Anda di halaman 1dari 23

TEKNIK CUCI TANGAN BEDAH

A. Pengertian
Menggunakan sarung tangan steril merupakan komponen kunci dalam meminimalkan
penularan penyakit serta mempertahankan lingkungan bebas infeksi.

B. Tujuan
Mengurangi resiko petugas infeksi bacterial dari klien
Mencegah penularan flora kulit petugas pada klien
Mengurangi kontaminasi tangan petugas dengan mikroorganisme yang dapat berpindah dari
klien satu ke klien yang lainnya

C. Prosedur pelaksanaan
1. Persiapan Alat
Sarung tangan steril
Wastafel atau air mengalir untuk cuci tangan
Sabun
Handuk bersih
2. Pelaksanaan
a. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
b. Lepaskan aksesoris yang ada di tangan seperti cincin, jam tangan dan gelang.
c. Mulai mencuci tangan, usahakan agar menerapkan 7 langkah cuci tangan. Kemudian keringakan
tangan dengan handuk bersih.
d. Buka pembungkus kemasan bagian luar dengan hati hati menyibakkan ke samping.
e. Pegang kemasan bagian dalam dan taruh pada permukaan datar yang bersih tepat diatas
ketinggian pergelangan tangan.
f. Buka kemasan, pertahankan sarung tangan pada permukaan dalam pembungkus.
g. Identifikasi sarung tangan kanan dan kiri. Setiap sarung tangan mempunyai manset kurang lebih
5 cm (2 inci). Kenakan sarung tangan pada sarung tangan yang lebih dominan.
h. Dengan ibu jari dan dua jari lainnya dari tangan non dominan, pegang tepi manset sarung tangan
untuk tangan dominan. Sentuh hanya pada permukaan dalam sarung tangan.
i. Tarik sarung tangan pada tangan yang dominan, lebarkan manset, pastikan bahwa manset tidak
menggulung pada tangan, pastikan juga ibu jari dan jari jari pada posisi yang tepat.
j. Dengan tangan yang telah memakai sarung tangan, masukkan jari di bawah manset sarung
tangan kedua.
k. Tarik sarung tangan kedua pada tangan yang non dominan. Jangan biarkan jari jari dan ibu jari
sarung tangan yang dominan menyentuh bagian tangan non dominan yang terbuka. Pertahankan
ibu jari sarung tangan non dominan abduksi ke belakang.
l. Jika sarung tangan kedua telah terpasang cakupkan kedua tangan, manset biasanya terbuka saat
pemasangan. Pastikan untuk menyentuh bagian yang steril.
PROSEDUR DRAPPING

Yang dimaksud dengan draping adalah suatu prosedur mrnutup pasien yang sudah berada
diatas meja operasi dengan menggunakan alat tenunsteril, dengan tujuan memberi batas
tegas daerah steril pada daerah pembedahan setelah daerah kulit dilakukan desinfeksi.
Pemakaian kain steril tidak hanya meliputi pasien dan daerah pembedahan tapi juga
meliputi semua permukaan dimana alat-alat steril diletakkan

1. Alat Tenun
a. Syarat umum :
Bahan terbuat dari katun 100%
Warna bahan tidak mencolok untuk mencegah kelelaha mata
Warna khusus (hijau tua, biru). Berbeda dengan yang dipakai diruang perawatan

Prinsip Draping
Dock steril harus dengan ukuran yang tepat tanpa mendekati lantai.
Sekitar lantai tidak boleh ada genangan air
Hindari mengibas alat tenun steril terlalu tinggi sehingga dapat menyentuh alat lampu /
alat lain
Lindungi sarung tangan dengan cara meletakkan tangan dibawah lipatan pada saat
draping, hindari menyentuh kulit pasien
Jika pemasangan alat tenun steril sudah selesai dan ada yang jatuh dibawa batas pinggang
jangan diambil

Jika ragu-ragu terhadap sterilitas alat tenun maka alat tenun tersebut harus sudah
dinyatakan terkontaminasi
Setiap bagian doek steril yang berada dibawah batas pinggang sudah dianggap
terkontaminasi
Pegang doek steril sesedikit mungkin
MONITORING OPERATIVE

I. PENGERTIAN

Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif


yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir
ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk dilakukan tindakan pembedahan.

Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan
berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan.

Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra
operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan
berakhir sampai evaluasi selanjutnya

II. PRE OPERATIF

Persiapan pembedahan dapat dibagi menjadi 2 bagian, yang meliputi persiapan


psikologi baik pasien maupun keluarga dan persiapan fisiologi (khusus pasien).

A. Persiapan Psikologi
Terkadang pasien dan keluarga yang akan menjalani operasi emosinya tidak stabil.
Hal ini dapat disebabkan karena :

1. Takut akan perasaan sakit, narcosa atau hasilnya.


2. Keadaan sosial ekonomi dari keluarga.
Penyuluhan merupakan fungsi penting dari perawat pada fase pra bedah dan dapat
mengurangi cemas pasien. Hal-hal dibawah ini penyuluhan yang dapat diberikan
kepada pasien pra bedah.

Penjelasan tentang peristiwa


Informasi yang dapat membantu pasien dan keluarganya sebelum operasi :

- Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi (alasan persiapan).


- Hal-hal yang rutin sebelum operasi.
- Alat-alat khusus yang diperlukan
- Pengiriman ke ruang bedah.
- Ruang pemulihan.
- Kemungkinan pengobatan-pengobatan setelah operasi :
Perlu peningkatan mobilitas sedini mungkin.
Perlu kebebasan saluran nafas.
Antisipasi pengobatan.
Bernafas dalam dan latihan batuk
Latihan kaki
Mobilitas
Membantu kenyamanan
B. Persiapan Fisiologi

1. Diet 8 jam menjelang operasi pasien tidak diperbolehkan makan, 4 jam sebelum
operasi pasien tidak diperbolehkan minum, (puasa) pada operasi dengan
anaesthesi umum.

Pada pasien dengan anaesthesi lokal atau spinal anaesthesi makanan ringan
diperbolehkan. Bahaya yang sering terjadi akibat makan/minum sebelum
pembedahan antara lain :

- Aspirasi pada saat pembedahan


- Mengotori meja operasi.
- Mengganggu jalannya operasi.

2. Persiapan Perut.
Pemberian leuknol/lavement sebelum operasi dilakukan pada bedah saluran
pencernaan atau pelvis daerah periferal. Untuk pembedahan pada saluran
pencernaan dilakukan 2 kali yaitu pada waktu sore dan pagi hari menjelang operasi.

Maksud dari pemberian lavement antara lain :

- Mencegah cidera kolon


- Memungkinkan visualisasi yang lebih baik pada daerah yang akan dioperasi.
- Mencegah konstipasi.
- Mencegah infeksi.

3. Persiapan Kulit
Daerah yang akan dioperasi harus bebas dari rambut. Pencukuran dilakukan pada
waktu malam menjelang operasi. Rambut pubis dicukur bila perlu saja, lemak dan
kotoran harus terbebas dari daerah kulit yang akan dioperasi. Luas daerah yang
dicukur sekurang-kurangnya 10-20 cm2.

4. Hasil Pemeriksaan
Meliputi hasil laboratorium, foto roentgen, ECG, USG dan lain-lain.

5. Persetujuan Operasi / Informed Consent


Izin tertulis dari pasien / keluarga harus tersedia. Persetujuan bisa didapat dari
keluarga dekat yaitu suami / istri, anak tertua, orang tua dan kelurga terdekat.

Pada kasus gawat darurat ahli bedah mempunyai wewenang untuk melaksanakan
operasi tanpa surat izin tertulis dari pasien atau keluarga, setelah dilakukan
berbagai usaha untuk mendapat kontak dengan anggota keluarga pada sisa waktu
yang masih mungkin.

C. Persiapan Akhir Sebelum Operasi Di Kamar Operasi (Serah terima


dengan perawat OK)
1. Mencegah Cidera
Untuk melindungi pasien dari kesalahan identifikasi atau cidera perlu dilakukan hal
tersebut di bawah ini :

Cek daerah kulit / persiapan kulit dan persiapan perut (lavement).


Cek gelang identitas / identifikasi pasien.
Lepas tusuk konde dan wig dan tutup kepala / peci.
Lepas perhiasan
Bersihkan cat kuku.
Kontak lensa harus dilepas dan diamankan.
Protesa (gigi palsu, mata palsu) harus dilepas.
Alat pendengaran boleh terpasang bila pasien kurang / ada gangguan pendengaran.
Kaus kaki anti emboli perlu dipasang pada pasien yang beresiko terhadap
tromboplebitis.
Kandung kencing harus sudah kosong.
Status pasien beserta hasil-hasil pemeriksaan harus dicek meliputi ;
- Catatan tentang persiapan kulit.
- Tanda-tanda vital (suhu, nadi, respirasi, TN).
- Pemberian premedikasi.
- Pengobatan rutin.
- Data antropometri (BB, TB)
- Informed Consent
- Pemeriksan laboratorium.

2. Pemberian Obat premedikasi


Obat-obat pra anaesthesi diberikan untuk mengurangi kecemasan, memperlancar
induksi dan untuk pengelolaan anaesthesi. Sedative biasanya diberikan pada
malam menjelang operasi agar pasien tidur banyak dan mencegah terjadinya
cemas.

Pengkajian Keperawatan Pra Bedah


A. Data Subyektif
i. Pengetahuan dan Pengalaman Terdahulu.
Pengertian tentang bedah yang duanjurkan
1. Tempat
2. Bentuk operasi yang harus dilakukan.
3. Informasi dari ahli bedah lamanya dirawat dirumah sakit, keterbatasan setelah di
bedah.
4. Kegiatan rutin sebelum operasi.
5. Kegiatan rutin sesudah operasi.
6. Pemeriksaan-pemeriksaan sebelum operasi.
Pengalaman bedah terdahulu
1. Bentuk, sifat, roentgen
2. Jangka waktu

Kesiapan Psikologis Menghadapi Bedah


Penghayatan-penghayatan dan ketakutan-ketakutan menghadapi bedah yang
dianjurkan.
Metode-metode penyesuaian yang lazim.
Agama dan artinya bagi pasien.
Kepercayaan dan praktek budaya terhadap bedah.
Keluarga dan sahabat dekat
- Dapat dijangkau (jarak)
- Persepsi keluarga dan sahabat sebagai sumber yang memberi bantuan.
Perubahan pola tidur
Peningkatan seringnya berkemih.

Status Fisiologi
Obat-obat yang dapat mempengaruhi anaesthesi atau yang mendorong komplikasi-
komplikasi pascabedah.
Berbagai alergi medikasi, sabun, plester.
Penginderaan : kesukaran visi dan pendengaran.
Nutrisi : intake gizi yang sempurna (makanan, cairan) mual, anoreksia.
Motor : kesukaran ambulatori, gerakan tangan dan kaki, arthritis, bedah orthopedi
yang terdahulu (penggantian sendi, fusi spinal).
Alat prothesa : gigi, mata palsu, dan ekstremitas.
Kesantaian : bisa tidur, terdapat nyeri atau tidak nyaman, harapan mengenai
terbebas dari nyeri setelah operasi.

B. Data Obyektif

Pola berbicara : mengulang-ulang tema, perubahan topik tentang perasaan


(cemas), kemampuan berbahasa Inggris.
Tingkat interaksi dengan orang lain.
Perilaku : gerakan tangan yang hebat, gelisah, mundur dari aktifitas yang sibuk
(cemas).
Tinggi dan berat badan.
Gejala vital.
Penginderaan : kemampuan penglihatan dan pendengaran.
Kulit : turgor, terdapat lesi, merah atau bintik-bintik.
Mulut : gigi palsu, kondisi gigi dan selaput lendir.
Thorak : bunyi nafas (terdapat, sisanya) pemekaran dada, kemampuan bernafas
dengan diafragma, bunyi jantung (garis dasar untuk perbandingan pada pasca
bedah).
Ekstremitas : kekuatan otot (terutama) kaki, karakteristik nadi perifer sebelum
bedah vaskuler atau tubuh.
Kemampuan motor : adalah keterbatasan berjalan, duduk, atau bergerak di tempat
duduk, koordinasi waktu berjalan.

Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul


1. Takut
2. Cemas
3. Resiko infeksi
4. Resiko injury
5. Kurang pengetahuan
INTRA OPERATIF

Anggota Tim Asuhan Keperawatan Intra Operatif


Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam dua bagian.
Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan tidak steril :

A. Anggota steril
1. Ahli bedah utama / operator
2. Asisten ahli bedah.
3. Scrub Nurse / Perawat Instrumen

B. Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari :


1. Ahli atau pelaksana anaesthesi.
2. Perawat sirkulasi
3. Anggota lain (teknisi yang mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).

Prinsip Tindakan Keperawatan Selama Pelaksanaan Operasi.


A. Persiapan Psikologis Pasien
B. Pengaturan Posisi
Posisi diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan keadaan
psikologis pasien.

Faktor yang penting untuk diperhatikan dalam pengaturan posisi pasien adalah :
1. Letak bagian tubuh yang akan dioperasi.
2. Umur dan ukuran tubuh pasien.
3. Tipe anaesthesia yang digunakan.
4. Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan (arthritis).

Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien :


1. Atur posisi pasien dalam posisi yang nyaman.
2. Sedapat mungkin jaga privasi pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya
ditutup dengan duk.
3. Amankan pasien diatas meja operasi dengan lilitan sabuk yang baik yang
biasanya dililitkan diatas lutut. Saraf, otot dan tulang dilindungi untuk menjaga
kerusakan saraf dan jaringan.
4. Jaga pernafasan dan sirkulasi vaskuler pasien tetap adekuat, untuk meyakinkan
terjadinya pertukaran udara.
5. Hindari tekanan pada dada atau bagain tubuh tertentu, karena tekanan dapat
menyebabkan perlambatan sirkulasi darah yang merupakan faktor predisposisi
terjadinya thrombus.
6. Jangan ijinkan ekstremitas pasien terayun diluar meja operasi karena hal ini
dapat melemahkan sirkulasi dan menyebabkan terjadinya kerusakan otot.
7. Hindari penggunaan ikatan yang berlebihan pada otot pasien.
8. Yakinkan bahwa sirkulasi pasien tidak berhenti ditangan atau di lengan.
9. Untuk posisi litotomi, naikkan dan turunkan kedua ekstremitas bawah secara
bersamaan untuk menjaga agar lutut tidak mengalami dislokasi.

Membersihkan dan Menyiapkan Kulit.


Penutupan Daerah Steril
Mempertahankan Surgical Asepsis
Menjaga Suhu Tubuh Pasien dari Kehilangan Panas Tubuh
Monitor dari Malignant Hyperthermia
Penutupan luka pembedahan
Perawatan Drainase
Pengangkatan Pasien Ke Ruang Pemulihan, ICU atau PACU.

Pengkajian
Sebelum dilakukan operasi
a. Pengkajian psikososial
- Perasaan takut / cemas
- Keadaan emosi pasien
b. Pengkajian Fisisk
- Tanda vital : TN, N, R, Suhu.
- Sistem integumentum
Pucat
Sianosis
Adakah penyakit kulit di area badan.
- Sistem Kardiovaskuler
Apakah ada gangguan pada sisitem cardio ?
Validasi apakah pasien menderita penyakit jantung ?
Kebiasaan minum obat jantung sebelum operasi.
Kebiasaan merokok, minum alcohol
Oedema
Irama dan frekuensi jantung.
Pucat
- Sistem pernafasan
Apakah pasien bernafas teratur ?
Batuk secara tiba-tiba di kamar operasi.
- Sistem gastrointestinal
Apakah pasien diare ?
- Sistem reproduksi
Apakah pasien wanita mengalami menstruasi ?
- Sistem saraf
Kesadaran ?
- Validasi persiapan fisik pasien
Apakah pasien puasa ?
Lavement ?
Kapter ?
Perhiasan ?
Make up ?
Scheren / cukur bulu pubis ?
Pakaian pasien / perlengkapan operasi ?
Validasi apakah pasien alaergi terhadap obat ?

Selama dilaksanakannya operasi


Hal-hal yang dikaji selama dilaksanakannya operasi bagi pasien yang diberi
anaesthesi total adalah yang bersifat fisik saja, sedangkan pada pasien yang diberi
anaesthesi lokal ditambah dengan pengkajian psikososial.

Secara garis besar hal-hal yang perlu dikaji adalah :

a. Pengkajian mental
Bila pasien diberi anaesthesi lokal dan pasien masih sadar / terjaga maka sebaiknya
perawat menjelaskan prosedur yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi
dukungan agar pasien tidak cemas/takut menghadapi prosedur tersebut.

b. Pengkajian fisik
- Tanda-tanda vital
(Bila terjadi ketidaknormalan tanda-tanda vital dari pasien maka perawat harus
memberitahukan ketidaknormalan tersebut kepada ahli bedah).

- Transfusi
(Monitor flabot transfusi sudah habis apa belum. Bila hampir habis segera diganti
dan juga dilakukan observasi jalannya aliran transfusi).

- Infus
(Monitor flabot infuse sudah habis apa belum. Bila hampir habis harus segera
diganti dan juga dilakukan observasi jalannya aliran infuse).

- Pengeluaran urin
Normalnya pasien akan mengeluarkan urin sebanyak 1 cc/kg BB/jam.

MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM MUNCUL


Diagnosa keperawatan yang mungkin sering muncul pada pasien selama
pelaksanaan operasi adalah sebagai berikut :

1. Cemas
2. Resiko perlukaan/injury
3. Resiko penurunan volume cairan tubuh
4. Resiko infeksi
5. Kerusakan integritas kulit

iv. Fase Pasca Anaesthesi


Periode segera sesudah anaesthesi adalah gawat. Pasien harus diamati dengan jeli
dan harus mendapat bantuan fisik dan psikologis yang intensif sampai pengaruh
utama dari anaesthesi mulai berkurang dan kondisi umum mulai stabil.

Banyaknya asuhan keperawatan yang dilaksanakan segera setelah periode pasca


anaesthesi tergantung kepada prosedur bedah yang dilakukan. Hal-hal yang harus
diperhatikan meliputi :

Mempertahankan ventilasi pulmonari


1. Berikan posisi miring atau setengah telungkup dengan kepala tengadah
kebelakang dan rahang didorong ke depan pada pasien sampai reflek-reflek
pelindung pulih.

2. Saluran nafas buatan.


Saluran nafas pada orofaring biasanya terpasang terus setelah pemberian
anaesthesi umum untuk mempertahankan saluran tetap terbuka dan lidah kedepan
sampai reflek faring pulih. Bila pasien tidak bisa batuk dan mengeluarkan dahak
dan lendir harus dibantu dengan suction.

3. Terapi oksigen
O2 sering diberikan pada pasca operasi, karena obat anaesthesi dapat
menyebabkan lyphokhemia. Selain pemberian O2 harus diberikan latihan nafas
dalam setelah pasien sadar.

Mempertahankan sirkulasi.
Hipotensi dan aritmia adalah merupakan komplikasi kardiovaskuler yang paling
sering terjadi pada pasien post anaesthesi.

Pemantauan tanda vital dilakukan tiap 15 menit sekali selama pasien berada di
ruang pemulihan.

Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit


Pemberian infus merupakan usaha pertama untuk mempertahankan keseimbangan
cairan dan elektrolit.

Monitor cairan per infus sangat penting untuk mengetahui kecukupan pengganti
dan pencegah kelebihan cairan. Begitu pula cairan yang keluar juga harus
dimonitor.

Mempertahankan keamanan dan kenyamanan


Pasien post operasi atau post anaesthesi sebaiknya pada tempat tidurnya dipasang
pengaman sampai pasien sadar betul. Posisi pasien sering diubah untuk mencegah
kerusakan saraf akibat tekanan kepada saraf otot dan persendian.

Obat analgesik dapat diberikan pada pasien yang kesakitan dan gelisah sesuai
dengan program dokter.

Pada pasien yang mulai sadar, memerlukan orientasi dan merupakan tunjangan
agar tidak merasa sendirian. Pasien harus diberi penjelasan bahwa operasi sudah
selesai dan diberitahu apa yang sedang dilakukan.
v. Perawatan Pasien Di Ruang Pemulihan/Recovery Room
Uraian diatas telah membahas tentang hal yang diperhatikan pada pasien post
anaesthesi. Untuk lebih jelasnya maka dibawah ini adalah petunjuk perawatan /
observasi diruang pemulihan :

1. Posisi kepala pasien lebih rendah dan kepala dimiringkan pada pasien dengan
pembiusan umum, sedang pada pasein dengan anaesthesi regional posisi semi
fowler.
2. Pasang pengaman pada tempat tidur.
3. Monitor tanda vital : TN, Nadi, respirasi / 15 menit.
4. Penghisapan lendir daerah mulut dan trakhea.
5. Beri O2 2,3 liter sesuai program.
6. Observasi adanya muntah.
7. Catat intake dan out put cairan.
Beberapa petunjuk tentang keadaan yang memungkinkan terjadinya situasi krisis

- Tekanan sistolik < 90 100 mmHg atau > 150 160 mmH, diastolik < 50 mmHg
atau > dari 90 mmHg.
- HR kurang dari 60 x menit > 10 x/menit
- Suhu > 38,3 o C atau kurang dari 35 o C.
- Meningkatnya kegelisahan pasien
- Tidak BAK + 8 jam post operasi.
Pengeluaran dari ruang pemulihan / Recovery Room

Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien :

1. Pasien harus pulih dari efek anaesthesi.


2. Tanda-tanda vital harus stabil.
3. Tidak ada drainage yang berlebihan dari tubuh.
4. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil.
5. Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna.
6. Urine yang keluar harus adekuat ( 1cc/ Kg/jam). Jumlahnya harus dicatat dan
dilaporkan.
7. Semua pesan harus ditulis dan dibawa ke bangsal masing-masing.
8. Jika keadaan pasien membaik, pernyataan persetujuan harus dibuat untuk
kehadiran pasien tersebut oleh seorang perawat khusus yang bertugas pada unit
dimana pasien akan dipindahkan.
9. Staf dari unit dimana pasien harus dipindahkan, perlu diingatkan untuk
menyiapkan dan menerima pasien tersebut.

Pengangkutan Pasien keruangan

Hal-hal yang harus diperhatikan selama membawa pasien ke ruangan antara lain :

- Keadaan penderita serta order dokter.


- Usahakan pasien jangan sampai kedinginan.
- Kepala pasien sedapat mungkin harus dimiringkan untuk menjaga bila muntah
sewaktu-waktu, dan muka pasien harus terlihat sehingga bila ada perubahan
sewaktu-waktu terlihat.
vi. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post Operasi
A. Pengkajin awal

Status Respirasi
Melipuiti :

- Kebersihan jalan nafas


- Kedalaman pernafasaan.
- Kecepatan dan sifat pernafasan.
- Bunyi nafas

Status sirkulatori

Meliputi :

- Nadi
- Tekanan darah
- Suhu
- Warna kulit
Status neurologis
Meliputi : tingkat kesadaran

Balutan
Meliputi :

- Keadaan drain
- Terdapat pipa yang harus disambung dengan sistem drainage.
Kenyamanan
Meliputi :

- Terdapat nyeri
- Mual
- Muntah
Keselamatan
Meliputi :

- Diperlukan penghalang samping tempat tidur.


- Kabel panggil yang mudah dijangkau.
- Alat pemantau dipasang dan dapat berfungsi.
Perawatan
Meliputi :

- Cairan infus, kecepatan, jumlah cairan, kelancaran cairan.


- Sistem drainage : bentuk kelancaran pipa, hubungan dengan alat penampung,
sifat dan jumlah drainage.
Nyeri
Meliputi :
- Waktu
- Tempat.
- Frekuensi
- Kualitas
- Faktor yang memperberat / memperingan

A. Data Subyektif
Pasien hendakanya ditanya mengenai gejala-gejala ketidaknyamanan setelah
ditempatkan ditempat tidur dengan posisi tubuh yang menunjang. Pertanyaan-
pertanyaan yang langsung misalnya :Bagaimana perasaan anda?, dapat
memperlihatkan data mula dan nyeri tanpa memfokuskan pada daerah yang
spesifik, dimana tidak ada keluhan. Penginderaan rasa nyeri sering kali meningkat
pada waktu ini akibat pemindahan dari brankard ke tempat tidur. Sangat penting
untuk mengetahui lokasi, bentuk serangan dan perubahan intensitas rasa nyeri, dan
bukan menyangka bahwa nyeri berasal dari torehan.
Mual jarang timbul setelah pasca anaesthesi baru. Sangat besar kemungkinan
terjadi mual bila perut mengalami manipulasi yang ekstensif pada waktu prosedur
bedah atau telah mendapat narkotika yang cukup banyak.

B. Data Objektif
Sistem Respiratori
Status sirkulatori
Tingkat Kesadaran
Balutan
Posisi tubuh
Status Urinari / eksresi.

C. Pengkajian Psikososial
Yang perlu diperhatikan : umur, prosedur pembedahan, efek samping dari prosedur
pembedahan dan pengobatan, body image dan pola/gaya hidup. Juga tanda fisik
yang menandakan kecemasan termasuk denyut nadi, tekanan darah, dan
kecepatan respirasi serta ekspresi wajah.

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium berdasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat medis,
dan manifestasi klinik post operasi.

Pemeriksaan laboratorium lab post operasi secara umum anatara lain :

Analisa serum dan elektrolit, glukosa dan pemeriksaaan darah lengkap.


Pemeriksaann urine sekitar setiap 4 jam untuk klien dengan resiko dehidrasi dan
insufisisensi ginjal.

Masalah Keperawatan Yang Lazim Muncul


A. Diagnosa Umum
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efek samping dari anaesthesi.
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka post operasi.
c. Nyeri akut berhubungan dengan proses pembedahan.
d. Resiko injury berhubungan dengan kelemahan fisik, efek anaesthesi, obat-obatan
(penenang, analgesik) dan imobil terlalu lama.

B. Diagnosa Tambahan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi


sekret.
b. Resiko retensi urine berhubungan dengan anaesthesi, bedah pelvis, dan kurang
gerak.
c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan salah memahami informasi.
d. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang prosedur
pembedahan.
e. Nausea berhubungan dengan efek anaesthesi, narkotika, ketidaseimbangan
elektrolit.
f. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksoia, lemah, nyeri, mual.
h. Konstipasi berhubungan dengan efek anaesthesi.

Menurut urgensi dilakukan tindakan pembedahan, maka tindakan


pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu :

1)Kedaruratan/Emergency
Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan mungkin mengancam jiwa.
Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh : perdarahan hebat,
obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau
tusuk, luka bakar sanagat luas.
2)Urgen
Pasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30
jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.
3)Diperlukan
Pasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam
bebeapa minggu atau bulan. Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung
kemih. Gangguan tyroid, katarak.
4)Elektif
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan
pembedahan maka idak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan Scar, hernia
sederhana, perbaikan vaginal.
5)Pilihan
Keputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien.
Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan
estetika. Contoh : bedah kosmetik.
Sedangkan menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan di bagi menjadi :

1)Minor
Menimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim.
Contoh : incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
2)Mayor
Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko kematian sangat serius. Contoh : Total
abdominal histerektomi, reseksi colon, dll.

KUMPULAN SOP: CARA MEMPERSIAPKAN PASIEN OPERASI /


PEMBEDAHAN
Pengertian Suatu tindakan atau kegiatan untuk mempersiapkan pasien
yang akan menjalani tindakan operasi baik kesiapan jasmani
maupun rohani serta peralatan yang akan dipergunakan selama
tindakan pembedahan
Tujuan 1. Menyiapkan pasien agar kooperatif
2. Mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi
3. Membantu kelancaran pembedahan
4. Mengurangi resiko cedera atau terjadinya kejadian yang tidak
diinginkan
Kebijakan Semua pasien dengan kasus gawat darurat dan pasien rawat
inap yang membutuhkan tindakan pembedahan.
Prosedur A. Persiapan Alat :
1. Alat pencukur rambut dan gunting rambut
2. Bengkok
3. Sabun
4. Waslap
5. Handuk
6. Alat kesehatan dan obat-obatan sesuai program dokter dan
jenis tindakan pembedahan
7. Baju khusus
8. Formulir Izin operasi dan Pemeriksaan penunjang
9. Stok darah
B. Penatalaksanaan :
1. Pasien/keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan
dilakukan
2. Memberitahu pasien untuk puasakan
3. Mencukur daerah yang akan diopaerasi
4. Memasang NGT, kateter sesuai program
5. Pasien/keluarga menyetujui dan menandatangani surat izin
operasi
6. Mengecek kelengkapan dokumen medis/perawatan, hasil
pemeriksaan penunjang, surat izin operasi
7. Mengganti baju pasien dan memasang mitella / tutup kepala
8. Mengukur : Tensi, Nadi, Suhu, Pernafasan, Tingkat kesadaran,
Cairan yang masuk/keluar.
9. Mengecek kelengkapan alat kesehatan dan obat-obatan serta
darah yang diperlukan untuk tindakan pembedahan
10. Mengantar pasien ke kamar bedah bila perlengkapan, petugas
dan kamar bedah siap.
11. Peralatan dibersihkan, dibereskan dan dikembalikan ke tempat
semula.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
1. Selama menunggu tindakan pembedahan, lakukan observasi
dan catat hasilnya : Tanda-tanda vital, Tingkat kesadaran,
Jumlah cairan yang masuk dan keluar, Perkembangan pasien.
2. Segera lapor ke dokter bila timbul kelainan
3. Hindari pasien jatuh
A. PENGERTIAN
Pemasangan Endotracheal Tube (ETT) atau Intubasi adalah memasukkan pipa jalan nafas buatan
kedalam trachea melalui mulut. Tindakan Intubasi baru dapat di lakukan bila : cara lain untuk
membebaskan jalan nafas (airway) gagal, perlu memberikan nafas buatan dalam jangka panjang,
ada resiko besar terjadi aspirasi ke paru.

B. TUJUAN
1. Membebaskan jalan nafas
2. Untuk pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator).

C. PERSIAPAN ALAT YANG DI GUNAKAN

1. Laryngoscope
2. Endotracheal tube (ETT) sesuai ukuran (Pria : no. 7,7.5, 8 ) (Wanita no. 6.5, 7)
3. Mandrin
4. Xylocain jelly
5. Sarung tangan steril
6. Xylocain spray
7. Spuit 10 cc
8. Orofaringeal tube (guedel)
9. Stetoskop
10.Bag Valve Mask (ambubag)
11. Suction kateter
12. Plester
13. Gunting
14.Masker

PERSIAPAN TINDAKAN

1. Posisi pasien terlentang dengan kepala ekstensi


(bila dimungkinkan pasien di tidurkan dengan obat pelumpuh otot yang sesuai )

2. Petugas mencuci tangan


3. Petugas memakai masker dan sarung tangan
4. Melakukan suction
5. Melakukan intubasi dan menyiapkan mesin pernafasan (Ventilator)
buka blade pegang tangkai laryngoskop dengan tenang

buka mulut pasien

masukan blade pelan-pelan menyusuri dasar lidah-ujung blade sudah sampai di pangkal
lidah- geser lidah pelan-pelan ke arah kiri

angkat tangkai laryngoskop ke depan sehingga menyangkut ke seluruh lidah ke depan


sehingga rona glotis terlihat

ambil pipa ETT sesuai ukuran yang sudah di tentukan sebelumnya

masukkan dari sudut mulut kanan arahkan ujung ETT menyusur ke rima glotis masuk ke
cela pita suara

dorong pelan sehingga seluruh balon ETT di bawah pita suara

cabut stylet

tiup balon ETT sesuai volumenya

cek adakah suara keluar dari pipa ETT dengan Menghentak dada pasien dengan ambu
bag

cek ulang dengan stetoskop dan dengarkan aliran udara yang masuk leawt ETT apakah
sama antara paru kanan dan kiri

o fiksasi ETT dengan Plester

o hubungkan ETT dengan konektor sumber oksigen

6. Pernafasan yang adekuat dapat di monitor melalui cek BGA (Blood Gas Analysis) 1jam
setelah intubasi selesai
7. Mencuci tangan sesudah melakukan intubasi
8. catat respon pernafasan pasien pada mesin ventilator

perawat instrumen memiliki tugas sebagai berikut.

1. Sebelum Pembedahan
1. Melakukan kunjungan pasien yang akan dibedah minimal sehari sebelum
pembedahan untuk memberikan penjelasan/ memperkenalkan tim bedah.
2. Menyiapkan ruangan operasi dalam keadaan siap pakai meliputi :
Kebersihan ruang operasi dan peralatan
Meja mayo/ instrument
Meja operasi lengkap
Lampu operasi
Mesin anastesi lengkap
Suction pump
Gas medis
3. Menyiapkan set instrumen steril sesuai jenis pembedahan.
4. Menyiapkan cairan antiseptic/ desinfektan, dan bahan-bahan sesuai keperluan
pembedahan
2.
1. Saat pembedahan
1. Memperingati tim bedah steril jika terjadi penyimpangan prosedur aseptik.
2. Membantu mengenakan jas steril dan sarung tangan untuk ahli bedah dan asisten.
3. Menata instrumen steril di meja mayo sesuai dengan urutan prosedur
pembedahan.
4. Memberikan bahan desinfeksi kulit daerah yang akan disayat.
5. Memberikan laken steril untuk prosedur draping.
6. Memberikan instrumen kepada ahli bedah sesuai urutan prosedur dan kebutuhan
tindakan pembedahan secara tepat dan benar.
7. Memberikan duk steril kepada operator, dan mengambil kain kasa yang telah
digunakan dengan memakai alat.
8. Menyiapkan benang jahitan sesuai kebutuhan, dalam keadaan siap pakai.
9. Mempertahankan instrumen selama pembedahan dalam keadaan tersusun secara
sistematis untuk memudahkan saat bekerja.
10. Membersihkan instrumen dari darah pada saat pembedahan untuk
mempertahankan sterilisasi alat dari meja mayo.
11. Menghitung kain kassa, jarum dan instrument.
12. Memberitahukan hasil perhitungan jumlah alat, kain kasa dan jarum pada ahli
bedah sebelum operasi dimulai dan sebelum luka ditutup lapis demi lapis.
13. Menyiapkan cairan untuk mencuci luka.
14. Membersihkan kulit sekitar luka setelah luka dijahit.
15. Menutup luka dengan kain kasa steril.
16. Penyiapan bahan pemeriksaan laboratorium/ patologi jika ada.
2.
1. Setelah pembedahan
1. Memfiksasi drain, dan kateter (jika terpasang)
2. Membersihkan dan memeriksa adanya kerusakan kulit pada daerah yang dipasang
elektrode (wajib dikerjakan)
3. Mengganti alat tenun, baju pasien dan penutup serta memindahkan pasien dari
meja operasi ke kereta dorong.
4. Memeriksa dan menghitung semua instrumen sebelum dikeluarkan dari kamr
operasi.
5. Memeriksa ulang catatan dan dokumentasi pembedahan dalam keadaan lengkap.
6. Membersihkan instrumen bekas pakai dengan cara :
Pembersihan awal
Merendam dengan cairan desinfektan yang mengandung deterjen.
Menyikat sela-sela engsel instrumen
Membilas dengan air mengalir.

7. Membungkus instrumen sesuai jenis macam, bahan, kegunaan dan ukuran.
Memasang indikator autoclave dan membuat label nama alat-alat (set) pada setiap bungkusan
instrumen dan selanjutnya siap untuk disterilkan sesuai prosedur yang berlaku.
8. Membersihkan kamar operasi setelah tindakan pembedahan selesai agar siap
pakai.
Berdasarkan uraian tugas perawat instrumen diatas serta observasi dilapangan (ruang OK) saya
bisa simpulkan bahwa betapa PENTINGNYA PERAN PERAWAT INSTRUMEN DALAM
KEBERHASILAN OPERATOR SAAT PEMBEDAHAN.

Anda mungkin juga menyukai