FUO
FUO
Seorang anak usia 3 tahun, menderita demam sejak sekitar 2 minggu yang lalu.
Demam tinggi hingga mencapai 40C, demam bersifat remiten tetapi tidak
menggigil, disertai fatique dan anoreksia. Penderita telah dirawat selama 10 hari
tetapi demam nya tidak turun. Dari hasil anamnesis tidak didapatkan keluhan
yang spesifik mengenai organ, hanya saja penderita mengalami diare selama 1
minggu terakhir. Hasil pemeriksaan fisik suhu 39,2C. Pemeriksaan lainnya
dalam batas normal.
1. Remiten :
suhu tubuh turun setiap hari tanpa mencapai suhu normal, biasanya
selisih 2C lebih tinggi dari suhu normal. Bisa disebabkan oleh bakteri atau
virus.
STEP 2
1. Etiologi demam?
2. Mekanisme demam dan respon tubuh?
3. Tipe tipe demam (yang menyebabkan menggigil atau tidak)?
4. Apa hubungan diare dengan demam?
5. Intepretasi hasil laboratorium?
6. Pemeriksaan untuk penegakkan diagnosis?
7. Penatalaksanaan?
STEP 3
1. Etiologi demam?
Parasit, virus, jamur, bakteri, lesi pada otak, suhu lingkungan. Bisa juga
karena akibat dari HIV atau pemakaian obat-obatan
Pirogen
Pirogen dimaksudkan sebagai berbagai macam substansi yang
menyebabkan demam Pirogen eksogen berasal dari luar pasien seperti
produk mikrobial, toksin mikrobial atau mikroorganisme utuh. Contoh
klasik dari pirogen eksogen ini adalah lipopolisakarida (endotoksin) yang
diproduksi oleh semua bakeri Gram negatif. Produk pirogenik organisme
Gram positif meliputi enterotoksin dari Staphylococcus aureus dan toksin
streptococcal group A dan B, yang dikenal dengan superantigen.
Endotoksin merupakan molekul yang sangat pirogenik pada manusia:
ketika diinjeksikan secara IV, dosis 23 ng/kgBB menyebabkan demam,
leukositosis, protein fase akut dan gejala-gejala umum malaise.
Sitokin pirogenik
Beberapa sitokin mampu menyebabkan demam (sitokin pirogenik),
termasuk diantaranya IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), ciliary
neurotropic factor (CNTF) dan interferon (IFN). Sitokin pirogenik lainnya
juga mungkin ada. Tiap sitokin dikodekan oleh gen yang terpisah dan
menyebabkan demam pada manusia. Ketika diinjeksikan pada manusia,
IL-1 dan TNF menimbulka demam pada dosis rendah (10100 ng/kgBB);
sebaliknya, untuk IL -6, dosis 110 g/kg dibutuhkan supaya timbul demam.
Spektrum luas produk bacterial dan jamur menginduksi sintesis dan
pelepasan sitokin pirogenik. Namun, demam juga dapat berupa
manifestasi suatu penyakit tanpa adanya infeksi mikroba seperti pada
proses peradangan, trauma maupun nekrosis jaringan dimana produksi IL-
1, TNF dan/atau IL-6, baik secara individual maupun kombinasimemacu
hipothalamus untuk meningkatkan set point hingga
level demam.
Tabel 2.1
Kronologi kejadian yang dibutuhkan untuk induksi demam.
AMP, adenosine 5'-monophosphate; IFN, interferon; IL, interleukin;
PGE2,
prostaglandin E2; TNF, tumor necrosis factor.
Beberapa penyakit viral memproduksi infeksi aktif dalam otak. Glial dan
sel neuronal mensintesis IL-1, TNF dan IL-6. CNTF juga disintesis oleh sel
neural dan neuronal. Dari penelitian didapatkan bahwa produksi sitokin
oleh sistem saraf pusat dapat meningkatkan
set point hipotalamik, mem-bypass organ circumventricular yang terlibat
dalam demam akibat sitokin yang bersirkulasi. Sitokin sistem saraf pusat
mungkin berperan pada hiperpireksia di perdarahan , trauma maupun
infeksi sistem saraf pusat.
3. Tipe-tipe demam
1. Demam Septik:
Pada tipe demam septik, suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi
sekali pada malam hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada
pagi hari. Sering disertai keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
yang tinggi tersebut turun ketingkat yang normal dinamakan juga demam
hektik.
2. Demam Remiten:
Pada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak
pernah mencapai suhu badan normal. Perbedaan suhu yang mungkin
tercatat dapat mencapai dua derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu
yang dicatat pada demam septik.
3. Demam Intermiten:
Pada tipe damam intermiten, suhu badan turun ke tingkat yang normal
selama beberapa jam dalam satu hari. Bila demam seperti ini terjadi
setiap dua hari sekali disebut tersiana dan bila terjadi dua hari bebas
demam diantara dua serangan demam disebut kuartana.
4. Demam Kontinyu:
Pada tipe demam kontinyu variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih
dari satu derajat. Pada tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali
disebut hiperpireksia.
5. Demam Siklik:
Pada tipe demam siklik terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari
yang diikuti oleh periode bebas demam untuk beberapa hari yang
kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.
Suatu tipe demam kadang-kadang dapat dihubungkan dengan suatu
penyakit tertentu, seperti misalnya tipe demam intermiten untuk malaria.
Seorang pasien dengan keluhan demam mungkin dapat dihubungkan
segera dengan suatu sebab yang jelas, misalnya : abses, pneumonia,
infeksi saluran kencing atau malaria; tetapi kadan-kadang sama sakit,
biasanya digolongkan sebagai influenza atau common cold. Dalam
peraktek 90 % dari para pasien dengan demam yang baru saja dialami,
pada dasarnya merupakan suatu penyakit yang self-limiting seperti
influenza atau penyakit virus sejenis lainnya. Namum hal ini tidak berarti
bahwa kita tidak harus tetap waspada terhadap suatu infeksi bakterial.
7. Penatalaksanaan?
Pemeberian obat analgesik- antipiretik atau anti inflamasi selama
penyebab belum diketahui, jangan menerapkan terapi empiris terlebih
dahulu.
STEP 4
Demam
Suhu rektal normal 0,27o 0,38oC (0,5o 0,7oF) lebih tinggi dari
suhu oral. Suhu aksila kurang lebih 0,55 oC (1oF) lebih rendah dari suhu
oral.5 Untuk kepentingan klinis praktis, pasien dianggap demam bila suhu
rektal mencapai 38oC, suhu oral 37,6oC, suhu aksila 37,4oC, atau suhu
membran tympani mencapai 37,6oC.1 Hiperpireksia merupakan istilah
pada demam yang digunakan bila suhu tubuh melampaui 41,1 oC (106oF).5
Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak
mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5 oC per 24 jam. Pola ini
merupakan tipe demam yang paling sering ditemukan dalam praktek pediatri
dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi diurnal
biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.
Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten
menunjukkan perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat
besar.
Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme
demam yang terjadi setiap hari.
Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam
(siklus 12 jam)
o Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum minus
dan Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 10 minggu
sebelum awitan gejala merupakan petunjuk diagnosis.
o Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebstein
pada 1887, pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH).
Hanya sedikit pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini,
tetapi bila ada, sugestif untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari
demam yang berlangsung 3 10 hari, diikuti oleh periode afebril dalam
durasi yang serupa. Penyebab jenis demam ini mungkin berhubungan
dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan anemia hemolitik.
Tabel 3. Tiga kelompok utama demam yang dijumpai pada praktek pediatrik
Lama demam
Klasifikasi Penyebab tersering pada
umumnya
Demam dengan
Infeksi saluran nafas atas <1 minggu
localizing signs
Istilah Definisi
Kelompok Penyakit
Infeksi saluran nafas ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis,
atas stomatitis herpetika
Penatalaksanaan
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Kisaran nilai normal suhu tubuh adalah suhu oral antara 35,5-37,5
C, suhu aksila antara 34,7-37,3 C, suhu rektal antara 36,6-37,9 C dan
suhu telinga antara 35,5-37,5 C.
Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Salah satu pengukuran yang dapat dilakukan dalam tahap awal
adalah pemeriksaan hematologi, pada infeksi bakteri akut dapat
menunjukkan pergeseran hitung jenis ke kiri, dengan atau tanpa
leukositosis. Pemeriksaan mencakup hitung darah lengkap, hitung jenis
yang dilakukan secara manual atau dengan menggunakan alat yang
sensitif untuk mengenali sel-sel eosinofil, bentuk sel darah yang muda,
atau bentuk batang, bentuk granulasi toksik dan badan dohle. Tiga
bentuk sel darah yang terakhir ini sugestif ke arah bakterial.
Netropenia dapat terlihat pada sebagian infeksi virus khususnya
parvovirus B19, reaksi obat, SLE, penyakit tifoid, bruselosis, dan
penyakit infiltratif sumsum tulang, termasuk limfoma, leukimia,
tuberkulosis serta histoplasmosis. Limfositosis dapat terlihat pada
penyakit infeksi virus, tifoid, bruselosis, tuberkulosis. Limfosit atipikal
terlihat banyak penyakit virus, termasuk EBV (Epstein-Bar),
Sitomegalovirus (CMV), HIV, dengue, rubella, morbilli, varisella,
hepatitis virus, serum sickness dan toksoplasmosis. Monositosis
terdapat pada tifoid, tuberkulosis, bruselosis dan limfoma. Eosinofilia
dapat ditemukan pada reaksi obat hipersensitivitas, penyakit Hodgkin,
insufisiensi adrenal dan infeksi metazoa tertentu. Jika keadaan demam
tampak lama dan berat, sediaan apus harus diperiksa dengan cermat
dan pemeriksaan LED harus dilakukan.
Urinalisis dengan sedimen urine harus dilakukan. Cairan sendi harus
diperiksa untuk menemukan kristal. Biopsi sumsum tulang (bukan
aspirasi biasa) untuk pemeriksaan histopatologi (disamping
pemeriksaan kultur) diperlukan kalau terdapat kemungkinan infiltrasi
sumsum tulang oleh kuman patogen atau sel tumor. Tinja harus
diperiksa untuk menemukan leukosit, telur cacing ataupun parasit.
Pemeriksaan elektrolit, gula darah, Blood Urea Nitrogen , dan kreatinin
harus dilakukan. Tes faal hepar, SGOT, SGPT, GGT dapat memberi
petunjuk mengenai fungsi sel hati. Pemeriksaan biokimia selanjutnya
dapat membantu dengan mengukur kadar kalsium yang dapat
meningkat pada sarkoidosis dan karsinomatosis.
b. Mikrobiologi
Sediaan apus dan kultur dari tenggorok, uretra, anus, serviks, dan
vagina harus dibuat dalam situasi yang tepat. Pemeriksaan sputum
(pengecatan gram, BTA, kultur) diperlukan untuk setiap pasien yang
menderita demam dan batuk-batuk. Pemeriksaan kultur darah dan
kultur cairan abnormal serta urin diperlukan kalau keadaan demam
tersebut lebih dari penyakit virus yang terjadi tanpa komplikasi. Cairan
serebrospinal harus diperiksa dan dikultur bila terdapat meningismus,
nyeri kepala berat, atau perubahan status mental.
c. Radiologi
Pembuatan foto toraks merupakan bagian dari pemeriksaan untuk
setiap penyakit demam yang signifikan, seperti adanya gangguan pada
paru.
Penatalaksanaan lain
a. Non Farmakologis
Tindakan umum untuk menurunkan demam pada prinsipnya
diusahakan untuk beristirahat agar metabolisme tubuh menurun.
Cukup cairan agar kadar elektrolit tidak meningkat saat evaporasi
terjadi. Aliran udara yang baik misalnya dengan kipas, memaksa tubuh
berkeringat, mengalirkan hawa panas ke tempat lain sehingga demam
turun. Jangan menggunakan aliran yang terlalu kuat, karena suhu kulit
dapat turun mendadak. Ventilasi/regulasi aliran udara penting di
daerah tropik. Buka pakaian/selimut yang tebal agar terjadi radiasi dan
evaporasi. Lebarkan pembuluh darah perifer dengan cara menyeka
kulit dengan air hangat (tepid-sponging). Mendinginkan dengan air es
atau alkohol kurang bermanfaat (justru terjadi vasokonstriksi pembuluh
darah), sehingga panas sulit disalurkan baik lewat mekanisme
evaporasi maupun radiasi. Lagipula, pengompresan dengan alkohol
akan diserap oleh kulit dan dihirup pernafasan, dapat menyebabkan
koma.
b. Farmakologis
Demam merupakan suatu keadaan yang sering menimbulkan
kecemasan, stres, dan fobia tersendiri bagi penderita. Oleh karena itu,
ketika seseorang seringkali melakukan upaya-upaya untuk
menurunkan demam. Salah satunya adalah dengan pemberian obat
penurun panas/antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin.
Antipiretik yang banyak digunakan dan dianjurkan adalah parasetamol,
ibuprofen, dan aspirin (asetosal)
- Parasetamol (Asetaminofen)
- Aspirin