Anda di halaman 1dari 33

METODE PELAKSANAAN

Pembangunan Nama Paket Pekerjaan Tahun 2016

A. PENDAHULUAN
Proyek Pembangunan Nama Paket Pekerjaan Tahun 2016 ini merupakan
Pekerjaan yang dibiayai dari sumber pendanaan DAU Kota TersebutTahun
Anggaran 2016.
Jangka Waktu penyelesaian pekerjaan tersebut direncanakan berlangsung selama
150 (Seratus Lima Puluh) hari kalender atau setara 5 (Lima) bulan.

B. TAHAP PELAKSANAAN
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
Pekerjaan persiapan merupakan pekerjaan awal yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan proyek. Sebelumnya segala izin yang dibutuhkan sudah diurus, time
schedule telah dibuat, dan kontraktor telah memiliki Shop Drawing. Pekerjaan
persiapan yang dilakukan dalam proyek ini meliputi :
1. Pekerjaan Mobilisasi dan Demobilisasi
Mobilisasi bertujuan untuk mengadakan/ mendatangkan peralatan, personil,
dan perlengkapan untuk melaksanakan semua item pekerjaan di lapangan, dan
mengembalikan pada keadaan yang diinginkan sesuai dengan gambar kerja.
Dalam Pelaksanaan Proyek ini Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan yang
dilakukan terdiri dari:
Dump Truck/Truck/Pick up
Pompa Air
Concrete Mixer/Beton Molen
Vibrator
Mesin Las Listrik
Personil terdiri dari:
Site Manager
Tenaga Pelaksana
Tukang Beton
Tukang Besi
Tenaga Admnistrasi
Tenaga Logistik
Demobilisasi
Pekerjaan ini merupakan pekerjaan pengembalian dan pemindahan peralatan
yang telah dipergunakan. Dan mengembalikan kondisi lapangan yang telah
digunakan sebgai tempat penyimpanan alat, barak pekerja, gudang, dan lain
sebaginya kembali ke kondisi awal.
2. Pekerjaan Pengukuran dan Pembersihan Lapangan
Sebelum Pekerjaan dimulai terlebih dahulu dilakukan pembersihan lokasi dari
sampah, rumput, dan berbagai hal lain yang dapat menggangu pelaksanaan
pekerjaan. Pembersihan dilakukan dengan menggunakan bantuan alat cangkul,
arit, sapu korek, dll. Sampah-sampah yang dihasilkan dari pekerjaan ini
dikumpulkan di suatu tempat yang telah disetujui oleh pengawas, kemudian
baru diangkut dengan menggunakan dump truck untuk dibuang ke tempat
pembuangan sampah akhir.
Seiring pembersihan lokasi dibuat papan nama proyek, papan nama proyek ini
dipasang pada tempat yang mudah dilihat dengan mencantumkan data-data
proyek antara lain nama proyek, pekerjaan, lokasi, nilai proyek, waktu
pelaksanaan, pengawas pelaksana proyek, dll.
Setelah pekerjaan pembersihan lapangan selesai dilakukan, barulah dilakukan
pengukuran lokasi. Hal ini bertujuan untuk menentukan letak bangunan, elevasi
dan titik ikat (Bench Mark). Dalam pengukuran digunakan alat Theodolit dan
rambu ukur. Pengukuran ini dilakukan oleh seorang surveyor. Titik-titik yang
menjadi acuan ditandai dengan menggunakan patok. Patok terbuat dari kayu
bulat dengan panjang 1m yang ditancapkan kedalam tanah.
3. Pekerjaan Pemasangan Bowplank
Pekerjaan ini biasanya dilakukan seiring atau setelah pekerjaan pengukuran
dilakukan. Pemasangan Bouwplank (Pematokan) dilaksanakan bersama-sama
oleh Pihak Proyek, Perencana Pengawas, Pelaksana dan dibuat Berita Acara
Pematokan.
Bowplank terbuat dari papan yang bagian atasnya dipakukan pada patok kayu
persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat. Untuk menentukan
ketinggian papan bouwplank secara rata bagian atasnya dari papan bowplank
harus di waterpass (horizontal dan siku), sedangkan untuk mengukur dari titik
As ke As antar ruangan digunakan meteran. Setiap titik pengukuran ditandai
dengan paku dan dicat dengan cat merah dan ditulis ukuran pada papan
bouwplank agar mudah di cek kembali. Pemasangan papan bowplank
dilaksanakan pada jarak 1,5 m dari As sekeliling bangunan dan dipakukan pada
patok patok yang terlebih dahulu ditancapkan kedalam tanah.

Gambar Contoh pelaksanaan Pekerjaan Bouplank

4. Pembuatan Direksi Keet


Dalam pelaksanaan proyek ini Direksi Keet yang dibuat terdiri dari Kantor
ukuran 5x10m, Ruang rapat Ukuran 4x4m, gudang ukuran 6 x 10m, barak
pekerja ukuran 3x10m (2 Lantai), rumah genset, serta Toilet.
Untuk Ruang kantor dan ruang Rapat didalamnya dilengkapi meja, kursi,
gambar kerja, time schedule, struktur organisasi proyek, papan tulis, alat
pemadam kebakaran, buku tamu, buku direksi dan laporan harian proyek.
Ruang ini digunakan sebagai kantor sementara kontraktor dan dipakai sewaktu-
waktu perlu dilakukannya rapat kerja.
Barak kerja dibuat untuk tempat tinggal sementara tenaga kerja selama proyek
berlansung.
Gudang penyimpanan bahan ini dibuat untuk tempat bahan material yang
sifatnya untuk menjaga keselamatan dari bahan tersebut. Untuk Gudang
penyimpanan semen, tempatnyaharus baik sehingga terlindung dari
kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak. Lantai penyimpanan harus
kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.

Gambar Gudang Material

Letak direksikeet dibuat pada tempat yang mudah dijangkau dan mudah dicapai
dalam proses bongkar muat material yang akan digunakan.
5. Mobilisasi
Pembuatan Jalan Kerja Proyek ini dilakukan untuk mempermudah aksesibiltas
kendaraan yang masuk ke dalam lokasi proyek, sehingga pengangukatan
material dapat berjalan lancar. Jalan tersebut terbuat dari material timbunan
tanah yang dipadatkan. Jika cuaca panas dan permukaan jalan kering maka
dapat dilakukan pennyiraman dengan menggunakan water tanker. Pekerjaan ini
dilakukan beriringan dengan pekerjaan Direksi Keet.
Selain Pekerjaan diatas, ada hal lain yang perlu disampaikan kepada setiap
orang dilokasi proyek yaitu memberikan aturan bahwa setiap orang yang
berada di dalam lokasi proyek harus selalu memakai alat pelindung diri dan
Senantiasi mematuhi peraturan K3 yang ada di lokasi.

6. Pembongkaran
Pembongkaran meliputi pembongkaran dinding, beton, dan Atap. Pekerjaan ini
dilaksanakan dalam persiapan sebelum melakukan pekerjaan yang lain untuk
mempermudah pelaksanaan pekerjaan.
7. Pembuatan Papan Nama Kegiatan
Dalam pelaksanaan pekerjaan papan nama kegiatan di lokasi pekerjaan dengan
ukuran 0,60 x 0,90 m, cat dasar tiang menggunakan cat warna putih serta
tulisan dan logo menggunakan banner.

II. PEKERJAAN TANAH


1. Pekerjaan Galian Tanah Pondasi
Setelah pekerjaan Pendahuluan/Pesiapan, hal yang dilakukan selanjutnya yaitu
pekerjaan galian tanah pondasi. Galian tanah pondasi diperlukan untuk
perletakan pondasi plat.
Pengalian dilakukan sesuai dengan gambar rencana pondasi dan telah
mendapat persetujuan dari pengawas. Bidang horizontal galian tanah harus
mempunyai jarak yang lebih besar dari lebar pondasi, hal ini berfungsi untuk
memungkinkan pemasangannya, penopangan dan lain-lain. Kedalaman galian
harus sesuai dengan gambar rencana.
Tanah hasil galian ditumpuk ditempat yang telah ditentukan oleh pengawas,
karena tanah tersebut akan dipakai kembali.
2. Pekerjaan Urugan Pasir
Permukaan tanah yang sudah digali diatasnya diberikan pasir urug, kemudian
dipadatkan. Urugan pasir ini berfungsi untuk menstabilkan permukaan tanah
asli dan menyebarkan beban. Urugan Pasir dipadatkan perlapis hingga
mencapai ketebalan Urugan Pasir yang sesuai dengan gambar kerja dan
spesifikasi teknis yang ada.

3. Pekerjaan Urugan Sirtu


Urugan sirtu digunakan untuk pekerjaan leveling pada luar gedung seperti di
halaman. Disini lokasi urugan akan di urug sampai mencapai level yang sesuai
dengan gambar rencana.
4. Pekerjaan Urugan Tanah
Pekerjaan urugan tanah dilakukan setelah pondasi selesai dan telah mengeras.
Tanah hasil galian dikembalikan lagi, dan digunakan untuk menimbun pondasi.
Tanah tersebut dipadatkan lapis demi lapis baik dengan cara manual atau
menggunakan alat stamper.
Selain itu urugan tanah juga dilakukan pada permukaan lantai. Bagian lantai
yang perlu ditinggikan di urug dengan tanah urug. Tanah urug yang dipakai
dapat berasal dari hasil galian ataupun tanah urug yang didatangkan. Tanah
dihamparkan kemudian dipadatkan lapis demi lapis hingga didapatkan
kepadatan dan ketebalan yang sesuai dengan spesifikasi teknis.
5. Sumur Bor
Pembuatan sumur air tanah ini mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan
akan air bersih dalam memenuhi suplay air baku. Atas dasar survey geolistrik
yang telah dilakukan oleh pemilik proyek maka dapat disimpulkan daerah
tersebut dapat dilanjutkan untuk dilakukan pengeboran air tanah. Dalam tahap
awal yang perlu diperhatikan adalah mempersiapkan drilling dan peralatan
penunjang lainnya. Untuk pelaksanaan pekerjaan pemboran ini, menggunakan
peralatan pemboran adalah jenis hydrolist . Persiapan berfungsi untuk
mengurangi sedikit mungkin terjadinya kerusakan pada saat alat digunakan di
lokasi pemboran.
1. Lingkup Pekerjaan
Setelah semua peralatan telah disiapkan dilakukan persiapan lokasi
pemboran. Persiapan yang dilakukan sesuai dengan ketentuan umum dalam
pekerjaan pemboran antara lain:
Peralatan pemboran
Personil pemboran
Persiapan untuk bahan pemboran
Membuat kolam lumpur pemboran dengan ukuran yang disesuakan
dengan luas tempat kerja dan rencana kedalam pemboran.
2. Sistem pemboran
Sistem pemboran yang dilakukan dalam pekerjaan proyek ini adalah direct
sirculation dengan menggunakan lumpur pemboran, bentonite, bahan
additive (foam) bila memang diperlukan sebagai bahan pengangkat kotoran
atau cutting dan pelindung dinding sumur bor dari keruntuhan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini kedalaman sumur bor berfariasi tergantung
lokasi dan akuifer yang ada, Setelah persiapan selesai selanjutnya dibor dulu
untuk pemasangan casing dia 14 hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi
keruntuhan dinding. Selanjutnya pilot hole dengan diameter 8 5/8 dan
setelah dilakukan electric logging baru dilakukan pelebaran lubang 10 5/8
untuk pemasangan pipa casssing dan saringan diameter 6.
Disetiap lapisan dalam pemboran akan menembus jenis batuan yang
beragam mulai dari lempung, pasir, batu, batuan beku, boulder breksi atau
batuan vulkanik lainnya. Sebagai acuan dari kesuksesan dalam pelaksanaan
pemboran, cutting diambil setiap 1 (satu) meter kedalaman. Setiap contoh
batuan disimpan dalam sebuah lodong plastik dan diberi label sesuai dengan
kedalaman asalnya dan juga ditempatkan pada kotak contoh batuan untuk
mempermudah pemeriksaan (description). Contoh batuan harus bersih dari
lumpur pemboran.
Selain hasil cutting sebagai bahan acuan untuk menentukan letak saringan
juga dilakukan elektric logging. Dalam tahap ini bedasarkan cutting
pemboran di setiap meternya didescripsikan jenis batuannya. Gambar
konstruksi sementara yaitu penempatan kedalaman casing screen dilakukan
oleh kontraktor bersama-sama dengan konsultan dan pejabat pembuat
komitmen.
3. Konstruksi sumur
Pipa yang digunakan adalah pipa GIP Medium A 6 dan Stainless Steel Screen
dia 6 dengan sambungan antar pipa dengan menggunakan sistim las.
4. Grevel pack
Gravel pack adalah batuan kecil yang berukuran 2-3 mm dan berbentuk bulat
teratur dan biasanya diambil dari batuan sungai. Setelah pelaksanaan
konstruksi sumur langsung dilakukan atau pengisian grevel pack disisi pipa
sumur (antara lubang bor dengan sisi luar pipa) sampai kedalam kurang dari
10 m dari permukaan sumur. Tujuan pengisian Grevel Pack adalah untuk
memperkokoh kedudukan pipa konstruksi, penyaring air agar tidak langsung
masuk kedalam saringan karena air yang masuk bisa bercampur dengan
batuan kecil atau pasir
5. Pencucian sumur
Pencucian sumur bertujuan untuk membersihkan dinding sumur dari sisa
lumpur pemboran agar akuifer yang tertembus tidak terganggu porisitasnya.
Dan agar semua benar-benar dalam keadaan bersih sebelum dipasang
pompa.
Pencucian sumur dilakukan dengan cara air lifting atau water jetting yang
sesuai dengan batuan sumur.
6. Pumping test
Pada sumur produksi yang telah selesai, dilakukan dengan pemompaan uji
yang dilaksanakan sesuai kontrak kerja. Pencatatan data dilakukan dengan
format yang telah disesuaikan oleh pejabat pembuat komitmen.
7. Analisa kualitas air
Contoh air diambil dari sumur produksi yang telah diselesaikan setelah
pemompaan uji berjalan selama minimal 72 jam dan dilakukan analisa kimia
air untuk direkomendasikan.
8. Pemulihan lokasi pemboran
Setelah pekerjaan pemboran selesai, dilaksanakan pekerjaan pemulihan
lokasi seperti semula. Setelah semua pekerjaan dilakukan pembersihan lokasi
dan uji test untuk semua peralatan yang terpasang dengan disaksikan oleh
semua pihak dan dilakukan berita acara serah terima. Selama peleksanaan
dibuat laporan harian, mingguan dan bulanan dan pada akhir pekerjaan
dibuat final report dan setiap momen kegiatan dilakukan pengambilan
documentasi foto.

III. PEKERJAAN PASANGAN


1. Pasangan Pondasi Batu Kali
A. Umum
1) Uraian
a) Pekerjaan meliputi pemasokan semua bahan, penyiapan pondasi dan
seluruh pekerjaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pasangan
batu sesuai dengan Spesifikasi ini dan memenuhi garis, ketinggian,
potongan dan dimensi seperti yang ditunjukkan dalam gambar atau
sebagaimana yang diperintahkan secara tertulis oleh MK.
b) Penerbitan Detil Pelaksanaan
Detil pelaksanaan untuk pasangan batu yang tidak disertakan dalam
Dokumen Kontrak pada saat pelelangan akan diterbitkankan oleh MK
sebelum memulai pelaksanaan.
B. Bahan
1) Batu
a) Batu bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari
jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu dibentuk untuk
menghilangkan bagian yang tipis atau lemah.
b) Batu rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan
saling mengunci bila dipasang bersama-sama.
c) Terkecuali diperintahkan lain oleh MK, batu memiliki ketebalan yang
tidak kurang dari 15 cm, lebar tidak kurang dari satu setengah kali
tebalnya dan panjang yang tidak kurang dari satu setengah kali
lebarnya.
2) Adukan
a) Adukan haruslah adukan semen dan pasir yang memenuhi syarat
sesuai standard yang berlaku untuk semen dan aggregate halus
(mengacu pada : Bab 3. Seksi 3a dan 3b Pekerjaan Struktur Beton di
spesifikasi ini).. Campuran adukan berupa 1 bagian semen dan 5
bagian pasir.
b) Untuk permukaan bagian luar dari pasangan batu di areal Ruang
Kuliah dan Laboratorium/Perpustakaan permukaan pasangan batu
diplester minimum tebal 23 cm dan diberi acian sehingga
permukaan terlihat mulus dan usahakan tidak mengalami keretakan
permukaan.
C. Pelaksanaan Pasangan Batu
1) Persiapan Pondasi
Pondasi untuk struktur pasangan batu disiapkan sesuai dengan syarat
(lihat Seksi .5, Galian).
2) Pemasangan Batu
a. Pekerjaan pondasi batu kali ini meliputi seluruh detail yang disebutkan
dalam gambar.
b. Pada bagian bawah pondasi diisi dengan pasir urug dan disiram air
hingga padat dan rata, ukuran disesuaikan dengan gambar.
c. Sebelum pemasangan pondasi batu kali perlu dilakukan pemasangan
batu kali kosong ( aanstampeng ) dengan ketebalan yang telah
ditetapkan pada gambar.
d. Pasangan pondasi batu kali dengan perekat 1 pc : 5 ps.
e. Celah celah yang besar antar batu diisi dengan kricak yang dicocok
padat.
2. Pekerjaan Pasangan bata
Pekerjaan ini meliputi pemasangan kansteen, rollag dan drainase.
A. Bahan
1) Bahan dinding untuk bagian dalam bangunan dan dinding luar bangunan
batu bata merah biasa yang dipakai mengalami pembakaran sampai
matang, bila direndam didalam air tetaputuh, tidak pecah atau hancur.
Ukuran tebal batu bata dapat disesuaikan dengan tebal pasangan akhir
(finish) yang disyaratkan dalam gambar. Batu bata ringan ataupun jenis
lainnya dapat digunakan untuk pasangan jika disetujui oleh Manajemen
Konstruksi. Sebelum pekerjaan dimulai, memberikan contoh bahan
kepada Manajemen Konstruksi Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya. Contoh batu bata yang telah disetujui disimpan di
kantor proyek. Apabila bahan yang datang tidak sesuai dengan contoh
yang telah disetujui, maka Manajemen Konstruksi /Pengawas berhak
menolak bahan tersebut dan segera mengeluarkan bahan tersebut dari
lokasi proyek dalam waktu 2 kali 24 jam.
2) Bahan untuk campuran siar bata
Bahan yang dipakai memakai pasir dan semen dengan perbandingan 1: 5.
B. Pelaksanaan
1) Sebelum batu bata dipasang, batu bata tersebut direndam dalam air
sampai gelembung udara tidak terlihat lagi. Batu bata yang dipasang
utuh, kecuali untuk pasangan sudut dapat memakai batu bata
pecahan.
2) mengerjakan pengukuran bangunan (uitzet) secara teliti dan sesuai
gambar.
3) Pada semua pasangan bata 1/2 batu, satu sama lain dapat mengikat
dengan sempurna, tidak dibenarkan menggunakan batu bata pecahan
kecuali untuk pasangan sudut/las-lasan.
4) Pada pasangan batu bata 1 batu dan pasangan yang lebih tebal
disusun sesuai dengan petunjuk/peraturan yang seharusnya.
5) Pada tiap pertemuan tegak lurus terdapat ikatan pemasangan yang
sempurna kecuali di tiap-tiap pertemuan.
6) Semua pasangan baru, dijaga tidak terkena sinar matahari langsung
dan Pihak Kami menyediakan karungkarung yang digunakan untuk
menutup pasangan serta keadaannya basah, selain karung goni, juga
dapat digunakan kajang bogor atau lainnya untuk menutup pasangan
tersebut.
3. Pekerjaan Pasangan Dinding Bata
A. Lingkup pekerjaan
Meliputi pengadaan bahan dan pemasangan dinding sisi dalam/luar
bangunan dan dinding pembatas ruangan, penebalan dinding, pagar atau
sesuai gambar.
B. Bahan
1) Bahan dinding untuk bagian dalam bangunan dan dinding luar
bangunan
Batu bata merah biasa yang dipakai mengalami pembakaran sampai
matang, bila direndam didalam air tetap utuh, tidak pecah atau hancur.
Ukuran tebal batu bata dapat disesuaikan dengan tebal dinding akhir
(finish) yang disyaratkan dalam gambar. Batu bata ringan ataupun jenis
lainnya dapat digunakan untuk dinding jika disetujui oleh Manajemen
Konstruksi. Sebelum pekerjaan dimulai, memberikan contoh bahan
kepada Manajemen Konstruksi Pengawas untuk dimintakan
persetujuannya. Contoh batu bata yang telah disetujui disimpan di
kantor proyek. Apabila bahan yang datang tidak sesuai dengan
contoh yang telah disetujui, maka Manajemen Konstruksi /Pengawas
berhak menolak bahan tersebut dan segera mengeluarkan bahan
tersebut dari lokasi proyek dalam waktu 2 kali 24 jam.
2) Bahan untuk campuran siar bata
Bahan yang dipakai memakai pasir dan semen dengan perbandingan 1:
3 untuk pekerjaan pasangan bata trassram dan perbandingan 1 : 5
untuk pekerjaan pasangan bata biasa.

C. Pelaksanaan
1) Sebelum batu bata dipasang, batu bata tersebut direndam dalam air
sampai gelembung udara tidak terlihat lagi. Batu bata yang dipasang
utuh, kecuali untuk pasangan sudut dapat memakai batu bata
pecahan.
2) mengerjakan pengukuran bangunan (uitzet) secara teliti dan sesuai
gambar.
3) Selama 1 (satu) hari pemasangan dinding bata tidak boleh lebih dari
1 (satu) meter dan pengakhiran pemasangan pada satu hari dibuat
bertangga menurun dan tidak tegak bergigi, untuk menghindari
retaknya dinding dikemudian hari.
4) Pada semua pasangan bata 1/2 batu, satu sama lain dapat mengikat
dengan sempurna, tidak dibenarkan menggunakan batu bata pecahan
kecuali untuk pasangan sudut/las-lasan.
5) Pada pasangan batu bata 1 batu dan pasangan yang lebih tebal
disusun sesuai denganpetunjuk/peraturan yang seharusnya.
6) Pada tiap pertemuan tegak lurus terdapat ikatan pemasangan yang
sempurna kecuali di tiap-tiap pertemuan dimana ada tiang-tiang beton
yang merupakan bingkai.
7) Setiap pertemuan tegak lurus, terdapat ikatan pemasangan yang
sempurna, kecuali ditiap-tiap pertemuan dimana ada tiang-tiang beton
merupakan bingkai.
8) Bidang dinding yang luasnya lebih dari 10 m2 ditambah kolom dan
balok penguat (beton praktis) dengan ukuran 1 3x1 3 cm, pembesian
4 bh 10 mm, beugel (ring) 8 mm tiap jarak 15 cm.
9) Seluruh keliling kosen-kosen pintu dan jendela, diberi kolom dan
balok beton dengan ukuran 13x13 cm, pembesian 4 bh 10 mm,
beugel (ring) 8 mm tiap jarak 15 cm.
10)Semua pasangan baru, dijaga tidak terkena sinar matahari langsung
dan Pihak Kami menyediakan karungkarung yang digunakan untuk
menutup pasangan serta keadaannya basah, selain karung goni, juga
dapat digunakan kajang bogor atau lainnya untuk menutup pasangan
tersebut.
11)Pembuatan lubang pada pasangan dinding untuk steger sama sekali
tidak diperkenankan.
12)Bagian pasangan dinding yang berhubungan dengan setiap bagian
pekerjaan beton (kolom, balok, listplank beton dan lain-lain) diberi
stek-stek besi beton 10 mm jarak 60 cm, yang terlebih dahulu
ditanam dengan baik pada bagian kolom beton dan pada bagian yang
tertanam dalam pasangan batu bata sekurang-kurangnya 40 cm,
kecuali ditentukan lain oleh Manajemen Konstruksi/Pengawas,
pemasangan stek besi dilakukan sebelum beton dicor.
13)Di tempat yang akan terdapat kosen pintu, kosen jendela, lubang
ventilasi dan lain-lain, penempatan pasangan batu bata hendaknya
disesuaikan.
14) Lubang-lubang untuk instalasi listrik, plumbing, AC atau lain
lain dimana diperlukan adanya instalasi listrik, plumbing, AC dan
lain-lainnya, yang ditanam pada dinding, maka dibuat pahatan
secukupnya, pahatan tersebut setelah dipasang pipa ditutup dengan
adukan yang sama, bila pahatannya untuk diisi lebih dari 1 (satu)
pipa, lubang pahatan tersebut dibungkus kawat nyamuk.
4. Pekerjaan Plesteran dan Acian Dinding
A. Lingkup pekerjaan
1) Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyediaan tenaga kerja,
bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat-alat angkut
yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran dinding,
sehingga dapat dicapai hasil plesteran yang bermutu baik.
2) Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding,
kolom-kolom beton, balok-balok beton, listplank beton, serta bagian
lain yang diplester.
3) Plesteran boleh dikerjakan apabila seluruh instalasi jaringan listrik,
telepon, antenna TV, kabel data, AC, air bersih, air panas, air kotor/
bekas, air hujan, sudah selesai dipasang.
B. Bahan
Bahan yang dipakai untuk plesteran memakai bahan pasir dan semen
dengan komposisi perbandingan 1 : 5 untuk pekerjaan dinding bata.
C. Pelaksanaan
1) Permukaan dinding yang akan diplester dibersihkan dari kotoran,
debu, partikel lain.
2) Pencampuran menggunakan mesin mixer.
3) Pencampuran air secara bertahap dan diaduk sampai rata selama
3-4 menit.
4) Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan pasangan
telah selesai dipasang, kolom dan ring balok telah dicor, bobokan
untuk instalasi listrik (pipa), AC, instalasi air bersih dan instalasi
lainnya telah ditanam dalam dinding.
5) Dinding pasangan bata yang akan diplester, sebelumnya selalu disirami
air sampai jenuh selama 3 hari, agar adukan plesteran dapat melekat
dengan baik pada dinding.
6) Plesteran halus (acian) dapat dilaksanakan sesudah plesteran
berumur 8 hari (kering benar).
7) Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 100 cm, dipasang tegak
lurus dan menggunakan potongan kecil kayu plywood, untuk patokan
kerataan dinding, potongan plywood tersebut dilepas apabila kepala
plesteran telah mongering.
8) Ketebalan plesteran mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom
yang dinyatakan dalam gambar. Tebal plesteran 15-20 mm. Jika
ketebalan melebihi dari 2 cm diberi tambahan kawat ayam (wire
mesh), untuk memperkuat daya lekat plesteran.
9) Seluruh pertemuan bidang plesteran dengan keliling kosen dibuat tali
air ukuran 5 x 5 mm, atau 6 x 6 mm atau sesuai permintaan, hasil
pengerjaan lurus, rata, rapih, baik dan tidak bergelombang.
10)Untuk permukaan yang datar, mempunyai toleransi lengkung atau
cembung tidak melebihi 5mm untuk setiap jarak 200 cm. Jika melebihi,
berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Pihak
Kami.
11)Kelembaban plesterandijaga sehingga pengeringan berlangsung
wajar, tidak terlalu tiba-tiba danmembasahi permukaan plesteran
setiap kali terlihat kering dan dilindungi dari terik matahari langsung
dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara
cepat.
12)Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, atau
akibat lainnya, maka plesteran tersebut dibongkar dan diperbaiki
sampai dinyatakan dapat diterima oleh Manajemen
Konstruksi/Pengawas dengan biaya atas tanggungan Pihak Kami.
Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai penyedia selalu
menyiram dengan air sampai jenuh sekurang-kurangnya 1 kali sehari.
13) Sudut-sudut luar dinding : - Seluruh sudut vertical, dikerjakan
dengan baik, tegak dan lurus.
14)Pekerjaan finishing (pengecatan) dapat dilakukan apabila plesteran
telah berumur lebih dari 21 (dua puluh satu) hari, dan plesteran
tersebut sudah benar-benar dalam keadaan kering.
5. Pekerjaan Pemasangan Paving
Pemasangan paving menggunakan spesifikasi K-300 dan tinggi sesuai dengan
gambar rencana untuk tahapan pemasangan sebagai berikut:
A. Lapisan Subgrade
Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih dahulu,
sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang kita
perlukan untuk kemiringan Drainage (Water run off) yaitu minimal 1,5 %.
Subgrade atau lapisan tanah dasar tersebut harus kita padatkan dengan
kepadatan minimal 90 % MDD (Modified Max Dry Density) sebelum pekerjaan
subbase dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis yang kita butuhkan.
Ini sangat penting untuk kekuatan landasan area paving nantinya.
B. Lapisan Subbase
Pekerjaan lapisan subbase harus disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi
teknis yang kita butuhkan. Profil lapisan permukaan dari subbase juga harus
mempunyai minimal kemiringan 2 %, dua arah melintang kekiri dan kekanan.
Kemiringan ini sangat penting untuk jangka panjang kestabilan paving kita.
C. Kanstin/Penguat Tepi
Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum
pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan
paving pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih
rapi pada hasil akhirnya.
D. Drainage/Saluran Air
Seperti halnya kanstin, Drainage atau Saluran air ini juga harus sudah kita
pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini sangat wajib
dilakukan untuk effisiensi waktu/kecepatan pekerjaan. Drainage yang
dikerjaan setelah paving terpasang akan sangat mengganggu pekerjaan
pemasangan paving itu sendiri karena harus membongkar paving yang sudah
terpasang.
E. Kelengkapan Peralatan Kerja
Peralatan yang kita butuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan
paving dimulai. Adapun alat-alat yang kita butuhkan adalah sebagai berikut:
(1) Mesin Plat Compactor (Stamper) dengan luas permukaan plat antara 0,35
s/d 0,50 m2 dan mempunyai gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN
dengan frekwensi getaran berkisar 75 s/d 00 Hz.
(2) Alat Pemotong paving (Cutter).
(3) Kayu yang diserut rata/jidar untuk Levelling Screeding pasir.
(4) Benang.
(5) Alat handling berupa Lori/gerobak untuk pemindahan paving.
(6) Pin stick/Linggis yang bagian bawahnya dibuat runcing melebar sebagai
naating.
F. Cara Pemasangan Paving
(1) Sebelum melaksanakan pekerjaan pemasangan paving terlebih dahulu
harus melakukan tes uji lab untuk mengetahui spesifikasi sama dengan
yang direncanakan yaitu K-500.
(2) Abu batu/pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas
lapisan base. Kemudian diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai
kerataan yang seragam dan harus mengikuti kemiringan yang sudah
dibentuk sebelumnya pada lapisan base.
(3) Penggelaran abu batu/pasir alas tidak melebihi jarak 1 meter didepan
paving terpasang dengan tebal screeding.
(4) Pemasangan paving harus kita mulai dari satu titik/garis (starting point)
diatas lapisan abu batu/pasir alas (laying course).
(5) Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang kita tarik
tegang dan kita arahkan melintang sebagai pedoman garis A dan
memanjang sebagai garis B, kemudian kita buat pasangan kepala
masing-masing diujung benang tersebut.
(6) Pemasangaan paving harus segera kita lakukan setelah penggelaran abu
batu/pasir alas. Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan
membuat jarak celah/naat dengaan spasi 2-3 mm untuk pengisian joint
filler.
(7) Memasang paving harus maju, dengan posisi sipekerja diatas block yang
sudah terpasang.
(8) Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang
permukaan paving minimal mencapai 2 % dan maksimal 4 % denga
toleransi cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter dan 20 mm utnuk
jarak 10 meter garis lurus. Pembedaan maksimum kerataaan antaar
block tidak boleh melebihi 3 mm.
(9) Pengisian joint filler harus segera kita lakukan setelah pamasangan
paving dan seera dilanjutkan dengan pemadatan paving.
(10) Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat
compactor yang mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m2 dengan gaya
sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN dan getaran dengan frekwensi 75 s/d
100 MHz. Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan
dengan pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan meter
dibelakang akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa
adanya pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya
deformasi dan pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang
melintas melewati pasangan paving tersebut.
Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran, putaran yang pertama
ditujukan untuk memadatkan abu batu/pasir alas dengan penurunan 5
15 mm (tergantung abu batu/pasir yang dipakai).
Pemadatan putaran kedua, disertai dengan menyapu abu batu/pasir
pengisi celah/naat block, dan masing-masing putaran dilakukan paling
sedikit 2 lintasan.

IV. PEKERJAAN BETON


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan beton ini akan meliputi semua pengadaan material dan tenaga
kerja untuk produksi serta pelaksanaan pekerjaan beton dan beton
bertulang, termasuk uji kekuatan dan perawatannya, dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku PBI 1971 dengan jenis beton
sesuai gambar perencanaan, yang akan meliputi antara lain :
A. Material pembentukan beton
B. Pengadaan beton
C. Baja tulangan
D. Pekerjaan beton bertulang
E. Perawatan beton
F. Uji kelayakan dan kekuatan beton
2. Pengadaan, Mutu dan Kinerja Beton
A. Semua pekerjaan beton memenuhi syarat-syarat SKSNIT15- 1991. Untuk
penggunaan mutu beton menggunakan mutu K-100 untuk pekerjaan rabat
beton, K-175 untuk pekerjaan footplat, dan K-225 untuk semua pekerjaan
lainnya.
B. Pihak Kami mengadakan/membuat adukan beton menurut komposisi
adukan dan proporsi campuran yang baik, dan bertanggung jawab penuh
atas kekuatan beton yang disyaratkan. Penggunaan air sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan beton dengan kinerja yang baik.
C. Sebelum produksi beton, Pada batching plant, Pihak Kami dikan membuat
adukan percobaan (trial mixes) untuk mendapatkan proporsi campuran
yang menghasilkan beton dengan kinerja seperti yang diisyaratkan, untuk
disetujui oleh Manajemen Konstruksi. Dalam hal ini adukan percobaan
perlu dibuat dalam beberapa proporsi campuran yang berbeda (utama
dan pendamping) untuk mendapatkan campuran yang optimum.
D. Proporsi campuran bahan dasar beton ditentukan sedemikian agar beton
yang dihasilkan memberikan kekuatan tekan dan tingkat kelecakan
(workability) serta konsistensi yang memungkinkan pengerjaan beton
(penuangan, perataan dan pemadatan) secara mudah ke dalam acuan
dan ke sekitar tulangan, tanpa menimbulkan kemungkinan segregasi
agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara berlebihan.
E. Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat yang akan dicor terlebih dahulu
dibersihkan dari segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain)
dan dibasahi dengan air semen.
F. Mutu beton untuk masing-masing elemen struktur bangunan memenuhi
pada umumnya kriteria dibawah ini, kecuali bila ditentukan lain secara
khusus dalam spesifikasi :
3. Bahan-Bahan
A. Semen Portland
1) Semen yang dipakai adalah jenis Porland Cement normal tipe-I yang
segara dengan tidak ada tanda-tanda prahidrasi (proses pembatuan),
dan yang memenuhi semua ketentuan dan kriteria standar SII 0013-81
dan Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986, atau ASTM-C150.
2) Semen disimpan di dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik, di
atas lantai tumpuan setinggi + 30 cm, dengan tumpukan kantong
semen tidak melebihi sepuluh lapis.
3) Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap pengiriman serta dipakai
sesuai urutan pengirimannya.
B. Pasir (agregat halus)
1) Agregat halus atau pasir untuk beton, berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu, sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
dari SII 0052-80 Mutu dan cara uji agregat beton, atau ASTM-C33, dan
yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
2) Agregat halus terdiri dari butir yang keras dan tajam. Butir-butir agregat
bersifat kekal, artinya tidak menjadi lapuk atau hancur oleh
pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.
3) Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melaui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui 5% maka agregat dicuci dulu sebelum dipakai dalam
pengadukan, dengan metode pencucian yang disetujui oleh Manajemen
Konstruksi.
4) Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka raqam besarnya
dan mempunyai penyebaran gradasi butiran yang baik sesuai dengan
standar yang berlaku. Pasir laut tidak dipakai sebagai agregat halus
untuk semua mutu beton.
C. Kerikil dan batu pecah (agregat kasar)
1) Agregat kasar untuk beton berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecah batu, sesuai dengan ketentuan dan persyaratan dari SII 0052-
8- Mutu dan cara uji agregat beton, atau ASTM-C33, dan disetujui
oleh Manajemen Konstruksi. Pada umumnya yang dimaksudkan
dengan agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5
mm. Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk
berbagai mutu beton, maka agregat kasar memenuhi ketentuan-
ketentuan di bawah ini.
2) Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar tidak melebihi :
3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan atau berkas
batang tulangan, atau
1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau
1/3 dari tebal plat.
3) Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan mempunyai penyebaran gradasi butiran yang baik sesuai dengan
standar yang berlaku. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih
hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih tersebut tidak
melampaui 20% berat agregat seluruhnya. Agregat kasar tidak
mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap berat kering).
Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat melalui
ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1% maka agregat
dicuci dulu sebelum digunakan dalam adukan beton, dengan metode
pencucian yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
4) Agregat kasar tidak mengandung zat-zat yang dapat merusak beton
seperti zat-zat reaktif alkali.
D. Gradasi butiran agregat halus dan kasar
Susunan butiran agregat halus dan kasar untuk semua beton struktural
diperiksa dengan melakukan analisa ayakan, sesuai standar yang berlaku.
Untuk itu ditetapkan susunan ayakan dengan lubang-lubang persegi,
dengan ukuran lubang dalam mm berturut-turut 31,5-16,0-8,0-4,0-2,0-1,0-
0,5-0,25 (ayakan ISO).Kecuali untuk beton yang dipakai pada lantai kerja.
E. Air
1) Air untuk pembuatan dan perawatan beton adalah air YANG tidak
mengandung minyak, asam, alkali, bahanbahan organik atau bahan-
bahan lain yang bisa merusak beton dan/atau baja tulangan. Dalam
hal ini sebaiknya dipakai air yang lulus pengujian di laboratorium
sebagai air tawar yang dapat diminum.
2) Apabila terdapat keraguan mengenai air dianjurkan untuk mengirimkan
contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk
diselidiki sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang bisa
merusak beton dan/atau baja tulangan.
3) Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebutkan diatas tidak dapat
dilakukan, maka dalam hal adanya keragu-raguan mengenai air,
diadakan percobaan perbandingan antara tekanan kekuatan mortar
(semen dan pasir) dengan memakai air itu dan dengan memakai air
minum. Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan tekan
mortar dengan menggunakan air itu pada umur 7 dan 28 hari paling
sedikit 90% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air minum.
4) Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton diusahakan
secermat-cermatnya dan setepat-tepatnya, dengan sudah
memperhitungkan semua koreksi yang perlu dilakukan akibat kadar air
yang berbeda yang dikandung agregat di lapangan.
F. Baja tulangan
1) Baja tulangan untuk beton struktural pada umumnya menggunakan
baja tulangan ulir atau deform (BJTD) dengan tegangan leleh 400 MPa,
kecuali untuk tulangan kecil dengan diameter lebih kecil 13 mm atau
untuk tulangan spiral bisa digunakan baja tulangan polos (BJTP) dengan
tegangan leleh 240 MPa.
2) Semua baja tulangan beton struktural yang dipakai dalam pekerjaan ini
memenuhi salah satu dari syarat dan ketentuan berikut :
a) Mutu dan cara uji baja tulangan beton SII 01 36-84.
b) Specification for deformed and plain billet-steel bars for concrete
reinforcement ASTM-A61 5.
c) Specification for rail-steel deformed and plain bars for concrete
reinforcement ASTM-A61 6. Disamping itu terhadap baja tulangan
dilakukan uji lengkung (bend test) dan hasil ujinya memenuhi
persyaratan uji lengkung untuk batang tulangan baja poros (axle-
steel) ASTM-A617, mutu 400.
d) Specification for axle-steel deformed and plain bars for concrete
reinforcement ASTM-A61 7.
e) Standar specification for low-alloy steel deformed bars for concrete
reinforcement ASTM-A706. Pemakaian baja tulangan dari jenis yang
berlainan dari ketentuan diatas, mendapat persetujuan Manajemen
Konstruksi.
3) Baja tulangan deform/ulir yang mempunyai tegangan leleh
melampaui 400 MPa boleh dipakai asalkan tegangan lelehnya
memberikan regangan awal leleh sebesar 0.35% dan baja tulangan
tersebut memenuhi salah satu syarat dan ketentuan dalam spesifikasi
di atas serta mendapat persetujuan Manajemen Konstruksi.
4) Baja tulangan disuplai dari satu sumber (manufacture), akan dilakukan
pengujian tarik baja tulangan pada laboratorium yang disetujui
Manajemen Konstruksi, berjumlah minimum 3 (tiga) batang untuk
setiap jenis percobaan, untuk besi yang diameternya diatas 13 mm
dengan panjang + 100 cm untuk masing-masing. Percobaan mutu baja
tulangan juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu
oleh Manajemen Konstruksi. Semua biaya-biaya percobaan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pihak Kami. Pengiriman contoh
benda uji ke laboratorium dilakukan bersama-sama wakil Manajemen
Konstruksi.
5) Pemasangan baja tulangan dilakukan sesuai dengan gambar dan
mendapat persetujuan Manajemen Konstruksi. Hubungan antara baja
tulangan yang satu dengan lainnya menggunakan kawat beton, diikat
dengan teguh, tidak menggeser selama pengecoran dan pemadatan
beton, serta bebas dari kotoran berminyak, tanah dan lain sebagainya.
Hanya bila ditunjukkan dalam gambar dengan suatu tanda khusus, baja
tulangan boleh dilas dengan seijin Manajemen Konstruksi. Dalam hal ini
disertakan standar SII atau ASTM mengenai baja tulangan, untuk
keperluan laporan tentang sifat bahan guna memenuhi prosedur
pengelasan yang ditetapkan dalam Structural welding code for
reinforcing steel (AWSD1 .4) dari Amerian Welding Society.
6) Penggunaan jaringan baja tulangan yang sudah jadi seperti steel wire-
mesh dan sejenisnya terlebih dahulu mendapat persetujuan
Manajemen Konstruksi. Bila disetujui oleh Manajemen Konstruksi, maka
jaringan baja tulangan tersebut memenuhi ketentuan dan syarat dalam
SII 0784-83 Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton atau
Specification for welded steel wire fabricated for concrete
reinforcement ASTM-A1 85.
a) Bahan campuran tambahan ( additives / admixtures )
Jika disetujui secara tertulis oleh Manajemen Konstruksi, maka
bahan campuran tambahan atau additives/admixtures boleh
dipakai. Bahan tambahan merupakan cairan, atau bubuk yang bisa
ditambahkan ke dalam adukan beton selama proses
pencampuran/pengadukan, untuk memperbaiki sifat fisik dan/atau
kimiawi adukan beton (fresh concrete) maupun beton yang sudah
mengeras (hardened concrete). dimana tujuan penggunaan bahan
tambahan yang bisa dibenarkan dalam pekerjaan ini adalah bila
memenuhi salah satu tujuan:
Perbaikan sifat adukan beton.
Meningkatkan mutu beton.
Meningkatkan workability tanpa menambahkan kadar air.
Mengurangi kadar air untuk meningkatkan mutu beton namun
tidak mengurangi workability beton.
Memperlambat setting awal untuk mengantisipasi transportasi
yang jauh.
Mengurangi slump loss (kecepatan penurunan nilai slump).
Meningkatkan pumpability (kemudahan pemompaan).
Mengurangi panas hidrasi yang timbul, terutama pada proses
pengecoran beton massa.
Membuat ekspansi volume untuk keperluan grouting.
Meningkatkan ketahanan anti korosi pada beton, terutama pada
lingkungan yang agresif seperti di bawah tanah atau di dekat
laut.
Membuat beton kedap air.
4. Uji Mutu Dan Kinerja Beton
A. Adukan percobaan ( trial mixes )
Pihak Kami sekurang-kurangnya dua minggu sebelum memulai pekerjaan
beton membuat adukan percobaan (trial mixes) dengan menggunakan
contoh bahan-bahan beton (semen, agregat, air dan bahan tambahan)
yang akan digunakan nantinya, untuk menunjukkan bahwa campuran
tersebut memenuhi kriteria untuk mencaai mutu kerja kinerja beton yang
diisyaratkan.

B. Uji Mutu Dan Kinerja Beton


Agar supaya kualitas beton yang digunakan dapat dikontrol dengan baik
sesuai spesifikasi dan standar yang ada, Pihak Kami melakukan uji mutu
dan kinerja beton, baik untuk campuran percobaan maupun secara
kontinyu selama proses pelaksanaan pekerjaan. Untuk keperluan
tersebut, minimal ada dua teks yang dilakukan.
Uji tekan hancur.
Uji slump.
Prosedur pengujian bak uji tekan maupun uji slump dilakukan
berdasarkan peraturan yang berlaku. Hasil dari pengujian ini segera
diserahkan kepada Manajemen Konstruksi untuk dievaluasi. Jumlah dan
prosedur pembuatan contoh benda uji sesuai dengan ketentuan dalam
SKSNI-T15-1991, dengan benda uji berbentuk silinder berdiameter 150
mm dan tinggi 300 mm, dimana mutu beton diperiksa pada umur 3 (tiga)
hari, 7 (tujuh) hari dan 28 (dua puluh delapan) hari untuk setiap macam
adukan yang diambil contohnya.
C. Standar Mutu ( Standar of Acceptance )
Pihak Kami dikan membuat pengujian pendahuluan (trial test) atas benda
uji silinder sejumlah minimum 30 buah untuk setiap proporsi adukan yang
dikehendaki, yang diuji pada umur beton 3 hari, 7 hari dan 28 hari. Trial
test ini sudah dilaksanakan segera setelah adanya Surat Perintah Kerja
atau penunjukan Pihak Kami.
5. PELAKSANAAN
A. Adukan Beton
1) Pihak Kami mengadakan/membuat adukan beton menurut komposisi
adukan dan proporsi campuran yang baik, dan bertanggung jawab
penuh atas kekuatan beton yang ditentukan/disyaratkan dalam
spesifikasi ini, sesuai dengan jenis atau bagian pekerjaan yang
dilaksanakan. Penggunaan air sedemikian rupa sehingga dapat
menghasilkan beton dengan kinerja yang baik.
2) Sebelum produksi beton, Pihak Kami akan membuat adukan percobaan
(trial mixes) untuk mendapatkan proporsi campuran yang menghasilkan
beton dengan mutu dan kinerja seperti yang disyaratkan, untuk disetujui
oleh Manajemen Konstruksi. Dalam hal ini adukan percobaan perlu dibuat
dalam beberapa proporsi campuran yang berbeda (utama dan
pendamping) untuk mendapatkan campuran yang optimum.
3) Proporsi campuran bahan dasar beton ditentukan sedemikian agar
beton yang dihasilkan memberikan kekuatan tekan dan tingkat
kelecakan (workability) serta konsistensi yang memungkinkan pengerjaan
beton (penuangan, perataan dan pemadatan) secara mudah ke
dalam acuan dan ke sekitar tulangan, tanpa menimbulkan kemungkinan
segregasi agregat dan terpisahnya air (bleeding) secara berlebihan.
4) Untuk struktur atas bangunan, karena pengecoran dilakukan hingga
elevasi yang cukup tinggi, maka beton yang dihasilkan juga
mempunyai tingkat kemudahan pemompaan (pumpbality) yang baik
sebagai flowing concrete, agar supaya pada saat pengecoran, agregat
kasarnya tidak mudah tertinggal dari pada semennya, serta dapat
mengisi dengan padat semua rongga di dalam acuannya. Dalam hal
ini, bila diperlukan, dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi, admixture
atau addtive boleh digunakan dengan jenis dan dosis yang sesuai.
B. Lantai Kerja
Lantai kerja pada umumnya dibuat dari beton dengan mutu fc = 10 MPa
menurut SKSNI-T15-1991, atau lebih kurang setara dengan K-125 menurut
NI-2. Peil akhir lantai kerja diperiksa kembali terhadap level ketinggian yang
disyaratkan dalam gambar rencana. Khusus untuk lantai kerja pondasi
dangkal/telapak, lantai kerja bisa dibuat dari beton mutu B0 menurut NI-2,
atau lebih kurang setara dengan fc = 8 MPa menurut SKSNI-T15-1991.
Sebagai pedoman umum, beton dengan mutu B0 (menurut N I-2) dapat
dibuat dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan 1 : 3 :
5. Namun demikian hal apapun, perbandingan jumlah pasir dan kerikil
(atau batu pecah) terhadap jumlah semen, tidak melampaui 8 : 1.
C. Penggunaan Beton
1) Beton secepat mungkin dicorkan setelah pengadukan, dan dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pengendapan agregat maupun
bergesernya posisi tulangan atau acuan. Pengecoran dilaksanakan
secara kontinyu dalam satu elemen struktur atau diantara siar
pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui.

2) Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum


acuan/bekisting dan pemasangan baja tulangan selesai diperiksa dan
mendapat persetujuan Manajemen konstruksi. Sebelum pengecoran
dimulai, maka tempat yang akan dicor terlebih dahulu dibersihkan dari
segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lain-lain) dan dibasahi
dengan air semen.
3) Pengecoran dilakukan secara berlapis dan kontinyu, atau dengan
metode pengecoran yang diusulkan Pihak Kami dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi , dengan memperhatikan cara atau urutan
pengecoran terutama untuk volume pengecoran yang besar (beton
massa), agar tidak terjadi cold joint dan juga menghindari
kemungkinan degradasi atau kerusakan beton akibat panas hindrasi
yang ditimbulkan. Untuk itu, sebelum pengecoran dilaksanakan, Pihak
Kami menyampaikan usaha prosedur pengecoran yang optimum
kepada Manajemen Konstruksi, untuk mendapatkan persetujuan
Manajemen Konstruksi .
4) Selama proses pengecoran, perlu dilakukan uji slump dan pengambilan
contoh benda uji, dengan disaksikan persetujuan dari Manajemen
Konstruksi. Prosedur uji slump, jumlah dan cara pengambilan contoh
benda uji dan contoh cetakannya sesuai dengan SKSNI, dan terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Manajemen Konstruksi. Namun
dalam segala hal jumlah benda uji yang diambil tidak kurang dari 30
(tiga puluh) buah untuk pengecoran dengan mutu beton yang sama,
yang diambil minimal 1 buah benda uji setiap 5 m3 pengecoran beton
untuk volume pengecoran yang kurang dari 300 m3, atau minimal 1
buah setiap 10 m3 pengecoran beton untuk volume pengecoran yang
lebih dari 300 m3, dalam bentuk silinder berdiameter 150 mm dan
tinggi 300 mm.
D. Pemadatan Beton
1) Selama pengecoran berlangsung, beton dipadatkan dengan memakai
vibrator, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak
acuan maupun posisi tulangan. Pihak Kami menyediakan vibrator dalam
jumlah yang cukup untuk menjamin efisiensi pekerjaan tanpa adanya
penundaan. Pemadatan beton secara berlebihan sehingga menyebabkan
pengendapan agregat, kebocoran acuan dan lain sebagainya,
dihindarkan.
2) Beton pada umumnya dicor secara berlapis. Lapisan-lapisan ini masing -
masing dipadatkan, dan dijaga sedemikian rupa supaya mempunyai
ikatan yang baik satu sama lain.
E. Siar Pelaksanaan (Construction Joint)
Posisi dan pengaturan adanya siar pelaksanaan mendapat persetujuan
Manajemen Konstruksi. Namun secara umum perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1) Siar vertikal dalam dinding supaya dihindari.
2) Siar dibuat sesedikit dan sekecil mungkin, serta atas persetujuan
Manajemen Konstruksi. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan
dari beton lama (di tempat siar penyambungan) supaya dibersihkan
dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran-kotoran disingkirkan dengan
cara menyemprotkan air ke permukaan beton lama dan menyikatnya
sampai bersih. Setelah permukaan siar tersebut bersih, ditambahkan
lapisan tipis bonding additive sejenis epoxy resin atau setara, atau
minimal air semen, sesuai dengan instruksi dan persetujuan
Manajemen Konstruksi, merata ke seluruh permukaan, untuk
memperkuat ikatan antara beton lama dengan pengecoran selanjutnya.
F. Perawatan beton (curing)
1) Beton dirawat (curing) dan dilindungi selama berlangsungnya proses
pengerasan terhadap panas matahari, angin, hujan atau aliran air dan
pengeringan sebelum waktunya.
2) Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah selama
minimal 14 hari, dengan cara menyemprotkan air atau
menggenangkan air pada permukaan beton tersebut, atau dengan cara
lain yang diusulkan Pihak Kami. Metode curing lebih dahulu diusulkan
dan mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi, sebelum proses
pengerasan beton.
3) Untuk pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton diperhatikan. Pihak Kami bertanggung jawab
atas retaknya beton karena kelalaian dalam melaksanakan pekerjaan
curing ini.
G. Pembengkokan dan penyetelan baja tulangan
1) Sebelum penyetelan dan pemasangan baja tulangan dimulai, Pihak Kami
membuat rencana kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan
(bar bending schedule), yang sebelumnya diserahkan kepada Manajemen
Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan.
2) Tulangan bebas dari kotoran-kotoran seperti lemak, karet lepas, tanah,
serta bahan-bahan atau kotoran yang bisa mengurangi daya letaknya.
3) Pembengkokan baja tulangan dilakukan secara hati-hati dan teliti,
sesuai dengan aturan dalam SKSNI. Pembengkokan tersebut dilakukan
oleh tenaga yang ahli, dengan menggunakan alat-alat sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan cacat, patah dan retak-retak pada batang
baja.
4) Pemasangan dan penyetalan tulangan berdasarkan peil-peil yang
sesuai dengan gambar, dan sudah diperhitungkan mengenai toleransi
penurunannya. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan
pengganjal jarak selimut beton (beton decking) untuk mendapatkan tebal
selimut yang sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak
tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi, maka dapat
dipakai ketentuan dalam peraturan yang berlaku. Yang dimaksud
dengan selimut beton adalah jarak minimum yang terdapat antara
permukaan dari setiap besi beton termasuk begel terhadap permukaan
beton yang terkecil atau terdekat untuk setiap bagian dari masing-
masing pekerjaan beton. Adapun ketebalan selimut beton minimum yang
disyaratkan adalah :
Minimum
KONDISI
(mm)

Seluruh beton yang di cor


A 75
dan berhubungan langsung dengan
Balok pondasi,tanah.
pelat pondasi, poer
B pondasi, 50
Balok,pondasi diatasberhubungan
kolom yang lantai kerja. atau
C terkena langsung dengan cuaca. 50
Balok, kolom yang tidak berhubungan
D atau 40
tidak terkena langsung
Pelat, dinding dengan
beton yangcuaca.
E 40
berhubungan/
terkena langsung
Pelat, dinding dengan
beton yangcuaca.
tidak
F berhubungan 25
atau tidak terkena langsung
5) Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama
pengecoran tidak akan berubah tempatnya.
6) Ketebalan selimut beton dibuat dengan pengganjal yang umum dipakai
dalam praktek, seperti terbuat dari beton (dengan mutu paling sedikit
sama dengan mutu beton yang akan dicor), dengan jumlah minimum 4
buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja, atau seperti yang
diinstruksikan oleh Manajemen Konstruksi, dan tersebar merata.
7) Pada tulangan rangkap, tulangan atas ditunjang dari tulangan bawah
oleh batang-batang penunjang, atau ditunjang langsung dari tepi
bawah cetakan atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi.
H. Acuan Pengecoran Beton
1) Perlu sangat diperhatikan perencanaan kinerja beton yang dicor, agar
bisa menunjang kecepatan, keamanan dan kualitas pelaksanaan sistem
acuan ini, terutama yang berhubungan denga usaha keseragaman
waktu setting beton , terlebih lagi bila digunakan admixture semacam
retarder, yang seringkali perlu diberikan untuk meningkatkan kinerja
beton pada saat pengecoran. Kondisi pengerasan beton yang tidak
merata bisa mengakibatkan retak-retak atau pecahnya beton pada saat
pendongkarakan acuan ini.
2) Oleh sebab itu, minimal dua minggu sebelum pelaksanaan
pengecoran, sudah menyerahkan kepada Manajemen Konstruksi semua
prosedur pelaksanaan pengecoran, lengkap dengan gambar kerjanya,
untuk mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi.
3) Acuan beton menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh
gambar maupun yang diinstruksikan oleh Manajemen Konstruksi. Bila
ditunjukkan dalam gambar, acuan dipasang sedemikian rupa sehingga
membentuk lawan lendut seperti tertera pada gambar.
4) Apabila acuan memikul beban-beban yang besar atau mempunyai
bentang besar yang bebas, maka membuat perhitungan dan gambar
rencana yang khusus. Disamping kekuatan dan kekauannya, stabilitas
dari acuan juga diperhitungkan dengan baik.
5) Tiang-tiang acuan dari besi atau kayu dipasang di atas papan kayu
yang kokoh dan dapat disetel dengan mudah dan dengan ketepatan
yang baik. Tiang-tiang tidak boleh mempunyai lebih dari satu
sambungan yang tidak disokong ke arah samping. Bambu tidak boleh
digunakan sebagai tiang acuan.
I. Pembongkaran acuan
1) Pembongkaran acuan dilaporkan dan mendapat persetujuan Manajemen
Konstruksi, serta dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Sebelum pembongkaran, meyakini bahwa bagian-bagian konstruksi
yang akan dibongkar acuannya sudah dapat memikul berat sendiri dan
beban- beban pelaksanaan.
2) Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton
yang keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan
konstruksi tersebut, maka penyediasegera memberitahukan kepada
Manajemen Konstruksi untuk meminta persetujuan Manajemen
Konstruksi mengenai cara pengisian, perbaikan atau penutupannya.
Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-
biaya pengisian, perbaikan atau penutupan bagian tersebut menjadi
tanggungan penyedia.
3) Bila beton yang keropos atau cacat tersebut diragukan mutunya, maka
Manajemen Konstruksi berhak untuk meminta melaksanakan uji coba
non destruktif seperti Ultrasonic Pulse Velocity Test, atau kalau
dianggap perlu, mengadakan pengujian dengan melakukan core drilling
pada bagian beton yang benda ujinya gagal memenuhi syarat
spesifikasi. Dalam hal ini, coring beton dilakukan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman agar bisa didapat hasil coring yang baik, serta juga
persiapan dan pemotongan benda uji (hasil coring) yang memenuhi
syarat, untuk bisa mendapatkan hasil uji mutu beton yang obyektif.
Ketentuan penerimaan atau lolos tidaknya hasil uji tekan dan uji lainnya
yang dianggap perlu dari specimen coring mengikuti peraturan beton
Indonesia yang berlaku.
4) Acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi yang
ditopangnya telah mencapai umur dan kekuatan yang cukup untuk
memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang akan bekerja
padanya. Kekuatan ini ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan benda uji
yang bersangkutan. Apabila untuk menentukan saat pembongkaran
tidak dibuat benda-benda uji seperti ditentukan di atas, maka acuan
baru boleh dibongkar setelah beton berumur minimal 2 minggu.
Khusus untuk cetakan samping boleh dibongkar setelah beton
berumur minimal 5 hari, kecuali bila dapat dibuktikan sebaliknya atau
bila diijinkan oleh Manajemen Konstruksi.
6. Pekerjaan Cor Pondasi Footplat
Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :
A. Pekerjaan Pembesian. Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi. Besi
penulangan yang digunakan sesuai dengan shop drawing. Besi ini dirakit dan
dibentuk sesuai dengan shop drawing.
B. Pembuatan Bekisting. Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat
dengan kayu usuk 4/6 dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh.
C. Melakukan Kontrol Kualitas. Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan. Kontrol
kualitas pertama yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan pengecoran
meliputi kontrol kualitas terhadap posisi dan kondisi bekisting, posisi dan
penempatatan pembesian, jarak antar tulangan, panjang penjangkaran.
Kontrol Kualitas kedua yaitu Kontrol kualitas saat pengecoran. Pada saat
berlangsungnya pengecoran, campuran dari mixer molen diambil sampelnya.
Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam spesifikasi yaitu K-
175.
Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan
konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan
kontrol kualitas.
D. Kegiatan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh.
E. Kegiatan Curing (perawatan)
Curing (perawatan) dilakukan sehari (24 jam) setelah pengecoran selesai
dilakukan dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam
keadaan basah.
7. Pekerjaan Cor Balok Sloof
Pengecoran balok sloof dilakukan setelah pondasi plat setempat selesai
dilakukan. Pada dasarnya pelaksanaan balok sloof sama dengan pelaksanaan
Pondasi Plat Setempat. Bekisting dan tulangan besi dirakit terlebih dahulu
sesuai dengan shop drawing. Setelah itu barulah campuran beton dituangkan,
campuran beton yang digunakan sama dengan campuran beton Pondasi yaitu
mutu beton K-225. Campuran beton tersebut terlebih dahulu telah dilakukan job
mix design dan nilai slump tesnya sesuai dengan spesifikasi teknis. Dalam
pelaksanaan pekerjaan ini perlu adanya persetujuan dari pengawas.
8. Pekerjaan Cor Beton Kolom
Proses pelaksanaan pekerjaan ini sebagai berikut :
F. Pekerjaan Pembesian. Fabrikasi pembesian dilakukan ditempat fabrikasi. Besi
penulangan yang digunakan sesuai dengan shop drawing. Besi ini dirakit dan
dibentuk sesuai dengan shop drawing.
G. Pembuatan Bekisting. Bekisting dibuat dari multiplex 9 mm yang diperkuat
dengan kayu usuk 4/6 dan diberi skur-skur penahan agar tidak mudah roboh.
H. Melakukan Kontrol Kualitas. Ada 2 kontrol kualitas yang dilakukan. Kontrol
kualitas pertama yaitu Kontrol Kualitas Sebelum dilakukan pengecoran
meliputi kontrol kualitas terhadap posisi dan kondisi bekisting, posisi dan
penempatatan pembesian, jarak antar tulangan, panjang penjangkaran,
ketebalan beton decking (Beton tahu), ukuran baja tulangan yang digunakan,
posisi penempatan water stop.
Kontrol Kualitas kedua yaitu Kontrol kualitas saat pengecoran. Pada saat
berlangsungnya pengecoran, campuran dari Concrete mixer Truck diambil
sampelnya. Sampel diambil menurut ketentuan yang tercantum dalam
spesifikasi yaitu K-225.
Pekerjaan Kontrol kualitas ini akan dilakukan bersama-sama dengan
konsultan pengawas untuk selanjutnya dibuat berita acara pengesahan
kontrol kualitas.
I. Kegiatan pengecoran.
Pengecoran dilakukan secara langsung dan menyeluruh.
J. Kegiatan Curing (perawatan)
Curing (perawatan) dilakukan sehari (24 jam) setelah pengecoran selesai
dilakukan dengan dibasahi air dan dijaga/dikontrol untuk tetap dalam
keadaan basah.
9. Pekerjaan Cor Beton Balok, Ring Gewel & Ring Balk
A. Pelaksanaan pekerjaan ini sama dengan pelaksanaan pekerjaan kolom, hanya
saja dalam pengerjaan bekisting perlu adanya tambahan kayu dolken/ubar.
Kayu ini berfungsi sebagai steger/penopang dari bekisting agar bekisting
tetap pada tempatnya (tidak terjadi lendutan). Kayu steger tersebut
ditegakkan dengan jarak sekitar 40 cm. Pelaksanaan pengecoran balok atau
ring balok menggunakan spesifikasi K-225, biasanya seiringan dengan
pelaksanaan Pelat lantai. Besi penulangan yang digunakan sesuai dengan
shop drawing. Besi ini dirakit dan dibentuk sesuai dengan shop drawing.
10. Pekerjaan Cor Beton Plat Dak
Proses pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
A. Pekerjaan Pembesian
Penulangan balok dilakukan terlebih dahulu. Panjang penjangkaran sesuai
shop drawing.
B. Pekerjaan Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang dilakukan
pada pekerjaan kolom.
C. Pengecoran beton
Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara sekaligus balok dan pelat seluruh
lantai menggunakan mutu beton K-225.
D. Pekerjaan curing
Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, Curing (Perawatan) dilakukan sehari
setelah dilakukan pengecoran.
11. Pekerjaan Cor Plat Kantilever ,Talang Beton Dan Meja Dapur
Proses pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
A. Pekerjaan Pembesian
Penulangan balok dilakukan terlebih dahulu. Panjang penjangkaran sesuai
shop drawing.
B. Pekerjaan Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang dilakukan
pada pekerjaan kolom.
C. Pengecoran beton
Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara sekaligus balok dan pelat seluruh
lantai menggunakan mutu beton K-225.
D. Pekerjaan curing
Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, Curing (Perawatan) dilakukan sehari
setelah dilakukan pengecoran.
12. Pekerjaan Cor Beton Plat Lantai
Proses pelaksanaan pekerjaan ini yaitu :
A. Pekerjaan Pengukuran dan Bekisting
Pemasangan bekisting pelat lantai didahului dengan pengukuran posisi balok.
Pengukuran dilakukan dengan cara memberi tanda as bangunan pada kolom
lantai bawah yang tadinya ada pada lantai bawah. Pengukuran ini ditujukan
untuk mengantisipasi kesalahan pada posisi balok.
Dari hasil pengukuran tersebut maka bekisting balok dan pelat dapat di
pasang pada posisi yang benar diatas perancah yang telah disiapkan,
begesting bagian bawah menggunakan bahan floordeck/bondex. Pengaturan
level balok dan pelat dapat dilakukan dengan mengatur ketinggian perancah
(Scafolding). Proses pemasangan bekisting ini dibantu oleh surveyor untuk
mengontrol level balok dan pelat.
B. Pekerjaan Pembesian
Pembesian balok dilakukan terlebih dahulu, setelah itu diikuti dengan
pembesian pelat lantai menggunakan bahan wiremesh M 10. Panjang
penjangkaran sesuai shop drawing.
C. Leveling Pengecoran pelat lantai
Agar pengecoran pelat lantai mencapai level yang benar dan tidak terjadi
perbedaan tinggi finishing cor, maka perlu dibuat alat bantu leveling
pengecoran. Leveling pengecoran dibuat dari besi siku L.50.50.5 yang
ditumpukan pada beberapa titik besi beton. Besi beton ini ditancapkan
hingga posisi besi siku tidak lagi bergeser. Penempatan besi siku diukur
dengan waterpass dan diukur pada level sesuai gambar desain.
D. Pekerjaan Kontrol Kualitas
Kontrol kualitas yang dilakukan sama dengan kontrol kualitas yang dilakukan
pada pekerjaan kolom.
E. Pengecoran beton
Dalam hal ini pengecoran dilakukan secara sekaligus balok dan pelat seluruh
lantai menggunakan mutu beton K-225. Pengecoran dibantu dengan alat
vibrator untuk meratakan dan memadatkan campuran. Selanjutnya finishing
lantai cor ini adalah rata namun dibiarkan kasar karena selanjutnya akan
dilakukan pekerjaan lantai.
F. Pekerjaan curing
Sama hal nya dengan pekerjaan kolom, Curing (Perawatan) dilakukan sehari
setelah dilakukan pengecoran.

V. PEKERJAAN KONSTRUKSI BAJA


1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan Konstruksi Baja seperti tercantum
dalam gambar, termasuk penyedian tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan
baja dan alat-alat bantu lainnya yang dibutuhkan untuk melaksanakan
pekerjaan dengan baik.
2. Bahan - bahan
Semua material untuk konstruksi baja harus menggunakan baja yang baru
dan merupakan "Hot rolled structural steel" dan memenuhi mutu baja ST
37 (PPBBI-83 ) atau ASTM A 36 atau SS 41 ( JIS. U 3101-1970 ). Semua
pekerjaan baja harus disimpan rapih dan ditaruh diatas alas papan.
Seluruh pekerjaan baja setelah selesai difabrikasi harus dibersihkan dari karat
dengan mechanical Wire Brush, kecuali untuk bagian-bagian/tempat-tempat
yang sulit dapat digunakan sikat baja kemudian dicat dengan cat primer 1
(satu) kali dengan cat ICI Green Primer R 540 157 dengan ketebalan minimum
35micron.
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
A. Gambar kerja.
Sebelum fabrikasi dimulai, Kontraktor harus membuat gambar-gambar
kerjayang diperlukan dan mengirim 3 ( tiga ) copy gambar kerja untuk
disetujui Pemberi Tugas. Bilamana disetujui, 1 (satu) set gambar akan
dikembalikankepada Kontraktor untuk dapat dimulai pekerjaan fabrikasinya.
Walaupun semua gambar kerja telah disetujui oleh Pemberi Tugas, tidaklah
berarti mengurangi tanggung jawab Kontraktor bilamana terdapat
kesalahan atau kekeliruan dalam gambar kerja tersebut. Dan tanggung
jawab atas ketepatan ukuran-ukuran selama erection tetap ada pada
Kontraktor. Pengukuran dengan skala dalam gambar tidak diperkenankan.
B. Tanda-tanda pada konstruksi baja
Semua konstruksi baja yang telah selesai difabrikasi harus dibedakan dan
diberi kode dengan jelas sesuai bagian masing-masing agar dapat
dipasang dengan mudah.
C. Pengelasan
Pengelasan harus dilaksanakan sesuai AWS atau AISC specification, baru
dapat dilaksanakan dengan seijin Pemberi Tugas, dan menggunakan
mesin las listrik. Las yang dipakai adalah harus merk "Kobesteel" atau
yang setaraf. Kontraktor harus menyediakan tukang las yang berpengalaman
dengan hasil pengalaman yang baik dalam melaksanakan konstruksi
baja-baja bertingkat. Permukaan bagian yang akan dilas harus dibersihkan
dari cat, minyak, karat dan bekas-bekas potongan api yang kasar. Bekas
potongan api harus digurinda dengan rata. Kerak bekas pengelasan harus
dibersihkan dan disikat. Metode pengelasan harus dilakukan sedemikian
rupa sehingga tidak timbul distorsi pada elemen konstruksi baja yang dilas.
Pada pekerjaan las dimana terjadi banyak lapisan las ( pengelasan lebih
dari satu kali ), maka sebelum dilakukan pengelasan berikutnya lapisan
terdahulu harus dibersihkan dahulu dari kerak-kerak las / slag dan percikan-
percikan logam yang ada. Tebal las pada sekali pengelasan maximum 7
mm. Lapisan las yang berpori-pori atau retak atau rusak harus dibuang sama
sekali. Bila ditemukan hal-hal yang meragukan, maka bagian tersebut harus
diuji dengan cara-cara seperti dibawah dan harus sesuai dengan standard
AWS D1.0. Pengujian secara Radio graphic harus sesuai dengan lampiran
B dari AWS D 1.0. Dan bila ada kerusakan maka segala macam biaya yang
menyangkut perbaikan harus dtanggung oleh Kontraktor. Pemeriksaan
dengan ultrasonik untuk las dan teknik serta standard yang dipakai harus
sesuai dengan lampiran C dari AWS D 1.0. atau harus sesuai dengan
persyaratan ASTM E114 -75; Ultrasonic Contact Examination or Weldmends :
E273-68: Ultrasonic Inspection of Longitudinal and Spiral Weldsof Welded Pipe
and Tubing 1974.Cara pemeriksaan dengan "Particle Magnetic" harus sesuai
dengan ASTME109. Cara pemeriksaan dengan "liquid Penetrant" harus sesuai
dengan ASTME109. Semua lokasi pengujian harus dipilih oleh Pemberi
Tugas. Seluruh biaya yang berhubungan dengan pengujian bahan/las dan
sebagainya, menjadi tanggung jawab Kontraktor.
D. Baut Pengikat
Lubang-lubang baut harus benar-benar tepat dan sesuai dengan
diameternya. Kontraktor tidak boleh merubah atau membuat lubang
barudilapangan tanpa seijin Pemberi Tugas. Pembuatan lubang baut
harus memakai bor. Untuk konstruksi yang tipis, maksimum 10 mm, boleh
memakai mesin pons. Membuat lubang baut dengan api sama sekali tidak
diperkenankan. Baut penyambung harus berkwalitas baik dan baru. Diameter
baut, panjang ulir harus sesuai dengan yang diperlukan. Mutu baut yang
digunakan adalah Baut Hitam atau setaraf, kecuali ditentukan lain dalam
gambar. Lubang baut dibuat maksimum 2 mm lebih besar dari diameter baut.
Pemasangan dan pengencangan baut harus dikerjakan sedemikian rupa
sehingga tidak menimbulkan momen torsi yang berlebihan pada baut yang
akan mengurangi kekuatan baut itu sendiri. Untuk itu diharuskan
menggunakan pengencang baut yang khusus dengan momen torsi yang
sesuai dengan buku petunjuk untuk pengencangan masing-masing baut.
Panjang baut harus sedemikian rupa, sehingga setelah dikencangkan
masihdapat paling sedikit 4 ulir yang menonjol pada permukaan, tanpa
menimbulkan kerusakan pada ulir baut tersebut. Baut harus dilengkapi
dengan 2 ring, masing-masing 1 buah pada keduasisinya. Untuk menjamin
pengencangan baut yang dikehendaki, maka baut-baut yang sudah
dikencangkan harus diberi tanda dengan cat, guna menghindari adanya
baut yang tidak dapat dikencangkan.
E. Pemotongan besi
Semua bekas pemotongan besi harus rapih dan rata. Pemotongannya hanya
boleh dilaksanakan dengan brander atau gergaji besi. Pemotongan dengan
mesin las sekali-kali tidak diperkenankan.
F. Penyimpanan Material
Semua material harus disimpan rapi dan diletakkan diatas papan
ataubalokbalok kayu untuk menghindari kontak langsung dengan
permukaan tanah, sehingga tidak merusak material. Dalam penumpukan
material harus dijaga agar tidak rusak, bengkok. Kontraktor harus
memberitahukan terlebih dahulu setiap akan adapengiriman dari pabrik ke
lapangan, guna pengecekan Pemberi Tugas. Penempatan elemen konstruksi
baja dilapangan harus ditempat yang kering/cukup terlindung, sehingga
tidak merusak elemen-elemen tersebut. Pemberi Tugas berhak untuk
menolak elemen-elemen konstruksi baja yang rusak karena salah
penempatan atau rusak.
G. Erection
Sebelum erection dimulai, Kontraktor harus memeriksa kembali
kedudukan angker-angker baja dan memberitahukan kepada Pemberi Tugas
metodedan urutan pelaksanaan erection. Perhatian khusus dalam
pemasangan angker-angker untuk kolom dimana jarak-jarak / kedudukan
angker-angker harus tetap dan akurat untuk mencegah ketidak cocokan
dalam erection, untuk ini harus dijaga agar selama pengecoran angker-
angker tersebut tidak bergeser, misalnya dengan mengelas pada tulangan
pile cap. Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan pekerja-
pekerjanya dilapangan. Untuk ini Kontraktor harus menyediakan ikat
pinggang pengaman, safety helmet, sarung tangan dan pemadam
kebakaran. Pelaksanaan erection ini harus dikepalai oleh seorang yang benar-
benar ahli dan berpengalaman dalam erection konstruksi baja bertingkat
guna mencegah hal-hal yang tidak menguntungkan bagi struktur.
Kegagalan dalam erection ini menjadi tanggung jawab Kontraktor
sepenuhnya, oleh sebab itu Kontraktor diminta untuk memberi perhatian
khusus pada masalah erection ini. Semua pelat-pelat atau elemen yang rusak
setelah fabrikasi, tidak akan diperbolehkan dipakai untuk erection. Untuk
pekerjaan erection dilapangan, Kontraktor harus menyediakan tenaga ahli
dalam bidang konstruksi baja yang senantiasa mengawasi dan bertanggung
jawab atas pekerjaan erection. Tenaga ahli untuk mengawasi pekerjaan
erection tersebut harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas. Penempatan
konstruksi baja dilapangan harus diatur sedemikian rupasehingga
memudahkan pekerjaan erection. Kontraktor harusmemberitahukan
Pemberi Tugas sebelum pengiriman konstruksi baja danmenjamin bahwa
setelah dilapangan, konstruksi baja tersebut tetap tidakrusak dan
kotor.Bilamana ternyata yang dikirim rusak dan bengkok, Kontraktor harus
mengganti yang baru.

VI. PEKERJAAN ATAP


Dalam proyek ini ada Bangunan Gedung Kantor dan Gudang memakai rangka
atap yang terdiri dari baja Ringan yang dikerjakan setelah pekerjaan cor balok dan
kolomkolom selesai dikerjakan, rangka atap dipasang sedemikian rupa sehingga
kokoh dan rapi, agar atap penutupnya dapat dipasang dengan baik dan sempurna,
dimensi rangka baja ringan dan penempatannya disesuaikan dengan spesifikasi
teknis dan gambar rencana.
1. Pekerjaan Rangka Atap Baja Ringan
A. Bahan
1) Kontruksi kuda kuda dan konsol menggunakan baja WF 250.125.6.9
2) Gording menggunakan Canal C 150.65.3
3) Trekstank menggunakan 10 mm
4) Tiang kuda kuda menggunakan WF Besi WF 250.125.6.9
5) Plat join kuda-kuda t = 10 mm
6) Plat pengaku kuda-kuda t = 8 mm
7) Plat penumpu kanal t = 8 mm
8) Pasang Plat plendes double t = 10 mm
9) Angkur baja hitam 16 mm P = 40 cm
10)Ikatan Angin dengan baut pengaku 16 mm
11)Baut mur D = 16 mm
12)Batang untuk rangka dalam keadaan lurus, tidak melengkung
ataupun bengkok.
13)Tidak ada perubahan bentuk pada penampang profil.
14)Panjang material yang digunakan mencukupi serta tidak boleh
terdapat sambungan pada badan.
15) Ukuran profil seragam dari ujung satu ke ujung yang lainnya.
2. Pekerjaan Kontruksi Kuda-Kuda
A. Kuda-kuda dibentuk dengan menyatukan batang-batang profil berketebalan
paling tidak 1 mm dengan di skrup dengan menggunakan bor listrik dan
hexagonal socket.
B. Kuda-kuda inti dirakit terlebih dahulu dan selanjutnya dilakukan perakitan
kuda-kuda pendukung ataupun penahan. Sistim interlock antara kuda-
kuda dapat menjamin kestabilan kuda-kuda terhadap semua beban yang
bekerja pada rangka atap tersebut.
C. Jarak antara satu kuda-kuda ke kuda-kuda lainnya tidak lebih dari 150 cm.
Pengurangan jarak kuda-kuda dilakukan sesuai dengan pemilihan bahan
penutup atap yang digunakan.
D. Sekrup yang digunakan adalah tipe 12 14 x 20 mm HWFS yang dilapisi
antiKarat
3. Pelaksanaan
A. Pabrikasi
1) Pemeriksaan
Tukang-tukang yang digunakan hendaknya dari tenaga-tenaga yang
ahli pada bidangnya dan melaksanakan pekerjaan dengan baik
sesuai dengan petunjuk Direksi dan ketelitian utama diperlukan
untuk menjamin bahwa seluruh bagian dapat cocok satu sama lain
pada pemasangan. Dalam satu tim pekerja harus ada Team Leader
yang mempunyai keahlian pengelasan baja. Direksi mempunyai
kebebasan sepenuhnya untuk setiap waktu melakukan pemeriksaan
pekerjaan dan tidak satu pekerjaanpun dibongkar atau disiapkan
untuk dikirim sebelum diperiksa dan disetujui. Setiap pekerjaan
yang ternyata cacat atau tidak sesuai dengan gambar rencana atau
spesifikasi ini dapat ditolak dan bila terjadi demikian, harus segera
diperbaiki. Kontraktor harus menyediakan atas tanggungan sendiri
semua pekerjaan, alat-alat perancah dan sebagainya yang
diperlukan dalam hubungan pemeriksaan pekerjaan. Kontraktor
harus memperkenankan Direksi untuk sewaktu-waktu memeriksa
pekerjaan dan untuk mendapatkan keterangan mengenai cara-cara
dan lain-lain yang berhubungan dengan waktu pemasangan
(erection) di tempat pekerjaan.
2) Pola (Mal) Pengukuran
Semua pola (mal) dan lain-lain peralatan yang dibutuhkan untuk
menjamin ketelitian pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor
dan disetujui oleh konsultan Pengawas.
3) Meluruskan
Sebelum pekerjaan lain dilakukan pada besi baja maka semua besi
baja harus diperiksa kerataannya, semua batang-batang diperiksa
kelurusannya, harus bebas dari puntiran dan kalau perlu diadakan
tindakan perbaikan sehingga kalau besi-besi itu disusun akan
terlihat rapat seluruhnya. Cara-cara yang digunakan untuk
pekerjaan seperti tersebut di atas haruslah sedemikian rupa
sehingga tidak merusak atau berbekas pada material.
4) Memotong
Kecuali disyaratkan lain, pekerjaan konstruksi baja dapat dipotong
dengan mengelas atau menggergaji. Permukaan yang diperoleh dari
hasil pemotongan semacam itu harus diselesaikan siku terhadap
bidang yang dipotong (kecuali pinggir miring diperlukan), tepat dan
rata menurut ukuran yang diperlukan. Penyelesaian pada
permukaan umumnya dilakukan dengan mesin dan atau gerinda.
5) Memberi Tanda untuk Pemasangan Akhir
Setelah montase percobaan serta setelah mendapat persetujuan
Direksi tetapi belum dilepas, setiap bagian harus diberi tanda yang
jelas (dengan cat). Dua copy dari gambar rencana yang
menyatakan dengan tepat tanda-tanda itu, oleh Kontraktor
diberikan dengan cuma-cuma kepada Direksi.
B. Pemasangan Akhir (Montase Lapangan)
1) Kontraktor akan menyediakan jumlah sepenuhnya dari paku keling,
mur-mur, baut-baut, cincin baut dan sebagainya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan dilapangan dengan tambahannya
sebanyak 10% dari setiap ukuran paku keling dan 5% untuk setiap
ukuran baut, mur dan cincin baut. Pada saat pengiriman, Kontraktor
akan mengajukan/menyerahkan dengan cuma-cuma untuk Direksi,
dua copy daftar paku keling dan bautnya yang menyatakan jumlah
ukuran dan kualitas serta letaknya dimana akan dipakai pada
pekerjaan dari seluruh paku keling dan baut-baut yang diserahkan.
2) Baut Baja Keras, Mur, Baut Angker dan Cincin Baut-Baut baja keras,
mur dan cincin baut bila disyaratkan untuk disediakan oleh
Kontraktor untuk dipakai di pekerjaan, haruslah dengan ukuran-
ukuran seperti yang tertera pada gambar rencana.
C. Pemasangan (Erection)
1) Umum
Kontraktor harus menyediakan seluruh perancah dan alat-alat yang
diperlukan dan mendirikannya ditempat pekerjaan, memasang atau
las seluruh pekerjaan baja. Pekerjaan baja tidak boleh dipasang
sebelum cara, alat dan sebagainya yang akan digunakan telah
mendapat persetujuan Direksi. Semua bagian harus dikerjakan
secara hati-hati dan dipasang dengan teliti.
2) Kerangka Konstruksi Baja Profil WF
Satu bentang kerangka konstruksi baja dipasang atas tumpuan-
tumpuan sedemikian rupa, sehingga sesuai seperti tertera pada
gambar rencana. Tumpuan-tumpuan itu tidak disingkirkan sebelum
seluruh sambungan telah dilas dengan permanen. Pemasangan
permanen tak boleh dilakukan tanpa persetujuan Direksi dan pada
umumnya persetujuan semacam itu tidak akan diberikan sebelum
bentang itu telah terpasang dengan gelagar melintang, batang
penguat seperti yang disyaratkan.
4. Pekerjaan Penutup Atap
Sebelum penutup atap dipasang, semua kemiringan atap dan kelurusan akhiran
reng serta kuda-kuda diperiksa ulang, karena kalau kemiringan reng dan kuda-
kuda tidak sama mengakibatkan genangan air. Pasang penutup atap pada posisi
di atas reng, kemudian dilanjutkan pemasangan nok atap. Yang perlu
diperhatikan dalam pemasangan penutup atap adalah jarak reng sesuai dengan
aturan yang telah ditentukan (sesuai dengan ukuran spesifikasi bahan penutup
atap). Penutup Atap dipasang menggunakan genteng model karang
pilang ex ambulu, dan bubungan ex ambulu.
5. Pekerjaan Lisplank
Lisplank dipasang diagonal (tegal lurus terhadap rangka atap) memanjang
sesuai dengan kebutuhan atap dan sesuai dengan gambar bestek yang ada
menggunakan bahan kalsiplank 30 dan untuk regel menggunakan listplank
galvalum. Jarak antar skrup dibuat antara 20 s/d 30 cm sepanjang profil
memanjang lingplank tersebut, agar terkunci dengan baik dan kuat.

VII. PEKERJAAN LANTAI


1. Pemasangan Lantai Keramik Meliputi :
- Keramik ukuran 40 cm x 40 cm warna pada ruangan utama dan teras ,untuk
permukaan keramik itu sendiri halus dan mengkilat.
- Pekerjaan di kamar mandi pekerjaan keramik menggunakan keramik lantai
20/20. Sedang Keramik dinding menggunakan ukuran 20 x 25 cm warna,
diatas keramik dinding dipasang list kermik uk. 5 x 20 cm warna yang
pengerjaannya disesuaikaan spesifikasi gambar.
- Finising pilar menggunakan lapisan beton cetak bergaris.
2. Bagian-bagian lantai keramik yang terpaksa harus menggunakan lempeng
keramik yang tidak penuh, pemotongannya akan menggunakan mesin potong
dan nantinya menghasilkan tepian potongan yang lurus dan halus.
3. Spesi perekat terhadap lantai strukturnya menggunakan mortar campuran 1Pc :
4Ps untuk ruang-ruang, sedangkan untuk pemasangan keramik dinding dan
lantai KM/WC menggunakan campuran 1Pc:3Pp.
4. Pelaksanaan pemasangan sedemikian rupa sehingga :
- Seluruh bagian di bawah keramik terisi penuh dengan mortar spesi sehingga
tidak terdapat rongga udara yang terjebak di bawah keramik.
- Nat antar keramik adalah 3 mm dan menghasilkan garis nat yang lurus
sejajar garis dinding yang melingkupinya.
5. Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi dengan adukan
PC dan dikeruk halus hingga menghasilkan permukaan nat yang sama dengan
garis tepian keramik.
6. Noda adukan PC yang mengenai permukaan keramik akan segera dibersihkan
dengan lap basah dan dikeringkan seketika dengan lap kering.

VIII. PEKERJAAN PLAFOND


1. Rangka plafond menggunakan bahan dari hollow galvanis modul 60x60 dengan
modul/jarak sesuai dengan gambar bestek dengan diberi penguat penggantung.
2. Pemasangan plafond dilaksanakan dengan bentuk, pola.Sesuai pada gambar
detail yang ada apa bila ada perbedaan gambar Pihak Pelaksana memberi
tahukan pada pihak Direksi / Konsultan Pengawas.
3. Penutup Plafon menggunakan Penutup calsiboard.
4. Listplafond menggunakan bahan gypsum dengan ukuran 15 cm

IX. PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA ALUMUNIUM SERTA KACA


1. Umum
Material kusen, pintu, jendela adalah material yang berkaitan erat dengan
arsitekturnya dan termasuk material halus, finishing yang perlu diperhatikan
prosedurnya baik mulai dari pemasangan sampai pemeliharaannya. Untuk
menghindari resiko salah pemasangan, ukuran dan material kosen maupun
accesoriesnya, untuk itu penyedia memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Mengadakan pemeriksaan pengukuran di lapangan, agar ukuran kosen yang
dipasang telah disesuaikan dengan ukuran di lapangan dan membuat
shop drawings, lalu diajukan kepada Manajemen Konstruksi dan
Perencana untuk dimintakan persetujuannya.
A. Mengajukan contoh-contoh bahan yang digunakan pada proyek ini.
B. Bahan yang cacat dan bernoda tidak boleh digunakan, bahan yang
dipasang sesuai dengan contoh bahan yang sudah disetujui
Perencana/Manajemen Konstruksi.
C. Pekerjaan ini meliputi penyediaan bahan, pengerjaan, pemasangan alat-
alat bantu, alat-alat angkut dari gudang ke lokasi proyek dan peralatan
lainnya.
D. Sebelum kusen dibuat/dipesan, diwajibkan membuat mock-up kusen,
pintu, jendela dengan skala 1 : 1, lengkap dengan kunci, engsel, kaca dan
finishing melamik di proyek untuk diperiksa dan di ACC terlebih dahulu
oleh Manajemen Konstruksi dan Perencana Arsitektur.
E. Pemasangan kusen dilakukan paling akhir setelah dinding diplester dan
diaci, naad/pertemuan kosen dengan dinding diberi sealent.
2. Bahan / Material
Bahan yang dipakai menggunakan bahan Alumunium Brown 4, untuk Daun
Pintu dilengkapi Engsel ARC 4 dan Kunci merk setara Imperial, daun Jedela
dilengkapi Engsel ACRH 3 Chiefment dan grendel Slide, untuk Kusen dan
Daun Pintu KM / WC menggunakan Jenis Alumunium Silver lengkap dengan
Engsel dan Kunci
A. Persiapan
1) Ukuran-ukuran kosen dicek dahulu berdasarkan gambar dan kondisi di
lapangan, bila perlu ada penyesuaian-penyesuaian / koreksikoreksi pada
gambar. Bila kondisi lapangan dan gambar kerja tidak sesuai, harus
dilaporkan kepada Manajemen Konstruksi /Perencana untuk diperiksa.
B. Untuk ukuran kosen pintu dan daun pintu yang berhubungan dengan areal
luar seperti teras, selasar, balkon, kamar mandi / wc dan sebagainya, atau
yang berhubungan dengan perbedaan peil lantai, perlu ada penambahan
ketinggian kosen dan daun pintu agar tidak ada celah, pada teras, selasar
dan balkon setinggi 2 cm, sedang pada KM/WC/Toilet tingginya ditambah
5 cm atau sesuai ketinggian perbedaan peil lantai pada tiap pintu
kosennya, demikian juga untuk daun pintunya perlu ditambah.
1) Kosen hanya diperkenankan dipasang bila kondisi di lapangan sudah
memadai, pekerjaan-pekerjaan kasar seperti : pengecoran struktur,
pemasangan dinding bata, floor/rabat beton lantai dasar, pengerjaan
struktur lantai atas, kuda-kuda dan atap sudah selesai dipasang dan
pekerjaan menuju tahap finishing (lebih baik bila dinding dan lantai
sudah di finish).
2) Kosen-kosen tidak diperkenankan dipasang bila masih dalam pekerjaan
pekerjaan struktur/persiapan, untuk menghindari kesalahan ukuran dan
terjadi kerusakan-kerusakan akibat benturan.
3) Kosen-kosen yang sudah dipasang dilindungi dari kerusakan-kerusakan
akibat tabrakan/benturan dengan ditutup lembaran plywood 9mm
atau papan, penutupan papan/plywood dipasang/ditempatkan pada
lubang-lubang skonengan, sehingga tidak merusak permukaan kayu
kosen akibat paku, pemakuan untuk lembaran plywood pelindung
dengan menggunakan paku kecil.
4) Kosen-kosen pintu, jendela, bovenlight yang terletak di antara 2
kolom/ dinding, dipasang
rapat/presisi, tidak boleh ada plesteran tambahan atau belah, yang ada
hanya boleh untuk tali air selebar 5 mm.
5) Tali air dipasang pada seluruh keliling kosen pintu dan jendela dengan
lebar 5 mm tidak difinish cat, pengecatan dinding hati-hati, agar tali
air/naad tersebut tidak terkena lapisan cat.
6) Dalam pemasangan / penyetelan kosen, penggunaan paku yang dapat
merusak permukaan kayu kosen dihindari, pemakuan pada tempat
yang ada terdapat engsel, atau accessories pintu atau jendela,
sehingga lubang-lubang bekas paku tidak terlihat.
7) Pada saat melakukan plesteran/acian, adukan yang menempel
pada kosen segera
dibersihkan/dicuci sebelum adukan mengering.
C. Finishing Akhir
1) Finishing akhir untuk seluruh kosen, dan daun jendela di finish Melamix;
material finishing sudah dapat persetujuan terlebih dahulu oleh
Perencana/Manajemen Konstruksi (lihat spesifikasi pekerjaan
pengecatan).
2) Accessories seperti engsel pintu, handle, letak engsel pintu, kunci pintu,
engsel jendela jungkit dan pengunci jendela dan sebagainya, dan cara
pemasangannya dibuat mock-up terlebih dahulu dan dimintakan
persetujuan dari Arsitek/Manajemen konstruksi.
3) Lebar engsel pintu lebih kecil minimal 5 mm dari lebar daun
pintu/jendela, agar engsel tertanam dengan baik.
4) Letak posisi engsel pintu, engsel jendela, handle, kunci di ACC
terlebih dahulu oleh Arsitek.
5) Posisi engsel jungkit untuk daun jendela tertanam dengan baik, dan tidak
boleh terlihat pada waktu jendela dalam keadaan tertutup, baik dari
dalam, maupun dari luar.
6) Semua kosen, pintu, jendela yang sudah difinish, dilindungi/dibungkus
dengan plastik.

X. PEKERJAAN PENGECATAN
1. Pekerjaan Pengecatan Dinding Baru, Kayu dan Plafond
A. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada seluruh permukaan
dinding baru, dinding lama, kayu baru, kalsiplank, batu alam dan
plafond
B. Pengecatan pada dinding dan beton dilakukan setelah plesteran benar-
benar telah kering.
C. Sebelum pengecatan dilaksanakan terlebih dahulu bidang-bidangnya
tersebut diberihkan dari kotoran yang melekat serta dibuat rata dengan
cara menggosok dengan menggunakan kertas gosok.
D. Setelah dalam keadaan bersih, bidang-bidang yang akan dicat diplamur
dengan bahan plamir dinding.
E. Setelah plamir benar-benar kering pekerjaan dilanjutkan dengan
menggosok plamir hingga permukaan bidang yang akan dicat benar-
benar telah rata.
F. Pekerjaan akhir adalah pengecatan permukaan tersebut dilaksanakan
hingga pekat dan rata.
G. Warna cat dinding sesuai permintaan/persetujuan tertulis dari Direksi.
Warna Plafon dan List Plafon adalah sesuai permintaan/ persetujuan
tertulis dari Direksi.
H. Pengecatan waterproofing di lakukan pada permukaan plat dak teras
dan plat kantilever.

XI. PEKERJAAN SANITAIR DAN INSTALASI AIR BERSIH/KOTOR


1. Pipa air bersih jenis PVC Type AW , dilaksanakan pada Instalansi air bersih
dalam gedung untuk pipa yang masuk dinding, sedangkan untuk instalasi air
diluar gedung dipakai pipa PVC Type AW dilaksanakan ditaman dalam
galian tanah sedalam 40 cm diambil langsung dari tandon air.
2. Pipa air kotor menggunakan pipa PVC Type AW 3 disalurkan langsung ke
peresapan lama.
3. Pipa air kotoran menggunakan pipa PVC Type AW 4 disalurkan langsung ke
septictang lama.
4. Fitting-fitting jenis Pipa PVC maupun Pipa Galvanis mutu dan kwalitas yang
dipakai sama dengan jenis pipa yang dipakai.
5. Afoer bak, Afoer Lantai dan Kran air menggunakan Stenless.
6. Seluruh instalasi pemipaan dan peralatan harus diperhatikan penempatannya
agar tidak mengganggu atau bertentangan dengan pekerjaan instalasi lainnya.
7. Saluran pekerjaan Sanitair akan diadakan pengujian untuk mengetahui
berfungsinya seluruh peralatan yang telah dipasang, pengujian meliputi
kebocoran dan kesempurnaan peralatan yang telah dipasang.

XII. PEKERJAAN LISTRIK


Pekerjaan Instalasi listrik adalah Pemasangan Instalasi baru yang pemasangannya
sesuai gambar perencanaan.
1. Persyaratan
A. Untuk keperluan ini pemborong dapat menugaskan pihak ketiga (instalatir)
yang mempunyai sertifikat dari PLN setempat dengan mendapatkan
persetujuan terlebih dahulu dari Direksi secara tertulis.
B. Pemborong tetap bertanggung jawab atas pekerjaan instalasi yang dimaksud.
C. Sebelum melaksanakan pekerjaan instalasi tersebut pemborong harus
membuat gambar / diagram instalasi dengan skala 1 : 100 dengan mendapat
persetujuan dari Direksi.
D. Menurut penjelasan-penjelasan dan peraturan-peraturan dalam uraian ini
dengan tegangan / voltage 1500 V sesuai dengan keadaan setempat yang
ada.
E. Menurut segala petunjuk-petunjuk dari Direksi.
F. Menurut peraturan-peraturan listrik yang masih berlaku di Indonesia pada
waktu ini (PUIL) tahun 1997.
G. Instalasi listrik dipasang dengan kondisi sampai menyala.
2. Pekerjaan Pemasangan Pipa
A. Pemasangan pipa-pipa seluruhnya ditanam didalam tembok sedemikian rupa,
sehingga bila ditutup (diplester) tidak menonjol keluar, penanaman pipa
dilaksanakan sebelum tembok diplester.
B. Pipa-pipa yang ditanam didalam tembok harus dipasang dengan klem-klem
dan pipa yang digunakan ialah pipa-pipa PVC.
C. Pemasangan pipa yang diletakkan diatas kayu harus diberi lapak (klos) yang
jarak pemasangannya satu sama lain minimal 1 (satu) meter.
D. Pada tiap-tiap pasangan pipa jarak 8 m harus diberi Trakdoos (T.doos).
3. Pemasangan Kabel
A. Kabel yang digunakan untuk pemasangan tersebut adaah NYA ex lokal
kualitas LMK atau yang telah disetujui oleh PLN (Pusat Penyelidikan Masalah
Kelistrikan) berukuran 2.5 mm untuk aliran induk, kabel 1.5 mm untuk aliran
pembawa dari skaklar ke lampu dengan satu sama lain berlainan warna
(merah/hitam).
B. Penarikan kawat diatas isolator dikerjakan diatas langit-langit yang tidak
terlihat dari bawah.
C. Isolator yang digunakan ialah R.25 berukuran 25 x 25 mm dengan jarak
kurang dari 0,80 m.
D. Pada tiap-tiap penyambungan kawat dipergunakan lasdoop.
E. Pada tempat-tempat persilangan dan penyebrangan diatas tembok muka
kawat itu dimasukkan kedalam pipa sebagai pengaman.
F. Semua kawat yang dimasukkan kedalam pipa, tidak boleh ada sambungan.
4. Pemasangan Saklar, Stop Kontak, Sekringkast dll
A. Pemasangan saklar berkekuatan 6 A-250 V, stop kontak 15 Amp yang
menjadi standart PLN harus dipasang serapi-rapinya dan warna harus satu
macam, tidak boleh dicat atau diduco, semuanya pasangan dalam
(inbouwmounting)
B. Untuk saklar seri supaya dipasang memakai double truimel. Tinggi saklar,
stop kontak dari lantai menurut petunjuk PLN setempat. (menurut ketentuan
A.V.E.) atau 1,50 m dari lantai.
5. Kotak Sekering (Panel)
A. Kotak berkunci tersebut dari plat baja dengan ukuran sesuai dengan
perencanaan serta dilengkapi dengan sekring MCB.
B. Pemasangan sekring / panel secara tertanam dalam tembok terpasang kuat
dan rapi dengan lokasi yang tidak mengganggu lalu lintas serta mudah untuk
dijangkau.
C. Lampu yang dipasang Jenis Lampu PL 8 Watt dan PL 23 watt menggunakan
Standart PLN.
6. Pemasangan Penangkal Petir
A. Pekerjaan ini meliputi pengurusan perizinan / Pengesahan dari badan yang
berwenang (BMG), pengadaan bahan, Peralatan dan tenaga Pekerja,
Pemasangan, Pengujian dan Perbaikan selama masa Pemeliharaan untuk
suatu sistim penangkal petir yang lengkap
Pekerjaan tersebut terdiri dari :
Terminal Udara ( Non Radioaktif)
Penghantar Pentahanan (Down Conductor)
Terminal dan Elektroda Pentanahan
Aksesoris penangkal petir
Izin Instalasi dari instansi yang berwenang
B. Pemasangan
Down Conductor disepanjang konstruksi penyanggah harus dipasang
memakai klem dengan jarak setiap 75 cm.
Down Conductor diatas permukaan tanah sampai pada ketinggian 2
meter dari permukaan tanah harus dipasang didalam pipa PVC Kelas AW.
Pada Elektroda pentanahan harus dibuat terminal pentanahan dengan
baut dan ring. Sambungan pada elektroda pentanahan harus memakai
junction box.
Pemegang konduktor harus diikat pada bagian bangunan yang kokoh.
Radius pembelokan konduktor harus lebih dari 20 cm.
Sudut pembelokan > 90 derajat.
Lintasan konduktor hanya pada arah horizontal dan vertikal saja.
Sambungan yang diperlukan harus menjamin kontak yang baik dan tidak
mudah lepas.
Sambungan harus terbuka untuk keperluan pemeriksaan.
Konduktor yang menuju tanah, harus dilindungi terhadap kerusakan
mekanis dengan pipa galvanized seperti ditunjukkan dalam gambar
perencanaan/pelaksanaan.
Kontraktor harus membuat lubang pit dari concrete yang ada penutupnya
sebagai tempat ground root dengan ukuran 0.6m x 0.6m dengan
kedalaman 1m.

XII. JADWAL WAKTU PELAKSANAAN


1. Time Schedule dan kurva S
Time schedule di buat secara rasional antara pekerjaan yang satu dengan yang
lainnya. Dalam time schedule ini ditampilkan bobot pekerjaan yang dibagi
dengan kebutuhan waktu sehingga kita dapat memonitor setiap saat pekerjaan
tersebut melebihi atau terlambat dari waktu yang kita rencanakan.
Kurva S (terlampir)
2. Daftar Personil Inti
Personil-personil yang akan ditugaskan untuk pekerjaan ini adalah sebagai
berikut :
a) 1 (satu) orang Site Engineer (kualifikasi, keahlian, dan pengalaman terlampir)
b) 1 (satu) orang Pelaksana lapangan (kualifikasi, keahlian, dan pengalaman
terlampir)
c) 1 (satu) orang Tukang (kualifikasi, keahlian, dan pengalaman terlampir)
d) 1 (satu) orang Logistik (kualifikasi, keahlian, dan pengalaman terlampir)
e) 1 (satu) orang Adm.Proyek/Lap. (kualifikasi, keahlian, dan pengalaman
terlampir)
A. Sistem Koordinasi Personil di Lapangan :
Sistem koordinasi pesonil di lapangan, adalah seperti yang telah kami gambarkan
danuraikan pada Struktur Organisasi Personil Pelaksana di Lapangan
(sebagaimana terlampir). Struktur Organisasi Personil Pelaksana di Lapangan
tersebut nantinya secara jelas dapatmenggambarkan hal-hal yang mengandung
koordinasi personil sebagai berikut :
1) Site Engineer
Sebagai pimpinan sebuah proyek yang bertanggungjawab memimpin orang-
orang dalam proyek yang berbagai karakteristik, latar belakang budaya,
dengan tujuan tertentu dari proyek untuk kelancaran kegiatan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi fisik pembangunan yang berhubungan dengan
menyelesaikan masalah secara efektif dan efisien, membuat anggaran biaya
proyek, analisis kelayakan investasi agar keuangan proyek dapat berjalan
optimal sesuai dengan keinginan penyedia dana, menjadwalkan proyek,
kemampuan teknis melingkupi pengetahuan dan pengalaman dalam hal
proyek itu sendiri, dengan mengetahui prosedur-prosedur dan mekanisme
proyek, menjadi salah satu peranan penting yang dimiliki oleh seorang
manajer proyek, pemakaian sumber daya, komunikasi yang efektif antara
manajer proyek dengan timnya.
- Koordinasi kerja yang dilakukan adalah meliputi :
- Keluar, adalah melakukan koordinasi dengan semua pihak termasuk
direksi yang berkaitan dengan jalannya kegiatan pelaksanaan pekerjaan
konstruksi fisik pembangunan.
- Kedalam, adalah bertanggungjawab atas membina hubungan kooperatif,
menjadwalkan proyek, mengimplementasikan rencana proyek,
mengontrol kerja sampai selesai, melekukan inovasi, memonitor dan
mengontrol perkembangan proyek.
2) Pelaksana Lapangan
Sebagai Penanggungjawab terhadap jalannya kegiatan pelaksanaan
pekerjaan konstruksi fisik pembangunan yang berhubungan dengan
kesesuaian pelaksanaan dengan ketentuan yang tercantum didalam Surat
Perjanjian Kontrak Pelaksanaan (baik Gambar pelaksanaan, RKS,
BA.Aanwijzing, Penawaran harga dan ketentuan lain yang berhubungan
dengan pekerjaan ini) dari mulai awal kegiatan sampai dengan selesainya
pekerjaan (Serah Terima I dan II) dalam lingkup Tugas Pelaksana Lapangan.
Membantu Koordinator Pelaksana untuk melaksanakan dan menjalankan
pekerjaan agar ketepatan waktu pelaksanaan yang berkaitan dengan
masalah kapan jenis pekerjaanakan dimulai, pengadaan bahan/material,
pengadaan pekerja ( Mandor, Kep.Tukang,Tukang, dan Tenaga di lapangan)
dan Peralatan kerja, sesuai dengan Jadwal / TimeSchedule.
a) Koordinasi kerja yang dilakukan adalah meliputi :
- Keluar, adalah membantu Koordinator Pelaksana melakukan koordinasi
dengan semua pihak sesuai kebenaran jalannya pelaksanaan pekerjaan,
dengan ketentuan. Termasuk pula ketepatan waktu pelaksanaan yang
berkaitan dengan masalah kapan jenis pekerjaan akan dimulai,
pengadaan bahan/material, pengadaan pekerja ( Mandor, Kep.Tukang,
Tukang, dan Tenaga di lapangan) dan Peralatan kerja, sesuai dengan
Jadwal waktu /Time Schedule.
- Kedalam, adalah bertanggung jawab atas jalannya semua kegiatan
pekerjaan mulai dari ketepatan waktu, kebenaran pelaksanaan pekerjaan,
pengadaan material, pengadaan pekerja, dan peralatan kerja kepada
Koordinator Pelaksana. Melakukan koordinasi sekaligus memberikan
arahan dan tanggung jawab atas hasil pekerjaan yang dilakukan Para
Pekerja ( Mandor, Kep. Tukang, Tukang dan Tenaga ).
3) Tukang
Sebagai penanggungjawab terhadap para tukang bangunan agar bisa
memahami dan bekerja sesuai dengan arahan pelaksana atau pemilik
bangunan.
a) Koordinasi kerja yang dilakukan adalah meliputi :
- Melakukan koordinasi dengan pihak pelaksana dan atau mandor
mengenai peralatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan
serta melaporkan kepada pelaksana lapangan dan atau mandor bilamana
ada kesulitan untuk diberikan jalan keluar.
4) Logistik
Sebagai Penanggungjawab terhadap semua Pengadaan material/bahan dan
Peralatan yang diperlukan di lapangan, baik yang menyangkut jenis, jumlah,
kualitas dan ketepatan waktu pendatangannya.
a) Koordinasi kerja yang dilakukan adalah meliputi :
- Keluar, adalah melakukan koordinasi dengan semua pihak (Suplyer, dll.)
yang berkaitan dengan material/bahan maupun peralatan.
- Kedalam, adalah bertanggung jawab atas jalannya semua kegiatan
pengadaan material/bahan mulai dari ketepatan waktu, jenis, jumlah dan
kualitasnya kepada Koordinator Pelaksana yang dibantu para Pelaksana
Lapangan. Juga sekaligus selalu melakukan koordinasi dengan
Koordinator Pelaksana dan Pelaksana Lapangan yang berhubungan
dengan Rencana pengadaan bahan/material dan Peralatan.
5) Administrasi Proyek / Lapangan
Sebagai Penanggungjawab terhadap semua jalannya administrasi proyek
mulai dari surat menyurat sampai dengan Pelaporan Progress Fisik Proyek
kepada Koordinator Pelaksana dan Pelaksana Lapangan.
Administrasi Proyek secara kerja harus selalu melakukan koordinasi dengan
Koordinator Pelaksana dan Pelaksana Lapangan, agar administrasi proyek
tercapai hasil yang benar dan tepat waktu.
B. Sistem Penugasan Antar Personil di Lapangan :
Penugasan antar personil di lapangan yang meliputi Koordinator Pelaksana,
Pelaksana Lapangan, Logistik dan Administrasi Proyek / Lapangan, adalah
sebagai berikut :
1. Site Engineer (SE)
a) Memberikan petunjuk kepada tim, dalam melaksanakan pekerjaan
pengawasan teknis segera setelah kontrak fisik ditandatangani.
b) Memberikan petunjuk kepada tim dalam melaksanakan pekerjaan, untuk
menyiapkan rekomendasi secara terinci atas usulan desain, termasuk data
pendukung yang diperlukan.
c) Menjamin bahwa semua isi dari kerangka acuan pekerjaan ini akan
dipenuhi dengan baik yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan major
serta pemeliharaan jalan.
d) Bekerjasama dengan pihak pemberi tugas sehubungan dengan pekerjaan
e) Menjamin semua pelaksanaan detail teknis untuk pekerjaan major tidak
akan terlambat selama masa mobilisasiuntuk masing-masing paket
kontrak dalam menentukanlokasi, tingkat serta jumlah dari jenis-jenis
pekerjaan yang secara khusus disebutkan dalam dokumen kontrak.
f) Membantu tim di lapangan dalam mengendalikankegiatan-kegiatan
kontraktor, termasuk pengendalian pemenuhan waktu
pelaksanaanpekerjaan.
g) Membantu dan memberikan petunjuk kepada tim di lapangan dalam
mencari pemecahan-pemecahan atas permasalahan yang timbul baik
sehubungan dengan teknis maupun permasalahan kontrak.
h) Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam pekerjaan penyelidikan
bahan/material baik di lapangan maupun laboratorium serta menyusun
rencana kerjanya.
i) Memeriksa hasil laporan pengujian serta analisanya.
j) Bertanggung jawab atas pengujian dan penyelidikan material/bahan di
lapangan. Membantu Chief Supervision Engineer dalam melaksanakan
tugas. Mengikuti petunjuk-petunjuk dan persyaratan yang telah ditentukan
terutama sehubungan dengan :Inspeksi secara teratur ke paket-paket
pekerjaan untuk melakukan monitoringkondisi pekerjaan dan melakukan
perbaikan-perbaikan agar pekerjaan dapat direalisasikan sesuai dengan
ketentuan dan persyaratan yang telah ditentukan. Pemahaman terhadap
spesifikasi. Metode pelaksanaan untuk setiap jenis pekerjaan yang
disesuaikan dengan kondisi dilapangan.
k) Membantu Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan dalam penyelesaian
administrasi kemajuan proyek. Bantuan ini termasuk mengumpulkan data
proyek seperti kemajauan pekerjaan, kunjungan pekerjaan, kunjungan
lapangan, rapat-rapat koordinasi dilapangan, data pengukuran kuantitas,
pembayaran kepada kontraktor. Semuanya dikumpulkan dalam dalam
bentuk laporan kemajuan bulanan dan memberikan saran-saran untuk
mempercepat pekerjaan serta memberikan penyelesaian terhadap
kesulitan yang timbul baik secara teknis maupun kontraktual untuk
menghindari keterlambatan pekerjaan.
2. Koordinator Pelaksana
a. Mengelola dan mengatur kegiatan pelaksanaan.
b. Mengendalikan, mengarahkan dan mengatur jalannya semua kegiatan
pekerjaan yang dilaksanakan agar pelaksanaan sesuai dengan ketentuan
yang tercantum di dalam Surat Perjanjian (Kontrak) yaitu dapat tepat
waktu, tepat mutu baik hasil pekerjaan maupun material dan tepat
administrasi.
c. Memberikan pengarahan dan mengendalikan terhadap semua personil
dibawahnya yang ada di lapangan yaitu terhadap Pelaksana Lapangan,
Logistik, dan Administrasi Proyek/Lapangan.
d. Menghadiri rapat koordinasi / evaluasi pekerjaan dengan Pemberi Tugas
dan Unsur unsur yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan
pembangunan ini.
e. Memimpin rapat-rapat intern struktur organisai personal pelaksana di
lapangan yang dilakukan rutin setiap saat.
f. Mengendalikan, mengontrol dan melakukan evaluasi jalannya pelaksanaan
pekerjaan serta crosschek terhadap Time Schedule dan di lapangan.
3. Pelaksana:
a. Melaksanakan dan mengatur Uitzet/menentukan tapak rencana bangunan
di lapangan bersama-sama Pengawas, Perencana, Unsur Teknis Kegiatan
dan Pemberi Tugas.
b. Melaksanakan dan mengatur kegiatan di lapangan, sesuai dengan
bidangnya dalam hal ini agar bisa terpenuhi rencaca mutu, waktu dan
biaya sesuai dengan waktu rencana. Ada beberapa aspek yang harus
terpenuhi antara lain sbb :
- Stok material yang dibutuhkan di lapangan
- Kebutuhan tenaga kerja di lapangan
- Peralatan pendukung untuk memperlancar kegiatan di lapangan
c. Mengatur, melaksanakan dan mengendalikan pelaksanaan di lapangan
dengan para mandor dan tenaga kerja di lapangan
d. Selalu melaksanakan koordinasi dengan Logistik terkait dengan kebutuhan
material yang harus disiapkan.
e. Melaporkan kepada Koordinator Pelaksana mengenai semua kegiatan yang
terjadi dan dilaksanakan di lapangan.
4. Tukang :
a) Memimpin para tukang bangunan agar bisa memahami dan bekerja sesuai
dengan arahan pelaksana atau pemilik bangunan.
b) Sebagai tempat penitipan gaji tukang secara keseluruhan untuk kemudian
membagikanya kembali kepada para tukang sesuai dengan pendapatan
masing-masing.
c) Merupakan tukang senior yang telah ahli dibidangnya jadi bisa menjadi
tempat bertanya dan belajar bagi tukang dengan kemampuan
dibawahnya, apabila kepala tukang tidak bisa menjawab maka dapat
disampaikan kepada pelaksana untuk diberikan penjelasan.
d) Memberikan contoh bagaimana cara mengerjakan suatu pekerjaan yang
baik dan cepat.
e) Melaporkan kepada pelaksana mengenai kesulitan atau kendala dalam
pelaksanaan untuk diberikan jalan keluar.
f) Memegang keuangan harian untuk operasional tukang seperti uang
makan, pembelian minuman, dan lainya sesuai dengan kebijakan
manajemen kontraktor.
g) Memberitahukan daftar alat yang dibutuhkan oleh tukang dalam
melaksanakan pekerjaan.
5. Logistik :
a) Menyiapkan dan memonitor terhadap schedule pendatangan material.
b) Mengontrol terhadap material yang datang di proyek, dalam hal ini harus
sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh Koordinator
Pelaksana / Lapangan.
c) Menyiapkan semua kebutuhan material / barang sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan Pelaksana dan Koordinator Pelaksana.
d) Melaporkan, termasuk mendata kendala kendala material yang
dibutuhkan untuk dilaporkan dan dikoordinasikan dengan Koordinator
Pelaksana di lapangan.
e) Selalu berkoordinasi dengan Pelaksana dan Koordinator Pelaksana.
6. Admistrasi Proyek/Lapangan :
a) Menyiapkan data pekerjaan di lapangan yang berkaitan dengan data
Administrasi.
b) Selalu berkoordinasi dengan tim yang ada di lapangan terutama dengan
coordinator pelaksana, pelaksana dan logistik, dan kemudian untuk
dilaporkan dan dikonsolidasikan dengan Site manager/koordinator
pelaksana.
c) Selalu mengontrol kebutuhan dana di lapangan terutama untuk pengadaan
material dan kebutuhan pembayaran tenaga kerja setiap minggunya.

XIII. JENIS PERALATAN YANG DIUSULKAN


Dalam pelaksanaan pekerjaan ini diperlukan beberapa perlatan yang dibutuhkan
untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan, beberapa peralatan yang
dibutuhkan antara lain :
1. Dump Truck/Pick Up
2. Mixer Molen
3. Pompa Air
4. Vibrator
5. Mesin Las Listrik
6. Peralatan pertukangan lain yang dibutuhkan seperti cangkul, sekrop, dll.

Anda mungkin juga menyukai