Anda di halaman 1dari 13

PTK : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas XII TSM

SMK Utama Bakti Palembang Melalui Metode Sokratis 09 Oktober 2013 20:53:40
Diperbarui: 24 Juni 2015 06:45:35 Dibaca : 22,719 Komentar : 1 Nilai : 0 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peran dan fungsi guru sangat penting
dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, situasi yang dihadapi guru dalam
melaksanakan pengajaran mempunyai pengaruh besar terhadap proses belajar
mengajar itu sendiri. Dengan demikian, guru sepatutnya peka terhadap berbagai situasi
yang dihadapi, sehingga dapat menyesuaikan pola tingkah lakunya dalam mengajar
dengan situasi yang dihadapi. Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki guru
adalah merencanakan dan melaksanakan proses belajar mengajar. Kemampuan ini
membekali guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar.
Belajar dan mengajar terjadi pada saat berlangsungnya interaksi antara guru dengan
siswa untuk mencapai tujuan pengajaran. Mengingat pentingnya matematika dalam
kehidupan sehari-hari, maka semua materi matematika harus dikuasai dengan baik. Hal
ini ditinjau dari tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar
sampai pendidikan menengah adalah mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi
perubahan keadaan didalam kehidupan dandapat menggunakan matematika dalam
kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Selama ini,
proses pembelajaran yang berlangsung di kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang
masih sedikit sekali yang memperoleh hasil belajar yang memenuhi kriteria ketuntasan
minimal khususnya pada mata pelajaran matematika, walaupun telah banyak dilakukan
penerapan strategi dan metode yang dilakukan. Dalam proses pembelajaran yang telah
dilakukan beberapa model pembelajaran diantaranya metode Tanya-jawab, seluruh
siswa yang menggunakan model tersebut menciptakan suasana di kelas terutama
siswa lebih aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar, tetapi khusus pada kelas XII
TSM siswanya sebagian kecil aktif dan sebagian besar pasif sehingga hasil belajar
sebagian besar tidak tuntas dalam pembelajaran matematika di sekolah. Siswa kurang
aktif bertanya, menanggapi dan menjawab pertanyaan serta hasil belajar siswa pada
mata pelajaran matematika masih rendah dengan nilai rata-rata 73 sedangkan kriteria
ketuntasan minimal yang ditetapkan 75. Gagasan peneliti, motode pembelajaran yang
sesuai untuk memecahkan masalah ini adalah metode sokratis. Metode sokratis hampir
sama dengan Tanya-jawab, maka kegiatan gurupun padametode itu banyak
kesamaannya. Kegiatan guru padametode sokratis yang paling menonjol ialah bertanya
dan memperhatikan jawaban para siswa. Pada metode sokratis isi pertanyaan di
samping berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari, pertanyaan itu berbentuk
pertanyaan kunci untuk mengarahkan cara berpikir para siswa. Dengan pertanyaan
kunci ini diharapkan siswa bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya
dan dapat pula mencari jawaban yang benar. Bila siswa ini memberi jawaban yang
kurang tepat atau salah, maka guru memberi pertanyaan baru yang sifatnya
mengggiring pikiransiswa ini agar sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah
kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Mengingat pada
kelas XII TSM terdiri dari sebagian kecil siswa aktif dan sebagian besar pasif , peneliti
cenderung menggunakan metode sokratis, untuk menciptakan siswa lebih aktif dan
dapat meningkatkan hasil belajar. Maka dari itu penulis tertarik untuk menerapkan
metode sokratisuntuk mengatisipasi kendala yang timbul pada pelaksanaan
pembelajaran Tanya-jawab di kelas XII TSM. Peneliti memperkirakan dengan
penerapan metode sokratis ini dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada
semua siswa kelas XII TSMdan menjadikan pelajaran matematika menjadi pelajaran
yang menyenangkan bagi siswa serta dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Berdasarkan masalah yang dipaparkan di atas peneliti memilih judul penelitian
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Kelas XII TSM SMK
Utama Bakti Palembang Melalui Metode Sokratis . 1.2. Rumusan Masalah Berdasar
latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka masalah pokok dalam penelitian
tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah melalui metode sokratis
dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada kelas XII TSM SMK
Utama Bakti Palembang?. 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan gambaran tentang hasil belajar siswa belajar matematika melalui metode
sokratis. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan
bagi : 1.Guru, sebagai bahan masukan agar menggunakan metode sokratis sebagai
alternatif pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar matematika. 2.Sekolah,
bahan masukkan bagi sekolah menggunakan metode sokratis sebagai metode
pengajaran. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Belajar Dalam melakukan studi tentang
mengajar ataupun belajar, setiap ahli memberi penekanan terhadap aspek tertentu.
Studi tentang mengajar ada yang menekankan pentingnya proses belajar siswa,
adapula yang menekankan kepada peranan guru. Demikian pula tentang belajar, ada
menekankan pada aspek asosiasi (hubungan) antarstimulus-respons. Namun, adapula
yang menekankan pentingnya hasil kognitif. Hal ini membawa pengaruh terhadap
kesimpulan yang diperoleh. Meskipun terjadinya perbedaan dalam pemberian definisi
belajar, tetapi semuanya merupakan perjalanan sejarah yang terus terakumulatif
sebagai wujud adanya pergeseran paradigma dalam pengertian belajar.Pada
pandangan tradisional mengenai belajar lebih berorientasi pada pengembangan
intelektualitas, atau pengembangan otak. Pandangan tradisional memandang bahwa
belajar adalah usaha memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan. Sedangkan pada
pandangan modern mengenai belajar, lebih berorentasi pada perubahan perilaku
secara holistik dan integral. Oleh karena itu, pandangan modern menyatakan bahwa
belajar adalah proses perubahan perilaku mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Adapun yang dimaksud lingkungan mencakup keluarga, sekolah, dan
masyarakat, di mana peserta didik berada (Hanafiah,2009:6). Adapun Slavin (2000:143)
mengemukan : Belajaradalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau
potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Dari kutipan di atas nampak bahwa belajar menuntut seseorang
khususnya siswa diharapkan ada perubahan dalam melakukan proses pembelajaran.
Adapun Djamarah,dkk (2006:11) mengemukan : Belajar adalah proses perubahan
perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan
tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan
meliputi segenapa aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti
mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai
proses dan hasil belajar, keseuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru.
Jadi, hakikatnya belajar adalah perubahan. Dari pendapat di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa belajar pada anak bukan sesuatu yang sepenuhnya tergantung
pada guru melainkan harus keluar dari anak itu sendiri. Adapun faktor-faktor yang
tercermin dari perubahan perilaku dalam proses belajar adalah akibat dari interaksi
dengan lingkungan (Ali,2002:15) : 1.Kesiapan yaitu kapasiti baik fisik maupun mental
untuk melakukan sesuatu. 2.Motivasi yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk
melakukan sesuatu. 3.Tujuan yang ingin dicapai. 2.2 Hasil Belajar Hasil belajar dan
proses belajar, kedua-duanya penting. Di dalam belajar ini, terjadi proses berpikir.
Seseorang dikatakan berpikir bila orang itu melukan kegiatan mental, bukan kegiatan
motorik, walaupun kegiatan motorik ini dapat pula bersama-sama dengan kegiatan
mental tersebut. Dalam kegaiatan mental itu, orang menyusun hubungan-hubungan
antara bagian-bagian informasi yang telah diperoleh sebagai pengertian. Karena itu
orang menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut sehingga
orang itu dapat menampilkan pemahaman dan pengusaan bahan pelajaran yang
dipelajari, inilah merupakan hasil belajar. Cara menilai hasil belajar matematika
biasanya menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar
yang dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Di samping itu tes juga
dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman materi yang telah
dipelajari. Karena itu tes dapat digunakan sebagai penilaian diagnostik, gormatif,
sumatif dan penentuan tingkat pencapaian. Secara agak luas, tes dimaksudkan juga
untuk memberikan motivasi siswa agar mereka memperhatikan pelajaran yang sedang
berlangsung, mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik serta mendorong mereka
agar mereka mampu mengorganisasi materi matematika yang dipelajari
(Hudojo,1990:139). Menurut Djamarah, (2000:95) Hasil belajar adalah proses yang
dilakukan seorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungan sehingga
memperoleh hasil yang dicapai oleh siswa dari test essay yang diberikan. Berdasarkan
pengertian hasil belajar yang dikemukan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa yang
dimaksud hasil belajar dalam penelitian ini adalah nilai yang dicapai siswa setelah diberi
test pada akhir eksperimen. 2.3 Metode Mengajar Matematika Apabila kita ingin
mengajar sesuatu kepada anak / siswa dengan baik dan berhasil pertama-tama yang
harus diperhatikan adalah metode atau cara pendekatan yang akan dilakukan,
sehingga sasaran yang diharapkan dapat tercapai atau terlaksana, karena metode atau
cara pendekatan yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian jika pengetahuan tentang metode dapat mengaplikasikannya dengan
tepat maka sasaran untuk mencapai tujuan akan semakin efektif dan efisien. Metode
mengajar yang diterapkan dalam suatu pengajaran dikatakan efektif bila menghasilkan
sesuatu sesuai dengan yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan tercapai, bila
makin tinggi kekuatannya untuk menghasilkan sesuatu makin efektif metode tersebut.
Sedangkan metode mengajar dikatakan efisien jika penerapannya menghasilkan
sesuatu yang diharapkan itu relatif menggunakan tenaga, usaha pengeluaran biaya,
dan waktu minimum atau semakin kecil tenaga, usaha, biaya dan waktu yang
dikeluarkan semakin efisien metode itu. Metode atau cara atau pendekatan yang
diharapkan dapat terlaksana dengan baik, jika materi yang akan diajarkan dirancang
terlebih dahulu. Dengan kata lain bahwa untuk menerapkan suatu metode atau cara
atau pendekatan delam pengajaran matematika sebelumnya menyusun strategi belajar
mengajar, atau tehnik mengajar dan akhirnya dapat dipilih alat peraga atau media
pelajaran sebagai pendukung materi pelajaran yang akan diajarkan (Simanjuntak,
1993:80-81). Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mengajar matematika pada
prinsipnya berorientasi dengan falsafah pendidikan, berkaitan dengan tujuan
pengajaran dan menggunakan cara belajar siswa aktif serta pemecahan masalah.
Dalam pemecahan masalah menurut Gagne (Simanjuntak,1993:83) mempunyai
beberapa langkah yaitu : 1.Mengubah situasi guru mengajar pada situasi siswa belajar.
2.Dari pengalaman guru kepada pengalaman siswa 3.Dari dunia guru ke dunia siswa
4.Guru menempatkan siswa pada pusat kegiatan belajar membantu mendorong siswa
untuk belajar, bagaimana menyusun pertanyaan, bagaimana membicarakan dan
menemukan jawab-jawaban persoalan. Menerapkan metode mengajar matematika
guru harus dapat memanfaatkan pengalaman-pengalaman alamiah anak / siswa guna
mengembangkan konsep-konsep matematika seperti bilangan, pengukuran, dan
benda-benda lainnya serta dapat memelihara keterampilan yang diperlukan dengan
demikian anak / siswa akan menyenangi matematika karena relavan dengan kehidupan
sehari-hari (Simanjuntak, 1993:84). Dari keterangan di atas untuk memilih strategi
dalam proses belajar menurut Aprina (2006:13) guru harus menguasai teori-teori
mengajar matematika dan menyusun strategi belajar mengajar, misalnya penggunaan
metode mengajar. Pada metode belajar mengajar banyak macam metode yang dapat
digunakan oleh guru diantaranya metode demonstrasi, pemecahan masalah, ,metode
sokratis, metode tanya-jawab, dan sebagainya. 2.4 Metode Sokratis Metode sokratis
diambil dari nama Sokrates. Nama Sokrates diambil sebagai metode sebab metode itu
berasal dari cara Sokrates mengajar murid-muridnya. Pada zaman kuno lembaga
pendidikan formal belum ada. Pendidikan pada waktu dilaksanakan pada tempat-
tempat pertemuan umum, dengan hampir tidak memakai alat belajar sama sekali.
Mereka yaitu guru dan para murid hanya memanfaatkan pikiran, pembicaraan, dan
pendengaran saja dengan ditambah obyek-obyek nyata di alam sebagai contoh dan
peragaan. Dengan demikian Sokrates mengajar murid-muridnya sebagian terbesar
dengan cara bertanya-jawab saja. Telah dikatakan bahwa metode sokratis dan tanya-
jawab hampir sama dalam pelaksanaannya, tetapi yang membedakannya adalah
tekniknya bertanya agak lain dengan teknik bertanya-jawab biasa. Isi pertanyaan
metode sokratis di samping berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari seringkali
berbentuk pertanyaan kunci. Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau
salah, maka guru memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa
ini agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan
seperti ini dapat disebut pertanyaan kunci. Dengan pertanyaan kunci ini diharapkan
siswa bersangkutan sadar akan kesalahannya atau kekeliruannya dan dapat pula
mencari jawaban yang benar. Sebab metode sokratis dengan pertanyaa-pertanyaan
kuncinya berusaha agar siswa sendirilah yang menemukan jawaban itu (Pidarta,
1990:48-53). 2.4.1 Tujuan dan Manfaat Metode Sokratis a.Usaha menggiatkan para
siswa agar aktif berpikir b.Memberikan dorongan kepada siswa yang pasif agar berpikir
dan menjawab pertanyaan guru c.Mengusahakan agar relatif semua siswa dapat
bagian yang sama untuk menjawab pertanyan guru (Pidarta, 1990:49-50). 2.4.2
Kelemahan dan Keuntungan Metode Sokratis Keuntungan Metode Sokratis :
a.Persiapan guru tidak banyak hanya meringkas materi yang akan diajarkan
b.Meningkatkan keaktifan siswa c.Membina siswa untuk lebih berpikir dalam arti siswa
dapat menemukan sendiri jawaban itu sendiri dan guru hanya sebagai fasilator.
Kelemahan Metode Sokratis : a.Teknik bertanya itu adalah merupakan keterampilan
berpikir dan berbicara, keterampilan-keterampilan ini tidak dapat dilatih secara
mendadak b.Keterampilan bisa didapat melalui latihan terus menerus dalam situasi
nyata ketika mengajar para siswa c.Membuat pertanyaan-pertanyaankunci tidaklah
mudah kecuali guru bersangkutan sudah terlatih (Pidarta, 1990:49). 2.4.3 Langkah-
langkah Pelaksanaan Metode Sokratis Langkah-langkah dengan menggunakan metode
sokratis (Pidarta, 1990:53) sebagai berikut : 1.Guru melontarkan pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang dibahas pada hari itu 2.Siswa yang ditunjuk menjawab
pertanyaan itu 3.Bila siswa ini memberi jawaban yang kurang tepat atau salah, maka
guru memberi pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar
bahwa jawaban yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat
disebut pertanyaan kunci. 4.Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru
memberikan pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang
benar ialah dengan cara mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan. 5.Bila siswa
belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan membantu siswa dengan
alat peraga atau membimbing dan diarahkan sehingga siswa menemukan jawaban
yang benar. 6.Bantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di
masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab. 7.Bila dengan bantuan itu
siswa belum juga menemukan jawaban yang benar, maka guru melemparkan
pertanyaan itu kepada siswa lain. Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan
benar, pertanyaan itu dilemparkan lagi kepada siswa lain, demikian seterusnya.
8.Sampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa. 2.5 Pengertian
Matematika Sampai saat ini belum ada kesempatan yang bulat di antara para
matematikawan, apa yang disebut matematika itu. Sasaran penelaahan matematika
tidaklah konkrit, tetapi abstrak. Dengan mengetahui sasaran penelaahan matematika,
dapat mengetahui hakekat matematika yang sekaligus dapat kita ketahui juga cara
berpikir matematik itu. Hubungan yang ada dalam matematika memang bertalian erat
dengan kehidupan sehari-hari misalnya saja tentang kesamaan, lebih besar dan lebih
kecil. Hubungan-hubungan itu kemudian diolah secara logistik deduktif. Karena itu
dapat dikatakan bahwa matematika itu sama saja dengan teori logika deduktif yang
berkenaan dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi materialnya hal-hal yang
ditelaah. Ini mengandung arti bahwa matematika sebagai ilmu mengenai struktur akan
mencakup tentang hubungan pola maupun bentuk seperti yang telah dikemukakan di
atas. Struktur yang ditelaah adalah struktur dari sistem-sistem matematika. Dapat
dikatakan pula, matematika berkenaan dengan ide-ide (gagasan-gagasan), struktur-
struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu
berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Suatu kebenaran matematika dikembangkan
berdasarkan atas alasan logik dengan menggunakan pembuktian deduktif. Matematika
sebagai ilmu mengenai struktur dan hubungan-hubungannya, simbol-simbol diperlukan.
Simbol-simbol itu penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi
yang ditetapkan. Simbulasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan
keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena
adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya sehingga matematika itu konsep-
konsepnya tersusun secara hirarkis. Simbulasi itu akan berarti bila suatu simbol itu
dilandasi suatu ide. Jadi kita harus memahami ide yang terkandung dalam simbol
tersebut. Dengan perkataan lain, ide harus dipahami terlebih dahulu sebelum ide
tersebut disimpulkan (Hudojo, 1990:2-4). Dalam kehidupan sehari-hari istilah
matematika kita gunakan dan juga telah kita kenal sejak sekolah dasar sampai sekolah
menengah atas. Maka dari itu dalam mata pelajaran matematika khususnya dalam
materi pokok bentuk akar. 2.6 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah, landasan
teori, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
Motode sokratis dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran matematika pada
kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang . BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kelas XII TSM SMK Utama
Bakti Palembang dalam semester ganjil tahun pembelajaran 2013/2014 tepatnya pada
tanggal 26 Agustus 2013 sampai tanggal 30 September 2013, pada mata pelajaran
matematika. 3.2 Subjek Penelitian Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas XII
TSM SMK Utama Bakti Palembang. Siswa kelas ini diambil sebagai subjek penelitian
karena di kelas ini terdiri dari sebagian kecil siswa yang aktif dan sebagian besar siswa
yang fasif dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian berdasarkan
pengamatan peneliti sebagai guru matematika di kelas ini melihat rendahnya hasil
belajar siswa. 3.3 Prosedur Penelitian 1.Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan
merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Reseach). 2.Materi Ajar Materi
ajar disesuaikan dengan kurikulum yang dianut di sekolah, yaitu kurikulum tingkat
satuan pendidikan sebagai kurikulum efektif di SMK Utama Bakti Palembang. Materi
pembelajarannya adalah Limit dan Turunan Fungsi. Materi tersebut memiliki standar
kompetensi menggunakan konsep limit fungsi dan turunan fungsi dalam pemecahan
masalah. 3. Lama Tindakan Penelitian tindakan kelas dilaksanakan dalam 2 siklus
dengan setiap siklus diadakan tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan proses
pembelajaran dengan menggunakan motode sokratis. 4.Yang Terlibat dalam Penelitian
Yang terlibat pada penelitian tindakan kelas ini yakni, peneliti sendiri sebagai guru
matematika. 5.Langkah-langkah Penelitian Penelitian tindakan kelas melalui metode
sokratis, pada materi pembelajaran yang berpedoman pada Peraturan Pendidikan No.
22 tahun 2006 sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) yang berlaku di
SMK Utama Bakti Palembang. Setiap siklus secara garis besar dengan langkah-
langkah sebagai berikut : Perencanaa tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan
refleksi , a. Siklus I Penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Penelitian pada siklus I
direncanakan dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, dengan waktu 1 kali pertemuan : (
3 X 45 menit ), pada materi pembelajaran menentukan nilai stasioner. Adapun waktu
pelaksanaan penelitian pada siklus I : Pertemuan pertama: Senin, 26 Agustus 2013
Pertemuan kedua: Selasa, 27 Agustus 2013 Pertemuan ketiga: Senin, 2 September
2013 Sedangkan pelaksanaan kegiatan penelitian mengikuti sistematika sebagai
berikut; perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, evaluasi dan refleksi.
1)Perencanaan Tindakan Pembelajaran pada penelitian ini menggunakan metode
sokratis.Penelitian membuat rencana tindakan seefektif mungkin dengan mengacu
pada pola urutan motode sokratis. Pada penelitian siklus I dilaksanakan pembelajaran
dengan rencana tindakan sebagai berikut : a.Melaksanakan rencana pelaksanaan
pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran b.Membagikan LKS sesuai materi
pembelajaran yang diajarkan c.Menggunakan media pembelajaran. 2)Pelaksanaan
Tindakan Rencana kegiatan yang telah dirancang pada rencana pelaksanaan
pembelajaran, sebagai skenario pembelajaran dilaksanakan dalam proses
membelajarkan siswa di dalam kelas. Setiap tatap muka menggunakan metode sokratis
dengan urutan tindakan sebagai berikut : a.Tindakan guru seminggu sebelumnya :
oMemberitahu siswa untuk mempelajari materi yang berhubungan dengan limit dan
turunan fungsi. oMemberikan bimbingan pada siswa atau mengenalkan metode
pembelajaran yang dipergunakan. b. Pembukaan : 1. Guru menyampaikan : oApersepsi
oMemotivasi siswa oTujuan pembelajaran oKompetensi dadar dan indikator
pembelajaran. c.Kegiatan inti : 1. Guru menyajikan informasi oMenyajikan informasi
kepada siswa lewat bahan bacaan oMembagikan LKS 2.Guru melontarkan pertanyaan
yang berkaitan dengan materi yang dibahas pada hari itu. 3.Menganalisis dan
mengevaluasi oGuru memberikan pertanyaan dan siswa memberikan jawabannya.
oBila jawaban dari siswa tersebut kurang tepat atau salah, maka guru memberikan
pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban
yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut
pertanyaan kunci. Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberi
pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban
yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut
pertanyaan kunci. oSesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan
pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang benar ialah
dengan cara mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan. 4. Kesimpulan oBila siswa
belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan membantu siswa dengan
alat peraga atau membimbing dan diarahkan sehingga siswa menemukan jawaban
yang benar. oBantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di
masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab. oBila dengan bantuan itu
siswa belum juga menemukan jawaban yang benar, maka guru melemparkan
pertanyaan itu kepada siswa lain. Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan
benar, pertanyaan itu dilemparkan lagi kepada siswa lain, demikian seterusnya.
oSampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa. 5.Latihan oGuru
meminta siswa menganalisis contoh soal, sebagai bekal untuk mengerjakan latihan soal
oGuru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal oGuru memberikan penghargaan
kepada siswa dengan kinerja bagus. d.Penutup oMemberitahukan tentang materi
pembelajaran minggu berikutnya oMemberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari
materi berikutnya. 3)Evaluasi Seusai 3 kali pertemuan pembelajaran dengan metode
sokratis, pada hari selasa, tanggal 3 September 2013, siswa diambil data hasil
belajarnya sebagai data pendukung penelitian. Dan untuk mengumpulkan data hasil
belajar siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah dibelajarkan.
4)Refleksi Data yang diperoleh adalah untuk mengevaluasi hasil belajar siswa belajar
matematika setelah proses pembelajaran berlangsung. Pada akhir siklus pertama
dilakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa dari pertemuan satu sampai pertemuan
ke tiga. Hasil refleksi data yang diperoleh pada akhir siklus I berguna untuk menentukan
rencana pada siklus penelitian selanjutnya. b. Siklus II Penelitian siklus II hampir sama
dengan siklus I. Penelitian pada siklus II dilaksanakan pada materi pembelajaran ;
penerapan turunan fungsi (diferensial). Adapun waktu pelaksanaan penelitian pada
siklus II : Pertemuan pertama: Senin, 9 September 2013 Pertemuan kedua: Selasa,
September 2013 Pertemuan ketiga: Senin, 16 September 2013 1)Perencanaan
Tindakan Perencanaan pembelajaran pada siklus II hampir sama dengan siklus I,
Adapun sistematika rencana tindakannya adalah sebagai berikut : a.Melaksanakan
rencana pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran b.Membagikan
LKS sesuai materi pembelajaran yang diajarkan c.Menggunakan media pembelajaran.
2)Pelaksanaan Tindakan Rencana kegiatan yang telah dirancang pada rencana
pelaksanaan pembelajaran, sebagai skenario pembelajaran dilaksanakan dalam proses
membelajarkan siswa di dalam kelas. Setiap tatap muka menggunakan metode sokratis
dengan urutan tindakan hampir sama dengan siklus I sebagai berikut : a.Tindakan guru
seminggu sebelumnya : oMemberitahu siswa untuk mempelajari materi yang
berhubungan dengan limit dan turunan fungsi. oMemberikan bimbingan atau arahan
pada siswa untuk memahami materi yang telah diberikan sebelumnya melalui metode
pembelajaran yang dipergunakan. b. Pembukaan : 1. Guru menyampaikan : oApersepsi
oMemotivasi siswa oTujuan pembelajaran oKompetensi dadar dan indikator
pembelajaran. c.Kegiatan inti : 1. Guru menyajikan informasi oMenyajikan informasi
kepada siswa lewat bahan bacaan oMembagikan LKS 2.Guru melontarkan pertanyaan
yang berkaitan dengan materi yang dibahas pada hari itu. 3.Menganalisis dan
mengevaluasi a.Guru memberikan pertanyaan dan siswa memberikan jawabannya. b.
Bila jawaban dari siswa tersebut kurang tepat atau salah, maka guru memberikan
pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban
yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut
pertanyaan kunci. Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberi
pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban
yang diberikannya adalah kurang tepat. Pertanyaan seperti ini dapat disebut
pertanyaan kunci. c.Sesudah siswa sadar bahwa ia keliru, maka guru memberikan
pertanyaan kunci lagi, namun kini kunci untuk mencari jawaban yang benar ialah
dengan cara mengarahkan pemikiran siswa bersangkutan. 4. Kesimpulan oBila siswa
belum juga dapat menjawab dengan benar, maka guru akan membantu siswa dengan
alat peraga atau membimbing dan diarahkan sehingga siswa menemukan jawaban
yang benar. oBantuan di atas dapat pula dilengkapi dengan contoh-contoh nyata di
masyarakat seperti halnya dengan pada metode tanya-jawab. oBila dengan bantuan itu
siswa belum juga menemukan jawaban yang benar, maka guru melemparkan
pertanyaan itu kepada siswa lain. Bila siswa ini belum juga bisa menjawab dengan
benar, pertanyaan itu dilemparkan lagi kepada siswa lain, demikian seterusnya.
oSampai suatu saat jawaban itu dapat diketemukan sendiri oleh siswa. 5.Latihan oGuru
meminta siswa menganalisis contoh soal, sebagai bekal untuk mengerjakan latihan soal
oGuru meminta siswa untuk mengerjakan latihan soal oGuru memberikan penghargaan
kepada siswa dengan kinerja bagus. d.Penutup oMemberitahukan tentang materi
pembelajaran minggu berikutnya oMemberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari
materi berikutnya. 3)Evaluasi Seusai 3 kali pertemuan pembelajaran dengan metode
sokratis, pada hari selasa, tanggal 17 September 2013, siswa diambil data hasil
belajarnya sebagai data pendukung penelitian. Dan untuk mengumpulkan data hasil
belajar siswa dipergunakan soal test pada materi pembelajaran yang telah dibelajarkan.
4)Refleksi Berdasarkan temuan refleksi pada siklus kedua menjadi bahan untuk
mengetahui sejauh mana penelitian tindakan kelas melalui metode sokratis di kelas XII
TSM, dapat meningkatkan hasil belajar siswa matematika. 7. Teknik Analisa Data Teknik
analisa data menggunakan rumus statistik yaitu dengan rumus rata-rata sebagai berikut
: x= ( Sudjana, 2002:267) Keterangan : x= Nilai rata-rata fi= frekuensi untuk nilai xi yang
bersesuaian xi= Nilai hasil test. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel untuk
lebih memudahkan dalam membaca data memprediksikan apa kesimpulan dari
perlakuan yang diberikan. 8. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan pada
pnelitian tindakan kelas ini adalah melihat hasil belajar siswa dari hasil test yang
diberikan setelah 3 kali pertemuan per siklusnya. Sesuai dengan teknik pengumpulan
data, maka peneliti dalam menganalisis nilai tes siswa menggunakan rumus sebagai
berikut : oRumus yang dipakai untuk penghitungan skor butir soal (SBS) adalah : SBS =
x c( Depdiknas, 2004:46 ) Keterangan : SBS = skor butir soal a= skor mentah yang
diperoleh peserta didik untuk butir soal b= skor mentah maksimum soal c= bobot soal.
oSetelah diperoleh skor butir soal (SBS) maka dapat dihitung total skor butir soal
berbagai skor peserta didik (STP) untuk serangkaian soal dalam tes yang
bersangkutan, dengan menggunakan rumus : STP = ( Depdiknas, 2004:46 )
Keterangan : STP = skor total peserta SBS = skor butir soal. BAB IV HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Siklus I Hasil penelitian yang
diperoleh pada siklus I, berupa tiga jenis data yang memuat hasil belajar siswa selama
tiga kali pertemuan dengan menggunakan pre test dan satu jenis data hasil belajar
siswa sebagai data pendukung penelitian yang diadakan setelah penelitian siklus I
berakhir (post test). 4.1.1 Data Hasil Belajar Siswa Belajar Matematika pada Akhir
Siklus I Data hasil belajar siswa merupakan data pendukung pada penelitian tindakan
kelas yang mengacu pada hasil belajar siswa. Berdasarkan data hasil belajar siswa
yang dilakukan pada akhir siklus I, maka diperoleh Tabel 1 sebelum dibentuk tabel
frekuensi terlebih dahulu ditentukan : Nilai tertinggi : 100 Nilai terendah : 61 Rentang=
Nilai tertinggi nilai terendah = 100 61 = 39 Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n = 1
+ 3,3 log 32 = 1 + 3,3 (1,505) = 5,9665, dibulatkan menjadi 6. Panjang kelas interval = =
= 6,5. 7. Setelah rentang, banyak kelas interval dan panjang kelas interval diketahui,
maka data tersebut disusun distribusi frekuensi. Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hasil
Belajar Siswa Kelas XII TSM pada Akhir Siklus I Yang Diajar Dengan Metode Sokratis
Nilai fi xi xi2 fixi fixi2 61-67 6 64 4096 384 24576 68-74 10 71 5041 710 50410 75-81 10
78 6084 780 60840 82-88 5 85 7225 425 36125 89-95 - 92 8464 0 0 96-102 1 99 9801
99 9801 Jumlah = 32 - - = 2398 = 181752 Dari data di atas dapat ditentukan rata-rata
( x ) sebagai berikut : x= x= x= 74,94 = 75 s2 = n s2 = s2 = s2 = s2 = 66,189 s= = 8,135.
Jadi, rata-rata untuk data hasil belajar siswa yang diajar dengan metode sokratis adalah
75 dengan simpangan baku adalah 8,135. Berdasarkan data diatas maka dapat
disimpulkan bahwa, dari hasil rata-rata pada tes akhir terlihat bahwa hasil belajar
matematika siswa kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang telah memenuhi standar
ketuntasan belajar minimum 75. Nilai siswa tidak menyebar merata, sebagian besar
berada pada kisaran 75-81 dengan nilai rata-rata 75, maka dapat dikatakan pada siklus
I belum optimal dan oleh karena itu perlu ditingkatkan. 4.1.2 Refleksi Siklus I
Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan pembelajaran ditemukan hal-hal
seperti di bawah ini : 1.Penjelasan dan pelayanan guru dengan metode sokratis
merupakan barang baru bagi siswa, sehingga kesiapan siswa masih kurang. 2.Minat
dan motivasi belajar meningkat walaupun disini masih kelihatan guru kerepotan
mengarahkan dan menggiring siswa untuk memberikan jawaban yang tepat saat diberi
pertanyaan. 3.Sebagian kecil siswa yang pasif atau kurang mengikuti jalannya proses
belajar. 4.Masih ada siswa yang masih kurang mengerti atau lambat menangkap
pelajaran yang disampaikan. Dan juga memberikan jawaban ketika diberi pertanyaan.
5.Tingkat keberhasilan dari hasil belajar siswa dengan menggunakan metode sokratis
mengalami peningkatan dilihat dari nilai rata-rata setiap pertemuan. 4.2 Hasil Penelitian
Siklus II Sama halnya dengan penelitian pada siklus I, hasil penelitian yang diperoleh
pada siklus II, berupa tiga jenis data yang memuat hasil belajar siswa selama tiga kali
pertemuan dan satu jenis data hasil belajar sebagai data pendukung penelitian yang
diadakan setelah penelitian siklus II berakhir. 4.2.1 Data Hasil Belajar Siswa Belajar
Matematika pada Akhir Siklus II Data hasil belajar siswa merupakan data pendukung
pada penelitian tindakan kelas yang mengacu pada hasil belajar siswa. Berdasarkan
data hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir siklus II, maka diperoleh Tabel 2
sebelum dibentuk tabel frekuensi terlebih dahulu ditentukan : Nilai tertinggi : 100 Nilai
terendah : 61 Rentang= Nilai tertinggi nilai terendah = 100 61 = 39 Banyak kelas
interval = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 32 = 1 + 3,3 (1,505) = 5,9665, dibulatkan menjadi
6. Panjang kelas interval = = = 6,5. 7. Setelah rentang, banyak kelas interval dan
panjang kelas interval diketahui, maka data tersebut disusun distribusi frekuensi. Tabel
2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas XII TSM pada Akhir Siklus II Yang
Diajar Dengan Metode Sokratis Nilai fi xi xi2 fixi fixi2 61-67 1 64 4096 64 4096 68-74 10
71 5041 710 50410 75-81 10 78 6084 780 60840 82-88 5 85 7225 425 36125 89-95 5
92 8464 460 42320 96-102 1 99 9801 99 9801 Jumlah = 32 - - = 2538 = 203592 Dari
data di atas dapat ditentukan rata-rata ( x ) sebagai berikut : x= x= x= 79,31 = 79 s2 = n
s2 = s2 = s2 = s2 = 74,09 s= = 8,61. Jadi, rata-rata untuk data hasil belajar siswa yang
diajar dengan metode sokratis adalah 79 dengan simpangan baku adalah 8,61.
Berdasarkan data diatas maka dapat disimpulkan bahwa, dari hasil rata-rata pada tes
akhir siklus II terlihat bahwa hasil belajar matematika siswa kelas XII TSM SMK Utama
Bakti Palembang telah memenuhi standar ketuntasan belajar minimum 75. Nilai siswa
menyebar merata dengan nilai rata-rata 79, maka dapat dikatakan pada siklus II hasil
belajar siswa sudah dapat dikatakan telah optimal. 4.2.2 Refleksi Siklus II Secara umum
hasil belajar siswa belajar matematika pada siklus kedua mengalami meningkat
dibandingkan dengan siklus pertama. Pada siklus kedua ini tampak siswa mengalami
peningkatan pemahaman materi yang dipelajari. Kemampuan siswa mengembangkan
materi lebih luas tampak dari hasil karya yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan siswa
sudah memahami bagaimana belajar dengan metode sokratis.Berdasarkan hasil
pengamatan dari pelaksanaan pembelajaran pada siklus kedua ditemukan hal-hal
seperti di bawah ini : Siswa lebih aktif dan lebih berani dalam bertanya dan memberikan
jawaban bila diberikan pertanyaan. Siswa merasa nyaman dan tidak merasa canggung
sehingga menumbuhkan semangat atau motivasi siswa. Siswa sudah terbiasa dengan
metode sokratis, sehingga keberlangsungan pembelajaran sudah sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran. Pemberian penghargaan kepada siswa yang
mempunyai hasil belajar terbesar menumbuhkan semangat dan mendorong terhadap
penguasaan materi. 4.3Pembahasan Dari hasil belajar yang telah dilaksanakan pada
siswa kelas XII TSMdalam menyelesaikan soal tes matematika yang berbentuk soal
essay pada pokok bahasan penerapan turunan fungsi pada materi pokok limit dan
turunan fungsi yang telah diajarkan dengan metode sokratis telah mendapatkan hasil
belajar yang lebih baik dan mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari hasil data
yang diperoleh mengenai hasil belajar siswa selama diajar dengan metode sokratis.
Dari hasil data didapat nilai rata-rata untuk siswa yang diajar dengan metode sokratis
pada siklus I adalah 75 dan nilai rata-rata siswa yang diajar dengan metode sokratis
pada siklus II adalah 79. Hasil belajar siswa pada siklus I dan siklus II dapat dilihat pada
Tabel 3 seperti di bawah ini : Tabel 3. Data Rata-rata Hasil Belajar Siswa, dan
Peningkatannya. Nilai Rata-rata Akhir Siklus I 75 Akhir Siklus II 79 Peningkatan 4 Hasil
belajar siswa yang diajar dengan metode sokratis dapat meningkatkan siswa lebih aktif
dan kreatif berpikir dalam proses belajar mengajar, sehingga membuat siswa mudah
ingat dan paham akan konsep, dalil, prinsip dan rumus. Hal ini karena siswa dibimbing
dengan materi pertanyaa-pertanyaan kunci, sehingga mereka benar-benar paham,
mengerti dengan konsep, prinsip, dan akhirnya terampil dalam menyelesaikan soal-
soal. Siswa yang diajar dengan metode sokratis membuat siswa lebih aktif dalam
proses belajar mengajar dan dapat meningkatkan semangat belajar siswa di kelas
terutama siswa yang kurang aktif membuat siswa jadi aktif, hal ini disebabkan siswa
dibimbing dan diarahkan, sehingga mereka paham dan mengerti. BAB V PENUTUP
5.1Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan danberdasarkan hasil
penelitian, maka dapat ditarik kesimpulkan : Jika pada siswa kelas XII TSM SMK
Utama Bakti Palembang dilakukan proses pembelajaran dengan metode sokratis maka
akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa belajar matematika. 5.2Saran Untuk
menyempurnakan hasil yang diperoleh dalam penenelitian ini maka perlu dajukan
beberapa saran seberikut : 1.Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk kelas yang
berbeda, karena pada kelas XII TSM SMK Utama Bakti Palembang kemampuan siswa
hampir merata sama sehingga kesulitan menentukan yang lebih aktif dan kreatif dalam
berpikir. 2.Perlu dilakukan pelatihan dalam menggunakan metode sokratis untuk
menamba penguasaan materi yang lebih mendalan, sehingga dampaknya dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Ali, Muhammad, 2002. Guru
Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru. Djamarah, Syaiful, Bahri, 2000.
Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah,
Syaiful, Bahri, dkk, 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Depdiknas,
2004. Pedoman Umum Pengembangan Penilaiaan. Yogyakarta : Depdiknas. Hudojo,
Herman, 1990. Strategi Mengajar Belajar Matematika. Malang : IKIP. Hanafiah, 2009.
Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara. ., 2013. Definisi Belajar.
(www.Goegle. Diakses tanggal 25 September 2013 ). Aprina, Nera, 2006. Perbandingan
Metode Sokratis dan Tanya-Jawab Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas X
SMA PGRi 2 Palembang. Palembang : UNIV. PGRI Pidarta, Made, 1990. Cara Belajar
Mengajar di Universitas Negara Maju. Jakarta : Bumi Aksara. Simanjuntak, Lisnawaty,
dkk, 1993. Metode Mengajar Matematika. Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, 2002.
Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/153082/ptk-meningkatkan-hasil-belajar-
siswa-mata-pelajaran-matematika-kelas-xii-tsm-smk-utama-bakti-palembang-melalui-
metode-sokratis_5528665d6ea83462128b457d

Anda mungkin juga menyukai