BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Pendahuluan
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan
untuk memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa
dan bisa berfungsi sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya
medium pemanas dipakai adalah air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan
air biasa sebagai air pendingin (cooling water). Penukar panas dirancang sebisa
mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat berlangsung secara efisien.
Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara fluida terdapat
dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung (direct
contact). Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang
minyak, pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi,
pembangkit listrik. Salah satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah
radiator mobil dimana cairan pendingin memindahkan panas mesin ke udara
sekitar.
Unit penukar panas adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari
suatu fluida ke fluida yang lain (J. P. Holman, 1986). Sebagian besar dari
industri - industri yang berkaitan dengan proses selalu menggunakan alat ini,
karena alat penukar kalor ini mempunyai peran yang penting dalam suatu
proses produksi atau operasi. Salah satu tipe dari alat penukar kalor yang
banyak dipakai adalah tipe plate. Plate heat exchanger adalah suatu alat
perpindahan panas yang berbentuk frame yang diberi pelat sebagai sekat
sekat (J. P Holman, 1986).
2.2. Diagram Alir Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT. X
PLTP di PT. X (Gambar 2.1.) bermula dari Demister karena uap yang
digunakan adalah uap yang dipasok oleh Chevron Geothermal Salak. Sehingga
proses pembangkitan di PLTP PT. X bermula dari Demister (Gambar 2.1.).
Sebelum uap masuk ke Demister, uap masuk ke Scrubber (milik Chevron
Geothermal Salak) yang berfungsi untuk memisahkan uap dari air kondensat.
Uap yang masuk ke Scrubber diatur oleh Main Unit Isolation Valve (Gambar
2.1.).
Gambar 2.1 Diagram Alir Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
PT. X
(PT. Indonesia Power, 2015)
Kemudian uap masuk masuk ke Demister dari partikel padat dan
memisahkan butiran dari uap (Gambar 2.1). Partikel padat akan terjebak
sehingga uap yang akan masuk ke turbin kering dan bersih, dengan
memanfaatkan partikel jenis padat dan butiran air dialirkan kebagian bawah
Demister menuju Drain System To Atmospheric Flash Tank. Uap yang
dipisahkan dari partikel padat dan butiran air dialirkan menuju 3 aliran. Aliran
tersebut menuju turbin, Gas Extraction dan Steam To Turbine Steam Seal
System. Uap yang menuju aliran turbin masuk kedalam turbin melalui Turbine
Valve yaitu Stop Valve dan Control Valve. Stop Valve berfungsi sebagai
membuka atau menutup katup untuk keadaan darurat, dan Control Valve sebagai
mengatur jumlah aliran masuk ke turbin. Kemudian setelah uap memutarkan
turbin terjadi perubahan energi, dari energi panas menuju mekanik, poros turbin
dikopel dengan poros generator sehingga putaran turbin memutarkan generator
dan terjadi perubahan energi dari energi mekanik menjadi energi listrik.
Generator menghasilkan energi listrik dengan arus 3 fasa, frekuensi 50 Hz,
dengan tegangan 11,8 KV. Melalui Transformator Step Up arus listrik dinaikkan
tegangannya hingga 150 KV, selanjutnya dihubungkan dengan jaringan
interkoneksi Bogor Baru dan Bogor Lama.
Uap sisa yang memutarkan turbin, kemudian dialirkan menuju
Kondensor. Uap yang terkondensasi dialirkan menuju Cooling Tower
menggunakan Main Cooling Water Pump (MCWP). Cooling Tower berfungsi
untuk menurunkan temperatur air kondensat lalu dialirkan kembali ke
kondensor. Uap yang tidak terkondensasi (Non Condesable gas) dihisap oleh
Ejector dengan sistem uap bantu untuk dialirkan menuju Intercondenser untuk
menjaga kevakuman kondensor, gas yang tidak terkondensasi harus dikeluarkan
secara kontinyu. NCG didalam Intercondenser dikondensasikan menggunakan
air pendingin dari Primary Cooling Water System.Gas yang terkondensasi
dialirkan kembali menuju Kondensor.Sedangkan yang tidak terkondensasi
dihisap kembali ke Ejector untuk dialirkan menuju Aftercondenser. Kemudian
dikondensasikan kembali menggunakan air menuju Kondensor. Sedangkan
yang tidak terkondensasi dialirkan menuju Cooling Tower untuk dibuang
menggunakan Fan Stack.
entropi keluar turbin lebih besar dibandingkan dengan entropi saat masuk
turbin. Andaikan proses ini ideal, maka entropi keluar turbin akan sama
dengan entropi saat masuk turbin (isentropik) atau titik keluar turbin akan
jatuh di titik 5. Semakin proses ini mendekati isentropik maka akan semakin
tinggi esisiensi yang diperoleh.
6. Terlihat pada diagram T-s diatas bahwa keadaan fluida keluar turbin, yaitu di
titik 5, adalah fluida 2 fasa. Biasanya fraksi uap pada keadaan ini diatas 80%.
Fluida yang keluar dari turbin ini harus diinjeksikan kembali kedalam perut
bumi. Namun, menginjeksikan fluida dua fasa dominasi uap seperti ini
bukanlah mudah. Hal ini karena massa jenis uap sangat kecil dibandingkan
dengan air sehingga uap lebih cenderung bergerak keatas. Oleh karena itu,
fluida di titik 5 harus dikondensasikan menjadi air jenu terlebih dhulu sebelum
diinjeksikan. Proses kondensasi ini terjadi didalam kondensor dan keadaan
fluida keluar kondnesor adalah titik 6, yaitu keadaan air jenuh. Fluida pada
titik 6 ini selanjutnya diturunkan lagi temperaturnya di menara pendingin
sebelum akhirnya diinjeksikan kembali kedalam perut bumi melalui sumur
injeksi kondensat.
Panas adalah keadaan suatu materi atau benda yang memiliki temperatur
tinggi sedangkan kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat
dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau
dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu proses, kenaikan suhu suatu zat dapat
menimbulkan panas dan atau perubahan tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan
pada zat tersebut.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu
fluida (media) yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin
tanpa adanya pemisah dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida
(media) panas dan fluida dingin tidak berhubungan langsung tetapi dipisahkan
oleh sekat-sekat pemisah.
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan
gerakan partikel atau zat tersebut secara fisik. Dari suatu permukaan
ke fluida yang bergerak.
3. Air dibawa oleh orang yang lari dari sumur ke gudang => konveksi
2. 5. 4. Secara Kontak Langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dingin melalui
permukaan kontak langsung berarti tidak ada dinding antara kedua
fluida. Transfer panas yang terjadi yaitu melalui interfase atau
penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran steam pada kontak
langsung yaitu dua zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur),
gas-liquid dan partikel padat-kombinasi fluida.
2. 5. 5. Secara Kontak Tidak Langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dan dingin melalui
dinding pemisah. Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.
Perpindahan energi atau panas dengan menggunkan alat penukar panas
(Heat Exchanger) banyak sekali diaplikasikan dalam dunia industri.
Proses perpindahan panas pada heat exchanger sebagian besar
didominasi oleh konveksi dan konduksi dari fluida panas ke fluida
dingin, dimana keduanya tidak terjadi kontak secara langsung dalam
hal ini dipisahkan oleh dinding. Perpindahan panas secara konveksi
sangat dipengaruhi oleh bentuk geometri heat exchanger dan bilangan-
bilangan tak berdimensi.
2. 6. 2. Demister
Demister berfungsi untuk menyaring bintik-bintik air dalam uap
yang tidak tersaring dalam separator yang berfungsi untuk mencegah
masalah dalam Turbin, seperti pada Gambar 2.7.
2. 6. 3. Turbin
Komponen utama dari Pembangkit tenaga listrik adalah turbin,
seperti pada Gambar 2.8. pada bagian ini akan dibahas mengenai
keadaan fisik dari turbin uap PLTP PT. X, yang meliputi tipe turbin,
rumah turbin, rotor dan sudu-sudu turbin, susunan pipa dan sistem
katup pengontrol aliran uap yang masuk turbin serta masalah yang
ditimbulkan akibat adanya penumpukan silica.
Tipe Turbin
Turbin yang digunakan di UBP Kamojang PLTP Gunung Salak
adalah tipe Single Cylinder Double Flow (pada gambar 2.6) yaitu
kombinasi dari turbin aksi (impuls) dan reaksi, yang membedakan
antara turbin aksi dan reaksi adalah pada proses ekspansi dari uapnya.
Pada turbin aksi, proses ekspansi (penurunan tekanan) dari fluida
kerja hanya terjadi didalam baris sudu tetapnya saja, sedangkan pada
reaksi proses dari fluida kerja terjadi baik di dalam baris sudu tetap
maupun sudu beratnya. Uap bersih dan kering digunakan untuk
memutar sudu-sudu turbin pada kecepatan 3000 rpm, turbin ini
dikopel langsung ke generator. Uap masuk kedalam turbin dalam
jumlah yang besar, hal ini dikarenakan tekanan uap yang digunakan
PLTP rendah berada di kisaran 2-10 kg/cm2, tekanan uap yang rendah
ini berdampak terhadap volume spesifik uap. Volume spesifik dari
uap menjadi besar dan heat drop di dalam turbin menjadi rendah,
oleh karena itu jumlah uap yang dibutuhkan menjadi banyak. Volume
Gambar 2.10
Rotor
Turbin
(PT.
Indonesia
Power, 2015)
rotor.
Turning Gear
Adalah suatu alat yang berfungsi memutar turbin pada
putaran = 3000 rpm pada saat stop atau sebelum start
up (Gambar 2.13)
2. 6. 4. Generator
Generator adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk mengubah
energi mekanik menjadi energi listrik. Sistem penguatan generator
dapat berupa sistem penguatan sendiri maupun sistem penguatan
terpisah. Generator terdiri dari 2 kumparan utama, yaitu kumparan
rotor dan kumparan stator. Kumparan rotor berfungsi untuk
membangkitkan medan magnet setelah diberi arus penguat dari main
exciter. Kumparan stator akan menimbulkan tegangan yang
bermanfaat sebagai sumber listrik bila kumparan stator yang
bermuatan medan magnet terbuka berputar. Seperti ditunjukkan pada
Gambar 2.14.
2. 6. 5. Transformator
Transformator berfungsi untuk menaikkan (Step-Up) dan
menurunkan (Step-Down) tegangan. Tegangan output dari power plant
yang akan ditransmisi melalui jarak yang jauh dinaikkan dahulu
melalui transformator step-up. Seperti pada Gambar 2.15.
Thermometer Trap
Thermometer trap ini terdiri dari beberapa bagian yaitu :
2. 6. 6. Kondensor
Untuk mendapatkan efisiensi turbin yang tinggi maka uap bekas
atau Exhaust Steam yang keluar dari turbin harus dalam kondisi vakum
sekitar 0,1 bar yang diperoleh dengan mengkondensasikan uap tersebut
dalam sebuah kondensor yang langsung terpasang dibawah turbin.
Berbeda dengan kondensor permukaan yang ada pada PLTU
konvensional, kondensor kontak langsung mempunyai efisiensi
perpindahan panas yang jauh lebih besar daripada kondensor
permukaan, hingga ukuran dan biaya investasinya juga jauh lebih
kecil. Seperti pada Gambar 2.16.
pompa (seperti pada Gambar 2.17) dengan diatur oleh pengatur yang
disetting dengan pengaturan pembukaan air didalam kondensor.
2. 7. 8. Cooling Tower
PLTP Gunung Salak menggunakan cooling tower dengan sistem
mechanical induced draught, udara berpindah karena adanya isapan
karena kipas. Pada jenis ini (Gambar 2.18) udara masuk dari sisi
menara melalui kisi-kisi yang cukup besar pada kecepatan rendah
bergerak melalui fiber. Kipas dipasang dipuncak menara dan melalui
fan stack udara panas dan lembab dibuang ke udara bebas.
pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di luar pipa pada arah yang
sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa tersebut dilas
pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Seperti pada
Gambar 2.20.
Suatu alat yang terdiri dari sejumlah pelat tipis yang dipasang pada suatu
rangka dan ditekan rapat satu sama lain. Antara pelat satu dengan pelat lain
terdapat sela-sela sempit dimana cairan yang akan bertukar panas mengalir
secara berselang-seling. Seperti pada Gambar 2.24.
Pada Gambar 2.24 menjelaskan bahwa setiap sudut pelat terdapat lubang
yang apabila pelat - pelat tersusun rapat akan membentuk saluran tempat masuk
dan keluar fluida fluida yang digunakan dalam proses perpindahan panas.
Keterangan :
1) Guaide Bar Support
Merupakan penyangga yang digunakan untuk menjaga agar cover atau
compressian plate tidak bergeser akibat getaran yang terjadi disekitar
PHE.
2) Lower Guaide Bar
Menyangga Plate bagian bawah agar plate tetap pada posisinya dan
sebagai penyangga pada guide bar support. Lower guaide bars, berupa
batang yang terbuat dari carbon steel atau stainless steel yang mendukung
dan menjaga agar pelat berjajar secara rapi.
3) Pelat penekan (Compression Plate)
Pelat penekan (Compression Plate) terbuat dari logam yang berfungsi
sebagai penekan pelat agar pada saat operasi alat berjalan tidak ada rongga
didalam aliran fluida agar tidak terjadi kebocoran.
4) Thightening Bolt and Nut
Mur dan baut pengencang yang berjumlah empat buah, dua di sisi atas
dan dua di sisi bawah. Berguna untuk mengatur kerapatan Plate. Berupa
baut dan mur pelat baja yang digunakan untuk menekan pelat dan frame
5) Upper Guaide Bar
Penyangga pelat bagian atas agar tetap berada di rel (jalur) nya, dan
sebagai penyangga guaide bar support. Guaide bars, berupa batang yang
terbuat dari carbon steel atau stainless steel yang mendukung dan menjaga
agar pelat berjajar secara rapi.
6) Plate and Gasket
Plate memiliki alur yang berbeda pada sisi depan dan belakangnya hal ini
berguna untuk aliran kedua fluida yang saling bersilangan, umumnya
berukuran 0,4 - 0,6 mm terbuat dari stainless steel atau titanium. Fungsi
pelat pada plate and frame heat exchanger yaitu sebagai konduktor.
Sedangkan gasket berfungsi untuk menjaga (sekat) agar tidak terjadi
kebocoran aliran pada plate sehingga fluida tidak mengkontaminasi fluida
lain.
7) SFrame
S-Frame merupakan cover depan tempat dimana terdapat empat buah
nozzle yang terhubung dengan pipa penyalur fluida yang hendak masuk
dan keluar PHE, terbuat dari logam dan berfungsi menjaga pelat agar
tetap stabil.
Sekeliling lubang dan tepi pelat terdapat alur pada mana ditempatkan
gasket sehingga rongga antar pelat dapat tertutup rapat. Dengan demikian
cairan yang mengalir dalam sela-sela pelat tidak bocor keluar dan hanya keluar
masuk melalui saluran yang disediakan. Pelat-pelat sendiri diberi alur-alur
sehingga aliran bersifat turbulen. Hal ini akan memberikan koefisien
perpindahan panas yang besar dan mengurangi kecepatan pengendapan kotoran
(fouling) pada pelat.
Alur-alur pada pelat juga memperkuat pelat agar tidak merapat satu sama
lain akibat beda tekanan yang agak besar antar kedua cairan yang ditangani.
Koefisien perpindahan panas yang besar memungkinkan alat ini dioperasikan
dengan beda suhu yang kecil. Jumlah pelat dapat disusun banyak sekali
(ratusan) sehingga dapat diperoleh bidang perpindahan panas yang luas sekali
pada alat yang relatif kecil volumenya. Adanya alur juga membuat luas bidang
perpindahan panas lebih besar dari luas yang diproyeksikannya.
Seal yang digunakan untuk pembatas medium dalam PHE terbuat dari karet
dengan kualitas sesuai dengan medium yang beroperasi. Material gasket
tersebut antara lain:
1. NBR (Butadiene-Acrylonitrile Rubber)
Gasket ini mampu beroperasi pada temperatur minimum: -10 oC dan
temperatur maksimum: +120oC. Range penggunaan: air, cairan minyak
mineral, minyak nabati dan hewani, aliphatic hydrocarbons, silicon oil
dan grease.
2. EPDM (Ethylene-Propylene-Diene-Rubber)
Gasket ini mampu beroperasi pada temperatur minimum: -30 oC dan
temperatur maksimum: +160/170oC. Range penggunaan: air, uap air,
alkohol, ketones, washing agents, asam dan basa organik dan anorganik.
3. CR (Chloro-butadiene Rubber)
Gasket ini mampu beroperasi pada temperatur minimum: -40 oC dan
temperatur maksimum: +120oC. Range penggunaan: ammonia, freons,
karbon dioksida, minyak silikon, bleaching agents, chlorine dan ozone.
4. FPM (Fluorine Rubber)
Gasket ini mampu beroperasi pada temperatur minimum: -5oC dan
temperatur maksimum: +160oC. Range penggunaan: mineral oils and
greases, aliphatic, chlorated and aromatic hydrocarbons, petrol, asam,
alkalis.
melekat, diberi bahan kimia khusus. Pelat dibuat dari berbagai bahan yang
cukup liat (ductile) dengan penekanan (pressing) misalnya tembaga, aluminium,
titanium, stainless steel dsb. PHE Gasket merupakan komponen yang paling
sering diganti, karena setiap pembongkaran sebagian besar PHE Gasket sudah
tidak dapat digunakan lagi karena mengalami deformasi bentuk (gepeng). PHE
yang banyak dijumpai di industri dapat dikelompokan menjadi menjadi dua
jenis:
1. Glue Type
Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang Gasket pada pleat PHE.
Lem yang digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai ketahanan
terhadap panas yang baik.
2. Clip Type
Disisi luar gasket tipe ini terdapat clip-clip, sehingga dalam
pemasangannya cukup menancapkan clip-clip tersebut ke lubang yang
terdapat pada pelat. Pemasangan gasket tipe ini lebih mudah dan ringkas
jika dibandingkan dengan tipe glue.
cooling water system, media tersebut adalah heat exchanger. Heat Exchanger
(alat penukar panas) yang berfungsi sebagai media perpindahan panas antara
dua fluida yang mengalir di dalamnya. Penukar panas yang digunakan berupa
plate heat exchanger, terdiri dari tumpukan pelat yang mempunyai bentuk
khusus dan mempunyai saluran untuk mengalirkan fluida.
Secondary cooling water system merupakan sistem
pendingin yang berfungsi sebagai penyedia air pendingin bagi
generator cooler, lube oil cooler dan juga electric hydraulic
control (EHC) cooler. Kalor yang diserap dari media-media
pendingi tersebut kemudian dipindahkan pada primary cooling
water system. Untuk itu, air pendingin secondary cooling water
system bersirkulasi secara tertutup (close loop).
Berbeda dengan secondary cooling water system, primary
cooling water system merupakan sistem pendinginan dengan
sirkulasi open loop. Air pendingin utamanya berasal dari
ekstraksi sebagian kecil main cooling water sebagai pendingin
kondensor.
Sebagai media pendingin atau penghubung antara
secondary dan primary cooling water system digunakan yang
merupakan alat penukar kalor (heat exchanger) tipe plate and
frame.
T h=
Temperatur rata-rata fluida panas (oC)
Q= .Cp . T (2.2)
N p=N t 2
(2.3)
N p=
Dimana : Jumlah pelat yang efektif
Leff =
Dimana : Panjang aliran efektif antara lubang
vertikal (m)
Plate Pitch
Lc
p= (2.5)
Nt
b=p t (2.6)
A ch =b . LW
(2.7)
A ch =
Dimana : Daerah aliran per saluran (m)
Ac
A 1= (2.8)
Np
A 1=
Dimana : Daerah perpindahan panas satu pelat
(m)
A 1 P =
Dimana : Daerah pelat terproyeksi (m)
Enlargement Factor
Faktor pembesaran dapat dihitung dengan rumus :
A1
= (2.10)
A1P
D c =
Dimana : Diameter saluran yang setara (m)
( N T 1 )
N CP =
2
(2.12)
N CP
Dimana : = Jumlah pelat yang dilalui
cp=
Dimana : Laju aliran per saluran (kg/s)
Mass Velocity
Untuk menentukan percepatan massa digunakan
persamaan :
cp
G= (2.14)
A ch
Reynold Number
Untuk menentukan besarnya reynold number dapat
dihitung dengan rumus :
G . Dc
=
(2.15)
Nusselt Number
Untuk menentukan besarnya reynold number dapat
dihitung dengan rumus :
N u=Ch . Nh . Pr 1/3 (2.16)
N u=
Dimana : Nusselt Number
Constantant : Ch=0,087
Nh=0,718
(W / m2 . K )
N u= Nusselt Number
fluida panas
(W /m2 . K )
W /m 2 . K )
fluida dingin
(W /m 2 . K )
Uf
Dimana : = Koefisien perpindahan panas
W /m2 . K )
m
)
m
)
Cleanliness Factor
Faktor kebersihan dapat dihitung dengan rumus :
Uf
C= (2.20)
U
U . Ac. T
Qc = (2.21)
1000
Qc =
Dimana : Panas aktual untuk permukaan bersih
U f . Ac . T
Qf = (2.22)
1000
Qf =
Dimana : Panas aktual permukaan kotor
Safety Factor
Qf
C s= (2.23)
Qc
C s=
Dimana : Faktor keamanan
OS=U . ( Rf .h + Rf ,c ) (2.24)
m
)
m
)
Kp h=0,639
Constantant :
mh=0,213
C h2
DP c =4 f
( )( )
Leff
Dc (2.26)
DP c =
Dimana : Penurunan tekanan gesekan (Pa)
vertikal (m)
D c = Diameter setara saluran (m)
(2.27)
G p=
Dimana : Percepatan massa di lubang
(kg /m2 . s)
DP p =
Dimana : Penurunan tekanan dalam lubang
saluran (Pa)
G p= Percepatan massa di lubang
2
(kg /m . s)
DPt =
Dimana : Total penurunan tekanan (Pa)
saluran (Pa)
DPt ,h =860,516+862,5275=1723,0435 Pa
DPt ,c =679,324+1621,35=2300,674 Pa
(2.30)
T LMTD =
Dimana : Temperatur LMTD (
Correction Factor
Tc
( outTc )
( Th Thout ) (2.32)
R=
Tc
Th
( Thout )
( outTc ) (2.33)
P=
NTU Minimum
Number of Trasfer Unit menyatakan jumlah kalor
yang dapat dipindahkan oleh heat exchanger
dimaksud. Biasanya NTU digunakan dalam desain heat
exchanger. Dalam perhitungan, nilai minimum NTU
biasa digunakan.
U.A
NTU min=
qc (2.34)
NTU min=
Dimana : NTU minimum
( J /s . K )
Correction Factor
( c .C p , c )
Cr = (2.35)
( h .C p , h)
Cr =
Dimana : Faktor koreksi
2. 10. 6. Effectiveness
Efektivitas merupakan perbandingan antara
kemampuan heat transfer aktual terhadap kemampuan
maksimalnya.
exp [ ( 1Cr ) . NTU min ]1
E=
exp [ ( 1Cr ) . NTU min ]C r
(2.36)
Dimana : E = Efektivitas
NTU min= NTU minimum
Cr = Faktor koreksi