Anda di halaman 1dari 83

Penerapan Penghapusan Sanksi Bedasarkan Putusan Menteri Keuangan 91

pada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan

Laporan Praktik Kerja Lapangan

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya
Pada Program Studi Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Katolik Soegijapranata Semarang

Disusun oleh :

Rizky Dwi

13.31.0012

PROGRAM STUDI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2016
MOTTO

Xu wn yun b de rn, dng le hi yo wn; xu wn qin b de


rn, b dng y b wn

Keajaiban adalah kata lain dari usaha dan kerja keras

(To The Beautiful You)

Youll Never Walk Alone

( Liverpool FC)

Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada semua orang yang


percaya, bahwa untuk mencapai impian diperlukan Doa,
Usaha dan Kerja keras, ketika impian anda Berbenturan
dengan Tembok yang menghalangi, maka hancurkan saja
atau Panjatlah tembok itu, mudahkan?.
HALAMAN PERSETUJUAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Nama : Rizky Dwi


Nim : 13.31.0012
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Perpajakan
Judul : Penerapan Penghapusan Sanksi Bedasarkan Putusan Menteri
Keuangan 91 pada Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib
Pajak Badan

Semarang, 16 November 2016


Dosen Pembimbing

Ibu Agnes Arie MC, SE., Msi., Akt


HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul : Penerapan Penghapusan Sanksi
Bedasarkan Putusan Menteri Keuangan 91 pada Wajib Pajak Orang Pribadi
dan Wajib Pajak Badan
Yang telah disusun oleh :
Nama : Rizky Dwi
Nim : 13.31.0012
Telah disetujui dan diterima baik pada tanggal 16 November 2016
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu
persyaratan untuk mencapai gelar Ahli Madya Perpajakan

Pembimbing, Koordinator Penguji,

Agnes Arie MC.,SE.,M.Si.,Akt Paulina Rini Hastuti, SE., Msi., Akt

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Drs. Sentot Suciarto A.,MP.,Ph.D


PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Rizky Dwi
Nim : 13.31.0012
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Program Studi : Perpajakan
Menyatakan bahwa laporan praktik kerja lapangan ini adalah hasil karya sendiri
dan asli, apabila dikemudian hari ditemukan adanya bukti plagiasi, manipulasi dan
dalam bentuk kecurangan lainnya, saya bersedia menerima sanksi dalam bentuk
apapun dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata
Semarang.

Semarang, 16 November 2016

Rizky Dwi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan anugerah-Nya

telah memberikan berkat dan kesempatan bagi penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan yang berjudul

Penerapan Penghapusan Sanksi Bedasarkan Putusan Menteri Keuangan 91

pada Wajib Pajak Orang Pribadi dam Wajib Pajak Badan, sebagai salah

satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Perpajakan di

Universitas Katolik Soegijapranata.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Atas dorongan

mereka, makalah ini dapat selesai. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus yang melaluiNya saya dapat melakukan segala hal

2. Bapak Drs. Sentot Suciarto A., MP., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Unika Soegijapranata Semarang

3. Ibu Agnes Arie MC, SE., Msi., Akt selaku Ketua Program Studi Diploma

III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika Soegijapranata

Semarang dan selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan

mengarahkan dalam pembuatan tugas akhir ini

4. Bapak dan Ibu dosen D3 perpajakan yang telah memberikan ilmu

pengetahuan khususnya mengenai perpajakan selama perkuliahan


5. Mama, pamuel, Windu, lia , ai tris, papa boki yang selalu memberikan

motivasi dan kebahagiaan dalam keluarga

6. Tirza kartika kekasih dan partner yang selalu memberikan dukungan dan

tidak lelah untuk membantu dalam proses penyelesaiaan Tugas akhir

7. Bapak DRS Supriyanto yang telah memberikan izin untuk bisa magang di

KKP DRS Supriyanto dan memberikan ilmunya yang sangat berarti bagi

saya

8. Pak Teguh, mba yuli, mba icka, mba rika, mba dias, mas hikam, mas

tommy, mas catur yang jauh disana yang membimbing dalam proses

penyelesaiaan Tugas Akhir.

9. Teman Teman Terkasih, Kezia, widya, Feri, Cinoy, Gaby, Endang, Denny,

Yuvi, Destra, Gita, Diva, ekkle, Shepti, Ndanu, sukro, agustin, erick,

nerry, julio, dan seluruh keluarga besar Pajak 2013 yang sangat saya kasihi

10. Para pejuang April hinggu agustus mendatang yang sekiranya senantiasa

selalu Berjuang tidak kenal lelah untuk mencapai Wisuda.

11. Semua pihak yang belum sempat saya sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam membuat Laporan Praktik Kerja Lapangan ini


Semoga Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat berguna bagi para

pembacanya. Penulis menyadari banyak kekurangan dari Laporan Praktik Kerja

Lapangan ini, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang

membangun untuk penyempurnaan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini.

Semarang, 16 November 2016

Penulis,

Rizky Dwi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUIL.....................................................................................i

HALAMAN MOTTO.....................................................................................ii

HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................iii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................iv

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN...............................................v

KATA PENGANTAR...................................................................................vi

DAFTAR ISI.................................................................................................ix

ABSTRAKSI................................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................1

1.2 Rumusan masalah.........................................................................3

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................4

1.4 Manfaat Penulisan........................................................................5

1.5 Sistematika Penulisan...................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN).................................................7


2.1.1 Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)........................7
2.1.2 Tarif PPN......................................................................8

2.2 Pengertian Surat Pemberitahuaan Tahunan (SPT)...............9

2.2.1 Fungsi SPT.......................................................9

2.2.2. Jenis SPT.........................................................10

2.2.3 Jenis Formulir SPT..........................................12

2.2.4 Pengisian SPT..................................................14

2.2.5 Pembetulan SPT...............................................16

2.2.6 Batas waktu penyampaiaan SPT......................18

2.2.7 Perpanjangan Jangka waktu Penyampaiaan

SPT...................................................................18

2.2.8 Denda sanksi terlambat menyampaikan

SPT....................................................................20

2.3 Surat Setoran Pajak .................................................................22

2.4 Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP)...................................24

2.4.1 Fungsi STP........................................................24

2.4.2 Penerbitan STP .................................................24

2.5 Penghapusan Sanksi Administrasi Perpajakan.......................25


2.5.1 Syarat Penghapusan Sanksi........................27

2.5.2 Ketentuan Permohonan Penghapusan

sanksi...........................................................28

2.5.3 Surat penghapusan sanksi............................29

2.5.4Alur permohonana surat.................................30

2.5.5 Pengajuan permohonan kembali.................31

2.5.6 Surat keputusan (SK)..................................31

2.5.7 Sanksi Administrasi Perpajakan..................32

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK & METODE PENELITIAN

3.1 Sejarah KKP DRS S......................................................34.

3.2 Struktur Organisasi KKP DRS S....................................34

3.3 Tugas dan Fungsi Kantor Konsultan Pajak DRS S.......36

3.3.1 Kepala kantor konsultan.............................37

3.3.2 Supervisor...................................................37

3.3.3 Staf Keuangan............................................37

3.3.4 Staf Pajak....................................................38

3.4 Metode Penelitian.............................................................38

3.4.1 Jenis Data....................................................38

3.4.2 Metode Pengumpulan Data........................39

3.4.3 Metode Analisis Data.................................40

BAB IV PEMBAHASAN dan ANALISIS DATA


4.1 Kondisi yang melatarbelakangi atas keikutsertaan Wajib Pajak

Orang Pribadi dalam program penghapusan

sanksi.................................................................................42

4.1.1 Pembetulan Peredaran Bruto...................43

4.1.2 Surat Tagihan Pajak Atas Pembetulan Peredaran

Bruto.................................................................46

4.2 Kondisi yang melatarbelakangi atas keikutsertaan Wajib Pajak

Badan dalam Program Penghapusan

sanksi.................................................................................49

4.2.1 Terambat melaporkan dan membayarkan

pajak.................................................................50

4.2.2 Terlambat Membayar Pajak.....................54

4.3 Bagaimana pelaksanaan PMK 91 atas Orang

Pribadi...............................................................................58

4.4 Bagaimana pelaksanaan pmk 91 atas Wajib Pajak

Badan..................................................................................60

4.5 Peluang apa yang dapat diperoleh Wajib Pajak atas Keikutsertaan

Program Penghapusan Sanksi..........................................64

BAB V KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan...............................................................64

5.2 Saran..........................................................................65
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................67

LAMPIR..............................................................................................68
ABSTRAK

Pada Tahun 2015 Direktur Jendral Pajak (DJP) mencanangkan sebagai tahun
Pembinaan Wajib Pajak dengan motto Reach the Unreachable, Touch the
Untouchable, dengan adanya program Pembinaan Wajib Pajak diharapkan dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakan dan juga dapat
meningkatkan pendaptan negara melalui sektor perpajakan. Melalui penelitian ini
Penulis bertujuan mengetahui bagaimana penerapan Penghapusan sanksi
bedasarkan Putusan Menteri Keuangan 91 pada Wajib Pajak Orang Pribadi dan
Wajib Pajak Badan. Penulis menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif,
pengumpulan data dilakukan dengan metode Wawancara, Kepustakaan dan
Dokumentasi, sumber data dalam penelitian ini adalah dengan Mengumpulkan
data yang sudah pernah dipublikasikan sebelumnya. Tuan Marvelinus dan CV
Liverpool FC adalah salah satu klien dari Kantor Konsultan Pajak S yang
mengikuti Program Penghapusan Sanksi, dari Pengajuan permohonan yang sudah
dilakukan oleh Tuan Marvelinus dan CV Liverpool FC atas Keterlambatan
pembayaran, pelaporan dan Pembetulan Surat Pemberitahuaan Tahunan belum
mendapatkan jawaban dari Direktur Jendral Pajak jika belum mendapatkan
jawaban atas pengajuan yang dilakukan dalam kurun waktu 6 bulan sejak
permohonan diajukan maka pengajuan permohonan penghapusan sanksi dianggap
diterima oleh Direktur jendral Pajak.

Kata kunci : Direktur Jendral Pajak , Program Penghapusan Sanksi, Surat


Pemberitahuaan Tahunan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Direktur Jendral Pajak (DJP) mencanangkan tahun 2015 sebagai

Tahun Pembinaan Wajib Pajak dengan moto Reach the Unreachable, Touch

the Untouchable yang memiliki arti menyentuh masyarakat (wajib pajak)

yang belum tersentuh (dibina) dan menyentuh masyarakat (wajib pajak) yang

sudah tersentuh. diharapkan Program pembinaan tahun wajib pajak, dapat

meningkatkan kesadaran masyarakat akan kewajiban perpajakan dan juga

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara melalui sektor

perrpajakan. (www.pajak.go.id)

Melalui program pembinaan tahun wajib pajak pada tahun 2015

Direktur jendral Pajak memberikan kesempatan seluas-luasnya dan

mendorong wajib pajak untuk mendaftarkan diri, mendapatkan NPWP,

menyampaikan Surat Pemberitahuaan Tahunan (SPT) dan membetulkan

SPT serta melakukan pembayaran pajak terutangnya. sebagai timbal balik

atas keikutsertaan wajib pajak dalam program pembinaan wajib pajak atau

penghapusan sanksi / reiventing maka Direktur Jendral Pajak (DJP)

memberikan insentif berupa penghapusan denda atas sanksi administrasi

yang diakibatkan karena keterlambatan pelaporan, pembayaran pajak dan

pembetulan SPT.

(http://www.pajak.go.id)
Keputusan diatur Sesuai dengan peraturan yang diterbitkan oleh

Menteri Keuangan yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor

91/PMK.03/2015 tentang Pengurangan atau Penghapusan Sanksi

Administrasi Atas Keterlambatan Penyampaian Surat Pemberitahuan,

Pembetulan Surat Pemberitahuan dan Keterlambatan Pembayaran atau

Penyetoran Pajak.

Dengan adanya program Pembinaan tahun pajak dan pemberian

insentif berupa penghapusan sanksi atas denda administrasi dapat

dimanfaatkan oleh wajib pajak yang belum melakukan kewajiban perpajakan

dengan benar, terutama dalam melakukan hitung, setor dan melaporkan

pajak. bedasarkan pengalaman penulis dalam Praktik Kerja Lapangan di

Kantor Konsultan Pajak DRS S banyak terdapat klien dan Wajib Pajak yang

memanfaatkan program penghapusan sanksi untuk mendapatkan keringanan

dan penghapusan denda sanksi administrasi yang diterimanya. Penulis

melakukan studi kasus kepada salah satu Wajib Pajak dari Konsultan DRS S

yaitu Tuan Marvelinus yang memliki kewajiban perpajakan sebagai Wajib

pajak Orang Pribadi Tuan (Marvelinus) dan Wajib Pajak Badan atas

usahanya (CV.Liverpool.FC) yang menjadi salah satu wajib pajak yang ikut

serta dalam penghapusan sanksi.

Maka penulis sangat tertarik untuk membahas penelitian / Tugas akhir

mengenai keikutsertaan wajib pajak orang pribadi Tuan (Marvelinus) dan

Badan Usahanya (CV.Liverpool.FC) dalam program penghapusan sanksi


atas keterlambatan pembayaran, keterlambatan melakukan pelaporan pajak

dan membetulkan SPTnya.

Bedasarkan permasalahan diatas, maka topik pembahasan yang

diambil oleh Penulis sebagai Laporan Tugas Akhir, dengan judul :

PENERAPAN PENGHAPUSAN SANKSI BERDASARKAN PUTUSAN

MENTERI KEUANGAN 91 PADA WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

DAN WAJIB PAJAK BADAN

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas adalah:

1. Kondisi apa yang melatarbelakangi keikutsertaan Wajib Pajak

Orang Pribadi Marvelinus dalam program penghapusan sanksi ?

2. Kondisi apa yang melatarbelakangi keikutsertaan Wajib Pajak

Badan CV Liverpool FC dalam program penghapusan sanksi ?

3. Bagaimana Pelaksanaan PMK 91 pada Wajib Pajak Orang Pribadi

Tuan Marvelinus ?

4. Bagaimana Pelaksanaan PMK 91 pada Wajib Pajak Badan CV

Liverpool FC ?

5. Peluang apa saja yang bisa didapat oleh Wajib Pajak Orang Pribadi

Marvelinus dan Badan usaha CV. Livepool FC atas keikutsertaan

dalam program penghapusan sanksi ?

1.3 Tujuan Penulisan


Melalui penelitian ini penulis memiliki tujuan, diantaranya:

1. Mengetahui apa yang melatarbelakangi atas keikutsertaan Wajib

Pajak Orang Pribadi Tuan Marvelinus dalam program penghapusan

sanksi.

2. Mengetahui apa yang melatarbelakangi atas keikutsertaan Wajib

Pajak Badan CV Liverpool FC dalam program penghapusan sanksi.

3. Mengetahui bagaimana pelaksanaan PMK 91 atas Wajib Pajak

Orang Pribadi Marvelinus.

4. Mengetahui bagaimana pelaksanaan PMK 91 atas Wajib Pajak

Badan CV Liverpool FC .

5. Mengetahui peluang apa saja yang dapat diperoleh Wajib Pajak

dalam Program Penghapusan Sanksi.

1.4 Manfaat Penulisan

Penulis berharap laporan PKL ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

diantaranya:

1. Bagi Penulis:
Menambah pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan mengaplikasikan

ilmu yang telah di dapat selama kuliah dan magang khususnya dalam

bidang perpajakan.

2. Bagi Pembaca:

Bermanfaat sebagai sarana informasi untuk menambah wawasan

khususnya dalam bidang perpajakan dan dapat digunakan sebagai acuan

untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Perusahaan:

Memberikan informasi mengenai Peluang apa saja yang bisa didapat atas

keikutsertaan dalam program penghapusan sanksi

4. Bagi masyarakat:

Memberikan informasi mengenai wawasan perpajakan khususnya

program,peraturan maupun kebijakan terbaru yang dikeluarkan oleh

pemerintah terutama program penghapusan sanksi/reiventing.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk memberikan ilustrasi

tentang pembahasan yang lebih jelas dalam Laporan Praktik Kerja

Lapangan. Laporan ini dibagi menjadi lima bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan,

manfaat penulisan serta sistematika penulisan dalam penelitian.

BAB II : LANDASAN TEORI

Membahas tentang teori teori yang berhubungan dengan penelitian,

sehingga teori ini akan digunakan sebagai dasar, pedoman serta informasi

pendukung dalam pembahasan masalah yang akan dijelaskan pada bab IV.

BAB III : GAMBARAN UMUM TEMPAT PRAKTIK KERJA

LAPANGAN (PKL)

Dalam bab ini akan diuraikan mengenai sejarah serta gambaran

umum Kantor Konsultan Pajak DRS S dan metode penelitian.

BAB IV : HASIL PEMBAHASAN

Berisi tentang analisis hasil penelitian dan pembahasan masalah

penelitian.

BAB V : PENUTUP

Merupakan bab terakhir dalam tugas akhir yang berisi penutup

yang berupa kesimpulan dari hasil penelitian, serta saran yang didapatkan

atas penelitian.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Pajak Pertambahan Nilai merupakan pengganti pajak penjualan,

yakni pajak yang dipungut oleh PKP atas penyerahan BKP dan atau
pemanfaatan JKP kepada konsumen, atas penyerahan BKP/JKP pada

setiap transaksi dikenakan nilai tambah dari Dasar Pengenaan Pajak

(Mulyono,2008). Perundang-undangan mengenai pajak pertambahan nilai

diatur dalam Undang-Undang No.42 tahun 2009 yang menggantikan

peraturan sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 8 tahun 1984. Dasar

pemikiran pajak pertambahan nilai adalah mengenakan pajak pada tingkat

kemampuan masyarakat untuk berkonsumsi barang atau jasa yang telah

dikenakan pajak, yang pengenaannya dilakukan secara tidak langsung

kepada konsumen

(Mardiasmo,2011).

2.1.1 Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas :

a. Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak

(JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha, dengan syarat:

1. Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP

2. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan

BKP tidak berwujud

3. Penyerahan dilakukan didalam daerah Pabean

4. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha

atau pekerjaan

5. Impor Barang Kena Pajak


b. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar

Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

c. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di

dalam Daerah Pabean

(Mardiasmo:H303).

2.1.2 Tarif PPN

Menurut ketentuan Undang-Undang Dasar No.42 tahun

2009 pasal 7 Tarif PPN meliputi :

Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

a. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen)

diterapkan atas:

1.Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

2.Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

3.Ekspor Jasa Kena Pajak

b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas Barang mewah

memiliki tarif paling rendah sebesar 10 % dan yang paling

tinggi ssebesar 200% ssesuai dengan kelompok tarif pengenaan

pajak barang mewah

http://www.online-pajak.com

2.2 Pengertian Surat Pemberitahuaan Tahunan (SPT)


Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang digunakan oleh

wajib pajak untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak.

Objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/harta dan kewajiban sesuai

dengan ketentuan peraturan undang-undang perpajakan

( Mardiasmo:H31)

2.2.1 Fungsi SPT

Fungsi surat pemberitahuan bagi wajib pajak penghasilan

adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggungjawabkan penghitungan pajak yang sebenarnya

terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan

sendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak

lain dalam 1 tahunpajak atau bagian tahun pajak.

b. Penghasilan yang merupakan objek dan atau bukan objek

pajak

c. Harta dan kewajiban

d. Pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang

pemotongan atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan

lain dalam 1 masa pajak sesuai dengan ketentuan perundang

undangan perpajakan.

Fungsi surat pemberitahuan bagi Pengusaha kena pajak

adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan

mempertanggunjawabkan penghitungan jumlah pajak


pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah

yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

a. Kredit pajak masukan terhadap pajak keluaran

b. Pembayaran atau pelunasan pajak yanga telah dilaksanakan

sendiri oleh pengusaha kena pajak dan/atau melalui pihak lain

dalam 1 masa pajak, seuai dengan ketentuan perundang-

undangan perpajakan

(Mardiasmo:H31,H32).

2.2.2. Jenis SPT

Berikut adalah jenis Surat Pemberitahuaan Tahunan, diantaranya :

SPT Tahunan merupakan surat pemberitahuaan untuk suatu masa

pajak, terdiri dari:

a. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan

b. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan bagi

Pajak yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam

mata uang Dollar Amerika Serikat.

c. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang

Pribadi.

d. SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21

e. SPT Masa Surat pemberitahuaan untuk suatu tahun bagian

pajak
Terdapat 10 jenis SPT Masa. SPT Masa tersebut dinamakan

berdasarkan nomor pasal, dimana aturan pajak tersebut diatur,

dan mereka adalah:

1. PPh Pasal 21/26

2. PPh Pasal 22

3. PPh Pasal 23/26

4. PPh Pasal 25

5. PPh Pasa 4 ayat (2)

6. PPh Pasal 15

7. PPN (Pajak Pertambahan Nilai)

8. PPN bagi Pemungut dan PPN BM

9. PPN bagi Pengusaha Kena Pajak Pedagang Eceran

yang menggunakan nilai lain sebagai Dasar Pengenaan

Pajak.

Dikecualikan dari kewajiban penyampaiaan SPT:

1. Wajib pajak orang pribadi berpenghasilan neto dibawah

PTKP (untuk SPT masa dan tahunan)

2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha

atau melakukan pekerjaan bebas (untuk SPT masa)

(Mardiasmo:H35) ( www.online.pajak.com)
2.2.3 Jenis Formulir SPT

Berikut adalah jenis formulir SPT:

a. Formulir SPT Tahuan Untuk WP Badan

1. Formulir 1771

Formulir ini diperuntukan buat Wajib Pajak Badan dalam

negeri baik berbentuk CV, PT, Firma, dan yang berbentuk

badan hukum lainnya.

2. Formulir 1771 $

Formulir ini diperuntukan bagi Wajib Pajak Badan yang

diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang

Dollar Amerika Serikat.

b. Formulir SPT tahunan untuk WP Orang Pribadi

1. Formulir 1770SS

Formulir SPT 1770S diperuntukan kepada Wajib Pajak

orang pribadi yang mempunyai penghasilan hanya daari

satu pemberi kerja dengan jumlah pendapatan bruti tidak

lebih dari Rp.60.000.000 (enam puluh juta rupiah) dalam

setahun dan tidak memiliki penghasilan lain kecuali

penghasilan dan tidak mempunyai penghasilan lain kecuali

penghasilan berupa bunga bank dan/atau bunga koperasi .

Lampiran yang disertakan jika Wajib Pajak menyampaikan


SPT Tahunan Pajak Penghasilan dengan menggunakan

Formulir 1770 SS adalah Bukti Pemotong Pajak

Penghasilan Pasal 21 berupa Bukti Pemotongan 1721 A1

dan/atau 1721 A2.

2. Formulir 1770S

Formulir SPT 1770 S diperuntukan kepada wajib pajak

orang pribadi yang mempunyai penghasilan dari :

1. satu atau lebih pemberi kerja

2. dalam negeri lainnya; dan/atau

3. dikenakan Pajak Penghasilan final dan/atau

bersifat final.

3. Formulir 1770 (Usahawan)

SPT 1770 dieruntukan kepada wajib pajak orang pribadi

yang mempunyai penghasilan dari :

1. usaha/pekerjaan bebas yang

menyelenggarakan pembukuan atau Norma

Penghitungan Penghasilan Neto

2. satu atau lebih pemberi kerja;

3. yang dikenakan Pajak Penghasilan Final dan

atau bersifat Final

4. penghasilan lain

http://www.taatpajak.com
2.2.4 Pengisian SPT

Pada hakikatnya Surat Pemberitahuaan Tahunan harus diisi

oleh Wajib pajak yang bersangkutan, dikarenaka wajib pajaklah

yang mengetahui tentang hitungan transaksi dan kegiatan yang

berhubungan dengan pajaknya. Namun prakteknya cukup banyak

wajib pajak yang kurang mengerti untuk mengisi Surat

Pemberitahuaan Tahunan sehinga menggunakan jasa praktisi pajak

( Jasa konsultan pajak ) terutama untuk kegiatan setor, hitung dan

lapor pajak terutang nya hingga mengisi Surat pemberitahuaan

untuk Pribadi dan Badan. SPT harus diisikan dengan benar, sesuai

dengan kenyataan dan lengkap, jika tidak, maka akan

mengakibatkan sanksi administrasi, dan bagi wajib pajak yang

melanggar atau tidak melakukan pengisiaan SPT dengan benar

secara sengaja lebih dari satu kali dapat dikenakan sanksi pidana

yang dijatuhkan kepada wajib pajak yang bersangkutan. Untuk

dapat mengisi data dalam SPT, diperluan catatan atau pembukuan

wajib pajak. Oleh karena itu wajib pajak ha menyelenggarakan

pembukuan minimal pencatatan. Sebagai bukti pengisian data SPT

tersebut Benar dan sesuai data aslinya maka perlu dilampirkan

neraca dan laporan laba rugi (untuk pembukuan), dan catatan

peredaran harian (untuk pencatatan).

Wajib pajak wajib menandatangani SPT, sebagai

pertanggungjawaban atas kebenaran data yang dimasukkan dalam


SPT. Jika ternyata data yang disampaikan tidak benar maka wajib

pajak tersebutnya yang akan dikenakan sanksi administratif atau

sanksi pidana. Kuasa pada konsultan pajak atau wakilnya untuk

menandatangani SPT, memerlukan surat kuasa dari wajib pajak,

dan yang bertanggung jawab adalah yang diberi kuasa oleh wajib

pajak

(Siti Resmi, 2010).

Bukti-bukti yang harus dilampirkan pada SPT :

1. Wajib Pajak yang mengadakan pembukuan : Laporan

keuangan berupa Neraca dan Laporan rugi-laba serta keterrangan

keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya

penghasilan kena pajak

2. Untuk SPT Masa PPN :

Sekurang kurang nya berisikan hitungan dasar pengenaan

pajak, jumlah pajak keluaran, jumlah pajak masukan yang dapat

dikreditkan, dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak.

3. Untuk wajib pajak menggunakan norma perhitungan :

Perhitungan jumlah peredaran yang terjadi dalam tahun pajak

yang bersangkutan.
(Mardiasmo:H23)

2.2.5 Pembetulan SPT

Wajib pajak dengan kemauaan sendiri dapat membetulkan

SPT yang sudah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan

tertulis dengan syarat Direktur Jendral Pajak belum melakukan

tindakan pemeriksaan. Dalam pembetulan SPT yang dinyatakan

rugi atau lebih bayar, Pembetulat SPT harus disampaikan paling

lama dalam jangka waktu 2 tahun sebelum batas akhir penetapan.

Jika wajib pajak yang membetulan sendiri Surat

pemberitahuaan tahunan, maupun surat pemberitahuaan Masa

mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, maka wajib pajak

akan dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2%

setiap bulannya atas jumlah pajak terutangya atau pajak yang

kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai

dengan tanggal pembayaran atau dihitung 1 bulan.

Ketidakbenaran dalam pengisiaan SPT dapat mengakibatkan :

1. Pajak-pajak yanag masih harus dibayar menjadi

lebih besar atau lebih kecil.

2. Rugi bedasarkan ketentuan pearpajakan menjadi

lebih kecil atau lebih besar.

3. Jumlah Harta menjadi lebih besar atau lebih kecil


4. Jumlah modal menjadi lebih besar aatau lebih kecil.

Jika wajib pajak dengan kemauaan sendiri mengungkapkan

ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan

kekurangan pembayaran pajak yang sebenarnya terutang beserta

sanksi denda sebesar 150% dari jumlah pajak yang kurang bayar,

maka tidak akan dilakukan tindakan penyidikan kepada wajib

pajak yang bersangkutaan.

(Mardiasmo:H33,34)

2.2.6 Batas waktu penyampaiaan SPT

Batas waktu penyampaiaan surat adalah :

1. Surat pemberitahuaan masa, jangka waktu dua puluh hari

setelah akhir masa pajak. Dan khusus untuk surat

pemberitahuaan Masa Pertambahan Nilai disampaikan

paling lama akhir bulan berikutna setelah berakhirnya amsa

pajak

2. Surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan Wajib

Pajak Orang Pribadi, jangka waktu paling lama tiga bulan

setelah akhir tahun pajak

3. Surat pemberitahuaan tahunan pajak penghasilan Wajib

Pajak Badan jangka waktu paling lama empat bulan setelah

akhir tahun pajak.

( Mardiasmo : H35 )
2.2.7 Perpanjangan Jangka waktu Penyampaiaan SPT

Wajib pajak bisa mendapatkan kesempatan untuk

memperpanjang jangka waktu penyampaiaan SPT, dan akan

mendapatkan waktu dua bulan sejak batas akhir waktu

penyampaiaan SPT tahunan dengan cara menyampaikan

pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan.

Pemberitahuaan perpanjangan SPT Tahunan harus dibuat

secara tertulis dan disampaikan ke kantor pelayanan pajak, sebelum

batas waktu penyampaiaan SPT tahunana berakhir dengan

melampirkan :

1. Perhitungan sementara pajak terutang dalam satu tahun

pajak yang batas waktu penyampaiaannya diperpanjang

2. Laporan keuangan sementara;

3. Surat setoran pajak sebagai bukti pelunasan kekurangan

pembayaran pajak yang terutang

Pemberitahuaan perpanjangan SPT wajib ditandatangani

oleh wajib pajak atau kuasa wajib pajak dan dapat disampaikan

di :

1. Secara langsung

2. Melalui kantor pos dengan bukti pengiriman surat ; atau

3. Dengan cara lain yang meliputi :


- Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir

dengan harus disertakan bukti pengiriman surat

- Efiling melalui ASP

( Mardiasmo : H35 )

2.2.8 Denda sanksi terlambat menyampaikan SPT

Sesuai dengan Pasal 7 KU, apabila tidak menyampaikan

SPT dalam jangka waktu yang ditentukan maka akan dikenakan

sanksi administrasi berupa denda sebesar, dan meliputi :

1. Denda terlambat lapor SPT masa PPN senilai Rp. 500.000

2. Denda terlambat lapor SPT masa lain nya senilai Rp.

100.000

3. Denda Terlambat lapor SPT Tahunan PPH Badan senilai

Rp. 1.000.000

4. Denda terlambat lapor SPT Tahunan PPH orang pribadi

senilai Rp. 100.000

( Mardiasmo : H36 )

Kealpaan

Wajib pajak yang karena Kealpaannya tidak menyampaikan

Surat Pemberitahuaan tahunaan atau menyampaikan namun dengan

isi perhitungan dan data yang tidak benar yang dapat menimbulkan

kerugian pada pemasukan negara, tidak akan dikenakan sanksi

pidana apabila Kealpaannya tersebut baru pertama kali dilakukan

oleh Wajib Pajak dan wajib Pajak tersebut diharuskan melunasi


kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta denda

sanksi administrasi dengan kenaikan 2x lipat atau 200% dari

jumlah pajak yang kurang bayar yang telah ditetpkan melalui

penerbitan SuratKetetapan Pajak kurang bayar.

(mardiasmo:H37)

Kesengajaan

Wajib pajak yang dengan unsur kesengajaan tidak

menyampaikan Surat Pemberitahuaan Tahunan atau

menyampaikan namun dengan isi perhitundan dan data yang tidak

benar sehingga menimbulkan kerugian pada pemasukan negara

dapat dikenakan sanksi pidana paling sedikit enam bulan dan

paling lama enam tahun dan denda paling sedikit dua kali dari

jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar dan paling

banyak empat kali jumlah pajak terutang atau kurang bayar.

Wajib pajak dapat mendapatkan penambahan hukum satu

kali menjadi dua kali sanksi pidana apabila wajib pajak yang

bersangkutan melakukan tindakan pelanggaran kembali di bidang

perpajakan sebelum lewat satu tahun, terhitung sejak selesainya

menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

(Mardiasmo:H37)
2.3 Surat Setoran Pajak

Surat setoran pajak adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak

yang telah dilakukan menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan

cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang telah ditunjuk

oleh menteri keuangan.

1.Funsgi Surat Setoran pajak

SSP Berfungsi sebagai alat bukti pembayaran atas pajak

yang dibayarkan dan telah disahkan oleh pejabat kantor penerima

pembayaran yang berwenang atau sudah mendapatkan validasi.

2 Tempat pembayaran dan penyetoran pajak

1. Bank yang ditunjuk menteri keuangan

2. Kantor Pos Indonesia

3 Batas waktu pembayaran atau penyetoran Pajak

Wajib pajak memiliki batas waktu penyampaiaan serta

penyetoran pajak sebagai berikut :

(Mardiasmo:H37)
Tabel. 2.1

Batas waktu penyetoran & Pelaporan pajak terutang

www.onlinepajak.com

2.4 Pengertian Surat Tagihan Pajak (STP)


Menurut Pasal 1 UU no 28 tahun 2007 Surat Tagihan Pajak adalah

surat yang digunakan untuk melakukan kegiatan penagihan pajak dan/atau

sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda yang disebabkan oleh

keterlambatan dalam melakukan kewajiban perpajakan

(Mardiasmo:H45)

2.4.1 Fungsi STP :

1. Sebagai koreksi atas jumlah pajak yang terutang menurut SPT

Wajib Pajak

2. Sebagai sarana untuk mengenakan sanksi berupa bunga atau

denda

3. Sebagai sarana untuk menagih pajak

(Mardiasmo:H45)

2.4.2 Penerbitan STP

Menurut Pasal 14 ayat (1) UU no 28 tahun 2007, penyebab

dikeluarkannya STP sebagai berikut :

Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar

A. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat Kurang

bayar dalam pembayaran pajak yang disebabkan oleh kesalahan

penulisan atau kesalahan perhitungan pajak.

B. Wajib pajak terlambat dalam melakukan kewajiban perpajakan

( hitung, setor dan lapor ) sehingga menimbulkan sanksi atau

denda administrasi

C. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi membuat


faktur pajak atau pengusaha telah dikukuhkan sebagai PKP

tetapi tidak membuat Faktur Pajak atau membuat faktur pajak

tetapi tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan atau tidak

lengkap dalam mengisi faktur pajak.

D. Pengusaha kena pajak yang gagal dalam berproduksi dan telah

diberikan pengembalaian pajak masukan

( Mardiasmo:H45)

2.5 Penghapusan Sanksi Administrasi Perpajakan

Pada akhir bulan April tepatnya taggal 30 April 2015 pemerintah

menerbitkan peraturan baru yakni PMK Nomor 91/PMK.03/ 2015

tentang pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi atas

keterlambatan penyampaian surat permberitahuan, pembetulan surat

pemberitahuan dan keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak.

Peraturan ini mengacu pada UU No.6 Tahun 1983 Pasal 36 ayat (1) huruf

a tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan UU No.16 Tahun 2009, yang

menyatakan bahwa: DJP diberikan kewenangan untuk mengurangkan

atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan

kenaikan yang terutang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan dibidang perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan

karena kekhilafan WP.


(TA: Irwina 2015)

Menurut PMK-91/PMK.03/2015 yang dapat diajukan penghapusan

sanksi administrasi, atas :

- Keterlambatan penyampaian SPT Tahunan Pajak

Penghasilan untuk Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya dan/atau

SPT Masa untuk Masa Pajak Desember 2014 dan sebelumnya

- Keterlambatan pembayaran atau penyetoran atas kekurangan

pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT Tahunan

Pajak Penghasilan untuk Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya;

- Keterlambatan pembayaran atau penyetoran pajak yang

terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak sebagaimana

tercantum dalam SPT Masa untuk Masa Pajak Desember 2014

dan sebelumnya

- Pembetulan yang dilakukan oleh Wajib Pajak dengan

kemauan sendiri atas SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk

Tahun Pajak 2014 dan sebelumnya dan/atau SPT Masa untuk

Masa Pajak Desember 2014 dan sebelumnya yang

mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar.

(PJ.091/KUP/s/013/2015-00)

2.5.1 Syarat Penghapusan Sanksi


Untuk mengajukan penghapusan sanksi, wajib pajak harus

memenuhi syarat sebagai berikut:

a. 1(satu) permohonan untuk 1 (satu) Surat Tagihan Pajak

b. Diajukan secara tertulis dengan menggunakan bahasa

indonesia

c. Ditandatangani oleh wajib pajak dalam hal wajib pajak orang

pribadi maupun wakil wajib pajak dalam hal wajib pajak

badan, dan tidak dapat dikuasakan

d. Disampaikan ke kantor pelayanan pajak tempat wajib pajak

terdaftar

Permohonan harus dilampirkan dokumen yang berupa :

1. Surat pernyataan yang menyatakan bahwa

keterlambatan penyampaiaan SPT, keterlambatan

pembayaran pajak, dan/atau pembetulan SPT dilakukan

atas dasar kekhilafan atau bukan karena kesalahan dan

ditanda tangani diatas materai oleh wajib pajak orang

pribadi maupun wakil Wajib Pajak dalam hal Wajib Pajak

Badan.

2. Fotokopi SPT atau SPT pembetulan yang

disampaikanatau print out SPT.

3. Fotokopi bukti penerimaan atau bukti pengiriman

surat yang dianggap sebagai bukti penerimaan

penyampaiaan SPT atau SPT pembetulan.


4. Fotokopi Surat Setoran Pajak atau sarana

adtninistrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran

Pajak sebagai bukti pelunasan pajak terutang yang

tercantum dalam SPT Masa atau bukti pelunasan

kekurangan pajak yang tercantum dalam SPT Tahunan

Pajak Penghasilan atau bukti pelunasan pajak yang kurang

dibayar.

5. Fotokopi surat tagihan pajak

(PJ.091/KUP/s/013/2015).

2.5.2 Ketentuan Permohonan Penghapusan sanksi

Penghapusan sanksi administrasi diberikan dengan

ketentuan sebagai berikut:

1. sanksi administrasi dalam surat tagihan pajak belum

dibayar oleh wajib pajak

2. sanksi administrasi dalam surat tagihan pajak sudah

dibayar sebagian oleh wajib pajak

(PJ.091/KUP/s/013/2015)

2.5.3 Surat penghapusan sanksi

Surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi

administrasi, surat ini wajib diisi oleh wajib pajak guna

mengajukan permohonan penghapusan sanksi administrasi


1. Surat Pernyataan yang dibuat oleh wajib pajak

Surat yang menyatakan bahwa wajib pajak tersebut

telah mengakui melakukan kesalahan yang tidak disengaja

berupa telat menyampaikan, telat melakukan pembayaran

dan melakukan pembetulan sendiri.

2. Surat keputusan pengurangan atau penghapusan

sanksi

Merupakan surat yang diberikan oleh Direktur

jendral pajak kepada wajib pajak yang telah mengajukan

permohonan penghapusan sanksi yang berisikan hasil

keputusan diterima atau ditolaknya permohonan

penghapusan sanksi administrasinya.

3. Surat pengembalian permohonan pengurangan atau

penghapusan sanksi

Merupakan Surat yang berisian mengenai

pengembalian surat penghapusan sanksi yang bisa

disebapkan oleh persyaratan atau data yang tidak lengkap.

(PJ.091/KUP/s/013/2015)

2.5.4 Alur permohonana surat :

Gambar 2.1

Alur surat permohonan penghapusan sanksi pajak

DIRJEN PAJAK

Surat permohonan 1 Surat permohonan 2


Meneliti

Ketentuan dan persyaratan

TIDAK MEMENUHI TIDAK MEMENUHI

MEMENUHI

SURAT PENGEMBALIAN SURAT PENGEMBALIAN


PERMOHONAN PERMOHONAN

Paling lama 6 bulan sejak permohonan diterima

( dianggap dikabulkan apabila melampaui)

Surat keputusan
pengurangan/penghapusan
sanksi administrasi

WAJIB PAJAK

(PJ.091/KUP/s/013/2015-00)

2.5.5 Pengajuan permohonan kembali

Berikut adalah hal dalam proses pengajuan permohonan

Penghapusan sanksi kembali L

1. Terhadap permohonan wajib pajak yang tidak

memenuhi persyaratan dan dokumen yang harus


dilampirkan (pasal 4 ayat 2 ) dan ( pasal 4 ayat 3 ) wajib

pajak dapat mengajukan permohonan kembali

2. Terhadap permohonan wajib pajak yang tidak

memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ada didalam

pasal 3 maupun pasal 4 ayat (4), wajib pajak tidak dapat

mengajakan kembali

(PJ.091/KUP/s/013/2015)

2.5.6 Surat keputusan (SK)

Surat keputusan adalah Surat hasil yang dikeluarkan oleh

DJP yang berisikan tentang hasil keputusan dari Direktur

Jendral pajak

1. Terbit SK penghapusan Sanksi Administrasi :

Sanksi administrasi yang tercantum dalam Surat

tagihan pajak belum dibayar oleh wajib pajak dan jumlah

sanksi administrasi yang dihapuskan adalah sebesar sanksi

administrasI yang ada di dalam Surata Tagihan Pajak

2. Terbit Surat SK pengurangan sanksi administrasi :

Sanksi administrasi yang tercantum didalam Surat

Tagihan Pajak sudah dibayar sebagian oleh Wajib pajak

dan jumlah sanksi administrasi yang dikurangkan adalah

sebesar sisasankasi administrasi yang belum dibayar oleh

Wajib Pajak
(PJ.091/KUP/s/013/2015-00)

2.5.7 Sanksi Administrasi Perpajakan

Pelanggaran terhadap kewajiban perpajakan yang dilakukan

Wajib Pajak akan dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan

bunga. Sanksi administrasi berupa bunga umunya dikenakan

karena WP terlambat menyetorkan pajak atau terlambat

menyetorkan kekurangan pajak. Sanksi administrasi berupa bunga

dikenakan sebesar 2% (dua besar) per bulan, dimana bagian dari

bulan dihitung penuh satu bulan. Berikut tabel mengenai sanksi

administrasi dalam perpajakan:Bunga atau denda yang dapat

dihapuskan menggunakan PMK Nomor 91/PMK.03/ 2015.

Tabel 2.2

Denda sanksi administrasi perpajakan

NO Uraian Tarif/Jumlah Keterangan


1. terlambat melaporkan atas : Rp. 500.000 Pasal 7 UU no.28 Tahun

- SPT Masa PPN Rp. 100.000 2007

- SPT Masa lainnya Rp. 1000.000

- SPT Tahunan PPH Badan Rp. 100.000

- SPT Tahunan Orang Pribadi

2. Bunga karena tidak menbayarkan Pasal 9 ayat (2) & (2b)

pajak tepat waktu 2% sebulan Pasal 19 ayat (1),(2),(3)

UU No.28 tahun 2007

3. Pembetulan SPT yang 2% sebulan

menyebabkan hutang pajak Pasal 8 ayat (2) & (2b)

bertambah UU No.28 tahun 2007

( www.onlinepajak.com )

BAB III

GAMBARAN UMUM OBYEK & METODE PENELITIAN

3.1 Sejarah KKP DRS S


Sejarah singkat Kantor konsultan pajak DRS S, awal mula berdiri

pada tahun 1992 beralamatkan di jalan puri anjasmoro Blok K dan

mengalami banyak perkembangan dari jumlah pegawai hingga

meningkatnya jumlah klien yang ditangani, puncaknya pada tahun 2006

kantor DRS S berpindah tempat ke jalan puri anjasmoro blok EE yang

menjadi kantor konsultan Pajak Pusat DRS S. Kantor konsultan pajak DRS

S memiliki beberapa cabang diantaranya bertempat di (jepara) jalan

borobudur no 10, serta cabang (jakarta) di jalan motip no 2 Jakarta pusat,

hingga membuka cabang di (Ruteng) dan (Kupang). Dan saat ini kantor

DRS S menjadi tempat sekretariat Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI)

3.2 Struktur Organisasi KKP DRS S

Konsultan pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam

meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak agar dapat melaksanakan hak dan

kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

Kepatuhan Wajib Pajak adalah salah satu faktor utama untuk dapat

menjamin keberhasilan pencapaian target penerimaan pajak. begitu juga

salah satu Kantor Konsultan Pajak S yang menjadi tempat penulis

melakukan magang atau PKL , salah satu diantara banyak tempat kantor

konsultan pajak yang memiliki kontribusi dalam meningkatkan kepatuhan

wajib pajak. Tentunya didalam Kantor konsultan perpajakan memiliki

struktur organisasi, yang dipimpin oleh seorang kepala Kantor konsultan


dan bagian keuangan serta Supervisor yang dibantu oleh beberapa staf

pajak, seperti yang ada didalam bagan dibawah ini

Gambar 3.2.1

Struktur Organisasi

Kepala Kantor
Konsultan Pajak

SPV SPV SPV SPV Staf


Keuangan

STAF STAF STAF STAF

Sumber : KKP DRS S, 2016

Tabel 3.2.2

Komposisi Pegawai Berdasarkan Jabatan

JABATAN JUMLAH
Kepala Kantor 1
Staf Keuangan 2
Supervisor 4
Staf pajak/accounting 29
Costumer service 1
Driver 2
Office 2
Total 39

Sumber : KKP DRS S, 2016

3.3 Tugas dan Fungsi Kantor Konsultan Pajak DRS S

Penempatan pegawai dikantor konsultan pajak S tidak memiliki

klasifikasi yang terstruktur, dikarenakan sebagai Staf pajak banyak

terdapat dari berbagai macam jurusan diantaranya Akuntansi, Perpajakan

hingga menejemen. Jadi penempatan Staf pajak tidak mempertimbangkan

pengalaman kerja. Namun Posisi supervisor mempertimbangkan

pengalaman kerja dan tingkat pendidikan. Tugas dan fungsi masing-

masing Divisi di kantor konsultan S sebagai berikut :

3.3.1 Kepala kantor konsultan

Kepala kantor konsultan s adalah orang yang paling

berpengalaman dan bertanggung jawab atas semua hasil kerja staff

pajak, staf keuangan hingga supervisor. Didalam kantor konsultan

S memiliki kepala yang bergelar DRS dan SH serta bersertifkasi

Brevet C (sertifikasi internasional) memiliki tugas sebagai


mengawasi, memberi saran kerja / penyelesaiaan masalah, dan

tugas yang paling penting adalah mengkoreksi dalam masa SPTan

(surat pemberitahuan tahunan).

3.3.2 Supervisor

Supervisor Mempunyai tugas mendampingi 1 divisi atau

tim kecil, yang berisikan 5-6 orang staf pajak maupun Staf

accounting yang bertugas memimpin, mendelegasikan tugas,

mengkordinasi didalam divisi, bertanggung jawab atas hasil kerja

tim / Staf Pajak , dan menjadi penyelesai masalah/pemberi

masukan yang berkaitan dengan klien

3.3.3 Staf Keuangan

Bagian Keuangan mempunyai tugas menyusun dan

mengerjakan bagian administrasi yang berkaitan dengan

pengelolaan keuangan di kantor Konsultan pajak.

3.3.4 Staf Pajak

Staf Pajak di Kantor Konsultan S sebagian besar memiliki

latar belakang D3 pajak dan S1 akuntansi, yang juga banyak

memakai tenaga muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa,

Staf Pajak memiliki tugas mengurusi perhitungan PPh 21/26, PPh

22, PPh 23/26, PPh 24,PPh badan, PPN,PPnBM, dan juga bertugas

mencatat, menghitung/memotong, menyetor , melaporkan


kewajiban pajak Klien dari KKP Serta membuat laporan

keuangan.

3.4 Metode Penelitian

3.4.1 Jenis Data

Penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang

digunakan penulis adalah dengan mengunakan jenis data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang penulis dapatkan melalui

penelitian,Tulisan dan sumber orang lain yang sudah dipublikasika,

Dengan menggunakan data sekunder penulis mengumpulkan data

dokumen tertulis berupa : Undang Undang Perpajakan, Peraturan

Menteri Keuangan dan buku buku yang membahas tentang definisi

perpajakan, SPT Tahunan baik orang pribadi maupun badan, buku

mengenai PPN dan Pasal 4 ayat 2 dan data sekunder yang diperoleh

dari KKP DRS S yang menunjang penelitian ini berupa STP, SPT

dan Surat penghapusan sanksi.

3.4.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu yang penting dalam

melakukan penelitian agar kita dapat menghasilkan laporan yang

dapat dipertanggungjawabkan sehingga data yang diperoleh adalah

data yang benar. Penulisan laporan kerja praktek ini disajikan

dengan lebih objektif dan sesuai dengan tema seperti yang tertera

dalam judul laporan ini.


Metode yang digunakan dalam pengumpulan data tersebut

adalah:

1. Wawancara

Penulis melakukan wawancara kepada Staff pajak DRS S

dan Supervisor DRS S guna mendapatkan data yang dapat

menunjang penelitian dan penulis mendapatkan data berupa profil

perusahaan, struktur organisasi, aktifitas perusahaan, dokumken

yang diggunakan.

2. Metode Kepustakaan

Penulis mengumpulkan dan mempelajari bebagai macam

literatur seperti buku-buku, peraturan-peraturan perpajakan, artikel

dari berbagai media serta literatur-literatur lainnya yang dapat

menjadi referensi dan menunjang penulis dalam memperoleh

pengetahuan dasar yang relevan terhadap penyusunan laporan

Tugas Akhir

3. Metode Dokumentasi

Penulis mengumpulkan data yang sudah ada atau sudah

pernah dipublikasikan sebelumnya oleh perusahaan atau usaha

dagang yang menjadi subjek penelitiaan penulis. Diantaranya

penulis mendapatkan data berupa Data Surat Pemberitahuaan

Tahunan normal tahun 2011, 2012 dan 2013 dan data SPT

Pembetulan tahun 2011,2012,2013, Surat Tagihan pajak atas

Pembetulan SPT, STP atas PPN , STP atas 4 ayat 2.


3.4.3 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Metode Deskriptif Kuantitatif :

Metode ini menggambarkan dan menganalisis data dengan

menggunakan perhitungan yang benar mengenai denda sanksi

administrasi yang disebabkan oleh pembetulan SPT, denda atas

keterlambatan pembayaran pajak dan denda atas keterlambatan

pelaporan pajak yang digunakan penulis untuk mendapatkan

jumlah total denda sanksi administrasi.

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

Tuan Marvelinus adalah salah satu klien dari Kantor Konsultan

Pajak DRS S yang memiliki badan usaha yang dijalankan secara

perseorangan ( Wajib Pajak Orang Pribadi ) dan juga berbadan usaha

( Wajib Pajak Badan ) Marvelinus memiliki kewajiban perpajakan atas

Wajib pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan yang diharuskan untuk

melakukan kewajiban hitung, setor dan melaporkan pajaknya. Sebagai

wajib pajak orang Pribadi, Marvelinus memiliki usaha yaitu Perdagangan

eceran barang listrik dan elektronik, serta memiliki sebuah usaha


berbentuk Badan yang bernama CV Liverpool FC yang bergerak dibidang

penjualan spareparts atau aksesoris motor, memiliki kewajiban sebagai

Wajib Pajak Orang Pribadi, yaitu melaporkan Surat Pemberitahuaan

Tahunan Orang Pribadi dan untuk Badan, memiliki kewajiban untuk

melaporkan Surat Pemberitahuaan Tahunan Badan , Membayarkan PPn

serta PPh 4 ayat 2.

Oleh karena itu dengan adanya Program Penghapusan sanksi dan

Reiventing Tuan Marvelinus ingin memanfaatkan dengan ikut serta dalam

Program penghapusan sanksi dan Reiventing atas Wajib pajak Orang

Pribadi dan Badan usahanya CV Liverpool FC.

4.1 Kondisi yang melatarbelakangi atas keikutsertaan Wajib Pajak Orang

Pribadi dalam program penghapusan sanksi

Berikut adalah penerimaan Bruto Marvelinus, mulai tahun 2011 -

2013 sebelum melakukan pembetulan :

Tabel 4.1

Peredaran Bruto Sebelum Pembetulan


Bulan Peredaran Bruto
2011 2012 2013
Januari Rp 13.285.800 Rp 10.213.650 32.574.000
Febuari Rp 24.572.800 Rp 8.754.500 31.897.800
Maret Rp 17.200.200 Rp 9.750.150 32.261.000
April Rp 22.150.500 Rp 10.985.200 35.325.700
Mei Rp 15.250.800 Rp 12.500.300 32.953.000
Juni Rp 14.300.600 Rp 9.326.650 34.726.500
Juli Rp 24.750.600 Rp 10.570.850
Agustus Rp 19.650.800 Rp 8.750.600
September Rp 20.210.200 Rp 10.450.600
Oktober Rp 25.510.700 Rp 13.240.850
November Rp 17.512.450 Rp 8.500.800
Desember Rp 22.448.500 Rp 12.120.300
total Rp 236.843.950 Rp 125.164.450 199.738.000

Sumber data : Surat Pemberitahuaan Tahunan Tuan Marvelinus tahun 2011, 2012
dan 2013

Atas usaha Tuan marvelinus sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi

yang memiliki usaha Perdagangan eceran listrik dan elektronik pada tahun

2011 melaporkan pendapatan bruto selama setahun sejumlah Rp

236.843.950, dan pada tahun 2012 mengalami penurunan pendapatan

bruto dengan hanya melaporkan pendapatan sejumlah Rp. 125.164.450,

pada Tahun 2013 mengalami kenaikan pendapatan bruto dengan

melaporkan sejumlah 418.648.000

4.1.1 Pembetulan Peredaran Bruto


Pembetulan penerimaan Bruto Marvelinus dilakukan mulai tahun

2011,2012 dan 2013, karena data peredaran bruto dalam Surat

Pemberitahuaan Tahunan yang sudah dilaporkan bukan merupakan data

yang sebenarnya, Maka Tuan Marvelinus melakukan Pembetulan, berikut

data penghasilan Bruto setelah dibetulkan

Tabel 4.2

Peredaran Bruto Setelah Pembetulan

Bulan Peredaran bruto


2011 2012 2013
januari Rp 66.630.500 Rp 40.319.800 Rp 65.467.100
febuari Rp 43.306.500 Rp 31.302.250 Rp 42.824.750
maret Rp 44.941.700 Rp 44.487.500 Rp 46.694.050
april Rp 35.820.100 Rp 56.443.500 Rp 58.448.700
mei Rp 74.787.500 Rp 57.648.500 Rp 38.097.000
juni Rp 62.841.500 Rp 36.313.000 Rp 59.459.500
juli Rp 57.071.250 Rp 56.554.440
agustus Rp 25.145.450 Rp 12.017.500
september Rp 24.715.350 Rp 71.387.350
oktober Rp 40.990.500 Rp 49.786.100
november Rp 46.832.500 Rp 49.543.000
desember Rp 30.668.500 Rp 66.315.000
Total Rp 553.751.350 Rp 572.117.940 Rp 310.991.100
Sumber : Surat Pemberitahuaan Tahunan Pembetulan ke 1 Tuan
Marvelinus tahun 2011, 2012 dan 2013

Dilakukan pembetulan SPT tahun 2011,2012 dan 2013 atas

Peredaran Bruto yang belum belum benar dalam pelaporan SPT

pada tahun 2011,2012 dan 2013 maka sebagai dampak dari

pembetulan yang telah dilakukan Tuan Marvelinus, timbulah

peredaran bruto yang lebih besar pada Pembetulan SPT tahun 2011

2013 yang dibetulkan pada mei 2015 dan sudah dilaporkan

pembetulan atas SPT pada 29 mei 2015 serta sudah dilakukan

pembayarkan pajak kurang bayar atas pembayaran pajak pada

tahun 2011, 2012 dan 2013.

Berikut adalah jumlah pajak atas kurang bayar pada SPT

2011, 2012 dan 2013

Tabel 4.3

Jumlah Kurang Bayar

Jumlah Kurang bayar Nominal


2011 Rp. 14.260.800
2012 Rp. 14.945.307
2013 Rp 2.961.050

Sumber Data : Surat Setoran Pajak Tuan Marvelinus tahun


2011,2012 dan 2013

Jumlah kurang bayar SPT 2011, 2012 dan 2013 berasal dari

hitungan sebagai berikut :


Tabel 4.4

Hitungan Kurang Bayar

PEREDARAN DI KENAI PTKP PKP TARIF PPH 21 PPH 25 PPH 29 KB


USAHA NORMA 30%
2011 NORMAL 236.843.950 71.053.185 19.800.000 51.253.185 2.687.950 1.363.832 1.324.118
2011 PB 553.751.350 166.125.405 19.800.000 146.325.405 16.948.811 1.363.832 1.324.118 14.260.861

2012 NORMAL 125.164.450 37.549.335 19.800.000 17.749.335 887.467 579.836 307.631


2012 PB 572.117.940 171.635.382 19.800.000 151.835.382 17.775.307 1.395.117 1.434.883 14.945.307

2013 NORMAL 199.738.000 59.921.400 30.375.000 29.546.400 1.477.320 676.817 800.503


2013 PB 310.991.100 93.297.330 30.375.000 62.922.330 4.438.350 676.817 800.483 2.961.050

Perhitungan jumlah kurang bayar bisa didaptakan dengan

melakukan perhitungan atas peredaaran usaha x norma tarif

30% - PTKP = PKP x Tarif PPh 17 PPH 25 atas SPT tahun

2011,2012 dan 2013 serta SPT Pembetulan tahun 2011,2012,2013.

4.1.2 Surat Tagihan Pajak Atas Pembetulan Peredaran Bruto

Atas pembetulan SPT yang dilakukan Tuan Marvelinus

pada tahun 2011,2012 dan 2013 yang menimbukan selisih kurang

bayar, kekurangan pembayaran pajak yang timbul sebagai akibat

dilakukan Pembetulan SPT tahun 2011, 2012 dan 2013 sudah

dibayarkan oleh Tuan marvelinus. maka pada 19 juni 2015 DJP

menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sebagai denda sanksi


administrasi atas dilakukannya pembetulan SPT sebesar 2% /

bulan.

Berikut adalah jumlah Surat Tagihan Pajak (STP) atas pembetulan

SPT :

Tabel 4.5

Tagihan denda Atas Pembetulan

Surat Tagihan Pajak Besaran Denda


Pembetulan SPT 2011 Rp10.838.254
Pembetulan SPT 2012 Rp7.771.559
Pembetulan SPT 2013 Rp829.094
Total Rp19.438.907

Data Diolah, 2016

Berikut adalah rincian Perhitungan denda atas pembetulan

SPT Tahun 2011, 2012 dan 2013 :

1. Tagihan denda atas Surat Tagihan pajak 2012 terdiri

dari bunga pasal 8 ayat 2 memiliki denda atas pembetulan

sebesar 2% , dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut jumlah pajak terhutang x 2% x jumlah bulan.


-Contoh Perhitungan : Rp. 14.945.307 x 2 % x 36 bulan,

maka denda atas pembetulan SPT tahun 2011 sebesar Rp.

10.838.254

2. Tagihan denda atas Surat Tagihan pajak 2011 terdiri

dari bunga pasal 8 ayat 2 memiliki denda atas pembetulan

sebesar 2% , dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut jumlah pajak terhutang x 2% x jumlah bulan.

-Contoh Perhitungan : Rp. 14.260.861 x 2% 27 bulan, maka

denda atas pembetulan SPT tahun 2012 sebesar Rp.

7.771.559

3. Tagihan denda atas Surat Tagihan pajak 2013 terdiri

dari bunga pasal 8 ayat 2 memiliki denda atas pembetulan

sebesar 2% , dengan menggunakan perhitungan sebagai

berikut jumlah pajak terhutang x 2% x jumlah bulan.

-Contoh Perhitungan : Rp. 2.961.050 x 2% x 14 bulan,

maka denda atas pembetulan tahun 2013 sebesar Rp.

829.095

Dengan alasan Pembetulan SPT atas peredaran

bruto yang mengakibatkan timbulnya denda atas sanksi

administrasi sebesar Rp. 19.438.907, Tuan Marvelinus ikut

serta dalam pengajuan permohonan penghapusan sanksi

pajak.
4.2 Kondisi yang melatarbelakangi atas keikutsertaan Wajib Pajak Badan

dalam Program Penghapusan sanksi

Pada Tahun 2014 CV Liverpool FC melakukan keterlambatan

pembayaran dan keterlambatan pelaporan pajak atas PPH 4 ayat 2 atas PP

no 46 sebesar 1% dari peredaran bruto, berikut adalah omset Peredaran

Bruto CV Liverpool FC pada tahun 2014

Tabel 4.6

Peredaran Bruto CV Liverpool FC Tahun 2014

MASA OMSET
JANUARI 83.967.000
FEBRUARI 83.223.000
MARET 84.355.200
APRIL 76.024.600
MEI 75.010.900
JUNI 89.824.600
JULI 100.533.900
AGUSTUS 93.634.200
SEPTEMBER 79.182.000
OKTOBER 106.658.000
NOPEMBER 119.494.900
DESEMBER 127.600.800
Sumber data : Surat Pemberitahuaan Tahunan CV Liverpool

FC tahun ( 2014 )

Maka atas alasan khilaf dan tidak tau akan peraturan pembayaran

pajak, maka CV Liverpool FC mengikuti program penghapusan sanksi

pada tahun 2015

4.2.1 Terlambat melaporkan dan membayarkan pajak

Wajib Pajak Badan CV Liverpool FC pada tahun 2014

terlambat melaporkan dan membayarkan pajak terutang PPh 4 ayat

2 atas PP No 46 sebesar 1 % dari peredaran bruto masa April

sampai desember 2014 dengan alasan khilaf.

Berikut adalah jumlah pajak yang tidak dibayarkan dan

dilaporkan oleh CV Liverpool FC bedasarkan STP yang telah

diterbitkan :

Tabel 4.7

Jumlah Pajak Yang Tidak Dibayarkan Dan Dilaporkan

MASA OMSET PPh Terutang PP 46


APRIL 76.024.600 760.246
MEI 75.010.900 750.109
JUNI 89.824.600 898.246
JULI 100.533.900 1.005.339
AGUSTUS 93.634.200 936.342
SEPTEMBER 79.182.000 791.820
OKTOBER 106.658.000 1.066.580
NOPEMBER 119.494.900 1.194.949
DESEMBER 127.600.800 1.276.008
Total 867.963.900 8.679.639

Sumber Data : Surat Tagihan pajak CV LIVERPOOL FC (2014)


Wajib Pajak Badan CV Liverpool FC tidak membayarkan

dan melaporkan pajak terhutangnya , sehingga memiliki pajak

terhutang sebesar Rp. 8.679.639. dan sudah dibayarkan oleh CV

Liverpool FC pada Desember 2014 sebesar Rp. 8.679.639.

Dengan adanya keterlambatan pembayaran dan pelaporan

pajak, maka CV Liverpool FC pada Maret 2016 mendapatkan

Surat Tagihan pajak atas denda dan sanksi keterlambatan

pembayaran dan pelaporan

Berikut adalah jumlah tagihan denda atas keterlampatan

pelaporan pajak, sebagai berikut :

Tabel 4.8

Tagihan Denda Atas Keterlambatan Pembayaran Pajak Dan


Pelaporan Pajak

No Masa/tahun Nominal

1 April desember 2014 Rp. 1.697.545

Sumber data:Surat Tagihan Pajak CV Liverpool tahun( 2014 )

Berikut adalah Rincian denda dan sanksi bunga atas keterlambatan

pembayaran dan pelaporan


1. .CV Liverpool FC melakukan keterlambatan pelaporan atas

PPh 4 ayat 2 masa April Desember 2014 dan mendapatkan

tagihan denda terdiri dari Denda pasal 7 KUP atas

keterlambatan pelaporan pajak dengan perhitungan Rp100.000

x jumlah masa. Maka atas keterlambatan pelaporan yang

dilakukan pada masa april desember 2014 CV Marvelinus

memiliki tagihan denda sebesar Rp.900.000

2. Selain melakukan keterlambatan pelaporan atas PPh 4 ayat 2,

CV Liverpool FC tidak membayarkan pajak atas PPh 4 ayat 2

masa april desember 2014.

Rincian denda keterlambatan pembayaran pajak didapatkan

dari Jumlah Tagihan pajak yang tertera dalam Surat Tagihan Pajak

( STP) dengan rumus ( jumlah pajak terhutang x 0,02 x jumlah

bulan) dengan rincian sebagai berikut :

1.Bulan april terlambat 9 bulan, (Rp. 760.246 x 0,02% ) x 9 =

Rp. 136.844

2.Bulan mei terlambat 8 bulan, ( Rp. 750.109 x 0,02% ) x 8

= Rp.120.017

3.Bulan juni terlambat 7 bulan ( Rp. 898.246 x 0,02% ) x 7

= Rp. 125.754
4.Bulan juli terlambat 6 bulan ( Rp. 1005.338 x 0,02%) x 6

= Rp.120.641

5.Bulan agustus terlambat 5 bulan ( Rp. 936.342 x 0,02% ) x 5

= Rp 93.634

6.Bulan september terlambat 4 bulan( Rp.792.820 x0,02% ) x 4 =

Rp. 63.346

7.Bulan oktober terlambat 3 bulan ( Rp. 1066.580 x 0,02% ) x 3 =

Rp. 63.995

8.Bulan November Terlambat 2 bulan (Rp.1.194.949 0,02%)x 2 =

Rp. 47.798

9.Bulan Desember terlambat 1 bulan ( Rp 1.276.008 x 0,02% ) x 1

= Rp.25.520

Total denda atas keterlambatan pembayaran pajak PPh 4 ayat 2

sebesar Rp. Rp. 797.549

Jadi sesuai Tagihan pajak atas keterlambatan pelaporan dan

pembayaran pajak PPH 4 ayat 2 bedasarkan PP No 46 sebesar 1%

masa April-Desember CV Liverpool FC memiliki denda sebesar

Rp. 1.697.545.

4.2.2 Terlambat Membayar Pajak

Wajib Pajak Badan CV Liverpool FC pada tahun 2013 dan

2014, masa Januari dan masa Desember tidak melakukan


pembayaran pajak atas PPn terutangnya, maka alasan atas alasan

khilaf tidak melakukan pembayaran Pajak PPn Terutang maka CV

Liverpool FC ikut serta dalam program penghapusan sanksi dengan

membayarkan Pajak PPn Terutangnya.

Dengan sudah dibayarkan pajak terutangnya maka pada

Maret tahun 2016 CV Liverpool FC mendapatkan surat tagihan

pajak atas keterlambatan pembayaran pajak atas PPN.

berikut adalah jumlah pembayaran pajak yang dibayarkan

terlambat :

Tabel 4.9

Jumlah Pajak Terlambat Dibayar

NO Masa/tahun Nominal

1 Desember 2014 Rp. 984.683

2 Januari 2013 Rp. 1.561.673

3 Desember 2013 Rp. 8.982.427

TOTAL Rp. 11.528.783

Sumber data : Surat Tagihan Pajak CV Liverpool FC tahun (2013 dan

2014)

Bedasarkan Surat Tagihan Pajak (STP) yang diterbitkan,

maka CV Liverpool Fc memiliki pajak terhutang sebesar Rp.

11.528.783.
Atas keterlambatan pembayaran pajak pada januari 2013,

masa desember 2013, dan masa desember 2014 Pajak

Pertambahan Nilai (PPn) maka CV Liverpool FC mendapatkan

surat tagihan pajak atas denda keterlambatan pembayaran PPn

Berikut adalah jumlah tagihan denda atas keterlambatan

pembayaran pajak PPn, sebagai berikut :

Tabel 4.10

Tagihan atas Denda Keterlambatan pembayaran

NO Masa/tahun Nominal

1 Desember 2014 Rp. 196.936

2 Januari 2013 Rp. 592.911

3 Desember 2013 Rp. 3.131.133

Rp. 3.920.980

Sumber data : Surat Tagihan Pajak CV Liverpool FC tahun


( 2013 dan 2014 )

Dengan sudah dilakukan Pembayaran Pajak terutang atas

PPN, Direktur Jendral Pajak menerbitkan Surat Tagihan pajak atas

keterlambatan pembayaran PPn, Berikut adalah Rincian Tagihan

atas denda keterlambatan pembayaran Pajak :


1.Tagihan denda atas Surat Tagihan pajak Desember 2014 terdiri

dari pasal 9 ayat (2a) atas keterlambatan pembayaran dengan denda

bunga sebesar 2% memiliki perhitungan (jumlah pajak terhutang

x 2%) x jumlah bulan,

Contoh perhitungan :

( Rp. 984.683 x 0,02 %) x 10 bulan sebesar Rp. 196.937

2.Tagihan denda atas Surat Tagihan pajak januari 2013 terdiri dari

pasal 9 ayat 2a atas keterlambatan pembayaran dengan denda

bunga sebesar 2% memiliki perhitungan (jumlah pajak terhutang

x 2%) x jumlah bulan,

Contoh perhitungan :

( Rp. 1042.361 x 0,02 %) x 13 bulan sebesar Rp. 271.014

(Rp. 519.312 x 0,02 %) x 31 bulan sebesar Rp. 321.973,

dengan total denda yang harus dibayarkan Rp. 592.911

3.Tagihan denda atas Surat Tagihan pajak Desember 2013 terdiri

dari pasal 9 ayat 2a ats keterlambatan pembayaran dengan denda

bunga sebesar 2% memiliki perhitungan (jumlah pajak terhutang

x 2%) x jumlah bulan,

contoh perhitungan :

(Rp. 3.732.427 x 0,02 % x 11 bulan ) sebesar Rp. 821.134

(Rp. 5250.000 x 0,02 % x 22 bulan ) sebesar Rp. 2.310.000


dengan total denda yang harus dibayarkan Rp. 3.131.133

Dengan keikutsertaan CV Liverpool FC atas Program Penghapusan

Sanksi, dengan mengajukan Permohonan penghapusan sanksi atas

keterlambatan pembayaran dan pelaporan pajak maka denda

ditagihkan melalui Surat Tagihan Pajak yang diterbitkan oleh

Direktur Jendral Pajak memiliki kesempatan untuk dihapuskan

seluruhnya atas denda sanksi administrasi yang ditagihkan.

4.3 Pelaksanaan PMK 91 atas Orang Pribadi

Dengan adanya program penghapusan sanksi pada tahun 2015

yang dengan keikutsertaannya dapat menghapuskan denda atas sanksi

administrasi yang diterima oleh wajib pajak atas belum benar nya dalam

melakukan kewajiban perpajakan yaitu hitung setor lapor maka salah satu
yang mengikuti program penghapusan sanksi/reiventing adalah wajib

pajak orang pribadi Marvelinus.

Maka untuk mengajukan permohonan penghapusan sanksi terdapat

beberapa tahaan proses yang dilalui oleh Wajib Pajak Orang Pribadi

Marvelinus diantaranya Pada Juni 2015 wajib pajak orang Pribadi

Marvelinus dengan keinginan sendiri dan sadar akan kesalahannya,

membetulkan SPT atas tahun 2011,2012 dan 2013 atas peredaran bruto

yang .sebelumnya dilaporkan dengan data yang belum benar. Dan sudah

melakukan pembayaran pajak atas kurang bayar yang disebabkan oleh

selisih atas peredaran btuto pada tahun 2011, 2012 dan 2013 , Maka pada

7 maret 2016 Marvelinus mendapatkan Surat Tagihan pajak atas denda

pembetulan SPT yang dilakukan sendiri yang diterbitkan oleh Direktur

Jendral Pajak.

Maka wajib pajak orang pribadi marvelinus mengajukan

permohonan penghapusan sanksi setelah Surat Tagihan Pajak diterbitkan,

dengan mengajukan permohonan penghapusan sanksi sesuai peraturan

menteri keuangan no 91 dengan mengunakan bahasa indonesia dan

disampaikan ke kantor pajak tempat wajib pajak terdaftar dengan

melengkapi dokumen sebagai berikut :

Kelengkapan pengajauan :

- Surat Permohonan pengurangan/penghapusan sanksi

- Surat Pernyataan yang dibuat oleh wajib pajak

- Foto Copy Surat Pemberitahuaan Tahunan (SPT) Pembetulan


- Foto Copy Bukti penerimaan Surat / bukti penyampaiaan SPT

- Foto Copy Surat Setoran Pajak (SSP)

- Foto Copy Surat Tagihan pajak (STP)

Pengajuan permohonan penghapusan sanksi atas pembetulan Peredaran

buro SPT 2011.2012 dan 2013 yang diajukan oleh wajib pajak orang

pribadi Marvelinus dilakukan pada Maret 2016. hingga tulisan penelitian

ini diselesaikan oleh penulis pada juli 2016, jawaban atas pengajuan

penghapusan sanksi yang dilakukan oleh Marvelinus belum mendapatkan

jawaban dari Direktur Jendral Pajak sesuai dengan ketentuan dalam PMK

91

Apabila Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan Surat

Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan

Pengurangan Sanksi Administrasi paling lama 6 (enam) bulan sejak

tanggal diterimanya permohonan. Apabila jangka waktu ini terlewati maka

permohonan tersebut dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak

harus menerbitkan surat keputusan sesuai dengan permohonan yang

diajukan oleh Wajib Pajak, jadi pada kasus Tuan Marvelinus pengajuan

yang telah diajukan pada Maret 2016 diharuskan mendapatkan jawaban

paling lambat september 2016, apabila belum ada keputusan yang

diterbitkan oleh Direktur jendral Pajak maka pengajuan yang diajukan

dianggap diterima.

4.4 Pelaksanaan PMK 91 atas Wajib Pajak Badan


Wajib Pajak Badan CV Liverpool yang dimiliki oleh Marvelinus,

memanfaatkan Program penghapusan sanksi untuk mendapatkan

keringanan atas kelalaian dalam melakukan kewajiban perpajakan

diantaranya keterlambatan pembayaran dan pelaporan PPH pasal 4 ayat 2

atas PP No 46 sebesar 1% dari peredaran bruto dan keterlambatan

pembayaran pajak PPn. atas keterlambatan pembayaran pajak yang sudah

dibayarkan oleh CV Liverpool FC

Maka pada tanggal 7 maret 2016 CV Liverpool Mendaptakan Surat

tagihan pajak atas Denda keterlambatan pembayaran pajak PPh 4 ayat 2

atas PP No 46 sebesar 1% dari peredaran bruto, dan pada tanggal 8 maret

2016 mendapatkan surat taghan pajak atas denda keterlambatan

melakukan pelaporan pajak atas PPn.

Pada maret 2016 Wajib pajak badan CV Liverpool mengajukan

permohonan penghapusan sanksi dan sudah diajukan dengan

menyampaikan formulir penghapusan sanksi dan dilengkapi dokumen

sebagai berikut :

Kelengkapan pengajuan

- Surat Permohonan pengurangan / penghapusan sanksi

- Surat Pernyataan yang dibuat oleh wajib pajak

- Foto copy Surat Setoran Pajak

- Foto Copy Surat Tagihan Pajak ( STP)


Pengajuan permohonan penghapusan sanksi yang sudah diajukan oleh

wajib pajak Badan CV Liverpool FC dan hingga tulisan penelitian ini

diselesaikan oleh penulis pada juli 2016, jawaban atas pengajuan

penghapusan sanksi yang dilakukan oleh CV Liverpool FC belum

mendapatkan jawaban dari Direktur Jendral Pajak sesuai dengan ketentuan

dalam PMK 91.

Apabila Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan Surat

Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi atau Surat Keputusan

Pengurangan Sanksi Administrasi paling lama 6 (enam) bulan sejak

tanggal diterimanya permohonan. Apabila jangka waktu ini terlewati maka

permohonan tersebut dianggap dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak

harus menerbitkan surat keputusan sesuai dengan permohonan yang

diajukan oleh Wajib Pajak, jadi pada kasus CV Liverpool FC pengajuan

yang telah diajukan pada Maret 2016 diharuskan mendapatkan jawaban

paling lambat september 2016, apabila belum ada keputusan yang

diterbitkan oleh Direktur jendral Pajak maka pengajuan yang diajukan

dianggap diterima.

Surat Penghapusan sanksi

*lampiran

4.5 Peluang apa yang dapat diperoleh Wajib Pajak atas Keikutsertaan

Program Penghapusan Sanksi


Atas keikutsertaan Wajib pajak Orang pribadi dan Wajib Pajak

Badan atas program penghapusan sanksi maka permohonan sanksi yang

telah diajukan kepada Direktur Jendral Pajak (DJP) akan mendapatkan

balasan atau jawaban berupa Surat Keputusan Pengurangan / Penghapusan

sanksi Administrasi,

Namun atas keikutsertaan Wajib Pajak orang Pribadi Marvelinus

dan Badan Usaha CV Liverpool FC dalam program penghapus sanksi

pajak hingga tulisan ini selesai dibuat pada juli 2016 , belum ada jawaban

yang diberikan oleh DJP atas pengajuan penghapusan sanksi yang

diajukan, maka penulis menjabarkan peluang apa saja yang bisa

didapatkan oleh Wajib pajak jika mengikuti program penghapusan sanksi.

Berikut peluang yang akan didapatkan oleh Wajib Pajak Orang

Pribadi Tuan Marvelinus dan Badan Usaha CV Liverpool.

1. Penghapusan atas denda Sanksi Administrasi Dihapuskan

seluruhnya (100%)

Atas setiap penghapusan sanksi yang diajukan oleh Wajib

Pajak dengan mendapatkan jawaban dihapuskan seluruhnya, maka

denda atas sanksi administrasi yang diterima oleh Wajib pajak

akan dihapuskan seluruhnya.

2. Penghapusan atas denda sanksi administrasi Pajak Ditolak

Atas setiap penghapusan sanksi yang diajukan oleh Wajib

Pajak dengan mendapatkan jawaban Ditolak, maka wajib pajak


diharuskan membayarkan semua denda sanksi administrasi yang

tertera dalam Surat Tagihan Pajak (STP). Atas jawaban ditolak

yang diberikan bisa dimungkinkan karena alasan data yang kurang

lengkap, pengajuan dengan format yang salah.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, penghitungan, analisis dan

pembahasan, penulis dapat menarik kesimpulan:

1. Tuan Marvelinus mengikuti program penghapusan sanksi

dengan Melakukan pembetulan peredaran bruto pada Surat

Pemberitahuaan Pajak (SPT) pada tahun 2011, 2012 dan 2013


2. CV Liverpool FC mengikuti program penghapusan sanksi

pajak karena melakukan keterlambatan dalam pelaporan pajak dan

keterlambatan pembayaran pajak.

3. Pengajuan permohonan penghapusan sanksi yang dilakukan

oleh Wajib Pajak Orang Pribadi atas Tuan Marvelinus belum

mendapatkan jawaban atas pengajuan permohonan penghapusan

sanksi yang diajukan

4. Pengajuan permohonan penghapusan sanksi yang dilakukan

Wajib pajak Badan atas CV Liverpool FC belum mendapatkan

jawaban atas pengajuan permohonan penghapusan sanksi yang

diajukan.

5. Pengajuan penghapusan Sanksi bedasarkan Peraturan

Menteri keuangan (PMK) Nomer 91/PMK.03/2015 atas Wajib

Pajak Orang Pribadi Tuan Marvelinus dan Badan usaha CV

Liverpool FC terdapat kemungkinan jawaban Dihapiskan

seluruhnya, Dihapuskan 50%, Ditolak atas setiap pengajuan

permohonan yang diajukan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, penghitungan, analisis dan

pembahasan, penulis dapat memberikan saran:

1. Bagi Wajib Pajak


Wajib pajak harus update terutama mengenai program

terbaru yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti program

penghapusan sanksi ini, sangat baik untuk wajib pajak yang ingin

meringankan beban pajak dengan adanya penghapusan sanksi

administari yang diberikan, dengan demikian wajib pajak dapat

berpartisipasi aktif dalam mendukung program pemerintah

2. Bagi Pemerintah

Pemerintah secara langsung berupaya dalam mencapai

target penerimaan pajak, seain intensifikasi dengan disertai

peningkatan konseling/sosialisasi, pengawasan Law Enforcement

oleh aparat pajak, juga disertai dengan ekstensifikasi termasuk

perluasan basis pajak yang diharapkan meningkatkan jumlah wajib

pajak dan ketaatan dalam melakukan kewajiban perpajakan.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbaharui data

jika ada penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

penghapusan sanksi dan diharapkan dapat lebih melengkapi

sehubung dengan keuntungan yang didapat wajib pajak jika

mengikuti program penghapusan sanksi.


DAFTAR PUSTAKA

http://www.pajak.go.id/content/article/pemerintah-siapkan-kebijakan-
penghapusan-sanksi-pajak-di-tahun-pembinaan-wajib-pajak

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Yogyakarta: CV Andi Offset

Penghapusan sanksi, Tugas Akhir Savira, Universitas Soegijapranata

Resmi, Siti. 2008. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat

http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/pajak-penghasilan-pph-pasal-
4-ayat-2-tarif

http://www.online-pajak.com/id/berita-dan-tips/

http://www.taatpajak.com/2016/03/ini-dia-perbedaan-1770-ss-

Peraturan menteri keuangan mengenai penghapusan sanksi pajak


(PJ.091/KUP/s/013/2015-00)

www.online-pajak.com
Lampiran

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN


REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 91/PMK.03/2015

TENTANG

PENGURANGAN ATAU PENGHAPUSAN


SANKSI ADMINISTRASI ATAS
KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SURAT
PEMBERITAHUAN, DAN KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN ATAU PENYETORAN PAJAK

Nama Kota , Bulan / Tahun


Nomor :
Lampiran : -
Hal : Permohonan Pengurangan atau Penghapusan
Sanksi Administrasi

Yth. Direktur Jendrak Pajak


u.b. Kepala KPP Pratama

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
NPWP :
Jabatan :
Alamat :
Nomor Telp :

Bertindak selaku : Wajib Pajak


Wakil

dari Wajib Pajak


Nama :
NPWP :
Alamat :

Bersama ini mengajukan permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi


administrasi yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP) :
Nomor :
Tanggal :

Sebagai akibat dari (15) :

Keterlambatan penyampaian SPT atas :


SPT :
..........................................................................................
Tahun Pajak/Masa Pajak *) :
..........................................................................................
Tanggal :
..........................................................................................
Pembetulan SPT atas :

SPT :
Tahun Pajak/Masa Pajak :
Tanggal :
Jumlah pembayaran pajak :
Tanggal pembayaran pajak :
Tempat pembayaran pajak :
NTPN :
Keterlambatan pembayaran pajak atas :
SPT :
..........................................................................................
Tahun Pajak/Masa Pajak*) :
..........................................................................................
Jumlah pembayaran pajak :
..........................................................................................
Tanggal pembayaran pajak :
..........................................................................................
NTPN :
..........................................................................................
.................................................................................................................................
.................

Sebagai kelengkapan permohonan, terlampir disampaikan :


No. Jenis Dokumen Set / Lembar
1. Surat Pernyataan 1 (satu) lembar
2. Fotokopi SPT/print-out SPT berbentuk dokumen 1 (satu) set
elektronik
3. Fotokopi bukti penerimaan / bukti pengiriman 1 (satu) lembar
surat
4. Fotokopi Surat Setoran Pajak atau Sarana 1 (satu) lembar
administrasi lain yang disamakan dengan Surat
Setoran Pajak
5. Fotokopi Surat Tagihan Pajak 1 (satu) lembar

Demikian surat permohonan kami sampaikan untuk dapat dipertimbangkan.

Wajib Pajak

Nama
wajib Pajak
Keterangan :
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi dengan pilihan yang sesuai.
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
NPWP :
Jabatan :
Alamat :
Nomor Telp :

Bertindak selaku : Wajib Pajak

Wakil

dari Wajib Pajak


Nama :
NPWP :
Alamat :
Sehubungan dengan surat permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi:
Nomor :
Tanggal :
Dengan ini kami menyatakan bahwa :

Keterlambatan penyampaian SPT ................Tahun Pajak/Masa


Pajak*)................yang kami sampaikan pada tanggal.................;

Pembetulan SPT Tahunan Tahun Pajak/Masa Pajak ...... yang kami sampaikan
tanggal ........ dan kami telah melunasi kekurangan pembayaran pajak yang
tercantum dalam SPT pembetulan sebesar ...... tanggal .......... Di ...............
dengan .......................dan/atau *)
Keterlambatan pembayaran pajak yang tercantum dalam SPT ..............Tahun
Pajak/Masa Pajak*).................sebesar............yang telah kami laksanakan pada
tanggal ................ di ................. dengan NTPN...................
Dilakukan karena kekhilafan atau bukan karena kesalahan kami.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Nama Kota,
Bulan/ Tahun
Wajib Pajak

Materai

Nama
Wajib Pajak
Keterangan :
1. Beri tanda X pada yang sesuai.
2. *) Diisi dengan pilihan yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai