Anda di halaman 1dari 8

USEJ 4 (1) (2015)

Unnes Science Education Journal

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej

PENGEMBANGAN MAJALAH SAINS BERBASIS CONTEXTUAL LEARNING


PADA TEMA PEMANASAN GLOBAL UNTUK MENINGKATKAN MINAT
BELAJAR SISWA

Siti Asfuriyah , Murbangun Nuswowati

Jurusan IPA Terpadu, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Implementasi Kurikulum 2013 mewajibkan sekolah baik SMP/MTs menerapkan pembelajaran IPA secara
Diterima Januari 2015 intregated science. IPA pada hakekatnya mempelajari tentang materi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
Disetujui Februari 2015 hari. Keberhasilan siswa dalam suatu pembelajaran juga dipengaruhi besarnya minat belajar siswa terhadap
Dipublikasikan Februari 2015 materi yang disajikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa terhadap
________________ pembelajaran dengan menggunakan majalah sains berbasis contextual learning pada materi pemanasan global
untuk siswa kelas VII SMP/MTs. Pengumpulan data diperoleh melalui metode dokumentasi, observasi, dan
Keywords:
angket. Majalah sains diuji terlebih dahulu kelayakannya sebelum digunakan dalam pembelajaran. Uji kelayakan
Science magazine, global
meliputi 2 tahap yakni tahap I dan tahap II oleh 9 orang pakar menggunakan instrumen kelayakan buku
warming, contextual pelajaran menurut BSNP (2006). Pengukuran peningkatan minat belajar siswa dilakukan dengan menggunakan
learning angket ARCS yang dikembangkan Keller (1987), yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran.
____________________ Pembelajaran dilakukan selama 4 kali pertemuan. Minat belajar yang diukur meliputi 4 aspek yakni, attention,
relevance, confidence, dan satisfaction. Hasil analisis data diperoleh bahwa peningkatan untuk masing-masing aspek
memperoleh skor sebesar 0,23 untuk attention, 0,20 untuk relevance, 0,16 untuk confidence, dan 0,16 untuk
satisfaction. Sehingga rerata skor sebesar 0,19 dengan kriteria rendah.

Abstract
___________________________________________________________________
Implementation of Curriculum 2013 requires schools either SMP / MTs intregated apply science learning in science. IPA is
essentially the study of material related to everyday life. The success of students in a learning also influenced the magnitude of
students' interest in learning the material presented. This study aims to determine the increase in students' interest towards
learning using contextual learning-based science magazine on global warming material for students of class VII SMP / MTs.
The collection of data obtained through the method of documentation, observation, and questionnaires. Science magazine
tested first before being used in the feasibility study. Due diligence includes 2 stages of phase I and phase II by 9 experts on the
feasibility of using the instrument according BSNP textbook (2006). Measurement increase student interest ARCS performed
using a questionnaire developed by Keller (1987), which is given at the beginning and end of the study. Learning is done for 4
meetings. Interest in learning as measured includes four aspects namely, attention, relevance, confidence, and satisfaction. The
results of the data analysis showed that the increase for each aspect of obtaining a score of 0.23 for attention, 0.20 for relevance,
0.16 for confidence, and 0.16 for satisfaction. So that the mean score of 0.19 with a low criteria.

2015 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252-6617


Jurusan IPA Terpadu FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D7 Kampus Sekaran Gunungpati
Telp. (024) 70805795 Kode Pos 50229
E-mail: asfuriyah_wh1@rocketmail.com

739
Siti Asfuriyah dan Murbangun Nuswowati / Unnes Science Education Journal 4 (1) (2015)

PENDAHULUAN Materi ini disajikan menggunakan model


keterpaduan tipe webbed (Saputri, 2013).
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Saat ini besarnya dampak pemanasan
Teknologi mendorong adanya perkembangan global dapat dirasakan dengan jelas, mulai dari
dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam peningkatan suhu hingga cuaca yang tidak
bidang pendidikan khususnya proses belajar- menentu tanpa perlu mempelajarinya secara
mengajar. IPA merupakan bidang studi yang intensif. Tetapi pemahaman akan konsep dasar
dalam pembelajarannya menggabungkan materi pemanasan global yang tepat perlu
berbagai bidang ilmu pengetahuan (fisika, kimia ditekankan pada siswa sejak dini, agar mereka
dan biologi) sebagai dasar untuk memecahkan mengerti dampak apa saja yang terjadi akibat
masalah yang timbul dipandang secara proses pemanasan global, sehingga dapat
terintegrasi. menentukan cara-cara penanggulangan yang
Implementasi pembelajaran IPA untuk tepat pula untuk menangani pemanasan global
SMP/MTs sendiri sejak kurikulum 2006 ini.
berdasarkan ketentuan Kementerian Pendidikan Penyampaian materi pemanasan global
Nasional merupakan pembelajaran yang bersifat tentu memerlukan sebuah media yang mampu
integrated atau terpadu. Hal ini sejalan dengan memadukan konsep-konsep pemanasan global
implementasi kurikulum 2013. Semua materi secara tepat, sehingga diharapkan dapat
disampaikan secara terpadu dengan membekali siswa untuk berpikir secara
menggunakan beberapa tipe keterpaduan. terintegrasi dan kreatif. Pemilihan media yang
Tujuan penyampaian materi secara terpadu ini sesuai juga menjadi pertimbangan yang tidak
untuk mengurangi adanya tumpang-tindih boleh diabaikan.Media pembelajaran tidak
materi agar dapat tersampaikan pada siswa hanya bersifat terintegrasi tetapi juga mampu
secara efektif, begitu pula untuk materi membangkitkan minat siswa untuk mempelajari
pemanasan global. lebih dalam topik yang dibahas dalam media
Pemanasan global merupakan salah satu tersebut.
materi IPA yang dipelajari pada jenjang Menurut William (dalam Aritonang,
SMP/MTs kelas VII. Materi tentang pemanasan 2009), minat belajar merupakan ketertarikan
global ini yang diambil dari 2 Kompetensi Dasar siswa terhadap pembelajaran sebagai faktor yang
utama yakni (3.10) mendeskripsikan tentang menentukan derajat keaktifan belajar siswa.
penyebab terjadinya pemanasan global dan Pertumbuhan minat belajar siswa dapat diukur
dampaknya bagi ekosistem; dan (4.13) menggunakan angket dengan metode ARCS
menyajikan data dan informasi tentang yang dikembangkan oleh Keller. Metode ARCS
pemanasan global dan memberikan usulan merupakan langkah efektif untuk mengetahui
penanggulangan masalah, serta dipadukan peningkatan minat belajar siswa dalam hal ini
dengan Kompetensi Dasar yakni (1.1) mengetahui pengaruh minat terhadap
mengagumi keteraturan dan kompleksitas pembelajaran. Pada prinsipnya metode ARCS
ciptaan Tuhan tentang aspek fisik dan kimiawi, menekankan pada 4 aspek meliputi: 1) Attention,
kehidupan dalam ekosistem, dan peranan yakni perhatian siswa terhadap pembelajaran
manusia dalam lingkungan serta atau media pembelajaran, 2) Relevance, yakni
mewujudkannya dalam pengamalan ajaran relevansi antara media pembelajaran dan
agama yang dianutnya; (2.1) menunjukkan kebutuhan siswa, 3) Confidence, yakni keyakinan
penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas siswa terhadap kemampuan sendiri, 4)
sehari-hari sebagai wujud implementasi perilaku Satisfaction, yakni kepuasaan siswa terhadap
menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan; pembelajaran atau media pembelajaran.
dan (3.5) memahami karakteristik zat, serta Media pembelajaran yang inovatif dan
perubahan fisik dan kimia pada zat yang dapat kreatif umumnya mampu meningkatkan minat
dimanfaatkan untuk kehidupan sehari-hari. belajar siswa melalui penyajian dan
740
Siti Asfuriyah dan Murbangun Nuswowati / Unnes Science Education Journal 4 (1) (2015)

penyampaian materi secara menarik (Prawiro, proses pembelajaran yang didasarkan pada
2012). Media dapat berupa audio, visual atau penemuan dan pencarian dari proses berpikir, 3)
gabungan dari keduanya yakni audio-visual. Questioning (bertanya), mendorong dan
Umumnya penggunaan media visual berbasis membimbing siswa untuk berpikir kritis melalui
teks masih diminati karena lebih praktis, mudah pertanyaan-pertanyaan, 4) Learning community
dibawa kemana-mana tanpa memerlukan (komunitas belajar), siswa tidak hanya belajar
bantuan perangkat lain untuk menggunakannya. sendiri tetapi bekerja sama dengan orang lain
Dalam penelitian ini sendiri, dikembangkan untuk saling bertukar pengalaman dan ide, 5)
media pembelajaran berupa majalah sains atau Modelling (permodelan), menghadirkan model
majalah ilmiah. atau contoh agar merangsang siswa untuk
Majalah sains merupakan media berpikir, bekerja dan belajar, 6) Reflection
informasi dengan tujuan untuk menyampaikan (refleksi), siswa memikirkan kembali apa yang
berita aktual yang berkaitan dengan konsep- telah dipelajari, 7) Authenthic assessment
konsep sains atau Ilmu Pengetahuan Alam. (penilaian autentik), pengukuran yang bermakna
Majalah sains berisi 4 konsep bidang kajian atas hasil belajar siswa dalam ranah
utama yakni energi dan perubahannya, materi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
dan sifatnya, bumi antariksa serta makhluk Menurut Jong et al. (2008) media
hidup dan proses kehidupannya yang pembelajaran yang dikembangkan berbasis
diintegrasikan dengan pengetahuan umum contextual memungkin siswa untuk menciptakan,
berupa perkembangan ilmu pengetahuan dan dan menggunakan media tersebut yang relevan
teknologi yang bersifat aplikatif dalam dengan kehidupan nyata seperti
kehidupan sehari-hari. mendokumentasikan, memecahkan masalah,
Kelebihan majalah sains sebagai media merefleksi, berkomunikasi dan tercermin dalam
pembelajaran (Ali, 2009), yakni; 1) Siswa dapat berbagai aktivitas belajar lainnya. Selain itu
belajar dan maju sesuai dengan kecepatan siswa akan terdorong untuk bertanya,
masing-masing. Meskipun pada akhirnya semua berinteraksi secara aktif, berdiskusi, mengamati,
siswa diharapkan dapat menguasai topik yang berlatih, mempraktikkan dan
disajikan, 2) Siswa akan mengikuti urutan mendemonstrasikan sehingga pembelajaran
pikiran secara logis melalui pengulangan materi, menjadi lebih bermakna dan riil (Saputri, 2013).
3) Perpaduan teks dan gambar dapat menambah Hal ini sejalan dengan prinsip dasar contextual
daya tarik dan memperlancar pemahaman learning.
informasi yang disajikan dalam dua format, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
verbal dan visual, 4) Berisi informasi yang mengetahui peningkatan minat belajar siswa
bersifat aplikatif sesuai dengan perkembangan melalui pembelajaran menggunakan majalah
dan temuan-temuan baru, sehingga dapat sains berbasis contextual learning. Manfaat dari
dijadikan sebagai suplemen pembelajaran siswa. penelitian ini adalah meningkatkan minat
Majalah sains ini disajikan dengan belajar siswa sehingga diharapkan dapat
memperhatikan 7 komponen utama contextual meningkatkan pula hasil belajar kognitif siswa.
learning. Jika dipandang dari aspek siswa,
contextual learning atau pembelajaran kontekstual METODE
baru dapat terjadi apabila siswa telah dapat
mengaplikasikan atau mengalami apa yang Penelitian dilakukan di MTs Nurul Huda
sedang diajarkan atau dipelajari (Hudson, 2008). Banyuputih Juni-Agustus 2014. Sampel yang
Komponen utama contextual learning digunakan dalam penelitian ini yaitu purposive
(Andarini, 2012) meliputi; 1) Konstruktivisme, sample, didapatkan VII A yang terdiri dari 36
terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, siswa sebagai kelas implementasi, kelas IX B
kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan sejumlah 10 anak untuk uji skala kecil, dan 35
terdahulu dan belajar bermakna, 2) Inquiry, anak untuk uji skala besar.
741
Siti Asfuriyah dan Murbangun Nuswowati / Unnes Science Education Journal 4 (1) (2015)

Penelitian ini dilakukan dengan sains yang dikembangkan berbasis contextual


menggunakan desain penelitian R and D learning, dimana pembelajaran ini berpusat pada
(Research and Development). Metode Research and siswa. Dalam proses pembelajaran siswa akan
Development adalah metode penelitian yang mengaplikasikan atau mengalami apa yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, sedang diajarkan atau dipelajari (Sumarmi,
dan menguji kelayakan serta keefektifan produk 2008).
tersebut. Produk diuji kelayakannya melalui Penelitian diawali dengan
menggunakan instrumen kelayakan buku mengembangkan majalah sains berbasis
pelajaran menurut BSNP dan diuji contextual learning. Majalah sains hasil
keefektifannya menggunakan angket ARCS. pengembangan diuji kelayakannnya terlebih
Produk yang dikembangkan berupa dahulu. Uji kelayakan meliputi 2 tahap dengan
majalah sains berbasis contextual learning tema menggunakan instrumen penilaian kelayakan
pemanasan global. Majalah sains memuat 2 sub buku pelajaran menurut BSNP yang telah
materi tambahan yang tidak terdapat dalam dimodifikasi dan disesuaikan. Uji kelayakan ini
Buku IPA Pegangan Guru dan Siswa, yakni dilakukan oleh pakar untuk menilai 3 aspek
tentang karakteristik gas rumah kaca, dan cara kelayakan yakni, aspek isi, aspek bahasa, serta
penanggulangan pemanasan global. Selain itu, aspek penyajian, dan kegrafikan.
majalah juga dikembangkan dengan Pada uji kelayakan tahap I ini, kesembilan
memperhatikan 7 komponen contextual learning pakar menilai kelayakan majalah sains dari
yang tercermin dalam bagian-bagian majalah semua aspek kelayakan secara umum. Aspek isi
baik rubrik maupun artikel. meliputi ada-tidaknya KI (Kompetensi Inti), KD
Majalah sains diuji kelayakannya oleh 9 (Kompetensi Dasar), serta kesesuaian materi
orang pakar yang terdiri dari 3 orang dosen dengan KI, dan KD. Aspek penyajian meliputi
MIPA Universitas Negeri Semarang, dan 6 penilaian tentang bagian-bagian majalah.
orang guru MTs Nurul Huda Banyuputih. Uji Sedangkan aspek kegrafikan meliputi penilaian
kelayakan tersebut meliputi 3 aspek yakni tentang penampilan, keterbacaan, kualitas
kelayakan isi, kelayakan bahasa, serta kelayakan cetakan, dan isi majalah. Penilaian tahap I ini
penyajian dan kegrafikan. Uji kelayakan ini menggunakan instrument penilaian tahap I
terbagi menjadi 2, yakni tahap I dan tahap II. berdasarkan standar BSNP.
Majalah sains juga akan diuji keterbacaannya Hasil penilaian, pakar memberikan
oleh siswa pada uji skala kecil, dan beberapa saran untuk melengkapi kekurangan
penggunaannya pada uji skala besar. dalam majalah sains ini diantaranya,
Majalah sains yang telah lolos pada uji penggunaan warna background yang harus
kelayakan digunakan dalam kelas implementasi disesuaikan kecerahannya agar teks tetap
untuk mengetahui keefektifannya. Indikator menonjol, dan terbaca dengan jelas. Konsistensi
untuk mengetahui keefektifan penggunaan penulisan teks juga memerlukan banyak
majalah sains adalah minat belajar siswa. perbaikan, seperti panjang teks dalam artikel
Peningkatan minat belajar siswa diukur yang harus disesuaikan dengan kemampuan
menggunakan angket ARCS yang membaca, dan pemahaman siswa MTs,
dikembangkan oleh Keller yang diberikan pada sehingga teks yang dicantumkan hanya yang
awal dan akhir pembelajaran. Hasil data bersifat inti saja. Penggunaan jenis, dan ukuran
pengisian angket dianalisis untuk diketahui huruf juga tidak terlalu banyak variasi, dimana
besarnya peningkatan minat belajar siswa. teks menggunakan jenis huruf Georgia ukuran
10-12, dan judul rubrik atau sub-rubrik
HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan jenis huruf untuk poster.
Masukan-masukan dari pakar ditindaklanjuti
Media pembelajaran yang dikembangkan dengan menambah, mengurangi, atau
dalam penelitian ini adalah majalah. Majalah mengganti bagian-bagian tersebut.
742
Siti Asfuriyah dan Murbangun Nuswowati / Unnes Science Education Journal 4 (1) (2015)

Pada instrumen uji kelayakan tahap I,


pakar memberikan respon positif atau jawaban
Ya untuk semua butir penilaian yang ada,
dengan skor yang diperoleh sama dengan skor
maksimal yakni sebesar 12. Hasil penilaian
tersebut menunjukkan bahwa majalah sains
dinyatakan Lolos uji kelayakan tahap I, dan
dilanjutkan dengan uji kelayakan tahap II. Uji
kelayakan tahap II dilakukan untuk menilai
kualitas majalah sains berdasarkan 3 aspek
kelayakan secara lebih detail. Gambar 1. Grafik Hasil Uji Kelayakan Majalah
Uji kelayakan isi tahap II, pakar menilai Sains Tahap II
majalah sains berdasarkan 25 butir indikator
penilaian yang terbagi dalam 8 sub-aspek Hal tersebut sejalan dengan penelitian
tentang kelayakan isi. Skor yang diberikan pakar yang dilakukan oleh Riyani (2013), yang
pada 25 butir indikator berkisar antara skor 3, menunjukkan bahwa majalah Biomagz sebagai
dan 4, dengan hasil rerata skor 3,81, dan sumber belajar mandiri pada mata pelajaran
persentase sebesar 92,25%. Hasil tersebut Biologi untuk siswa SMA/MA kelas X yang
menyatakan bahwa majalah sains mendapat dikembangkannya dikatakan layak. Uji
kriteria layak. kelayakan pada tiga aspek yakni, aspek isi,
Uji kelayakan bahasa tahap II, pakar kebahasaan, dan penyajian yang dilakukan oleh
bahasa menilai kelayakan majalah sains pakar, peer viewer, dan guru.
berdasarkan 7 sub-aspek kelayakan yang terdiri Penilaian tersebut menunjukkan bahwa
dari 15 butir indikator kelayakan. Pakar bahasa majalah Biomagz memiliki kualitas yang baik,
memberikan skor dengan rata-rata sebesar 3,51, dan layak digunakan dalam pembelajaran
dan presentase 87,75% dengan kriteria Layak. biologi. Dalam penelitian pengembangan
Pakar penyajian, dan kegrafikan pada uji majalah sains, guru juga memberikan tanggapan
kelayakan penyajian, dan kegrafikan tahap II terkait uji kelayakan yang telah dilakukan,
memberikan skor berkisar 3-4 untuk 6 sub-aspek bahwa majalah sudah layak untuk digunakan
kelayakan yang terdiri dari 37 butir indikator dalam pembelajaran.
kelayakan. Rerata skor yang diperoleh adalah Pada uji skala kecil, tanggapan guru, dan
3,72, dan presentase 93% dengan kriteria siswa ini bertujuan untuk mengetahui tingkat
Layak. keterbacaan majalah sains. Sampel yang
Berdasarkan hasil penilaian oleh ketiga digunakan adalah 10 orang siswa kelas IX, dan
pakar didapatkan rerata skor rerata skor 3,68 3 orang guru yang diambil secara acak.Angket
dan presentase sebesar 92% dengan kriteria yang digunakan memuat 10 pernyataan. Hasil
Layak. Hal ini sesuai dengan kriteria analisis angket tanggapan siswa memperoleh
penilaian buku pelajaran menurut BSNP yang persentase 85,75%. Sedangkan hasil analisis
menyatakan bahwa majalah dikatakan Layak, tanggapan guru memperoleh persentase 92,50%.
jika aspek kelayakan isi mempunyai rata-rata Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keterbacaan
skor > 2,75, aspek kebahasaan, penyajian, dan majalah sains sangat baik. Pada uji skala besar
kegrafikan mempunyai rata-rata skor > dengan responden 6 guru, dan 36 siswa, angket
2,50.Hasil selengkapnya dapat dilihat pada terdiri dari 11 pernyataan diperoleh persentase
Gambar 1. Dari hasil tersebut, maka majalah secara berturut-turut sebesar 87,5% dan 83,44%.
sains berbasis contextual learning tema Hal ini menunjukkan majalah sangat menarik.
pemanasan global layak sebagai sumber belajar Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.
bagi siswa MTs.

743
Siti Asfuriyah dan Murbangun Nuswowati / Unnes Science Education Journal 4 (1) (2015)

angket dilakukan pada pertemuan pertama


sesudah pretes, dan pertemuan terakhir sesudah
postes. Angket tersebut diadaptasi, dan
dimodifikasi dari angket yang dikembangkan
Keller (1987) yang memuat 50 pernyataan.
Angket yang digunakan dalam penelitian ini
memuat 25 butir pernyataan yang terdiri dari 7
butir pernyataan untuk aspek attention, 8 butir
pernyataan untuk aspek relevance, 5 butir
Gambar 2. Grafik Hasil Uji Coba Majalah Sains pernyataan untuk aspek confidence, dan 5 butir
Menurut Tanggapan Guru dan pernyataan untuk aspek satisfaction. Tiap aspek
Siswa terbagi lagi menjadi dua jenis pernyataan yakni,
Keefektifan majalah sains berbasis pernyataan positif, dan negatif.
contextual learning juga diukur dari peningkatan Hasil analisis angket minat belajar siswa
minat belajar siswa yang diukur menggunakan diperoleh, rerata nilai angket minat sebelum
metode ARCS. Metode ARCS merupakan pembelajaran adalah 2,99, sementara rerata nilai
metode efektif untuk mengetahui peningkatan angket minat setelah pembelajaran adalah 3,17
minat belajar siswa dalam hal ini mengetahui dengan kriteria baik. Analisis peningkatan minat
pengaruh minat terhadap pembelajaran yang belajar siswa memperoleh rerata nilai 0,19
dilihat dari 4 aspek. Keempat aspek tersebut dengan kriteria peningkatan rendah. Secara
adalah attention, relevance, confidence, dan detail peningkatan untuk tiap aspek adalah 0,23
satisfaction yang dijadikan sebagai indikator untuk attention, 0,20 untuk relevance, 0,16
dalam angket minat yang digunakan dalam untuk confidence, dan 0,16 untuk satisfaction.
penelitian ini. Setiap aspek menghasilkan nilai peningkatan
Angket minat diberikan pada awal, dan yang berbeda, meskipun tidak signifikan.Hasil
akhir pembelajaran atau sebelum, dan sesudah tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
pembelajaran. Pada penelitian ini pengisian
Tabel 1. Rekapitulasi Peningkatan Minat Belajar Siswa
Rerata Skor
No Kategori Minat Peningkatan Kriteria
Sebelum Sesudah
1 Attention 2,90 3,15 0,23 Rendah
2 Relevance 3,02 3,22 0,20 Rendah
3 Confidence 3,03 3,19 0,16 Rendah
4 Satisfaction 3,00 3,16 0,16 Rendah
Rerata 2,99 3,18 0,19 Rendah

Aspek attention yang merujuk pada peningkatan kedua aspek ini paling rendah
perhatian siswa mempunyai kenaikan tertinggi dibanding kedua aspek lainnya yakni sebesar
dibanding ketiga aspek lainnya, hal ini 0,16. Aspek confidence yang merujuk pada
menunjukkan bahwa perhatian siswa lebih keyakinan siswa terhadap kemampuan sendiri,
mendominasi dalam minat belajar dan aspek satisfaction yang merujuk pada
menggunakan majalah sains ini. Hal ini kepuasaan siswa belum dapat meningkat secara
dimungkinkan karena contextual learning yang signifikan.
pada dasarnya berpusat pada siswa, menuntut Banyak faktor yang dapat mempengaruhi
siswa untuk lebih berkonsentrasi saat hal tersebut seperti, perbedaan karakter siswa
pembelajaran sehingga perhatian siswa menjadi dalam menentukan tolak ukur keyakinan dan
meningkat. Keadaan yang berbeda terjadi pasa kepuasaan masing-masing berbeda, sehingga
aspek confidence, dan satisfaction dimana memicu kemampuan majalah sains untuk
744
Siti Asfuriyah dan Murbangun Nuswowati / Unnes Science Education Journal 4 (1) (2015)

meningkatkan keyakinan dan kepuasan siswa berdasarkan hasil pengisian angket minat ARCS
tidaklah sama (Keller, 1987). Waktu pengisian tergolong rendah.
angket juga turut andil dalam mempengaruhi Saran yang dapat diberikan adalah perlu
hasil pengisian angket. Dimungkinkan pengisian adanya penelitian lebih lanajut yang bertujuan
angket setelah postes memicu siswa tergesa-gesa untuk mengetahui minat belajar siswa pada
dalam menentukan jawaban untuk setiap jangka waktu yang lebih lama agar dapat
pernyataan dalam angket sehingga hasil diketahui besarnya pengaruh pembelajaran
pengisian angket tidak benar-benar terhadap peningkatan minat belajar siswa.
menggambarkan kondisi yang sebenarnya.
Perbandingan hasil pengisian angket minat DAFTAR PUSTAKA
sebelum dan sesudah pembelajaran dapat dilihat
pada Gambar 3. Ali, M. 2009. Pemgembangan Media
Menurut Keller, banyak hal yang secara Pembelajaran Interaktif Mata Kuliah
umum mempengaruhi hasil meningkat atau Meda Elektromagnetik. Jurnal Edukasi,
tidaknya minat belajar siswa selain beberapa hal 5(1): 11-18.
di atas, seperti kemampuan guru dan media Andarini, T., Masykuri, M., dan Sudarisman, S.
dalam mengorganisasi kelas, keaktifan siswa, 2012. Pembelajaran Biologi
maupun kurangnya kebebasan berpikir bagi Menggunakan Pendekatan CTL
siswa yang tersedia dalam pembelajaran (Contextual Teaching and Learning)
maupun media yang digunakan (Maidiyah, Melalui Media Flipchart dan Video
2013). Siswa yang merasa terkekang dalam Ditinjau Dari Kemampuan Verbal dan
suatu pembelajaran yang terikat, dan penuh Gaya Belajar. Jurnal Inkuiri, 1(2): 93-104.
tuntutan dapat mempengaruhi peningkatan yang Aritonang, K. T. 2008. Minat dan Motivasi
tidak begitu besar. Begitu pula jika kemampuan dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.
guru maupun media kurang dalam Jurnal Pendidikan Penabur, 10 (7): 11-21.
mengorganisasi kelas, maka kemampuan, dan Hudson, C. C. dan Whisler, V. R. 2008.
keingintahuan siswa tidak dapat tercapai dengan Contextual Teaching And Learning Of
maksimal. Hal ini sekaligus menjelaskan adanya Practitioners Valdosta State University. E-
sedikit peningkatan pada keempat aspek minat journal Valdosta State University, 6 (4): 7-
secara langsung. 11.
Jong, T. D., Specht, M., & Koper, R. 2008.
Contextualised Media for Learning.
Educational Technology & Society, 11
(2):41-53.
Keller, J. 1987. Development and Use of The
ARSC Model of Instructional Design.
Gambar 3. Perbandingan Hasil Pengisian Journal of Instrustional Development, 10
Angket Minat ARCS Sebelum (3):2-10.
dan Sesudah Pembelajaran Maidiyah, E. 2013. Penerapan Model
Pembelajaran ARCS Pada Materi
SIMPULAN Statistika di Kelas XI SMA Negeri 2 RSBI
Banda Aceh. Jurnal Peluang, 1 (02):12-21.
Majalah sains berbasis contextual learning Prawiro, S. A., dan Irawan, A. H. 2012.
tema pemanasan global yang dikembangkan Perencanaan Media Pembelajaran
telah berhasil diterapkan, dan layak digunakan Interaktif Ilmu Pengetahuan Alam untuk
sebagai sumber belajar alternatif bagi siswa kelas Siswa Kelas 4 dengan Metode Learning
VII SMP/MTs untuk meningkatkan minat The Actual Object. Jurnal Sains dan Seni
belajar siswa. Peningkatan minat belajar siswa ITS, 1 (1):28-33.
745
Siti Asfuriyah dan Murbangun Nuswowati / Unnes Science Education Journal 4 (1) (2015)

Riyani, D. 2013. Pengembangan Majalah Sumarmi. 2008. Sekolah Hijau Sebagai


Biomagz Sebagai Alternatif Sumber Alternatif Pendidikan Lingkungan Hidup
Belajar Mandiri pada Mata Pelajaran Dengan Menggunakan Pendekatan
Biologi untuk Siswa SMA/MA Kelas X. Kontekstual. Jurnal Ilmu Pendidikan,
Jurnal Teknologi Pendidikan, 10(2):36-43. 15(01):19-25.
Saputri, E. D., dan Amaria. 2013.
Pengembangan Buku Ajar IPA Terpadu
Berorientasi Contextual Teaching and
Learning (CTL) Tema Dampak Bahan
Tambahan Makanan pada Kelas VIII
SMP. Jurnal Pendidikan Sains e-Pensa,
2(02):225-228.

746

Anda mungkin juga menyukai