Anda di halaman 1dari 60

Referat OklusiTuba

SMF/BAGIAN ILMU TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROK Juni 2016


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA

OklusiTuba

Oleh:

Ketut Wahyu Ananda Putra, S.Ked

(1108012043)

1
PEMBIMBING:

dr. M. A. Sri Wahyuningsih, Sp.THT-KL

BAGIAN/ SMF TELINGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

RSUD PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG

2016

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus ini diajukan oleh:

Nama : Ketut Wahyu Ananda Putra

Fakultas : Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang

Bagian : Telinga Hidung dan Tenggorokan

Judul : Oklusi Tuba Auditiva

2
Referat ini telah disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Telinga Hidung dan Tenggorokan RSUD Prof. Dr. W.
Z. Johannes Kupang.

PEMBIMBING KLINIK

1. dr. M. A. Sri Wahyuningsih, Sp. THT-KL ()

Ditetapkan di : Kupang

Tanggal : Juni 2016

Daftar Isi

3
Kata pengantar 2
Bab 1 Pendahuluan 3
Bab 2 Pembahasan
2.1 Anatomi telinga 4
2.2 Anatomi tuba 7
2.3 Fungsi tuba 8
2.4 Gangguan fungsi tuba 9
2.5 Tuba terbuka abnormal
10
2.6 Myoklonus palatal
13
2.7 Palatoskizis
13
2.8 Obstruksi tuba
14
2.9 Barotrauma
19
2.10 Otitis media akut
23
2. 11 Otitis media supuratif kronis
30
2.12 Otitis media serosa
40
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan
45
3.2 Daftar pustaka
46

4
BAB I

PENDAHULUAN

Oklusi tuba atau penutupan saluran tuba yaitu gambaran retraksi membrane timpani

akibat terjadinya tekanan negatif di dalam telinga tengah, karena adanya absorbsi udara.

Tuba auditiva atau tuba faringotimpani.bentuknya seperti huruf S tipis. Tuba ini merupakan

saluran yang menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa

panjang tuba sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan

pada anak dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar

kacang polong berlokasi tepat dibelakang selaput gendang telinga. Itu secara normal terisi

dengan udara yang masuk ke area itu melalui saluran-saluran auditiva. Tuba auditiva

mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka umumnya tetap tertutup,

namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi tekanan udara pada

5
telinga tengah dengan tekanan udara diluar telinga.Telinga tengah juga mengandung tulang-

tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari selaput gendang telinga ke telinga dalam.

Kebanyakan infeksi-infeksi telinga terjadi pada telinga luar atau tengah ,infeksi-

infeksi telinga dalam adalah jarang.Permulaan infeksi pada saluran pernafasan bagian atas

masuk lewat tuba sampai ke telinga. Infeksi-infeksi telinga tidak menular. Bagaimanapun,

infeksi-infeksi virus (seperti selesma, influensa) yang dapat mendahuluinya adalah menular

dan dapat menjurus ke infeksi-infeksi telinga. Infeksi-infeksi telinga adalah lebih umum

pada anak-anak daripada orang-orang dewasa karena saluran-saluran mereka lebih pendek

dan lebar. Sebagai tambahan, jaringan adenoid (adenoid tissue) dibelakang tenggorokan

lebih besar dan dapat menghalangi tuba Auditiva.

BAB II

PEMBAHASAN

6
Gambar 1. Anatomi

telinga

1.

Anatomi

Telinga

Telinga tengah terdiri dari : membran

timpani, kavum timpani, tulang-tulang

pendengaran, prosesus mastoideus, dan tuba auditiva. Pada telinga terngah terdapat

epitimpanum, mesotimpanum dan hipotimpanum yan berhubungan dengan nasofaring.

Membran timpani

Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani dan memisahkan liang

telinga luar dari kavum timpani. Membrana ini panjang vertical rata-rata 9-10 mm dan

diameter antero-posterior kira -kira 8-9 mm, ketebalannya rata-rata 0,1 mm. Letak

membrana timpani tidak tegak lurus terhadap liang telinga akan tetapi miring yang arahnya

dari belakang luar kemuka dalam dan membuat sudut 450 dari dataran sagital dan
7
horizontal. Membran timpani merupakan kerucut, dimana bagian puncak dari kerucut

menonjol kearah kavum timpani, puncak ini dinamakan umbo. Dari umbo kemuka bawah

tampak refleks cahaya (cone of light).1

Secara anatomis membrana timpani dibagi dalam 2 bagian :1

1. Pars tensa : Merupakan bagian terbesar dari membran timpani dan suatu permukaan

yang tegang dan melekat pada anulus fibrosus pada sulkus timpanikus yang merupakan

bagian dari tulang temporal.


2. Pars flaksida atau membran Shrapnell.

Gambar 2. Membran timpani

Kavum Timpani

1. Dinding superior (batas atas) : Dibentuk oleh tulang yang sangat tipis, kadang-

kadang malah ditemukan suatu dehidasi (celah). Tegmen tympani ini merupakan

8
batas antara cvum tympani (epitympani) dengan fossa cranii media. Dalam klinik

batas ini harus diketahui karena radang dapat meluas ke intracranial melalui tegmen

tympani.1
2. Dinding inferior (batas bawah) : Juga berdinding tipis, berbatasan dengan bulbus

vena jugularis. Dalam klinik, radang dari cavum tympani dapat meluas ke bawah

dan menyebabkan thrombophlebitis.1


3. Dinding posterior (dinding belakang) : Berhubungan dengan antrum mastoid

melalui suatu celah yang disebut aditus ad antrum.Bagian atas dari aditus ini disebut

tegmen antri, yang berbatasan dengan fossa cranii media. Kemudian di bawah

(dasar dari aditus ini) terdapat canalis N. Fascialis pars verticalis beserta sarafnya

(N. Fascialis pars verticalis). Saraf ini keluar dari os temporalis melalui foramen

stylomastoideus.1
4. Dinding anterior (dinding depan) : Dinding ini dibentuk oleh a. Carotis interna,

muara tuba esutachius ke dalam cavum tympani. Disini terdapat canalis dari tulang

yang berisi m. Tensor tympani.


5.
Dinding medial : Dinding ini merupakan pemisah antara cavum tympani dari

labyrinth. Disini terdapat beberapa struktur penting :1

o Canalis semisirkularis lateralis

o Canalis N. Fascialis pars horizontalis beserta sarafnya

o Foramen ovale ditutupi oleh basis dari stapes yang memisahkan cavum
tympani dengan skala vestibule

o Promontorium disebabkan oleh penoonjolan dari lingkaran (basis dari


cochlea).

9
o Foramen rotundum ditutupi oleh suatu membran (slaput) yaitu membran

tympani secundaria dan membran ini memisahkan cavum tympani dengan skala

tympani.

6. Dinding lateral : Terdiri dari 2 bagian yaitu pars osseus dan pars membranasea.

Pars osseus merupakan dinding lateral dari epytimpani dan hanya membentuk

sebagian kecil epytimpani, sedangkan pars membranasea merupakan bagian

terbesar yang membentuk epitympani yang merupakan membran tympani, yang

memisahkan cavum tympani dengan meatus acusticus externa.1

Tulang-tulang pendengaran

1) Maleus
Caput
Colium
Proccesus brevis
Proccesus longus
Manubrium mallei

(caput mallei terdapat pada epytimpani sedangkan bagian-bagian lain terdapat pada

mesotympani).1

2) Incus Corpus
Proccesus brevis
Proccesus longus

Sebgaian besar incus berada pada epytimpani, hanya sebagian kecil dari proccesus

longus yang berada mesotympani.1

3) Stapes
10
Capitulum
Colum
Crus anterior
Crus posterior
Basis

Caput mallei mengadakan artikulasi dengan corpus dari incus, sedangkan proccesus longus

dari Incus mengadakan articulation dengan capitulum dari stapes. Rangkaian ini disebut

ossicular chain. Gangguan pada ossikular chain ini menyebabkan gangguan pendengaran,

oleh karena ini penting sistem konduksi pada pendengaran.1

2. Anatomi Tuba Auditiva

Gambar 3: Tuba Auditiva

Tuba auditiva bentuknya seperti huruf S tipis. Tuba ini merupakan saluran yang

menghubungkan kavum timpani dengan nasofaring. Pada orang dewasa panjang tuba
11
sekitar 36 mm berjalan ke bawah, depan dan medial dari telinga tengah dan pada anak

dibawah 9 bulan adalah 17,5 mm. Tuba terdiri dari 2 bagian yaitu :1

Bagian tulang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian).
Bagian tulang rawan terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).

Bagian tulang sebelah lateral berasal dari dinding depan kavum timpani, dan bagian

tulang rawan medial masuk ke nasofaring. Bagian tulang rawan ini berjalan kearah

posterior,superior dan medial sepanjang 2/3 bagian keseluruhan panjang tuba (4 cm),

kemudian bersatudengan bagian tulang atau timpani.1

Tempat pertemuan itu merupakan bagian yang sempit yang disebut ismus.Bagian

tulang tetap terbuka, sedangkan bagian tulang rawan selalu tertutup dan berakhir pada

dinding lateral nasofaring. Pada orang dewasa muara tuba pada bagian timpani terletak

kira-kira 2-2,5 cm, lebih tinggi dibanding dengan ujungnya nasofaring. Pada anak-anak,

tuba pendek, lebar dan letaknya mendatar maka infeksi mudah menjalar dari nasofaring ke

telinga tengah.1

Gambar 4: Perbedaan tuba eustachius anak dan dewasa


12
3. Fungsi tuba auditiva

Secara fisiologi tuba Auditiva melakukan tiga peranan penting yaitu:

1. Ventilasi dan mengatur tekanan telinga tengah.

Pada pendengaran yang normal, perlu sekali bahwa tekanan pada dua sisi membran

timpani harus sama. Tekanan positif atau negatif mempengaruhi

pendengaran.Dengan begitu tuba Eustachius harus terbuka secara periodik untuk

menyeimbangkan tekanan udara pada telinga tengah. Normalnya tuba auditiva tetap

tertutup dan terbuka secara intermitten selama menelan, mengunyah dan bersin.

Sikap badan juga mempengaruhi fungsi, pembukaan tuba kurang berguna pada

posisi berbaring dan selama tidur dikarenakan pembendungan vena. Fungsi tuba

yang buruk pada bayi dan anak-anak bertanggung jawab pada masalah telinga pada

kelompok usia tersebut. Itu biasanya normal kembali pada usia 7-10 tahun.

2. Perlindungan terhadap tekanan bunyi nasofaring dan reflux sekresi dari nasofaring.

Secara abnormal, tekanan suara tinggi dari nasofaring dapat dialirkan ke telinga

tengah jika tuba terbuka, dengan demikian mengganggu pendengaran yang

normal.Biasanya tuba Eustachius tetap tetutup dan melindungi telinga tengah

melawan suara tersebut.Tuba Eustachius yang normal juga melindungi telinga

tengah dari reflux sekresi nasofaring. Reflux ini terjadi dengan mudah jika diameter

tuba lebar (patulous tube), pendek (seperti pada bayi), atau membran timpani yang

perforasi (menyebabkan infeksi telinga tengah yang persisten pada kasus perforasi
13
membran timpani). Tekanan tinggi di dalam nasofaring juga dapat memaksa sekresi

nasofaring ke dalam telinga tengah , misalnya meniup hidung dengan kuat.

3. Pembersihan sekresi telinga tengah.

Membran mukosa tuba auditiva dan bagian anterior telinga tengah dilapisi oleh sel

ciliated columnar. Silia bergerak ke arah nasofaring.Ini membantu untuk

membersihkan sekresi dan debris dalam telinga tengah ke arah nasofaring. Fungsi

pembersihan dipengaruhi oleh pembukaan dan penutupan yang aktif dari tuba.

4. Gangguan Fungsi Tuba Auditiva

Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk

ke dalam telinga tengah atau pada saat mengunyah, menelan dan menguap.Pembukaan tuba

dibantu oleh otot tensor velli palatine apabila perbedaan tekanan berbeda Antara 20- 40

mmHg. Gangguan fungsi tuba dapat terjadi oleh beberapa hal, seperti tuba terbuka

abnormal, mioklonus palatal, palatoskisis, obstruksi tuba karena beberapa penyebab (seperti

radang adenoid, tumor nasofaring, radang nasofaring), barotraumas, OMA, OMSK, OMS,

dan otosklerosis.2

Pada anak, mekanisme pembukaan tuba auditiva saat menelan sering kali menjadi satu

permasalahan. Hal ini disebabkan oleh, 1) Persisten kolaps kartilago tuba Auditiva 2)

inefisien muskulus tensor veli palatine 3) atau kedua-duanya.

14
Gambar 5. Ketidak berhasilan mekanisme pembukaan tuba pada anak.

Tuba terbuka abnormal

Tuba terbuka abnormal ialah tuba terus menerus terbuka, sehingga udara masuk ke

telinga tengah waktu respirasi. Umumnya idiopatik tetapi dapat juga disebabkan oleh

hilangnya jaringan lemak di sekitar mulut tuba sebagai akibat turunnya berat badan yang

hebat dan kehamilan terutama pada trimester ketiga diidentifikasi sebagai faktor

predisposisi penting.Selain itu, faktor lain yang mungkin adalah penyakit kronis tertentu

seperti rinitis atrofi dan faringitis, gangguan fungsi otot seperti myasthenia gravis,

penggunaan obat anti hamil pada wanita dan penggunaan estrogen pada laki-laki.2,5

Gangguan neurologis yang dapat menyebabkan atrofi otot (misalnya, stroke,

multiple sclerosis, penyakit motor neuron) jugamungkin terlibat. Pembentukan adhesi

dalam nasofaring setelah adenoidectomy atau radioterapi juga dapat mempengaruhi untuk

15
terjadinya kelainan ini.. Faktor predisposisi lainnya termasuk kelelahan, stres, kecemasan,

latihan, dan sindrom sendi temporomandibular.5,6

Insiden tuba terbuka abnormal adalah sebanyak 0,3-6,6%, dan 10-20% dari orang

yang mengalaminya mencari bantuan medis karena merasa begitu terganggu dengan

gejalanya. Kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria dan biasanya

terjadi pada remaja dan orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak.5

`Keluhan pasien biasanya berupa rasa penuh dalam telinga atau autofoni (gema

suara sendiri terdengar lebih keras), sampai bisa terdengar bunyi napas sendiri dan bisa

mengganggu pertuturan. Keluhan ini kadang-kadang sangat mengganggu, sehingga pasien

mengalami stress berat. Vertigo dan gangguan pendengaran juga dapat terjadi karena tuba

terbuka abnormal memungkinkan perubahan tekanan yang berlebihan terjadi di telinga

tengah, perubahan tekanan kemudian dikirim ke telinga bagian dalam melalui gerakan

tulang pendengaran. Beberapa pasien mungkin mengalami kesulitan makan karena suara

mengunyah ditransmisikan ke telinga. Gejala mungkin berhubungan dengan perubahan

siklus yang terjadi dalam mukosa tuba eustachius. Beberapa pasien merasa lega dengan

peningkatan kongesti mukosa yang terkait dengan cara berbaring, menempatkan kepala di

antara lutut, atau selama infeksi saluran pernapasan atas.2,5

Kompresi vena jugularis menghasilkan kongesti vena peritubular dan bisa

meringankan gejala. Pasien kadang-kadang mengendus berulang-ulang untuk menutup

tabung eustachius, dan ini dapat mengakibatkan tekanan negatif telinga tengah jangka

16
panjang. Dekongestan atau tabung ventilasi dalam membran timpani dapat memperburuk

gejala.

Pada pemeriksaan klinis dapat dilihat membran timpani yang atrofi, tipis dan

bergerak pada respirasi (a telltale diagnostic sign). Membran timpani dapat menjadi atrofi

sekunder akibat gerakan membran timpani yang konstan dari bernapas atau mengendus.

Disebabkan tuba yang terbuka abnormal, perubahan tekanan dalam nasofaring sangat

mudah dipindahkan ke telinga tengah sehinggakan pergerakan membran timpani bisa

dilihat pada waktu inspirasi dan ekpirasi. Pergerakan ini lebih jelas jika pasien bernapas

setelah menutup lobang hidung yang bersebelahan. Membran timpani bergerak ke medial

pada waktu inspirasi dan ke lateral pada waktu ekspirasi. Jika pasien duduk tegak, gerakan

kecil pars flaccida terjadi, yang menghilang ketika pasien terlentang. CT scan dalam bidang

aksial telah digunakan untuk menunjukkan adanya tuba terbuka abnormal. CT scan

mungkin berguna dalam membuat diagnosis pada beberapa pasien. Radiologi hanya

membantu dalam diagnosis patensi anatomi. Timpanometri dapat mendeteksi gerakan dari

membran timpani dengan respirasi hidung, terutama dengan pasien dalam posisi

tegak.Suara distorsi dari respirasi hidung dan pertuturan dapat didengar dengan mikrofon

ditempatkan di meatus eksternal. Dengan sonotubometry, suara uji dimasukkan ke ruang

depan hidung dan mikrofon dipasang ke dalam meatus auditori eksternal. Dengan tuba

terbuka abnormal, tingkat tekanan suara di kanalis eksternal berada pada tingkat

maksimum, karena tabung tidak menutup, tidak ada penurunan mendadak dalam suara yang

ditransmisikan.5

17
Dalam kondisi normal, tabung auditiva ditutup dan hanya dibuka pada waktu

menelan atau autoinflation. Biasanya, penutupan tabung eustachius dikelola oleh faktor

luminal dan ekstraluminal, yang meliputi elastisitas intrinsik tabung, tegangan permukaan

lembab luminal, dan tekanan jaringan ekstraluminal.Tonus otot tensor veli palatini

melebarkan lumen jadinya kerusakan pada tensor veli palatini setelah operasi bibir sumbing

dapat mengakibatkan tuba terbuka abnormal. Berat badan juga dapat menyebabkan

pembukaan abnormal yang disebabkan oleh berkurangnya tekanan jaringan dan hilangnya

deposit lemak di daerah tabung eustachius. Kehamilan mengubah tekanan pembukaan

tabung auditiva karena perubahan tegangan permukaan, estrogen yang bekerja pada

prostaglandin E mempengaruhi produksi surfaktan. Jaringan parut di ruang postnasal akibat

adenoidectomy dapat menyebabkan traksi tuba dalam posisi terbuka.5

Kondisi akut dari penyakit ini adalah self-limiting dan tidak memerlukan

pengobatan.Pasien dengan tuba terbuka abnormal yang sedang hamil dan mereka dengan

gejala ringan (kebanyakan pasien) perlu diinformasi saja. Pasien yang memiliki gejala

selama kehamilan bebas gejala setelah melahirkan. Pasien disarankan untuk melakukan hal

berikut:

Menambah atau mendapatkan kembali berat badan yang hilang

Hindari diuretik

Berbaring atau meletakkan kepala lebih rendah ketika gejala terjadi

18
Pemberian obat topikal (obat nasal) dengan antikolinergik mungkin efektif untuk

beberapa pasien. Estrogen (Premarin) tetes hidung (25 mg dalam 30 mL normal saline, 3

tetes tid) atau obat oral larutan jenuh kalium iodida (10 tetes dalam segelas jus buah ) telah

digunakan untuk menginduksi pembengkakan pembukaan tuba eustachius. Obat hidung

yang mengandung asam klorida encer, chlorobutanol, dan benzil alkohol telah dibuktikan

efektif pada beberapa pasien. Hal ini telah dilaporkan dapat ditoleransi dengan baik dengan

sedikit atau tidak ada efek samping. Persetujuan oleh Food and Drug Administration (FDA)

masih tertunda. Bila tidak berhasil dapat dipertimbangkan untuk memasang pipa ventilasi

(Grommet).2,5,6

Mioklonus Palatal

Merupakan satu kontraksi ritmik dari otot-otot palatum yang terjadi secara

periodik.Terbagi kepada essensial dan simptomatik. Tipe simtomatik disebabkan oleh

gangguan pada cerebellum sedangkan tipe essensial etiologinya idiopatik. Bunyi klik hanya

terdengar pada tipe esensial. Bunyi klik terdengar dalam telinga pasien dan kadang-

kadang dapat terdengar oleh pemeriksa.Walaupun keadaanya seperti tremor, gerakannya

bersifat berulang-ulang daripada berosilasi dan hanya menggunakan otot agonis sahaja.

Penyebab kepada bunyi klik dari dalam telinga tidak diketahui tetapi lebih sering

ditemukan pada myoklonus palatal essensial yang bersifat idiopatik.Keadaan ini jarang

terjadi dan penyebab yang pasti belum diketahui.

Palatoskisis

19
Palatoschizis adalah malformasi yang disebabkan oleh gagalnya prosesus nasal

median dan maksilaris untuk menyatu selama perkembangan embrionik. Pada palatoskisis

terjadi gangguan abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan

dan penutupan tuba eustachius dimana sfingter pada muara tuba Eustachii bekerja kurang

baik. Hal ini menyebabkan kemungkinan terjadinya obstruksi tuba yang menyebabkan

infeksi ke telinga tengah pada anak dengan palatoskisis, lebih besar dan lebih mudah

kambuh dibandingkan dengan anak normal. Oleh karena itu dianjurkan untuk melakukan

koreksi palatoskisis sedini mungkin.

Etiologi: Faktor herediter dan lingkungan.

Patofisiologi : Pasien dengan palatoschisis mengalami gangguan perkembangan wajah,

inkompetensi velopharyngeal, perkembangan bicara yang abnormal, dan gangguan fungsi

tuba eustachi. Adanya hubungan antara rongga mulut dan hidung menyebabkan

berkurangnya kemampuan untuk mengisap pada bayi. Insersi yang abnormal dari m.tensor

veli palatine menyebabkan tidak sempurnanya pengosongan pada telinga tengah. Infeksi

telinga yang rekuren telah dihubungkan dengan timbulnya ketulian yang memperburuk cara

bicara pada pasien dengan palatoschisis.

Klasifikasi :

Palatoschisis dapat berbentuk sebagai palatoschisis tanpa labioschisis atau disertai dengan

labioschisis. Palatoschisis sendiri dapat diklasifikasikan lebih jauh sebagai celah hanya

pada palatum molle, atau hanya berupa celah pada submukosa. Celah pada keseluruhan

20
palatum terbagi atas dua yaitu komplit (total), yang mencakup palatum durum dan palatum

molle, dimulai dari foramen insisivum ke posterior, dan inkomplit (subtotal). Palatoschisis

jugadapat bersifat unilateral atau bilateral.

Veau membagi cleft menjadi 4 kategori yaitu :

1. Cleft palatum molle


2. Cleft palatum molle dan palatum durum
3. Cleft lip dan palatum unilateral komplit
4. Cleft lip dan palatum bilateral komplit

Gambar 6. Klasifikasi cleft palate

Obstruksi tuba

Obstruksi tuba umumnya terjadi karena otitis media, baik dalam bentuk barotrauma, otitis

media supuratif, maupun otitis media non supuratif. Salah satu bentuk otitis media non-

supuratif adalah otitis media serosa. Keadaan ini sering ditemukan pada rhinitis alergika
21
dan pada orang yang sering pilek. Dapat terjadi oleh berbagai kondisi, seperti peradangan

di nasofaring, peradangan adenoid atau tumor nasofaring. Gejala klinik awal yang timbul

pada penyumbatan tuba oleh tumor adalah terbentuknya cairan pada telinga tengah (otitis

media serosa).Oleh karena itu setiap pasien dewasa dengan otitis media serosa kronik

unilateral harus dipikirkan kemungkinan adanya ca nasofaring. Sumbatan mulut tuba di

nasofaring juga dapat tejadi oleh tampon posterior hidung (Bellocq tampon) atau oleh

sikatriks yang terjadi akibat trauma operasi (adenoidektomi).

Obstruksi tuba auditiva dapat terjadi secara inflamasi intrisik( intraluminal, periluminal)

seperti infeksi atau alergi. Dapat juga terjadi obstruksi secara ekstrinsik (peritubal) yaitu

pembesaran adenoid.

Komplikasi

i) Peradangan pada nasofaring (ISPA)

Gejala pada nasofaring :

1. Cephalgia
2. Diplopia
3. Ptosis
4. Tinitus Nada rendah
5. Tuli konduktif

ii) Rhinitis alergi

22
Rinitis alergi merupakan suatu kumpulan gejala kelainan hidung yang disebabkan proses

inflamasi yang diperantarai oleh imunoglobulin E (IgE) akibat paparan alergen pada

mukosa hidung.

Rinitis Alergi perennial : Gejala timbul sepanjang tahun, terus menerus tanpa variasi

musim dan penyebab tersering ialah allergen inhalan seperti debu,bulu hewan,

jamur atau allergen ingestan.

Rinitis Alergi musiman tergantung 4 musim dan tidak terdapat di Indonesia.

Penyebabnya spesifik yaitu tepung sari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu

nama yang tepat ialah rinokonjungtivitis karena gejala yang tampak ialah gejala

pada hidung dan mata(mata merah disertai lakrimasi).

ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) membuat klasifikasi rinitis alergi

berdasarkan lama dan seringnya timbul gejala, dan berdasarkan gejala yang dialami pasien,

bukan berdasarkan penyebab. Klasifikasi baru membagi rinitis alergi menjadi 2 kategori,

yaitu intermiten dan persisten.

Kategori intermiten adalah apabila gejala timbul kurang dari 4 hari per minggu atau

kurang dari 4 minggu.

Kategori persisten adalah apabila gejala timbul lebih dari 4 hari dalam seminggu

dan berlangsung lebih dari 4 minggu.

23
Gejala rinitis alergi berupa bersin (5-10 kali berturut-turut), rasa gatal (pada mata, telinga,

hidung, tenggorok, dan palatum), hidung berair, mata berair, hidung tersumbat, post nasal

drip, tekanan pada sinus, dan rasa lelah.3

Gejala spesifik pada anak ialah terdapatnya bayangan gelap di daerah bawah mata yang

terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung yang disebut allergic shiner.

Selain itu, tampak juga anak menggosok-gosok hidung karena gatal dengan punggung

tangan yang disebut allergic salute.

Rhinitis menyebabkan mukosa hidung teriritasi, membengkak dam menyempitkan saluran

tuba eustachius akhirnya menyebabkan terjadinya gangguan pada motilitas silia tuba di

mana silia menjadi lumpuh dan gangguan fungsi tuba terganggu.

Pemberian antihistamin disarankan apabila memang ternyata penyebabgangguan tuba

eustachius adalah dari alergi, pada situasi ini antihistamin membantu untuk meringankan

kongesti nasal dan peradangan dan sekaligus diharapkan mengembalikan fungsi tuba

eustachius. Selain itu boleh juga diberikan steroid nasal spray ada alergi atau penyebab

peradangan yang persisten di hidung, pemberian steroid nasal spray membutuhkan

beberapa hari untuk efek yang penuh, oleh itu penderita tidak akan merasakan perubahan

saat awal mula pemakaian.

iii) Hipertrofi adenoid

Adenoid merupakan massa yang terdiri dari jaringan limfoid pada dinding posterior

nasofaring di atas batas palatum molle dan termasuk dalam cincin Waldeyer. Secara
24
fisiologik pada anak-anak, adenoid dan tonsil mengalami hipertrofi. Adenoid ini membesar

pada anak usia 3 tahun dan kemudian mengecil dan menghilang sama sekali pada usia 14

tahun. Apabila sering terjadi infeksi pada saluran napas bagian atas, maka dapat terjadi

hipertrofi adenoid yang akan mengakibatkan sumbatan pada koana dan tuba auditiva.

Akibat sumbatan koana pasien akan bernapas melalui mulut sehingga terjadi (1)

fasies adenoid, yaitu tampak hidung kecil, gigi insisivus ke depan (prominen), arkus faring

tinggi yang menyebabkan kesan wajah pasien tampak seperti orang bodoh; (2) faringitis

dan bronkitis; serta (3) gangguan ventilasi dan drainase sinus paranasal sehingga

menimbulkan sinusitis kronik. Obstruksi dapat mengganggu pernapasan hidung dan

menyebabkan perbedaan dalam kualitas suara. Akibat sumbatan tuba auditiva akan terjadi

otitis media akut berulang dan akhirnya dapat terjadi otitis media supuratif kronik. Akibat

hipertrofi adenoid juga dapat menimbulkan retardasi mental, pertumbuhan fisik berkurang,

gangguan tidur dan tidur ngorok. Hipertrofi adenoid juga dapat menyebabkan beberapa

perubahan dalam struktur gigi dan maloklusi. Terapinya adalah adenoidektomi untuk

adenoid hipertrofi yang menyebabkan obstruksi hidung, obstruksi tuba auditiva, atau yang

menimbulkan penyulit lain.

25
Gambar 7: Obstruksi tuba

eustachius karena hipertrofi adenoid

iv) Sikatriks post adenoidektom

Jaringan sikatrik (scar) adalah penonjolan kulit akibat

penumpukan jaringan fibrosa sebagai pengganti jaringan

kolagen normal. Pada post adenoidektomi, terbentuk

sikatriks sehingga menyebabkan terjadinya obstruksi tuba.

Gambar 8 : a) Adenoidektomi b) Sikatriks

26
V) Karsinoma nasofaring

Batas-batas nasofaring :

Superior : basis cranii, diliputi oleh mukosa dan fascia.


Inferior : bidang horizontal yang ditarik dari palatum durum ke posterior, batas ini

bersifat subyektif karena tergantung dari palatum durum.


Anterior : koana, yang dipisahkan menjadi koana dextra dan sinistra oleh os vomer.
Posterior : vertebra cervicalis I dan II, fascia space, mukosa lanjutan dari mukosa

bagian atas.
Lateral : mukosa lanjutan dari mukosa di bagian superior dan posterior, muara tuba

auditiva, fossa Rosenmuller.

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam, tidak ada gejala pasti yang

khusus untuk tumor nasofaring karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang

tidak menimbulkan gejala. Tumor nasofaring dapat menimbulkan gejala-gejala hingga

penderita datang berobat keberbagai ahli.


Tumor ini menimbulkan gejala bila sudah ada penyebaran.
1. Gejala nasofaring (tumor primer )

Asimptomatik.
Hidung tumpat.
Epistaksis ringan

2. Gangguan pada telinga/pendengaran.


Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal tumor dekat muara tuba eustachius

( fossa Rossen-Muller ) hingga tuba tertutup. Gangguan dapat berupa :

Tinitus
Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

27
Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri ( otalgia )

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran ini baru kemudian disadari bahwa

penyebabnya adalah karsinoma nasofaring.


3. Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak : Merupakan gejala karsinoma. Penjelasan melalui

fenomena laserum akan mengenai syaraf otak N.III, N.VI, dapat pula ke N.V dapat

menimbulkan gejala : Diplopia, Juling, Neuralgia terminal.


Infiltrasi para faring : Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk menjalar,

sepanjang dasar tengkorak dapat merusak syaraf-syaraf yang melalui foramen

jugularis yaitu N.IX, X, XI dan XII sehingga menimbulkan paralise motorik atau

sensorik pada faring dan laring.

Otitis Barotrauma

Merupakan keadaan dengan terjadinya perubahan tekanan yang tiba- tiba di luar telinga

tengah sewaktu di pesawat terbang atau menyelam, yang menyebabkan tuba gagal untuk

membuka.Otitis barotrauma merupakan tipe paling sering barotrauma. Ia disebabkan oleh

perbedaan tekanan antara telinga tengah dengan tekanan atmosfir. Pasien dengan perforasi

membran timpani tidak akan mengenai barotrauma, melainkan telinga tengahnya

terlokulasi. Ia memerlukan perubahan tekanan yang nyata untuk mengakibatkan kondisi

ini.2

Membrane timpani mempunyai 2 bagian; bagian media yang bisa kolaps dan bagian lateral

yang rigid, jadi udara dapat melewatinya tetapi tidak dapat disedot keluar.Maka perbedaan
28
tekanan tidak berlaku sewaktu pesawat naik karena tekanan telinga tengah cenderung lebih

tinggi dari tekanan atmosfir, tetapi berlaku sewaktu pesawat turun karena tekanan telinga

tengah menurun secara progresif berbanding tekanan atmosfir, maka udara seperti ditarik ke

dalam tuba. Hal ini tidak akan berlaku sekiranya tuba terbuka secara normal oleh gerakan

otot. 3,4

Gambar 9: Keadaan tuba eustachius pada barotrauma

Apabila perbedaan tekanan melebihi 90cmHg, maka otot yang normal aktivitasnya tidak

mampu membuka tuba.Pada keadaan ini terjadi tekanan negative di rongga telinga tengah,

membrane timpani tertarik ke dalam yang menyebabkan rasa nyeri. Membrane mukosa

teregang, tersumbat dan menjadi edema, sehingga cairan keluar dari pembuluh darah

kapiler mukosa dan kadang- kadang disertai dengan rupture pembuluh darah, sehingga

cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah. Membrane timpani menjadi

kurang elastis, menyebabkan hantaran getaran suara berkurang, maka mengganggu


29
pendengaran.2,3 Gejala klinik adalah kurang dengar, rasa nyeri dalam telinga, perasaan ada

air dalam telinga dan kadang- kadang tinnitus dan vertigo.

Tabel 1. Gred barotrauma telinga tengah pada pemeriksaan auriskopik

Gred membran timpani


0 Gejala tanpa tanda- tanda kelainan membrane timpani
1 Injeksi membrane timpani
2 Injeksi dengan perdarahan ringan dalam membrane timpani
3 Perdarahan jelas pada membrane timpani
4 Darah bebas di telinga tengah, gegendang kebiruan dan bulging.
5 Perforasi membrane timpani

Gambar 10 . Kondisi membran timpani pada otoskopi menurut gred barotrauma

Penatalaksanaan biasanya konservatif saja, yaitu dengan dekongestan local atau dengan

melakukan perasat Valsalva selama tidak terdapat infeksi di jalan napas atas. Perasat

Valsalva dilakukan dengan cara meniupkan dengan keras dari hidung sambil hidung

dipencet serta mulut ditutup. Bila tuba terbuka maka terasa ada udara masuk ke dalam

30
rongga telinga tengah yang menekan membrane timpani ke arah lateral. Perasat ini tidak

boleh dilakukan apabila ada infeksi jalan napas atas.3,4

Apabila cairan atau cairan yang bercampur darah menetap di telinga tengah sampai

beberapa minggu, maka dianjurkan untuk miringotomi dan bila perlu memasang pipa

ventilasi (Grommet).

Gambar 11. Pemasangan Pipa Grommet

Antara pengobatan dan pencegahan barotrauma adalah:

Antihistamin:dapat membataskan jumlah produksi mucus yang dihasilkan.

Contoh: Loratadine tablet 10 mg.

Dekongestan: mengeringkan mucus pada hidung.

31
Contoh: semprot xylometazoline- disemprotkan satu jam sebelum waktu pesawat

mendarat, kemudian disemprot lagi 5 menit kemudiannya. Setelah itu disemprot

setiap 20 menit hingga mendarat.

Antibiotic: dapat mencegah infeksi telinga sekiranya barotrauma berat.

Pencegahan baraotrauma dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet atau

melakukan perasat Valsalva, terutama sewaktu pesawat terbang mulai turun untuk

mendarat.Jangan tidur sewaktu pesawat mahu mendarat.Sebaliknya, lakukan aktivitas yang

dapat membantu pembukaan tuba (minum, menguap, makan permen, dsb). Hindari

aktivitas menyelam atau menaiki pesawat sekiranya lagi sedang infeksi saluran napas

atas.3,4

`Antara komplikasi yang berlanjutan adalah nyeri telinga bisa memburuk, namun jarang

menyebabkan kerusakan serius pada telinga. Kadang kala menyebabkan perforasi

membrane timpani, namun biasanya dapat menutup sendiri dalam beberapa minggu. Yang

lain adalah mudahnya terkena infeksi akut telinga,gangguan pendengaran atau vertigo.

Prognosis biasanya baik karena gangguan pendengaran biasanya bersifat sementara.

Namun,sekiranya aktivitas terkait perubahan tekanan dilakukan lagi, barotrauma dapat

terjadi lagi. Oleh itu, pencegahan adalah penting untuk mengatasi hal ini.

Antara sebab terjadinya obstruksi tuba eustachius adalah adanya tekanan yang tiba-tiba

di bagian ujung sistem tuba auditiva. Hal ini dapat digambarkan seperti di bawah. Ini

menunjukkan bahwa cairan telinga tidak akan berjalan sehingga tekanan negative diberikan

32
perlahan-lahan pada tuba eusatachius. Namun begitu, jika tekanan negative diberikan

secara tiba-tiba, akan terjadi obstruksi istmus tuba secara tiba-tiba.

Otitis Media Akut

Definisi:

Otitis Media Akut (OMA),otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang

bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang

biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada

nasofaring dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri

memasuki telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba

eustachii.

Etiologi:

Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.
Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.
Virus ditemukan pada 25% kasus dan kadang menginfeksi telinga tengah bersama

bakteri.
Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus pneumoniae, diikuti

oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella cattarhalis. Yang perlu diingat pada

OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus

yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun

saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama

aliran lendir.

33
Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas seperti radang

tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah lewat saluran auditiva. Saat

bakteri melalui saluran auditiva, mereka dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut

sehingga terjadi pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya sel-

sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan membunuh bakteri dengan

mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga

tengah.Selain itu pembengkakan jaringan sekitar saluran auditiva menyebabkan lendir yang

dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang telinga.

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat terganggu karena

gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung gendang telinga dengan organ

pendengaran di telinga dalam tidak dapat bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang

dialami umumnya sekitar 24 desibel (bisikan halus).

Namun cairan yang lebih banyak dapat menyebabkan gangguan pendengaran

hingga 45 desibel (kisaran pembicaraan normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri.1

Dan yang paling berat, cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek

gendang telinga karena tekanannya.Sebagaimana halnya dengan kejadian infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA), otitis media juga merupakan salah satu penyakit langganan anak.

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal

yaitu:

34
Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

Saluran auditiva pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga

ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.


Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam

kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi

adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar

dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat

terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat

saluran auditiva.2
Manifestasi Klinis
a. Stadium Oklusi Tuba auditiva
Pada stadium ini, terdapat sumbatan tuba auditiva yang ditandai oleh retraksi

membran timpani akibat terjadinya tekanan intratimpani negatif di dalam telinga

tengah, dengan adanya absorpsi udara. Retraksi membran timpani terjadi dan

posisi malleus menjadi lebih horizontal, refleks cahaya juga berkurang. Edema yang

terjadi pada tuba auditiva juga menyebabkannya tersumbat. Selain retraksi,

membran timpani kadang-kadang tetap normal dan tidak ada kelainan, atau

hanya berwarna keruh pucat. Efusi mungkin telah terjadi tetapi tidak dapat

dideteksi. Stadium ini sulit dibedakan dengan tanda dari otitis media serosa

yang disebabkan oleh virus dan alergi. Tidak terjadi demam pada stadium

ini.

b. Stadium Hiperemis atau Stadium Pre-supurasi

35
Pada stadium ini, terjadi pelebaran pembuluh darah di membran

timpani, yang ditandai oleh membran timpani mengalami hiperemis, edema

mukosa dan adanya sekret eksudat serosa yang sulit terlihat. Hiperemis

disebabkan oleh oklusi tuba yang berpanjangan sehingga terjadinya invasi

oleh mikroorganisme piogenik. Proses inflamasi berlaku di telinga tengah

dan membran timpani menjadi kongesti. Stadium ini merupakan tanda

infeksi bakteri yang menyebabkan pasien mengeluhkan otalgia, telinga rasa

penuh dan demam. Pendengaran mungkin masih normal atau terjadi

gangguan ringan, tergantung dari cepatnya proses hiperemis. Hal ini terjadi

karena terdapat tekanan udara yang meningkat di kavum timpani. Gejala-

gejala berkisar antara dua belas jam sampai dengan satu hari.

Gambar 13. Membran Timpani Hiperemis


c. Stadium Supurasi
Stadium supurasi ditandai oleh terbentuknya sekret eksudat purulen

atau bernanah di telinga tengah dan juga di sel-sel mastoid. Selain itu

edema pada mukosa telinga tengah menjadi makin hebat dan sel epitel

superfisial terhancur. Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani


36
menyebabkan membran timpani menonjol atau bulging ke arah liang telinga

luar.
Pada keadaan ini, pasien akan tampak sangat sakit, nadi dan suhu meningkat serta rasa

nyeri di telinga bertambah hebat. Pasien selalu gelisah dan tidak dapat tidur nyenyak. Dapat

disertai dengan gangguan pendengaran konduktif. Pada bayi demam tinggi dapat disertai

muntah dan kejang.


Stadium supurasi yang berlanjut dan tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan

iskemia membran timpani, akibat timbulnya nekrosis mukosa dan submukosa membran

timpani. Terjadi penumpukan nanah yang terus berlangsung di kavum timpani dan akibat

tromboflebitis vena-vena kecil, sehingga tekanan kapiler membran timpani meningkat, lalu

menimbulkan nekrosis. Daerah nekrosis terasa lebih lembek dan berwarna kekuningan atau

yellow spot.
Keadaan stadium supurasi dapat ditangani dengan melakukan miringotomi. Bedah kecil

ini kita lakukan dengan menjalankan insisi pada membran timpani sehingga nanah akan keluar

dari telinga tengah menuju liang telinga luar. Luka insisi pada membran timpani akan menutup

kembali, sedangkan apabila terjadi ruptur, lubang tempat perforasi lebih sulit menutup kembali.

Membran timpani mungkin tidak menutup kembali jikanya tidak utuh lagi.

Gambar 14. Membran timpani bulging dengan pus

purulen
d. Stadium Perforasi
Stadium perforasi ditandai oleh ruptur membran timpani

sehingga sekret berupa nanah yang jumlahnya banyak akan mengalir dari telinga tengah ke

liang telinga luar. Kadang-kadang pengeluaran sekret bersifat pulsasi (berdenyut). Stadium ini

37
sering disebabkan oleh terlambatnya pemberian antibiotik dan tingginya virulensi kuman.

Setelah nanah keluar, anak berubah menjadi lebih tenang, suhu tubuh menurun dan dapat

tertidur nyenyak.
Jika mebran timpani tetap perforasi dan pengeluaran sekret atau nanah tetap berlangsung

melebihi tiga minggu, maka keadaan ini disebut otitis media supuratif subakut. Jika kedua

keadaan tersebut tetap berlangsung selama lebih satu setengah sampai dengan dua bulan, maka

keadaan itu disebut otitis media supuratif kronik.

Gambar 15. Membran timpani perforasi

5. Stadium Resolusi
Keadaan ini merupakan stadium akhir OMA yang diawali dengan berkurangnya dan

berhentinya otore. Stadium resolusi ditandai oleh membran timpani berangsur normal hingga

perforasi membran timpani menutup kembali dan sekret purulen akan berkurang dan akhirnya

kering. Pendengaran kembali normal. Stadium ini berlangsung walaupun tanpa pengobatan,

jika membran timpani masih utuh, daya tahan tubuh baik, dan virulensi kuman rendah.

38
Apabila stadium resolusi gagal terjadi, maka akan berlanjut menjadi otitis media

supuratif kronik. Kegagalan stadium ini berupa perforasi membran timpani menetap, dengan

sekret yang keluar secara terus-menerus atau hilang timbul.


Otitis media supuratif akut dapat menimbulkan gejala sisa berupa otitis media serosa.

Otitis media serosa terjadi jika sekret menetap di kavum timpani tanpa mengalami perforasi

membran timpani.

Diagnosis

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut:

Penyakitnya muncul mendadak (akut)

Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di

telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

o menggembungnya gendang telinga

o terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

o adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

o cairan yang keluar dari telinga

Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya

salah satu di antara tanda berikut:

o kemerahan pada gendang telinga

39
o nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Anak dengan OMA dapat mengalami nyeri telinga atau riwayat menarik-narik daun telinga

pada bayi, keluarnya cairan dari telinga, berkurangnya pendengaran, demam, sulit makan,

mual dan muntah, serta rewel.Namun gejala-gejala ini (kecuali keluarnya cairan dari

telinga) tidak spesifik untuk OMA sehingga diagnosis OMA tidak dapat didasarkan pada

riwayat semata.

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk

membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut.2,3

Tabel 2.Perbedaan OMA dan otitis media dengan efusi.

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan efusi

Nyeri telinga, demam, rewel + -


Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang menggembung +/- -
Gerakan gendang berkurang + +
Berkurangnya pendengaran + +

Penatalaksanaan

Gunakan 5 kombi-nasi obat


1. Antibiotik
2. Antiinflamasi
3. Dekongestan
40
Semprot hidung juga dapat di gunakan sebagai dekongestan untuk membuka
tuba
4. Anti histamine
5. Stroid
Manuver valasava Negatif
Jika sudah sampai Otitis Media Serosa pasang pipa ventilasi

Deferensial Diagnosa Oklusi Tuba

1. OMA Stadium oklusi tuba


2. Otitis Media serosa
3. Tuli Konduksi

Otitis Media Supuratif Kronis

Definisi
Suatu radang kronis telinga tengah dengan perforasi membran timpani dan riwayat

keluarnya sekret dari telinga (otorea) lebih dari 2 bulan, baik terus menerus atau hilang

timbul. Sekret mungkin encer atau kental, bening atau berupa nanah.

Klasifikasi

1. Tipe tubotimpani = tipe jinak = tipe aman


Penyakit tubotimpani ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dan terbatas pada

mukosa saja, biasanya tidak terkena tulang.

41
Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba eustachius, infeksi

saluran atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan

tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat

perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous. Sekret mukoid kronis

berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari mukosa telinga tengah pada tipe

respirasi dan muko siliar yang jelek.


Secara klinis penyakit tubotimpani terbagi berdasarkan aktivitas sekret yang dikeluar:
a. Penyakit aktif
- OMSK dengan sekret yang keluar dari kavum timpani secara aktif
b. Penyakit tidak aktif (tenang )
- Keadaan kavum timpani terlihat basah atau kering
2. Tipe atikoantral = tipe ganas = tipe tidak aman = tipe tulang
Pada tipe ini ditemukan adanya kolesteatom dan berbahaya. Penyakit atikoantral lebih sering

mengenai pars flaksida dan khasnya dengan terbentuknya kantong retraksi yang mana

bertumpuknya keratin sampai menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa

amorf, konsistensi seperti mentega, berwarna putih, terdiri dari lapisan epitel bertatah yang

telah nekrotik
Bentuk perforasi membran timpani adalah :
1. Perforasi sentral : Lokasi pada pars tensa, bisa antero-inferior, postero-inferior dan postero-

superior, kadang-kadang sub total.

Gambar 16. Membran timpani Perforasi Sentral

42
2. Perforasi marginal : Terdapat pada pinggir membran timpani dengan adanya erosi dari anulus

fibrosus. Perforasi marginal yang sangat besar digambarkan sebagai perforasi total. Perforasi

pada pinggir postero-superior berhubungan dengan kolesteatom.

Gambar 17. Membran timpani perforasi marginal

3. Perforasi atik : Terjadi pada pars flasida, berhubungan dengan primary acquired

cholesteatoma.

Gambar 18. Membran timpani perforasi atik

Etiologi

43
Terjadi OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang

dimulai setelah dewasa. Faktor infeksi biasanya berasal dari nasofaring (adenoiditis,

tonsilitis,rinitis, sinusitis), mencapai telinga tengah melalui tuba Eustachius. Fungsi tuba

Eustachius yang abnormal merupakan faktor predisposisi yang dijumpai pada anak dengan cleft

palate dan Downs syndrom. Adanya tuba patulous, menyebabkan refluk isi nasofaring yang

merupakanfaktor insiden OMSK yang tinggi di Amerika Serikat. Faktor host yang berkaitan

dengan insiden OMSK yang relatif tinggi adalah defisiensi immun sistemik. Kelainan humoral

dan cell mediated dapat bermanifestasi sebagai sekresi cairan telinga kronis. 7,9
Penyebab OMSK antara lain:
Lingkungan
Hubungan penderita OMSK dan faktor sosial ekonomi belum jelas, tetapi mempunyai

hubungan erat antara penderita dengan OMSK dan sosioekonomi, dimana kelompok

sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi.Tetapi sudah hampir dipastikan hal ini

berhubungan dengan kesehatan secara umum, diet, tempat tinggal yang padat.
Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK

berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel

udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini

primer atau sekunder.


Otitis media sebelumnya.
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut dan /

atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa yang menyebabkan satu telinga

dan bukan yang lainnya berkembang menjadi keadaan kronis


Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah hampir tidak bervariasi pada

otitis media kronik yang aktif menunjukan bahwa metode kultur yang digunakan adalah tepat.

44
Organisme yang terutama dijumpai adalah Gram- negatif, flora tipe-usus, dan beberapa

organisme lainnya.
Infeksi saluran nafas atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas.Infeksi

virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh

terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan

pertumbuhan bakteri.Organisme-organisme dari meatus auditoris eksternal termasuk

Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.proteus, B. coli dan Aspergillus.Organisme dari

nasofaring diantaranya Streptococcus viridans.

Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media

kronis.
Gangguan fungsi tuba auditiva.
Pada otitis kronis aktif, dimana tuba eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal

ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui. Pada telinga yang inaktif

berbagai metode telah digunakan untuk mengevaluasi fungsi tuba eustachius dan umumnya

menyatakan bahwa tuba tidak mungkin mengembalikan tekanan negatif menjadi normal.
Beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perforasi membran timpani menetap pada OMSK :
Infeksi yang menetap pada telinga tengah mastoid yang mengakibatkan produksi sekret

telinga purulen berlanjut.


Berlanjutnya obstruksi tuba auditiva yang mengurangi penutupan spontan pada perforasi.
Beberapa perforasi yang besar mengalami penutupan spontan melalui mekanisme

migrasiepitel.
Pada pinggir perforasi dari epitel skuamous dapat mengalami pertumbuhan yang cepat diatas

sisi medial dari membran timpani. Proses ini juga mencegah penutupan spontan dari perforasi.
Diagnosis
Otorrhea

45
Sekret bersifat purulen ( kental, putih) atau mukoid ( seperti air dan encer) tergantung

stadium peradangan. Sekret yang mukus dihasilkan oleh aktivitas kelenjar sekretorik telinga

tengah dan mastoid. Pada OMSK tipe jinak, cairan yang keluar mukopus yang tidak berbau

busuk yang sering kali sebagai reaksi iritasi mukosa telinga tengah oleh perforasi membran

timpani dan infeksi. Keluarnya secret biasanya hilang timbul.Meningkatnya jumlah sekret dapat

disebabkan infeksi saluran nafas atas atau kontaminasi dari liang telinga luar setelah mandi atau

berenang.
Pada OMSK stadium inaktif tidak dijumpai adannya sekret telinga. Sekret yang sangat

bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya.

Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap.Pada OMSK tipe ganas unsur

mukoid dan sekret telinga tengah berkurang atau hilang karena rusaknya lapisan mukosa secara

luas.Sekret yang bercampur darah berhubungan dengan adanya jaringan granulasi dan

polip telinga dan merupakan tanda adanya kolesteatom yang mendasarinya.Suatu sekret yang

encer berair tanpa nyeri mengarah kemungkinan tuberculosis.


Otalgia
Nyeri tidak lazim dikeluhkan penderita OMSK, dan bila ada merupakan suatu tanda yang

serius.Pada OMSK keluhan nyeri dapat karena terbendungnya drainase pus.Nyeri dapat berarti

adanya ancaman komplikasi akibat hambatan pengaliran sekret, terpaparnya durameter atau

dinding sinus lateralis, atau ancaman pembentukan abses otak.Nyeri telinga mungkin ada

tetapi mungkin oleh adanya otitis eksterna sekunder. Nyeri merupakan tanda berkembang

komplikasi OMSK seperti Petrositis, subperiosteal abses atau trombosis sinus lateralis
Gangguan pendengaran
Tergantung dari derajat kerusakan tulang-tulang pendengaran.Biasanya dijumpai tuli konduktif

namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran mungkin ringan sekalipun proses

patologi sangat hebat, karena daerah yang sakit ataupun kolesteatom, dapat menghambat bunyi

46
dengan efektif ke fenestra ovalis. Apabila tidak dijumpai kolesteatom, tuli konduktif kurang

dari 20 db ini ditandai bahwa rantai dari tulang pendengaran masih baik.Kerusakan dan

fiksasi dari rantai tulang pendengaran menghasilkan penurunan pendengaran lebih dari 30

db.Beratnya ketulian tergantung dari besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan

dan mobilitas sistem pengantaran suara ke telinga tengah.Pada OMSK tipe maligna biasanya

didapat tuli konduktif berat karena putusnya rantai tulang pendengaran, tetapi sering kali juga

kolesteatom bertindak sebagai penghantar suara sehingga ambang pendengaran yang didapat

harus diinterpretasikan secara hati-hati.

Pemeriksaan
Otoskopi
Diagnosis OMSK terutama pada verifikasi dari perforasi membran timpani yang mungkin

disertai keluarnya cairan. Ini dapat dilakukan dengan membersihkan liang telinga dari obstruksi

serumen, debris, benda asing, ataupun cairan, dengan tujuan memvisualisasikan membran

timpani. Letak perforasi sangat penting untuk diidentifikasi karena dapat menentukan tipe dari

OMSK. OMSK tipe aman = mukosa = benigna adalah dengan peradangan terbatas pada

mukosa sahaja, dan perforasi terletak di sentral. OMSK tipe ini jarang menimbulkan komplikasi

berbahaya dan tidak terjadi kolesteatoma. Pada OMSK tipe bahaya= tulang = maligna, dapat

disertai dengan kolesteatoma. Dan perforasi biasanya mengenai bagian marginal atau atik.

Sering terjadi komplikasi fatal pada OMSK tipe maligna.7


Audiometri
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif.Tapi

dapat pula dijumpai adanya tuli sensotineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak

perforasi membran timpani serta keutuhan dan mobilitas sistim penghantaran suara di telinga

tengah.Pada penderita OMSK ditemukan tuli sensorineural yang dihubungkan dengan difusi
47
produk toksin ke dalam skala timpani melalui membran fenstra rotundum, sehingga

menyebabkan penurunan ambang hantaran tulang secara temporer/permanen yang pada fase

awal terbatas pada lengkung basal kohlea tapi dapat meluas kebagian apeks kokhlea.
Evaluasi audiometri penting untuk menentukan fungsi konduktif dan fungsi

koklea.Dengan menggunakan audiometri nada murni pada hantaran udara dan tulang serta

penilaian tutur, biasanya kerusakan tulang-tulang pendengaran dapat diperkirakan, dan bisa

ditentukan manfaat operasi rekonstruksi telinga tengah untuk perbaikan pendengaran.

Gambar 19. Alur Penatalaksanaan OMSK

Komplikasi

48
1. Gangguan pendengaran persisten
2. Otitis Media Serosa

Otitis Media Non-Supuratif

Otitis media non supuratif atau nama lainnya otitis media serosa,

otitis media musinosa, otitis media effusi, otitis media sekretoria, otitis

media mucoid (glue ear). Otitis media non supuratif adalah suatu

keadaan pada telinga tengah yang ditandai dengan terdapatnya secret

yang nonpurulen dengan membrane timpani masih utuh tanpa dsertai

gejala-gejala perandangan.Jika terdapat cairan ditelinga tengah dengan

membrane timpani utuh tanpa ada tanda-tanda infeksi disebut juga

sebagai otitis media dengan efusi. Apabila cairan efusinya encer ia

dipanggil juga otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental

seperti lem ia disebut sebagai otitis media mukoid (glue ear).2


Otitis media serosa dapat terjadi disebabkan beberapa faktor berikut :6

1. Gangguan fungsi tuba eustachius yang dapat disebabkan oleh :

Adenoid hipertrofi
Adenoitis
Sumbing palatum
Kronik rhinitis dan sinusitis
Tonsillitis kronik : pembesaran tonsil secara mekaniknya akan

menganggu pergerakkan soft palate dan akhirya menyebabkan

gangguan pada pembukaan tuba eustachius.


Tumor di nasopharynx
Barotrauma
49
2. Allergi

Reaksi allergi menyebabkan edema pada mukosa tuba sehingga terjadi

penyumbatan.Ia juga menyebabkan meningkatnya aktiviti sekresi dari

kelenjer di mukosa telinga tengah dan tuba esutachius.

3. Unresolved otitis media

Pengobatan antibiotic yang tidak adekuat pada penderita otitis

media supuratif akut menyebabkan inaktivasi infeksi tetapi tidak

menyembuhkan secara sempurna. Akan terdapat sisa infeksi dari kuman

jenis grade yang rendah didalam telinga sehingga kuman ini

merangsang mukosa untuk menghasilkan cairan dalam jumlah yang

banyak. Jumlah sel goblet dan kelenjar mucus juga meningkat.

4. Infeksi virus

Berbagai jenis virus pada saluran pernafasan atas dapat menginvasi

telinga tengah dan merangsang peningkatan produksi sekret.2,6


Dalam kondisi normal, mukosa telinga tengah dalam secara

konstan mengeluarkan sekret yang akan dipindahkan oleh mukosiliari

kedalam nasopharynx melalui tuba eustachius. Terdapatnya gangguan

pada fungsi tuba menyebabkan sekret tidak dapat keluar sehingga

menumpuk didalam telinga tengah. Pada dasarnya mekanisme

terbentuknya OME disebabkan oleh :


50
1. Kegagalan fungsi tuba

Kegagalan fungsi tuba auditiva akan menghambar proses aerasi

yaitu pertukaran udara didalam telinga tengah dan juga proses

menalirkan cairan dari telinga ke hidung juga terhambat.

2. Peningkatan produksi sekret dalam telinga tengah

Hasil biopsy mukosa telinga tengah pada penderita kasus OME

didapatkan peningkatan jumlah sel yang menghasilkan mucus atau

serosa.
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis

media serosa akut dan otitis media serosa kronik.2,6

1. Otitis media serosa akut

Otitis media akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah

secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan

akut ini dapat disebabkan oleh :2


Sumbatan tuba yaitu pada keadaan tersebut terbentuknya cairan

ditelinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba secara tiba-iba

seperti pada barotrauma.


Virus : terbentuknya cairan ditelinga tengah yang berhubungan

dengan infeksi virus pada jalan napas atas.


Allergi
Idiopatik
Antara gejala klinik adalah:
Gejala yang menonjol ialah pendengaran yang semakin berkurang
Rasa tersumbat pada telinga
51
Suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga yang

sakit (diplacussis binauralis)


Kadang-kadang terasa seperti terdapat cairan yang bergerak dalam

telinga pada saat posisi kepala berubah


Rasa sedikit nyeri dalam teinga dapat timbul pada saat awal tuba

terganggu, yang menyebabkan timbul tekanan negative pada teliga

tengah seperti pada penderita barotrauma, tetapi setelah sekret

terbentuk nyeri akan hilang secara pelan-pelan. Rasa nyeri dalam

telinga tidak akan timbul jika penyebab OME adalah virus atau allergi.
Tinnitus vertigo atau pusing kadang-kadang ada tetapi dalam bentuk

yang ringan.
Pada pemeriksaan otoskopi terlihat membrane timpani retraksi.

Membran timpani kelihatan suram dan opak dengan berkurangnya reflex

cahaya. Kadang-kadang ditemukan gelembung udara atau permukaan

cairan dalam kavum timpani. Pada uji garputala : pada pemeriksaan

garpu tala dapat ditemukan tuli konduktif.

Gambar 20. Otitis Media Serosa Akut

52
53
Gambar 21. Otitis Media

Serosa Kronis

Pengobatan otitis media serosa akut terdiri daripada :


a. Medika mentosa :
Pengobatan medical dapat diberikan obat vasokonstriktor local (tetes

hidung), diberikan obat antihistamin, serta pasar valsalva jika tidak

terdapat tanda-tanda infeksi dijalan napas atas.


b. Pembedahan :
Indikasi pembedahan pada otitis media serosa akut adalah apabila

setelah pengobatan secara medika mentosa selama 1 atau 2 minggu

tetapi gejala masih menetap.Tindakan yang pertama adalah melakukan

miringitomi dan bila masih belum sembuh maka dilakukankan

miringitomi bererta pemasangan pipa ventilasi (grommet).

2. Otitis media serosa kronik (glue ear)

54
Beda antara otitis media serosa akut dengan otitis media serosa

kronik ialah pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa

akut sekret terjadi secara tiba-tiba ditelinga tengah dengan disertai rasa

sakit pada telinga sedangkan pada keadaan kronis sekret terbentuk

secara bertahap tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga

yang berlangsung lama.


Prevalensi otitis media serosa kronik sering terjadi pada anak-anak

manakala otitis media serosa akut lebih sering pada terjadi pada orang

dewasa. Otitis media serosa yang unilateral pada orang dewasa tanpa

penyebab yang jelas harus selalu dipikirkan kemungkinan adanya

karsinoma nasopharynx.
Sekret pada otitis media kronik dapat kental seperti lem maka ia

sering disebut glue ear. Selain itu ia juga sering terjadi sebagai gejala

sisa dari otitis media akut yang tidak sembuh sempurna.Gejala klinis

biasanya perasaan tuli yang menonjol (40-50dB) oleh kerana adanya

sekret kental atau glue ear.Pada pemeriksaan otoskopi terlihat

membrane timpani masih utuh, retraksi, suram, berwarna kuning

kemerahan atau keabu-abuan.


Pengobatan otitis media kronik adalah:
a. Medika mentosa :
Pada kasus yang masih baru dapat diberikan dekongestan tetes hidung

serta kombinasi anti histamine. Dekongestan peroral kadang-kadang

bias berhasil. Pengobatan akan dilanjutkan selama 3 bulan bila tidak

berhasil barulah dilakukan tindakan operasi. Disamping itu iuga pasien


55
haruslah diobservasi untuk dinilai serta diobati faktor-faktor penyebab

seperti alergi, pembesaran adenoid atau tonsil, infeksi hidung atau

sinus.
b. Pembedahan :
Mengeluarkan sekret dengancara miringitomi dan memasang pipa

ventilasi (grommet).
Antara komplikasi pada kelainan otitis media efusi adalah:
Infeksi telinga akut
Kista di telinga tengah
Kerusakan permanen dari telinga dengan hilang fungsi

pendengaran yang parsial atau sebahagian atau seluruhnya


Terbentuk skar pada membrane timpani (timpanosklerosis)
Kesulitan berbicara dan berbahasa
Kolesteatoma

56
BAB III
Penutup
III.1 Kesimpulan

Tuba auditiva adalah bagian dari telinga tengah yang berupa saluran

yang menghubungkan cavum tympani dan nasofaring. Dari muara tuba

pada cavum tympani menuju ke muara tuba di nasofaring berjalan ke

arah inferomedial. Tuba eustachius ini dibagi menjadi: pars osseus dan

pars cartilaginea.

Fungsi dari tuba auditiva adalah menjaga agar tekanan pada cavum

tympani sama dengan tekanan pada dunia luar dan menjamin ventilasi

udara dari cavum tympani. Tuba biasanya dalam keadaan tertutup dan

baru terbuka apabila oksigen diperlukan masuk ke telinga tengah atau

pada saat mengunyah, menelan dan menguap. Pembukaan tuba dibantu

oleh otot tenso veli palatini apabila terdapat perbedaan tekanan.

57
Disfungsi Tuba auditiva merupakan suatu keadaan terbloknya tuba

eustachius atau tidak bisa terbuka secara baik, terbuka abnormal,

myoklonus palatal, palatoskisis, dan obstruksi tuba. Saat udara tidak

dapat masuk ke dalam telinga tengah, tekanan udara di luar membran

timpani lebih besar dibandingkan tekanan udara di telinga tengah

sehingga mendorong membran timpani masuk ke dalam. Membran

timpani menjadi tegang dan tidak bergetar dengan baik ketika dilalui

oleh gelombang suara.

IV. Penutup

Telah dibacakan sebuah tinjauan kepustakaan tentang Oklusi Tuba

dan dibahas mengenai definisi, etiologi, epidemiologi, patofisiologi,

gejala klinis, cara mendiagnosis, dan penatalaksanaan, diharapkan

pembahasan tinjauan kepustakaan ini bisa bermanfaat bagi semua pihak

dalam mengembangkan wawasan dalam ilmu pengetahuan.

58
DAFTAR PUSTAKA

1. Ganong, William. Pendengaran dan keseimbangan. Buku Ajar Fisiologi

Kedokteran. 22nd ed. Jakarta: EGC; 2008.p. 79-85.

2. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Gangguan fungsi tuba eustachius. Kelainan

telinga tengah. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2007.p. 64-5.

3. Jane NZ. Middle ear barotrauma. In Principles and practice of travel

medicine. 2nd ed. UK: John Wiley & Sons Ltd; 2013. p.370-1.

4. Mohammad M,Suhail M. Nonsuppurative otitis media and otitic barotrauma.

In Textbook of ear, nose and throat diseases.12 thed. New Delhi: JP Medical

Ltd; 2013.p.58-60.

5. Alpen A.Patel. patology of eustachian tube treatment and management. e-

medicine (serial online) 2013 Mei 29 (cited 2013 Oct 30). Available from:

URL:http://emedicine.medscape.com/article/858909-

treatment#a1128

6. Dhingra. Disorder of middle ear. In:Diseases of ear, nose and throat. 4 th

Edition. Reed Elsevier; India : 2007.p. 59-65.

59
7. Djaafar, Zainul, Helmi, Ratna R. Otitis media supuratif kronis. Kelainan

telinga tengah, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala

Dan Leher. 6th ed. Jakarta: Balai Penerbit FK-UI; 2007.p. 69-74.

8. Acuin J. Chronic suppurative otitis media: Burden of illness and management

options. Geneva: World Health Organization; 2004

60

Anda mungkin juga menyukai