Anda di halaman 1dari 13

GUIDE LINE PENATALAKSANAAN PASIEN LUKA BAKAR

DI BURN UNIT RSUP SANGLAH DENPASAR (ISBI-American burn ascociation)

KRITERIA RAWAT INAP BURN UNIT

1. Luka bakar derajat II >10 % anak-anak ; > 15% dewasa

2. Luka bakar derajat III berapa persen pun

3. Electrical combustio

4. Luka bakar pada wajah,tangan,genital dan anus

5. Luka bakar akibat bahan kimia

6. Luka bakar akibat trauma inhalasi (syarat min 3 dari 10 ciri terpenuhi ; rambut alis

bulu hidung terbakar,batuk ber jelaga,serak/perubahan suara wheezing atau

sesak,oedema,combustio mengenai wajah,kejadian diruangan tertutup,tanda keracunan

CO kulit pink takikardia pusing kabur halusianasi ataksia kolaps sampai koma

7. Luka bakar desertai cedera lain (fr,CK,dll)

8. Luka bakar dengan comorbid lainnya (HT,CHF,DM dll)

KRITERIA KELUAR BURN UNIT

1. Luka bakar sembuh , tidak terdapat tanda infeksi pada luka, sisa epitelisasi 2%

2. ADL mampu sendiri tanpa bantuan dan dapat beradaptasi dengan kondisi setelah

mengalami luka bakar

I. HARI PERTAMA (24 jam pertama)

Airway : Observasi ketat tanda obstruksi jalan nafas dan pemberian O2 pada pasien

curiga trauma inhalasi. Bila terjadi obstruksi dilakukan intubasi ETT atau

tracheostomi.
Breathing : Analgetik yang adekuat bila terdapat luka bakar area dada dan perut,

dilakukan escharotomi bila terdapat eschar melingkar di dada.

Circulation : Shock luka bakar diatasi dengan pemasangan infus double line, IV line

besar dengan cairan kristaloid hingga shock terkoreksi. Dilakukan

escharotomi bila terdapat eschar melingkar di extremitas . Dilakukan

fasciotomi bila terdapat compartement syndroma.

Diasbility : Periksa tanda cedera kepala dan cedera spinal.

Exposure : Buka seluruh baju dan aksesoris yang menempel pada tubuh pasien,

periksa seluruh permukaan tubuh termasuk punggung hitung total luas

luka bakar dan kedalamannnya.


Head to toe examination :

Mencari tanda cedera penyerta lainnya.

a. Lakukan resusitasi cairan dengan menggunakan rumus Parkland dari

BAXTER dengan larutan Kristaloid

Untuk anak-anak :

(2ml x kg BB x % luas luka bakar) + maintenance/24 jam

Untuk dewasa:

(4 ml x kgBB x % luas luka bakar)/24 jam

Maintenance anak-anak :

BB 1-10 kg 100ml/kg BB

BB >10-20 kg 1000 ml + 50 ml/kg BB

BB>20 kg 1500 ml + 20 ml/kg BB

Dewasa : 30 ml/kg BB/hr

Electrical injury kebutuhan cairan maintenance dikalikan 2.

Jumlah total cairan dibagi 2, diberikan dalam 2 tahapan yaitu:

1/2 dari total cairan diberikan dalam 8 jam I

1/2 dari total cairan diberikan dalam 16 jam II


Pasang kateter urin: monitor volume produksi urin, warna dan kepekatan

Hitung dan catat produksi urin tiap jam.

Luka bakar non elektrik target urin 0,3-0,5 ml/kg BB/jam

Luka bakar elektrik target urin 1-23-4 ml/kg bb/jam

Luka bakar dngan cedera inhalasi target urin 0,5 ml/kg BB/jam

Luka bakar anak-anak target urin 1 ml/kg BB/jam

Tambahkan vitamin C 200 mg di tiap flash RL/larutan kristaloid bila

sudah maintenance vitamin c diberikan 200 mg per hari.

b. Luka bakar >25 % pasang NGT 6-8 jam paska trauma,untuk NED (nutrisi

enteral dini),diberikan bertahap sesuai tahap pengosongan lambung.

electric injury langsung pasang NGT

c. NED diberikan 8 jam post trauma (nutrisi enteral dini),diberikan bertahap

sesuai tahap pengosongan lambung. Contoh awal beri 50 ml 1 jam alirkan

NGT lihat berapa residunyamisal residu 20 mlberikutnya beri 30 ml saja

per jam nya.


d. Jika ditemukan tanda-tanda CURLING ULCER, cairan NGT dialirkan&

diberikan NED sesuai dengan tahap kecepatan pengosongan lambung.

Diberikan cairan mucoprotector: sulcrafat, ranitidin atau pantoprazole

e. Lakukan pemeriksaan lab lengkap DL(HB, HCT), BUN SC, SGOT-SGPT,

Albumin, BS, Na, K, AGD(pH,PaCO2,BEecf), T3 T4, FT3, FT4, TSH, AGD-

Elektrolit).

f. Pemeriksaan tambahan bila perlu Rontgen (Thorax, Cervical), USG FAST,

EKG pada pasien luka bakar listrik, CT Scan bila diperlukan untuk

mendeteksi cedera penyerta.

g. MONITOR :
Produksi urin tiap jam selama 24 jam pertama
CVP hari I diupayakan:5cmH2O hari II upayakan max:10cmH2O
Pantau pulse oxymetri
DL(Hemodilusi,Hemokonsentrasi)
AGD,Elektrolit (BE: -3s/d+3)serial tiap 6 jam pada trauma inhalasi
Thorax Ro@hari pada trauma inhalasiatelektasis,oedema paru ARDS

h. ATN(Acute Tubular Necrosis) dgn tanda urine warna coklat pekat,BUN SC

meningkat: berikan terapi pertama dengan Manitol 100 ml dan NaBic 8,4%
25 ml. Kebutuhan cairan 2x kebutuhan cairan N dengan target urin

2ml/kgBB/jam.

Bila terjadi keadaan anuria atau oligouria lakukan force diuresis dengan

furosemide drip 20 mg/jam. Jika tidak ada perbaikan pertimbangkan untuk

dilakukan HD(hemodialisa).

Bila tersedia dilakukan pemasangan CVP (normal: 4-10mmHg), arterial line ,

CPWP

i. Pencegahan terjadinya ATN pada setiap elektric injury tegangan tinggi,

diberikan bolus manittol 100 ml dan NaBic 8,4% 25 ml, kemudian monitor:
1. Produksi urin setiap jam selama 24 jam pertama
2. CVP hari 1 diupayakan 5 cm H2O
3. Pantau pulse oxymetri
4. DL (Hemodilusi, Hemokonsentrasi)
5. AGD, Elektrolit (BE: -3 s/d +3)
6. BUN/SC

j. Pada combus regio facial dengan susp trauma inhalasi, pikirkan segera

intubasi mencegah terjadi oedema wajah dan faring (24-48 jam).

k. Pasien diselimti dengan doek steril untuk mencegah hipotermia dan

penghangatan.

II. HARI ke DUA-TIGA

Berikan cairan hipertonik atau colloid dengan Na Cl 3% 500cc (1 hari saja) dan

Albumin 20% 100cc (dilanjutkan bila albumin <2,5) hiperonkotik. Setelah 48 jam

diberikan D5%-10%, NaCl 0,9% dan NaCl 3% (Cairan hipertonis) ditambah albumin

hipertonik (20%).

Perawatan luka:

Menggunakan saline, dikondisikan lembab, diberikan tulle dan silver sulfadiazine lalu

ditutup dengan kassa steril dan dibalut elastic bandage.

III. HARI ke EMPAT dan seterusnya

Pertimbangkan untuk memberikan nutrisi parenteral.

IV. HARI ke TIGA sampai ke LIMA (problem perawatan luka)


Debridement dikerjakan setelah sirkulasi stabil(Hgb>10 g/dL), min hr ke3

Sudah dipertimbangkan untuk dikerjakan debridement eksisi tangential dan atau

skin graft.

V. FISIOTERAPI SEDINI MUNGKIN, jika pasien sudah stabil

a. Chest fisioterapi untuk pasien luka bakar yang disertai trauma inhalasi atau

tirah baring lama.


b. Untuk daerah yang dikerjakan skin graft , fisioterapi dimulai hari ke 10-14

post op.
c. Usahakan pemberian analgetika intra vena atau jika perlu konsul dengan

APS sebelum penggantian balutan luka dan fisio terapi.

VI. PENGGANTIAN BALUTAN LUKA DILAKUKAN JIKA KONDISI BALUTAN

JENUH ATAU MINIMAL TIAP 2 HARI SEKALI DAN DISESUAIKAN DENGAN

KONDISI LUKA ATAU PRODUKSI EXUDAT.

VII. SELALU KONSULTASIKAN DENGAN DOKTER JAGA ATAU DALAM KEADAAN

TERTENTU DENGAN KONSULTAN ATAU DPJP.

VIII JIKA TERJADI KONDISI YANG MEMERLUKAN ALAT BANTU NAFAS DILAKUKAN

KONSULTASI DENGAN INTENSIFIS UNTUK PEMASANGAN VENTILATOR DI UNIT

LUKA BAKAR

IX TINDAKAN PEMASANGAN ETT/INTUBASI

Pemasangan ETT adalah memastikan pipa jalan nafas buatan ke dalam trakhea

melalui mulut. Dilakukan jika: cara lain untuk membebaskan jalan nafas gagal,

perlu memberikan nafas buatan dalam jangka panjang, ada resiko besar terjadi

aspirasi ke paru.

1. Tujuan:
a. Membebaskan jalan nafas
b. Memberikan pernafasan mekanis

2. Perisapan alat yang digunakan


a. Laryngoscope
b. ETT sesuai ukuran (Pria no 7, 7.5, 8)(Wanita no 6.5, 7)
c. Mandrin
d. Xylocain jelly
e. Sarung tangan steril
f. Xylocain spray
g. Spuit 10cc
h. Orofaringeal tube (guedel)
i. Stetoskop
j. Bag valve mask (ambu bag)
k. Suction kateter
l. Plester
m. Gunting

X KULTUR

a. Waktu : Hari I dan ke V kultur dasar luka dan kultur darah dua sisi.
b. Bahan : Darah,jaringan kateter tip atau alat infasive,swab.
c. Interpretasi kultur :

Kultur darah

1. Bila secara klinis tidak menun jukkan adanya tanda infeksi maka

antibiotika yang sudah diberikan sebelumnya tidak diganti.


2. Jika secara klinis menunjukkan adanya tanda infeksi perlu dilakukan

pemeriksaan lab (leukosit,neutrifil,dll) atau periksa prokalsitonin. Jika

ditemukan adanya hasil yang mendukung adanya tanda infeksi,maka

antibiotika diganti sesuai hasil kultur.

Kultur jaringan

1. Jika ditemukan hasil adanya kolonisasi kuman, dan hasil lab tidak

ditemukan adanya tanda klinis infeksi maka hanya dilakukan ganti

balurtan luka lebih sering antibiotik tidak diganti


2. Jika ditemukan adanya kolonisasi dan hasil lab mendukung adanya

infeksi baru dilakukan penggantian antibiotik sesuai hasil kulur.

PEMBERIAN ANTIBIOTIKA

Berdasarkan hasil kultur. Bila tidak ada hasil antibiotika yang sensitif (S)

diberikan yang intermediate (I). Lapor senior (DPJP) untuk konfirmasi pemberian

antibiotik

TINDAKAN BGA DAN ANALISA GAS DARAH

Dilakukan untuk mengkaji gangguan keseimbangan asam-basa yang disebabkan

gangguan pernafasan dan/atau gangguan metabolik


PEMASANGAN EKG

TITRASI OBAT

Alat yang digunakan adalah syringe pump.

XI. KOMPLIKASI :
a. CEDERA INHALASI
Perawatan trakheostomy + Nebulizer (mukolitik,bronkhodilator) minimun

tiap 6 jam.
b. ATN
Pasien dengan electric injury high voltage; pasien dengan keterlambatan

resusitasi (pre renal).


c. CURLING ULCER
Dicegah dengan NED
Drainage NGT
Kecepatan nutrisi disesuaikan dengan pengosongan lambung,Ranitidine,

sukralfat.
d. SIRS SEPSIS
Hilangkan kemungkinan sumber infeksi (infuse,kateter,CVP,atau alat invasive

lain)
Cegah syok septic : volume vascular hasus cukup.
PELAYANAN PASIEN DI KAMAR OPERASI
Dikhususkan untuk pelayanan khusus yang berkaitan dengan luka bakar seperti

debridement, skingraft, flap, pasciotomy. Pelayanan kamar operasi di burn unit

terintegrasi dengan pelayanan di ruang unit luka bakar.

Catatan:

1. Bila pasien datang tidak langsung datang paska kejadian, koreksi

cairan tetap dimulai dari jam 1 jangan dihitung sejak jam kejadian.

Ingat ancaman reperfusi injury.

Pada dx tambahkan "delay resusitasi" sehingga makin tau persentase

morbiditasnya yang akan terjadi.

Hipoperfusi splanicgangguan GITvili urus mengkerut hepar dan

lien terganggu shg menyebabkan tranlokasi bakteri

2. Bila target produksi urin tidak tercapai(<3-4 ml/kg BB/jam)

naikkan cairan 50% dari target cairan per jam evaluasi ulang 1

jam kemudianteruskan sampai target produksi urin tercapai.


Misal: cairan perjam 100 ml1 jam target urin tidak tercapai jam

berikutnya naik mjd 150 mlevaluasi ulang target tidak tercapaijam

berikutnya naik mjd 225 ml dan seterusnya.

Rumus Parkland sebagai acuan,bila 2 kali peningkatan jumlah cairan dan

target urin tidak tercapai pikirkan kembali kemungknan kesalahan

penghitungan luas luka bakar atau berat badan

3. Cek Ur/Cr saat px datang pertama ke UGD (+Lab lengkap)

Lanjut cek Ur/Cr 8 jam post resusitasi (+Lab lengkap)

Lanjut cek Ur/Cr 16 jam ke II post resusitasi (+Lab lemgkap)

# Inj Manitol 100 ml Single shot

# Loading Nabic 25 meq/25 cc NaCl 0,9%

4. Post resusitasi 16 jam ke II tambahan terapi NaCl 3% + Albumin 1

flash/24 jam (Meski Albumin dbN untuk menarik cairan)

5. Dosis Cefepim anak 25 mg/kg BB/12jam

Severe infection 50 mg/kg BB/12 jam

PROTOKOL PENANGANAN TEN (fase akut)


Di BURN Unit Sanglah
1. Pemberian cairan kristaloid sesuai formula Parkland , target urin 0,5-1 ml/kg BB
2. Korticosteroid (iv) hanya diberikan hari 1 dan 2 sejak erupsi
3. Hindari obat-obatan yang mencetuskan erupsi

(antibiotik,acetaminophen,antalgin,salisilat,paracetamol dll)
4. Antibiotik sesuain protokol luka bakar dan bila bukti infeksi jelas.
5. Cegah sespsis dengan rawat luka menggunakan bahan netral tanpa mengandung

antibiotik (lomatule,cuticell dll). Antiseptik menggunakan chlorhexidine.Cuci luka

dengan NaCl sebanyak mungkin. Crusta pada genetalia dioleskan vaselin atau

madu dan cuci dengan NaCl sebanyak mungkin.


Rawat luka tertutup tiap 2-3 hari sekali dengan kultur swab dasar luka 2 kali

dalam seminggu.
6. Cukupkan nutrisi,diet cair atau lunak.Luka pada bibir rawat dengan madu,lindungi

mukosa saluran cerna dengan impepsa syrup.


7. Nebulize NaCl untuk menjaga kelembaban saluran nafas.
Koordinator Burn Unit

Dr.dr.Nym Pt Riasa,SpBP-RE(K)
Up dated 20-2-2016-LUC-
Updated 8-1-2017-Adhi-
Jenis cairan KH (Kkal/L) Prot (cc) Na (mEq/L) K (mEq/L) Osm

NaCl 0,9% - - 154 - 305

RL - - 130 4 273

KaEnMg3 400 - 50 20 728

RDS 200 - 147 4 588

Protacol R 200 - 130 4 412

D5% 200 - - - 253

D10% 400 - - - 555

Martos 3% 400 - - - 278

D5 NS 200 - 154 - 578

D5 1/2 NS 200 - 77 - 428

D5 1/4 NS 200 - 38,5 - 353

D10 1/5NS 400 - 31 - 615

Triparen I 912 - 5 45 1.668

Triparen II 1168 - 57,5 45 1.946

Aminofusin L600 400 50 40 30 1.100

Aminofusin TPN 500 25 51,5 30 1100

Aminofusin Paed - 50 30 25 600

Pan Amin G 200 27,2 - - 507

Amiparen 100 - 100 2 - 888

Triofusin 500 500 - - - 700

Triofusin 1000 1000 - - - 1400

Triofusin E1000 1000 - 80 30 1600

Triofusin 1600 1600 - - - 2500

Tutofusin OPS 200 - 100 18 500

Ivelyp 10% 1100 - - - 300

Ivelyp 20% 2000 - - - 270

Kalbamin - 91,13 - - 800

Dextran 40 - - 140 4 273

Aminovel 600 400 50 35 25 1320

Pan Enteral 100g 510 15,3 - -

KH
Jenis Nutrisi Prot Ket
(Kkal/hr)
(gr/hr)
Nasi TKTP I 2.225 65 Susu 1x
TKTP II 2.722 90,7 Susu 2x
B Kasar TKTP I 2.258 78
TKTP II 2.765 99
B Halus TKTP 1.589 52
Gurih 1.609 44
Sonde PE TKTP I 1.700 67 2x650cc
Susu 150 7 250c
Telur 7 Per butir

( 25 +%Luka Bakar ) BSA


EWL per jam=
2

Kebutuhan Faal
Dewasa 30=50cc/KgBB/hr
Anak2
a. 0-1 thn : 100 cc/KgBB/hr
b. 1-3thn : 75 cc/KgBB/hr
c. >3thn : 50 cc/KgBB/hr
d. 10 kg :100 cc/KgBB/hr
e. 10-20kg : d ditambah 50 cc/KgBB/hr
f. >20kg :e ditambah 25 cc/KgBB/hr
Kebutuhan kalori
Dewasa (Curreri)
(25 x BB + (40 x % Luka Bakar )) kkal/hr
Anak2 (Sutherland)
(60 x BB + (35x%Luka Bakar))kkal/hr

Kebutuhan protein : 1-2gr/KgBB/hr


Kebutuhan Na : 2-4mEq/KgBB/hr
Kebutuhan K : 1-3mEq/KgBB/hr

Baxter
Dewasa : 4cc x BB x %LB (Cairan RL)
1/2 diberikan 8 jam I
1/2 diberikan 16 jam berikutnya
Dextran 500-1000cc pada jam ke 16/24 jam

Anak2 :2cc x BB x %LB + Faal


Cairan RL:Dextran = 17:3

Koreksi
1) Hb PRC: 2,5xBBx
WB: 5xBBx
(Max 10cc/BB/hr)
2) Alb 0,8xBBx
(Max 1gr/BB/hr)
3) K (<2) 0,4xBBx
(Max 20mEq/jam, 100mEq/hr)
4) Na (<125) 0,6xBBx
(Max 10mEq/hr)

Anda mungkin juga menyukai