Naskah Psikiatri
F.31. 7. Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL RSJ HB SAANIN
PADANG
2017
0
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan mood bipolar (GB) sudah dikenai sejak zaman Yunani kuno. Emil
Kraepelin, seorang psikiater Jerman, menyebut GB sebagai manik-depresif. la melihat
adanya perbedaan antara manik- depresif dengan skizofrenia. Awitan manik-depresif
tiba-tiba dan perjalanan penyakitnya berfluktuasi dengan keadaan yang relatif normal di
antara episode, terutama di awal-awal perjalanan penyakit. Sebaliknya, pada skizofrenia,
bila tidak diobati, terdapat penurunan yang progresif tanpa kembali ke keadaan sebelum
sakit. Walaupun demikian, pada keadaan akut kedua penyakit terlihat serupa yaitu
adanya waham dan halusinasi.1,2
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup.1,3 Gangguan bipolar atau gangguan afektif bipolar merupakan
kombinasi dari dua episode, yang berada di kutub yang berlawanan dari suasana hati.
Gangguan bipolar terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas yang berlebih
(mania atau hipomania), dan dalam jangka waktu yang berbeda terjadi penurunan afek
yang disertai dengan penurunan aktivitas (depresi). 1,4
2. Epidemiologi Gangguan Afektif Bipolar
Jumlah kejadian setiap tahun dari gangguan bipolar dalam populasi diperkirakan
antara 10-15 per 100000 di antara manusia. Angka ini lebih tinggi di kalangan wanita
dan bahkan dapat mencapai 30 per 100000 . Kondisi ini dapat mempengaruhi orang dari
hampir semua usia, dari anak-anak sampai usia lanjut. Prevalensi serupa terjadi pada pria
maupun wanita.3
3. Etiologi Gangguan Afektif Bipolar
Etiologi gangguan bipolar, belum diketahui secara pasti. Bisa terjadi karena
berbagai faktor seperti faktor genetika dan psikososial. Para peneliti juga berpendapat
bahwa disregulasi heterogen terjadi dari neurotransmitter di otak.5,6
Ada beberapa hipotesis yang menjelaskan tentang etiologi dari munculnya
gangguan afektif bipolar diantaranya, yaitu; 7
1
a. Hipotesis Genetik
Adanya kecenderungan familial sangat penting dalam pembentukan
gangguan afektif bipolar. Beberapa penelitian telah melaporkan adanya
hubungan relative antara penderita dengan riwayat gangguan afektif pada orang
tua, saudara kandung serta anak. Kecenderungan untuk menderita gangguan
afektif bipolar pada seseorang yang memiliki riwayat genetik meningkat
hingga 5-10 kali lipat pada populasi umum. Data dari penelitian lainnya juga
memaparkan adanya resiko biologis dan serupa dengan genetik yang
menimbulkan gangguan afektif bipolar.7
Pada penelitian pasien kembar ditemukan bahwa populasi kembar
monozigot (60-80%) memiliki kecenderungan sakit lebih tinggi dibandingkan
kembar dizigot (20-30%). Studi ini memperkirakan hal ini berkaitan dengan
suatu gangguan pada gen spesifik. Beberapa lokus gen spesifik sudah
ditemukan namun masih membutuhkan konfirmasi ulang. Gen tersebut
berperan dalam mekanisme kerja reseptor dopamine dan serotonin, transporter,
dan enzim metabolik. Sebuah penelitian menemukan pengkode gen
norepinerin-metabolizing enzyme cathechol-O-methyl transferase (COMT)
diduga berhubungan dengan pembentukan gangguan afektif bipolar. 7
Banyak teori yang memiliki konstribusi terhadap patologikal dasar
terbentuknya gangguan afektif bipolar. Namun, belum ada data dasar yang
memaparkan neurotransmitter dasar, lokus neuroanatomik atau bagian
psikologi sistem yang mengalami gangguan. Hubungan antar hipotesis ini
membutuhkan invertigasi neurobiologikal lebih lanjut. 7
b. Hipotesis Neuroendokrin
Sebuah penelitian neuroendokrin menemukan abnormalitas cairan
cerebrospinal pada orang dengan gangguan mood. Sistem neuroendokrin atau
sistem neurotransmitter yang mengontrol hormonal berhubungan dengan
patofisiologi gangguan mood. Aksis tiroid mungkin berhubungan dengan
patofisilogi gangguan mood. Beberapa penelitian menunjukkan hormone tiroid
berhubungan dengan paradigm terjadinya gangguan mood. Selain itu,
berdasarkan evidence indikasi pemberian suplemen hormone tiroksin (T 4) bisa
menginduksi proses remisi dari pada pasien dengan gangguan mood. 7
3
hipomania justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien
hipomania tidak memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau
pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi. 3,7,8
b. Episode Depresi Mayor
Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat symptom atau tanda
yaitu :3,7,8
a.) Mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
b.) Menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
c.) Sulit atau banyak tidur
d.) Agitasi atau retardasi psikomotor
e.) Kelelahan atau berkurangnya tenaga
f.) Menurunnya harga diri
g.) Ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi
h.) Pesimis
i.) Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa rencana)
atau tindakan bunuh diri. 3,7,8
Gejala-gejala diatas menyebabkan penderitaan atau mengganggunya fungsi
personal, sosial, pekerjaan. 3,7,8
c.
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang
terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik),
iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri,
insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang
bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk
melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu
fungsi personal, sosial dan pekerjaan. 3,7,8
d. Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan mood,
ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit terjadi gejala (empat gejala bila mood
irritable) yaitu: 3,7,8
a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri
4
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Meningkatnya pembicaraan
d. Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
g. Pikiran menjadi lebih tajam
h. Daya nilai berkurang. 3,7,8
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau prilaku atau pembicaraan
aneh) tidak membutuhkan hospitalisasi dan tidak mengganggu fungsi personal, sosial,
dan pekerjaan. Sering kali dilupakan oleh pasien tetapi dapat dikenali oleh keluarga. 3,7,8
e. Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling
sering yaitu:3,7,8
a. Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
b. Waham
Contoh, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham
nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi dengan
mood. Pasien dengan Gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri
psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan
bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti:
durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara Gangguan mood dan gejala psikotik,
dan riwayat penyesuaian social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang
memiiki penerapan terapi yang penting, pasien dengan simptom psikotik hampir selalu
memerlukan obat anti psikotik di samping antidepresan atau antimania atau mungkin
3,7,8
memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan klinis.
5
5. Diagnosis Gangguan Afektif Bipolar
6
Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
a. Saat ini dalam episode campuran
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi
atau campuran
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan psikotik yang tidak
diklasifikasikan
d. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya. 9
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
a. Saat ini dalam episode hipomanik
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau
campuran
c. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna
atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
d. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan. 9
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
a. Saat ini dalam episode depresi mayor
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan
campuran
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
7
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
d. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya. 9
Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
a. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik,
hipomanik, campuran atau episode depresi.
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya. 9
8
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih
dengan manic atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan
siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II
dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
d. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak
bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
e. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
f. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik
cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan
atau aspek fungsi penting lainnya. 9
9
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania
(F30); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik , depresif, atau campuran) di masa lampau.4
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala
Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik (F30.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. 4
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala
psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran) di masa lampau.4
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau
Sedang
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi
ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau.4
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau. 4
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan
Gejala Psikotik
10
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran dimasa lampau. 4
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik,
dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania dan depresif yang sama-sama mencolok selama
masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau. 4
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depres if atau campuran). 4
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT. 4
11
6. Diagnosis Banding Gangguan Afektif Bipolar
Tabel 1.1. Diagnosis banding gangguan afektif bipolar.10
7. Penatalaksanaan
12
Ada empat syarat fungsi obat yang boleh digunakan, 1) obat yang mengobati
gejala manik, 2) obat yang mengobati gejal depresi, 3) obat terapi profilak manik, 4)
Lithium
Lithium merupakan golongan mood stabilizer yang biasanya digunakan untuk episode
manik, depresi, bipolar disorder, major depressive disorder,dan neutropenia.
Dosis:
Pada fase akut dosis yang digunakan mencxapai 1800mg/ hari. Sedangkan dosis
diturunkan hingga 900-1200 mg/ hari dalam dosis terbagi pada fase maintanance. Dosis
inisia; yaitu 300 mg, 2-3 kali sehari dan ditingkatkan hingga mencapai dosis yang
optimal yang dinilai dari kadar lithium plasma.
Kontraindikasi:
Lithium tidak dapat digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat, gangguan
kardiovaskular, dehidrasi berat, dan alergi terhadap lithium.
Carbamazepin
Carbamazepin merupakan golongan antikonvulsan, anti nyeri pada nyeri kronis.
Dosis:
Dosis yang lazim digunakan yaitu 400-1200 mg/hari.Sedangkan, dosis pada anak 10-20
mg/kgbb/ hari. Dosis inisial untuk gangguan bipolar yaitu 200 mg, 2x sehari. Dosis
ditingkatkan setiap minggu sebanyak 200 mg, hingga mencapai dosis maksimal 1200
mg.
Kontraindikasi:
Obat ini tidak boleh digunakan pada pasien yang sedang mengkonsumsi MAOI (mono
amine oksidase inhibitor) juga pasien dengan riwayat supresi sumsum tulang.
Valproate
Valproate dari golongan antikonvulsan, mood stabilizer, dan migraine.
Dosis:
Pada mania dosis valproate yaitu 1200-1500 mg/hari. Dosi inisial berkisar 15 mg/kgbb
terbagi dalam 2 dosis. Pada fase akut mania, dosis dewasa 1000mg/hari ditingkatkan
13
hingga 60mg/kgbb/hari. Namun, pada keadaan yang kurang akut dosis berkisar 250-500
mg pada hari pertama kemudian ditingkatkan hingga dosis yang dapat ditoleransi
Kontraindikasi:
Tidak digunakan pada pasien dengan pankreatitis, gangguan berat pada hepar, gangguan
metabolisme ureum, dan pasien yang terbukti hipersensitivitas dengan valproat.
Olanzapine
Olanzapine merupakan golongan antipsikosis atipikal (serotonin-dopamine antagonist,
antipsikotk generasi II, mood stabilizer)
Dosis:
Dosis pemakaian oral maupun intramuskular yaitu 10-20 mg/ hari. Dosis oral inisial 5-10
mg, 1 kali sehari, ditingkatkan setiap minggunya 5 mg hingga dosis optimal tercapai,
maksimal 20 mg/ hari.
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pasien dengan glaukoma sudut tertutup, pasien dengan miokardial
infark, pasien yang baru menjalani pembedahan jantung, pasien dengan hipotensi berat,
dan pasien yang terbukti hipersensitiviytas dengan obat ini.
Tabel 1.2. Ringkasan pemilihan terapi pada gangguan afektif bipolar.7
Mania Depresi
14
Gambar 1.1. Algoritma penatalaksanaan gangguan afektif bipolar.7
15
a. Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik
gangguan afektif bipolar kini manik akut didasarkan kepada step line terapi. Step
16
Tabel 1.3. Rekomendasi penatalaksanaan gangguan afektif bipolar
episode kini manik fase akut. 10
17
b. Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi
gangguan afektif bipolar kini depresi akut didasarkan kepada step line terapi. Step
18
Tabel 1.4. Rekomendasi penatalaksanaan gangguan afektif bipolar
episode kini depresi fase akut. 10
19
8. Prognosis
Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang kurang baik
dibandingkan depresi mayor. Sekitar 40-50% pasien dengan bipolar 1 memiliki
kemungkinan mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun episode pertama.
Walaupun dnegan penggunaan litium sebagai profilaksis meningkatkan prognosis bipolar
I, kemungkinan hanya 50-60% pasien mencapai kontrol signifikan akan gejala mereka
dengan litium. Pasien bipolar I dengan premorbid status pekerjaan yang tidak
mendukung, ketergantungan alkohol, gejala psikotik, gejala depresi dan jenis kelamin
laki-laki juga mempengaruhi prognosis yang kurang baik. Durasi pendek dari manik,
usia yang tidak terlalu muda saat onset menghasilkan prognosis yang lebih baik. Sekitar
7% pasien dengan gangguan bipolar tidak memiliki gejala rekuren; 45% memilii lebih
dari 1 episode, dan 40% memiliki gangguan kronik. Pasien mungkin memiliki 2 hingga
30 episode, walaupun angka rata-ratanya adalah 9 episode. Sekitar 40% dari keseluruhan
pasien mengalami lebih dari 10 episode. Pada follow up jangka panjang 15% dari
seluruh pasien dengan bipolar I dapat hidup dengan baik, 45% hidup dengan baik namun
memiliki multirelaps, 30% pasien dengan remisi parsial, dan 10% pasien dengan sakit
kronis. 3,9
Untuk prognosis bipolar II, sampai saat ini masih dilakukan penelitian. Bipolar II adalah
penyakit kronik dimana memerlukan strategi penatalaksana jangka panjang.3,9
20
BAB 2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
21
II. RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Pasien sulit berkonsentrasi pada pelajaran disekolah sejak 1 bulan yang lalu
B. Sebab Utama
- Pasien sulit berkonsentrasi pada pelajaran disekolah sejak 1 bulan yang lalu.
Awalnya pasien tidak mau makan sejak 3 hari terakhir. Pasien kemudian dirawat
22
di penyakit dalam karena lemah sebab pasien tidak mau makan serta perih pada
didapatkan bahwa pasien suka bermenung dan sering menyendiri sejak 1 bulan
terakhir. Pasien juga malas untuk pergi sekolah. Pasien mengaku dirinya sulit
menghafal pelajaran dan terbebani dengan hal tersebut. Pasien juga memiliki
2016
Pasien dirawat di bangsal jiwa RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan sebab utama
kata-kata yang tidak jelas. Awalnya, pasien sulit tidur dan suka berceramah
panjang lebar. Pasien merasa dirinya adalah seorang ustad ternama. Kemudian
pasien mulai marah-marah dan curiga terhadap orang lain. Pasien juga mengaku
dapat mengetahui watak dan sifat dari seseorang dan juga mampu membaca isi
hati orang lain. Pasien mengaku melihat bayangan hitam yang hanya ia sendiri
yang dapat melihatnya, namun bayangan itu tidak bersuara. Pasien dirawat
23
3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat adiktif lain
Pasien pernah merokok saat awal SMA selama 6 bulan namun sudah berhenti.
Pasien tidak memiliki riwayat mengkonsumsi zat adiktif legal (kafein, teh,
4. Riwayat Keluarga
24
4. Lk/ Pr (21 th) 5. Lk/ Pr (19 th) 6. Lk/ Pr (17 tahun)
7. Lk/ Pr (15 th)
e. Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa
dengan gambaran sikap/ tingkah laku pada orangtua. *
Kualitas hubungan dengan
Saudara ke- Gambaran sikap dan perilaku saudara (akrab/ biasa/ kurang/
tak peduli)
1 Biasa Biasa
2 Biasa Biasa
3 Biasa Biasa
4 Biasa Biasa
5 Biasa Biasa
7 Biasa Biasa
f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka. *
25
26
6. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan
meliputi :
Pasien dapat melalui masa kanak dengan baik dan normal seperti anak
sebayanya. Pasien memiliki banyak teman saat sekolah. Tidak pernah tinggal
5. Masa Dewasa
Riwayat pendidikan
Riwayat pekerjaan
Riwayat perkawinan
27
Pasien belum menikah.
Riwayat agama
Pasien beragama islam dan melaksanakan sholat 5 waktu. Pasien seorang yang
taat beragama.
Riwayat psikoseksual
Deviasi seksual tidak ada, orientasi seksual baik, pubertas sekitar usia 15
tahun.
Aktivitas sosial
28
E. Riwayat Keluarga
Keterangan : : Pria
: Wanita
: Pasien
Pasien tinggal dirumah orang tuannya bersama kedua orang tua, dan 6 saudaranya.
Pasien memiliki perekonomian yang agak kurang. Ayah pasien adalah tukang sate dan
29
G. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Pasien menganggap dirinya sakit jiwa namun tidak mengetahui penyebabnya. Pasien
berharap bisa pulih sempurna dan dapat menjalankan pendidikannya dengan baik.
* GCS : 15
* Tanda Rangsang Meningeal : negatif
* Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : negatif
- Akatisia : negatif
- Bradikinesia : negatif
- Cara berjalan : normogait
30
- Keseimbangan : negatif
- Rigiditas : negatif
V. STATUS MENTAL
A. Keadaan Umum.
1. Kesadaran/ sensorium : composmentis(+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran
berkabut (-), konfusi (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dll
2. Penampilan
Sikap tubuh : biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah (-),
kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai gender (+),
kooperatif (+)
Cara berpakaian : rapi (+), biasa (-), tak menentu (-), sesuai dengan situasi (+),
kotor (-), kesan : dapat mengurus diri sendiri.
Kesehatan fisik : sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak tangan basah (-),
dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan (+), wajar (+), lama (+)
4. Sikap
Kooperatif (+), penuh perhatian (-), berterus terang (ragu-ragu), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayangi (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil, curiga (-), pasif (-), dll.
5. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif (+)
Cara berjalan : biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dll.
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-), rigiditas
katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea flexibilitas (-), negativisme (-), katapleksi
(-), stereotipik (-), mennerisme (-), otomatisme (-), mutisme (-), agitasi psikomotor
(-), hiperaktivitas/ hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akahisia (-), kompulsi
(-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-), agresi (-), acting out (-), abulia (-),
31
tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia (-), bradikinesia (-), diskinesia (-),
convulsi (-), seizure (-), piromania (-), vagabondage (-)
C. Emosi
Hidup emosi : stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/ tidak adekuat), echt/
unecht, dalam/ dangkal, skala diferensiasi (sempit/luas), arus emosi (biasa/ lambat/
cepat)
Afek : afek appropriate/serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi (-), afek tumpul
(-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-), afek luas (-)
Mood : mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang irritabel (-) mood yang labil (swing mood) (-), mood meninggi
(-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi (hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-),
aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-), mania (-), melankolia (-), la belle
indifference (-), tidak ada harapan (-).
Emosi lainnya : anxietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-),
tension (ketegangan) (-), panik (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-)
Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood :
Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi diurnal (-),
penurunan libido (-), konstipasi (-), fatigue (-), pica (-), pseudocyesis (-), bulimia (-)
32
Gangguan mental (-), psikosis (-), tes realitas (terganggu/ tidak terganggu),
gangguan pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-), dereisme (-),
berpikir magis (-), proses berpikir primer (-)
2. Gangguan spesifik dalam bentuk pikiran
Neologisme (-), word salad (-) sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-), inkoherensia
(-), perseverasi (-), vebigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi (-), jawaban tidak relevan
(-), pengenduran asosiasi (-), derailment (-), flight of ideas (-), clang association (-),
blocking (+), glossolalia (-).
3. Gangguan spesifik dalam isi pikiran
Kemiskinan isi pikiran (-), gagasan berlebihan (-)
Delusi/ waham (-)
Idea of reference : preokupasi pikiran (-), egomania (-), obsesi (-), kompulsi
(-), koprolalia (-), hipokondria (-), fobia (-), noesis (-), unio mystica (-)
E. Persepsi
Halusinasi (-)
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-), derealisasi (-)
H. Discriminative Insight
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang lain)
Derajat IV (sadar, tidak mengetahui penyebabnya)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)
33
I. Discriminative Judgement
Judgement test : tidak terganggu
Judgement social : tidak terganggu
X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik: Tidak ada
B. Psikologis : Tidak ada
C. Lingkungan dan psikososial : Pergaulan dengan teman sebaya dan Pendidikan
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
34
Hal yang meringankan prognosis: Dukungan penuh dari keluarga.
Hal yang memperberat prognosis: Stressor dari pergaulan tetap ada.
35
XII. RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi :
- Risperidon 2x2 mg
- Asam folat 1x1 tab
- Triheksilfenidil 2x1 mg
- Lansoprazol 1x 15 mg
B. Psikoterapi :
1. Kepada pasien
Psikoterapi supportif
Memberikan kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien.
Membantu pasien mengidentifikasi faktor presipitasi dan membantu
mengoreksinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk memahami bahwa sedang memiliki gangguan
jiwa, sehingga selanjutnya pasien lebih menyadari kegunaan minum
obat teratur.
2. Kepada keluarga : Psikoedukasi mengenai
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan
edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, dan hubungan
antar gejala dan perilaku, perjalanan penyakit serta prognosis).
Diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan
mencegah kekambuhan.
Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan kepada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang
mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan
pentingnya pasien kontrol dan minum obat.
36
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana ditemukan
gejala klinis yang mengarah kepada gangguan bipolar sesuai dengan pedoman diagnostik
berdasarkan PPDGJ III. Pada pasien saat ini tidak ditemukan gejala manik maupun
depresi. Pasien dapat beraktiviras seperti biasa. Dari status mental pasien juga didapatkan
adanya mood yang eutim dengan afek yang sesuai, arus pembicaraan biasa. Pada proses
fikir, tampak adanya blocking sesekali. Pasien juga agak mudah teralihkan
perhatiannya. . Episode saat ini berbeda dengan episode sakit pasien di masa lalu, yang
awalnya terjadi saat 1tahun yang lalu, dimana pasien merasa kehilangan minat atas
semua aktivitasnya, mengurung diri di kamar, tidak mau makan namun tidak sampai
memiliki ide untuk bunuh diri, dan hal tersebut terjadi selama 1 bulan lamanya. Setelah
episode depresi tersebut pasien sempat remisi selama lebih kurang 3 bulan. Kemudian
pasien mulai kontrol tidak teratur. Enam bulan berikutnya pasien mengalami episode
manik . Dimana pasien sulit tidur, merasa sangat senang terhadap aktifitas pengajiannya.
Gejala psikotik yang didapati pada pasien terjadi pada saat pasien berada di puncak
maniknya berupa waham bizzare yaitu keyakinan pasien bahwa pasien mampu membaca
isi fikiran seseorang maupun kepribadian orang lain. Pasien juga memiliki waham
bahwa ia adalah seorang ustad dan mengalami halusinasi visual berupa bayangan hitam.
melakukan aktivitas harian biasa, seperti belajar, mengaji, dan bergaul dengan
Adanya kelainan organik yang disebabkan riwayat konsumsi nikotin pada pasien
belum dapat dibuktikan, oleh karena dari anamnesis konsumsi nikotin tidak dilakukan
dalam kuantitas yang besar dan jangka waktu terus menerus. Pasien juga mengaku
37
Pada pasien diberikan Risperidon 2x 2 mg dan asam folat 1x1 tab,
triheksilfenidil 2x1 mg.dan lansoprazol 1x15 mg Terapi yang diberikan sesuai dengan
Practice Guideline for the Treatment of Patients with Bipolar Disorder, 2 nd Edition oleh
dimana mekanisme kerjanya yakni memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaptik
neuron (D2) di otak, khususnya pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (sistem
kerja obat ini berbeda pada tiap sistem tersebut. Pada sistem mesokortikal (pusat rasa
pasien ini dipertimbangkan karena ketersediaan yang cukup luas dan harga yang relatif
lebih murah dibanding antipsikotik atipikal lainnya. Selain itu, risperidon juga dapat
antikolinergik yang memiliki efek sentral lebih kuat dibandingkan perifer. Obat ini
menghambat sistem syaraf parasimpatetik dan juga memblok reseptor muskarinik pada
38
Asam folat merupakan bagian dari vitamin B yang larut dalam air. Asam folat
dikenal juga dengan vitamin B9. Asm folat didapatkan pada tanaman hijau seperti bayam
neuropsikiatri termasuk ganggua mood. Rendahnya kadar asam folat pada plasma dan
sel darah merah terkait dengan gangguan afek depresif. Studi meta anilisis mengenai
penggunaan asam folat pada kasus depresi telah menunjukkan perbaikan. Terdapat
beberapa mekanisme bagaimana asam folat dapat mengakibatkan gangguan mood. Asam
menyebabkan kematian sel syaraf. Namun, perlu diskusi lebih lanjut apakah homosistein
mememang berperan dalam mekanisme terjadinya depresi atau hanya sekedar marker
meminum obat, sehingga pasien tidak hanya meminum obat hanya ketika ia merasa sakit
dan menolak jika disuruh oleh keluarganya. Dalam hal ini peran keluarga juga sangat
penting.
Prognosis pada pasien Quo et vitam Bonam Karena dinilai dari faktor pencetus
yang diketahui, genetik yang tidak ada dan penyakit lain/ gangguan lain yang tidak ada.
Quo et fungsionam Bonam dapat dinilai dari adanya dukukungan keluarga, dan keadaan
ekonomi yang menengah. Quo et sanctionam Dubia ad bonam onset yang baik namun,
39
LAMPIRAN
Allo dan Autoanamnesis
41
sifat-sifat teman semua. Jadi
kayak orang hebat jordi. Masalah lingkungan
Mungkin karena habis sosial
kejadian itu, jordi tau kalo
memang itu kepribadiannya.
Jadi tidak mungkin
dipaksakan. Awalnya
memang kepikiran ama jordi.
Kenapaa,,..kok teman-teman
tu kayak gitu. Tapi sekarang
jordi udah biasa aja lagi sama
teman-teman.
Buk, pas pertama kali ko kan Yang kaduo ko kan nyo Waham kebesaran
jordi sadiah-sadiah yang mangaji di tahfiz quran. Tu Halusianasi visual
kaduo baa? nyo mancaliak bayang- Gejala manik
bayang. Tu nyo berang-
berang se surang.Nyo maraso
jadi ustad gadang, tu nyo gilo
berceramah-berceramah ndak
jaleh.dak amuah lalok tu doh.
Tu dibaok kamari ka rumah
sakik lai. Waktu tu iyo
dirawat, sabulan kurang
ampek hari.
Dari yang pertamo ka yang Lai. Kan pas pulang tu dijago Fase remisi
kaduo ko, lai ada jordi ko bana minum ubek,
sehat, kayak sabalun sakik. makannyo. Tu lah cegak 3
bulan. Ndak ado sakik lai.
Kecek ibuk iyo lo, tu ndak
minum se ubek lai. Lah ngaji
gai di tahfiz quran, lah
sanang lah. Kiro tibo liak, 6
bulan ntah bara abis tu. Bilo,
42
kini ko nak.
Kalau sekarang jordi gimana Udah enggak ada bayang- Fase remisi
banyangannya lagi.
Tidur udah nyenyak, makan
mau, cuman sering ngantuk
pagi-pagi ni .
43
DAFTAR PUSTAKA
44