Anda di halaman 1dari 2

F_082_Summary_1 Ria Puji

Restu

Apoteker Pak Berkah

Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus pendidikan profesi dan telah
mengucapkan sumpah berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan berhak melakukan
pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Seorang Apoteker di dalam menjalankan
tugas kewajibannya serta dalam mengamalkan keahliannya harus selalu berpegang teguh
kepada sumpah/janji Apoteker dan berpedoman pada kode etik Apoteker yang terdiri dari
kewajiban umum, kewajiban Apoteker terhadap pasien, kewajiban Apoteker terhadap teman
sejawat, dan kewajiban Apoteker terhadap sejawat petugas kesehatan lain. (1)
Pada kode etik Apoteker terdapat beberapa pasal yang berhubungan dengan skenario 1
yaitu pasal 1, 2, 3, 5, 7, dan 9. Dijelaskan bahwa: (1) Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi,
menghayati dan mengamalkan Sumpah Janji Apoteker, (2) Seorang Apoteker harus berusaha
dengan sungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia, (3)
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan dalam
melaksanakan kewajibannya. (4) Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus
menjauhkan diri dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan
martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian. (5) Seorang Apoteker harus menjadi sumber
informasi sesuai dengan profesinya. (5) Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian
harus mengutamakan kepentingan masyarakat, menghormati hak azasi pasien dan melindungi
makhluk hidup insani.(1)
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau tidak
mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan menerima sanksi dari
pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
(1)
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pada pasal 1 disebutkan bahwa Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati
dan mengamalkan Sumpah Janji Apoteker. Isi dari Sumpah Apoteker adalah sebagai berikut: (1)
Saya bersumpah / berjanji akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanuasiaan
terutama dalam bidang kesehatan. (2) Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya
ketahui karena pekerjaan saya dan keilmuan saya sebagai apoteker. (3) Sekalipun diancam, saya
tidak akan mempergunakan pengetahuan kefarmasian saya untuk sesuatu yang bertentangan
dengan hukum perikemanusiaan. (4) Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik -
baiknya sesuai dengan martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian. (5) Dalam menunaikan
kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh - sungguh supaya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, kepartaian, atau kedudukan sosial. (6) Saya
ikrar sumpah / janji ini dengan sungguh-sungguh dengan penuh keinsyafan. (2)
Dalam dunia kefarmasian, dikenal pekerjaan kefarmasian dan pelayanan kefarmasian.
Kedua hal ini memiliki perbedaan. Berdasarkan PP No.51 tahun 2009, pekerjaan kefarmasian
adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan,
penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas
resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat
tradisional. Sedangkan pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. (3)
Berdasarkan Permenkes No.31 tahun 2016 tentang perubahan Permenkes No.889 tahun
2011, apoteker yang akan menjalankan pekerjaan kefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai
tempat bekerjanya, dalam hal ini adalah Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). SIPA bagi apoteker di
fasilitas pelayanan kefarmasian dapat diberikan untuk paling banyak 3 tempat fasilitas
pelayanan kefarmasian. Jika apoteker telah memiliki Surat Izin Apotek (SIA), maka apoteker yang
bersangkutan hanya dapat memiliki SIPA pada 2 fasilitas pelayanan kefarmasian lain. (4)
Berdasarkan Kemenkes No. 1332 tahun 2002, Surat Izin Apotek atau SIA adalah Surat izin yang
diberikan oleh Menteri kepada Apoteker atau Apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana
untuk menyelenggarakan Apotek di suatu tempat tertentu. Apoteker Pengelola Apotik adalah
Apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotik (SIA). (5) Sehingga, jika di kaitkan dengan Permenker
No.31 tahun 2016, seorang Apoteker dapat menjadi Apoteker Penanggung/Pengelola Jawab
Apotek (APA) di satu apotek menggunakan 1 SIPA, dan 2 SIPA lain dapat digunakan sebagai
Apoteker Pendamping di tempat lain.
Di setiap apotek tersedia Obat Wajib Apotek. Obat Wajib Apotek (OWA) yaitu obat keras
yang dapat diserahkan oleh Apoteker kepada pasien di Apotek tanpa resep dokter. Apoteker di
Apotek dalam melayani pasien yang memerlukan OWA diwajibkan: (1) Memenuhi ketentuan dan
batasan tiap jenis obat per pasien yang disebutkan dalam Obat Wajib Apotek yang
bersangkutan. (2) Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan. (3) Memberi
informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi, efek samping dan lain-lain yang
perlu diperhatikan oleh pasien.(6) Sesuai permenkes No.919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat
yang dapat diserahkan: (1) Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil,
anak di bawah usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun. (2) Pengobatan sendiri dengan obat
dimaksud tidak memberikan risiko pada kelanjutan penyakit. (3) Penggunaannya tidak
memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan. (4)
Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia. (5) Obat
dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatan sendiri.(7)
Contoh dari OWA adalah asam mefenamat. Asam mefenamat adalah obat anti inflamasi
golongan non-steroid (NSAID). Asam mefenamat mengikat reseptor prostaglandin COX-1 dan
COX-2, menghambat aksi prostaglandin sintetase. Sebagai reseptor, prostaglandin memiliki
peran sebagai mediator utama peradangan, sehingga gejala nyeri berkurang sementara. Efek
samping yang sering muncul setelah konsumsi asam mefenamat adalah diare, mual, dan sakit
perut.(8)
Seorang apoteker harus memiliki akhlak yang baik dalam menjalankan tugasnya. Kita harus
berikhtiar untuk mendapatkan rezeki yang berkah. Rezeki yang berkah adalah rezeki yang
memberikan manfaat bagi pemilik pemiliknya maupun orang disekitarnya, baik manfaat di dunia
maupun di akhirat. Cara mencari rezeki halal adalah dengan cara bekerja atau berniaga tidak
melanggar syariat Islam, seperti berdagang barang-barang halal, bekerja seseai keahliannya.
Sedangkan cara mencari rezeki haram adalah pekerjaan dan usaha yang dilarang oleh syariat
Islam, misalnya mencuri, menipu, meminjamkan uang dengan riba, mencari rezeki dengan
perdukunan dan melakukan ritual syirik.(9) Dalam hal ini Firman Allah SWT:
...Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, niscaya dia akanmengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya... (QS: Ath-Thalaq (65): 2-3)

Daftar Pustaka
(1) Anonim, Kode Etik Apoteker Indonesia dan Implementasi Jabaran Kode Etik, IAI: Jakarta
(2) Presiden RI, 1962, PP No.20, Jakarta
(3) Presiden RI, 2009, PP No.51, Jakarta
(4) Anonim, 2016, Permenkes No.31, Kementrian Kesehatan RI: Jakarta
(5) Anonim, 1990, Keputusan MenKes No.347, Kementrian Kesehatan RI: Jakarta
(6) Anonim, 1993, Permenkes No.919, Kementrian Kesehatan RI: Jakarta
(7) Dari drugsbank, diakses pada tanggal 4 September 2016 dari:
http://www.drugbank.ca/drugs/DB00784
(8) Himawan, Candra dan Neti Suriana, 2013, Sedekah: Didup Berkah Rezeki Melimpah,
Galang Press: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai