Anda di halaman 1dari 45

REVISI CRS

Case Report Session


Selasa, 31Januari 2017

Naskah Psikiatri
F.31. 7. Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi

Oleh : Duilla Husaina RP 1949 B (A3)


Merisca Gayatri Ryosa RP 1947 B (A3)

Pembimbing : dr. Rini Gusya Liza, M. Ked (KJ), Sp.KJ

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP M. DJAMIL RSJ HB SAANIN
PADANG
2017
0
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Gangguan Afektif Bipolar

Gangguan mood bipolar (GB) sudah dikenai sejak zaman Yunani kuno. Emil
Kraepelin, seorang psikiater Jerman, menyebut GB sebagai manik-depresif. la melihat
adanya perbedaan antara manik- depresif dengan skizofrenia. Awitan manik-depresif
tiba-tiba dan perjalanan penyakitnya berfluktuasi dengan keadaan yang relatif normal di
antara episode, terutama di awal-awal perjalanan penyakit. Sebaliknya, pada skizofrenia,
bila tidak diobati, terdapat penurunan yang progresif tanpa kembali ke keadaan sebelum
sakit. Walaupun demikian, pada keadaan akut kedua penyakit terlihat serupa yaitu
adanya waham dan halusinasi.1,2
Gangguan bipolar merupakan gangguan jiwa bersifat episodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup.1,3 Gangguan bipolar atau gangguan afektif bipolar merupakan
kombinasi dari dua episode, yang berada di kutub yang berlawanan dari suasana hati.
Gangguan bipolar terdiri dari afek yang meningkat, dan juga aktivitas yang berlebih
(mania atau hipomania), dan dalam jangka waktu yang berbeda terjadi penurunan afek
yang disertai dengan penurunan aktivitas (depresi). 1,4
2. Epidemiologi Gangguan Afektif Bipolar

Jumlah kejadian setiap tahun dari gangguan bipolar dalam populasi diperkirakan
antara 10-15 per 100000 di antara manusia. Angka ini lebih tinggi di kalangan wanita
dan bahkan dapat mencapai 30 per 100000 . Kondisi ini dapat mempengaruhi orang dari
hampir semua usia, dari anak-anak sampai usia lanjut. Prevalensi serupa terjadi pada pria
maupun wanita.3
3. Etiologi Gangguan Afektif Bipolar

Etiologi gangguan bipolar, belum diketahui secara pasti. Bisa terjadi karena
berbagai faktor seperti faktor genetika dan psikososial. Para peneliti juga berpendapat
bahwa disregulasi heterogen terjadi dari neurotransmitter di otak.5,6
Ada beberapa hipotesis yang menjelaskan tentang etiologi dari munculnya
gangguan afektif bipolar diantaranya, yaitu; 7
1
a. Hipotesis Genetik
Adanya kecenderungan familial sangat penting dalam pembentukan
gangguan afektif bipolar. Beberapa penelitian telah melaporkan adanya
hubungan relative antara penderita dengan riwayat gangguan afektif pada orang
tua, saudara kandung serta anak. Kecenderungan untuk menderita gangguan
afektif bipolar pada seseorang yang memiliki riwayat genetik meningkat
hingga 5-10 kali lipat pada populasi umum. Data dari penelitian lainnya juga
memaparkan adanya resiko biologis dan serupa dengan genetik yang
menimbulkan gangguan afektif bipolar.7
Pada penelitian pasien kembar ditemukan bahwa populasi kembar
monozigot (60-80%) memiliki kecenderungan sakit lebih tinggi dibandingkan
kembar dizigot (20-30%). Studi ini memperkirakan hal ini berkaitan dengan
suatu gangguan pada gen spesifik. Beberapa lokus gen spesifik sudah
ditemukan namun masih membutuhkan konfirmasi ulang. Gen tersebut
berperan dalam mekanisme kerja reseptor dopamine dan serotonin, transporter,
dan enzim metabolik. Sebuah penelitian menemukan pengkode gen
norepinerin-metabolizing enzyme cathechol-O-methyl transferase (COMT)
diduga berhubungan dengan pembentukan gangguan afektif bipolar. 7
Banyak teori yang memiliki konstribusi terhadap patologikal dasar
terbentuknya gangguan afektif bipolar. Namun, belum ada data dasar yang
memaparkan neurotransmitter dasar, lokus neuroanatomik atau bagian
psikologi sistem yang mengalami gangguan. Hubungan antar hipotesis ini
membutuhkan invertigasi neurobiologikal lebih lanjut. 7
b. Hipotesis Neuroendokrin
Sebuah penelitian neuroendokrin menemukan abnormalitas cairan
cerebrospinal pada orang dengan gangguan mood. Sistem neuroendokrin atau
sistem neurotransmitter yang mengontrol hormonal berhubungan dengan
patofisiologi gangguan mood. Aksis tiroid mungkin berhubungan dengan
patofisilogi gangguan mood. Beberapa penelitian menunjukkan hormone tiroid
berhubungan dengan paradigm terjadinya gangguan mood. Selain itu,
berdasarkan evidence indikasi pemberian suplemen hormone tiroksin (T 4) bisa
menginduksi proses remisi dari pada pasien dengan gangguan mood. 7

4. Gejala Klinis Gangguan Afektif Bipolar


2
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada
gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II
mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan
bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan. 7 Gangguan bipolar I
dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan longitudinal gangguannya.
Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1 episode manik di sana. Walaupun
hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode depresi lengkap maka tetap dikatakan
gangguan bipolar I. Adapun episode-episode yang lain dapat berupa episode depresi
lengkap maupun episode campuran, dan episode tersebut bisa mendahului ataupun
didahului oleh episode manik.dsm iv Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode
hipomanik. Gangguan bipolar II dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya
didahului oleh episode depresi mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode
depresi tersebut didahului oleh episode hipomanik.3,7
Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode depresi dan
episode mania.3,7
a. Episode manik
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood
yang elasi, ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih
gejala berikut (empat atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu: 3,7,8
a.) Grandiositas atau percaya diri berlebihan
b.) Berkurangnya kebutuhan tidur
c.) Cepat dan banyaknya pembicaraan
d.) Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
e.) Perhatian mudah teralih
f.) Peningkatan energy dan hiperaktivitas psikomotor
g.) Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan sekolah)
h.) Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan
yang matang). 3,7,8
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran psikotik,
hospitalisasi untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya Gangguan fungsi
sosial dan pekerjaan. Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa pasien

3
hipomania justru memiliki tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien
hipomania tidak memiliki gambaran psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau
pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan hospitalisasi. 3,7,8
b. Episode Depresi Mayor
Paling sedikit dua minggu pasien mengalami lebih dari empat symptom atau tanda
yaitu :3,7,8
a.) Mood depresif atau hilangnya minat atau rasa senang
b.) Menurun atau meningkatnya berat badan atau nafsu makan
c.) Sulit atau banyak tidur
d.) Agitasi atau retardasi psikomotor
e.) Kelelahan atau berkurangnya tenaga
f.) Menurunnya harga diri
g.) Ide-ide tentang rasa bersalah, ragu-ragu dan menurunnya konsentrasi
h.) Pesimis
i.) Pikiran berulang tentang kematian, bunuh diri (dengan atau tanpa rencana)
atau tindakan bunuh diri. 3,7,8
Gejala-gejala diatas menyebabkan penderitaan atau mengganggunya fungsi
personal, sosial, pekerjaan. 3,7,8
c.
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang
terjadi secara bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik),
iritabel, marah, serangan panic, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri,
insomnia derajat berat, grandiositas, hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang
bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat sehingga memerlukan perawatan untuk
melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai gambaran psikotik, dan mengganggu
fungsi personal, sosial dan pekerjaan. 3,7,8

d. Episode Hipomanik
Paling sedikit empat hari, secara menetap, pasien mengalami peningkatan mood,
ekspansif atau irritable yang ringan, paling sedikit terjadi gejala (empat gejala bila mood
irritable) yaitu: 3,7,8
a. Grandiositas atau meningkatnya kepercayaan diri

4
b. Berkurangnya kebutuhan tidur
c. Meningkatnya pembicaraan
d. Lompat gagasan atau pemikiran berlomba
e. Perhatian mudah teralih
f. Meningkatnya aktifitas atau agitasi psikomotor
g. Pikiran menjadi lebih tajam
h. Daya nilai berkurang. 3,7,8
Tidak ada gambaran psikotik (halusinasi, waham, atau prilaku atau pembicaraan
aneh) tidak membutuhkan hospitalisasi dan tidak mengganggu fungsi personal, sosial,
dan pekerjaan. Sering kali dilupakan oleh pasien tetapi dapat dikenali oleh keluarga. 3,7,8

e. Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling
sering yaitu:3,7,8
a. Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
b. Waham
Contoh, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham
nihilistic terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi dengan
mood. Pasien dengan Gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri
psikotik biasanya merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan
bipolar. Faktor berikut ini telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti:
durasi episode yang lama, disosiasi temporal antara Gangguan mood dan gejala psikotik,
dan riwayat penyesuaian social pramorbid yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang
memiiki penerapan terapi yang penting, pasien dengan simptom psikotik hampir selalu
memerlukan obat anti psikotik di samping antidepresan atau antimania atau mungkin
3,7,8
memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan klinis.

5
5. Diagnosis Gangguan Afektif Bipolar

Diagnosis ditegakkan berdasarkan criteria yang terdapat dalam DSM-IV atau


ICD-10. Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi symptom
Gangguan bipolar adalah The Structured clinical Interview for DSM-IV (SCID). The
Present State Examination (PSE) dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi symptom
sesuai dengan ICD-10.
Pembagian menurut DSM-IV 9
Gangguan mood bipolar I
Gangguan mood bipolar I, episode manik tunggal
a. Hanya mengalami satu kali episode manic dan tidak ada rwayat depresi
mayor sebelumnya.
b. Tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, skizoafektif,
Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
c. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medic umum
d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek
fungsi penting lainnya. 9
Gangguan mood bipolar I, episode manik sekarang ini
a. Saat ini dalam episode manic
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu kali episode manik,
depresi, atau campuran.
c. Episode mood pada kriteria A dan B bukan skizoafektif dan tidak
bertumpang tindih dengan skizofrenia, skizofreniform, Gangguan waham,
atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat diklasifikasikan.
d. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum.
e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan dan aspek
fungsi penting lainnya. 9

6
Gangguan mood bipolar I, episode campuran saat ini
a. Saat ini dalam episode campuran
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik, depresi
atau campuran
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizifreniform, Gangguan waham, atau Gangguan psikotik yang tidak
diklasifikasikan
d. Gejala-gejala tidak disebabkan efek oleh fisiologik langsung zat atau
kondisi medik umum
e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya. 9
Gangguan mood bipolar I, episode hipomanik saat ini
a. Saat ini dalam episode hipomanik
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manic atau
campuran
c. Gejala mood menyebabkan penderita yang secara klinik cukup bermakna
atau hendaya social, pekerjaan atau aspek fungsi penting lainnya
d. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan. 9
Gangguan mood bipolar I, episode depresi saat ini
a. Saat ini dalam episode depresi mayor
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami episode manik dan
campuran
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,

7
skizofreniform, Gangguan waham, dan dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan.
d. Gejala-gejala tidak disebabkan efek fisiologik langsung zat atau kondisi
medik umum
e. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya. 9
Gangguan mood bipolar I, Episode Yang tidak dapat diklasifikasikan saat ini
a. Kriteria, kecuali durasi, saat ini, memenuhi kriteria untuk manik,
hipomanik, campuran atau episode depresi.
b. Sebelumnya, paling sedikit, pernah mengalami satu episode manik atau
campuran.
c. Episode mood pada kriteria A dan B tidak dapat dikategorikan sebagai
skizoafektif dan tidak bertumpang tindih dengan skizofrenia,
skizofreniform, Gangguan waham, atau dengan Gangguan psikotik yang
tidak dapat diklasifikasikan di tempat lain.
d. Gejala mood menyebabkan penderitaan yang secara klinik cukup
bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan, atau aspek
fungsi penting lainnya. 9

Ganggguan Mood Bipolar II


Satu atau lebih episode depresi mayor yang disertai dengan paling sedikit satu
episode hipomanik. 9
Gangguan Siklotimia
a. Paling sedikit selama dua tahun, terdapat beberapa periode dengan
gejala-gejala hipomania dan beberapa periode dengan gejala-gejala
depresi yang tidak memenuhi criteria untuk Gangguan depresi mayor.
Untuk anak-anak dan remaja durasinya paling sedikit satu tahun.
b. Selama periode dua tahun di atas penderita tidak pernah bebas dari
gejala-gejala pada kriteria A lebih dari dua bulan pada suatu waktu.
c. Tidak ada episode depresi mayor, episode manik, episode campuran,
selama dua tahun Gangguan tersebut

8
Catatan: setelah dua tahun awal, siklotimia dapat bertumpang tindih
dengan manic atau episode campuran (diagnosis GB I dan Gangguan
siklotimia dapat dibuat) atau episode depresi mayor (diagnosis GB II
dengan Gangguan siklotimia dapat ditegakkan)
d. Gejala-gejala pada criteria A bukan skizoafektif dan tidak
bertumpangtindih dengan skizofrenia, skizofreniform, gangguan
waham, atau dengan Gangguan psikotik yang tidak dapat
diklasifikasikan.
e. Gejala-gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologik langsung zat atau
kondisi medic umum
f. Gejala-gejala di atas menyebabkan penderitaan yang secara klinik
cukup bermakna atau menimbulkan hendaya dalam social, pekerjaan
atau aspek fungsi penting lainnya. 9

Pembagian menurut PPDGJ III 4


F31 Gangguan Afek bipolar
a. Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua
episode) dimana afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu,
pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan afek disertai penambahan
energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas
(depresi). Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan
sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-
tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode
depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan)
meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut.
Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup
yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress tidak
esensial untuk penegakan diagnosis).
b. Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif
Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)4

9
F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Klinik Hipomanik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania
(F30); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik , depresif, atau campuran) di masa lampau.4
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala
Psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa
gejala psikotik (F30.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran) di masa lampau. 4
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala
psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik (F30.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif atau campuran) di masa lampau.4
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau
Sedang
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi
ringan (F32.0) atau pun sedang (F32.1); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau.4
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala
psikotik
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat tanpa gejala psikotik (F32.2); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran di masa lampau. 4
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan
Gejala Psikotik

10
a. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode
depresif berat dengan gejala psikotik (F32.3);dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik,
manik, atau campuran dimasa lampau. 4
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran
a. Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik,
dan depresif yang tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala
mania/hipomania dan depresif yang sama-sama mencolok selama
masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah
berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu); dan
b. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik,
atau campuran di masa lampau. 4
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama
beberapa bulan terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-
kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif
lain (hipomanik, manik, depres if atau campuran). 4
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT. 4

11
6. Diagnosis Banding Gangguan Afektif Bipolar
Tabel 1.1. Diagnosis banding gangguan afektif bipolar.10

Diagnosis Kriteria Pembeda


Gangguan depresi berat Tidak ditemukan episode manik atau hipomanik
atau gangguan distimik selama pengamatan.
Gangguan afektif akibat Episode terjadi akibat gangguan medis seperti
gangguan medis umum multiple sklerosis, stroke atau hipertiroid. Onset atau
bangkitan mood terjadi bersamaan dengan kondisi
medis tersebut.
Gangguan mood yang Episode terjadi akibat penggunaan zat seperti
diinduksi oleh penggunaan narkotika, pengobatan medis (stimulan, steroid, L-
zat dopa, antidepresan), atau paparan toxin.
Episode bisa berhubungan dengan intoksikasi dan
ketergantungan.
Gangguan Siklotimik Gejala hipomanik yang tidak memenuhi kriteria
episode manik dan gejala depresi tidak memenuhi
kriteria gejala depresi mayor.
Gangguan psikotik Periode gejala psikotik tanpa gejala mood yang
(skizoafektif, skizofrenia, menonjol. Dengan mempertimbangkan onset, gejala
gangguan waham) penyerta, riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat
keluarga.
Gangguan kepribadian Ketidakstabilan hubungan interpersonal, jati diri dan
borderline mood, dengan tanda impulsif dan ketakutan sentral
yang tidak terkontrol. Onsel dini dan perjalanan yang
lama.
Gangguan kepribadian Waham kebesaran, kebutuhan akan pujian dan
narsistik penurunan empati pada awal onset. Waham kebesaran
tidak berhubungan dengan mood atau gangguan
fungsional.
Gangguan kepribadian Gejala awal sikap acuh tak acuh, dan pelanggaran hak
antisosial orang lain, yang tidak hanya terjadi pada episode
manik.

7. Penatalaksanaan

12
Ada empat syarat fungsi obat yang boleh digunakan, 1) obat yang mengobati

gejala manik, 2) obat yang mengobati gejal depresi, 3) obat terapi profilak manik, 4)

obat terapi profilaks depresi (lihat tabel 1.2). 7

Lithium
Lithium merupakan golongan mood stabilizer yang biasanya digunakan untuk episode
manik, depresi, bipolar disorder, major depressive disorder,dan neutropenia.
Dosis:
Pada fase akut dosis yang digunakan mencxapai 1800mg/ hari. Sedangkan dosis
diturunkan hingga 900-1200 mg/ hari dalam dosis terbagi pada fase maintanance. Dosis
inisia; yaitu 300 mg, 2-3 kali sehari dan ditingkatkan hingga mencapai dosis yang
optimal yang dinilai dari kadar lithium plasma.
Kontraindikasi:
Lithium tidak dapat digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal berat, gangguan
kardiovaskular, dehidrasi berat, dan alergi terhadap lithium.

Carbamazepin
Carbamazepin merupakan golongan antikonvulsan, anti nyeri pada nyeri kronis.
Dosis:
Dosis yang lazim digunakan yaitu 400-1200 mg/hari.Sedangkan, dosis pada anak 10-20
mg/kgbb/ hari. Dosis inisial untuk gangguan bipolar yaitu 200 mg, 2x sehari. Dosis
ditingkatkan setiap minggu sebanyak 200 mg, hingga mencapai dosis maksimal 1200
mg.
Kontraindikasi:
Obat ini tidak boleh digunakan pada pasien yang sedang mengkonsumsi MAOI (mono
amine oksidase inhibitor) juga pasien dengan riwayat supresi sumsum tulang.

Valproate
Valproate dari golongan antikonvulsan, mood stabilizer, dan migraine.
Dosis:
Pada mania dosis valproate yaitu 1200-1500 mg/hari. Dosi inisial berkisar 15 mg/kgbb
terbagi dalam 2 dosis. Pada fase akut mania, dosis dewasa 1000mg/hari ditingkatkan

13
hingga 60mg/kgbb/hari. Namun, pada keadaan yang kurang akut dosis berkisar 250-500
mg pada hari pertama kemudian ditingkatkan hingga dosis yang dapat ditoleransi
Kontraindikasi:
Tidak digunakan pada pasien dengan pankreatitis, gangguan berat pada hepar, gangguan
metabolisme ureum, dan pasien yang terbukti hipersensitivitas dengan valproat.

Olanzapine
Olanzapine merupakan golongan antipsikosis atipikal (serotonin-dopamine antagonist,
antipsikotk generasi II, mood stabilizer)
Dosis:
Dosis pemakaian oral maupun intramuskular yaitu 10-20 mg/ hari. Dosis oral inisial 5-10
mg, 1 kali sehari, ditingkatkan setiap minggunya 5 mg hingga dosis optimal tercapai,
maksimal 20 mg/ hari.
Kontraindikasi:
Kontraindikasi absolut pasien dengan glaukoma sudut tertutup, pasien dengan miokardial
infark, pasien yang baru menjalani pembedahan jantung, pasien dengan hipotensi berat,
dan pasien yang terbukti hipersensitiviytas dengan obat ini.
Tabel 1.2. Ringkasan pemilihan terapi pada gangguan afektif bipolar.7

Mania Depresi

Acute Lithium Lithium


Carbamazepine Lamotrigine
Valproate
Olanzapine
Verapamil
Prophylaxis Lithium Lithium

14
Gambar 1.1. Algoritma penatalaksanaan gangguan afektif bipolar.7

15
a. Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Manik

Gambar 1.2. Algoritma penatalaksanaan gangguan afektif bipolar kini manik


berdasarkan CANMAT guideline for bipolar disorder, 2006. 10

Berdasarkan CANMAT guideline for bipolar bisorder, pemilihan obat untuk

gangguan afektif bipolar kini manik akut didasarkan kepada step line terapi. Step

line ini ditentukan berdasarkan tabel rekomendasi (lihat tabel 1.3). 10

16
Tabel 1.3. Rekomendasi penatalaksanaan gangguan afektif bipolar
episode kini manik fase akut. 10

Lithium, divalproex, olanzapine,


First line risperidone, quetiapine, aripiperazole,
ziprasidone, lithium atau divalproex +
risperiodone, lithium atau divalproex +
quetiapine, lithium atau divalproex +
olanzapine.

Second line Carbamazepine, oxcarbazepine, ECT,


lithium + divalproex.
Third line Haloperidol, chlorpromazine, lithium
atau divalproex + haloperidol, Lithium
+ carbamazepine, clozapine.
Not recommended Monoterpi dengan gabapentin,
topiramite, lamotrigine, verapamil,
tiagabine, risperidone +
carbamazepine.

ECT = electroconvulsive therapy

17
b. Gangguan Afektif Bipolar Episode Kini Depresi

Gambar 1.3. Algoritma penatalaksanaan gangguan afektif bipolar kini


depresi berdasarkan CANMAT guideline for bipolar disorder, 2006. 10

Berdasarkan CANMAT guideline for bipolar bisorder, pemilihan obat untuk

gangguan afektif bipolar kini depresi akut didasarkan kepada step line terapi. Step

line ini ditentukan berdasarkan tabel rekomendasi (lihat tabel 1.4). 10

18
Tabel 1.4. Rekomendasi penatalaksanaan gangguan afektif bipolar
episode kini depresi fase akut. 10

Lithium, lamotrigine, lithium atau


First line divalproex + SSRI, olanzapine +
SSRI, lithium + divalproex, lithium
atau divalproex + bupropion.
Second line Quetiapine, quetiapine + SSRI.
Third line Carbamazepine, olanzapine,
divalproex, lithium + carbamzepine,
lithium + pramipexole, lithium atau
divalproex + venlafaxine, lithium +
MAOI, ECT, lithium atau divalproex
atau AAP + TCA.
Not recommended Monoterapi dengan gabapentin.
AAP = atypical antipsychotic; ECT = electroconvulsive therapy; MAOI
= monoamine oxidase inhibitor ; SSRI = selective-serotonin reuptake
inhibitor; TCA = tricyclic antidepressant.

c. Terapi Pemeliharaan (Maintenance) pada Gangguan Afektif Bipolar


Tabel 1.5. Rekomendasi penatalaksanaan gangguan afektif bipolar
episode kini depresi fase akut. 10
Lithium, lamotrigine monoterapi
First line (terutama untuk manik sedang),
divalproex, olanzapine.
Second line Carbamazepine, lithium + divalproex,
lithium + carbamazepine, lithium atau
divalproex+ olanzapine, aripiperazole,
risperidone, quetiapine, ziprasidone,
lithium + lamotrigine atau SSRI atau
bupropion.
Third line Phenytoin, colzapine, ECT,
topiramate, gabapentin, asam lemak
omega-3,oxcarbazepine.
Not recommended Flupenthixol, monoterapi dengan
gabapentin, topiramate, antidepresan.
ECT = electroconvulsive therapy; SSRI = selective-serotonin reuptake
inhibitor.

19
8. Prognosis
Pasien dengan gangguan bipolar I memiliki prognosis yang kurang baik
dibandingkan depresi mayor. Sekitar 40-50% pasien dengan bipolar 1 memiliki
kemungkinan mengalami episode manik kedua dalam 2 tahun episode pertama.
Walaupun dnegan penggunaan litium sebagai profilaksis meningkatkan prognosis bipolar
I, kemungkinan hanya 50-60% pasien mencapai kontrol signifikan akan gejala mereka
dengan litium. Pasien bipolar I dengan premorbid status pekerjaan yang tidak
mendukung, ketergantungan alkohol, gejala psikotik, gejala depresi dan jenis kelamin
laki-laki juga mempengaruhi prognosis yang kurang baik. Durasi pendek dari manik,
usia yang tidak terlalu muda saat onset menghasilkan prognosis yang lebih baik. Sekitar
7% pasien dengan gangguan bipolar tidak memiliki gejala rekuren; 45% memilii lebih
dari 1 episode, dan 40% memiliki gangguan kronik. Pasien mungkin memiliki 2 hingga
30 episode, walaupun angka rata-ratanya adalah 9 episode. Sekitar 40% dari keseluruhan
pasien mengalami lebih dari 10 episode. Pada follow up jangka panjang 15% dari
seluruh pasien dengan bipolar I dapat hidup dengan baik, 45% hidup dengan baik namun
memiliki multirelaps, 30% pasien dengan remisi parsial, dan 10% pasien dengan sakit
kronis. 3,9
Untuk prognosis bipolar II, sampai saat ini masih dilakukan penelitian. Bipolar II adalah
penyakit kronik dimana memerlukan strategi penatalaksana jangka panjang.3,9

20
BAB 2
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : AnRJ (91.38.44)


Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Suku : Minangkabau
Pendidikan Terakhir : SMP
Pekerjaan : Pelajar SMK
Status Pernikahan : Belum menikah
Alamat : Jl. Ikhlas VI No.35, Andalas, Padang

KETERANGAN DARI ALLO/INFORMAN


Nama : Ny.S
Jenis kelamin : Perempuan
Umur : 40 tahun
Agama : Islam
Suku : Minangkabau
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Ikhlas VI No.35, Andalas, Padang
Hubungan dengan pasien : Ibu kandung
Keakraban dengan pasien : Akrab
Kesan keterangan : Dapat dipercaya

21
II. RIWAYAT PSIKIATRI

Pasien datang ke poliklinik RSUP.DR.M,Djamil Padang pada hari Jumat,27

Januari 2017 diantar oleh ibu kandung pasien.Data diperoleh dari:

Autoanamnesis pada tanggal 27 Januari 2017


Alloanamnesin pada tanggal 27 Januari 2017

A. Keluhan Utama

Pasien sulit berkonsentrasi pada pelajaran disekolah sejak 1 bulan yang lalu

B. Sebab Utama

Pasien datang untuk kontrol berobat

C. Riwayat Penyakit Sekarang

- Pasien sulit berkonsentrasi pada pelajaran disekolah sejak 1 bulan yang lalu.

Awalnya pasien sudah mengalami kesulitan berkonsentrasi sejak 3 bulan yang

lalu, namun semakin meningkat dalam satu bulan terakhir.


- Pasien mengeluhkan sering lupa tiba-tiba tentang apa yang akan dia lakukan

sejak 1 bulan yang lalu.


- Pasien tidak merasa rendah diri
- Pasien tidak merasa sedih atau senang yang berlebihan
- Pasien sudah tidak melihat bayang-bayang hitam ataupun mendengar suara-suara

dimana hanya ia yang dapat melihat ataupun mendengar


- Pasien tidur cukup, namun mengeluhkan sering mengantuk di pagi hari.
- Nafsu makan baik, habis 1 porsi 3 kali sehari,
- Pasien minum obat teratur.

D. Riwayat Penyakit Dahulu

1. Riwayat Gangguan Psikiatri


2015
Pada 2015, pasien dirawat di bangsal penyakit dalam karena bicara meracau.

Awalnya pasien tidak mau makan sejak 3 hari terakhir. Pasien kemudian dirawat

22
di penyakit dalam karena lemah sebab pasien tidak mau makan serta perih pada

lambung. Pasien kemudian dikonsulkan ke bagian jiwa. Dari anamnesis

didapatkan bahwa pasien suka bermenung dan sering menyendiri sejak 1 bulan

terakhir. Pasien juga malas untuk pergi sekolah. Pasien mengaku dirinya sulit

menghafal pelajaran dan terbebani dengan hal tersebut. Pasien juga memiliki

masalah dengan teman sepermainannya. Dia merasa temannya tidak mengerti

dirinya serta suka memojokkannya. Pasien kemudian kotrol teratur ke poliklinik

jiwa RSUP.Dr.M.Djamil Padang. Setelah 3 x kontrol, pasien merasa sehat

sehingga tidak datang lagi untuk kontrol.

2016
Pasien dirawat di bangsal jiwa RSUP Dr.M.Djamil Padang dengan sebab utama

pasien mengalami kesurupan. Pasien berbicara-bicara sendiri dan mengeluarkan

kata-kata yang tidak jelas. Awalnya, pasien sulit tidur dan suka berceramah

panjang lebar. Pasien merasa dirinya adalah seorang ustad ternama. Kemudian

pasien mulai marah-marah dan curiga terhadap orang lain. Pasien juga mengaku

dapat mengetahui watak dan sifat dari seseorang dan juga mampu membaca isi

hati orang lain. Pasien mengaku melihat bayangan hitam yang hanya ia sendiri

yang dapat melihatnya, namun bayangan itu tidak bersuara. Pasien dirawat

selama 1 bulan di bangsal jiwa RSUP.Dr.M.Djamil Padang dan setelah pulang

kontrol teratur ke poliklinik jiwa RSUP Dr. M.Djamil Padang.

2. Riwayat Gangguan Medis


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis lain seperti trauma yang

memerlukan perawatan, trauma kepala, penyakit neurologis, tumor, kejang,

gangguan kesadaran, dan HIV.

23
3. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat adiktif lain
Pasien pernah merokok saat awal SMA selama 6 bulan namun sudah berhenti.
Pasien tidak memiliki riwayat mengkonsumsi zat adiktif legal (kafein, teh,

minuman berenergi), zat adiktif ilegal (kanabis, amfetamin, heroin, stimulan

lainnya), alkohol, psikotropika, adiktif lainnya.

4. Riwayat Keluarga

a. Identitas Orangtua/ Pengganti


Orangtua/ Pengganti
Identitas Keterangan
Bapak Ibu
Kewarganegaraa Indonesia Indonesia
n Minangkabau Minangkabau
Suku bangsa Islam Islam
Agama SMA SMA
Pendidikan Penjual Sate IRT
Pekerjaan 48 th 45 th
Umur
Akrab Akrab
Alamat Biasa Biasa
Hubungan Kurang Kurang
pasien* Tak peduli Tak peduli

Ket : * coret yang tidak perlu

b. Sifat/ Perilaku Orangtua Kandung/ Pengganti


Bapak (dijelaskan oleh pasien: dapat dipercaya/ diragukan) :
Pemalas (-), pendiam (-), pemarah (+), mudah tersingggung (-), tak suka bergaul
(-), banyak teman (-), pemalu (-), perokok berat (-), penjudi (-), peminum (-),
pencemas (-), penyedih (-), perfeksionis (-), dramatisasi (-), pencuriga (-),
pencemburu (-), egois (-), penakut (-), tak bertanggungjawab (-)
Ibu (dijelaskan oleh pasien: dapat dipercaya/ diragukan) :
Pemalas (-), pendiam (-), pemarah (-), mudah tersingggung (-), tak suka bergaul (-),
banyak teman (+), pemalu (-), perokok berat (-), penjudi (-), peminum (-),
pencemas (-), penyedih (-), perfeksionis (-), dramatisasi (-), pencuriga (-),
pencemburu (-), egois (-), penakut (-), tak bertanggungjawab (-)
c. Saudara
Jumlah bersaudara 7 orang dan pasien merupakan anak ke-6
d. Urutan bersaudara dan cantumkan usianya untuk pasien sendiri lingkari
nomornya
1. Lk/ Pr (26 th) 2. Lk/ Pr ( 24th) 3. Lk/ Pr (23 tahun)

24
4. Lk/ Pr (21 th) 5. Lk/ Pr (19 th) 6. Lk/ Pr (17 tahun)
7. Lk/ Pr (15 th)
e. Gambaran sikap/ perilaku masing-masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing-masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa
dengan gambaran sikap/ tingkah laku pada orangtua. *
Kualitas hubungan dengan
Saudara ke- Gambaran sikap dan perilaku saudara (akrab/ biasa/ kurang/
tak peduli)
1 Biasa Biasa
2 Biasa Biasa
3 Biasa Biasa
4 Biasa Biasa
5 Biasa Biasa
7 Biasa Biasa

f. Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka. *

g. Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik


( yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan- Penyakit
keluarga jiwa kebiasaan fisik
Bapak - - -
Ibu - --
Saudara
1 - - -
2 - - -
4 - - -
5 - - -
6 - - -
7 - - -
Nenek - - -
Kakek - - -
Dan lain- - - -
lain

h. Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien


Keadaan rumah
No Rumah tempat tinggal
Tenang Cocok Nyaman Tidak nyaman
1. Rumah orang tua Tenang Cocok Nyaman

25
26
6. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan

perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang

meliputi :

1. Masa prenatal dan perinatal

- Kehamilan direncanakan, lahir spontan, ditolong dukun beranak, tidak ada

riwayat biru, kuning, dan kejang.

2. Masa kanak awal (0-3 tahun)

- Pertumbuhan dan perkembangan fisik dan mental sesuai dengan anak

seusianya. Tidak pernah mengalami kejang.

3. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien dapat melalui masa kanak dengan baik dan normal seperti anak

sebayanya. Pasien memiliki banyak teman saat sekolah. Tidak pernah tinggal

kelas. Pasien selama masa ini tinggal di Andalas Padang.

4. Masa kanak akhir dan remaja

Saat sekolah pasien mempunyai banyak teman. Hubungan dengan teman

sebaya baik. Pasien seorang siswa SMK jurusan teknik elektro.

5. Masa Dewasa

Riwayat pendidikan

SD : SD 22 Padang , tamat 6 tahun, prestasi biasa.


SMP : SMP 1 Padang Gantiang, tamat 3 tahun, prestasi kurang
SMA : SMA 16 Padang, prestasi kurang
SMK : SMK Kosgoro Padang, prestasi baik

Riwayat pekerjaan

Pasien belum pernah bekerja.

Riwayat perkawinan

27
Pasien belum menikah.

Riwayat agama

Pasien beragama islam dan melaksanakan sholat 5 waktu. Pasien seorang yang

taat beragama.

Riwayat psikoseksual

Deviasi seksual tidak ada, orientasi seksual baik, pubertas sekitar usia 15

tahun.

Aktivitas sosial

Memiliki hubungan baik dengan sekitar.

Riwayat pelanggaran hukum

Pelanggaran hukum tidak ada.

28
E. Riwayat Keluarga

Keterangan : : Pria
: Wanita
: Pasien

: Tinggal satu rumah dengan pasien

F. Situasi Kehidupan Sekarang

Pasien tinggal dirumah orang tuannya bersama kedua orang tua, dan 6 saudaranya.

Pasien memiliki perekonomian yang agak kurang. Ayah pasien adalah tukang sate dan

ibu pasien seorang ibu rumah tangga.

29
G. Persepsi Dan Harapan Keluarga

Keluarga pasien menganggap pasien mengalami depresi karena masalah di sekolah

berharap pasien dapat sembuh sempurna dan tidak kambuh lagi.

H. Persepsi Dan Harapan Pasien

Pasien menganggap dirinya sakit jiwa namun tidak mengetahui penyebabnya. Pasien

berharap bisa pulih sempurna dan dapat menjalankan pendidikannya dengan baik.

III. STATUS INTERNUS


Keadaan Umum : Sakit Ringan
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 82 x/menit
Nafas : 18x/menit
Suhu : afebris
Tinggi Badan : 167 cm
Berat Badan : 50 kg
Status Gizi : baik
Sistem Kardiovaskuler : dalam batas normal
Sistem Respiratorik : dalam batas normal
Kelainan Khusus : sindroma dispepsia

VI. Status neurologis

* GCS : 15
* Tanda Rangsang Meningeal : negatif
* Tanda-tanda efek samping ekstrapiramidal:
- Tremor tangan : negatif
- Akatisia : negatif
- Bradikinesia : negatif
- Cara berjalan : normogait

30
- Keseimbangan : negatif
- Rigiditas : negatif

* Motorik : 555 555


555 555
* Sensorik : sensorik halus (+/+), sensorik kasar (+/+)
* Refleks : refleks fisiologis (++/++), refleks patologis (-/-)

V. STATUS MENTAL

Berdasarkan pemeriksaan tanggal 27 Januari 2017.

A. Keadaan Umum.
1. Kesadaran/ sensorium : composmentis(+), somnolen (-), stupor (-), kesadaran
berkabut (-), konfusi (-), koma (-), delirium (-), kesadaran berubah (-), dll
2. Penampilan
Sikap tubuh : biasa (+), diam (-), aneh (-), sikap tegang (-), kaku (-), gelisah (-),
kelihatan seperti tua (-), kelihatan seperti muda (-), berpakaian sesuai gender (+),
kooperatif (+)
Cara berpakaian : rapi (+), biasa (-), tak menentu (-), sesuai dengan situasi (+),
kotor (-), kesan : dapat mengurus diri sendiri.
Kesehatan fisik : sehat (+), pucat (-), lemas (-), apatis (-), telapak tangan basah (-),
dahi berkeringat (-), mata terbelalak (-)
3. Kontak psikis
Dapat dilakukan (+), wajar (+), lama (+)
4. Sikap
Kooperatif (+), penuh perhatian (-), berterus terang (ragu-ragu), menggoda (-),
bermusuhan (-), suka main-main (-), berusaha supaya disayangi (-), selalu
menghindar (-), berhati-hati (-), dependen (-), infantil, curiga (-), pasif (-), dll.
5. Tingkah laku dan aktivitas psikomotor
Normoaktif (+)
Cara berjalan : biasa (+), sempoyongan (-), kaku (-), dll.
Ekhopraksia (-), katalepsi (-), luapan katatonik (-), stupor katatonik (-), rigiditas
katatonik (-), posturing katatonik (-), cerea flexibilitas (-), negativisme (-), katapleksi
(-), stereotipik (-), mennerisme (-), otomatisme (-), mutisme (-), agitasi psikomotor
(-), hiperaktivitas/ hiperkinesis (-), tik (-), somnabulisme (-), akahisia (-), kompulsi
(-), ataksia (-), hipoaktivitas (-), mimikri (-), agresi (-), acting out (-), abulia (-),

31
tremor (-), ataksia (-), chorea (-), distonia (-), bradikinesia (-), diskinesia (-),
convulsi (-), seizure (-), piromania (-), vagabondage (-)

B. Verbalisasi dan Cara Berbicara


Arus pembicaraan : biasa, cepat, lambat
Produktivitas pembicaraan : biasa, sedikit, banyak
Perbendaharaan : biasa, sedikit, banyak
Nada pembicaraan : biasa, menurun, meninggi
Volume pembicaraan : biasa, menurun, agak meninggi
Isi pembicaraan : sesuai/ tidak sesuai
Penekanan pada pembicaraan : ada/ tidak ada
Spontanitas pembicaraan : spontan/ tidak spontan
Logorrhea (-), poverty of speech (-), diprosodi (-), disartria (-), gagap (-), afasia (-),
bicara kacau (-)

C. Emosi
Hidup emosi : stabilitas (stabil/ tidak), pengendalian (adekuat/ tidak adekuat), echt/
unecht, dalam/ dangkal, skala diferensiasi (sempit/luas), arus emosi (biasa/ lambat/
cepat)
Afek : afek appropriate/serasi (+), afek inappropriate/ tidak serasi (-), afek tumpul
(-), afek yang terbatas (-), afek datar (-), afek yang labil (-), afek luas (-)
Mood : mood eutimik (+), mood disforik (-), mood yang meluap-luap (expansive
mood) (-), mood yang irritabel (-) mood yang labil (swing mood) (-), mood meninggi
(-), euforia (-), ectasy (-), mood depresi (hipotim) (-), anhedonia (-), dukacita (-),
aleksitimia (-), elasi (-), hipomania (-), mania (-), melankolia (-), la belle
indifference (-), tidak ada harapan (-).
Emosi lainnya : anxietas (-), free floating anxiety (-), ketakutan (-), agitasi (-),
tension (ketegangan) (-), panik (-), apati (-), ambivalensi (-), abreaksional (-), rasa
malu (-), rasa berdosa/ bersalah (-)
Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood :
Anoreksia (-), hiperfagia (-), insomnia (-), hipersomnia (-), variasi diurnal (-),
penurunan libido (-), konstipasi (-), fatigue (-), pica (-), pseudocyesis (-), bulimia (-)

D. Pikiran/ proses pikir (thinking)


Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)
Mutu proses pikir (jelas/tajam)
1. Gangguan umum dalam bentuk pikiran

32
Gangguan mental (-), psikosis (-), tes realitas (terganggu/ tidak terganggu),
gangguan pikiran formal (-), berpikir tidak logis (-), pikiran autistik (-), dereisme (-),
berpikir magis (-), proses berpikir primer (-)
2. Gangguan spesifik dalam bentuk pikiran
Neologisme (-), word salad (-) sirkumstansialitas (-), tangensialitas (-), inkoherensia
(-), perseverasi (-), vebigerasi (-), ekolalia (-), kondensasi (-), jawaban tidak relevan
(-), pengenduran asosiasi (-), derailment (-), flight of ideas (-), clang association (-),
blocking (+), glossolalia (-).
3. Gangguan spesifik dalam isi pikiran
Kemiskinan isi pikiran (-), gagasan berlebihan (-)
Delusi/ waham (-)
Idea of reference : preokupasi pikiran (-), egomania (-), obsesi (-), kompulsi
(-), koprolalia (-), hipokondria (-), fobia (-), noesis (-), unio mystica (-)
E. Persepsi
Halusinasi (-)
Ilusi (-)
Depersonalisasi (-), derealisasi (-)

F. Mimpi dan Fantasi


Mimpi (-)
Fantasi (-)

G. Fungsi Kognitif dan Intelektual


1. Orientasi ( waktu, tempat, personal, situasi ) : baik
2. Atensi (perhatian), distractibility orientasi (+), inatensi selektif (-), hipervigilance
(-).
3. Konsentrasi (baik/ sedikit terganggu), kalkulasi (baik/terganggu)
4. Memori (daya ingat) jangka panjang (baik), jangka menengah (baik), jangka
pendek (baik), segera (baik)
5. Luas pengetahuan umum (baik)
6. Pikiran konkrit (baik)
7. Pikiran abstrak (baik)
8. Kemunduran intelek (-), retardasi mental (-), demensia (-),pseudodemensia (-)

H. Discriminative Insight
Derajat I (penyangkalan)
Derajat II (ambigu)
Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang lain)
Derajat IV (sadar, tidak mengetahui penyebabnya)
Derajat V (tilikan intelektual)
Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)

33
I. Discriminative Judgement
Judgement test : tidak terganggu
Judgement social : tidak terganggu

VI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK KHUSUS


LAINNYA
Pemeriksaan Rutin : laboratorium darah rutin
Pemeriksaan Anjuran : tidak ada

VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berisi ringkasan temuan mengenai gejala-gejala mental, temuan medis dan laboratorium,
hasil tes psikologis serta neurologis.

VIII. FORMULASI DIAGNOSIS

Berisi uraian mengenai dasar penegakan diagnosis

IX. EVALUASI MULTIAKSIAL

Aksis I : F.31.7. Gangguan Afektif Bipolar, Kini dalam Remisi


Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : K.29.7. Gastritis
Aksis IV : Masalah berkaitan dengan lingkungan sosial: pertemanan dan masalah
pendidikan .
Aksis V : GAF scale 80-71

X. DAFTAR MASALAH
A. Organobiologik: Tidak ada
B. Psikologis : Tidak ada
C. Lingkungan dan psikososial : Pergaulan dengan teman sebaya dan Pendidikan

XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Quo ad sanactionam : dubia ad bonam

34
Hal yang meringankan prognosis: Dukungan penuh dari keluarga.
Hal yang memperberat prognosis: Stressor dari pergaulan tetap ada.

35
XII. RENCANA PENATALAKSANAAN
A. Farmakoterapi :
- Risperidon 2x2 mg
- Asam folat 1x1 tab
- Triheksilfenidil 2x1 mg
- Lansoprazol 1x 15 mg
B. Psikoterapi :
1. Kepada pasien
Psikoterapi supportif
Memberikan kehangatan, empati, dan optimistik kepada pasien.
Membantu pasien mengidentifikasi faktor presipitasi dan membantu
mengoreksinya.
Psikoedukasi
Membantu pasien untuk memahami bahwa sedang memiliki gangguan
jiwa, sehingga selanjutnya pasien lebih menyadari kegunaan minum
obat teratur.
2. Kepada keluarga : Psikoedukasi mengenai
Memberikan penjelasan yang bersifat komunikatif, informatif, dan
edukatif tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, dan hubungan
antar gejala dan perilaku, perjalanan penyakit serta prognosis).
Diharapkan keluarga bisa mendukung proses penyembuhan dan
mencegah kekambuhan.
Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan kepada
pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang
mungkin timbul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan
pentingnya pasien kontrol dan minum obat.

XII. ANALISIS KASUS

36
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis, dimana ditemukan

gejala klinis yang mengarah kepada gangguan bipolar sesuai dengan pedoman diagnostik

berdasarkan PPDGJ III. Pada pasien saat ini tidak ditemukan gejala manik maupun

depresi. Pasien dapat beraktiviras seperti biasa. Dari status mental pasien juga didapatkan

adanya mood yang eutim dengan afek yang sesuai, arus pembicaraan biasa. Pada proses

fikir, tampak adanya blocking sesekali. Pasien juga agak mudah teralihkan

perhatiannya. . Episode saat ini berbeda dengan episode sakit pasien di masa lalu, yang

awalnya terjadi saat 1tahun yang lalu, dimana pasien merasa kehilangan minat atas

semua aktivitasnya, mengurung diri di kamar, tidak mau makan namun tidak sampai

memiliki ide untuk bunuh diri, dan hal tersebut terjadi selama 1 bulan lamanya. Setelah

episode depresi tersebut pasien sempat remisi selama lebih kurang 3 bulan. Kemudian

pasien mulai kontrol tidak teratur. Enam bulan berikutnya pasien mengalami episode

manik . Dimana pasien sulit tidur, merasa sangat senang terhadap aktifitas pengajiannya.

Gejala psikotik yang didapati pada pasien terjadi pada saat pasien berada di puncak

maniknya berupa waham bizzare yaitu keyakinan pasien bahwa pasien mampu membaca

isi fikiran seseorang maupun kepribadian orang lain. Pasien juga memiliki waham

bahwa ia adalah seorang ustad dan mengalami halusinasi visual berupa bayangan hitam.

Adanya masa antara episode depresi-manik yang dijalani pasien dengan

melakukan aktivitas harian biasa, seperti belajar, mengaji, dan bergaul dengan

masyarakat sekitar, semakin menguatkan diagnosis ke arah gangguan afektif bipolar.

Adanya kelainan organik yang disebabkan riwayat konsumsi nikotin pada pasien

belum dapat dibuktikan, oleh karena dari anamnesis konsumsi nikotin tidak dilakukan

dalam kuantitas yang besar dan jangka waktu terus menerus. Pasien juga mengaku

bahwa ia sudah berhenti sejak 2,5 tahun yang lalu.

37
Pada pasien diberikan Risperidon 2x 2 mg dan asam folat 1x1 tab,

triheksilfenidil 2x1 mg.dan lansoprazol 1x15 mg Terapi yang diberikan sesuai dengan

Practice Guideline for the Treatment of Patients with Bipolar Disorder, 2 nd Edition oleh

American Psichiatry Assosiation. Risperidon merupakan obat antipsikotik atipikal

dimana mekanisme kerjanya yakni memblokade dopamin pada reseptor pasca sinaptik

neuron (D2) di otak, khususnya pada sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (sistem

mesokortikal, nigrostriatal, tuberoinfundibular). Selain itu golongan obat ini juga

berafinitas terhadap reseptor serotonin(Serotonin-Dopamin Antagonist). Mekanisme

kerja obat ini berbeda pada tiap sistem tersebut. Pada sistem mesokortikal (pusat rasa

senang), nigrostriatal (mengatur pergerakan), tuberoinfundibular (mengatur hormon,

terutama prolaktin), antipsikotik atipikal lebih berpengaruh banyak dalam memblok

reseptor serotoninyang menyebabkan berkurangnya blokade terhadap reseptor dopamin

dan juga menyebabkan terjadinya aktivitas dopamin pathways sehingga terjadi

keseimbangan dopamin. Pemilihan risperidon sebagai antipsikotik yang digunakan pada

pasien ini dipertimbangkan karena ketersediaan yang cukup luas dan harga yang relatif

lebih murah dibanding antipsikotik atipikal lainnya. Selain itu, risperidon juga dapat

digunakan sebagai mood stabilizer meskipun dengan efek terapeutik minimal.

Pada pasien juga diberikan triheksilfenidil 2x 1mg. Triheksilfenidil merupakan

antikolinergik yang memiliki efek sentral lebih kuat dibandingkan perifer. Obat ini

spesifik untuk reseptor muskarinik (menghambat reseptor asetilkolin muskarinik).

Triheksilfenidil memiliki efek menekan dan menghambat reseptor muskarinik sehingga

menghambat sistem syaraf parasimpatetik dan juga memblok reseptor muskarinik pada

sambungan saraf otot sehingga terjadi relaksasi.

38
Asam folat merupakan bagian dari vitamin B yang larut dalam air. Asam folat

dikenal juga dengan vitamin B9. Asm folat didapatkan pada tanaman hijau seperti bayam

meskipun dapat disintesa. Kekurangan asam folat akan menyebabkan gangguan

neuropsikiatri termasuk ganggua mood. Rendahnya kadar asam folat pada plasma dan

sel darah merah terkait dengan gangguan afek depresif. Studi meta anilisis mengenai

penggunaan asam folat pada kasus depresi telah menunjukkan perbaikan. Terdapat

beberapa mekanisme bagaimana asam folat dapat mengakibatkan gangguan mood. Asam

folat akan menghambat akumulasi dari homosistein, dimana kelebihannya akan

menyebabkan kematian sel syaraf. Namun, perlu diskusi lebih lanjut apakah homosistein

mememang berperan dalam mekanisme terjadinya depresi atau hanya sekedar marker

akan terjadinya stres oksidative.

Kepatuhan minum obat sangatlah penting dalam menentukan prognosis dari

penyakit pasien.Selain itu diberikan edukasi kepada pasien mengenai pentingnya

meminum obat, sehingga pasien tidak hanya meminum obat hanya ketika ia merasa sakit

dan menolak jika disuruh oleh keluarganya. Dalam hal ini peran keluarga juga sangat

penting.

Prognosis pada pasien Quo et vitam Bonam Karena dinilai dari faktor pencetus

yang diketahui, genetik yang tidak ada dan penyakit lain/ gangguan lain yang tidak ada.

Quo et fungsionam Bonam dapat dinilai dari adanya dukukungan keluarga, dan keadaan

ekonomi yang menengah. Quo et sanctionam Dubia ad bonam onset yang baik namun,

relaps sering, dikarenakan kepatuhan pasien belum dapat dipastikan.

39
LAMPIRAN
Allo dan Autoanamnesis

Pertanyaan Jawaban Interpretasi


Selamat siang. Siang kak. Kesadaran
Perkenalkan, kami dokter komposmentis
muda Dui dan Riri.
Boleh kakak wawancara adek Boleh
sebentar?
Namaadek siapa? Jordi kak.
Umur jordi berapa? 17 tahun.
Sekolah? Iya kak. Di SMK
SMK mana? Kelas berapa? SMK Kosgoro jurusan teknik
elektro. Kelas III
Ada yang bisa kakak bantu Jordi ambil obat kak. Kan Orientasi situasional
jordi? kemaren ni jordi dirawat di baik
Ngapain jordi datang ke belakang,jadi sekarang
rumah sakit? berobat jalan kesini.
Emang kemaren apa sakitnya Sakit lambung. Pernah
jordi? dirawat juga disini. Di
penyakit dalam, setahun yang
lalu.Tau, di Rumah Sakik Iya,
Sakit lambung trus kok kata mama jordi kesurupan.
langsung dibawa kesini? Bicara-bicara sendiri. Marah- Insight tilikan IV
marah, tapi jordi ndak tau.
Ya kan ma?
Iyo, Kan alah dua kali ko.
Sakit baa buk? Kesurupan Yang pertamo tu, kan setau Waham presekutorik
baa? yang lalu.Mulonyo jordi ko
sakit paruik, ndak namuah
makan. Tu dibaok ka IGD Gejala depresi
rumah sakik ko. Dirawat
seminggu
40
Iyo, pas sakik paruik tu nyo
Tu, kesurupannyo baa buk? mode ado yang masuk ka Masalah pendidikan
dirinyo. Tu nyo mangecek ka
pai jauh. Awalnyo tu, jordi ko
inyo alah binguang binguang
juo nampaknyo. Inyo dek
acok talambek, acok kanai
berang jo gurunyo
mambarasiahan WC. Kadang
pulang bajunyo lah kumuah,
pas ditanyo dek a, ndak tau
nyo dek a bajunyo kumuah.
Iya, kak. Pokoknya sakit
Iya jordi? perut, tu entah lah.
Iya. Trus jordi agak
Jadi, karena terlambat tu apa,....apa namanya nih. Apa
jordi kena marah? namanya ma? Lola kak.
Pelajaran yang diterangin
sama guru-guru ni, lama jordi
nangkapnya. Susah sama
jordi. Kadang kena marah
gara-gara itu. Jordi kan IPS,
jadi banyak hafalan hafalan
ni. Susah sama jordi
menghafal hafal ni. Makanya
waktu naik kelas II, pindah
aja jordi lagi.
Ya, adalah. Tapi beberapa ada
Kalo sama teman-teman yang jahil,usil. Gini kak. Pas
gimana? jordi sakit kemaren ni, kata
mama jordi bisa baca baca
pikiran teman-teman. Tau

41
sifat-sifat teman semua. Jadi
kayak orang hebat jordi. Masalah lingkungan
Mungkin karena habis sosial
kejadian itu, jordi tau kalo
memang itu kepribadiannya.
Jadi tidak mungkin
dipaksakan. Awalnya
memang kepikiran ama jordi.
Kenapaa,,..kok teman-teman
tu kayak gitu. Tapi sekarang
jordi udah biasa aja lagi sama
teman-teman.
Buk, pas pertama kali ko kan Yang kaduo ko kan nyo Waham kebesaran
jordi sadiah-sadiah yang mangaji di tahfiz quran. Tu Halusianasi visual
kaduo baa? nyo mancaliak bayang- Gejala manik
bayang. Tu nyo berang-
berang se surang.Nyo maraso
jadi ustad gadang, tu nyo gilo
berceramah-berceramah ndak
jaleh.dak amuah lalok tu doh.
Tu dibaok kamari ka rumah
sakik lai. Waktu tu iyo
dirawat, sabulan kurang
ampek hari.
Dari yang pertamo ka yang Lai. Kan pas pulang tu dijago Fase remisi
kaduo ko, lai ada jordi ko bana minum ubek,
sehat, kayak sabalun sakik. makannyo. Tu lah cegak 3
bulan. Ndak ado sakik lai.
Kecek ibuk iyo lo, tu ndak
minum se ubek lai. Lah ngaji
gai di tahfiz quran, lah
sanang lah. Kiro tibo liak, 6
bulan ntah bara abis tu. Bilo,
42
kini ko nak.
Kalau sekarang jordi gimana Udah enggak ada bayang- Fase remisi
banyangannya lagi.
Tidur udah nyenyak, makan
mau, cuman sering ngantuk
pagi-pagi ni .

Makasih ya jordi. Ada yang Iya kak. Ndak ada


mau jordi tanya?

Jangan bolong-bolong Ya kak..


minum obatnya ya jordi

Makasih ya buk Iyo, samo-samo nak

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Gangguan mood bipolar: kriteria diagnostik dan tatalaksana dengan


obat antipsikotik atipik. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2010. h 3-32.
2. DeIlOsso, L., Pith, S., Tundo, A., Samo, N., Musetti, L. and Cassano, G.B.
Clinical characteristics of mania, mixed mania and bipolar depression with
psychotic features. Comprehensive Psychiatry. 2000; 41. Pg 242-247.
3. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Kaplan-sadock sinopsis psikiatri: ilmu
pengetahuan perilaku psikiatri klinis. Jilid satu. Jakarta: Binarupa Aksara;
2010.hlm.791-853.
4. Maslim, Rusdi. Buku Saku: Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Jakarta: FK Unika Atmajaya. 2003.
5. Ketter TA. Diagnostic features, prevalence, and impact of bipolar disorder. J
Clin Psychiatry. Jun 2010;71(6):e14
6. Putra, HDSA. Gangguan Afektif Bipolar Mania dengan Psikotik: Sebuah
Laporan kasus. Portal Garuda.org. 2014.
7. Kay J, Tasman A. Essentials of Psychiatry. John Wiley & Sons. San Francisco.
2006. Pg 556-72.
8. Fakultas Kedokteran Universiats Indonesia. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan
Penerbit FKUI; 2010. hlm 197-208.
9. American Psychiatry Assosiasion. Practice guideline for the treatment of
patients with bipolar disorder. 2nd edition. 2002.
10. Yatham LN, Kennedy SH, ODonovan C, Parikh S, MacQueenG, McIntyre R,
et al. Canadian Network for Mood and Anxiety Treatments (CANMAT)
Guideline for The Management of Patients with Bipolar Disorder: Consensus
and Controversies. Bipolar Disorder. 2005; 7 (Suppl. 3). Pg 5-69.
11. Sharpley AL, Hockney R, McPeake L, Geddes JR, Cowen PJ. Folic acid
suplementation for prevntion for mood disorder in young people at familial
risk: a randomized, double blind, placebo controlled trial. Journal of Affective
Disorder. Elsevier. 2014;167.pg.206-311.

44

Anda mungkin juga menyukai