DANA CHRISDAYANTI
I 4051161047
A. Definisi
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam ruang pleura yang terletak
diantara permukaan visceral dan parietal, proses penyakit primer jarang terjadi tetapi
biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal, ruang
pleura mengandung sejumlah kecil cairan (10 sampai 20 ml) berfungsi sebagai
pelumas yang memungkinkan permukaan pleura bergerak tanpa adanya friksi.
Efusi pleura adalah istilah yang digunakan bagi penimbunan cairan dalam
rongga pleura.
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam
pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan
antara produksi dan absorbsi di kapiler dan pleura viseralis.
Efusi pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu sistem
pernafasan.Efusi pleura bukanlah diagnosis dari suatu penyakit, melainkan hanya
merupakan gejala atau komplikasi dari suatu penyakit. Efusi pleura adalah suatu
keadaan dimana terdapat cairan berlebihan di rongga pleura jika kondisi ini dibiarkan
akan membahayakan jiwa penderitanya.
Dari segi anatomis, permukaan rongga pleura berbatasan dengan paru
sehingga cairan pleura mudah bergerak dari satu rongga ke rongga lainnya. Dalam
keadaan normal seharusnya tidak ada rongga kosong di antara kedua pleura, karena
biasanya hanya terdapat sekitar 10-20 cc cairan yang merupakan lapisan tipis serosa
yang selalu bergerak secara teratur. Setiap saat, jumlah cairan dalam rongga pleura
bisa menjadi lebih dari cukup untuk memisahkan kedua pleura. Jika terjadi maka
kelebihan tersebut akan di pompa keluar oleh pembuluh limfatik (yang membuka
secara langsung) dari rongga pleura ke mediastinum. Permukaan superior diafragma
dan permukaan lateral pleura parietalis, memerlukan adanya keseimbangan antara
produksi cairan pleura oleh pleura parietalis, memerlukan adanya keseimbangan
antara produksi cairan pleura oleh pleura parietalis dan absorbsi oleh pleura viseralis.
Oleh karena itu, rongga pleura disebut sebagai rongga potensial, karena ruang ini
normalnya begitu sempit, sehingga bukan merupakan ruang fisik yang jelas.
B. Etiologi
Penyebab efusi pleura biasa bermacam-macam seperti gagal jantung, adanya
neoplasma (carcinoma bronchogenic dan akibat metastasis tumor yang berasal dari
organ lain), tuberculosis paru, infark paru, trauma, pneumoni, syndrome nefrotik,
hipoalbumin dan lain sebagainya.
Dalam keadaan normal, cairan pleura dibentuk dalam jumlah kecil untuk
melumasi permukaan pleura (pleura adalah selaput tipis yang melapisi rongga dada
dan membungkus paru-paru).Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura
dibagi lagi menjadi transudat, eksudat dan hemoragi.
1) Efusi pleura transudativa, biasanya disebabkan oleh suatu kelainan pada tekanan
normal di dalam paru-paru. Jenis efusi transudativa yang paling sering
ditemukan adalah gagal jantung kongestif. Transudat dapat disebabkan oleh
kegagalan jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindrom nefrotik, asites (oleh
karena sirosis hepatis), sindrom vena kava superior, tumor dan sindrom Meigs.
2) Efusi pleura eksudativa terjadi akibat peradangan pada pleura, yang seringkali
disebabkan oleh penyakit paru-paru. Kanker, tuberkulosis dan infeksi paru
lainnya, reaksi obat, asbetosis dan sarkoidosis merupakan beberapa contoh
penyakit yang bisa menyebabkan efusi pleura eksudativa.
3) Efusi Hemoragi dapat disebabkan oleh adanya tumor, trauma, infark paru, dan
tuberkolosis. Penyebab lain dari efusi pleura antara lain: gagal jantung, kadar
protein darah yang rendah, sirosis, pneumonia, blastomikosis,
koksidioidomikosis, tuberculosis, histoplasmosis, kriptokokosis, abses dibawah
diafragma, artritis rematoid, pankreatitis, emboli paru, tumor, lupus eritematosus
sistemik, pembedahan jantung, cedera di dada, obat-obatan (hidralazin,
prokainamid, isoniazid, fenitoin, klorpromazin, nitrofurantoin, bromokriptin,
dantrolen, prokarbazin), pemasangan selang untuk makanan atau selang
intravena yang kurang baik.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, difusi dibagi menjadi unilateral dan
bilateral.Efusi unilateral tidak mempunyai kaitan yang spesifik dengan penyakit
penyebabnya akn tetapi efusi bilateral ditemukan pada penyakit kegagalan jantung
kongestif, sindrom nefrotik, asites, infark paru, lupus eritematosus sistemis, tumor dan
tuberkolosis.
C. Patofisiologi
Efusi pleura berarti terjadi penumpukan sejumlah besar cairan bebas dalam
kavum pleura. Kemungkinan proses akumulasi cairan di rongga pleura terjadi akibat
beberapa proses yang meliputi:
Didalam rongga pleura terdapat + 5ml cairan yang cukup untuk membasahi
seluruh permukaan pleura parietalis dan pleura viseralis.Cairan ini dihasilkan oleh
kapiler pleura parietalis karena adanya tekanan hodrostatik, tekanan koloid dan daya
tarik elastis.Sebagian cairan ini diserap kembali oleh kapiler paru dan pleura viseralis,
sebagian kecil lainnya (10-20%) mengalir kedalam pembuluh limfe sehingga pasase
cairan disini mencapai 1 liter seharinya.
Terkumpulnya cairan di rongga pleura disebut efusi pleura, ini terjadi bila
keseimbangan antara produksi dan absorbsi terganggu misalnya pada hyperemia
akibat inflamasi, perubahan tekanan osmotic (hipoalbuminemia), peningkatan tekanan
vena (gagal jantung).Atas dasar kejadiannya efusi dapat dibedakan atas transudat dan
eksudat pleura.
D. Pathway (terlampir)
E. Manisfestasi Klinis
3. Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan
cairan pleura yang signifikan.
4. Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena
cairan akan berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam
pernapasan, fremitus melemah (raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah
resonan, dalam keadaan duduk permukaan cairan membentuk garis melengkung
(garis Ellis Damoiseu).
5. Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian
atas garis Ellis Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah resonan karena
cairan mendorong mediastinum kesisi lain, pada auskultasi daerah ini didapati
vesikuler melemah dengan ronki.
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan radiologik (Rontgen dada), pada permulaan didapati menghilangnya
sudut kostofrenik. Bila cairan lebih 300ml, akan tampak cairan dengan permukaan
melengkung. Mungkin terdapat pergeseran di mediatinum.
2. Ultrasonografi
3. Torakosentesis / pungsi pleura untuk mengetahui kejernihan, warna, biakan
tampilan, sitologi, berat jenis. Pungsi pleura diantara linea aksilaris anterior dan
posterior, pada sela iga ke-8. Didapati cairan yang mungkin serosa (serotorak),
berdarah (hemotoraks), pus (piotoraks) atau kilus (kilotoraks). Bila cairan serosa
mungkin berupa transudat (hasil bendungan) atau eksudat (hasil radang).
4. Cairan pleura dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan gram, basil tahan asam
(untuk TBC), hitung sel darah merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa,
amylase, laktat dehidrogenase (LDH), protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH.
5. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan
G. Komplikasi
Komplikasi pada efusi pleura adalah :
1. Fibrotoraks
Efusi pleura yang berupa eksudat yang tidak ditangani dengan drainase yang
baik akan terjadi perlekatan fibrosa antara pleura parietalis dan viseralis. Keadaan ini
disebut dengan fibrotoraks. Jika fibrotoraks meluas dapat menimbulkan hambatan
mekanis yang berat pada jaringan-jaringan yang berada dibawahnya. Pembedahan
pengupasan (dekortikasi) perlu dilakukan untuk memisahkan membran-membran
pleura tersebut.
2. Atalektasis
Atalektasis adalah pengembangan paru yang tidak sempurna yang disebabkan
oleh penekanan akibat efusi pleura.
3. Fibrosis Paru
Fibrosis paru merupakan keadaan patologis dimana terdapat jaringan ikat paru
dalam jumlah yang berlebihan. Fibrosis timbul akibat cara perbaikan jaringan sebagai
lanjutan suatu proses penyakit paru yang menimbulkan peradangan. Pada efusi pleura,
atalektasis yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan baru yang
terserang dengan jaringan fibrosis.
H. Penatalaksanaan Medis
Pada efusi yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui selang iga sekitar 500 1000cc. Bila cairan pusnya kental sehingga
sulit dikeluarkan atau bila empiemanya multiokuler, perlu tindakan operatif. Mungkin
sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologis atau larutan
antiseptik. Pengobatan secara sistemik hendaknya segera dilakukan, tetapi terapi ini
tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adequate.
Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi dapat dilakukan
pleurodesis yakni melengketkan pleura viseralis dan pleura parietalis. Zat-zat yang
dipakai adalah tetrasiklin, Bleomicin, Corynecbaterium parvum dll.
1. Pengeluaran efusi yang terinfeksi memakai pipa intubasi melalui sela iga.
2. Irigasi cairan garam fisiologis (NaCl ) atau larutan antiseptik (Betadine).
3. Pleurodesis (penyatuan parietalis dan viseralis): untuk mencegah terjadinya
lagi efusi pleura setelah aspirasi.
4. Torakosintesis: untuk membuang cairan, mendapatkan spesimen (analisis),
menghilangkan dispnea.
Indikasinya:
Mehilangkan sesak yang ditimbulkan
Bila terapi spesifik pada primernya tidak efektif
Bila terjadi reakumulasi cairan
5. Water seal drainage (WSD)
Drainase cairan (Water Seal Drainage) jika efusi menimbulkan gejala
subyektif seperti nyeri, dispnea, dll. Cairan efusi sebanyak 1-1,2 liter perlu
dikeluarkan segera untuk mencegah meningkatnya edema paru, jika jumlah
cairan efusi lebih banyak maka pengeluaran cairan berikutya baru dapat
dilakukan 1 jam kemudian.
I. Asuhan Keperawatan
Pengkajian Keperawatan
2. Yellow exudate pleura efusion, terutam terjadi pada keadaan gagal jantung
kongestif, sindrom nefrotik, hipoalbuminemia dan perikarditis konstriktif.
3. clear transudat pleura efusion, sering terjadi pada klien dengan keganasan
ekstrapulmoner.
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi, bersihan jalan nafas kembali
efektif.
Criteria Evaluasi :
Klien mampu melakukan batuk efektif
Pernafasan klien normal (16-20x/menit) tanpa ada penggunanan otot bantu nafas. Bunyi nafas
normal, Rh-/- dan pergerakan pernapasan normal
Rencana Intervensi Rasional
Kaji fungsi pernafasan (bunyi nafas, kecepatan, Penurunan bunyi nafas menunjukkan
irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu atelektasis, ronkhi menunjukkan akumulasi
nafas) secret dan ketidakefektifan pengeluaran
sekresi yang selanjutnya dapat menimbulkan
penggunaan otot bantu pernafasan dan
meningkatkan kerja pernafasan.
Kaji kemampuan mengeluarkan sekresi, catat Pengeluaran akan sulit bila secret sangat
kateter dan volume sputum kental (efek infeksi dan hidrasi yang tidak
adekuat)
Berikan posisi semiflower tinggi dan bantu Posisi fowler memaksimalkan ekspansi paru
klien latihan nafas dalam dan batuk efektif dan menurunkan upaya bernafas. Ventilasi
maksimal membuka area atelektasis dan
meningkatkan gerakan secret ke dalam jalan
nafas besar untuk dikeluarkan
Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500ml Hidrasi yang adekuat membantu
/hari kecuali tidak diindikasikan mengencerkan secret dan mengefektifan
pembersihan jalan nafas.
Bersihan secret dari mulut dan trachea, bila Mencegah obstruksi dan aspirasi. Pengisapan
perlu lakukan suction dilakukan bila klien tidak mampu
mengeluarkan secret. Eliminasi lender dengan
suction sebaiknya dilakukan dalam jangka
waktu kurang dari 10 menit, dengan
pengawasan efek samping suction
Kolaborasi pemberian obat indikasi : antibiotic Pengobatan antibiotik yang ideal adalah
dengan adanya dasar dari tes uji resistensi
kuman terhadap jenis antibiotic sehingga
lebih mudah mengobati
Agen mukolitik Agen mukolitik menurunkan kekentalan dan
perlengketan secret paru untuk pemudahan
pembersihan
Bronkodilator: jenis aminofilin via intravena Bronkodilator meningkatkan diameter lumen
percabangan trakheobonkial sehingga
menurunkan tahanan terhadap aliran udara.
Kortikosteroid Kortikosteroid berguna pada hipoksemia
dengan keterlibatan luas dan bila reaksi
inflamasi mengancam kehidupan.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pertukaran oksigen dan
karbondioksida di alveoli
Tujuan : dalam waktu 2x24 jam setelah diberikan intervensi, pertukaran gas efektif
Criteria Evaluasi :
Menunjukkan ventilasi adekuat/oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal
Menunjukkan perbaikan tidak adanya gejala distres normal
Rencana Intervensi Rasional
Catat frekunsi dan kedalaman Takipnea dan Dispnea menyertai obtruksi paru.
pernapasan,penggunaan otot bantu, napas Kegagalan penapassan lebih berat menyertai
bibir. kehilangan paru unit fungsional dari sedang
sampai berat.
Auskultasi paru untuk penurunan/tidak Area yang tak terventilasi dapat
adanya bunyi napas dan adanya bunyi diidenifikasikan dengan tak adanya bunyi
tambahan misal krekels napas. Krekels terjadi pada jaringan terisi
cairan/jalan napas dapat menunjukan
dekompensasi
Observasi keabu-abuan menyeluruh dan Menunjukan hipoksemia sistemik.
sisanosis pada jaringan hangat seperti daun
telinga,bibir,lidah dan membran lidah.
Tinggi kepala tempat tidur sesuai sesuai Meningkatkan ekspansi dada maksimal
kebutuhan/toleransi pasien. membuat mudah bernapas,yang meningkatkan
kenyamanan fisiologi/psikologis
Awasi tanda vital Takikardia,takipnea,dan perubahan pada TD
terjadi dengan beratnya hipoksemia dan
asidosis.
Pathway
s Tekanan hidrostatik
Bertambahnya permeabilitas
lapisan pleura terhadap protein Tekanan onkonik
Tidak efektifan
bersiahan jalan napas
EFUSI PLEURA
Intoleransi
aktivitas
Pengembangan
Penekanan paru Penekanan rongga
abdomen pleura
Pola napas tidak Perfusi O2 menurun ke
Tidakkurang
Nutrisi nafsu makan Gangguan pertukaran
Mual,muntah efektifDispnea
Gangguan O2 paruNyeri
kelelahan
menurun
kebutuhan tubuh O2 danpertukaran gas
Ansietas
Co2 di alveoli jaringan
DAFTAR PUSTAKA
Jeremy, et al. Efusi Pleura. At a Glance Medicine Edisi kedua. EMS. Jakarta : 2008.