Anda di halaman 1dari 32

PRAKTIKUM PETROLOGI

LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BAB V
BATUAN METAMORF

5.1. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari praktikum batuan metamorf ini yaitu sebagai


berikut :
1. Mengetahui dan membedakan batuan metamorf berdasarkan klasifikasinya.
2. Menginterpretasikan penamaan batuanbatuan metamorf berdasarkan
deskripsinya.

5.2. Dasar Teori

Batuan metamorf merupakan batuan hasil malihan dari batuan yang


telah ada sebelumnya yang ditunjukkan dengan adanya perubahan komposisi
mineral, tekstur dan struktur batuan yang terjadi pada fase padat (solid rate)
akibat adanya perubahan temperatur, tekanan dan kondisi kimia di kerak bumi
(Ehlers & Blatt, 1982). Hasil dari perubahan-perubahan fundamental batuan
yang sebelumnya telah ada. Panas yang intensif yang dipancarkan oleh suatu
massa magma yang sedang mengintrusi menyebabkan metamorfosa kontak.
Metamorfosa regional yang meliputi daerah yang sangat luas disebabkan oleh
efek tekanan dan panas pada batuan yang terkubur sangat dalam.
Menurut H. G. F. Winkler (1967), metamorfisme adalah proses yang
mengubah mineral suatu batuan pada fase padat karena pengaruh terhadap
kondisi fisika dan kimia dalam kerak bumi, dimana kondisi tersebut berbeda
dengan sebelumnya. Proses tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesa.
Batuan metamorf adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan
hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada
sebelumnya protolith oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang
berarti perubahan bentuk.
Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 C)
dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan kimia yang

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan
metamorf lain yang lebih tua. Beberapa contoh batuan metamorf
adalah gneis, batusabak, marmer, dan skist. Batuan metamorf menyusun
sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari
susunan kimia dan mineral (fasies metamorf) Mereka terbentuk jauh dibawah
permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan
dan suhu tinggi. Mereka juga terbentuk oleh intrusi batu lebur disebut magma,
ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan
batuan yang bersuhu tinggi. Penelitian batuan metamorf (saat ini tersingkap di
permukaan bumi akibat erosi dan pengangkatan) memberikan kita informasi
yang sangat berharga mengenai suhu dan tekanan yang terjadi jauh di dalam
permukaan bumi. Banyak mineral yang mempunyai batas-batas kestabilan
tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang melebihi batas
tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk
mineral-mineral baru yang stabil. Disamping karena pengaruh tekanan dan
temperatur, metamorfisme juga dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O)
dalam jumlah bervariasi di antara butiran mineral atau pori-pori batuan yang
pada umumnya mengandung ion terlarut akan mempercepat proses
metamorfisme.
Proses metamorfosa merupakan suatu proses pengubahan batuan akibat
perubahan tekanan, temperatur, dan adanya aktivitas kimia fluida atau gas, atau
variasi dari ketiga faktor tersebut. Proses metamorfosa merupakan proses
isokimia, dimana tidak terjadi penambahan unsur-unsur kimia pada batuan
yang mengalami metamorfosa. Temperatur berkisar antara 200o C 800o C,
tanpa melalui fase cair sehingga terbentuk struktur dan mineral yang baru,
akibat dari pengaruh temperatur (T) dan tekanan (P) yang tinggi.
Ada dua tipe tekanan, yaitu :
1. Tekanan statis, yaitu tekanan yang disebabkan oleh berat batuan yang ada
di atasnya. Makin dalam makin tinggi tekanan tersebut.
2. Tekanan dinamis, yaitu tekanan yang dihasilkan oleh gerak-gerak
diastropisme atau tektonisme.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Pada batuan metamorf tingkat rendah jejak kenampakan batuan asal


masih bisa diamati dan penamaannya menggunakan awalan meta (sedimen,
-beku), sedangkan pada batuan metamorf tingkat tinggi jejak batuan asal sudah
tidak nampak, malihan tertinggi membentuk migmatit (batuan yang sebagian
bertekstur metamorf dan sebagian lagi bertekstur beku).

*Sumber : www. scribd. com, 2014

Gambar 5. 1.
Batuan Asal yang Telah Mengalami Metamorfisme

Di bawah tekanan yang tinggi, dapat terjadi suatu perubahan


komposisi kimia mineral-mineral. Oleh karena itu, tekanan merupakan tenaga
penyebab dari suatu proses metamorfisme.
Temperatur juga merupakan penyebab metamorfisme terpenting,
karena kebanyakan reaksi kimia akan dipercepat oleh kenaikan temperatur.
Temperatur yang tinggi di dalam kerak bumi dapat berasal dari instrusi magma,
aliran gas atau cairan yang panas, gesekan batuan-batuan ketika terjadi
peristiwa diastropik, atau karena letaknya yang dalam (gradient geothermal
terjadi penambahan suhu sebesar 2o C setiap turun 100 m di bawah permukaan
tanah). Perubahan temperatur dapat terjadi oleh berbagai macam hal, antara
lain karena adanya pemanasan akibat intrusi magmatit dan perubahan gradien
geotermal. Panas dalam skala kecil juga dapat terjadi akibat adanya gesekan
atau friksi selama terjadinya deformasi suatu massa batuan. Pada temperatur
Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

krisis tertentu, mineral akan mengalami perubahan kimia membentuk mineral


baru. Berdasarkan penelitian di laboratorium, diketahui bahwa titik lebur
batuan akan turunan bila basah dibanding dalam keadaan kering (dari sekitar
1400o C menjadi 400o C). Oleh karena itu, kenaikan temperatur sangat
memungkinkan terjadinya proses metamorfosa di dalam kerak bumi.
Gas dan cairan panas yang bersumber dari suatu dapur magma
kemudian menyusup ke dalam batuan kerak bumi, akan menyebabkan
terjadinya perubahan-perubahan kimia mineral yang dilaluinya karena selain
panas, gas, dan cairan itu juga mengandung unsur-unsur kimia yang aktif,
misalnya uap, fluor, asam borat, dan sebagainya.
Derajat metamorfosa adalah suatu tingkatan metamorfosa yang
didasarkan atas temperatur (T), tekanan (P), atau keduanya. Batuan metamorf
diklasifikasikan menjadi tiga kelas atas derajat metamorfosanya, yaitu :
1. Batuan Metamorfosa Derajat Rendah
Pada tahap awal metamorfisme derajat rendah, stress cenderung
disebabkan oleh lapisan batuan di atasnya. Mineral-mineral baru yang
bertekstur berlembar, foliasi, cenderung sejajar dengan bidang-bidang
perlapisan dari batuan sedimen yang termetamorf. Batuan metamorf
derajat rendah umumnya mempunyai besar butir sangat halus, sehingga
mineral-mineral pipihnya hanya dapat dilihat di bawah mikroskop.
Foliasinya disebut slatycleavage, yang dapat diartikan belahan-belahan
tipis. Batuan metamorf derajat rendah cenderung terpecah-pecah menurut
belahan.
2. Batuan Metamorfosa Derajat Menengah
Peningkatan metamorfosa pada serpih ke derajat menengah,
menghasilkan mineral mika berbutir lebih besar dan perubahan himpunan
mineral serta membentuk foliasi. Batuannya disebut filit, berasal dari kata
phyllon yang berarti daun.

3. Batuan Metamorfosa Derajat Tinggi

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Batuan metamorf derajat tinggi berbutir kasar dan berfoliasi, tetapi


disertai lapisan-lapisan segregasi mineral-mineral, seperti kuarsa dan
feldspar dan dinamakan gneiss.
Oleh karena besar butirannya dapat dilihat, maka kelompok batuan
ini diberi nama dengan diawali nama mineral-mineral utamanya, misalnya
kuarsa, plagioklas, biotit, garnet, gneiss.
5.2.1. Tipe-Tipe Metamorfosa
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhinya, metamorfosa
dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu :
a. Metamorfosa Thermal (Kontak)
Metamorfosa thermal atau kontak merupakan metamorfosa
yang diakibatkan oleh kenaikan temperatur (T). Biasanya jenis ini
ditemukan pada kontak antara tubuh intrusi magma atau batuan di
sekitarnya.
Panas tubuh intrusi yang diteruskan pada batuan sekitarnya
mengakibatkan metamorfosa kontak. Zona metamorfosa kontak di
sekitar tubuh batuan tersebut terlihat pada batuan sekitarnya.
Lebar daerah penyebaran panas tersebut berkisar dari beberapa
centimeter sampai kilometer. Dengan demikian tempat-tempat
yang sering dijumpai adalah sekitar batuan intrusi seperti batolith,
stock, lakkolit, sill, dike, dan sebagainya. Makin jauh dari intrusi
tersebut makin berkurang derajat metamorfosa karena temperatur
semakin rendah. Dengan demikian, di sekitar batuan intrusi akan
dijumpai zona metamorfosa yang melingkari batuan intrusi
tersebut. Pada zona metamorfosa tersebut banyak dijumpai
mineral-mineral bahan galian yang letaknya relatif teratur menurut
jauhnya dari batuan intrusi. Urut-urutan tersebut, yaitu muskovit di
tempat yang agak jauh, kemudian chlorite biotit, dan akhirnya
cordiorit (Suatu silikat besi, magnesium, dan alumunium yang
kompleks) paling dekat ke kontak magma.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : http://kidsgen. blogspot. com, 2014

Gambar 5. 2.
Marmer

Banyak sekali mineral bahan galian yang terjadinya lewat


proses metamorfosa ini, misalnya besi, timah, tembaga, zink, dan
lainnya, yang dihasikan dari batuan limestone dan calcareous
shale. Adapun perluasan zona metamorfosa di sekitar batolit dapat
mencapai beberapa kilometer persegi, sekitar stock sampai ribuan
meter. Di sekitar area sill dan dike tidak begitu jelas zona
metamorfosa tersebut. Pada metamorfosa kontak, batuan
sekitarnya berubah menjadi hornfels (batutanduk) yang susunannya
tergantung pada sedimen asalnya.
Metamorfosa thermal dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu :
1) Metamorfosa kontak langsung dengan batuan di sekelilingnya,
dapat berupa batuan beku, sedimen, ataupun batuan metamorf
itu sendiri. Sifatnya lokal, dapat terjadi di luar maupun di
bawah permukaan.
2) Pirometamorfosa temperatur tinggi sekali terjadi pada sentuhan
langsung dengan tubuh magma, dicirikan dengan xenolith
(material-material yang kena kontak masuk ke dalam batuan
beku).
b. Metamorfosa Dinamo (Dislokasi atau Katalistik)
Metamorfosa dinamo adalah jenis metamorfosa yang
diakibatkan oleh kenaikan temperatur (P). Proses pembentukan
batuan metamorf atau sering pula disebut dengan dinamik
metamorfisme adalah suatu perubahan mineral satu ke mineral
Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

lainnya atau batuan yang disebabkan karena tekanan tinggi yang


dihasilkan oleh gerak diastropisme. Tekanan yang berpengaruh di
sini ada dua macam, yaitu :
1) Hidrostatis, yaitu tekanan yang mencakup ke segala arah.
2) Stress, yaitu tekanan yang searah saja.
Makin dalam ke arah kerak bumi, pengaruh tekanan
hidrostatis semakin besar. Sedangkan tekanan pada bagian kulit
bumi yang dekat dengan permukaan saja, metamorfosa semacam
ini biasanya didapatkan di daerah sesar atau patahan yang tersebar
luas di seluruh dunia. Karena itu sering pula disebut regional
metapmorphism.
Dengan adanya tekanan dari arah yang berlawanan maka
butir-butir kuarsa di dalam massa liat yang lebih halus, karena
tertekan maka butir-butir kuarsa menjadi pipih sedang partikel liat
mengkristal kembali menjadi lapisan-lapisan mika yang tipis.
c. Metamorfosa Regional
Metamorfosa regional terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1) Metamorfosa Dinamo Thermal
Metamorfosa ini terjadi di kulit bumi pada bagian dalam.
Faktor yang berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang
sangat tinggi. Secara geografis dan genetis, cara penyebaran
batuan metamorf ini sangat erat kaitannya terhadap aktivitas
orogenesa.
2) Metamorfosa Beban atau Burial
Batuan metamorf ini terbentuk dari proses-proses
sedimentasi yang sangat tebal pada suatu cekungan yang
sangat luas atau dikenal juga dengan geosinklin.
5.2.2. Struktur Batuan Metamorf
Struktur batuan metamorf yaitu suatu batuan yang berdasarkan
ukuran, bentuk, ataupun dari orientasi dari suatu unit poligranular
batuan tersebut. Pembahasan dari susunan batuan metamorf meliputi
susunan pada bagian massa batuan tersebut, juga termasuk suatu

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

hubungan antara suatu bagian dan bentuk serta dari kenampakan


internal bagian-bagian tersebut.
Secara umum, batuan metamorf ini dapat dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu struktur foliasi dan struktur non foliasi.
a. Struktur Foliasi
Merupakan struktur-struktur yang ada pada batuan
metamorf yang ditunjukkan oleh adanya suatu penjajaran dari
mineral-mineral penyusun batuan metamorf. Struktur ini terbagi
atas beberapa macam, yaitu :
1) Struktur Slatycleavage
Struktur Slatycleavage adalah struktur yang ukurannya
paling halus dari struktur foliasi lainnya, dimana struktur ini
hampir sama dengan schisstosa, hanya mineralmineral
slatycleavage berukuran halus. Contoh batuan dari struktur
slatycleavage adalah batusabak.

*Sumber : http://kidsgen. blogspot. com, 2014

Gambar 5. 3.
Struktur Slatycleavage

2) Struktur Phylitic
Struktur ini hampir sama dengan struktur slatycleavage,
hanya saja mineral dan penjajarannya mulai agak kasar.
Derajat metamorfosa lebih tinggi daripada slate (batusabak),
dimana pada daun-daun mika chlorite sudah cukup besar dan
berkilap sutra pada pecahan-pecahannya. Contoh batuan dari
struktur ini adalah phyllite.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : http://kidsgen. blogspot. com, 2014

Gambar 5. 4.
Struktur Phylitic

3) Struktur Schistosa
Struktur ini merupakan suatu mineral pipih (kuarsa,
biotite, muscovite, dan feldspar) lebih banyak dibandingkan
dengan mineral butirannya dan kristalin. Struktur ini biasanya
dihasilkan oleh proses metamorfosa pada regional. Contoh
batuan dari struktur ini adalah batusekis.

*Sumber : http://kidsgen. blogspot. com, 2014

Gambar 5. 5.
Struktur Schistosa

4) Struktur Gneissic
Struktur ini merupakan suatu struktur dimana jumlah
mineral granular relatif lebih banyak dari mineral pipih,
mempunyai sifat mewakili pada metamorfosa regional derajat
tinggi. Contoh dari batuan yang memiliki struktur ini adalah
gneiss.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : http://kidsgen. blogspot. com, 2014

Gambar 5. 6.
Struktur Gneissic

b. Struktur Non Foliasi


Struktur non foliasi ini adalah suatu struktur batuan
metamorf yang tidak memperlihatkan adanya penjajaran mineral
penyusun batuan metamorf. Yang termasuk dalam struktur ini
adalah :
1) Struktur Hornfelsik
Struktur ini dicirikan oleh adanya butiran-butiran yang
seragam, terbentuk di daerah kontak sekitar tubuh batuan beku
tersebut.

*Sumber : www. scribd. com, 2014

Gambar 5. 7.
Struktur Hornfelsik
2) Struktur Kataklastik
Struktur ini terdiri dari pecahan-pecahan atau fragmen-
fragmen batuan di dalam mineralnya. Struktur ini butirannya
relatif lebih kasar dan struktur mendekati struktur tipe phylite.
Misalnya breksi patahan, biasanya dijumpai pada zona-zona
sesar atau patahan.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : www. scribd. com, 2014

Gambar 5. 8.
Struktur Kataklastik

3) Struktur Milonitik
Struktur ini sama dengan struktur kataklastik, hanya
butiran milonitik lebih halus dan dapat dibelahbelah seperti
struktur schistosa. Batuannya berbutir halus dan liniasinya
ditunjukkan oleh adanya orientasi mineral yang berbentuk
retikuler dan terkadang masih menyimpan lensa pada batuan
asalnya. Ciri struktur ini adalah mineralnya berbutir halus
menunjukkan kenampakan goresan-goresan searah dan belum
terjadi rekristalisasi mineral-mineral primer dan struktur ini
merupakan ciri adanya sesar.

*Sumber : www. scribd. com, 2014

Gambar 5. 9.
Struktur Milonitik

4) Struktur Flaser
Struktur pada flaser menyerupai struktur kataklastik,
dimana pada batuan asalnya berbentuk lensa yang tertanam
pada massa dasar yang milonitik.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : http://localexpert. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 10.
Struktur Flaser

5) Struktur Augen
Struktur augen mempunyai bentuk yang sama dengan
flaser, akan tetapi hanya lensanya saja yang terdiri dari
butiran dalam feldspar yang massanya lebih halus.

*Sumber : http://localexpert. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 11.
Struktur Augen

6) Struktur Pilonitik
Struktur ini hampir sama dengan milonitik, tetapi
butirannya relatif lebih halus dan dan strukturnya mendekati
pada struktur tipe phylite.

*Sumber : http://localexpert. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 12.
Struktur Pilonitik

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

7) Struktur Granulose
Struktur ini hampir sama dengan struktur hornfelsik,
akan tetapi butirannya mempunyai bentuk yang tak sama besar.

*Sumber : http://localexpert. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 13.
Struktur Granulose

8) Struktur Liniasi
Struktur liniasi adalah struktur yang diperlihatkan oleh
adanya kumpulan mineral yang berbentuk seperti jarum.

*Sumber : http://localexpert. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 14.
Struktur Liniasi

5.2.3. Tekstur Batuan Metamorf


Tekstur batuan metamorf merupakan kenampakan batuan
metamorf yang berdasarkan pada ukuran atau bentuk dari orientasi
butiran mineral individual dan penyusun batuan metamorf (Jacson,
1970). Pada penamaan sebuah metamorf, biasanya menggunakan
awalan blato atau menggunakan akhiran blastik yang ditambah pada
istilah dasarnya.

Tekstur batuan metamorf terdiri dari :

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a. Tekstur Kristaloblastik
Tekstur ini terjadi pada saat tumbuhnya mineral dalam
suasana padat (tekstur batuan asalnya tidak tampak lagi), dan bukan
mengkristal dalam suasana cair, karena pada kristalnya disebut
dengan Blato.
1) Tekstur Lapidoblastik
Tekstur ini didominasi oleh mineral pipih yang
memperlihatkan suatu orientasi sejajar, seperti mineral biotit
dan muskovit.

*Sumber : www. scribd. com, 2014

Gambar 5. 15.
Tekstur Lapidoblastik

2) Tekstur Granoblastik
Tekstur ini terdiri dari mineral-mineral yang
membentuk butiran-butiran di dalam yang seragam, seperti
kuarsa, kalsit, garnet, dan lain-lain atau apabila mineral
penyusunnya berbentuk granular, equidimensional, batas
mineralnya bersifat unsutured (lebih teratur) dan umumnya
kristalnya berbentuk anhedral.

*Sumber : www. scribd. com, 2014

Gambar 5. 16.
Tekstur Granoblastik
3) Tekstur Nematoblastik

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tekstur ini dari mineral-mineral yang membentuk


prismatik menjarum, serta memperlihatkan orientasi yang
sejajar atau memperlihatkan adanya mineral-mineral prismatik
yang sejajar dan terarah, seperti amphibol, piroksin, silimanit
dan sekis hornblende.

*Sumber : http://geology. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 17.
Tekstur Nematoblastik

4) Tekstur Porfiroblastik
Tekstur pada batuan yang kristal besarnya (fenokris)
tertanam dalam massa dasar yang relatif lebih halus dan identik
dengan porfiritik pada batuan beku atau apabila terdapat
mineral yang ukurannya lebih besar atau tekstur yang
memperlihatkan beberapa mineral dengan ukuran yang lebih
besar dikelilingi oleh mineral yang lebih kecil.

*Sumber : http://geology. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 18.
Tekstur Porfiroblastik

5) Tekstur Idioblastik
Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tekstur idioblastik adalah tekstur yang ada pada batuan


metamorf dengan mineral-mineral berbentuk euhedral.

*Sumber : http://geology. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 19.
Tekstur Idioblastik

6) Tekstur Xenoblastik
Tekstur xenoblastik sama dengan tekstur idioblastik,
tetapi bentuk mineral-mineralnya adalah anhedral.

*Sumber : http://localexpert. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 20.
Tekstur Xenoblastik

b. Tekstur Palimset
Tekstur palimset merupakan tekstur sisa dari batuan asal
yang dijumpai pada batuan metamorf. Tekstur ini meliputi :
1) Tekstur Blastoporfiritik
Tekstur blastoporfiritik adalah tekstur sisa dari batuan
asal atau pada batuan beku yang memiliki suatu tekstur
porfiritik.

2) Tekstur Blastosephit

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tekstur ini merupakan sisa dari sedimen yang


ukurannya lebih besar dari pasir.
3) Tekstur Blastosamit
Tekstur Blastosamit adalah tekstur sisa dari batuan
sedimen yang ukurannya sama dengan pasir (samite).
4) Tekstur Blastopellite
Tekstur blastopellite adalah tekstur sisa batuan sedimen
yang mempunyai ukuran lempung.
5.2.4. Komposisi Batuan Metamorf
Secara megaskopis sulit untuk mendiskripsikan atau dalam
menentukan komposisi mineral pada batuan metamorf. Namun dengan
demikian, kita tetap dituntut untuk dapat menentukan komposisi
mineral pada batuan metamorf tersebut yang dapat kita pelajari dari
buku atau melalui penentuan langsung dari laboraturium. Pada
dasarnya komposisi mineral batuan metamorf ini dapat dibagi menjadi
dua bagian, yaitu :
a. Mineral Stress
Mineral stress merupakan mineral yang bisa stabil dalam
kondisi tekanan, dimana mineral tersebut dapat berbentuk
prismatik. Contoh mineral stress, yaitu :
1) Mika
2) Serpentin
3) Scolite
4) Claurite
5) Kyanit
6) Staurolit
7) Termalit
8) Silimanit
9) Epidote
10) Hornblende
11) Anthopillite
b. Mineral Anti Stress

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Mineral anti stress merupakan mineral yang terbentuk


bukan dalam kondisi tekanan. Mineral ini berbentuk
equidimensional. Contoh mineral anti stress, yaitu :
1) Kuarsa
2) Feldspar
3) Garnet
4) Kalsit
5) Kordierit
6) Olivin
7) Andalusit
8) Augit
Selain mineral stress dan anti stress, terdapat mineral yang khas
yang dapat kita jumpai pada batuan metamorf, antara lain :
a. Mineral metamorf regional
Contohnya : silimanit, andalusit, talk, kyanite, staurolite
b. Mineral metamorf thermal
Contohnya : garnet, korundum, grafit
c. Mineral dari efek larutan kimia.
Contohnya : epidote, calorite, wolastonid.
5.2.5. Klasifikasi Batuan Metamorf
Klasifikasi batuan metamorf dapat dibagi menjadi empat
macam, yaitu :
a. Berdasarkan Komposisi Kimia
Klasifikasi ini ditinjau dari unsur-unsur kimia yang
terkandung dalam batuan metamorf yang mencirikan batuan
asalnya terbagi menjadi 5 kelompok, yaitu :
1) Calcic Metamorphic Rock
Merupakan batuan metamorf yang berasal dari batuan
yang bersifat kaya unsur Al, umumnya terdiri atas
batulempung dan serpih. Contoh batuannya adalah batusabak
dan Phyllite.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

*Sumber : http://geology. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 21.
Sabak

2) Quartz Feldspatic Rock


Merupakan batuan metamorf yang berasal dari batuan
yang kaya akan unsur kuarsa dan feldspar. Batuan asal
umumnya terdiri dari batupasir, batuan beku basa, dan lain-
lain. Contoh batuannya adalah gneiss.

*Sumber : http://geology. wordpress. com, 2014

Gambar 5. 22.
Gneiss

3) Calcareous Metamorphic Rock


Merupakan batuan metamorf yang berasal dari
batugamping dan dolomit. Contoh batuannya adalah marmer.
4) Basic Metamorphic Rock
Merupakan batuan metamorf yang berasal dari batuan
beku basa, semi bas dan menengah, serta tufa dan batuan
sedimen yang berifat napalan dengan kandungan unsur-unsur
K, Al, Fe, dan Mg.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

5) Magnesia Metamorphic Rock


Merupakan batuan metamorf yang berasal dari batuan
yang kaya akan unsur Mg. Contoh batuannya adalah serpentin
dan sekis klorit.
b. Berdasarkan Asosiasi di Lapangan
Dipakai kriteria lapangan dan asosiasi mineral serta tekstur
yang berhubungan dengan alam, dan penyebab tekanan serta
temperatur. Misalkan pada suatu zona sesar didapatkan batuan
metamorf dengan struktur kataklastik, maka dari sini kita dapat
memperkirakan jenis metamorfosanya.
c. Berdasarkan Komposisi Mineral
Didasarkan pada fasies metamorfosa, sehingga setiap batuan
metamorf akan mempunyai komposisi mineral spesifik. Hal ini
disebabkan bila batuan asal mempunyai komposisi mineral yang
khas, maka akan menghasilkan batuan metamorf dengan komposisi
mineral yang khas pula.
d. Berdasarkan Struktur dan Tekstur
Struktur dan tekstur batuan metamorf seperti yang telah
dibahas pada sub bab sebelumnya.
5.2.6. Proses Metamorfisme
Metamorfosa adalah proses rekristalisasi pada kedalaman kerak
bumi (3-20 km) yang keseluruhannya atau sebagian besar terjadi dalam
keadaan padat, yakni tanpa melalui fasa cair. Sehingga terbentuk
struktur dan mineralogi baru yang sesuai dengan lingkungan fisik baru
pada tekanan dan temperatur tertentu. Menurut H. G. F. Winkler,
1967, metamorfisme adalah proses-proses yang mengubah mineral
suatu batuan pada fase padat karena pengaruh atau tanggapan terhadap
kondisi fisik dan kimia di dalam kerak bumi, dimana kondisi fisik dan
kimia tersebut berbeda dengan kondisi sebelumnya. Proses-proses
tersebut tidak termasuk pelapukan dan diagenesis.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan induk,


bisa batuan beku, batuan sedimen, ataupun batuan metamorf itu sendiri
yang mengalami metamorfosa. Proses metamorfisme kadang-kadang
tidak berlangsung sempurna, sehingga perubahan yang terjadi pada
batuan asal tidak terlalu besar, hanya kekompakkan pada batuan saja
yang bertambah. Proses metamorfisme yang sempurna menyebabkan
karakteristik batuan asal tidak terlihat lagi. Pada kondisi perubahan
yang sangat ekstrim, peningkatan temperatur mendekati titik lebur
batuan, padahal perubahan batuan selama proses metamorfisme harus
tetap dalam keadaan padat. Apabila sampai mencapai titik lebur batuan
maka proses tersebut bukan lagi proses metamorfisme tetapi proses
aktivitas magma.
Agen atau media yang menyebabkan proses metamorfisme
adalah panas, tekanan dan cairan kimia aktif. Ketiga media tersebut
dapat bekerja bersama-sama pada batuan yang mengalami proses
metamorfisme, tetapi derajat metamorfisme dan kontribusi dari tiap
agen tersebut berbeda-beda. Pada proses metamorfisme tingkat rendah,
kondisi temperatur dan tekanan hanya sedikit diatas kondisi proses
pembatuan pada batuan sedimen. Sedangkan pada proses
metamorfisme tingkat tinggi, kondisinya sedikit dibawah kondisi proses
peleburan batuan.
Adapun proses metamorfisme, meliputi sebagai berikut, yaitu :
a. Proses perubahan fisik yang menyangkut struktur dan tekstur oleh
tenaga kristaloblastik (tenaga dari sedimen sedimen kimia untuk
menyusun susunan sendiri).
b. Proses-proses perubahan susunan mineralogi, sedangkan susunan
kimianya tetap (isokimia) tidak ada perubahan komposisi
kimiawi, tapi hanya perubahan ikatan kimia.

5.2.7. Tahap-Tahap Proses Metamorfisme

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a. Rekristalisasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, di sini terjadi
penyusunan kembali kristal-kristal dimana elemen-elemen kimia
yang sudah ada sebelumnya.
b. Reorientasi
Proses ini dibentuk oleh tenaga kristaloblastik, disini
pengorientasian kembali dari susunan kristal-kristal, dan ini akan
berpengaruh pada tekstur dan struktur yang ada.
c. Pembentukan mineral baru
Proses ini terjadi dengan penyusunan kembali
elemen-elemen kimiawi yang sebelumnya sudah ada.
1) Dalam metamorfosa yang berubah adalah tekstur dan asosiasim
mineral, yang tetap adalah komposisi kimia dan fase
padat (tanpa melalui fase cair).
2) Teksturnya selalu merefleksikan sejarah pembentukan.
3) Ditinjau dari perubahan suhu dan tekanan dikenal,
yaitu :
a) P r o g r e s i v e metamorfosa yaitu perubahan dari suhu dan
tekanan rendah ke suhu dan tekanan tinggi.
b) R e t r o g r e s i v e metamorfosa yaitu perubahan dari suhu
dan tekanan tinggi ke suhu dan tekanan rendah.
Adapun kondisi yang mengontrol metamorfosa/mempengaruhi
rekristalisasi dan tekstur.
a. Tekanan terbagi menjadi dua, yaitu tekanan hidrostatis dan stress.
b. Temperatur yaitu pada umumnya perubahan temperatur jauh lebih
efektif daripada perubahan tekanan dalam hal pengaruhnya bagi
perubahan mineralogi.
c. Katalisator berfungsi mempercepat reaksi, terutama pada
metamorfose bertemperatur rendah.

Ada dua hal yang dapat mempercepat reaksi yaitu sebagai


berikut :

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1) Adanya larutan-larutan kimia yang berjalan antar ruang


butiran.
2) Deformasi batuan, dimana batuan pecah-pecah menjadi
fragmen-fragmen kecil sehingga memudahkan kontak antar
larutan nimia dengan fragen-fragmen.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi proses
metamorfisme, yaitu sebagai berikut :
Komposisi batuan asal sangat mempengaruhi pembentukan
himpunan mineral baru, demikian pula dengan suhu dan tekanan. Suhu
dan tekanan tidaklah berperan langsung, akan tetapi juga ada atau
tidaknya cairan serta lamanya mengalami panas dan tekanan yang
tinggi, dan bagaimana tekanannya, searah dan sebagainya.
a. Pengaruh cairan terhadap reaksi kimia
Pori-pori yang terdapat pada batuan sedimen atua batuan
beku terisi ole cairan (fluida), yang merupakan larutan dari gas-gas,
garam dan mineral yang terdapat pada batuan yang bersangkutan.
Pada suhu yang tinggi intergranular ini lebih bersifat uap dan pada
cair, dan mempunyai peran yang penting dalam metamorfisme. Di
bawah suhu dan tekanan yang tinggi akan terjadi pertukaran unsur
dari larutan ke mineral-mineral dan sebaliknya. Fungsi cairan ini
sebagai media transport dari larutan ke mineral dan sebaliknya,
sehingga mempercepat proses metamorfisme. Jika tidak ada larutan
atau jumlahnya sedikit sekali, maka metamorfismenya akan
berlangsung lambat, karena perpindahannya akan melalui diffusi
antar mineral yang padat.
b. Suhu dan tekanan
Batuan apabila dipanaskan pada suhu tertentu akan
membentukmineral-mineral baru, yang hasil akhirnya adalah batuan
metamorf. Sumber panasnya berasal dari panas dalam bumi.
Batuan dapat terpanaskan oleh timbunan (burial) atau terobosan
dapat juga menimbulkan perubahan tekanan, sehingga sukar
dikatakan metamorfisme hanya disebabkan ole keniakan suhu saja.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Tekanan dalam proses metamorfisme bersifat sebagai stress yang


mempunyai besaran serta arah. Tekstur batuan metamorf
memperlihatkan bahwa batuan ini terbentuk di bawah differensial
stress, atau tekanannyatidak sama besar dari segala arah.
Berbeda dengan batuan beku yang terbentuk melalui lelehan
dan di bawah pengaruh uniform stress, atau mempunyai bersaran
yang sama dari semua arah.
c. Waktu
Untuk mengetahui berapa lama berlangsungnya proses
metamorfisme tidaklah mudah dan sampai saat ini masih belum
diketahui bagaimana caranya.
Dalam percobaan di laboratorium memperlihatkan bahwa di
bawah tekanan suhu tinggi serta waktu reasi yang lama akan
menghasilkan kristal dengan ukuran yang besar. Dan dalam kondisi
yang sebaliknya dihasilkan kristal yang kecil. Dengan demikian
untuk sementara ini disimpulkan bahwa batuan berbutir kasar
merupakan hasil metamorfisme dalam waktu yang panjang serta
suhu dan tekanan yang tinggi. Sebaliknya yang berbutir halus,
waktunya pendek serta suhu dan tekanan yang rendah.
5.2.8. Mineralogi Batuan Metamorf
Mineral-mineral yang terdapat pada batuan metamorf dapat
berupa mineral yang berasal dari batuan asalnya maupun dari mineral
baru yang terbentuk akibat proses metamorfisme sehingga dapat
digolongkan menjadi 3,yaitu :
a. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan beku dan batuan
metamorf seperti kuarsa, feldspar, muskovit, biotit, hornblende,
piroksen, olivin dan bijih besi.
b. Mineral yang umumnya terdapat pada batuan sedimen dan batuan
metamorf seperti kuarsa, muskovit, mineral-mineral lempung, kalsit
dan dolomit.
c. Mineral indeks batuan metamorf seperti garnet, andalusit, kianit,
silimanit, stautolit, kordierit, epidot dan klorit.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Proses pertumbuhan mineral saat terjadinya metamorfosa pada


fase padat dapat dibedakan menjadi secretionary growth,
concentrionary growth dan replacement (Ramberg, 1952 dalam
Jackson, 1970). Secretionary growth merupakan pertumbuhan kristal
hasil reaksi kima fluida yang terdapat pada batuan yang terbentuk
akibat adanya tekanan pada batuan tersebut. Concentrionary growth
adalah proses pendesakan kristal oleh kristal lainnya untuk membuat
ruang pertumbuhan. Sedangkan replacement merupakan proses
penggantian mineral lama oleh mineral baru. Kemampuan mineral
untuk membuat ruang bagi pertumbuhannya tidak sama satu dengan
yang lainnya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan oleh percobaan Becke,
1904 (Jackson, 1970). Percobaan ini menghasilkan Seri Kristaloblastik
yang menunjukkan bahwa mineral pada seri yang tinggi akan lebih
mudah membuat ruang pertumbuhan dengan mendesak mineral pada
seri yang lebih rendah. Mineral dengan kekuatan kristaloblastik tinggi
umumnya besar dan euhedral.
Tekanan merupakan faktor yang mempengaruhi stabilitas
mineral pada batuan metamorf (W. T. Huang, 1962). Dalam hal ini
dikenal dua golongan mineral yaitu stress mineral dan antistress
mineral. Stress mineral merupakan mineral yang kisaran stabilitasnya
akan semakin besar bila terkena tekanan atau dengan kata lain
merupakan mineral yang tahan terhadap tekanan. Mineral-mineral
tersebut umumnya merupakan penciri batuan yang terkena deformasi
sangat kuat. seperti sekis. Contoh stress mineral antara lain kloritoid,
stauroilit dan kianit. Sedangkan antistress mineral adalah mineral yang
kisaran stabilitasnya akan menurun pada kondisi tekanan yang sama.
Mineral ini tidak tahan terhadap tekanan tinggi sehingga tidak pernah
ditemukan pada batuan yang terdeformasi kuat. Contoh mineralnya
antara lain andalusit, kordierit, augit, hypersten, olivin, potasium
feldspar dan anortit.
5.2.8. Fesies Metamorfik

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

Konsep fasies metamorfik diperkenalkan oleh Eskola, 1915


(Bucher & Frey, 1994). Eskola mengemukakan bahwa kumpulan
mineral pada batuan metamorf merupakan karakteristik genetik yang
sangat penting sehingga terdapat hubungan antara kumpulan mineral
dan kompisisi batuan pada tingkat metamorfosa tertentu. Dengan kata
lain sebuah fasies metamorfik merupakan kelompok batuan yang
termetamorfosa pada kondisi yang sama yang dicirikan oleh kumpulan
mineral yang tetap. Tiap fasies metamorfik dibatasi oleh tekanan dan
temperatur tertentu serta dicirikan oleh hubungan teratur antara
komposisi kimia dan mineralogi dalam batuan.
5.2.9. Penamaan dan Klasifikasi Batuan Metamorf
Tatanama batuan metamorf secara umum tidak sesismatik
penamaan batuan beku atau sedimen. Kebanyakan nama batuan
metamorf didasarkan pada kenampakan struktur dan teksturnya.
Untuk memperjelas banyak dipergunakan kata tambahan yang
menunjukkan ciri khusus batuan metamorf tersebut, misalnya
keberadaan mineral pencirinya (contohnya sekis klorit) atau nama
batuan beku yang mempunyai komposisi yang sama (contohnya
granite gneiss). Beberapa nama batuan juga berdasarkan jenis mineral
penyusun utamanya (contohnya kuarsit) atau dapat pula dinamakan
berdasarkan fasies metamorfiknya (misalnya granulit).
a. Batuan Foliasi
1) Slate disebut batusabak, berbutir halus, strutur slaty cleavage
tekstur blastopelitik (palimpsest). Batuan ini mudah terbelah
melalui bidang-bidang foliasi, termasuk hasil metamorfisme
regional (epizone) dari batupasir halus atau shale.
2) Phyllite yaitu berbutir halus, struktur antara slaty cleavage
dengan schistose, foliasi tinggi banyak mengandung mika,
chlorite quartz, magnetit, tourmaline dan zircon dan lain-lain.

3) Schist yaitu schistosa kuat, banyak mengandung mika chlorit,


kwarsa dan lain-lain. Merupakan hasil metamorfisme regional

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

(mesozone-katazone) berasal dari bermacam-macam batuan


yang mengalami metamorfisme.
4) Amphibolite schist yaitu schistosa baik, mengandung terutama
mineral hornblende, plagiokalas, epidot dan lain-lain.
Termasuk mertamorfisme reginal sedang (mesozone) dari
basalt daibas, basaltic tuffgabros, beberapa andesit, diorite dan
beberapa batuan sedimen.
5) Chlorite schist yaitu schistosa baik, mengandung klorit, mika,
chloritoid, quartz dan lain-lain. Termasuk metamorfisme
regional sedang (mesozone) dari abtuan beku basalt, andesit
dan tufa. Batuan ini terbagi dua yaitu : pyrophyllite schist dan
pyrophyllite quartz schist. Kedua batuan ini mengandung
mineral chlorit, chloritoid, sericite, kaolinite, pyrite dan
feldspar sering disertai mineral-mineral hematite, magnetit,
ilmenit, leucoxene, epidot, zoilite, calcite, alunite, diaspere,
shene, rutile, dan zircon. Poryphyllite terbentuk oleh
metamorphosis hidrotermal berupa pelapukan dari batuan
vulkanik intermediet.
6) Talc schist yaitu batuan metamorf regional rendah (epizone)
yang banyak mengandung talc, mineral penyerta chlorite,
serpentin, dan lain-lain. Berasal dari metamorfisme batuan
beku peridotite dan serpentinite.
7) Mica schist dibedakan dalam dua bagian yaitu Biotite schist :
batuan ini terutama disusun oleh mineral biotit dan sedikit
amphiboles, plagioklas dan lain-lain. Sering ditemukan
mineral-mineral tourmaline, microcline, sillimanite, staurolite,
diopsite dan lain-lain. Termasuk batuan metamorphosis
regional tingkat rendah (epizone) dari shale, tufa dan rhyolite.

8) Muscovite schist yaitu batuan yang banyak mengandung


muscovite, sering di temukan kwarsa, ilmenit, hematite, zircon,
shene, apatit, dan lain-lain. Termasuk batuan metamorfisme
regional tingkat rendah (epizone) dari shale, tufa dan rhyolite.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

9) Serpentinite schist yaitu tersusun oleh mineral-mineral


serpentinite dan sedikit talc dan chlorite, termasuk batuan
metamorfisme kontak dan kinetik dari batuan ultrabasa.
10) Graphite schist yaitu batuan schist yang banyak mengandung
graphite, mineral penyerta muscovite, biotit, quartz,
orthoclase, garnet, silimanite, plagioklas, zircon, apatite,
epidote, zoilite, magnetit, pyrite dan lain-lain. Termasuk
batuan metamorfisme tingkat menengah sampai tinggi dari
abtuan sedimen lempung karbonat dan batubara.
11) Migmatite yaitu batuan metamorf yang bercampur dengan
granite, granodiorite dengan struktur schistose atau granulose,
mengandung mineral feldspar, amphibole, quartz, biotite dan
lain-lain. Termasuk metamorfisme kontak/injection dari intrusi
batuan beku terhadap batuan metamorfik sendiri.
12) Gneiss yaitu batuan metamorf mengandung lensa-lensa kecil
dari mineral butiran, seperti quartz, feldspar yang berorientasi
dengan bidang-bidang foliasi, batuan ini termasuk batuan
metamorfisme regional tinggi (katazone).
13) Quartzofeldspathic gneiss yaitu batuan metamorfisme gneissic
yang banyak mengandung quartz dan feldspar, termasuk
batuan metamorfisme regional tingkat sedang-tinggi
(mesozone-katazone) dari granit shale, diorite, rhyolit dan
arenaceous sedimen.
14) Amphibolite atau hornblende gneiss yaitu batuan metamorfisme
gneissic, yang mengandung hornblende dan plagioklas. Batuan
ini sering ditemukan pada kontak dengan schist, gneiss,
granite, marble dan quartzite.
15) Pyroxenite gneiss yaitu batuan metamorf gneissic yang kaya
akan mineral-mineral pyroxene dan sedikit hornblende,
plagioklas, quartz, klorit. Merupakan batuan metamorfisme
tingkat tinggi (katazone) dari abtuan basa-ultra basa, sering
ditemukan pada kontak intrusi batuan felsik dengan batuan
ultramafik.
b. Batuan Non Foliasi

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1) Hornfelsic merupakan batuan metamorfisme kontak antara


batuan intrusi dengan clay, shale, graywecke, banyak
mengandung mineral-mineral butiran equidimensional atau
prismatic. Seperti quartz, feldspar, biotit, muskovit, pyroxene,
garnet, calsite dan mineral silica lainnya.
2) Granulite yaitu struktur granulose berbutir seragam, banyak
mengandung mineral quartz, feldspar, mineral penyerta kyanite,
cordierite, diopsite, hornblende, hyperstene, graphit dan lain-
lain. Granulite termasuk batuan metamorfisme regional paling
tinggi (katazone) dari berbagai jenis batuan.
3) Marble atau marmer. Batuan metamorfisme kontak/regional
(rendah-sedang) atau epizone-mesozone dari limestone dan
dolomite. Komposisinya terdiri dari kalsit, sedikit iron mineral,
forsterite, chamerrodite, phlogopite, spinel tremolite, brucite
dan periclase.
4) Skarn yaitu batuan metamorfisme sentuh atau kontak antara
intrusi granodiorite, granit dengan batugamping. Skarn
semacam marmer yang banyak mengandung mineral-mineral
silikat, mineral penyerta seperti garnet, pyroxene, pyrite,
chalcopyrite, galena dan lain-lain.
5) Silicified yaitu batuan metamorfisme sentuh oleh proses
silisifikasi batu pasir, tufa, serpih dan lain-lain. Komposisi
mineral silikat dan feldspar.

6) Quartzite yaitu batuan metamorfisme kontak atau regional


tingkat rendah-sedang, dari sandstone, feldspatic sandstone,
argillaceouc sandstone, calcareous sandstone dan chert.
Komposisi terutama quartz. Struktur granulose.
7) Buchites merupakan batuan metamorfisme thermal
(pyrometamorfisme) dari basalt atau diabase seperti xenoliths.
Komposisi bervariasi dari beberapa mineral, struktur hornfelsic.
Adapun mineral mineral penyusun batuan metamorf, yaitu
sebagai berikut :

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

a. Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk


prismatik ataukristal yang menyerupai jarum. Mineral amphibole
umumnya mengandung besi (Fe), magnesium (Mg), kalsium (Ca),
dan alumunium (Al), silika (Si), dan oksigen (O). Hornblende
tampak pada foto yang berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini
banyak dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan
metamorf.
b. Biotite yaitu semua mineral mika berbentuk pipih, bentuk kristal
berlembar menyerupai buku dan merupakan bidang belahan
(cleavage) dari mineral biotite. Mineral biotite umumnya berwarna
gelap, hitam atau coklat sedangkan muscovite berwarna terang, abu-
abu terang. Mineral mika mempunyai kekerasan yang lunak dan bisa
digores dengan kuku.
c. Potassium Feldspar adalah anggota dari kelompok mineral feldspar.
Mineral ini mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal
feldspar berbentuk prismatik, umumnya berwarna putih hingga abu-
abu, kilap gelas. Plagioklas yang mengandung natrium dikenal
dengan mineral albite, sedangkan yangmengandung Ca disebut
Anorthite.
d. Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi
yang bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe),
aluminum (Al), silicon (Si) dan air (H2O).

e. Quartz adalah satu dari mineral yang umum yang banyak dijumpai
padakerak bumi. Mineral ini tersusun dari Silika dioksida
(SiO 2 ), berwarna putih, kilap kaca dan belahan (cleavage) tidak
teratur (uneven) conchoidal.
f. Calcite tersusun dari calcium carbonate (CaCO 3 )
Umumnya berwarna putih transparan dan mudah digores dengan
pisau. Kebanyakan dari binatang laut terbuat dari calcite atau
mineral yang berhubungan dengan lime dari batugamping.

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

5.3. Metodologi Praktikum

5. 3. 1. Tempat dan Tanggal Praktikum


Praktikum petrologi ini dilaksanakan pada hari Selasa, 11
November 2014 di Laboratorium Geologi Fakultas Teknik, Universitas
Lambung Mangkurat.
5. 3. 2. Alat dan Bahan
a. Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut:

Waldo Anatama
H1C111020
PRAKTIKUM PETROLOGI
LABORATORIUM GEOLOGI TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

1) Lup
2) Lembar deskripsi batuan sementara
3) Alat tulis
b. Bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah sampel batuan metamorf.
5. 3. 3. Prosedur
Prosedur yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut :
a. Tentukan warna sampel batuan metamorf, baik warna segar
maupun warna lapuk.
b. Tentukan struktur yang tampak pada sampel batuan metamorf.
c. Tentukan tekstur sampel batuan metamorf yang terdiri dari derajat
kristalisasi, granularitas, bentuk kristal, dan relasi.
d. Tentukan komposisi mineral pada sampel batuan metamorf, berupa
mineral stress dan mineral anti stress.
e. Tentukan jenis batuan metamorf.
f. Tentukan penamaan batuan metamorf berdasarkan
pendeskripsian yang telah dilakukan di atas.

Waldo Anatama
H1C111020

Anda mungkin juga menyukai