Anda di halaman 1dari 19

PENGARUH VARIASI WAKTU TERHADAP KADAR

BIOETANOL DARI LIMBAH KERTAS HVS

PROPOSAL PENELITIAN

OLeh:

Aditya Krispurwanda
NIM 13644056

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA
JURUSAN TEKNIK KIMIA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI
SAMARINDA
2015
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kertas merupakan salah satu kebutuhan yang sudah tidak asing lagi di

negara manapun. Di berbagai negara, kertas adalah kebutuhan pokok yang

sudah tidak bisa dipisahkan dari rutinitas kegiatan manusia. Di kehidupan

sehari-hari, kita tidak bisa dilepaskan dari peran serta bahan yang tipis dan

hasil dari kompresi serat dari pulp yang kita namakan kertas, dengan jumlah

limbah kertas di Kota Samarinda sebanyak 1.279.295 kg per tahun (Dinas

Kebersihan dan Pertamanan Kota Samarinda, 2014).


Selama ini kertas diolah menjadi bubur kertas, dan limbah kertas yang

dibuang bukan dalam jumlah sedikit, jika limbah kertas ini tidak dimanfaatkan

dan hanya dibuang begitu saja akan menimbulkan dampak kerugian, terutama

dari segi ekonomi, dalam segi ekonomi limbah kertas dapat diolah menjadi

kertas, kardus, dan tas daur ulang yang mempunyai nila jual.
Bahan penyusun kertas terdiri dari Selulosa 61%, Hemiselulosa 21%, dan

Lignin 16% (Sari, 2011,dalam Riassenda, 2011). Berdasarkan referensi bahan

baku diketahui kandungan kertas yang telah jadi mempunyai komposisi

selulosa yang cukup tinggi yang dapat diproses menjadi bioetanol dengan

proses fermentasi dan hidrolisis.


Bioetanol dapat digunakan sebagai salah satu bahan bakar alternatif

pengganti bahan bakar bensin, bahan dasar minuman beralkohol, bahan kimia
dasar senyawa organik, dan dimanfaatkan dalam industri farmasi dan

kosmetik
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian yang dilakukan oleh Eko Puji Hariyanto menggunakan bahan

baku berupa kertas HVS dengan variasi penambahan H2SO4 dan penambahan

massa ragi Saccharomyces cereviceae dengan hasil terbaik pada kondisi massa

ragi sebesar 1 gram pada fermentasi, menghasilkan konsentrasi etanol

tertinggi sebesar 13.3%. Dan penelitian yang dilakukan oleh Tuti Indah Sari

menggunakan bahan baku berupa kertas HVS dengan variasi Massa

saacharomyces cereviceae dan kecepatan pengadukan , dengan hasil terbaik

pada kondisi Penelitian dan pemanfaatan limbah kertas menjadi bioethanol

dengan menggunakan bahan baku 2 mL H2SO4 dan fermentasi Ragi 18 gram

di dapat hasil bioetanol produk yang sebesar 8,95 %.


Dari hasil yang didapat dari referensi satu diperoleh volume etanol sebesar

13,3 % , dan dari referensi ke dua diperoleh etanol sebesar 8,95 % . Ke dua

hasil tersebut belum memenuhi standar SNI 7390:2012 untuk kadar bioethanol

sebesar 94%.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dua peneliti tersebut,

masih terdapat kekurangan dan dapat dilakukan perbaikan. Perbaikan tersebut

dapat dilakukan dengan cara menggunakan GC sebagai analisis sebab

pengujian menggunakan GC hasilnya akan lebih akurat

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh variasi waktu

terhadap konsentrasi etanol yang dihasilkan.


Manfaat dari penelitian ini adalah untuk membuat limbah kertas menjadi

bernilai ekonomis dan berguna untuk mengurangi penggunaan bahan bakar

fosil dengan memakai bioetanol sebagai bahan bakar alternatif pengganti

bensin.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kertas

Kertas adalah bahan tipis dan rata yang dihasilkan dengan kompresi serat

pulp. Kertas biasa dibuat dari kayu yang memiliki komponen berupa selulosa ,

hemiselulosa, lignin dan zat ektraktif. Kertas umumnya diperdagangkan di

Indonesia antara lain kertas tulis A (HVS) , kertas cetak A (HVO), kertas cetak

berwarna(HHI), kertas Koran dll . Penggunaan kertas banyak sekali dalam

keperluan sehari-hari : mencatat, menggambar, mengeprint/mencetak.

2.2 Alkohol

Alkohol berasal dari bahasa Arab yakni al-kuhl (al kohl),artinya senyawa

yang mudah menguap. Bahan kimia organic ini adalah salah satu senyawa kimia

tertua yang telah dikenal umat manusia. Alkohol berupa larutan jenih tak

berwarna, beraroma khas yang dapat diterima, berfasa cair pada temperature

kamar, dan mudah terbakar. Alkohol terdapat di rokok kretek, obat batuk cair,
ekstrak herbal, parfum, kosmestika, desinfektan, larutan sterilisasi, penolak

nyamuk, tinta cetak, spiritus bakar, minuman keras, makanan tradisional(gin, bir ,

wine , tuak, legen , badek, saguer, sopi, moke , ciu, cap tikus, balo, air kata-kata,

air anggur, sake, tape , brem , dan lain-lain). Dan juga bahan bakar kendaraan

anda.

Alkohol adalah senyawa hidrokarbon berupa gugus hydroxyl (-OH)

dengan 2 atom karbon karbon (C). Spesies alkohol yang banyak digunakan adalah

CH3CH2OH yang sering disebut metil alcohol (methanol), C 2H5OH yang diberi

nama etil akohol (etanol), dan C3H7OH yang disebut iso propil alcohol (IPA) atau

propanol-2. Dalam dunia perdagangan yang disebut alcohol adalah etanol atau etil

alkohol atau metil karbinol dengan rumus kimia C2H5OH

2.3 Proses yang Digunakan

2.3.1 Pretreatment

Pretreatment pada dasarnya adalah proses penghilangan kandungan lignin

(McMillan,1994). Pada umumnya pretreatment sangat berguna pada bahan

bahan seperti kayu, tanaman herbal dan limbah pertanian dengan kandungan

lignin yang rendah ( Zen Fang, 2013). Pada pretreatment menggunakan alkalin

prosesnya menggunakan temprature dan tekanan yang rendah dibanding dengan

teknologi pretreatment yang lain (Moseur et al,2005). Pretreatment ini

menggunakan NaOH, Ca(OH)2, KOH dan Ammonia untuk menghilangkan


kandungan lignin pada lignoselulosa ( Springer, 2015). Keberhasilan pretreatment

alkaline tergantung oleh substrat and kondisi perlakuan ( Zen Fang, 2013).

2.3.2 Hidrolisis

Hidrolisis adalah reaksi terurainya suatu zat dalam air. Kation atau

anion yang berasal dari asam lemah atau basa lemah akan terhidrolisis dalam air

membentuk ion H3O+ atau ion OH-.

Jenis-jenis Hidrolisis ada 5 macam :


1. Hidrolisis murni , direaksikan dengan H 2O saja , reaksi lambat

sehingga jarang digunakan dalam industry. Hanya untuk senyawa yang

reaktif. Reaksi dapat dipercepat dengan menggunakan H2O uap.


2. Hidrolisis dalam larutan asam, katalisator yang digunakan biasanya

HCl dan H2SO4 lebih disukai karena HCl korosif.


3. Hidrolisis dalam larutan basa, basa encer atau pekat seperti NaOH dan

KOH. Penggunaan basa terbatas karena hasil akhir adalah garam

bukan asam.
4. Alkali Fusion, dengan atau tanpa H2O pada suhu tinggi, misalnya pada

NaOH padat. Pemakaian industry untuk tujuan tertentu , contoh bahan

selulosa seperti tongkol jagung.


5. Hidrolisis dengan enzim sebagai katalisator, menggunakan enzim yang

dihasilkan oleh mikroba. (Risvank, 2008).

2.3.3 Fermentasi
Proses fermentasi adalah proses perubahan gula yang dilakukan

oleh ragi. Dalam hal ini, ragi melakukan peoses pelepasan ikatan kimia

rantai karbon dari glukosa dan fruktosa. Pelepasan ini dilakukan satu demi

satu, kemudian kembali dirangkai secara kimiawi menjadi molekul etanol,

gas karbon dioksida, serta menghasilkan panas. Saat melakukan

pekerjaannya, ragi mengeluarkan enzi yang sangat kompleks, dan mampu

merombak monosakarida menjadi etanol dan karbon dioksida.(Abidin,

2009)

Ada berbagai faktor yang mempengaruhi kehidupan ragi, yaitu sebagai


berikut:

1. Nutrisi ragi (zat gizi)


Dalam kegiatannya khamir memerlukan penambahan nutrisi untuk
pertumbuhan dan perkembangbiakan, yaitu:
a. Unsur C, adalah faktor karbohidrat
b. Unsur N, dengan penambahan pupuk yang mengandung nitrogen,
misal ZA, urea, amonia dan sebagainya.
c. Unsur P, dengan penambahan pupuk fosfat, misal NPK, TSP, DSP dan
sebagainya.
d. Mineral-mineral
e. Vitamin-vitamin
2. Keasaman (pH)
Untuk fermentasi alkohol, khamir memerlukan media dengan suasana
asam, yaitu antara pH 4,8 5,0. Pengaturan pH dapat dilakukan dengan
penambahan asam sulfat jika substratnya alkalis atau dengan natrium
bikarbonat jika substratnya asam.
3. Suhu
Suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan adalah 28 oC
30oC. Pada waktu fermentasi terjadi kenaikan panas, karena reaksinya
eksoterm. Untuk mencegah agar suhu fermentasi tidak naik, perlu
pendinginan agar dipertahankan tetap 26o 30oC.
4. Udara
Fermentasi alkohol berlangsung secara anaerobik (tanpa udara). Namun
demikian udara diperlukan pada proses pembibitan sebelum fermentasi
untuk perkembangbiakan khamir tersebut.(Hidayat., 2006)

2.3.4 Distilasi

Istilah distilasi sederhana umumnya berkaitan dengan pemisahan

satuan campuran yang terdiri dari dua atau lebih cairan melalui

pemanasan. Pemanasan dimaksudkan untuk menguapkan komponen-

komponen yang lebih mudah menguap(titik didih lebih rendah) dan

kemudian uap yang diperoleh dikondensasikan kembali menjadi cair dan

kemudian ditampung dalam suatu bejana penerima. (Cook & Cullen,

1987)

2.4 Bioetanol

Bioetanol adalah etanol yang terbuat dari biomassa yang mengandung

komponen pati atau selulosa, seperti singkong dan tetes tebu. Bioetanol memiliki

karakteristik yang lebih baik dibandingkan dengan bensin berbasis petrochemical.

Bioetanol mengandung 35% oksigen, sehingga dapat meningkatkan

efisiensi pembakaran dan mengurangi emisi gas rumah kaca.


Bioetanol memiliki nilai oktan yang lebih tinggi sehingga dapat

menggantikan bahan aditif, seperti metil tertiary butyl ether dan tetra

ethyl lead.
Bioetanol memiliki nilai oktan (ON) 96-113, sedangkan nilai oktan

bensin hanya 85-96.


Bioetanol bersifat ramah lingkungan, karena gas buangnya rendah

terhadap senyawa-senyawa yang berpotensi sebagai polutan, seperti

karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gas rumah kaca.


Bioetanol mudah terurai dan aman karena tidak mencemari air.

2.5 Analisa Gas Cromathografi

Kromatografi gas termasuk alat analisa . Analisa dapat dibagi menjadi

1. Analisa kualitatif berarti : penentuan sifat-sifat dari suatu


komponen atau campuran dari komponen.

2. Analisa Kuantitatif berarti : penentuan jumlah dari suatu komponen


atau komponen-komponen dalam suatu campuran.

Dasar kerja kromatografi gas-cair/GLC (Gas-Liquid Chromatography)


adalah cuplikan diinjeksikan kedalam injektor. Aliran gas dari gas pengangkut
akan membawa cuplikan yang telah teruapkan masuk ke dalam kolom.
Kolom akan memisahkan komponen-komponen dari cuplikan. Kemudian
komponen-komponen dideteksi oleh detektor, dan sinyal dalam bentuk
puncak akan dihasilkan oleh pencatat (Sastrohamidjojo, 1985)

Kromatografi gas memiliki bagian-bagian sebagai berikut:

1. Gas pengangkut
Gas pengangkut harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut
a. Harus inert; tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut dan
material dalam kolom.
b. Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
c. Sesuai/cocok untuk detektor
d. Harus mengurangi difusi gas
Gas-gas yang sering dipakai adalah helium atau argon, gas tersebut
sangat baik, tidak mudah terbakar, tetapi sangat mahal. Berdasarkan
alasan faktor ekonomi/harga maka H2 dan N2 digunakan sebagai gas
pengangkut. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam
pemakaiannya.
2. Pengatur aliran dan pengatur tekanan
Disebut pengurang drager. Drager bekerja baik pada 2,5 atm, dan
mengalirkan massa aliran dengan tetap. Tekanan lebih pada tempat masuk
dari kolom diperlukan untuk mengalirkan cuplikan masuk ke dalam
kolom.
3. Tempat injeksi
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat,
suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan
suhu ini adalah bahwa suhu tempat injeksi sekitar 50oC lebih tinggi dari
titik didih campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih paling
tinggi
4. Kolom
Merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat lurus,
bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Kolom selalu
merupakan bentuk tabung. Tabung ini dapat terbuat dari tembaga, plastik
(teflon), baja (stainless steel), aluminium, gelas. Panjang kolom dapat dari
1 m sampai 3 m.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dimulai pada bulan September 2016-Februari 2017 di

laboratorium Jurusan Teknik Kimia Politehnik Negeri Samarinda. Tempat

pengambilan sampel limbah kertas dilakukan di Sekolah dan Perkantoran dan

akan dianalisa di Laboratorium Teknik Kimia Politehnik Negeri Samarinda

3.2 Rancangan Penelitian

A. Variabel Berubah

1. Waktu 4 Hari, , 5 Hari, 7 Hari, 8 Hari.

B. Variabel Tetap

1. Larutan H2SO4 11 %(v/v)


2. Kecepatan pengadukan 150 rpm
3. pH 4
4. Ragi tape 1 gram
5. suhu destilasi 78 - 99 oC
6. Suhu hidrolisis 100 oC
7. Waktu proses pretreatment selama 4 jam
C. Variasi Respon
1. Analisa Gas Cromathografi

3.3 Alat dan Bahan Penlitian


A. Alat Penelitian
1. Gelas Kimia 100 mL
2. Pipet ukur 50 mL ; 10 mL
3. Bulp
4. Buret 50 mL
5. Batang pengaduk
6. Spatula
7. Termometer
8. Hot plate
9. Magnetik stirer
10. Neraca digital
11. Labu ukur 1000 mL,500 mL ,250 mL
12. Statif dan klem
13. Seperangkat alat destilasi
14. Blender
15. Gas Cromathografi

B. Bahan Penelitian
1. Kertas HVS
2. Larutan H2SO4
3. Ragi Tape bentuk penelitian
4. Larutan NaOH dan NaOH
5. Larutan Asam Oksalat
6. Indikator PP
7. Aquadest

3.4 Prosedur Penelitian


A. Diagram Alir Penelitian
Limbah Kertas HVS

H2SO4 200 ML T = Suhu Ruan gan


Proses Pretreatment
t = 4 jam

H2SO4 50 ml T = 100 OC T = 100OC


Proses Hidrolisis
t = 1 jam

Ragi tape (padatan) NaOH 10%


Proses Fermentasi
5 gram sampel T=
Variasi waktu
Distilasi

Analisa Hasil
B. Prosedur Penelitian
B.1 Prosedur preparasi Bahan Baku
B.1.1 Pembuatan Larutan H2SO4 11% (v/v)
Pembuatannya yaitu dengan memipet larutan H2SO4 97% (v/v)
sebanyak 154,64 ml kedalam labu ukur 1000 ml, dan menambahkan
aquadest hingga mencapai tanda batas. Untuk membuktikkan konsentrasi
H2SO4 sesuai dengan yang diinginkan maka dilakukan standarisasi larutan
induk dengan menggunakan NaOH 0.1 N. Kemudian melakukan
pengenceran dari larutan induk menjadi konsentrasi (% v/v) yaitu : 11
B.1.2 Standarisasi NaOH dan H2SO4
1. Standarisasi larutan NaOH 0.1 N menggunakan Larutan Asam
Oksalat 0.1 N
Larutan NaOH 0.1 N yang digunakan untuk standarisasi
larutanH2SO4 11% (v/v) sebelum digunakan juga harus di standarisasi
terlebih dahulu menggunakan larutan asam oksalat 0.1 N karena asam
oksalat merupakan larutan elementer, dimana larutan NaOH 0.1 N dipipet
sebanyak 10 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml dan menambahkan indicator
PP sebanyak 3 tetes kemudian melakukan titrasi menggunakan Larutan
asam oksalat 0.1 N hingga terjadi perubahan warna merah muda menjadi
putih bening dan melakukan standarisasi secara duplo

B.1.3 Standarisasi Larutan H2SO4 11% (v/v) menggunakan larutan NaOH


0.1 N yang telah distandarisasi
Larutan H2SO4 11% (v/v) yang akan distandarisasi dipipet
sebanyak 5 ml kedalam Erlenmeyer 250 ml setelah itu menambahkan
indicator pp sebanyak 3 tetes dan melakukan titrasi larutan H 2SO4 11%
(v/v) dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 N, sehingga terjadi
perubahan warna dari putih bening menjadi merah muda dan melakukan
standarisasi secara duplo.

B.2 Prosedur Utama


1. Tahap Pretreatment
Dimana tahap ini kertas yang digunakan diblender terlebih

dahulu hingga halus, kemudian menimbang kertas tersebut sebanyak 10

gram ke dalam gelas kimia 1000 ml. Kertas yang berada didalam gelas

kimia 1000 ml ditambahkan larutan H2SO4 5 % (v/v) sebanyak 200 ml dan

didiamkan dengan variasi waktu 4 hari, 5 hari , 7 hari, 8 hari. Setelah itu

melakukan pengadukan selama 4 jam pada suhu ruang


2. Tahap hidrolisis dengan asam
Setelah tahap pretreatment selesai kemudian melakukan tahap

hidrolisis dimana pada tahap ini bubur kertas yang telah terbentuk di salah

satu gelas kimia 1000 ml yang berisi sampel ditambahkan larutan H 2SO4

11 % (v/v) sebanyak 50 ml dan melakukan pengadukan dan pemanasan

secara bersamaan pada suhu 100 OC selama 1 jam hingga diperoleh bubur

kertas yang menyerupai gelatin setelah pengadukan dan pemanasan selesai

bubur kertas didinginkan


3. Tahap Fermentasi
Pada tahap fermentasi terlebih dahulu bubur kertas yang terbentuk

dinetralkan menggunakan larutan NaOH 10% hingga mencapai ph 4 pada

tiap-tiap gelas kimia 100 ml, kemudian menambahkan ragi tape sebanyak

4 gram dan melakukan pengadukan selama 10 menit pada kondisi anaerob

dengan suhu ruang. Campuran bubur kertas yang telah ditambahkan ragi

kemudian ditaruh di fermentor sesuai variasi waktu diruang yang gelap.


Dan melakukannya dengan ragi 1 gram ke dalam tiap gelas kimia

1000 ml yang berisi sampel yang telah mengalami proses pretreathment

dan hidrolisis. Kemudian setelah proses sesuai variasi waktu 4 hari, 5 hari,

7 hari , 8 hari dilakukan proses destilasi batch untuk tiap-tiap sampel agar
mendapatkan etanol yang lebih murni, dengan menjaga suhu operasi pada

78O C 99O C.
B.3 Prosedur Analisa
B.3.1 Analisa Gas Kromatografi
Analisa Gas Kromatografi (Metode Analisa Dengan Menggunakan Gas
Kromatografi)
Menjalankan Instrument
Membuka sumber gas hydrogen, nitrogen, dan udara tekan dengan
tekanan yang sesuai, yaitu :
Nitrogrn (carrier gas) : 80 psi
Hydrogen : 40 psi
Udara tekan : 60 psi
Menyalakan PC hingga tampil start up windows.
Menyalakan GC dengan mengatur power switch pada posisi ON.
Mengklik icon Galaxie sebanyak dua kali sehingga tampil dialog
Galaxie Workstation Connection.
Memasukkan user identification : analis, kemudian memilih peoject
dan memasukkan password : GC, lalu mengklik Ok.
Memilih open pada menu File, kemudian Open Method, dan memilih
Method On.
Pada bagian Control, mengklik button Over View, kemudian mengklik

button untuk mengaktifkan method dan menunggu sampai


status ready.
Mengulangi point 6-7 untuk mengaktifkan method operasi, dan
menunggu sampai status ready.
Melakukan monitoring baseline.
Monitoring Baseline
Memilih menu bar System, kemudian member check list ( )pada
system yang sedang running sehingga tampil window monitoring.
Pada menu acquisition, memilih monitoring baseline dengan metode
operasi Metan_Etan. MET.
Memilih method operasi kemudian mengklik Ok sehingga monitoring
baseline dimulai.
Menunggu hingga monitoring besaline stabil dengan cirri-ciri peak
yang terbentuk sudah serupa.
Mengakhiri monitoring baseline dapat dilakukan dengan mengklik
button Stop.
Membuat Method
Pada menu File memilih New, dan New Method.
Memastikan bahwa system Varian 450 GC terpilih, kemudian
mengklik Next.
Memasukkan nama method kemudian mengklik Ok sehingga nama
method yang dibuat akan tampil.
Nama Method (Nama_Method.MET)
Mengklik pada bagian Control sehingga akan muncul panel control.
Mengklik button Over View untuk menampilkan Windows System
Control Method Advanced Tool :

: untuk mengirim method ke instrument

: untuk mendapatkan method dari instrument

: untuk mencetak method yang aktif

Mengklik button untuk menampilkan method section.


Pada bagian injector, melakukan pengaturan terhadap heater,
temperature: 220oC, dan split state/ratio pada front injector.
Mengklik pada bagian Column Oven, dan melakukan pengaturan pada
temperature : 200oC, time, dan stabilization time.
Mengklik pada bagian Column Pneumatics, dan melakukan
pengaturan Front (EFC) : Checklist Constant Flow, lalu mengatur flow
yang diinginkan (1-2 ml/min).
Mengklik pada bagian detector (FID), dan melakukan pengaturan :
Heater : On (untuk mengaktifkan oven detector)
Set point : temperature detector (300 oC)
Electronic : On
Range : sensitivity detector (12)
Auto zero : fungsi auto zero
N2 make up : 25 ml/min
H2 : 30 ml/min
Air (udara) : 300 ml/min
Pada kolom method, mengklik acquisition, dan mengatur injection
column (2) dan acquisition length (6 min).
Memilih Save pada menu File dan Save Method.
Memilih Over View, dan memasukkan data pada alat GC, yaitu :
RUN_E1001
RUN_M1001

Menginjeksi Sampel
Pada menu acquisition, memilih Quick Start sehingga tampil dialog
quick start, dan memilih Meten_Etan.MET.
Memilih method analisa, kemudian mengklik Ok.
Pada area sample information, memasukkan identitas injeksi/sampel
pada field File Prefix, Identifier, Vial, dan Injection Volume.
Menempatkan sammpel sesuai dengan posisi vial yang dipilih,
kemudian mengklik button inject untuk memulai proses injeksi.
Menunggu stabilizing selam 2 menit.
Kalibrasi dengan File Standar
Memilih open pada menu File, dan Open Chromatogram.
Memilih salah satu kromatogram standard (Ex : RUN_E1001),
kemudian mengklik Open sehingga kromatogram terbuka.
Mengklik pada bagian method sehingga ketika panel integration event
melakukan pengaturan jika perlu, dan mengklik button integrate untuk
melakukan eksekusi.
Mengklik kanan pada area Table Peak Name, kemudian memilih
Initialize from Chromatogram sehingga akan tampil nama peak
(unknown).
Mengubah nama peak dan mengklik button Integrate sehingga nama
peak akan tampil di kromatogram.
Mengklik Calibration sehingga tampil panel Calibration dan mengatur
:
Type : External Standard
Factor : Curve
Standard :
Calibration Curve: RUN_E1001
Response : Area
Level Number : -
Mengklik button Initialize from ID tables sehingga tampil komponen
peak, mengatur :
Model :1
Level : memasukkan konsetrasi standar 1 (untuk analisa
kuantitatif)
Melakukan point 3-8 untuk semua sampel lain.
Setelah selesai, melakukan penyimpanan method dengan mengklik
File kemudian memilih Save dan Save Chromato Method.
Memilih menu File kemudian Close All, untuk menutup semua file
yang terbuka.
Melihat dan Mencetak Kromatogram
Memilih Open, dan Open Chromatogram sehingga tampil kotak
dialog.
Memilih file kromatogram, kemudian mengklik Open sehingga report
peak akan tampil pada panel sebelah kanan.
Untuk mencetak result file, pada menu File memilih Print Preview.
Untuk mencetak mengklik button print.
Mematikan Instrument

Membuka method off, dan mengklik . Menunggu sampai status


ready dan memastikan bahwa column oven : 30 oC, seluruh injector
dan detector < 100 oC.
Menutup aplikasi software Galaxie Workstation dengan memilih Quit
pada menu File.
Mematikan GC dengan mengatur power switch pada posisi OFF.
Menutup semua tabung gas.
Melakukan prosedur shut down PC.
DAFTAR RUJUKAN

Bole Malo, Agustinus.2004.Membuat Kertas dari Pelepah Pisang.Jakarta:Kanisius


Cook, T.M., & Cullen, D.J.,(1986). Industri Kimia Operasi: Aspek-
Aspek Keamanan Dan Kesehatan. Jakarta: PT. Gramedia.

Dinas Kebersihan dan Pertamanan. (2014). Data Limbah. Samarinda. Hambali, E.,
Mujdalipah, S., Tambunan, A.H., Pattiwiri, A.W., & Hendroko, R. (2008).
Teknologi Bioenergi. 4 Juni, 2015. PT AgroMedia Pustaka.
https://books.google.co.id/books?id=7a4H9357oIsC&printsec=frontcover
dq=bioenergi&hl=en&sa=X&ei=8tvVeLSN5WeuQSs7IPgDQ&redir_esc=y
#v=onepage&q=bioenergi&f=false
Hariyanto, E. P.,(2009), Pemanfaatan Limbah Kertas HVS Menjadi Bioetanol,,
Laporan Tugas Akhir Diajukan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III,Politehnik Negeri, Samarinda.
Hidayat, N., Padaga, C.M., & Suhartini, S., (2006). Mikrobiologi
Industri. Yogyakarta: Andi.

Irawan, D. & Arifin, Z. (2010). Sampah = Energi Studi


Pemanfaatan Sampah Organik Kota Samarinda menjadi
Bioetanol . Yogyakarta:INTERPENA.

Kamaludin, A. (2010). Cara Cepat Kuasai Konsep Kimia dalam 8


Jam. 4 Juni, 2015 Yogyakarta:C.V ANDI OFFSET.

https://books.google.co.id/books?
id=oJJz34uwhIQC&pg=PA92&dq=hidrolisis+adalah&hl=en&s
a=X&ei=01RyVfedCoKxuQSQ74PADQ&redir_esc=y#v=onep
age&q=hidrolisis%20adalah&f=false

Prihandara, R., Noerwijati, K., Adinurani, P.G., Setyaningsih, D., Setiadi, S.,
Hendroko, R. (2008). Bioetanol Ubi Kayu : Bahan Bakar Masa Depan. Yogyakarta:
PT AgroMedia Pustaka.

Sari, T.I.,(2009).Pembuatan Bioetanol dari kertas HVS Dengan proses


fermentasi.

Sastrohamidjojo, H. (1985). Kromatografi. Yogyakarta:LIBERTY.

Fang, Z. (2013). Preteatment Tecniques for Biofuels and Biorefineries. 7 Juni,


2015 Berlin: Springer.

https://books.google.co.id/books?id=sPauUKDnsvYC&pg=PT192&dq=alkaline+
pretreatment&hl=id&sa=X&ei=QI5zVdDMCo2MuASSy4H4Ag&ved=0CC
IQ6AEwAQ#v=onepage&q=alkaline%20pretreatment&f=false

Anda mungkin juga menyukai