Anda di halaman 1dari 13

Versi online / URL:

Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KECEMASAN PENDERITA KANKER SERVIKS PALIATIF DI RSUP DR
SARDJITO YOGYAKARTA

Relationship between family support and anxiety level on palliative cervix cancer patients
in RSUP Dr Sardjito Yogyakarta

Dwi Susilawati

Departemen Keperawatan Maternitas Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas
Diponegoro
Jl. Prof. H. Soedarto, SH, Tembalang, Semarang 50275, Indonesia
email: suziebima@gmail.com

ABSTRAK

Kanker serviks adalah kanker yang menyerang uterus yaitu bagian serviks uterus atau leher rahim,
merupakan penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan pada perempuan. Di Indonesia prevalensi
kanker serviks 4, 3 per 1000 penduduk. Prevalensi tertinggi di Yogyakarta 9, 6 per 1000 penduduk. Angka
harapan kesembuhan penderita kanker serviks stadium paliatif adalah kecil, penderita sering mengalami
penderitaan fisik dan psikososial sehingga menimbulkan kecemasan. Penderita kanker serviks memerlukan
dukungan keluarga. Bentuk dukungan keluarga berupa dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan materi dan dukungan informasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks. Penelitian ini adalah deskriptif
korelatif dengan rancangan crossectional. Data diperoleh dengan cara responden mengisi kuesioner. Sampel
penelitian yaitu penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA (Anggrek I)
RSUP Dr Sardjito dan memenuhi kriteria inklusi. Data hubungan dianalisis dengan menggunakan Gamma
Corelation. Terdapat hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita
kanker serviks paliatif (r) -1,000. Perawat senantiasa meningkatkan pelayanan kepada penderita kanker
serviks dengan memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan spiritual melalui pendidikan kesehatan dan
konseling kepada penderita maupun keluarga.

Kata kunci: dukungan keluarga, tingkat kecemasan, kanker serviks.

ABSTRACT

Cervical cancer attacks the part of uterus or cervix which is the most common cancer in women. In
Indonesia, cervical carcinoma prevalence is 4.3 per citizen. Moreover, the highest prevalence in Yogyakarta
is approximately 9.6 per citizen. Life expectation rate of cervical cancer in palliative stadium is low since
patient usually suffers from physical and psychosocial disruption. Family support such as emotional,
appraisal, material and information support is required for cervical cancer patient. To conduct correlation
between family support and level of anxiety in cervical cancer patient. This was correlation descriptive
research with cross sectional design. Data were obtained by respondent which occupy questionnaire.
Sample was cervical carcinoma patient in palliative stadium in Polyclinic of Obstetric & Gynecology
and Patient Room I of CDS Ward (Anggrek I) which fulfill inclusion criteria. Data were analyzed by
Gamma Correlation. The result showed that there was significant correlation between family support and
anxiety level of cervical cancer patient in palliative stadium (r) -1,000. Nurse should increase their
caring and occupy attention in order to fulfill cervical cancer patients bio-psycho-sosio and spiritual
needs through health education and patient/family counseling.

Keywords: Family support, anxiety level, cervical cancers

LATAR BELAKANG jaringan tubuh yang berubah menjadi sel


kanker. Dalam perkembangannya, sel-sel
Kanker adalah penyakit akibat kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh
pertumbuhan tidak normal dari sel-sel lainnya sehingga dapat menyebabkan

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 87
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

kematian (Allan et al. 2006; Schiffman et al. 7 (5, 7%) (BPPK, 2008) dan pada tahun 2011
2007). Kanker adalah sekelompok penyakit prevalensi kanker di Indonesia adalah 4, 3 per
yang dicirikan dengan pertumbuhan dan 1000 penduduk, artinya dari setiap 1000 orang
penyebaran sel tidak terkontrol dan sel yang Indonesia sekitar 4 orang di antaranya
abnormal. Salah satu jenis penyakit kanker menderita kanker. Prevalensi kanker tertinggi
adalah kanker serviks. di Indonesia dilaporkan di Provinsi Daerah
Kanker serviks adalah kanker yang Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu 9,6 per
menyerang uterus, yaitu pada bagian serviks 1000 penduduk.Penyebab kanker serviks
uterus (leher rahim), suatu daerah pada organ Sebagian besar (95%) berasal dari lingkungan
reproduksi perempuan yang merupakan pintu berupa virus human papilloma virus (HPV),
masuk ke arah rahim (uterus) yang terletak sementara 5% lainnya adalah faktor
antara rahim dengan liang senggama (vagina) keturunan.
atau rahim bagian bawah. Kanker serviks Human Papiloma Virus (HPV)
(leher rahim) adalah penyakit keganasan yang merupakan faktor inisiator dari kanker serviks
paling banyak ditemukan pada perempuan yang dapat menyebabkan terjadinya
yang dapat berdampak terhadap fisik, mental gangguan sel serviks. Oncoprotein E6 dan E7
dan sosial, bahkan kematian penderitanya. yang berasal dari HPV merupakan penyebab
Kondisi demikian sangat merugikan sehingga terjadinya degenerasi keganasan (Schiffman
tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa et al. 2007). Oncoprotein E6 akan mengikat
Cancer is a public health problem (Allan p53 sehingga TSG p53 akan kehilangan
et al. 2006; Schiffman et al. 2007). fungsinya. Sedangkan oncoprotein E7 akan
Kanker serviks adalah jenis kanker mengikat TSG Rb, ikatan ini menyebabkan
kedua setelah kanker payudara yang paling terlepasnya E2F, E2F merupakan faktor
umum diderita oleh perempuan dan transkripsi sehingga siklus sel berjalan tanpa
diperkirakan pada tahun 2006 ada sekitar 1,4 control. Virus HPV ditularkan melalui
juta penderita di seluruh dunia. Setiap tahun, hubungan seksual. Perempuan dapat tertular
terjadi lebih dari 460.000 kasus kanker serviks dari mitra seksualnya dan laki-laki juga dapat
dan sekitar 231.000 penderita meninggal terjangkit infeksi virus setelah berhubungan
karena penyakit tersebut dan hampir 80% dengan perempuan yang terinfeksi HPV, oleh
kasus berada di negara-negara yang sedang karena itu penyakit kanker serviks sering
berkembang (Aziz, 2007). Menurut badan disebut penyakit akibat hubungan seksual
registrasi kanker Ikatan Dokter Ahli Patologi (Schiffman et al. 2007).
Indonesia (IDAPI), pada tahun 2008 dari data Kanker serviks terdiri dari stadium I, II,
di 13 rumah sakit pemerintah di Indonesia, III dan stadium IV. Stadium I invasive kanker
kanker leher rahim(serviks) bahkan masih terbatas serviks, stadium II invasive
menduduki peringkat pertama dari seluruh kanker telah menembus serviks tetapi belum
kasus kanker (17,2%), diikuti kanker menembus dinding pelvis atau sepertiga bawah
payudara (12,2%). Kejadian kanker serviks vagina. Kanker pada stadium III telah
di negara negara maju mulai menurun mengalami perluasan lokal dan regional,
disebabkan oleh meningkatnya kesadaran sedangkan pada stase IV, kanker mengalami
untuk deteksi dini dan penatalaksanaan yang metastasis yang sangat meluas (Pradjatmo
adekuat bila dijumpai kelainan pada serviks. 2000; Gakidau et al. 2008). Penderita kanker
Menurut data Departemen Kesehatan serviks yang memiliki stadium penyakit III
Republik Indonesia ditemukan kanker serviks dan IV memiliki prognosis yang buruk atau
sebanyak 100 kasus per 100 ribu penduduk dapat disebut dengan kanker paliatif. Kanker
atau 200 ribu kasus setiap tahunnya. Penyakit paliatif adalah istilah perawatan untuk kanker
kanker merupakan penyebab kematian nomor stadium terminal. Stadium terminal pada

88 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

kanker secara umum terjadi pada tahap Kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang
lanjutan, telah menyebar jauh dan merusak penuh dengan kekhawatiran atau ketegangan
berbagai macam organ dari fungsinya, terhadap suatu ancaman yang sumbernya
bermetastase, menyebabkan kondisi lemah tidak diketahui, bersifat internal, samar-samar
secara umum (Pradjatmo 2000; Gakidau et dan konfliktual. Emosi seperti sedih dan sakit
al. 2008). umumnya akan hilang dengan hilangnya
Angka harapan kesembuhan penderita penyebab, namun tidak dengan
kanker serviks stadium III dan IV sangat kecemasan.Kecemasan merupakan reaksi
kecil, karenaberakibat serius pada kehidupan, normal terhadap situasi yang sangat menekan
penderita sering mengalami penderitaan fisik, kehidupan seseorang dan karena itu
psikososial dan berbagai masalah lain bahkan berlangsung tidak lama. Penting sekali untuk
kematian penderitanya. Pengobatan mungkin mengingat bahwa kecemasan bisa muncul
terus dilakukan tetapi bukan untuk mengobati sendiri atau bergabung dengan gejalagejala
penyakitnya melainkan hanya untuk lain dari gangguan emosi. Pada penderita
mengurangi atau menghilangkan gejalanya. kanker tahap terminal kecemasan memiliki
Makin lanjut stadiumnya akan memberikan beberapa pengaruh yang sangat merugikan
penderitaan yang makin berat. Penderitaan antara lain, meningkatkan kejadian insomnia,
itu tidak saja dirasakan oleh penderita sendiri, berkurangnya rasa percaya terhadap
tetapi juga keluarganya. Masalah fisik yang kemampuan fisik, dan rendahnya partisipasi
terjadi pada penderita kanker serviks adalah dalam pengobatan dan menjadi rendahnya
adanya nyeri, perubahan warna kulit dan kualitas hidup penderita (Pradjatmo 2000;
konstipasi. Apabila kanker serviks sudah Gakidau et al. 2008).
mengalami progresivitas atau stadium lanjut, The Psychosocial Collaborative
maka gejala-gejala yang timbul antara lain Oncology Group (PSYCOG)
perdarahan setelah melakukan hubungan mengidentifikasi gangguan psikiatri pada
seksual, perdarahan spontan yang terjadi di penderita kanker sebesar 47% yang meliputi
antara periode menstruasi rutin, timbulnya depresi dan ansietas (68%), depresi major
keputihan yang bercampur darah dan berbau, (13%), gangguan mental organik (8%), dan
nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak gangguan kepribadian (7%). Efek negatif dari
bisa buang air kecil, nyeri ketika berhubungan penderita kanker serviks yang depresi dan
seksual (Allan et al. 2006; Schiffman et al. ansietas adalah penderita lebih berisiko tiga
2007). Selain permasalahan fisik, penderita kali lipat menjadi tidak patuh berobat dibanding
kanker serviks sering mengalami masalah penderita yang tidak depresi. Penderita yang
psikologi karena diagnosa kanker serviks tidak patuh berobat apalagi sampai putus
merupakan salah satu peristiwa paling pengobatan akan berdampak buruk bagi
menakutkan yang menyebabkan kecemasan kesehatannya bahkan berakibat kematian,
baik bagi penderita maupun keluarga. oleh karena itu diperlukan adanya dukungan
Masalah sosial yang sering muncul pada keluarga.
penderita kanker serviks adalah isolasi sosial, Dukungan keluarga adalah bantuan
gangguan peran, adanya ketergantungan, yang dapat diberikan kepada anggota
kehilangan kontrol dan kehilangan keluarga lain berupa barang, jasa, informasi
produktifitas (Pradjatmo 2000; Gakidau et al. dan nasihat yang mampu membuat penerima
2008). dukungan akan merasa disayang, dihargai, dan
Penderita yang mengetahui dirinya tenteram.Dukungan ini merupakan sikap,
mengidap kanker serviks biasanya akan tindakan dan penerimaan keluarga terhadap
mengalami kecemasan dan merasa cepat penderita yang sakit. Anggota keluarga
akan mati dalam keadaan yang menyedihkan. memandang bahwa orang yang bersifat

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 89
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

mendukung akan selalu siap member ketidakberhasilan pengobatan. Sedangkan


pertolongan dan bantuan yang diperlukan. hasil wawancara dengan keluarga penderita
Dukungan keluarga yang diterima salah satu diperoleh data rata- rata peran keluarga yang
anggota keluarga dari anggota keluarga yang mereka berikan terhadap penderita kanker
lainnya dalam rangka menjalankan fungsi- serviks berupa motivasi, membantu kebutuhan
fungsi yang terdapat dalam sebuah keluarga. sehari hari dan membantu selama proses
Bentuk dukungan keluarga terhadap anggota pengobatan.
keluarga adalah secara moral atau material.
Adanya dukungan keluarga akan berdampak METODE
pada peningkatan rasa percaya diri pada
penderita dalam menghadapi pr oses Penelitian ini merupakan penelitian
pengobatan penyakitnya (Pradjatmo 2000; deskriptif korelasi atau penelitian hubungan
Gakidau et al. 2008). Dengan adanya antara dua variabel pada suatu situasi atau
dukungan keluarga mempermudah penderita kelompok subyek. Variabel tersebut adalah
dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dukungan keluarga sebagai variabel
dengan persoalanpersoalan yang independent dan kecemasan pada penderita
dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa kanker serviks paliatif sebagai variabel
berbagi beban, mengekspresikan perasaan dependent. Desain penelitian yang digunakan
secara terbuka dapat membantu dalam adalah cross sectional yaitu, suatu penelitian
menghadapi permasalahan yang sedang untuk mempelajari dinamika korelasi antara
terjadi. Jenis dukungan keluarga memiliki variabel dengan cara pendekatan, observasi
beberapa fungsi yaitu dukungan informasional, atau pengumpulan data sekaligus pada saat
dukungan penilaian, dukungan instrumen dan bersamaan.Penelitian menggunakan
dukungan emosional. pendekatan kuantitatif dengan desain
Berdasarkan survey pendahuluan yang deskriptif korelasi.
dilakukan peneliti pada bulan September 2012 Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik
diperoleh data pada tahun 2010 jumlah Penyakit Kandungan dan Ruang Anggrek
penderita kanker serviks yang menjalani Instalasi Rawat Inap I (IRNA I) RSUP.DR.
rawat inap 498 orang menempati urutan ke SardjitoYogyakarta yaitu rumah sakit terbesar
19 dari 26 pola penyakit terbanyak penderita di Yogyakarta yang ditunjuk pemerintah
rawat inap. Pada tahun 2011 berjumlah 500 sebagai rumah sakit rujukan untuk kasus
penderita rawat inap menempati urutan ke paliatif. Jumlah penderita dengan kasus
20 dari 30 pola penyakit terbanyak penderita kanker serviks di rumah sakit tersebut
rawat inap di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr cenderung meningkat. Penelitian ini dilakukan
Sardjito Yogyakarta. Pada bulan Januari pada tanggal 1 sd 31 Desembar 2012.
sampai dengan bulan Juni tahun 2012 Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah
diperoleh data, penderita kanker serviks yang semua penderita kanker serviks paliatif di
menjalani rawat inap di Ruang Anggrek 2 RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. Teknik
RSUP. Dr Sardjito Yogyakarta sejumlah 186 pengambilan sampling pada penelitian ini
orang yang rata rata sudah stadium III dan adalah total sampling. Total sampling
IV. Hasil observasi dan wawancara perawat adalah sampel tehnik penentuan sampel
jaga dan penderita yang menjalani rawat inap apabila semua anggota populasi digunakan
diperoleh data rata- rata penderita mengeluh sebagai sampel.Dalam penelitian kriteria
mual, muntah, mengalami kerontokan rambut sampel dapat meliputi kriteria inklusi dan
dan susah tidur. Perubahan fisik yang dialami kriteria eksklusi,yang mana kriteria tersebut
menyebabkan perasaan cemas pada menentukan dapat atau tidaknya sampel yang
penderita disamping kemungkinan akan digunakan. Sampel dalam penelitian ini

90 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

adalah penderita yang terdiagnosa kanker gangguan kecemasan dan panik secara
serviks paliatif (derajat III dan IV) di Poliklinik umum. Penelitian Chang et al cit Jensen
Penyakit Kandungan dan penderita yang (2003) menunjukkan nilai validitas r > 0,7.45.
menjalani rawat inap di Ruang Anggrek Reliabilitas Anxiety VAS sebesar r = 0,78
RSUP DR. Sardjito. Besar sampel dalam menggunakan metode test-retest dengan
penelitian ini adalah seluruh penderita yang selang waktu selama lima menit dan
di Poliklinik Penyakit Kandungan dan didapatkan r = 0,75 dengan selang waktu test-
penderita yang menjalani rawat inap di Ruang retest selama 1 minggu.kuesioner yang lain
Anggrek RSUP DR Sardjito selama bulan adalah tentang dukungan keluarga meliputi
Desember sejumlah 30 responden. Kriteria dukungan emosional, dukungan penghargaan,
inklusi dalam penelitian ini adalah : 1) dukungan materi dan dukungan informasi.
Penderita yang terdiagnosa kanker serviks Bentuk instrument adalah kuesioner yang
paliatif yang berobat di Poliklinik Penyakit berupa pertanyaan tertutup. Kuesioner
Kandungan dan yang menjalani rawat inap dukungan keluarga pada penderita kanker
di Ruang Anggrek RSUP DR. Sardjito. 2) serviks dibuat sendiri oleh peneliti dengan
Memiliki kesadaran penuh (compos mentis). pengorganisasian terdiri dari empat domain
3) Berusia diatas delapan belas tahun. 4) yaitu: Dukungan Emosional (Emosional
Bersedia mengikuti penelitian. Support, Dukungan Penghargaan (Apprasial
Instrumen yang digunakan dalam Assistance). Dukungan Materi (Tangibile
penelitian ini adalah menggunakan kuesioner. Assistance), Dukungan Informasi (informasi
Peneliti mengumpulkan data secara formal support). Struktur kuesioner pada domain
kepada subyek untuk menjawab pertanyaan dukungan materi dibuat berdasar penelitian
secara tertulis. Pertanyaan dalam kuesioner dari Pearlin et al. (1990); Given and Given
ini terdiri dari beberapa bagian antara lain (1990); Given et al. (2001) mengenai
tentang data karakteristik responden yang dukungan pemenuhan kebutuhan penderita
terdiri dari umur, alamat, pendidikan terakhir, akibat sakit kronis yang terdiri dari dukungan
pekerjaan dalam. Untuk mengetahui tingkat kebutuhan secara langsung dan kebutuhan
kecemasan, yaitu mengukur tingkat tidak langsung.48,49,50 Pertanyaan untuk
kecemasan dengan menggunakan Anxiety dukungan penghargaan dibuat berdasar
Visual Analog Scale (Anxiety VAS). petunjuk dari National Health and Medical
Dengan menggunakan sebuah garis horizontal Research Council Australia (2003) mengenai
yang berupa skala sepanjang 10 cm atau 100 emotional and sosial support.Struktur
mm dengan penilaian dari garis ujung sebelah kuesioner pada domain informasi dan
kiri yang mengindikasikan tidak ada dukungan emosional secara operasional dibuat
kecemasan hingga ujung sebelah kanan berdasar definisi teori yang diadopsi dari
yang menyatakan kecemasan luar biasa. instrumen penelitian sebelumnya dari Hoskins
Penderita diminta memberi tanda dengan (1988) dan Kristjanson (1991) pada penelitian
garis vertikal pada garis yang Eriksson and Laur i (2000) mengenai
menggambarkan perasaan cemas yang informational and emotional support for
dialami saat itu. Davey et al. (2007) cancer patients relaives.
melaporkan bahwa Anxiety VAS merupakan Uji validitas kuesioner dukungan
alat ukur yang cukup reliable untuk digunakan keluarga menggunakan Pearson product
pada pengukuran cemas. moment dan di dapatkan hasil r hitung terendah
Beberapa studi lainnya menunjukkan bernilai 0,098 dan tertinggi 0,769 dengan r hitung
bahwa Anxiety VAS merupakan alat ukur > 0,312 dilakukan pada 40 penderita kanker
yang valid dan reliable pada pengukuran serviks paliatif. Uji reliabilitas menggunakan
tingkat kecemasan pada penderita dengan Alpha Cronbach didapatkan nilai alpha >

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 91
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

0,878. Analisis univariat digunakan untuk (ordinal) dan tingkat kecemasan penderita
mendiskripsikan variabel variabel penelitian (data ordinal). Sebelum dilakukan uji
yaitu data demografi responden, dukungan hubungan dilakukan uji normalitas terhadap
keluarga dan kecemasan penderita kanker data tersebut. Data tingkat kecemasan dan
serviks paliatif di RSUP DR Sardjito dukungan keluarga diuji normalitas datanya
Yogyakarta. Data demografi responden terdiri dengan uji Shapiro-Wilk oleh karena jumlah
dari usia, pekerjaaan dan tingkat pendidikan. sampel kurang dari 50 sampel. Didapatkan
Data demografi dalam bentuk kategorikal hasil p = 0,001 untuk tingkat kecemasan dan
akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi p = 0,002untuk data dukungan keluarga.
dan persentase. Analisa univariat dilakukan Kedua data tersebut kurang dari 0,05 yang
pula untuk data tingkat kecemasan dan berarti data tidak terdistribusi normal.
dukungan keluarga.Tingkat kecemasan Datayang tidak terdistribusi normal maka uji
dikategorikan menjadi tidak cemas (0-4 mm), hipotesis hubungan menggunakan uji gamma
cemas ringan (5-44 mm), cemas sedang (45- correlation (uji non parametrik) dengan
74 mm) dan cemas berat (75-100 mm). tingkat kemaknaan () < 0,05 (CI 95%).
Dukungan keluarga dikategorikan dalam
bentuk ada dukungan buruk (skor 0 - 7), HASIL DAN PEMBAHASAN
dukungan cukup (skor 8-14), dukungan baik
(skor 15 - 22). Kedua data akan disajikan Hasil
dalam bentuk frekuensi dan persentase.
Analisa bivariat dilakukan untuk menguji Karakteristik Responden
hipotesis hubungan antara dukungan keluarga

Tabel 1 Karakteristik responden penelitian, penderita kanker serviks paliatif di Poliklinik Penyakit
Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan Desember 2012 (n=30)

No. Karakteristik Responden Frekuensi Persentase (%)


1. Usia
19 30 th 0 0
31 50 th 6 20,0
64 th 16 53,3
> 65 th 8 26,7
2. Pendidikan
Tidak lulus SD 5 16,7
SD 14 46,7
SMP 4 13,3
SMA 5 16,7
Perguruan Tinggi 2 2,7
3. Pekerjaan
Tidak bekerja 2 6,7
Petani 2 6,7
PNS 3 10,0
Wiraswasta 8 26,7
Ibu Rumah tangga 15 50,0

Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa responden mayoritas bekerja sebagai ibu
mayoritas usia responden direntang 51 sd 64 rumah tangga (50%).
tahun (53,3%), tingkat pendidikan responden
mayor itas SD 14 orang (46,7%) dan

92 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

Dukungan Keluarga Tabel di atas menunjukkan mayoritas


responden mengalami tingkat kecemasan
Tabel 2 Gambaran dukungan keluarga sedang (50%)
penderita kanker serviks paliatif, di
Poliklinik Penyakit Kandungan dan
IRNA I RSUP. Dr. Sardjito Hubungan antara dukungan keluarga
Yogyakarta, bulan Desember 2012 dengan tingkat kecemasan penderita
(n=30) kanker serviks paliatif.
Variabel Frekuensi Persentase
(%) Tabel 4. menunjukkan hasil hubungan
Dukungan antara dukungan keluarga dengan tingkat
keluarga kecemasan penderita kanker serviks paliatif.
Buruk 1 3,3 Hasil penelitian ini untuk variabel dukungan
Cukup 6 20,0
Baik 23 76,7 keluarga mayoritas dukungannya baik (76,7%)
dan variabel tingkat kecemasan dalam
Tingkat Kecemasan.
kategori tingkat kecemasan sedang (50%).
Berdasarkan uji statistik menggunakan
Tabel 3. Gambaran tingkat kecemasan
Gamma Corelation didapatkan tingkat
penderita kanker serviks paliatif, di
kemaknaan (p)=0,001 sehingga dapat
Poliklinik Penyakit Kandungan dan
disimpulkan terdapat hubungan antara
IRNA I RSUP. Dr. Sardjito
dukungan keluarga dengan tingkat
Yogyakarta, bulan Desember 2012
kecemasan penderita kanker serviks paliatif
(n=30)
di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta. Koefisien
Variabel Tingkat Frekuensi Persentase korelasi dalam penelitian ini memiliki nilai -
Kecemasan (%) 1,000 yang berarti nilai hubungan kedua
Tidak cemas 0 0 variabel ini sangat kuat dan berhubungan
Cemas ringan 6 20 berbanding terbalik.
Cemas sedang 15 50
Cemas berat 9 30

Tabel 4. Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan penderita kanker serviks paliatif,
di Poliklinik Penyakit Kandungan dan IRNA I, RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta, bulan
Desember 2012 (n=30).
Tingkat Kecemasan Kemaknaan Koefisien
Variabel Ringan Sedang Berat Total (P) Korelasi (R)
(F) (%) (F) (%) (F)(%)
Kategori 0,001 -1,000
dukungan
Buruk 0 0 1(3,3) 1(3,3)
Cukup 0 0 6(20) 6(20)
Baik 6(20) 15(50) 2(6,7) 23(76,7)
Total 6(20) 15(50) 9(30) 30(100)

Pembahasan Berdasarkan teori perkembangan kanker


Karakteristik Responden serviksmenurut Heardman et.al, proses
Usia terjadinya kanker serviks berhubungan
dengan proses metaplasia.59 Sekitar 95% dari
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kanker serviks adalah sel squamosa yang
mayor itas usia responden 16 orang mengalami dysplasia. Lesi prakanker biasa
(53,3%)adalah di rentang usia 51-64 tahun. disebut neoplasia intra-epitelial cervical (CIN)

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 93
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

umumnya terjadi pada usia 40 sampai 50 disusul pada rentang usia 31 tahun 40
tahun. CIN kemudian berkembang menjadi tahun.Sesuai dengan hasil penelitian ini dan
karsinoma in-situ dan akhirnya menjadi penelitian sebelumnya, terlihat bahwa
karsinoma invasif. umumnya penderita ditemukan pada usia
Menurut WHO, waktu yang dibutuhkan diatas 40 tahun. Hal tersebut disebabkan
bervariasai dari awal terjadinya infeksi HPV karena usia 40 tahun ke atas merupakan usia
menjadi sel kanker. Waktu dari yang rentan dengan terjadinya gangguan
teridentifikasinya karsinoma in-situ biasanya kesehatan karena proses degeneratif.
memerlukan waktu 10-20 tahun untuk
berkembang menjadi karsinoma invasif, hal Tingkat Pendidikan
ini memungkinkan untuk pengendalian kanker
serviks bisa dilakukan melalui skrining.Secara Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
umum cakupan skrining di negara mayoritas tingkat pendidikan responden
berkembang sangat rendah. Survai berbasis adalah SD 14 orang (46,7%) dan responden
populasi yang dilakukan oleh Gakidou et.al yang tidak lulus SD ada 5 orang atau 16,7 %.
mengindikasikan bahwa cakupan skrining di Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
negara berkembang r ata-rata 19% penelitian Kusumawati yang menyimpulkan
sedangkan di negara-negara maju mencapai bahwa sebagian besar pasien kanker serviks
63%.Menurut estimasi data dari WHO di RSUP Dr Sardjito mempunyai status
cakupan angka pemeriksaan pap smear di pendidikan Sekolah Dasar (36,8%) dan tidak
negara berkembang hanya 5% termasuk di sekolah/tidak tamat SD (31,6%). Status
Indonesia.Hasil ini sesuai dengan pendidikan penderita kanker leher rahim
Champbell.et.al dalam faktor resiko kanker umumnya rendah, hal ini berhubungan dengan
serviks, menyatakan bahwa kanker serviks status sosial ekonomi yang rendah. Status
sering terjadi pada perempuan usia 40 sampai pendidikan yang rendah sangat berpengaruh
60 tahun meskipun ada perempuan yang terhadap pengetahuan dan sikap terhadap
menderita kanker serviks pada usia 30 adanya gejala kanker leher rahim, seperti
tahun.Hasil penelitian ini sesuai dengan perdarahan abnormal pervaginam dan
penelitian yang dilakukan oleh Yunitasari di discharge vagina abnormal. Hal serupa juga
RSU Dr Kariadi Semarang bahwa usia disimpulkan oleh Rauf dan Thamrin, yang
penderita kanker mayoritas diatas 50 tahun. melakukan penelitian pada Januari 2002
Nugrahaeni dan Salamah dalam sebuah studi sampai Desember 2003 di empat rumah sakit
kasus di RS X Surabaya juga menemukan di Makasar dengan 173 responden penderita
bahwa mayoritas penderita kanker serviks kanker serviks menyatakan bahwa tingkat
usianya di atas 50 tahun. Nadia dalam pendidikan penderita kanker serviks adalah
penelitiannya yang dilakukan pada penderita SD (45,7%).Tingkat pendidikan seseorang
kanker serviks di RSCM pada tahun 2007 akan berpengaruh dalam memberikan respon
menyimpulkan bahwa ada korelasi antara terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang
stadium dan usia penderita kanker serviks yang berpendidikan tinggi umumnya akan
artinya semakin lanjut usia semakin tinggi memberikan respon yang lebih rasional
stadium kanker serviks yang terdiagnosis. terhadap informasi dan berfikir jauh tentang
Ditinjau dari distribusi usia penderita kanker keuntungan yang diperoleh dari gagasan
serviks hasil penelitian ini berbeda dengan hasil tersebut. Tingkat pendidikan juga akan
penelitian yang dilakukan oleh Oemiyati mempengaruhi kemampuan individu dalam
penderita kanker serviks di DKI Jakarta mengontrol hidupnya. Individu termotivasi
mayoritas terjadi pada usia produktif yaitu untuk memelihara kesehatan dengan lebih
rentang usia 41 tahun sampai dengan 50 tahun baik dengan sikap positif dalam hidup dengan

94 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

melakukan pemeriksaan kesehatan secara merupakan seseorang yang memegang


rutin. Tingginya kasus kanker serviks di peranan penting dalam keluarga yang dapat
Indonesia ini masih tinggi disebabkan karena memberikan dorongan kepada para wanita
masih rendahnya cakupan angka skrining untuk membuat keputusan sendiri dalam
pencegahan. Hal ini dipengaruhi oleh pencegahan penyakit kanker serviks (Gakidau
beberapa faktor antara lain para wanita et al 2008).
Indonesia sering enggan memeriksakan
kesehatannya karena ketidaktahuan, rasa Dukungan Keluarga
malu, rasa takut dan faktor biaya. Hal ini
umumnya karena disebabkan oleh rendahnya Hasil penelitian ini menunjukkan 23
tingkat pendidikan dan pengetahuan penduduk responden (76,6%) menyatakan dukungan
(Colegrave et al 2001). keluarga baik. Kanker serviks selain potensial
memberikan penderitaan bersifat fisik juga
Pekerjaan Responden memberikan penderitaan bersifat psikis. Jika
gangguan fisik dimanifestasikan dalam bentuk
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluhan nyeri, mual, keputihan hingga
mayoritas responden bekerja sebagai ibu perdarahan sampai komplikasi organ maka
rumah tangga (50%). Penelitian ini sesuai gangguan psikis bisa dimanifestasikan dalam
dengan hasil penelitian yang dilakukan bentuk keluhan depresi, cemas, gugup, dan
Megaputra, tentang gambaran penderita perasaan tidak berguna. Mengingat dampak
kanker serviks di Rumah Sakit Santo kanker serviks diatas maka penderita kanker
Borromeus Bandung yang menyatakan serviks membutuhkan dukungan keluarga.
bahwa 55% penderita kanker serviks adalah Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan
Ibu Rumah Tangga. Menurut penelitian yang dan penerimaan keluarga terhadap anggota
dilakukan oleh Puspitarini, tentang hubungan keluarganya yang sakit. Perhatian dari
kualitas hidup dengan kebutuhan perawatan keluarga sangat membantu pemilihan
paliatif pada pasien kanker di RSUP Dr kesehatan keluarganya. Berdasarkan hasil
Sardjito juga menyatakan 23% penderita penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa
kanker adalah ibu rumah tangga dan 10% keluarga dalam memberikan dukungan pada
sebagai wiraswasta. Hasil penelitian ini penderita kanker serviks dalam kategori baik
menunjukkan bahwa peker jaan karena masih kentalnya hubungan
seseorangjuga menentukan status kesehatan kekerabatan dalam sebuah keluarga tersebut.
seseorang. Siti Musrifah berpendapat ada Faktor lain adalah keluarga mampu
hubungan antara sikap ibu rumah tangga melakukan peran dan fungsinya yang
dengan praktik pencegahan penyakit kanker senantiasa mendampingi dan menjadi
serviks. Ibu rumah tangga yang melakukan pendukung utama responden selama
praktik pencegahan pada penyakit kanker perawatan penyakitnya (Gakidau et al 2008).
serviks hanya 33,7% hal ini disebabkan karena Kesimpulan ini perlu ditindaklanjuti dengan
kurangnya dukungan suami dan dukungan dilakukannya penelitian lebih lanjut dengan
petugas kesehatan. Dorongan atau dukungan responden pada keluarga penderita mengingat
keluarga merupakan faktor penting dalam dukungan keluarga pada penderita kanker
meningkatkan partisipasi wanita dalam serviks dengan kecemasan sangat diperlukan
pencegahan penyakit. Pada masyarakat terutama aspek dukungan emosional.
tradisional yang masih memegang teguh adat Ketiadaan dukungan keluarga akan sangat
suami atau kepala keluarga merupakan berpengaruh pada penurunan kualitas hidup
pembuat keputusan segala atas segala penderita kanker serviks. Hasil penelitian ini
sesuatu. Suami atau kepala keluarga berbeda dengan hasil penelitian yang

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 95
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

dilakukan oleh Wahyuni dan Siburian, yang


respon emosional yang secara umum muncul
meneliti tentang Dukungan Keluarga dan
pada saat individu terdiagnosa kanker seperti
Harga Diri Pasien Kanker Payudara di RSUP
kanker serviks adalah penolakan. Pada saat
H Adam Malik Medan. Penelitian ini
individu mengalami reaksi penolakan maka
mengambil sampel 30 responden didapatkan
individu tidak mudah beradaptasi dengan
hasil bahwa 56,7% dukungan keluarga cukup,
penyakinya. Akibatnya akan menimbulkan
36,7% dukungan keluarga baik, dan 6,7%
kecemasan.
dukungan kurang. Dalam jurnal penelitiannya
Selain itu penyakit kanker serviks sulit
peneliti tidak menampilkan bentuk domain
untuk dideteksi tanda dan gejalanya,umumnya
masing-masing dukungan keluarga.
terdeteksi pada stadium lanjut ketika tumor
sudah menyebar ke organ lain beberapa
Tingkat Kecemasan penderita mengeluh nyeri berkemih,
haematuria, perdarahan rectum, atau susah
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa buang air besar.70 Keluhan-keluhan tersebut
hasil tertinggi 15 responden (50%) responden menyebabkan kecemasan (Barnes et al,
mengalami tingkat kecemasan sedang. 2002). Faktor lain yang menyebabkan
Pengambilan data tingkat kecemasan kecemasan adalah angka untuk sembuh pada
disamping melalui kuesioner peneliti juga penderita kanker serviks paliatif relative kecil.
harus mengamati ekspresi wajah dari Pada penderita kanker serviks sering dijumpai
responden untuk mendukung hasil yang penderita dikuasai perasaan tidak berguna,
obyektif. Hasil peneltian ini menjelaskan malu, serta kekhawatiran karena merasa
bahwa pada orang tua/dewasa yang menjadi beban orang lain sehingga
berhadapan dengan penyakitpenyakit yang menimbulkan perasaan cemas.Teori
mengancam kehidupan dan kondisi kesehatan kecemasan tingkat sedang memungkinkan
ternyata ditemukan pengalaman pengalaman seseorang untuk memusatkan pada hal-hal
kecemasan, depresi dan masalah emosional penting dan mengesampingkan yang lain,
lainnya. Berdasarkan penelitian Barnes et al sehingga seseorang menjadi selektif. Setiap
(2002), wanita-wanita yang terdiagnosis individu mempunyai reaksi yang berbeda pada
penyakit kanker serviks menghadapi banyak kecemasan. Manifestasi pada tingkat
keputusan keputusan yang sulit. Keputusan kecemasan ini umumnya adalah kelelahan
sulit untuk menerima kenyataan hidup yang meningkat, ketegangan otot meningkat, bicara
terdiagnosa penyakit kanker sehingga cepat dengan volume tinggi, lahan persepsi
menimbulkan perasaan cemas. Hasil menyempit, kemampuan konsentrasi
penelitian ini sesuai dengan studi yang menurun, mudah tersinggung, marah dan
dilakukan oleh De Groot et al (2006), yang menangis (Gakidau et al 2008).
menjelaskan bahwa para wanita, terutama Kecemasan pada penderita kanker
pada kasus kanker serviks lebih memiliki serviks akan meningkat ketika individu
pengalaman dan per asaan takut serta membayangkan adanya perubahan dalam
kekhawatiran yang lebih besar. Penelitian lain hidupnya di masa depan akibat penyakit yang
menjelaskan bahwa terdapat peningkatan diderita ataupun proses pengobatannya.
level kecemasan dan depresi pada wanita- Kecemasan ini akan memberikan dampak
wanita dengan kasus kanker serviks, bahkan buruk bagi penderita. Menurut Barnes et al
level distress emosional-nya telah sampai (2002), dampak dari kecemasan adalah
pada fase klinis-patologis. menurunnya kapasitas kognitif seseorang
Banyak faktor yang meyebabkan dalam menyelesaikan persoalan yang
penderita kanker serviks mengalami komplek. Sedangkan menurut De Groot et al
kecemasan. Menurut Lubis (2009), bentuk (2002), seseorang yang mengalami

96 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

kecemasan akan menghindari hal-hal yang Menurut De Groot et al (2002), banyak hasil
membuat dirinya terancam dan menutup diri penelitian yang menunjukkan pengaruh
terhadap lingkungannya. Sebaliknya penderita kanker terhadap kondisi psikologis pasien
yang nyaman terhindar dari kecemasan akan yang mengalami kecemasan, namun pasien-
mencegah terjadinya penurunan system imun pasien kanker yang senantiasa memperoleh
sehingga mempercepat proses kesembuhan. dukungan keluarga ternyata berhubungan
Adanya perasaan tenang dan nyaman saat positif dengan berkurangnya
perawatan tubuh akan menghasilkan hormone kecemasan.Dukungan ini ternyata membantu
endorphin, yang menyebabkan otot tubuh perbaikan kesehatan dan hubungannya
rilek, system imun meningkat, kadar oksigen dengan kualitas kehidupan penderita kanker
dalam darah naik dan penderita akan serviks. Kecemasan pada penderita kanker
mengantuk sehingga bisa beristirahat dengan serviks paliatif tidak hanya dipengaruhi oleh
tenang. Hormon ini memperkuat system faktor dukungan keluarga semata tetapi
kekebelan tubuh untuk melawan infeksi dan banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor
dikenal sebagai morfin tubuh yang intrinsik antara lain faktor usia, pengalaman
menimbulkan efek sensasi yang sehat dan penderita menjalani pengobatan, konsep diri
nyaman. dan peran, tingkat social ekonomi, jenis
tindakan kemoterapi, dan komunikasi
Hubungan Antara Dukungan Keluarga terapeutik. Faktor ekstrinsik antara lain faktor
dengan Tingkat Kecemasan Penderita kondisi medis, tingkat pendidikan, akses
Kanker Serviks paliatif. informasi dan proses adaptasi. Hal tersebut
juga dibuktikan dari hasil penelitian ini.
Hasil penelitian ini untuk variabel Responden menyatakan bahwa mayoritas
dukungan keluarga mayoritas dukungannya dukungan keluarga baik tetapi responden juga
baik dan variabel tingkat kecemasan sedang merasa kecemasan dalam kategori sedang.
sebanyak responden (50%) dengan koefisien Hasil ini kemungkinanada faktor lain yang
korelasi -1,000 dan tingkat kemaknaan p mempengaruhi kecemasan tingkat sedang
0,001.Hubungan antara dukungan keluarga pada penderita kanker serviks, berhubungan
dengan tingkat kecemasan diuji statistic dengan faktor usia lanjut, tingkat pendidikaan
dengan menggunakan Gamma didapatkan yang rendah atau pekerjaan ibu rumah tangga
hasil nilai p value 0,001 (<0,05) maka uji yang sehari-harinya dihabiskan dengan
keputusan ini Ho ditolak dan Ha diterima, peker jaan rumah,mengurus anak dan
maknanya ada hubungan antara dukungan suaminya (Gakidau et al 2008).
keluarga dengan tingkat kecemasan penderita Kecemasan pada penderita kanker
kanker serviks paliatif. Hasil penelitian ini serviks tidak mutlak dipengaruhi oleh kualitas
sesuai dengan beberapa teori yang dukungan keluarga. Kecemasan pasien
berpendapat bahwa penderita kanker serviks kanker serviks yang paling besar berdasarkan
membutuhkan dukungan keluarga karena faktor internal adalah faktor maturitas, faktor
dukungan keluarga sangat berpengaruh tipe kepribadian dan faktor keadaan fisik.
terhadap kesehatan mental anggota Faktor eksternal menunjukkan bahwa
keluarganya yang menderita kanker serviks. kecemasan pasien kanker serviks yang paling
Menurut Barnes et al (2002), terdapat besar adalah faktor dukungan sosial dan
hubungan yang kuat antara keluarga dan status dukungan keluarga. Menurut De Groot (2002),
kesehatan anggotanya dimana peran keluarga menyatakan bahwa profil psikologis penderita
sangat penting bagi setiap aspek perawatan kanker seperti kanker serviks yang datang
kesehatan anggota keluarga, mulai dari dalam pemeriksaan medis menunjukkan
strategi-strategi hingga fase rehabilitasi. tingginya tingkat kecemasan, rasa marah dan

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 97
Sardjito Yogyakarta
Dwi Susilawati JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

keterasingan. Perawatan di rumah sakit juga keluarganya yang menderita sakit kanker
merupakan salah satu faktor yang serviks dengan memberikan dukungan sesuai
mencemaskan bagi pasien. Pada penderita dengan materi-materi dukungan emosional,
kanker serviks yang menjalani perawatan di dukungan penghargaan, dukungan materi dan
rumah sakit ketika akan dilakukan operasi, dukungan informasi dalam penelitian ini.
kemoterapi, radiotherapy atau tindakan Disarankan bagi penelitian selanjutnya,
perawatan yang lainnya, juga sering penelitian ini dijadikan sumber dan bahan
mengalami kecemasan.Selain itu, sikap yang pembanding bagi yang berkepentingan untuk
tidak personal dari dokter, perawat atau melanjutkan penelitian yang lebih komplek
petugas rumah sakit yang lain penderita misalnya penelitian kualitatif tentang persepsi
merasa menjadi obyek pemeriksaan semata. penderita kanker serviks terhadap dukungan
Kondisi demikian penderita seringkali merasa keluarga atau hubungan antara usia, tingkat
kehilangan identitas diri, dan kehilangan pendidikan dan pekerjaan dengan tingkat
kontrol atas tubuhnya sehingga membuat kecemasan penderita kanker serviks paliatif.
penderita merasa tidak nyaman menjalani
perawatan di rumah sakit (De Groot 2002). DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN DAN SARAN. Allan H., Goroll. Albert G., Mulley. 2006.
Primary Care Medicine : Office
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Evaluation and Management of the
karakteristik responden usia responden Adult Patient, Philadelphia : Lippincot
mayoritas direntang 51 sd 64 tahun,tingkat Williams & Wilkins.
pendidikan responden mayoritas adalah SD, Aziz, M.F. 2006. Masalah pada Kanker
mayoritas bekerja sebagai ibu rumah tangga. Serviks. Cermin Dunia Kedokteran,
Dukungan keluarga penderita kanker serviks vol 133; 5-7.
paliatif mayoritas baik. Tingkat kecemasan Badan Penelitian dan Pengembangan
penderita kanker serviks paliatif mayoritas Kesehatan (BPPK. 2008. Riset
mengalami tingkat kecemasan sedang. Ada Kesehatan Dasar (Online) http://
hubungan antara dukungan keluarga dengan www.terbitan.litbang.depkes.go.id/
tingkat kecemasan penderita kanker serviks pener bitan/index.php/blp/catalog,
paliatif di RSUP Dr Sardjito dengan p value (diakses tanggal 15 Desembar 2012)
0,001 (< 0,05) Barnes, J., Kroll, L., Lee, J., Burke, O., Jones,
Disarankan bagi perawat agar A., & Stein, A. 2002. Factors Predicting
senantiasa meningkatkan pelayanan kepada Communication about the Diagnosis of
penderita kanker serviks dengan Maternal Breast Cancer to Children.
memperhatikan kebutuhan bio-psiko-sosio dan Journal of Psychosomatic Research,
spiritual melalui pendidikan kesehatan dan 52, 209 214.
konseling kepada penderita maupun keluarga. Colegrave, S., Holcombe, C., & Salmon, P.
Disarankan bagi institusi pendidikan hasil 2001. Psychological Characteristics of
penelitian ini dapat digunakan sebagai Women Presenting with Breast Pain.
referensi/sumbangan materi bagi mahasiswa Journal of Psychosomatic Research,
agar mahasiswa memahami tentang 50, 303 307.
dukungan keluarga dan kecemasan penderita De Groot, JM. 2002. The Complexity of the
kanker serviks paliatif dengan mempelajari Role of Social Support in Relation to the
Psychological Distress Associated with
materi dukungan dan kecemasan dalam
Cancer , Journal of Psychosomatic
penelitian ini. Di saran bagi keluarga mampu
Research, 52, 277 278.
senantiasa mengembangkan diri dalam
rangka memberi motivasi kepada anggota

98 Juli 2013: 87 - 99
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2358

Departemen Kesehatan RI 2008.


Penanggulangan Kanker Serviks
dengan Vaksin HPV. Jakarta: Depkes
RI.
Davey, HM, Barrut, AL, Buton, PN & Deeks,
JJ. 2007. A one-item question with a
likert or visual Analog scale adeqnately
measured current anxiety. Journal of
Clinical Epidemiology. 60(4): 356-360.
Eriksson, E & Lauri, S. 2000. Informational
and emotional support for cancer
patients relatives. Eur J cancer care.
9(1): 8-15.
Gakidau.E., Nordagen,S., Obermeyer, Z.
2008. Coverege of Cervical Cancer
Screening in 57 Countries : Low
average level and large inequalities.
Plos Med 5(6) 0863:0868.
Given, B, Reihard, SC, Petlick, NH & Bemis,
A. 2001. Supporting Family Caregivers
in providing care. patient safety and
quality:An evidance based handbook for
nurse. Agenay for heathcare research
and quality.
Jenkins, J.H.,Garcia, J.I.R., Chang, C.L.,
Young, J.S., Lopez, S.R. 2006, Family
Support Predicts Psichiatric Medication
Usage Among Mexican Amer ican
Individuals with Schizophrenia. Social
Psyciatry and Psychiatric
Epidemology.
Kolva, et al. 2011. Anxiety in Terminally Ill
Cancer Patients. Journal of Pain and
Symptom Management , 42(5):691-
701.
Lubis. 2009. Gambaran Psikologis Pasien
yang Pertama Kali Terdiagnosa
Kanker Serviks. (Online) (http:// unair
respiratory.ac.id/pdf.Lubis, diakses
tanggal 3 Desember 2012)
Pradjatmo, H. 2000. Pengaruh derajat dan
jenis histopatologik karsinoma serviks
uter i terhadap kemampuan hidup
penderita. Berita Berkala Ilmu
Kedokteran. 32 (2): 111-118.
Schiffman, M, Castle, PE, Jeronimo, J,
Rodriguez, AC, Wacholder, S, 2007,
Human papillomavirus and cervical

Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif di RSUP Dr 99
Sardjito Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai