
permukaan kulit atau membran mukosa, dapat pula dilakukan melalui
lubang yang terdapat pada tubuh (anus).
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit
adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep.
SOAL :
1. Transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung
gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.
Pernyataan ini merupakan pengertian dari ?
a. Handover
b. Handoffs
c. Shift report
d. Signout
e. Signover
10. Langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang terkait
dengan rute pemberian obat yaitu, kecuali
a. Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat, atau
perdarahan di tempat injeksi.
b. Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di
tempat injeksi.
c. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan
diare pada klien.
d. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk
demam, pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.
e. Mengkaji denyut nadi dan tekanan darah pada pasien
Kunci Jawaban :
1. A
2. D
3. E
4. B
5. E
6. A
7. C
8. A
9. E
10. E
DAFTAR PUSTAKA