Anda di halaman 1dari 46

TUGAS MANAJEMEN

KEPERAWATAN

KONSEP TIMBANG TERIMA PASIEN DAN

PENDELEGASIAN TUGAS

OLEH :
KELAS 3.3 / KELOMPOK 5

NI WAYAN EKA JULI PATRINI (P07120014080)


NI LUH SRI NARSIH (P07120014083)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2017
KONSEP TIMBANG TERIMA PASIEN DAN
PENDELEGASIAN TUGAS

A. Konsep Timbang Terima Pasien


a. Pengertian
Timbang terima memiliki beberapa istilah lain. Beberapa istilah itu
diantaranya handover, handoffs, shift report, signout, signover dan cross
coverage. Handover adalah komunikasi oral dari informasi tentang pasien
yang dilakukan oleh perawat pada pergantian shift jaga. Friesen (2008)
menyebutkan tentang definisi dari handover adalah transfer tentang
informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama
perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup peluang
tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoffs
juga meliputi mekanisme transfer informasi yang dilakukan, tanggung
jawab utama dan kewenangan perawat dari perawat sebelumnya ke
perawat yang akan melanjutnya perawatan.
Menurut Nursalam (2011) definisi timbang terima adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan
dengan keadaan klien. Timbang terima merupakan kegiatan yang harus
dilakukan sebelum pergantian dinas. Selain laporan antar dinas, dapat
disampaikan juga informasi yang berkaitan dengan rencana kegiatan yang
telah atau belum dilaksanakan. Timbang terima merupakan sistem
kompleks yang didasarkan pada perkembangan sosio-teknologi dan nilai-
nilai yang dimiliki perawat dalam berkomunikasi. Timbang terima dinas
berperan penting dalam menjaga kesinambungan layanan keperawatan
selama 24 jam (Kerr, 2002).

Menurut Australian Medical Association/AMA (2006), timbang


terima merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan
akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau
kelompok pasien, kepada orang lain atau kelompok profesional secara
sementara atau permanen. Timbang terima merupakan komunikasi yang
terjadi pada saat perawat melakukan pergantian dinas, dan memiliki tujuan
yang spesifik yaitu mengomunikasikan informasi tentang keadaan pasien
pada asuhan keperawatan sebelumnya.

b. Tujuan Timbang Terima


Menurut Australian Health Care and Hospitals Association/ AHHA
(2009) tujuan timbang terima adalah untuk mengidentifikasi,
mengembangkan dan meningkatkan timbang terima klinis dalam berbagai
pengaturan kesehatan. Menurut Nursalam (2011) tujuan dilaksanakan
timbang terima adalah:
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh
dinas berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.

c. Manfaat timbang terima


Manfaat timbang terima menurut AHHA (2009) adalah:
a. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.
Misalnya, penyediaan informasi yang tidak akurat atau adanya
kesalahan yang dapat membahayakan kondisi pasien.
b. Selain mentransfer informasi pasien, timbang terima juga
merupakan sebuah kebudayaan atau kebiasaan yang dilakukan oleh
perawat. Timbang terima mengandung unsur-unsur kebudayaan,
tradisi, dan kebiasaan. Selain itu, timbang terima juga sebagai
dukungan terhadap teman sejawat dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan selanjutnya.
c. Timbang terima juga memberikan manfaat katarsis (upaya untuk
melepaskan beban emosional yang terpendam), karena perawat
yang mengalami kelelahan emosional akibat asuhan keperawatan
yang dilakukan bisa diberikan kepada perawat berikutnya pada
pergantian dinas Universitas Sumatera Utara dan tidak dibawa
pulang. Dengan kata lain, proses timbang terima dapat mengurangi
kecemasan yang terjadi pada perawat.
d. Timbang terima memiliki dampak yang positif bagi perawat, yaitu
memberikan motivasi, menggunakan pengalaman dan informasi
untuk membantu perencanaan pada tahap asuhan keperawatan
selanjutnya (pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan), meningkatkan kemampuan komunikasi antar
perawat, menjalin suatu hubungan kerja sama dan bertanggung
jawab antar perawat, serta perawat dapat mengikuti perkembangan
pasien secara komprehensif.
e. Selain itu, timbang terima memiliki manfaat bagi pasien
diantaranya, pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang
optimal, dan dapat menyampaikan masalah secara langsung bila
ada yang belum terungkap. Bagi rumah sakit, timbang terima dapat
meningkatkan pelayanan keperawatan kepada pasien secara
komprehensif.
Menurut Nursalam (2011) timbang terima memberikan manfaat
bagi perawat dan bagi pasien. Bagi perawat manfaat timbang terima adalah
meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat, menjalin hubungan
kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat, pelaksanaan asuhan
keperawatan terhadap pasien yang berkesinambungan, perawat dapat
mengikuti perkembangan pasien secara paripurna. Sedangkan bagi pasien,
saat timbang terima pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung
bila ada yang belum terungkap.

d. Prinsip Timbang Terima


Prinsip timbang terima Friesen, White dan Byers (2009)
memperkenalkan enam standar prinsip timbang terima pasien, yaitu :

a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien


Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta
dalam kegiatan timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat
penting untuk mengelola timbang terima pasien di klinis.
Pemimpin harus memiliki pemahaman yang komprehensif dari
proses timbang terima pasien dan perannya sebagai pemimpin.
Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi
pasien yang memburuk.
b. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman
bahwa timbang terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan
bagian penting dari pekerjaan sehari-hari dari perawat dalam
merawat pasien. Memastikan bahwa staf bersedia untuk
menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka.
Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir
dan mendukung kegiatan timbang terima pasien. Membuat solusi-
solusi inovatif yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya
kehadiran staf pada saat timbang terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan
mereka dalam tinjauan berkala tentang proses timbang terima
pasien. Mengidentifikasi staf yang harus hadir, jika memungkinkan
pasien dan keluarga harus dilibatkan dan dimasukkan sebagai
peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim
Universitas Sumatera Utara multidisiplin, timbang terima pasien
harus terstruktur dan memungkinkan anggota multiprofesi hadir
untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi
untuk timbang terima pasien. Hal ini sangat direkomendasikan,
dimana strategi ini memungkinkan untuk dapat memperkuat
ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya pada
pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung
jawab misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain
untuk suatu pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat
penting untuk memastikan proses perawatan yang berkelanjutan,
aman dan efektif.
e. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka
dan di sisi tempat tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka
pilihan lain harus dipertimbangkan untuk memastikan timbang
terima pasien berlangsung efektif dan aman. Untuk komunikasi
yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang terima pasien bebas
dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara umum atau
bunyi alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
1) Standar protocol
Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran
peserta, kondisi klinis dari pasien, daftar
pengamatan/pencatatan terakhir yang paling penting, latar
belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien, penilaian
dan tindakan yang perlu dilakukan.
2) Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan
pasien secara cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang
terdeteksi.
3) Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan
yang luar biasa, rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja
dan risiko keselamatan kerja atau tekanan yang dialami oleh
staf.

e. Jenis timbang terima


Menurut Hughes (2008) beberapa jenis timbang terima pasien yang
berhubungan dengan perawat, antara lain:
a. Timbang terima pasien antar dinas
Metode timbang terima pasien antar dinas dapat dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode, antara lain secara lisan,
catatan tulisan tangan, dilakukan di samping tempat tidur pasien,
melalui telepon atau rekaman, nonverbal, dapat menggunakan
laporan elektronik, cetakan computer atau memori.
b. Timbang terima pasien antar unit keperawatan
Pasien mungkin akan sering ditransfer antar unit
keperawatan selama mereka tinggal di rumah sakit.
c. Timbang terima pasien antara unit perawatan dengan unit
pemeriksaan diagnostik. Pasien sering dikirim dari unit
keperawatan untuk pemeriksaan diagnostik selama rawat inap.
Pengiriman unit keperawatan ke tempat pemeriksaan diagnostik
telah dianggap sebagai kontributor untuk terjadinya kesalahan.
d. Timbang terima pasien antar fasilitas kesehatan
Pengiriman pasien dari satu fasilitas kesehatan ke fasilitas
yang lain sering terjadi antara pengaturan layanan yang berbeda.
Pengiriman berlangsung antar rumah sakit ketika pasien
memerlukan tingkat perawatan yang berbeda.
e. Timbang terima pasien dan obat-obatan
Kesalahan pengobatan dianggap peristiwa yang dapat
dicegah, masalah tentang obat-obatan sering terjadi, misalnya saat
mentransfer pasien, pergantian dinas, dan cara pemberitahuan
minum obat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesalahan
pengobatan dalam organisasi perawatan kesehatan.

f. Macam-macam timbang terima


Secara umum terdapat empat jenis timbang terima diantaranya:
a. Timbang terima secara verbal Scovell (2010) mencatat bahwa
perawat lebih cenderung untuk membahas aspek psikososial
keperawatan selama laporan lisan.
b. Rekaman timbang terima Hopkinson (2002) mengungkapan bahwa
rekaman timbang terima dapat merusak pentingnya dukungan
emosional. Hal ini diungkapkan pula oleh Kerr bahwa rekaman
timbang terima membuat rendahnya tingkat fungsi pendukung.
c. Bedside timbang terima
Menurut Rush (2012) tahapan bedside timbang terima diantaranya
adalah:
1) Persiapan (pasien dan informasi).
2) Timbang terima berupa pelaporan, pengenalan staf masuk,
pengamatan, dan penjelasan kepada pasien.
3) Setelah timbang terima selesai maka tulis di buku catatan
pasien.
Menurut Caldwell (2012) yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan bedside timbang terima adalah:
1) Menghindari informasi yang hilang dan memungkinkan staf
yang tidak hadir pada timbang terima untuk mengakses
informasi.
2) Perawat mengetahui tentang situasi pasien dan apa saja yang
perlu disampaikan, bagaimana melibatkan pasien, peran
penjaga dan anggota keluarga, bagaimana untuk berbagi
informasi sensitif, apa yang tidak dibahas di depan pasien, dan
bagaimana melindungi privasi pasien.
d. Timbang terima secara tertulis
Scovell (2010) timbang terima tertulis diperkirakan dapat
mendorong pendekatan yang lebih formal. Namun, seperti rekaman
timbang terima, ada potensi akan kurangnya kesempatan untuk
mengklarifikasi pertanyaan tertentu.

g. Langkah-langkah pelaksanaan timbang terima


Menurut Nursalam (2011) langkah-langkah dalam pelaksanaan
timbang terima adalah:
a. Kedua kelompok dinas dalam keadaan sudah siap.
b. Dinas yang akan menyerahkan dan mengoperkan perlu
mempersiapkan hal-hal apa yang akan disampaikan.
c. Perawat primer menyampaikan kepada penanggung jawab dinas
yang selanjutnya meliputi:
1) Kondisi atau keadaan pasien secara umum.
2) Tindak lanjut untuk dinas yang menerima timbang terima.
3) Rencana kerja untuk dinas yang menerima timbang terima.
4) Penyampaian timbang terima harus dilakukan secara jelas dan
tidak terburu-buru.
5) Perawat primer dan anggota kedua dinas bersama-sama secara
langsung melihat keadaan pasien.

h. Pelaksanaan Timbang terima yang baik dan benar


Menurut AMA (2006) pelaksanaan timbang terima yang baik dan benar
diantaranya:
a. Timbang terima dilakukan pada setiap pergantian dinas dengan
waktu yang cukup panjang agar tidak terburu-buru.
b. Pelaksanaan timbang terima harus dihadiri semua perawat, kecuali
dalam keadaan darurat yang mengancam kehidupan pasien.
c. Perawat yang terlibat dalam pergantian dinas harus diberitahukan
untuk mengetahui informasi dari dinas selanjutnya.
d. Timbang terima umumnya dilakukan di pagi hari, namun timbang
terima juga perlu dilakukan pada setiap pergantian dinas.
e. Timbang terima pada dinas pagi memungkinkan tim untuk
membahas penerimaan pasien rawat inap dan merencanakan apa
yang akan dikerjakan.
f. Timbang terima antar dinas, harus dilakukan secara menyeluruh,
agar peralihan ini menjamin perawatan pasien sehingga dapat
dipertahankan jika perawat absen untuk waktu yang lama,
misalnya selama akhir pekan atau saat mereka pergi berlibur.

i. Pemilihan tempat untuk pelaksanaan timbang terima


AMA (2006) menyatakan bahwa tempat yang tepat pada saat akan
dilakukan pelaksanaan timbang terima adalah:
a. Idealnya dilakukan di ruang perawat atau nurse station.
b. Tempatnya luas dan besar sehingga memberikan kenyamanan dan
memungkinkan semua staf menghadiri dalam pelaksanaan timbang
terima.
c. Bebas dari gangguan sehingga berkontribusi dalam meningkatkan
kesulitan untuk mendengar laporan dan dapat mengakibatkan
penerimaan informasi yang tidak tepat.
d. Terdapat hasil lab, X-ray, informasi klinis lainnya.

j. Prosedur timbang terima


Nursalam (2011) menyatakan bahwa terdapat beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam prosedur timbang terima pasien, yaitu:
a. Persiapan
1) Kedua kelompok yang akan melakukan timbang terima
sudah dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas atau yang akan melanjutkan
dinas sebaiknya menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan
1) Timbang terima dilaksanakan pada setiap pergantian dinas.
2) Di nurse station (ruang perawat) hendaknya perawat
berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima dengan
mengkaji secara komprehensif halhal yang berkaitan
tentang masalah keperawatan pasien, rencana tindakan yang
sudah ada namun belum dilaksanakan serta hal-hal penting
lainnya yang perlu dibicarakan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian
yang lengkap sebaiknya dicatat secara khusus untuk
kemudian diberikan kepada perawat jaga berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima
adalah:
a) Identitas pasien dan diagnosis medis.
b) Masalah keperawatan yang mungkin masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum
dilaksanakan.
d) Intervensi kolaboratif dan dependensi.
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan
dalam kegiatan selanjutnya, diantaranya operasi,
pemeriksaan laboratorium, atau pemeriksaan penunjang
lainnya, persiapan untuk konsultasi atau prosedur
lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
f) Perawat yang melakukan timbang terima dapat
melakukan klarifikasi, tanya jawab dan melakukan
validasi terhadap hal-hal yang dilakukan pada saat
timbang terima dan berhak menanyakan mengenai hal-
hal yang kurang jelas.
g) Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat
dan jelas.
h) Lamanya waktu timbang terima untuk setiap pasien
tidak lebih dari 5 menit kecuali pada kondisi khusus dan
memerlukan penjelasan yang lengkap dan terperinci.
i) Pelaporan untuk timbang terima dituliskan secara
langsung pada buku laporan ruangan oleh perawat
primer.
Menurut Yasir (2009) saat pelaksanaan timbang terima
juga dapat:
Menggunakan tape recorder. Melakukan perekaman
data tentang pasien kemudian diperdengarkan
kembali saat perawat jaga selanjutnya telah datang.
Metode itu berupa one way communication atau
komunikasi satu arah.
Menggunakan komunikasi oral atau spoken atau
melakukan pertukaran informasi dengan berdiskusi.
Menggunakan komunikasi tertulis atau written.
Yaitu melakukan pertukaran informasi dengan
melihat pada medical record saja atau media tertulis
lain.

k. Tahapan dan bentuk pelaksanaan timbang terima


Lardner (1996) proses timbang terima memiliki 3 tahapan yaitu:
a. Persiapan yang dilakukan oleh perawat yang akan melimpahkan
tanggung jawab meliputi faktor informasi yang akan disampaikan
oleh perawat jaga sebelumnya.
b. Pertukaran dinas jaga, dimana antara perawat yang akan pulang
dan datang melakukan pertukaran informasi. Waktu terjadinya
timbang terima itu sendiri yang berupa pertukaran informasi yang
memungkinkan adanya komunikasi dua arah antara perawat yang
dinas sebelumnya kepada perawat yang datang.
c. Pengecekan ulang informasi oleh perawat yang datang tentang
tanggung jawab dan tugas yang dilimpahkan merupakan aktivitas
dari perawat yang menerima timbang terima untuk melakukan
pengecekan dan informasi pada medical record dan pada pasien
langsung.

l. Hambatan dalam pelaksanaan timbang terima


Engesmo dan Tjora (2006); Scovell (2010) dan Sexton, et al.,
(2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat
menghambat dalam pelaksanaan timbang terima, diantaranya adalah:
a. Perawat tidak hadir pada saat timbang terima
b. Perawat tidak peduli dengan timbang terima, misalnya perawat
yang keluar masuk pada saat pelaksanaan timbang terima
c. Perawat yang tidak mengikuti timbang terima maka mereka tidak
dapat memenuhi kebutuhan pasien mereka saat ini

m. Efek timbang terima


Timbang terima memiliki efek-efek yang sangat mempengaruhi
diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada pasien. Efek-efek
dari timbang terima menurut Yasir (2009) adalah sebagai berikut:
a. Efek Fisiologis
Kualitas tidur termasuk tidur siang tidak seefektif tidur malam,
banyak gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk
menebus kurang tidur selama kerja malam. Menurutnya kapasitas
fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah
menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
b. Efek Psikososial
Efek ini berpengaruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek
fisiologis hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk
berinteraksi dengan teman, dan mengganggu aktivitas kelompok
dalam masyarakat.

c. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja dinas malam yang diakibatkan oleh
efek fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat
mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh
terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas rendah
dan pemantauan.
d. Efek Terhadap
Kesehatan Dinas kerja menyebabkan gangguan gastro intestinal,
masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun, dinas kerja
juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula
dalam darah bagi penderita diabetes.
e. Efek Terhadap Keselamatan Kerja
Survei pengaruh dinas kerja terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja yang dilakukan Smith et al dalam Wardana (1989),
melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada
akhir rotasi dinas kerja (malam) dengan ratarata jumlah kecelakaan
0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi
pada dinas malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan
cenderung banyak terjadi selama dinas pagi dan lebih banyak
terjadi pada dinas malam.

n. Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam
komunikasi keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan
keperawatan, sarana komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan
dokumen pasien dalam pemberian asuhan keperawatan. Ketrampilan
dokumentasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan menjelaskan
apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat.

Yang perlu di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:


a. Identitas pasien.
b. Diagnosa medis pesien.
c. Dokter yang menangani.
d. Kondisi umum pasien saat ini.
e. Masalah keperawatan.
f. Intervensi yang sudah dilakukan.
g. Intervensi yang belum dilakukan.
h. Tindakan kolaborasi.
i. Rencana umum dan persiapan lain.
j. Tanda tangan dan nama terang.
Manfaat pendokumentasian adalah:
a. Dapat digunakan lagi untuk keperluan yang bermanfaat.

b. Mengkomunikasikan kepada tenaga perawat dan tenaga kesehatan


lainnya tentang apa yang sudah dan akan dilakukan kepada pasien.

c. Bermanfaat untuk pendataan pasien yang akurat karena berbagai


informasi mengenai pasien telah dicatat. (Suarli & Yayan B, 2009)

o. Evaluasi dalam Timbang Terima


a. Evaluasi Struktur

Pada timbang terima, sarana dan prasarana yang menunjang


telah tersedia antara lain : Catatan timbang terima, status klien dan
kelompok shift timbang terima. Kepala ruangan memimpin kegiatan
timbang terima yang dilaksanakan pada pergantian shift yaitu pagi ke
sore. Sedangkan kegiatan timbang terima pada shift sore ke malam
dipimpin oleh perawat primer.

b. Evaluasi Proses

Proses timbang terima dipimpin oleh kepala ruangan dan


dilaksanakan oleh seluruh perawat yang bertugas maupun yang akan
mengganti shift. Perawat primer malam menyerahkan ke perawat
primer berikutnya yang akan mengganti shift. Timbang terima pertama
dilakukan di nurse station kemudian ke bed klien dan kembali lagi ke
nurse station. Isi timbang terima mencakup jumlah klien, masalah
keperawatan, intervensi yang sudah dilakukan dan yang belum
dilakukan serta pesan khusus bila ada. Setiap klien dilakukan timbang
terima tidak lebih dari 5 menit saat klarifikasi ke klien.
c. Evaluasi Hasil

Timbang terima dapat dilaksanakan setiap pergantian shift.


Setiap perawat dapat mengetahui perkembangan klien. Komunikasi
antar perawat berjalan dengan baik.

B. Konsep Pendelegasian Tugas


i. Pengertian Pendelegasian

Pendelegasian adalah proses penyerahan tugas dari seseorang


kepada orang lain. Pendelegasian merupakan pengambilan keputusan,
tugas-tugas mana yang dikerjakan manajer sendiri serta mana yang
diserahkan kepada dan dikerjakan oleh orang lain ( karyawan / staf ).
Pendelegasian ditujukan sebagai proses pembelajaran kepada karyawan /
staf yang lebih yunior, serta pengembangan keperibadian dan tanggung
jawab karyawan yang menerima tugas dari pimpinan. Syarat dari
penyerahan tugas adalah karyawan / staf yang berkompoten dan dipercaya
untuk menerima penyerahan tugas tersebut.

Pendelegasian bukan semata-mata hanya penyerahan tugas, tetapi


juga berikut tanggung jawab pelaksanaannya oleh mereka yang menerima
tugas tersebut. Dalam hal ini termasuk otoritas pelaksanaannya walaupun
menggunakan atas nama pimpinan.

Tahapan pendelegasian diawali dengan kegiatan analisis, kemudian


janji, briefing, control dan evaluasi. Dalam tahapan analisis maka atasan
memilah tugas apa saja yang didelegasikan kepada bawahannya. Hal ini
penting dilakukan agar tugas yang dipilah sesuai dengan kebutuhan
pengembangan organisasi. Kemudian atasan melangkah pada tahap janji
untuk menentukan siapa bawahan yang menerima pendelegasian tugas.
Setelah menentukan siapa yang diberi tugas, maka atasan wajib
menjelaskan secara rinci tentang jenis tugas yang diberikan dalam suatu
briefing. Hal ini penting agar pada saat pelaksanaan tugas tersebut
bawahan tidak mengalami distorsi pekerjaan. Pada saat pelaksanaan
pendelagasian tugas berjalan, atasan tetap wajib melakukan pematauan dan
pemotivasian pada karyawan. Hal ini penting untuk menghindari deviasi
pencapaian tujuan dari pendelegasian. Pada tahapan akhir dilakukan
evaluasi dalam bentuk mereview dan hasilnya dipakai untuk memperbaiki
pendelegasian tugas.

Pendelegasian (pelimpahan wewenang) merupakan salah satu


elemen penting dalam fungsi pembinaan. Sebagai manajer perawat dan
bidan menerima prinsip-prinsip delegasi agar menjadi lebih produktif
dalam melakukan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Delegasi wewenang
adalah proses dimana manajer mengalokasikan wewenang kepada
bawahannya. Ada empat kegiatan dalam delegasi wewenang:

a. Manager perawat/bidan menetapkan dan memberikan tugas dan


tujuannya kepada orang yang diberi pelimpahan
b. Manajer melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai
tujuan
c. Perawat/bidan yang menerima delegasi baik eksplisit maupun
implisit menimbulkan kewajiban dan tanggung jawab
d. Manajer perawat/bidan menerima pertanggungjawaban
(akontabilitas) atas hasil yang telah dicapai.

ii. Alasan Pendelegasian


Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan.

a. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai


hasil yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
b. Agar organisasi berjalan lebih efisien.

c. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat


memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih
penting.

d. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh


dan berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan
informasi untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.

Manajer perawat/bidan seharusnya lebih cermat dalam


mendelegasikan tugas dan wewenangnya, mengingat kegiatan perawat dan
bidan berhubungan dengan keselamatan orang lain (pasen). Oleh karena
itu sebelum mendelegasikan tugas/wewenang hendaknya dipahami benar
tingkat kemampuan dari perawat/bidan yang akan diberikan delegasi.

iii. Cara Melakukan Pendelegasian


Cara manajer perawat/bidan dalam melakukan pendelegasian
a. Membuat perencanaan ke depan dan mencegah masalah.
b. Menetapkan tujuan dan sasaran yang realistis
c. Menyetujui standar kerja
d. Menyelaraskan tugas atau kewajiban dengan kemampuan bawahan
e. Melatih dan mengembangkan staf bawahan dengan memberikan
tugas dan wewenang baik secara tertulis maupun lisan.
f. Melakukan kontrol dan mengkoordinasikan pekerjaan bawahan
dengan mengukur pencapaian tujuan berdasarkan standar serta
memberikan umpan balik prestasi yang dicapai.
g. Kunjungi bawahan lebih sering dan dengarkan keluhan -
keluhannya.
h. Bantu mereka untuk memecahkan masalahnya dengan memberikan
ide ide baru yang bermanfaat.
i. Memberikan reward atas hasil yang dicapai.
j. Jangan mengambil kembali tugas yang sudah didelegasikan.

iv. Teknik Pendelegasian


Manajer perawat/bidan pada seluruh tingkatan dapat menyiapkan
tugas-tugas yang dapat didelegasikan dari eksekutif perawat sampai
eksekutif departemen atau kepala unit, dan dari kepala unit sampai
perawat/bidan klinis. Delegasi mencakup kewenangan untuk persetujuan,
rekomendasi atau pelaksanaan. Tugas-tugas seharusnya dirangking dengan
waktu yang diperlukan untuk melaksanakannya dan sebaiknya satu
kewajiban didelegasikan pada satu waktu.

v. Hambatan Dalam Delegasi


a. Hambatan pada delegator
1) Kemampuan yang diragukan oleh dirinya sendiri
2) Meyakini bahwa seseorang mengetahui semua rincian
3) Saya dapat melakukannya lebih baik oleh diri saya sendiri buah
pikiran yang keliru.
4) Kurangnya pengalaman dalam pekerjaan atau dalam
mendelegasikan
5) Rasa tidak aman
6) Takut tidak disukai
7) Penolakan untuk mengakui kesalahan
8) Kurangnya kepercayaan pada bawahan
9) Kesempurnaan, menyebabkan kontrol yang berlebihan
10) Kurangnya ketrampilan organisasional dalam menyeimbangkan
beban kerja
11) Kegagalan untuk mendelegasikan kewenangan yang sepadan
dengan tanggung jawab.
12) Keseganan untuk mengembangkan bawahan
13) Kegagalan untuk menetapkan kontrol dan tindak lanjut yang
efektif.

b. Hambatan hambatan pada yang diberi delegasi


1) Kurangnya pengalaman
2) Kurangnya kompetensi
3) Menghindari tanggung jawab
4) Sangat tergantung dengan boss
5) Kekacauan [disorganization]
6) Kelebihan beban kerja
7) Terlalu memperhatikan hal hal yang kurang bermanfaat

c. Hambatan hambatan dalam situasi


1) Kebijakan tertuju pada satu orang
2) Tidak ada toleransi kesalahan
3) Kekritisan keputusan
4) Urgensi, tidak ada waktu untuk menjelaskan [krisis manajemen]
5) Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan.
6) Kekurangan tenaga

vi. Delegatif Dapat Efektif

Agar pendelegasian menjadi efektif, diperlukan cara untuk


menanggulangi hambatan tersebut diatas, Louis Allen mengemukakan
beberapa teknik khusus untuk membantu manager perawat dan bidan
dalam melakukan delegasi:

a. Tetapkan tujuan, perawat/bidan pelaksana harus diberitahu maksud


dan pentingnya tugas yang didelegasikan.

b. Tegaskan tanggung jawab dan wewenangnya dan berikan informasi


yang jelas apa yang harus dipertanggungjawabkan serta sumber-
sumber yang tersedia untuk pelaksanaan tugasnya sebagai
perawat/bidan

c. Berikan motivasi dan dorongan agar percaya diri dalam menerima


tanggung jawab.

d. Meminta penyelesaian tugas yang didelegasikan dalam batas waktu


yang jelas.

e. Berikan latihan untuk mengembangkan pekerjaannya agar menjadi


lebih baik

f. Adakan pengawasan yang memadai baik langsung maupun melalui


laporan. Tegaskan kapan laporan harus selesai dan hal-hal yang
diperlukan dalam laporan (singkat dan padat).

C. Konsep Pengelolaan dan Pemberian Obat

1. Pengelolaan Pemberian Obat - Obatan


Mengatur penyediaan,penyimpanan,persiapan, jenis/golongan,cara
pemberian,efek samping, antagonis obat. Tujuan : agar obat obatan terjaga
dari kerusakan akibat salah manajemen.

2. Tipe Order Pemberian Obat


Jalur pemberian obat tergantung pada bentuk obat dan efek yang
diharapkan,serta kondisi fisik dan mental klien.
a. Per Oral, melalui mulut masuk saluran intestinal (lambung),
penyerapan obat melalui membran mukosa pada lambung dan usus
memberi efek sistematik Jalur oral merupakan jalur yang termudah dan
paling sering digunakan.Obat diberikan melalui mulut dan ditelan
dengan bantuan cairan.Obat oral memiliki onset kerja yang lebih
lambat dan efek yang lebih lama daripada pemberian parenteral.Klien
biasanya memilih jalur pemberian oral.
b. Sublingual, dimasukkan dibawah lidah, penyerapan obat melalui
membran mukosa, memberi efek sistemik
c. Parenteral(injeksi), melalui selain jalan lambung dengan merobek
beberapa jaringan, antara lain:
1) Intravena, masuk melalui pembuluh darah balik (vena),
memberikan efek sistematik
2) Intrakardia, menembus jantung, memberi efek sistemik
3) Intrakutan, menembus kulit, memberi efek sistemik
4) Subkutan,dibawah kulit, memberi efek sistemik
5) Intramuskular, menembus otot daging, memberi efek sistemik
d. Intraokular, diteteskan pada mata, memberi efek lokal
e. Intranasal, diteteskan pada lubang hidung, memberi efek lokal
f. Aural, diteteskan pada lubang telinga, memberi efek lokal
g. Intrarespiratoral, inhalasi berupa gas masuk paru-paru, memberi efek
lokal
h. Rektal, dimasukkan kedalam lubang dubur, dapat memberi efek lokal
atau sistemik
i. Vaginal, dimasukkan kedalam lubang kemaluan wanita, memberi efek
lokal
j. Uretral, dimasukkan kedalam saluran kencing, memberi efek lokal

3. Syarat dan Komponen Pemberian Obat


Persiapan dan pemberian obat harus dilakukan dengan akurat oleh
perawat. Perawat harus memberikan perhatian penuh dalam
mempersiapkan obat dan sebaiknya tidak melakukan tugas lain ketika
memberikan obat. Perawat menggunakan lima benar pemberian obat
untuk menjamin pemberian obat yang aman. Lima benar pemberian obat
sebagai berikut :
a. Benar Obat
Ketika obat pertama kali diprogramkan, perawat
membandingkan tiket obat atau format pencatatan unit-dosis
dengan intruksi yang ditulis dokter. Ketika memberikan obat
perawat membandingkan label pada wadah obat dengan format
atau tiket obat. Perawat melakukan ini 3x yaitu :
Sebelum memindahkan wadah obat dari laci/lemari.
Pada saat sejumlah obat yang diprogramkan dipindahkan
dari wadahnya.
Sebelum mengembalikan wadah obat ketempat
penyimpanan
Perawat hanya memeberikan obat yang dipersiakpkan. Jika
terjadi kesalahan, perawat yang memberikan obat bertanggung
jawab terhadap efek obat. Pada kebanyakan kasus, intsruksi obat
telah diubah. Namun,pertanyaan klien bisa mengungkap suatu
kesalahan. Perawat harus tidak boleh memberikan obat tersebut
sampai program dokter dipriksa kembali. Obat dosis tunggal dan
obat yang belum dikemas dapat dikembalikan ketempat
penyimpanan, jika belum dibuka.

b. Benar Dosis
Ketika sebuah obat harus disediakan dari volume atau
kekuatan obat yang lebih besar atau lebih kecil dari yang
dibutuhkan atau jika seorang dokter memprogramkan suatu sistem
perhitungan obat yang berbeda dari yang disediakan oleh ahli
farmasi, resiko kesalahan meningkat pada situasi ini, perawat harus
memeriksa perhitungan dosis yang dilakukan oleh perawat lain.
Setelah menghitung dosis, perawat menyiapkan obat dengan
menggunakan alat perhitungan standar. Klien sebaiknya melakukan
perhitungan dengan menggunakan sendok yang biasa digunakan
didapur dari pada sendok teh dan sendok makan datar yang
volumenya bervariasi.
Untuk membelah tablet membentuk biji ( scored tablet ),
perawat harus yakin bahwa potongan tersebut rata. Sebuah tablet
dapat dibagi 2 dengan menggunakan sisi pisau atau dengan
membungkus tablet dengan tisu kemudian membelahnya dengan
jari. Setelah obat dibelah, perawat dapat memberikan kedua bagian
obat secara berurutan, namun hanya jika bagian ke2 telah kembali
dikemas dan dilabel. Alat penghancur harus selalu dibersihkan
secara keseluruhan sebelum tablet dihancurkan. Obat yang
dihancurkan harus dicampur dengan air atau makanan dalam
jumlah yang sangat sedikit.

c. Benar Klien
Langkah penting dalam pemberian obat yang aman adalah
meyakinkan bahwa obat tersebut diberikan kepada klien yang
benar. Perawat yang bekerja dirumah sakit atau lingkungan
perawatan lain sering bertanggung jawab untuk memberikan obat
pada banyak klien. Untuk mengidentifikasi klien dengan tepat,
perawat memeriksa kartu, format, atau laporan pemberian obat
yang dicocokan dengan gelang identifikasi klien dan meminta klien
menyebutkan namanya. Ketika menanyakan nama klien, perawat
sebaiknya tidak menyebut suatu nama dan berasumsi bahwa
respons klien menunjukan bahwa klien adalah orang yang benar.
Hal ini sangat penting bahkan jika perawat telah merawat klien
selama beberapa hari. Supaya klien tidak merasa tidak nyaman,
perawat dapat mengatakan bahwa dalam memberikan obat secara
rutin perawat harus meidentifikasi nama klien.

d. Benar Rute Pemberian


Ketika sebuah intruksi obat tidak menerangkan rute
pemberian obat, perawat mengkonsultasikannya kepada dokter.
Demikian juga bila rute pemberian obat bukan cara yang
direkomendasikan, perawat harus segera mengingatkan dokter.
Saat melakukan injeksi, rute yang benar sangat penting.
juga sangat penting untuk menyiapkan injeksi hanya dari preparat
yang ditetapkan untuk penggunaan parenteral. Menginjeksi cairan
yang dirancang untuk penggunaan oral dapat menimbulkan
komplikasi, misalnya abses steril atau efek sistemik yang fatal.
Perusahaan obat memberi label hanya untuk injeksi pada obat-
obatan parenteral.

e. Benar Waktu
Perawat harus mengetahui alasan sebuah obat
diprogramkan untuk waktu tertentu dalam 1 hari dan apakah
jadwal tersebut dapat diubah. Apabila seorang perawat
bertanggung jawab memberikan beberapa obat, maka obat yang
harus bekerja pada waktu-waktu tertentu harus diprioritaskan.
Misalnya, insulin harus diberikan pada interval yang tepat sebelum
makan.
Beberapa obat memerlukan penilaian klinis perawat dalam
menentukan waktu pemberian yang tepat. Banyak klien yang
dirawat memilih tidur lebih awal dari pada yang biasa mereka
lakuan dirumah. Namun, jika perawat menyadari bahwa sebuah
prosedur dapat menggangu tidur klien, sebaiknya pemberian obat
ditunda sampai suatu waktu dimana klien dapat memperolah
manfaat optimal obat. perawat mengkaji tingkat nyeri klien untuk
menentukan tingkat ketidak nyamanannya. Apabila perawat
menunggu sampai nyeri klien menjadi parah maka efek anal gesik
mungkin tidak cukup. Perawat mungkin perlu meminta dokter
menambah analgesik prn.
4. Askep Dalam Pemberian Obat
a. Pengkajian
Untuk menetapkan kebutuhan terhadap tarapi obat dan respon
potensial terhadap terapi obat, perawat mengkaji banyak faktor.
Riwayat medis
Riwayat medis memberi indikasi atau kontraindikasi terhadap
terapi obat. Penyakit atau gangguan membuat klien berisiko
terkena efek samping yang merugikan. Contoh, jika seorang klien
mengalami ulkus lambung cenderung mengalami perdarahan maka
senyawa yang mengandung aspirin atau antikoagulasi akan
meningkatkan kemungkinan perdarahan. Riwayat pembedahan
klien dapat mengindikasikan obat yang digunakan. Contoh, setelah
tiroidektomi , seorang klien membutuhkan penggantian hormon.
Data obat
Perawat mengkaji informasi tentang setiap obat, termasuk kerja,
tujuan, dosis normal, rute pemberian, efek samping, dan implikasi
keerawatan dalam pemberian dan pengawasan obat. Beberapa
sumber harus sering dikonsultasi untuk memperoleh keterangan
yang dibutuhkan. Perawat bertanggung jawab untuk mengetahui
sebanyak mungkin informasi tentang obat yang diberikan. Banyak
mahasiswa keperawatan menyiapkan atau membeli kartu atau buku
yang memuat keterangan obat untuk mereka gunakan sebagai
rujukan cepat.
Sikap klien terhadap penggunaan obat
Sikap klien terhaadap obat menunjukkan tingkat ketergantungan
pada obat. Klien seringkali enggan mengungkapkan perasaannya
tentang obat,khususnya jika klien mengalami ketergantungan obat.
Untuk mengkaji sikap klien, perawat perlu mengobservasi perilaku
klien yang mendukung bukti ketergantungan obat.
b. Diagnosa keperawatan
Pengkajian memberi data tentang kondisi klien,
kemampuannya dalam menggunakan obat secara mandiri, dan pola
penggunaan obat.
c. Perencanaan
Perawat mengatur aktivitas perawatan untuk memastikan
bahwa tehnik pemberian obat aman. Perawat juga dapat merencanakan
untuk menggunakan waktu selama memberikan obat. Pada situasi
klien belajar menggunakan obat secara mandiri, perawat dapat
merencanakan untuk menggunakan semua sumber pengajaran yang
tersedia. Apabila klien dirawat di rumah sakit,sangat penting bagi
perawat untuk tidak menunda pemberian intruksi sampai hari
kepulangan klien. Perawat harus mengkaji klien secara komprehensif
dan mengidentifikasi faktor fisik, psikologis, ekonomi atau sosial yang
membuat klien tidak mampu dengan konsisten menggunakan obat
secara mandiri. Misalnya, klien menderita arthritis yang membuatnya
sulit pergi ke apotek. Perawat, dengan bantuan tenaga kesehatan
lain,bekerja sama mencari jalan keluar untuk masalah ini sebelum
klien dipulangkan. Apabila klien baru didiagnosis dan membutuhkan
obat, misalnya, dalam rencana asuhan keperawatan, perawat data
merujuk klien untuk dirawat di rumah. Perawat penyelenggara
perawatan kesehatan di rumah dapat membantu klien menyusun jadwal
pengobatan yang disesuaikan dengan rutinitas di rumah.
Baik,seorang klien mencoba menggunakan obat secara mandiri
maupun perawat bertanggung jawab memberikan obat, sasaran berikut
harus dicapai :
Tidak ada komplikasi yang timbul akibat rute pemberian obat yang
digunakan.
Efek terapiutik obat yang diprogramkan dicapai dengan aman
sementara kenyamanan klien tetap dipertahankan.
Klien dan keluarga memahami terapi obat.
Pemberian obat secara mandiri dilakukan dengan aman.
d. Implementasi
Transkripsi yang benar dan mengomunikasikan program
Intervensi keperawatan berfokus pada pemberian obat yang
aman dan efektif.Intervensi dilakukan dengan menyiapkan obat secara
cermat, memberikannya dengan benar, dan memberi klien penyuluhan.
Setiap kali suatu dosis obat disiapkan, perawat mengacu pada format
atau label obat. Dengan sistem unit-dosis, hanya satu diperlukan
transkripsi, sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan dibatasi.
Ketika mentranskripsi resep, perawat harus yakin bahwa
nama,dosis,dan simbol obat dapat dibaca. Perawat terdaftar (registered
nurse) membandingkan semua program yang ditranskripsi dengan
program yang asli untuk memastikan keakuratan dan kelengkapannya.
Perawat yang memberi obat yang salah atau dosis yang tidak tepat
bertanggung jawab secara hukum.
e. Evaluasi
Perawat memantau respon klien terhadap obat secara
berkesinambungan. Untuk melakukan ini,perawat harus mengetahui
kerja terapiutik dan efek samping yang umum muncul dari setiap obat.
Perawat harus mewaspadai reaksi yang akan timbul ketika klien
mengkonsumsi beberapa obat. Untuk mengevaluasi keefektifan
intervensi keperawatan sambil memenuhi sasaran keperawatan yang
ditetapkan, perawat melakukan langkah-langkah evaluasi untuk
mengidentifikasi hasil akhir yang aktual.
Berikut adalah contoh langkah evaluasi untuk menentukan
bahwa ada komplikasi yang terkait dengan rute pemberian obat :
Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat, atau
perdarahan di tempat injeksi.
Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di
tempat injeksi.
Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah,
dan diare pada klien.
Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis,
termasuk demam, pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.

5. Beberapa Hal yang Dapat Menyebabkan


Kesalahan dan Pencegahannya
a. Kesalahan pengobatan adalah suatu kejadian yang dapat membuat
klien menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi obat yang
tepat
b. Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang
terlibat dalam pembuatan resp, transkripsi, persiapan, penyaluran, dan
pemberian obat
c. Sistem penyaluran obat di rumah sakit harus dirancang supaya ada
sebuah sistem pemeriksaan dan keseimbangan, hal ini akan membantu
mengurangi kesalahan pengobatan.
d. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan pengobatan.
Pada catatan status klien, harus ditulis obat apa yang telah diberikan
kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang klien
alami sebagai respons terhadap kesalahan pengobatan, dan upaya yang
dilakukan untuk menetralkan obat.
e. Perawat bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan
sifat insiden tersebut
f. Laporan insiden bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau
menjadi dasar untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian
catatan medis klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif
tentang apa yang terjadi dan merupakan penatalaksanaan risiko yang
dilakukan institusi untuk memantau kejadian semacam ini. Laporan
kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi kesalahan
dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan
terjadinya kesalahan.
Untuk mencegah kesalahan dalam pemberian obat kepada
pasien,perawat harus memperhatikan beberapa hal sebagai berikut ;
a. Seorang perawat harus teliti membaca label obat. Banyak obat atau
produk tersedia dalam kotak, warna dan bentuk yang sama.
b. Pertanyakan pemberian banyak tablet atau vial untuk dosis
tunggal.Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua tablet atau kapsul
atau satu vial dosis tunggal. Intervensi yang salah terhadap program
obat dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi berlebihan.
c. Mewaspadai obat-obatan yang bernama sama.Banyak nama obat
terdengar sama misalkan digoksin dan digitoksin, keflex dan keflin,
orinase dan ornade.
d. Mencermati angka di belakang koma. Beberapa obat tersedia dalam
jumlah yang merupakan perkalian satu sama lain. Contoh, tablet
cournadin dalam tablet 2,5 dan 25 mg, thorazine dalam spansules
(sejenis kapsul) 30 dan 300 mg.
e. Pertanyakan peningkatan dosis yang tiba-tiba dan berlebihan.
Kebanyakkan dosis diprogramkan secara bertahap supaya dokter dapat
memantau efek terapiutik dan responnya.
f. Ketika suatu obat baru atau obat yang tidak lazim diprogramkan,
konsultasikan kepada sumbernya. Jika dokter juga tidak lazim dengan
obat tersebut,maka risiko pemberian dosis yang tidak akurat menjadi
masalah lebih besar.
g. Jangan memberikan obat yang diprogramkan dengan nama pendek
atau singkatan tidak resmi. Banyak dokter menggunakan nama pendek
atau singkatan tidak resmi untuk obat yang sering diprogramkan.
Apabila perawat atau ahli farmasi tidak mengenal nama tersebut, obat
yang diberikan atau dikeluarkan bisa salah.
h. Jangan berupaya ubtuk menguraikan dan mengartikan tulisan yang
tidak dapat dibaca. Apabila ragu, sebaiknya menanyakan kepada
dokter. Kesempatan terjadinya salah interpretasi sangat besar, kecuali
jika perawat mempertanyakan program obat yang sulit dibaca.
i. Kenali klien yang memiliki nama akhir sama dan juga minta klien
menyebutkan nama lengkapnya atau perawat bisa mencermati nama
yang tertera pada tanda pengenal. Seringkali, satu atau dua orang klien
memiliki nama akhir yang sama atau mirip. Label khusus pada kardeks
atau buku obat dapat memberi peringatan tentang masalah yang
potensial.
j. Perawat juga mencermati ekuivalen. Saat tergesa-gesa, salah membaca
ekuivalen mudah terjadi. Contoh,dibaca miligram padahal mililiter.

6. Cara Menghitung Dosis Obat


Perawat dapat menggunakan rumus sederhana dalam banyak tipe
kalkulasi dosis. Rumus berikut dapat digunakan ketika perawat
mempersiapkan obat dalam benuk padat atau cair :
Dosis yang diprogramkan x Jumlah yang tersedia
Dosis yang tersedia = Jumlah yang akan diberikan
Dosis yang diprogramkan adalah jumlah obat murni yang
diresepkan dokter untuk seorang klien. Dosis yang tersedia adalah berat
atau volume obat yang tersedia dalam satuan yang di suplay oleh farmasi.
Jumlah yang tersedia adalah satuan dasar atau jumlah obat yang
mengandung dosis yang tersedia. Jumlah yang akan diberikan selalu
ditulis dalam satuan yang sama dengan satuan jumlah yang tersedia

7. Prosedur Menyiapkan Obat


a. Oral
Pemberian obat melalui oral merupakan pemberian obat
melalui mulut dengan tujuan mencegah, mengobati, dan mengurangi
rasa sakit sesuai dengan jenis obat.
Persiapan alat dan bahan :
Daftar buku obat / catatan, jadwal pemberian obat.
Obat dan tempatnya
Air minum dalam tempatnya
Prosudur kerja
1. Cuci tangan
2. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3. Baca obat, dengan berperinsip tepat obat ,tepat pasien , tepat
dosis, tepat waktu, dan tepat tempat.
4. Bantu untuk meminumkannya dengan cara
a. Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul
dari botol, maka tobat. Jangan sentuh obat dengan tangan
untuk obat berupa kapsul jangan dilepaskan
pembungkusnya.
b. Kaji kesulitan menelan bila ada, jadikan tablet dalam
bentuk bubuk dan campuran dengan minuman.
c. Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian
obat yang membutuhkan pengkajian .
5. Catat perubahan dan reaksi terhadap pemberian . evaluasi
respons terhadap obat denngan mencatat hasil pemberian obat
6. Cuci tangan

b. Melalui parenteral
Istilah parenteral mempunyai arti setiap jalur pemberian obat
selain melalui enteral atau saluran pencernaan. Lazimnya, istilah
parenteral dikaitkan dengan pemberian obat secara injeksi baik
intradermal, subkutan, intramuscular, atau intravena. Pemberian obat
secara parenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat disbanding dengan
secara oral.
Namun, pemberian secara parenteral mempunyai berbagai
resiko antara lain merusak kulit, menyebabkan nyeri pada pasien, salah
tusuk dan lebih mahal. Demi keamanan pasien, salah tusuk dan mahal.
Demi keamanan pasien, perawat harus mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang cara pemberian obat secara parenteral termasuk cara
menyiapkan, memberikan obat dan menggunakan teknik steril.
Dalam memberikan obat secara parenteral, parawat harus
mengetahui dan dapat menyiapkan peralatan yang benar yaitu alat
suntik (spuit/syringe), jarum, vial dan ampul). Menurut bentuknya
spuit mempunyai tiga bagian yaitu ujung yang berkaitan dengan jarum,
bagian tabung dan bagian pendorong obat
Dilihat dari bahan pembuatannya spuit dapat
berupa spuit kaca (jarang digunakan) dan spuit plastik
(disposable). Ditinjau dari penggunaannya spuit dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu spuit standard hipodermik, spuit insulin dan
spuit tuberculin
Jarum merupakan alat pelengkap spuit. Jarum injeksi terbuat
dari bahan stainless yang mempunyai ukuran panjang dan besar yang
bervariasi. Jarum mempunyai ukuran panjang yang berkisar antara
1,27 sampai dengan 12,7 cm. besar jarum di nyatakan dengan satuan
gauge antara nomor 14 sampai dengan 28 gauge. Semakin besar
ukuran gauge-nya semakin kecil diameternya. Diameter yang besar
dapat menimbulkan rasa sakit saat ditusukkan. Penggunaan ukuran
jarum ini disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi umur,
gemuk/kurus, jalur yang akan dipakai dan obat yang akan dipakai dan
obat yang akan dimasukkan.
Cairan obat untuk diberikan secara parenteral, biasanya
dikemas dalam ampul atau vial Ampul biasanya terbuat dari bahan
gelas. Sebagian besar leher ampul mempunyai tanda berwarna
melingkar yang dapat dipatahkan. Bila bagian leher tidak
Mempunyai tanda berarti bagian pangkal
leher harus digergaji dengan gergaji ampul sebelum dipatahkan. Vial
mempunyai ukuran yang bervariasi. Bagian penutupnya biasanya
terbuat dari plastik yang dilindungi dengan bagian logam.
Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegel bagian
atas vial sehingga bagian karet akan kelihatan. Cairan obat diambil
dengan cara menusuk jarum spuit pada karet penutup vial. Untuk lebih
jelasnya bacalah cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial.

Cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial :


Siapkan peralatan yang meliputi :
1) Vial atau ampul yang berisi cairan obat steril
2) Kapas alcohol
3) Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan
4) Air steril atau normal salin bila diperlukan
5) Kassa pengusap
6) Turniket untuk injeksi antravena
7) Kartu obat atau catatan rencana pengobatan.

Periksa dan yakinkan bahwa order pengobatan dan cara


pemberiannya telah akurat.
Siapkan ampul atau vial yang berisi obat sesuai yang diperlukan
dan kemudian buka dengan cara sebagai berikut :
1) Untuk ampul ; pegang ampul dan bila cairan obat banyak terletak
di bagian kepala, jentiklah kepala ampul atau putar ampul beberapa
kali sehingga obat akan turun ke bawah. Bila perlu bersihkan
bagian leher ampul. Ambil kassa steril letakkan diantara ampul dan
ibu jari dengan jari- jari anda kemudian patahkan leher ampul kea
rah berlawanan dengan anda.
2) Untuk vial ; Bila perlu campur larutan dengan memutar- mutar vial
dalam genggaman anda (bukan dengan mengocok). Buka logam
penyegel kemudian disinfeksi karet vial dengan kapas alcohol
70%.

Ambil cairan obat dengan cara sebagai berikut :

1) Untuk obat dalam ampul ; sebaiknya gunakan jarum berfilter. Buka


penutup jarum kemudian secara hati- hati masukkan jarum yang
sesuai yang si butuhkan. Bila spuit akan digunakan untuk injeksi,
ganti jarum filter dengan jarum biasa.

2) Untuk obat dalam vial ; Pasang jarum berfilter pada spuit, buka
penutup jarum dan tarik pengokang spuit agar udara masuk ke
tabung spuit agar udara masuk ke tabung spuit. Secara hati- hati
tusukkan jarum di tengah karet penutup vial lalu masukkan udara.
Pertahankan jarum tidak menyentuh cairan obat sehingga udara
tidak membuat gelembung. Pegang vial sejajar dengan mata vial
tarik obat secukupnya secara hati- hati. Tarik spuit dari vial
kemudian tutup jarum dengan kap penutup lalu ganti jarum pada
spuit dengan jarum biasa.

3) Bila obat berbentuk bubuk (powder), bacalah cara pengunaannya.


Obat injeksi bentuk bubuk harus dibuat dalam larutan dulu
sebelum diambil. Untuk membuat larutan obat bubuk maka
sebelum dibuat larutan, hisap udara dalam vial, yang berisi obat
tersebut dengan spuit 9kecuali untuk obat yang tidak
diperbolehkan). Masukkan air steril atau cairanlain sesuai yang
dibutuhkan kedalamnya, kemudian putar- putar vial sampai obat
menjadi larutan. Bila obat merupakan multidosis, beri label pada
vial tersebut tentang tanggal dicampur, banyaknya obat dalam vial
dan tanda tangan anda. Bila perlu disimpan, baca cara
penyimpanannya sesuai yang dianjurkan oleh pabrik farmasi.

4) Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial,
maka perawat harus berupaya mencegah tercampurnya obat pada
kedua vial tersebut. Cara mencampur obat dari dua vial adalah :
masukkan udara secukupnya pada vial A dan jaga jarum tidak
menyentuh cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara
secukupnya lalu masukkan pada vial B. Hisap cairan obat B sesuai
yang diperlukan kemudian cabut spuit tersebut. Ganti jarum
kemudian tusukkan pada vial A dan hisap cairan obat dari vial A
sesuai yang diperlukan berikutnya cabut spuit dari vial A.

c. Melalui supositoria
Pemberian obat suppositoria adalah cara memberikan obat
dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dalam bentuk
suppositoria. Organ-organ yang dapat diberi obat suppositoria adalah
rectum dan vagina. Bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat,
menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
Persiapan Alat
a. Obat sesuai yang diperlukan (krim, jelly, foam, supositoria)
b. Aplikator untuk krim vagina
c. Pelumas untuk supositoria
d. Sarung tangan sekali pakai
e. Pembalut
f. Handuk bersih
g. Gorden / sampiran
Fase Kerja
1) Menjelaskan kepada pasien tujuan tindakan yang akan dilakukan.
2) Memebritahukan prosedur tindakan yang akan dilakukan.
3) Menutup jendela, korden, dan memasang sampiran atau sketsel bila
perlu.
4) Menganjurkan orang yang tidak berkepentingan untuk keluar
ruangan.
5) Periksa kembali order pengobatan mengenai jenis pengobatan
waktu, jumlah dan dosis obat.
6) Siapkan klien
7) Identifikasi klien dengan tepat dan tanyakan namanya
Berikan penjelasan pada klien dan jaga privasi klien
Atur posisi klien dalam posisi sim dengan tungkai bagian atas
fleksi ke depan. Tutup dengan selimut mandi, panjangkan area
parineal saja
8) Kenakan sarung tangan
9) Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung
bulatan dengan jeli, beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk
dan tangan dominan anda.
10) Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk
merelaksasikan sfingterani. Mendorong supositoria melalui spinter
yang kontriksi menyebabkan timbulnya nyeri
11) Regangkan bokong klien dengan tangan dominan, dengan jari
telunjuk yang tersarungi, masukan supusitoria ke dalam anus
melalui sfingterani dan mengenai dinding rektal 10 cm pada orang
dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak-anak.
Anak supositoria harus di tetapkan pada mukosa rectum supaya
pada kliennya di serap dan memberikan efek terapeutik.
12) Tarik jari anda dan bersihkan areal anal klien dcngan tisu.
13) Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama
5 menit untuk mencegah keluarnya suppositoria
14) Jika suppositoria mengandung laktosit atau pelunak fases, letakan
tombol pemanggil dalam jangkauan klien agar klien dapat mencari
bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
15) Buang sarung tangan pada tempatnya dengan benar
16) Cuci tangan
17) Kaji respon klien
18) Dokumentasikan seluruh tindakan.

d. IM
Pemberian obat intramskular dilakukan dengan cara
memasukan obat kedalam jaringan otot. Lokasi penyuntikan adalah
pada daerah paha (vastus lateralis), ventrogluteal (dengan posisi
berbaring), dorsogluteal (posisi tengkurap), atau lengan atas (deltoid).
Tujuan pemberian obat dengan cara ini adalah agar absorpsi obat lebih
cepat.
Persiapa alat dan bahan :
a. Daftar buku obat / catat, jadwal pemberian obat
b. Obat dalam tempatnaya
c. Spuit dan jarum sesuai dengan ukurannya : untuk orang
dewasa, panjang nya 2,5-3,7 cm; sedangkan untuk anak ,
panjangnya 1,25-2,5 cm
d. Kapas alcohol dalam tempatnya.
e. Cairan pelarut
f. Bak injeksi
g. Bengkok
Perosedur kerja:
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Ambil obat kemudian masukkan ke dalam spuit sesuai dengan
dosis. Setelah itu letakkan pada bak injeksi
4) Periksa tempat yang akan dilakukan penyuntikan.
5) Disinfeksi dengan kapas alcohol pada tempat yang akan dilakukan
penyuntikan
6) Dilakukan penyuntikan
7) Lakukan penusukan menggunakan jarum dengan posisi tegak lurus
8) Setelah jarum masuk , lakukan aspirasi spuit.bila tidak ada darah,
semperotkan obat secara perlahan-lahan hingga habis
9) Setelah selesai, ambil spuit dengan menariknya, tekan daerah
penyuntikan dengan kapas alcohol, kemudian letekkan spuit yang
telah digunakan pada bengkok
10) Catat reaksi pemberian , jumlah dosis obat, dan waktu pemberian
11) Cuci tangan

e. IV
Memberikan obat secara langsung, diantaranya vena mediana
cubitus / cephalika (daerah lengan), vena frontalis / temporalis di
daerah frontalis dan temporal dari kepala. Tujuanya agar reaksi
berlangsung cepat dan langsung masuk pada pembuluh darah.
Alat dan Bahan
a. Spuit dan jarum sesuai dengan ukuran
b. Obat dalam tempatnya
c. Selang intravena
d. Kapas alcohol
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
3) Periksa identitas pasien dan ambil obat kemudian masukan ke
dalam spuit
4) Cari tempat penyuntikan obat pada daerah selang intravena
5) Lakukan disinfeksi dengan kapas alcohol dan stop aliran
6) Lakukan penyuntikan dengan memasukan jarum spuit hingga
menembus bagian tengah dan masukan obat perlahan lahan ke
dalam selang intravena
7) Setelah selesai tarik spuit
8) Periksa kecepatan infus dan observasi reaksi obat
9) Cuci tangan
10) Catat obat yang telah diberikan dan dosisnya

f. IC
Memberikan atau memasukkan obat kedalam jaringan kulit
dilakukan sebagai tes reaksi alergi terhadap jenis obat yang akan
digunakan . pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini
dilakukan di bawah dermis atau epidermis secara umum, dilakukan
pada daaerah lengan , tangan bagian venteral.
Persiapan alat dan bahan :
a. Daftar buku obat /catatan, jadwal pemberian obat.
b. Obat dalam tempatnya.
c. Spuit 1cc /spuit insulin
d. Kapas alkhol dalam tempatnya.
e. Cairan pelarut
f. Bak seteril dilapisi kas steril
g. Bengkok
h. Perlak dan alasanya
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Bebaskan daerah yang akan disuntik.bila menggunakan baju
lengan panjang, buka dan ke ataskan.
4) Pasang perlak di bawah bagian yang di suntik.
5) Ambil obat untuk tes alergi ,kemudian larutkan / encerkan dengan
akuades (cairan pelarut). Selanjutnya , ambil 0,5 cc dan encerkan
lagi sampai 1 cc lalu siapkan pada bak injeksi atau seteril
6) Desinfeksi dengan kapas alcohol pada daerah yang disuntik
7) Tegangkan daerah yang akan disuntik dengan tangan kiri.
8) Lakukan penusukan dengan lubang mennghadap ke atas yang
sudutnya 15-20 terhadap permukaan kulit.
9) Semperotkan obat hingga terjadi gelembung
10) Tarik supit dan tidak boleh dilakukan massage
11) Cuci tangan
12) Catat reaksi pemberian , hasil pemberian obat / tes obat, tanggal,
waktu, dan jenis obat
g. Melalui sublingual
Adalah obat yang cara pemberiannya ditaruh di bawah lidah.
Tujuannya adalah agar efek yang ditimbulkan bisa lebih cepat karena
pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari sakit. Kelebihan
dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan
metabolisme di dinding usus dan hati dapat dihindari.
Persiapan Alat :
a. Obat yang telah ditentukan dalam tempatnya.
Cara kerja
1) Beri obat kepada pasien
2) Beritahu pasien agar meletakkan obat pada bagian bawah lidah
hingga larut seluruhnya.
3) Anjurkan pasien agar tetap menutup mulutnya, tidak minum dan
tidak berbicara selama obat belum larut seluruhnya.

h. Melalui mata
Pemberian obat pada mata dengan obat tetes mata atau salep
mata digunakan untuk persiapan pemeriksaan struktur internal mata
dengan mendilatasi pupil, pengukuran refraksi lensa dengan
melemahkan otot lensa, serta penghilangan iritasi mata.
Persiapan alat dan bahan:
a. Obat dalam tempatnya dengan penetes steril atau berupa salep.
b. Pipet
c. Pinset anatomi dalam tempatnya
d. Korentang dalam tempatnya
e. Plester
f. Kain kasa
g. Kertas tisu
h. Balutan
i. Sarung tangan
j. Air hangat / kapas pelembat.
Prosedur keja:
1) Cuci tangan
2) Jelskan pada pasien, mengenai prosedur yang dilakukan
3) Atur posisi pasien dengan kepala menengadah dengan posisi
perawat di samping kanan
4) Gunakan sarung tangan
5) Bersihkan daerah kelopak dan bulu mata dengan kapas lembat dari
sudut mata k arahhidung apabila sangat kotor, basuh dengan air
hangat.
6) Buka mata dengan menekan perlahan-lahan bagian bawah dengan
ibu jari,jari telunjuk di atas tulang orbital
7) Teteskan obat mata di atas sakus konjugtiva. Setelah tetesan selesai
sesuai dengan dosis, anjurkan pasien untuk menutup mata dengan
perlahan-lahan, apabila menggunakan obat tetes mata.
8) Apabila obat mata jenis salep pengang aflikator salep di atas
pinggir kelopak mata kemudian pencet tube sehingga obat keluar
dan berikan obat pada kelopak mata bawah.setelah selesai,
anjurkan pasien untuk melihat ke bawah , secara bergantian dan
berikan obat pada kelopak mata bagian atas.biarkan pasien untuk
memejamkan mata dan menggerakan kelopak mata
9) Tutup mata dengan kasa bila perlu.
10) Cuci tangan
11) Catat obat, jumlah, waktu, dan tempat pemberian.

i. Melalui telinga
Memberiakan obat pada telinga dilakukan dengan obat tetes
pada telinga atau salep. Pada umumnya, obat tetes telinga yang dapat
berupa obat antibiotik diberiakan pada gangauan infeksi telinga.
Khususnya otitis media pada telinga tengah.
Persiapan alat dan bahan :
a. Obat dalam tempatnya
b. Penetes
c. Spekulum telinga
d. Pinset anatomi dalam tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien , mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi pasien dengan kepala miring ke kanan atau ke kiri
sesuai dengan daerah yang akan diobati , usahakan agar lubang
telinga pasien ke atas.
4) Lurusakan lubang telinga denger menarik daun telinga ke atas atau
ke belekang pada orng dewasa dan ke bawah pada anak
5) Apabila obat berupa obat tetes, maka teteskan obat dengan jumlah
tetesan sesuai dosisi pada dinding saluaran untuk mencegah
terhalang oleh gelembung udara
6) Apabila berupa salep, maka ambil kapas lidi dan masukkan atau
oleskan salep pada liang telinga
7) Pertahankan posisi kepala 2-3m
8) Tutup telinga dengan pembalut dan plester kalau perlu
9) Cuci tangan
10) Catat jumalah, tanggal,dan dosis pemberian.

j. Melalui hidung
Pemberian obat tetes hidung dapat dilakukan pada hidung
seseorang dengan keradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
Persiapan alat dan bahan
a. Obat dalam tempatnya
b. Pipet
c. Spekulum hidung
d. Pinset anatomi pada tempatnya
e. Korentang dalam tempatnya
f. Plester
g. Kain kasa
h. Kertas tisu
i. Balutan
Prosedur kerja :
1) Cuci tangan
2) Jelaskan pada pasien, mengenai prosedur yang akan dilakukan
3) Atur posisi pasien
4) Berikan tetesan obat sesuai dengan dosis pada tiap lubang hidung
5) Pertahankan posisi kepala tetap tengadah ke belakang selama 5 m
6) Cuci tangan
7) Catat cara tanggal, dan dosis pemberian obat
k. Melalui Bukal
Pemberian obat secara bukal adalah memberika obat dengan
cara meletakkan obat diantara gusi dengan membran mukosa diantara
pipi.
Prosedur kerja. Secara umum persiapan dan langkah pemberian
sama dengan pemberian obat secara oral. Yang perlu diperhatikan
adalah klien perlu diberikan penjelasan untuk meletakkan obat diantara
gusi dan selaput mukosa pipi sampai habis diabsorbsi seluruhnya.

l. Melalui topical
Pemberian obat dengan cara mengoleskan obat pada
permukaan kulit atau membran mukosa, dapat pula dilakukan melalui
lubang yang terdapat pada tubuh (anus).
Obat yang biasa digunakan untuk pemberian obat topical pada kulit
adalah obat yang berbentuk krim, lotion, atau salep.
SOAL :
1. Transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung
gugat) selama perpindahan perawatan yang berkelanjutan yang mencakup
peluang tentang pertanyaan, klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien.
Pernyataan ini merupakan pengertian dari ?
a. Handover
b. Handoffs
c. Shift report
d. Signout
e. Signover

2. Tujuan timbang terima menurut Australian Health Care and Hospitals


Association/ AHHA (2009) adalah.
a. Menyampaikan kondisi atau keadaan pasien secara umum.
b. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu ditindaklanjuti oleh dinas
berikutnya.
c. Tersusunnya rencana kerja untuk dinas berikutnya.
d. Mengidentifikasi, mengembangkan dan meningkatkan timbang
terima klinis dalam berbagai pengaturan kesehatan.
e. Peningkatan kualitas asuhan keperawatan yang berkelanjutan.

3. Yang mana merupakan istilah lain dari timbang terima?


a. handover
b. handoffs
c. shift report
d. semua jawaban salah
e. jawaban a, b, dan c benar

4. timbang terima adalah suatu cara dalam menyampaikan sesuatu


(laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien, merupakan pendapat
dari....
a. Muklis Solihin
b. Nursalam
c. Hong Joon Jae
d. Robert Stewart
e. Nyoman Lecir

5. Manfaat timbang terima bagi perawat, kecuali....


a. Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat
b. Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat
c. Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan
d. Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna
e. Menyampaikan hal - hal yang sudah atau belum dilakukan
dalam asuhan keperawatan kepada klien.

6. Apa yang dimaksud dengan pendelegasian?


a. merupakan pengambilan keputusan, tugas-tugas mana yang
dikerjakan manajer sendiri serta mana yang diserahkan kepada
dan dikerjakan oleh orang lain ( karyawan / staf ).
b. Merupakan suatu proses untuk mendapatkan suatu tugas yang
diberikan dari bawahan ke atasan.
c. Suatu proses belajar dari tidak tahu menjadi tahu
d. Semua jawaban salah
e. Jawaban a, b, dan c benar

7. Ada beberapa alasan mengapa pendelegasian diperlukan yaitu, kecuali...


a. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan mencapai hasil
yang lebih baik dari pada semua kegiatan ditangani sendiri.
b. Agar organisasi berjalan lebih efisien.
c. Untuk menghindari deviasi pencapaian tujuan dari pendelegasian
d. Pendelegasian memungkinkan manajer perawat/bidan dapat
memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas prioritas yang lebih
penting.

e. Dengan pendelegasian, memungkinkan bawahan untuk tumbuh dan


berkembang, bahkan dapat dipergunakan sebagai bahan informasi
untuk belajar dari kesalahan atau keberhasilan.

8. Yang menjadi hambatan pada delegator saat melakukan delegasi adalah


a. Kurangnya pengalaman
b. Kurangnya kompetensi
c. Kelebihan beban kerja
d. Kebingungan dalam tanggung jawab dan kewenangan.
e. Kekurangan tenaga
9. Apa saja syarat dan pemberian obat? Kecuali...
a. Benar Obat
b. Benar Dosis
c. Benar Klien
d. Benar Rute Pemberian
e. Benar Tempat

10. Langkah evaluasi untuk menentukan bahwa ada komplikasi yang terkait
dengan rute pemberian obat yaitu, kecuali
a. Mengobservasi adanya memar, implamasi , nyeri setempat, atau
perdarahan di tempat injeksi.
b. Menanyaan klien tentang adanya rasa baal atau rasa kesemutan di
tempat injeksi.
c. Mengkaji adanya gangguan saluran cerna, termasuk mual, muntah, dan
diare pada klien.
d. Menginspeksi tempat IV untuk mengetahui adanya feblitis, termasuk
demam, pembengkakkan dan nyeri tekan setempat.
e. Mengkaji denyut nadi dan tekanan darah pada pasien

Kunci Jawaban :
1. A
2. D
3. E
4. B
5. E
6. A
7. C
8. A
9. E
10. E
DAFTAR PUSTAKA

Am Zebua. 2015. Penerapan Timbang Terima Pasien. Diakses di


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/59049/4/Chapter
%20II.pdf. Pada tanggal 11 Januari 2017

Anita. 2016. Timbang Terima Pasien. Diakses di


http://digilib.unimas.ac.id/files/disk1/145/jtptunimas-gdl-anitanuurl-7231-
3-babii.pdf. Pada tanggal 11 Januari 2017

Arini Winarti, Sri. 2015. Pengambilan Keputusan Untuk Keperawatan. Diakses di


www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/5c-PEMBINAAN(revJan'03).doc.
Pada tanggal 11 Januari 2017

Anda mungkin juga menyukai