Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) INFARK MIOKARD

PROGRAM PROFESI NERS UNIVERSITAS TANJUNGPURA


STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
2016/2017

DANA CHRISDAYANTI
I 4051161047

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
EFUSI PLEURA

A. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleura mengandung sejumlah kecil cairan (10 sampai 20 ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis.
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem
pernafasan.Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya
merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu
keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura jika kondisi ini dibiarkan
akan membahayakan jiwa penderitanya.
Dari segi anatomis, permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru
sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga lainnya. Dalam
keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong di antara kedua pleura, karena
biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa
yang selalu bergerak secara teratur. Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura
bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi maka
kelebihan tersebut akan di pompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka
secara langsung) dari rongga pleura ke mediastinum. Permukaan superior diafragma
dan permukaan lateral pleura parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara
produksi cairan pleura oleh pleura parietalis, memerlukan adanya keseimbangan
antara produksi cairan pleura oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis.
Oleh karena itu, rongga pleura disebut sebagai rongga potensial, karena ruang ini
normalnya begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas.
B. Etiologi
Penyebab efusi pleura biasa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya
neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari
organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik,
hipoalbumin dan lain sebagainya.
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk
melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada
dan membungkus paru-paru).Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura
dibagi lagi menjadi transudat, eksudat dan hemoragi.

1) Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering
ditemukan adalah gagal jantung kongestif. Transudat dapat disebabkan oleh
kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh
karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior, tumor dan sindrom Meigs.

2) Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru
lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh
penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.

3) Efusi Hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, dan
tuberkolosis. Penyebab lain dari efusi pleura antara lain: gagal jantung, kadar
protein darah yang rendah, sirosis, pneumonia, blastomikosis,
koksidioidomikosis, tuberculosis, histoplasmosis, kriptokokosis, abses dibawah
diafragma, artritis rematoid, pankreatitis, emboli paru, tumor, lupus eritematosus
sistemik, pembedahan jantung, cedera di dada, obat-obatan (hidralazin,
prokainamid, isoniazid, fenitoin, klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin,
dantrolen, prokarbazin), pemasangan selang untuk makanan atau selang
intravena yang kurang baik.

Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, difusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral.Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya akn tetapi efusi bilateral ditemukan pada penyakit kegagalan jantung
kongestif, sindrom nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus sistemis, tumor dan
tuberkolosis.
C. Patofisiologi

Normalnya hanya terdapat 10-20 ml cairan dalam rongga pleura.Jumlah cairan


di rongga pleura tetap, karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar
9cmH2O.Akumulasi cairan pleura dapat terjadi apabila tekanan osmotik koloid
menurun (misalnya pada penderita hipoalbuminemia dan bertambahnya permebialitas
kapiler akibat ada proses peradangan atau neoplasma, bertambahnya tekanan
hidrostatis akibat kegagalan jantung) dan tekanan negatif intrapleura apabila terjadi
atelektasis paru.

Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat
beberapa proses yang meliputi:

1. Adanya hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.


2. Gagal jantung yang menyebabkan tekanan kapiler paru dan tekanan perifer menjadi
sangat tinggi sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan ke dalam
rongga pleura.
3. Menurunnya tekanan osmotik koloid plasma juga memungkinkan terjadinya
transudasi cairan yang berlebihan.
4. Adanya proses infeksi atau setiap penyebab peradangan apa pun pada permukaan
pleura dari rongga pleura dapat menyebabkan pecahnya membran kapiler dan
memungkinkan pengaliran protein plasma dan cairan ke dalam rongga secara
cepat.
Infeksi pada tuberkolosis paru disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tubercolosis yang masuk melalui saluran pernafasan menuju alveoli, sehingga
terjadilah infeksi primer. Dari infeksi primer ini, akan timbul peradangan saluran
getah bening menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti dengan pembesaran
kelenjar getah bening hilus (limfangitis regional).

Peradangan pada saluran getah bening akan mempengaruhi permeabilitas


membrane. Permeabilitas membrane akan meningkat dan akhirnya menimbulkan
akumulasi cairan dalam rongga pleura. Kebanyakan terjadinya efusi pleura akibat dari
tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui aliran getah
bening. Sebab lain dapat juga diakibatkan dari robeknya perkijauan kearah saluran
getah bening yang menuju rongga pleura, iga, atau kolumna vertebralis.

Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya
tarik elastis.Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase
cairan disini mencapai 1 liter seharinya.

Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan
vena (gagal jantung).Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat pleura.

1. Efusi pleura transudat


Efusi pleura jenis ini terbentuk bila ada peninggian tekanan kapiler sirkulasi
sistemik atau penurunan tekanan onkotik plasma. Jumlah efusi pleura akan bertambah
tinggi sampai tercapai keseimbangan yang baru dimana penyerapan kembali cairan
pleura pembentukannya.Transudat sering terbentuk bilateral. Penumpukan cairan di
dalam rongga toraks disebut juga hidrotoraks. Efusi pleura transudat dijumpai pada
kelainan ekstrapulmonal, dimana selaput pleura masih utuh dan kurang permeabel
terhadap protein.Transudat misalnya terjadi pada gagal jantung karena bendungan
vena disertai peningkatan tekanan hidrostatik, dan sirosis hepatic karena tekanan
osmotic koloid yang menurun.
2. Efusi Pleura eksudat
Efusi pleura eksudat terbentuk karena bertambahnya permeabilitas lapisan
pleura terhadap protein.Pada efusi jenis ini bisa lebih dari 10 gr protein masuk ke
dalam rongga pleura tiap 24 jam, sehingga tekanan onkotik transpleura menurun.
Proses ini akan terus berlangsung sampai penyerapan kembali protein melalui saluran
getah bening sama dengan protein yang masuk ke dalam rongga pleura. Efusi pleura
jenis eksudat megandung protein lebih besar dari pada jenis transudat.Faktor lain yang
menyebabkan terbentuknya eksudat adalah pengurangan aliran getah bening dari
ronnga pleura.Peningkatan kadar protein di dalam rongga pleura akan lebih
menambah volume cairan pleura. Gangguan aliran getah bening akan mempermudah
terjadinya efusi pleura pada penerita keganasan atau pleuritis TB.Eksudat sering
ditemukan unilaterl, berbeda dengan transudat sering ditemukan bilateral.Eksudat
dapat disebabkan antara lain oleh keganasan dan infeksi. Cairan keluar langsung dari
kapiler sehingga kaya akan protein dan berat jenisnya tinggi. Cairan ini juga
mengandung banyak sel darah putih. Sebaliknya transudat kadar proteinnya rendah
sekali atau nihil sehingga berat jenisnya rendah.
3. Efusi Pleura Hemoragi
Adapun bentuk cairan efusi akibat tuberculosis paru adalah ekudat yang berisi
protein dan terdapat pada cairan pleura akibat kegagalan aliran protein getah
bening.Cairan ini biasanya serosa, namun kadang-kadang biasa juga hemoragi.

D. Pathway (terlampir)

E. Manisfestasi Klinis

1. Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, Bila


cairan banyak, penderita akan sesak napas. ( nyeri,sesak napas )

2. Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri


dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak
keringat, batuk, banyak riak.

3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleura yang signifikan.

4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
resonan, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).

5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah resonan karena
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.

6. Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi pleura.

F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
2. Ultrasonografi
3. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan
tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),
berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan

G. Komplikasi
Komplikasi pada efusi pleura adalah :
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran
pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura,
atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan baru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.
H. Penatalaksanaan Medis
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga sekitar 500 1000cc. Bila cairan pusnya kental sehingga
sulit dikeluarkan atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin
sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan
antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini
tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2. Irigasi cairan garam fisiologis (NaCl ) atau larutan antiseptik (Betadine).
3. Pleurodesis (penyatuan parietalis dan viseralis): untuk mencegah terjadinya
lagi efusi pleura setelah aspirasi.
4. Torakosintesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
Indikasinya:
Mehilangkan sesak yang ditimbulkan
Bila terapi spesifik pada primernya tidak efektif
Bila terjadi reakumulasi cairan
5. Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat
dilakukan 1 jam kemudian.

I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan

Anamnesis (identitas, umur, jenis kelamin, alamat, agama, status pendidikan,


pekerjaan)
Keluhan utama
Riwayat Penyakit Saat Ini
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
Pengkajian Psikososial
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Radiologi
Biopsi Pleura
Pengukuran Fungsi Paru (Spirometri)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang spesifik adalah dengan memeriksa cairan pleura
agar dapat menunjang intervensi lanjutan.Analisis cairan pleura dapat dinilai
untuk mendeteksi kemungkinan penyebab dari efusi pleura.Pemeriksaan cairan
pleura hasil thorakosentesis secara makroskopis biasanya dapat berupa cairan
hemoragi, eksudat dan transudat.

1. Haemorhagic pleura efusion , biasanya terrjadi pada klien dengan adanya


keganasan paru ata akibat infark paru terutama disebabkan oleh tuberculosis

2. Yellow exudate pleura efusion, terutam terjadi pada keadaan gagal jantung
kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia dan perikarditis konstriktif.

3. clear transudat pleura efusion, sering terjadi pada klien dengan keganasan
ekstrapulmoner.

Hasil Kemungkinan Penyebab/Penyakit


Leukosit 25.000 Empisema
(mm3)
Banyak neutrofil Pneumonia, infark paru, pancreatitis, dan TB paru
Banyak limfosit Tuberkulosis, limfoma dan keganasan
Eosinofil meningkat Emboli paru, polyathritis nodosa, parasit dan jamur
Eritrosit Mengalami peningkatan 1000-10.000 mm3, cairan tampak hemoragis,
dan sering dijumpai pada penderita pancreatitis atau pneumonia. Bila
eritrosit >100.000 mm3 menunjukkan adanya infark paru, trauma
dada dan keganasan.
Misotel banyak Jika terdapat misotel kecurigaan TB bisa disingkirkan
Sitologi Hanya 50-60% kasus-kasus keganasan dapat ditemukan keberadaan
sel ganas. Sisanya kurang lebih terdeteksi karena akumulasi cairan
pleura lewat mekanisme obstruksi, preamonitas atau atelektasis.
Diagnosis Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi


paru sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
2. ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk akibat deviasi trakea
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida di alveoli
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan
nafsu makan akibat sesak nafas sekunder terhadap penurunan struktur abdomen.
5. Ansietas berhubungan dengan adanya ancaman kematian yang dibayangkan
(ketidakmampuan untuk bernafas)
6. Nyeri berhubungan dengan Penekanan rongga pleura
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan perfusi oksigen ke jaringan
8. Risiko infeksi berhubungan dengan drainase limfatik terganggu
9. kurangnya pengetahuan yang berhubungan dengan informasi yang tidak adekuat
mengenai proses penyakit dan pengobatan.

Ketidakefektifan pola pernafasan yang berhubungan dengan menurunnya ekspansi paru


sekunder terhadap penumpukan cairan dalam rongga pleura.
Tujuan :
Dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi klien mampu mempertahankan fungsi paru
secara normal.
Kriteria Evaluasi:
Irama, frekuensi dan kedalaman pernafasan berada dalam batas normal, pada pemeriksaan
Rontgen thoraks tidak ditemukan adanya akumulasi cairan, dan bunyi nafas tterdengar jelas.
Rencana Intervensi Rasional
Identifikasi faktor penyebab Dengan mengidentifikasi penyebab, kita dapat
menentukan jenis efusi pleura sehingga dapat
mengambil tindakan yang tepat.
Kaji kualitas, frekuensi dan kedalaman Dengan mengkaji kualitas, frekuensi dan
pernafasan, serta melaporkan setiap kedalaman pernafasan kita dapat mengetahui
perubahan yang terjadi sejauh mana perubahan kondisi klien.
Baringkan klien dalam posisi yang nyaman, Penurunan diafraggma dapat memperluas
dalam posisi duduk, dengan kepala tempat daerah dada sehingga ekspansi paru bisa
tidur ditinggikan 60-90 atau mringkan maksimal.
kearah sisi yang sakit. Miring kearah sisi yang sakit dapat
menghindari efek penekanan gravitasi cairan
shingga ekspansi dapat maksimal.
Observasi tanda-tanda vital (nadi dan Peningkatan frekuensi nafas dan takikardi
pernafasan) merupakan indikasi adanya penurunan fungsi
paru.
Lakukan auskultasi suara nafas tiap 2-4 jam Auskultasi dapat menentukan kelainan suara
nafas pada bagian paru.
Batu dan ajarkan klien untuk batuk dan nafas Menekan daerah yang nyeri ketika batuk atau
dalam yang efektif. nafas dalam. Penekanan otot-otot dada serta
abdomen membuat batuk lebih efektif.
Kolaborasi dengan tim medis lain untuk Pemberian O2 dapat menurunkan beban
pemberian O2 dan obata-obatan serta foto pernapasan dan mencegah terjadinya sianosis
thoraks akibat hipoksia.
Dengan foto thoraks, dapat dimonitor kemajuan
dari berkurangnya cairan dan kembalinya daya
kembang paru.
Kolaborasi untuk tidakan thorakosentesis Tindakan thorakosentesis atau fungsi pleura
bertujuan untuk menghilangkan sesak nafas
yang disebabkan oleh akumulasi cairan dalam
rongga pleura.
ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan batuk akibat deviasi trakea

Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan jalan nafas kembali
efektif.
Criteria Evaluasi :
Klien mampu melakukan batuk efektif
Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunanan otot bantu nafas. Bunyi nafas
normal, Rh-/- dan pergerakan pernapasan normal
Rencana Intervensi Rasional
Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, Penurunan bunyi nafas menunjukkan
irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi
nafas) secret dan ketidakefektifan pengeluaran
sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu pernafasan dan
meningkatkan kerja pernafasan.
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat Pengeluaran akan sulit bila secret sangat
kateter dan volume sputum kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak
adekuat)
Berikan posisi semiflower tinggi dan bantu Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
klien latihan nafas dalam dan batuk efektif dan menurunkan upaya bernafas. Ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan secret ke dalam jalan
nafas besar untuk dikeluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml Hidrasi yang adekuat membantu
/hari kecuali tidak diindikasikan mengencerkan secret dan mengefektifan
pembersihan jalan nafas.
Bersihan secret dari mulut dan trachea, bila Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan suction dilakukan bila klien tidak mampu
mengeluarkan secret. Eliminasi lender dengan
suction sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 10 menit, dengan
pengawasan efek samping suction
Kolaborasi pemberian obat indikasi : antibiotic Pengobatan antibiotik yang ideal adalah
dengan adanya dasar dari tes uji resistensi
kuman terhadap jenis antibiotic sehingga
lebih mudah mengobati
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan secret paru untuk pemudahan
pembersihan
Bronkodilator: jenis aminofilin via intravena Bronkodilator meningkatkan diameter lumen
percabangan trakheobonkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada hipoksemia
dengan keterlibatan luas dan bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida di alveoli
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi, pertukaran gas efektif
Criteria Evaluasi :
Menunjukkan ventilasi adekuat/oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal
Menunjukkan perbaikan tidak adanya gejala distres normal
Rencana Intervensi Rasional
Catat frekunsi dan kedalaman Takipnea dan Dispnea menyertai obtruksi paru.
pernapasan,penggunaan otot bantu, napas Kegagalan penapassan lebih berat menyertai
bibir. kehilangan paru unit fungsional dari sedang
sampai berat.
Auskultasi paru untuk penurunan/tidak Area yang tak terventilasi dapat
adanya bunyi napas dan adanya bunyi diidenifikasikan dengan tak adanya bunyi
tambahan misal krekels napas. Krekels terjadi pada jaringan terisi
cairan/jalan napas dapat menunjukan
dekompensasi
Observasi keabu-abuan menyeluruh dan Menunjukan hipoksemia sistemik.
sisanosis pada jaringan hangat seperti daun
telinga,bibir,lidah dan membran lidah.

Lakukan tindakn untuk Jalan napas lengket/kolaps menurunkan jumlah


memperbaiki/mempertahankan jalan napas alveoli yang berfungsi secara negatif
misalnya batuk, pengisapan mempengaruhi pertukaran gas.

Tinggi kepala tempat tidur sesuai sesuai Meningkatkan ekspansi dada maksimal
kebutuhan/toleransi pasien. membuat mudah bernapas,yang meningkatkan
kenyamanan fisiologi/psikologis
Awasi tanda vital Takikardia,takipnea,dan perubahan pada TD
terjadi dengan beratnya hipoksemia dan
asidosis.

Kaji tingkat kesadaran/perubahan mental. Hipoksemia sistemik dapat ditunjukan pertama


kali oleh gelisah dan peka rangsang kemudian
oleh penurunan mental progesif.

Kaji toleransi aktivitas misal keluhan Hipoksemia menurunkan kemampuan untuk


kelemahan/kelelahan selama berbagai kerja berpatisipasi dalam aktivitas tanpa dispnea
atau tanda vital berubah. Dorong periode berat,takikardia, dan disritmia dan
istirahat dan batasi aktivitas sesuai toleransi kemungkinan hipotensi. Parameter ini
pasien. membantu dalam menentukan respon pasien
terhadap aktivitas ynag diinginkan dan
kemampuan berpartisipasi dalam perawattan
diri.
Awasi sering GDA/nadi oksimetri Hipoksemia ada pada berbagai derajat
tergantung pada jumlah obtruksi jalan napas,
fungsi kardiopulmonal,dan ada tidak
syok.valkalosis repiratori dan asidosis
metabolik dapat juga terjadi.
Berikan oksigen dengan metode yang tepat Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk
pertukaran gas. Oksigen biasanya diberikan
dengan kanula nasal pada obstruksi paru
sebagian.

Pathway

Efusi Pleura eksudat: Efusi Pleura transudat:

Infeksi, keganasan, atau Gagal jantung, sirosis hati, kanker paru-paru


peradangan

s Tekanan hidrostatik
Bertambahnya permeabilitas
lapisan pleura terhadap protein Tekanan onkonik

Tekanan onkonik transpleura Peningkatan permeabilitas


menurun lap. Pleura
sumbatan/gangguan absorbsi
getah bening

Gangguan absorbsi getah


bening Hambatan drainase Perpindahan cairan ke
limpatik rongga pleura

Volume cairan pleura


Penimbunan cairan ke rongga
meningkat

Tidak efektifan
bersiahan jalan napas
EFUSI PLEURA

Deviasi trakea Batuk

Intoleransi
aktivitas
Pengembangan
Penekanan paru Penekanan rongga
abdomen pleura
Pola napas tidak Perfusi O2 menurun ke
Tidakkurang
Nutrisi nafsu makan Gangguan pertukaran
Mual,muntah efektifDispnea
Gangguan O2 paruNyeri
kelelahan
menurun
kebutuhan tubuh O2 danpertukaran gas
Ansietas
Co2 di alveoli jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Jeremy, et al. Efusi Pleura. At a Glance Medicine Edisi kedua. EMS. Jakarta : 2008.

Lorraine W. Penyakit Paru Restriktif. Dalam : Price, Sylvia A, Lorraine W, et al.


Editor. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit . Ed. 6. Jilid.2.
Kedokteran EGC ; Jakarta: 2005.

Muttaqin, arif.2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan


Pernapasan.Jakarta: Salemba Medika

Nurarif, Amin Huda. 2016. NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: Mediaction Publishing

Slamet H. Efusi Pleura. Dalam : Alsagaff H, Abdul Mukty H, Dasar-Dasar Ilmu


Penyakit Paru. Airlangga University Press ;Surabaya; 2002.

Anda mungkin juga menyukai