PROPOSAL PENELITIAN
OLeh:
Aditya Krispurwanda
NIM 13644056
PENDAHULUAN
sehari-hari, kita tidak bisa dilepaskan dari peran serta bahan yang tipis dan
hasil dari kompresi serat dari pulp yang kita namakan kertas, dengan jumlah
dibuang bukan dalam jumlah sedikit, jika limbah kertas ini tidak dimanfaatkan
dan hanya dibuang begitu saja akan menimbulkan dampak kerugian, terutama
dari segi ekonomi, dalam segi ekonomi limbah kertas dapat diolah menjadi
kertas, kardus, dan tas daur ulang yang mempunyai nila jual.
Bahan penyusun kertas terdiri dari Selulosa 61%, Hemiselulosa 21%, dan
selulosa yang cukup tinggi yang dapat diproses menjadi bioetanol dengan
pengganti bahan bakar bensin, bahan dasar minuman beralkohol, bahan kimia
dasar senyawa organik, dan dimanfaatkan dalam industri farmasi dan
kosmetik
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian yang dilakukan oleh Eko Puji Hariyanto menggunakan bahan
baku berupa kertas HVS dengan variasi penambahan H2SO4 dan penambahan
massa ragi Saccharomyces cereviceae dengan hasil terbaik pada kondisi massa
tertinggi sebesar 13.3%. Dan penelitian yang dilakukan oleh Tuti Indah Sari
13,3 % , dan dari referensi ke dua diperoleh etanol sebesar 8,95 % . Ke dua
hasil tersebut belum memenuhi standar SNI 7390:2012 untuk kadar bioethanol
sebesar 94%.
bensin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kertas
Kertas adalah bahan tipis dan rata yang dihasilkan dengan kompresi serat
pulp. Kertas biasa dibuat dari kayu yang memiliki komponen berupa selulosa ,
Indonesia antara lain kertas tulis A (HVS) , kertas cetak A (HVO), kertas cetak
2.2 Alkohol
Alkohol berasal dari bahasa Arab yakni al-kuhl (al kohl),artinya senyawa
yang mudah menguap. Bahan kimia organic ini adalah salah satu senyawa kimia
tertua yang telah dikenal umat manusia. Alkohol berupa larutan jenih tak
berwarna, beraroma khas yang dapat diterima, berfasa cair pada temperature
kamar, dan mudah terbakar. Alkohol terdapat di rokok kretek, obat batuk cair,
ekstrak herbal, parfum, kosmestika, desinfektan, larutan sterilisasi, penolak
nyamuk, tinta cetak, spiritus bakar, minuman keras, makanan tradisional(gin, bir ,
wine , tuak, legen , badek, saguer, sopi, moke , ciu, cap tikus, balo, air kata-kata,
air anggur, sake, tape , brem , dan lain-lain). Dan juga bahan bakar kendaraan
anda.
dengan 2 atom karbon karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah
CH3CH2OH yang sering disebut metil alcohol (methanol), C 2H5OH yang diberi
nama etil akohol (etanol), dan C3H7OH yang disebut iso propil alcohol (IPA) atau
propanol-2. Dalam dunia perdagangan yang disebut alcohol adalah etanol atau etil
2.3.1 Pretreatment
bahan seperti kayu, tanaman herbal dan limbah pertanian dengan kandungan
lignin yang rendah ( Zen Fang, 2013). Pada pretreatment menggunakan alkalin
alkaline tergantung oleh substrat and kondisi perlakuan ( Zen Fang, 2013).
2.3.2 Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi terurainya suatu zat dalam air. Kation atau
anion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah akan terhidrolisis dalam air
bukan asam.
4. Alkali Fusion, dengan atau tanpa H2O pada suhu tinggi, misalnya pada
2.3.3 Fermentasi
Proses fermentasi adalah proses perubahan gula yang dilakukan
oleh ragi. Dalam hal ini, ragi melakukan peoses pelepasan ikatan kimia
rantai karbon dari glukosa dan fruktosa. Pelepasan ini dilakukan satu demi
2009)
2.3.4 Distilasi
satuan campuran yang terdiri dari dua atau lebih cairan melalui
1987)
2.4 Bioetanol
komponen pati atau selulosa, seperti singkong dan tetes tebu. Bioetanol memiliki
menggantikan bahan aditif, seperti metil tertiary butyl ether dan tetra
ethyl lead.
Bioetanol memiliki nilai oktan (ON) 96-113, sedangkan nilai oktan
1. Gas pengangkut
Gas pengangkut harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut
a. Harus inert; tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut dan
material dalam kolom.
b. Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
c. Sesuai/cocok untuk detektor
d. Harus mengurangi difusi gas
Gas-gas yang sering dipakai adalah helium atau argon, gas tersebut
sangat baik, tidak mudah terbakar, tetapi sangat mahal. Berdasarkan
alasan faktor ekonomi/harga maka H2 dan N2 digunakan sebagai gas
pengangkut. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam
pemakaiannya.
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
Disebut pengurang drager. Drager bekerja baik pada 2,5 atm, dan
mengalirkan massa aliran dengan tetap. Tekanan lebih pada tempat masuk
dari kolom diperlukan untuk mengalirkan cuplikan masuk ke dalam
kolom.
3. Tempat injeksi
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat,
suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan
suhu ini adalah bahwa suhu tempat injeksi sekitar 50oC lebih tinggi dari
titik didih campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih paling
tinggi
4. Kolom
Merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat lurus,
bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Kolom selalu
merupakan bentuk tabung. Tabung ini dapat terbuat dari tembaga, plastik
(teflon), baja (stainless steel), aluminium, gelas. Panjang kolom dapat dari
1 m sampai 3 m.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Berubah
B. Variabel Tetap
B. Bahan Penelitian
1. Kertas HVS
2. Larutan H2SO4
3. Ragi Tape bentuk penelitian
4. Larutan NaOH dan NaOH
5. Larutan Asam Oksalat
6. Indikator PP
7. Aquadest
Analisa Hasil
B. Prosedur Penelitian
B.1 Prosedur preparasi Bahan Baku
B.1.1 Pembuatan Larutan H2SO4 11% (v/v)
Pembuatannya yaitu dengan memipet larutan H2SO4 97% (v/v)
sebanyak 154,64 ml kedalam labu ukur 1000 ml, dan menambahkan
aquadest hingga mencapai tanda batas. Untuk membuktikkan konsentrasi
H2SO4 sesuai dengan yang diinginkan maka dilakukan standarisasi larutan
induk dengan menggunakan NaOH 0.1 N. Kemudian melakukan
pengenceran dari larutan induk menjadi konsentrasi (% v/v) yaitu : 11
B.1.2 Standarisasi NaOH dan H2SO4
1. Standarisasi larutan NaOH 0.1 N menggunakan Larutan Asam
Oksalat 0.1 N
Larutan NaOH 0.1 N yang digunakan untuk standarisasi
larutanH2SO4 11% (v/v) sebelum digunakan juga harus di standarisasi
terlebih dahulu menggunakan larutan asam oksalat 0.1 N karena asam
oksalat merupakan larutan elementer, dimana larutan NaOH 0.1 N dipipet
sebanyak 10 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml dan menambahkan indicator
PP sebanyak 3 tetes kemudian melakukan titrasi menggunakan Larutan
asam oksalat 0.1 N hingga terjadi perubahan warna merah muda menjadi
putih bening dan melakukan standarisasi secara duplo
gram ke dalam gelas kimia 1000 ml. Kertas yang berada didalam gelas
didiamkan dengan variasi waktu 4 hari, 5 hari , 7 hari, 8 hari. Setelah itu
hidrolisis dimana pada tahap ini bubur kertas yang telah terbentuk di salah
satu gelas kimia 1000 ml yang berisi sampel ditambahkan larutan H 2SO4
secara bersamaan pada suhu 100 OC selama 1 jam hingga diperoleh bubur
tiap-tiap gelas kimia 100 ml, kemudian menambahkan ragi tape sebanyak
dengan suhu ruang. Campuran bubur kertas yang telah ditambahkan ragi
dan hidrolisis. Kemudian setelah proses sesuai variasi waktu 4 hari, 5 hari,
7 hari , 8 hari dilakukan proses destilasi batch untuk tiap-tiap sampel agar
mendapatkan etanol yang lebih murni, dengan menjaga suhu operasi pada
78O C 99O C.
B.3 Prosedur Analisa
B.3.1 Analisa Gas Kromatografi
Analisa Gas Kromatografi (Metode Analisa Dengan Menggunakan Gas
Kromatografi)
Menjalankan Instrument
Membuka sumber gas hydrogen, nitrogen, dan udara tekan dengan
tekanan yang sesuai, yaitu :
Nitrogrn (carrier gas) : 80 psi
Hydrogen : 40 psi
Udara tekan : 60 psi
Menyalakan PC hingga tampil start up windows.
Menyalakan GC dengan mengatur power switch pada posisi ON.
Mengklik icon Galaxie sebanyak dua kali sehingga tampil dialog
Galaxie Workstation Connection.
Memasukkan user identification : analis, kemudian memilih peoject
dan memasukkan password : GC, lalu mengklik Ok.
Memilih open pada menu File, kemudian Open Method, dan memilih
Method On.
Pada bagian Control, mengklik button Over View, kemudian mengklik
Menginjeksi Sampel
Pada menu acquisition, memilih Quick Start sehingga tampil dialog
quick start, dan memilih Meten_Etan.MET.
Memilih method analisa, kemudian mengklik Ok.
Pada area sample information, memasukkan identitas injeksi/sampel
pada field File Prefix, Identifier, Vial, dan Injection Volume.
Menempatkan sammpel sesuai dengan posisi vial yang dipilih,
kemudian mengklik button inject untuk memulai proses injeksi.
Menunggu stabilizing selam 2 menit.
Kalibrasi dengan File Standar
Memilih open pada menu File, dan Open Chromatogram.
Memilih salah satu kromatogram standard (Ex : RUN_E1001),
kemudian mengklik Open sehingga kromatogram terbuka.
Mengklik pada bagian method sehingga ketika panel integration event
melakukan pengaturan jika perlu, dan mengklik button integrate untuk
melakukan eksekusi.
Mengklik kanan pada area Table Peak Name, kemudian memilih
Initialize from Chromatogram sehingga akan tampil nama peak
(unknown).
Mengubah nama peak dan mengklik button Integrate sehingga nama
peak akan tampil di kromatogram.
Mengklik Calibration sehingga tampil panel Calibration dan mengatur
:
Type : External Standard
Factor : Curve
Standard :
Calibration Curve: RUN_E1001
Response : Area
Level Number : -
Mengklik button Initialize from ID tables sehingga tampil komponen
peak, mengatur :
Model :1
Level : memasukkan konsetrasi standar 1 (untuk analisa
kuantitatif)
Melakukan point 3-8 untuk semua sampel lain.
Setelah selesai, melakukan penyimpanan method dengan mengklik
File kemudian memilih Save dan Save Chromato Method.
Memilih menu File kemudian Close All, untuk menutup semua file
yang terbuka.
Melihat dan Mencetak Kromatogram
Memilih Open, dan Open Chromatogram sehingga tampil kotak
dialog.
Memilih file kromatogram, kemudian mengklik Open sehingga report
peak akan tampil pada panel sebelah kanan.
Untuk mencetak result file, pada menu File memilih Print Preview.
Untuk mencetak mengklik button print.
Mematikan Instrument
Dinas Kebersihan dan Pertamanan. (2014). Data Limbah. Samarinda. Hambali, E.,
Mujdalipah, S., Tambunan, A.H., Pattiwiri, A.W., & Hendroko, R. (2008).
Teknologi Bioenergi. 4 Juni, 2015. PT AgroMedia Pustaka.
https://books.google.co.id/books?id=7a4H9357oIsC&printsec=frontcover
dq=bioenergi&hl=en&sa=X&ei=8tvVeLSN5WeuQSs7IPgDQ&redir_esc=y
#v=onepage&q=bioenergi&f=false
Hariyanto, E. P.,(2009), Pemanfaatan Limbah Kertas HVS Menjadi Bioetanol,,
Laporan Tugas Akhir Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III,Politehnik Negeri, Samarinda.
Hidayat, N., Padaga, C.M., & Suhartini, S., (2006). Mikrobiologi
Industri. Yogyakarta: Andi.
https://books.google.co.id/books?
id=oJJz34uwhIQC&pg=PA92&dq=hidrolisis+adalah&hl=en&s
a=X&ei=01RyVfedCoKxuQSQ74PADQ&redir_esc=y#v=onep
age&q=hidrolisis%20adalah&f=false
Prihandara, R., Noerwijati, K., Adinurani, P.G., Setyaningsih, D., Setiadi, S.,
Hendroko, R. (2008). Bioetanol Ubi Kayu : Bahan Bakar Masa Depan. Yogyakarta:
PT AgroMedia Pustaka.
https://books.google.co.id/books?id=sPauUKDnsvYC&pg=PT192&dq=alkaline+
pretreatment&hl=id&sa=X&ei=QI5zVdDMCo2MuASSy4H4Ag&ved=0CC
IQ6AEwAQ#v=onepage&q=alkaline%20pretreatment&f=false