Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa masalah kesehatan pada masa kanak-kanak dan remaja
tampak sangat jelas bagi orang lain, sangat sulit diatasi, dan memiliki efek
jangka panjang terhadap status kesehatan psikologis dan sebagaimana
obesitas. Beberapa definisi yang berbeda telah diajukan untuk obesitas dan
kelebihan berat badan. Obesitas telah didefinisikan sebagai sesuatu
penambahan berat badan akibat akumulasi berlebihan lemak tubuh relatif
terhadap masa tubuh tanpa lemak (Keller Stevens, 1996). Dewasa ini,
banyak dokter menghawatirkan anak-anak yang mengalami obesitas jika
berat badan mereka melebihi persentil ke-95 pada usia, jenis kelamin, dan
tinggi badan menurut grafik pertumbuhan National Center For Health
Statistic (NCHS). Kelebihan berat badan merupakan keadaan berat badan
lebih dari nilai rata-rata tinggi badan dan bangunan tubuh. Semua anak
yang berat badanya berada pada persentil ke 90 sampai 95 pada usia, jenis
klamin, dan tinggi badan berdasarkan grafik pertumbuhan NCHS dianggap
mengalami kelebihan berat badan.
Tanpa memperhatikan definisi yang telah digunakan, jumlah anak-
anak yang mengalami kelebihan berat badan di Amerika Sekirat
meningkat. Data dari survai NHANES III yang dilakukan dari tahun 1988
sampai 1994 mengindikasikan bahwa anak-anak berusia 12 sampai 19
tahun mengalami peningkatan obesitas besar 12% dari data survei
sebelumnya (Troiano dkk, 1995). Prevalensi anak-anak obesitas saat ini di
Amerika Serikat diperkirakan berkisar antara 25% sampai 30%. Gambaran
ini menunjukan hasil kesehatan yang buruk bagi anak-anak yang
mengalami obesitas, dan terdapat fakta yang sangat jelas bahwa anak-anak
obesitan akan menjadi orang dewasa obesitas. Orang dewasa obesitas akan
mengalami beberapa masalah kesehatan, meliputi hipertensi,
hiperlipidemia, penyakit jantung, masalah ortopedik, apnea tidur
obstruktif, kanker kolon, dan kemungkinan perlahiran bayi yang sehat
menjadi lebih kecil

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari obesitas ?
2. Bagaimana etiologi yang terjadi pada obesitas anak?
3. Apa saja tanda dan gejala yang terjadi pada obesitas anak?
4. Bagaimana patofisiologi yang terjadi pada obesitas anak?
5. Apa saja klasifikasi yang terjadi pada obesitas anak?
6. Bagaimana pemeriksaan penunjang pada obesitas anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan yang terjadi pada obesitas anak?
8. Apa saja komplikasi yang terjadi berserta prosesnya yang tejadi pada
obesitas anak?
9. Bagaimana cara pencegehannya pada obesitas anak?
10. Bagaimna cara pernularan yang terjadi pada obesitas anak?
11. Bagaimana asuhan keperawatan pada obesitas anak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari obesitas
2. Untuk mengetahui etiologi yang terjadi pada obesitas anak
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang terjadi pada obesitas anak
4. Untuk mengetahui patofisiologi yang terjadi pada obesitas anak
5. Untuk mengetahui klasifikasi yang terjadi pada obesitas anak
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang pada obesitas anak
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan yang terjadi pada obesitas anak
8. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi berserta prosesnya yang
tejadi pada obesitas anak
9. Untuk mengetahui cara pencegehannya pada obesitas anak
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada obesitas anak

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan.
Obesitas di sebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai
ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga
terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak.
Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian
besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan
faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik, gaya hidup, sosial ekonomi,
dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makan padat terlalu
dini pada bayi.

B. Etiologi
Obesitas merupakan suatu kondisi yang kompleks dan mungkin
melibatkan berbagai pengaruh, termasuk faktor metabolik, hipotalamus,
herediitas, sosial, budaya, dan psikologi. Kurang dari 5% obesitas pada
masa kanak-kanak dapat dihubungkan dengan penyakit utama seperti
hipotiroidisme, hiperkortikoidisme adrenal, hiperinsulinise, dan disfungsi
atau kerusakan sistem saraf pusat.
Metabolisme atau glukosa berperan penting dalam pengaturan
deposit lemak, dan beberapa teori telah dikembangkan untuk menjelaskan
variasi metabolisme diantara individu. Salah satu teori mengemukakan
adanya peningkatan efisiensi metabolik pada individu obesitas
memfasilitasi penyimpanan dan retensi lemak.
Hereditas merupakan faktor penting dalam perkembangan obesitas.
Sebagai contoh, kembar identik yang hidup terpisah cenderung untuk
menyerupai sifat orang tua kandung lebih besar dari pada yang mereka
adopsi dari orang tua angkat mereka. Obesitas dapat berkembang pada
masa bayi, selama masa anak-anak, pada awitan pubertas, atau selama
remaja. Merupakan yang tidak mungkin untuk membedakan anatara faktor
hereditas dan faktor lingkungan, karena keduanya mungkin berperan
dalam setiap keadaan saat anggota keluarga lainnya mengalami obesitas.
Anak-anak obesitas kurang aktif dibandingkan anak-anak yang lain
yang ramping, walaupun tidak dapat dipastikan apakah inaktivitas
menyebabkan obesitas atau apakah obesitas juga bertanggung jawab dalam
terjadinya inaktivitas. Banyak individu obesitas juga menunjukan nafsu
makan yang berlebih dan makan berlebih ketika sedang tidak lapar.
Mereka makan lebih cepat dan cenderung mencerna lebih banyak kalori
dalam satu kali makan dan dalam waktu singkat. Remaja yang obesitas
dicirikan dengan perilaku makan pada malam hari dan sering kali
meniadakan waktu makan, terutama sarapan (Donna L Wong, 2008 : 630)
Beberapa teori yang coba menjelaskan perkembangan obesitas
antara lain :
1. Teori Sel Adiposa
Jumlah sel dalam jaringan adiposa meningkat, ukuran sel lemak
meningkat, atau kombinasi dari keduanya. Anak-anak yang obesitas
memiliki sel-sel yang lebih besar, dan ukurannya akan tetap sama
setelah mencapai ukuran maksimum, dan jumlah sel-sel lemak mereka
tampak meningkat selama masa anak-anak.
2. Teori Penetapan
Individu memiliki tingkat berat badan yang telah ditetapkan
sebelumnya, yang relatif akan stabil selama masa dewasa. Dengan
peningkatan asupan kalori, laju metabolik untuk membakar kelebihan
kalori meningkat, jika asupan kalori berkurang, laju kalori menurun
untuk menyimpan energi.
Faktor-faktor fisiokultural juga berperan dalam perolehan berat
badan. Pola makan didasarkan secara budaya dan sosial, serta pilihan
makanan dari budaya ikut andil dalam perkembangan obesitas. Banyak
budaya yang menganggap bahwa gemuk merupakan tanda sehat,
penampilan obesitas sebagai bagian dari kesejateraan, dan mendorong
penambahan berat b adan seperti gambaran yang diharapkan.
Faktor psikologis dapat menjadi dasar pola makan selama masa
kanak-kanak. Pada masa bayi, anak-anak pertama kali mengalami
penurunan ketidaknyamanan melalui pemberian makanan dan belajar
untuk menghubungkan makan dengan perasaan kesejateraan, keamanan,
dan kehadiran pengasuh anak yang menimbulkan kenyamanan. Kemudian,
makan dihubungkan dengan perasaan dicintai. Banyak orang tua
menggunakan makanan seperti permen dan jajanan lainnya, sebagai
pendorong positif terhadap prilaku yang diharapkan. Praktik ini dapat
mengembangkan makna simbolis, dan anak dapat menggunakan makanan
sebagai suatu penghargaan, kenyamanan, dan cara untuk menghadapi
perasaan depresi, marah, bosan, dan kesepian.
Obesitas adalah rintanga serius bagi kehidupan sosial anak, dan
bagi remaja, obesitas dapat menyebabkan perasaan putus asa. Akibat
emosional yang biasa terjadi pada obesitas masa remaja meliputi citra
tubuh yang buruk, harga diri rendah, isolasi sosial, dan merasa di tolak
serta depresi.

C. Tanda dan Gejala


Secara klinis obesitas dapat dikenali dengan mudah karena mempunyai
tanda dan gejala yang khas antara lain:
1. Wajah membulat
2. Pipi tembem
3. Dagu rangkap
4. Leher relatif pendek
5. Dada yang menggembung dengan payudara yang membesar
mengandung jaringan lemak
6. Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat serta kedua tungkai
umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam
selalu menempel dan menyebabkan lecet
7. Pada anak laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan
lemak

Dampak bagi anak yang mengalami obesitas dapat terjadi dalam jangka
pendek maupun jangka panjang, misalnya :

1. Gangguan psikososial, rasa rendah diri, depresi, dan menarik diri dari
lingkungan. Hal ini karena anak ombese sering menjadi bahan olok-
olokan teman main dan teman sekolah. Dapat pula karena
ketidakmampuan untuk melaksanakan suatu kegiatan/tugas terutama
olah raga akibat adanya hambatan pergerakan oleh kegemukannya.
2. Pertumbuhan fisik/linier yang lebih cepat dan usia tulang yang lebih
lanjut dibandingkan usia biologinya.
3. Masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat : slipped
capital femoral epiphysis.
4. Gangguan pernafasan : infeksi saluran nafas, tidur ngorok, sering
mengantuk siang hari.
5. Gangguan endokrin : menars lebih cepat terjadi.

D. Patofisiolgi
Obesitas terjadi karena adanya kelebihan energi yang disimpan
dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan keseimbangan energi ini dapat
disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas primer) sebagai akibat
nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas sekunder) akibat adanya
kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik (meliputi 10%).
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus
melalui 3 proses fisiologis, yaitu : pengendalian rasa lapar dan kenyang,
mempengaruhi laju pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon.
Proses dalam pengaturan penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-
sinyal eferen (yang berpusat di hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal
aferen dari perifer (jaringan adipose, usus dan jaringan otot). Sinyal-sinyal
tersebut bersifat anabolik (meningkatkan rasa lapar serta menurunkan
pengeluaran energi) dan dapat pula bersifat katabolik (anoreksia,
meningkatkan pengeluaran energi) dan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu
sinyal pendek dan sinyal panjang. Sinyal pendek mempengaruhi porsi
makan dan waktu makan, serta berhubungan dengan faktor distensi
lambung dan peptida gastrointestinal, yang diperankan oleh kolesistokinin
(CCK) sebagai stimulator dalam peningkatan rasa lapar. Sinyal panjang
diperankan oleh fat-derived hormon leptin dan insulin yang mengatur
penyimpanan dan keseimbangan energi.
Apabila asupan energi melebihi dari yang dibutuhkan, maka
jaringan adiposa meningkat disertai dengan peningkatan kadar leptin
dalam peredaran darah. Leptin kemudian merangsang anorexigenic
centerdi hipotalamus agar menurunkan produksi Neuro Peptide Y (NPY),
sehingga terjadi penurunan nafsu makan. Demikian pula sebaliknya bila
kebutuhan energi lebih besar dari asupan energi, maka jaringan adiposa
berkurang dan terjadi rangsangan pada orexigenic center di hipotalamus
yang menyebabkan peningkatan nafsu makan. Pada sebagian besar
penderita obesitas terjadi resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin
tidak menyebabkan penurunan nafsu makan.
E. Klasifikasi
1. Tipe obesitas menurut pola distribusi lemak tubuh
a. Obesitas tubuh bagian atas (upper body obesity)
Kegemukan tipe ini ditandai dengan penumpukan lemak
yang berlebihan di bagian tubuh sebelah atas, yaitu di sekitar dada,
pundak, leher, dan muka hingga menyerupai buah apel.
Kegemukan tipe ini lebih banyak terjadi pada pria dan wanita yang
sudah mengalami menopouse. Lemak jenuh yang mengandung sel-
sel besar banyak menumpuk pada tipe android. Keadaan ini sejalan
dengan penelitian Vague, peneliti dari Perancis, yang
mengemukakan bahwa tipe android ini potensial berisiko lebih
tinggi terhadap serangan penyakit yang berhubungan dengan
metabolisme lemak dan glukosa seperti penyakit gula, jantung
koroner, stroke, pendarahan otak, dan tekanan darah tinggi. Selain
itu, kemungkinan untuk terserang kanker payudara enam kali lebih
besar dibandingkan dengan mereka yang mempunyai berat tubuh
normal. Namun, penderita kegemukan tipe ini masih memiliki segi
yang menguntungkan, yaitu lebih mudah menurunkan berat tubuh
dibanding tipe ginoid. Proses penurunan tersebut dapat terlihat
nyata bila diikuti dengan diet dan olahraga yang tepat. Melihat hal
tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang pria kurus
dengan perut gendut lebih berisiko dibandingkan dengan pria yang
lebih gemuk dengan perut lebih kecil. Obesitas abnominal (tubuh
bagian atas) biasanya terjadi pada pria. Hal ini tampak dari perut
yang membuncit dan celana berada di bawah pinggang. Obesitas
abnominal sangat berbahaya karena di perut terletak organ-organ
tubuh sehingga lemak ikut dalam proses metabolisme.
b. Obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity)
Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada wanita sehingga
sering disebut gynoid obesity. Tipe obesitas ini berhubungan erat
dengan gangguan menstruasi pada wanita. Gemuk tipe ginoid
ditandai dengan penimbunan lemak di bagian tubuh sebelah
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Kegemukan
tipe ini banyak terjadi pada wanita. Lemak penyebab kegemukan
ini terdiri atas lemak tidak jenuh serta sel lemak kecil dan lembek.
Lemak dinyatakan tidak jenuh bila rantai karbon penyusun lemak
tersebut mempunyai ikatan rangkap. Dari segi kesehatan tipe ini
lebih aman bila dibandingkan dengan tipe android karena risiko
kemungkinan terkena penyakit degeneratif lebih kecil. Akan tetapi,
lebih sukar menurunkan kelebihan berat tubuh pada tipe ini karena
lemak-lemak tersebut lebih sukar mengalami proses metabolisme.
2. Kegemukan menurut kondisi sel
Selain faktor distribusi lemak dalam tubuh, tipe kegemukan dapat
dibedakan berdasarkan kondisi sel pada setiap orang. Berdasarkan
kondisi sel, kegemukan dapat dibagi menjadi tiga tipe sebagai berikut.
a. Tipe hiperlastik
Tipe hiperlastik merupakan kegemukan yang disebabkan
oleh jumlah sel lemak lebih banyak dibandingkan dengan kondisi
normal. Akan tetapi, ukuran sel lemak tersebut masih sesuai
dengan ukuran sel yang normal. Kegemukan tipe hiperlastik
biasanya terjadi sejak masa anak-anak dan sulit untuk diturunkan
ke berat badan normal. Bila terjadi penurunan berat tubuh
sifatnya hanya sementara dan kondisi tubuh akan mudah kembali
ke keadaan semula.
b. Tipe hipertropik
Kegemukan yang termasuk dalam tipe ini mempunyai
jumlah sel yang normal, tetapi ukuran sel lebih besar dari ukuran
normal. Kegemukan ini biasanya terjadi pada orang dewasa dan
relatif lebih mudah menurunkan berat tubuh dibanding tipe
hiperlastik. Namun, kegemukan tipe ini mempunyai risiko lebih
mudah terserang penyakit gula dan tekanan darah tinggi.
c. Tipe hiperlastik-hipertropik
Pada kegemukan tipe ini jumlah maupun ukuran sel yang
terdapat pada tubuh seseorang melebihi ukuran normal. Proses
kegemukan dimulai sejak masa anak-anak dan berlangsung terus
hingga dewasa. Mereka yang mengalami kegemukan tipe ini
paling sukar menurunkan berat tubuh. Dengan demikian,
seseorang dengan tipe kegemukan seperti ini paling mudah
terserang berbagai penyakit degeneratif.
3. Kegemukan menurut umur
Kondisi gemuk tidak memandang umur seseorang, mulai dari bayi
hingga tua dapat mengalami kegemukan. Berdasarkan hal tersebut,
penggolongan kegemukan dapat dilakukan berdasarkan umur
seseorang.
a. Kegemukan saat bayi
Kegemukan pada masa bayi disebabkan kurangnya
pengetahuan orang tua, terutama tentang kebutuhan konsumsi
makanan. Pihak orang tua harus paham benar akan waktu dan
menu yang tepat untuk memberi makan terhadap bayinya.
Seorang bayi yang menangis belum tentu merasa lapar,
mungkin merasa sakit pada bagian tubuh tertentu atau
pakaiannya basah. Oleh karena itu, kurang tepat bila setiap bayi
menangis selalu diberi makan.
Kegemukan pada masa bayi perlu dihindari karena jumlah
bayi yang menderita kegemukan pada umur enam bulan
pertama ternyata lebih dari sepertiganya menjadi gemuk pada
saat dewasa. Saat bayi berumur sampai dua tahun merupakan
saat paling mudah menimbun lemak. Namun, tidak berarti
setelah umur tersebut menjadi bebas dari kegemukan. Bayi
gemuk belum tentu sehat, bahkan dapat berakibat negatif dan
membawa berbagai kesulitan seperti tingginya risiko kejang.
b. Kegemukan saat anak-anak
Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan oleh pola
makan yang salah disertai aktivitas fisik yang rendah. Aktivitas
fisik sangat diperlukan dalam proses pembakaran kelebihan
lemak dalam tubuh. Namun, dengan adanya acara televisi yang
memukau, kemudahan-kemudahan transportasi, dan
perkembangan teknologi membuat anak-anak enggan
melakukan kegiatan yang banyak mengeluarkan energi. Selain
itu, siaran televisi dan media massa umumnya memberikan
informasi dalam bentuk iklan yang di antaranya menawarkan
produk-produk makanan yang berkadar kalori dan lemak tinggi.
Iklan-iklan tersebut sangat menarik sehingga banyak
memengaruhi perilaku maupun pola makan anak-anak.
c. Kegemukan saat dewasa
Kegemukan sering terjadi pada masa dewasa karena lemak
tubuh mulai menumpuk. Umur 30 tahun merupakan umur saat
seseorang mulai mantap dengan kariernya, ditandai dengan
tanggung jawab makin besar, ambisi tinggi, dan pekerjaan
menumpuk. Pada kondisi seperti itu, seseorang menjadi sering
terlibat dalam pertemuan seperti makan siang, makan malam
bersama, pesta, dan rapat-rapat yang tidak luput dari soal
makanan lezat. Kesibukan-kesibukan tersebut menjadi
penyebab kekurangan waktu untuk olahraga. Oleh karena itu,
bila kurang hati-hati dalam menjaga tubuh, perlahan-lahan
kegemukan mulai mengintai. Bila dibiarkan, pada umur 45-60
tahun sering menjadi kritis akibat tubuh digerogoti penyakit
seperti jantung koroner, diabetes, dan penyakit lainnya,
terutama pada orang-orang yang kegemukan.
4. Kegemukan menurut tindakan
Tingkat kegemukan yang diderita seseorang sangat bervariasi,
tergantung kelebihan berat dibanding berat normal. Berdasarkan hal
tersebut pengelompokan kondisi seseorang yang mengalami
kegemukan adalah sebagai berikut.
a. Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan
akibat kelebihan berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan
tanpa disertai penyakit diabetes melitus, hipertensi, dan
hiperlipidemia.
b. Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat
tubuh antara 20-30% dari berat ideal yang belum disertai
penyakit tertentu, tetapi sudah perlu diwaspadai.
c. Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan
berat tubuh antara 30-60% dihitung dari berat ideal. Pada
tingkat ini penderita termasuk berisiko tinggi untuk menderita
penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
d. Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat
tubuh dari berat ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat
tinggi terhadap penyakit pernapasan, gagal jantung, dan
kematian mendadak.
Namun pada intinya Kegemukan dibagi jadi
1) Kegemukan dari gen (keturunan)
Ini terlihat dari orang tuanya gemuk genetik menurun ke
anak dan dapat dilihat dari sejak lahir.
2) Kegemukan dari kejadian
Ini terjadi karena seseorang mengalami sesuatu yang
menyebabkan dia gemuk missal Hamil, Cacat tidak
permanen contoh patah tulang, dll.
3) Kegemukan dari perubahan gaya hidup
Ini terjadi pada mereka yang awalnya hidup pas-pasan
menjadi kaya
4) Kegemukan dari tingkat stress
Ini terjadi pada orang yang stres dan mengalami tekanan
hingga mereka lupa jam makan, alias makan ketika lapar.
5) Kegemukan dari obat
Ini terjadi pada orang yang sedang dalam pengobatan
penyakit tertentu dalam jangka lama contoh obat untuk
alergi.
6) Kegemukan dari Kemalasan
Ini terjadi karena oarang tersebut malas bekerja dan
berpikir. Ini disebabkan juga kehidupan keluarga yang
telah mapam dan kecukupan hingga oarang tersebut tidak
harus bekerja dan berpikir.
7) Kegemukan karena Penyakit
Ini terjadi karena orang tersebut terkena sejenis penyakit
yang menyebabkan dia gemuk dan besar contoh tumor dan
kanker.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal,
misal: hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing
(peningkatan kadar insulin)

G. Penatalaksanaan
1. Keperawatan
a. Pada bayi yang mengalami obesitas, tujuan terapi untuk
menurunkan berat badannya seperti pada obesitas dewasa tetapi
memperlambat kecepatan kenaikan berat badannya. Bayi
diberikan diit sesuai dengan kebutuhan normal untuk
pertumbuhan, yaitu 110 kkal/kg.BB/hari untuk bayi kurang dari 6
bulan dan 90 kkal/kg.BB/hari untuk bayi lebih dari 6 bulan. Susu
btol jumlahnya harus dikurangi dengan cara dielingi dengan air
tawar. Tidak dianjurkan memberikan susu yang diencerkan, susu
rendah / lemak. Disamping itu kita anjurkan pada ibunya agar
anak tidak digendong saja, tetapi dibiarkan melakukan aktifitas.
b. Pada anak pra sekolah yang mengalami obesitas, kenaikan berat
badannya harus diperlambat, dengan memberikan diet seimbang
60 kkal/kg.BB perhari. Atau bisa juga dari makanan keluarga
dengan porsi kecil dan mndari makanan yang mengandung kalori
tinggi. Selain itu kita harus mendorong anak untuk melakukan
aktifitas fisik dan mencegah menonton tv berlebihan.
c. Pada anak usia sekolah (pra pubertas) yang obesitas, kita berusaha
mempertahankan berat badan anak dan menaikkan tinggi
badannya. Diet yang diberikan sekitar 1200 kkal/hari atau sekitar
60 kkal/kg.BB perhari. Mendorong anak melakukan aktifitas fisik
secara sendiri-sendiri maupun secara berkelompok. Hindari
menonton tv terlalu lama dan makan makanan yang berkalori
tinggi.
d. Pada obesitas dewasa, kita harus menurunkan berat badannya
untuk mencapai berat badan yang diharapkan sesuai dengan tinggi
badannya. Diet yang diberikan sekitar 850 kkal/hari, atau kalau
ingin menurunkan berat badan 500 gram/minggu, kurangi
kalorinya 500 kkal/hari. Selain itu dorong untuk melakukan
aktifitas, baik sendiri-sendiri maupun berkelompok. Mendorong
anak agar mau melakukan interaksi dengan teman-temannya.
2. Medis
a. Terapi pengobatan
Ada 2 jenis utama obat-obatan yang digunakan untuk mengatasi
obesitas:
1) Obat anti obesitas yang mengurangi nafsu makan, obat ini
bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmitter pada
persambungan diantara ujung-ujung syaraf di otak ( sinaps ).
Macam-macam obat anti obesitas :

a) Fenfluramin ( fen ) dan deksfenfluramin, kedua obat ini


menekan nafsu makan terutama dengan meningkatkan
pelepasan serotonin oleh sel-sel syaraf. Efek dari fen dapat
menyebabkan hipertensi pulmoner dan efek dari deksfen
menyebabkan katup jantung.

b) Fentermin, menekan nafsu makan dengan menyebabkan


pelepasan norepinefrin oleh sel-sel syaraf.

2) Obat yang menghalangi penyerapan zat gizi dari usus, antara


lain : orlistat ( menghalangi penyerapan lemak di usus.

H. Komplikasi
Beberapa keadaan yang erat berhubungan dengan obesitas, baik yang
terjadi pada bayi maupun dewasa, antara lain (Soetjiningsih, 187 : 1995):
1. Terhadap kesehatan
Obesitas ringan sampai sedang, mordibitasnya kecil pada masa anak-
anak. Tetapi bila masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas
maupun mortalitasnya meningkat. Terdapat korelasi positif antara
tingkat obesitas dengan berbagai penyakit infeksi, kecuali TBC.
Morbiditas dan mortilitas yang tinggi tersebut dikaitkan dengan
menurunnya respons imunologik sel T dan aktivitas sel
polimorfonuklear.
2. Saluran pernapasan
Pada bayi obesitas merupakan suatu risiko terjadinya infeksi saluran
pernapasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-
paru.adanya hipertropi tonsil dan dan adrenoid akaan mengakibatkan
obstruksi saluran napas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoreksia
dan saluran oksigen rendah yang disebut sindrom Chubby Puffer.
Obstruksi kronis saluran pernapasan dengan hipertropi tonsil dan
adrenoid, dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung
dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal. Keluhan lainnya adalah
napas yang pendek
3. Kulit
Kulit sering lecet karena gerakan. Anak merasa gerah atau panas, sering
disertai: miliaria, maupun jamur pada lipatan-lipatan kulit.
4. Ortopedi
Anak yang obesitas pergerakannya lambat. Sering terdapat kelainan
ortopedi seperti Legg-Perthee disease, genu volgum, slipped femoral
capital epiphyses, tibia vara, dll.

I. Pencegahan
Mencegah obesitas jauh lebih baik dari pada mengobati kalau
sudah terjadi obesitas. Yang penting adalah bagaimana mengubah
pandangan masyarakat agar mereka tidak menganggap bahwa sehat itu
identik dengan gemuk.Pendegahan harus sedini mungkin yang dimulai
sejak dari bayi, yaitu dengan memberikan ASi. Bayi yang minum ASI
jarang yang menjadi obesitas, karena komposisi ASI mempunyai
mekanisme tersendiri dalam mengontrol berat badan bayi. Komposisi ASI
pada saat baru mulai disusu ( foremilk ) lemaknya sedikit, sedangkan pada
akhir menyusu ( hind milk ) kadar lemaknya lebih tinggi, sehingga
menimbulkan rasa nek pada bayi, akibatnya bayi akan menghentikan
menyusu. Pemberian ASI eksklusif 4 bulan, kemudian makanan tambahan
diberikan mulai umur 4 bulan, dan pemberian ASI dianjurkan sampai
umur 2 tahun. Tidak memberikan minuman atau makanan setiap anak
menangis, kecuali kalau kita yakin bahwa anak tersebut memang lapar.
KMS ( kartu Menuju Sehat ) perlu untuk memantau pertumbuhan anak,
sehingga kita mengetahui setiap penyimpangan arah dari grafik berat
badan anak. Anak sedini mungkin dikenalkan aktifitas disik, baik melalui
bermain maupun olah raga. Menonton tv hanya sebagai selingan saja.

J. Asuhan Keperawatan.
1. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
a. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
berhubungandengan disfungsi pola makan, factor herediter.
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan obesitas.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gaya hidup
monoton,fisik yang besar.
d. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan tidakadanya
atau kurang olah raga, gizi buruk, kerentanan individu.
e. Gangguan harga diri berhubungan dengan persepsi
penampilanfisik, internalisasi umpan balik negative.
2. Intervensi
a. Diagnosa keperawatan 1
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
status nutrisi seimbang danBB ideal.
2) Kriteria hasil:
Pasien akan mendekati berat badan ideal.
Mengalami asupan yang adekuat, tetapi tidak
berlebihan, menyangkut kaori, lemak,karbohidrat,
vitamin, mineral, besi dan kalsium.
Menahan diri untuk tidak makan banyak dalam satu
waktu.
3) Intervensi :
Kaji pola makan klien
Rasional : Mengetahui segala sesuatu yang dimakan,
termasuk waktu jumlah yang dimakan,dimanan
makanan tersebut dikonsumsi, aktivitas yang dilakukan
selama makan,perasaan pada waktu makan.
Kaji lingkungan makan
Rasional :untuk menentukan kemungkinan efek pada
obesitan (dimanan, dengan siapa, aktivitas saat makan).
Ajarkan kepada pasien atau keluarga tentang pemilihan
makanan yang tepat
Rasional : untuk mengendalikan jumlah lemak dna
kalori yang dikandung oleh suatumakanan.
Bantu dengan menyesuaikan diet terhadap gaya hidup
dan tingkat aktivitas
Rasional : untuk mengetahui jangkauan aktivitas dan
mobilitas klien.
Timbang berat badan pasien dalam interval yang tepat
Rasional : Mengetahui perubahan berat badan klien.
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam menentuknan diit
yang sesuai untuk pasien
Rasional : Memberikan nutrisi yang tepat dan
seimbang.
b. Diagnosa keperawatan 2
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pola nafas pasien dapatadekuat
2) Kriteria hasil : Pasien atau keluarga akan
Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas
Frekuensi respirasi dalam batas normal
Usia Frekuensi nafas per menit
Usia Frekuensi nafas per
menit
BBL 35 40
0-1 tahun 30 50
1-3 tahun 25 32
4-11 tahun 20 30
12-18 tahun 16 19

Tidak ada nafas pendek


3) Intervensi :
Kaji pola nafas
Rasional : Mengetahui adanya kelainan sistem
pernapasan
Berikan oksigenasi
Rasional : Mencukupi kebutuhan oksigen yang adekuat
Pantau respirasi yang berbunyi seperti mendengkur
Rasional : mendengkur merupakan tanda adanya
obstruksi jalan napas
Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernafasan
seperti posisi semi fowler
Rasional : posisi semi fowler memberi kelonggaran
jalan napas
Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas dan tersengal-
sengal
Rasional : kecemasan memperburuk keadaan saluran
napas klien.
c. Diagnosa keperawatan 3
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
pasien dapat beraktifitasdengan normal
2) Kriteria hasil:
Pasien akan meningkatkan aktivitas fisik
Tingkat daya tahan adekuat untuk beraktifitas
Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat
3) Intervensi :
Kaji pola aktivitas dan minat pasien untuk meningkatkan
aktivitas
Rasional : Mengetahui aktivitas yang perlu dan yang
tidak perlu dilakukan.
Motivasi aktivitas rutin seperti berjalan, naik tangga, dan
sebagainya
Rasional: Mendorong klien memulai olahraga kecil tapi
bermanfaat.
Rencanakan aktivitas dengan pasien atau keluarga yang
meningkatkan kemandirian dan daya tahan, misalnya:
Rasional : motivasi tujuan yang sederhana dan realities
dapat dicapai oleh pasien yang meningkatkan
kemandirian dan daya tahan.
Motivasi aktivitas yang menekankan perbaikan diri
bukan kompetisi untuk menghindari rasa gagal dan
perasaan ditolak.
Rasional: Mendorong klien memahami kebutuhan
aktivitas bagi dirinya
Anjurkan keluarga pasien untuk membantu aktivitas
pasien dalam meningkatkankemandirian dan daya tahan
serta mengajarkan kepada keluarga mengenai
aktivitaspasien.
Rasional : Motivasi keluarga meningkatkat percaya diri
klien.
d. Diagnosa keperawatan 4
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
koping individu kembaliefektif.
2) Kriteria hasil:
mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat
mengembangkan koping yangefektif.
menggunakan pernyataan verbal dan nonverbal yang sesuai
dengan situasi
melaporkan penurunan perasaan negative
3) Intervensi :
Nilai kesesuaian pasien terhadap gambaran diri dan dampak
dari situasi kehidupan pasien terhadap peran dan
hubungannya dengan orang lain.
Rasional : Mengajarkan klien untuk menerima keadaan
dirinya
Berikan informasi - informasi factual yang terkait dengan
penyakit kepada pasien maupun keluarga.
Rasional : Mengurangi kecemasan klien terhadap
penyakitnya
Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan dan
ciptakan suasana penerimaan.
Rasional : Memudahkan klien dalam mengekspresikan
perasaannya
Turunkan rangsangan lingkungan yang dapat disalah
artikan sebagai suatu ancaman.
Rasional : mendorong kenyamanan diri klien secara
optimal
Dukung pengungkapan secara verbal tentang perasaan,
persepsi dan ketakutan
Rasional : Mengurangi ansietas klien
e. Diagnosa keperawatan 5
1) Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan
harga diri meningkat.
2) Kriteria hasil:
Mengungkapkan penerimaan diri secara verbal
Menerima kritikan dari orang lain
Menceritakan keberhasilan dalam sekolah atau kelompok
social
3) Intervensi :
Tentukan rasa percaya diri pasien dalam penilaian diri.
Rasional : mengetahui tingkat percaya diri klien.
Ajarkan orang tua akan pentingnya ketertarikan dan
dukungannya terhadap perkembangan konsep diri yang
positif pada anak.
Rasional : membantu menghilangkan kelainan
perkembangan pada anak.
Hindari tindakan yang dapat melemahkan pasien
Rasional : menghindari terjadinya penurunan percaya
diri klien.
Kaji pencapaian keberhasilan sebelumnya
Rasional : Mengoptimalkan potensi yang telah ada.
Berikan penghargaan atau pujian terhadap perkembangan
pasien dalam pencapaian
Rasional : memenuhi kebutuhan aktualisasi diri klien.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan yang
sebabkan adanya ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran
energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Obesitas dapat disebabkan karena beberapa faktor antara
lain faktor metabolisme, hereditas, fisiokultural, dan psikologis. Tanda dan
gejala yang dapat terlihat pada anak yang terkena obesitas antara lain
wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada
yang menggembung dengan payudara yang membesar, perut membuncit,
dan pada anak laki-laki penis tampak kecil. Jalannya patofisiologi obesitas
pada anak karena adanya resistensi leptin, sehingga tingginya kadar leptin
tidak menyebabkan penurunan nafsu makan. Obesitas dapat
diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu obesitas bagian atas, dan obesitas
bagian bawah, klasifikasi tersebut berdasarkan distribusi lemak tubuh.
Sedangkan menurut kondisi selnya obesitas terdiri dari obesitas tipe
hiperlastik, tipe hipertropik, dan tipe hiperlastik-hipertropik. Obesitas
menurut umur yaitu obesitas waktu bayi, anak, dan dewasa. Obesitas
menurut tindakan yaitu simple obesity, mild obesity, moderat obesity,
morbid obesity. Obesitas pada umumnya terbagi atas obesitas dari gen
(keturunan), obesitas dari kejadian, obesitas dari perubahan gaya hidup,
obesitas dari tingkat stress, obesitas dari kemalasan, dan obesitas karena
penyakit. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada obesitas
yaitu pemeriksaan metabolik / endokrin. Penatalaksanaan pada anak yang
obesitas dari segi kepererawatan yaitu memberikan diit yang seimbang dan
tetap meningkatkan gerak dan aktifitas anak, dari segi medis yaitu
memberikan obat yang dapat mengurngi nafsu makan yaitu fenfluramin
( fen ), deksfenfluramin dan fentermin dan obat yang dapat mengurangi
penyerapan makanan pada usus yaitu orlistat. Komplikasi yang dapat
muncul pada anak obesitas yaitu komplikasi kesehatan, pernafasan, kulit,
dan ortopedi.
B. Saran
Daftar Pustaka

Behrman, Richard E. 1998. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC.


http://albadan-anesthesia10.blogspot.co.id/2010/10/askep-obesitas.html (diakses
pada 24 september 2016 : 13.35)

http://diagnosa-keperawatan.kumpulan-askep.com/askep-anak-obesitas-49072/
(diakses pada 24 september 2016 : 13.45)

http://ilmu-kesehatan-masyarakat2.blogspot.com/2014/11/laporan-pendahuluan-
lp.html (diakses pada 24 september 2016 : 13.00)

http://medddiary.blogspot.co.id/2013/07/klasifikasi-obesitas.html (diakses pada 24


september 2016 : 14.25)

Mansjoer, Arif., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 2. Jakarta :
Media Aesculapius.

Pudjiad, Solihin. 1990. Ilmu Gizi Klinis pada Anak. Jakarta : FKUI.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi
NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai