Anda di halaman 1dari 40

Laporan Praktikum Teknik Pengendalian Proses

Resistor Temperature Detector


(Laporan ini diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran produktif Teknik Pengendalian
Proses dalam kompetensi keahlian Instrumentasi Industri Kontrol Proses)

Disusun oleh:

Nama : RIFQI AZKIA

Nomor Urut :

Kelas :

Kompetensi Keahlian : Instrumentasi Industri Kontrol Proses

Kementerian Pendidikan Dasar & Menengah Republik Indonesia


Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Kota Cimahi
Jl. Mahar Martanegara no. 48 Cimahi Selatan
2014-2015
Mengenai Suhu
Suhu suatu benda adalah ukuran relatif panas dinginnya benda tersebut.
Untuk mengukur suhu harus memakai sifat fisika yang dapat diukur berdasarkan sifat itu
akibat perubahan suhu atau dengan kata lain bahwa suhu tak diukur secara langsung tetapi
dengan cara mengamati perubahan suhu. Hal itu dilakukan sebab perubahan suhu dapat
mengakibatkan perubahan besaran-besaran fisika seperti perubahan tekanan mau pun volume
pada zat gas,perubahan kekentalan pada cairan,perubahan panjang,resistansi listrik,tegangan
listrik,dan lain sebagainya.

Skala Suhu

Dari gambar skala di atas dapat menghasilkan perbandingan seperti di bawah ini.

a. Perbandingan Celcius-Fahrenheit

100 skala Celcius = 180 skala Fahrenheit

5 skala Celcius = 9 skala Fahrenheit

sebab 0OC = 32OF

maka tC = (9/5tC+32)O F

dan tF = 5/9(tF-32)O C

b. Perbandingan Celcius-Reamur

1 |Teknik Pengendalian Proses


100 skala Celcius = 80 skala Reamur

5 skala Celcius = 4 skala Reamur

sebab 0OC = 0ORe.

maka tC = (4/5tC)O Re.

dan tRe. = (5/4tRe.)O C

c. Perbandingan Celcius-Kelvin

100 skala Celius = 100 skala Kelvin

sebab 0OC = 273.150OK

maka tC = (tC+273,15)O K

dan tK = (tK-273,15)O C

d. Perbandingan Fahrenheit-Rankine

180 skala Fahrenheit = 180 skala Rankine

sebab 32OF = 491,69ORan.

maka tF = (tF+(491,69-32))O Ran.

dan tRan. = (tF-(491,69-32))O F t = temperature (suhu)

Bab I

2 |Teknik Pengendalian Proses


PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Resistor Temperature Detector adalah suatu instrumen yang dipakai untuk


menentukan nilai suatu besaran fisika yakni suhu (temperature) dengan memakai elemen
sensitif dari bahan kawat platina,tembaga, atau nikel murni.

Resistor Temperature Detector bersifat positive temperature coefficient


(PTC) bilamana semakin tinggi nilai suhu suatu benda yang diukur oleh instrumen ini maka
semakin besar pula nilai resistansi listrik yang dikeluarkan begitu pula jika turunnya nilai
suhu suatu benda maka resistansi listrik keluarannya menjadi turun pula.

Resistor Temperature Detector yang dipakai dalam pengukuran suhu di


industri-industri biasanya diawali oleh kata Pt yang berarti sensor ini terbuat dari kawat
bahan platinum. Selain itu juga ada jenis Pt100 & Pt1000,berarti untuk Pt100 terbuat dari
platina pada saat suhu awal 0o Celcius menghasilkan resistansi sebesar 100 dan untuk
Pt1000 terbuat dari platina pada saat suhu awal 0o Celcius menghasilkan resistansi sebesar
1000 .

Resistor Temperature Detector yang dipakai dalam praktikum ini adalah


jenis Pt100 dalam lembar data instrumen jenis ini memiliki perubahan resistansi sebesar
0,3729 /o C.

1.2 Tujuan

Memahami RTD mulai dari prinsip kerja & karakteristik.

Memahami pengukuran & pengendalian suhu dengan RTD.

Bab II

3 |Teknik Pengendalian Proses


PEMBAHASAN
2.1 Prinsip Kerja Resistor Temperature Detector

Resistor Temperature Detector dibuat dari logam yang dipilih yang


mengubah resistansi dengan perubahan suhu. Hambatan listrik umumnya meningkat dengan
temperatur, dan didefinisikan sebagai memiliki koefisien suhu positif.
Besarnya koefisien suhu menentukan sensitivitas dari RTD.
Selain Platinum, logam lain digunakan untuk RTD seperti tembaga dan nikel.
Platinum adalah yang paling umum dan memiliki karakteristik terbaik linier dari tiga,
meskipun nikel mempunyai koefisien suhu yang lebih tinggi memberikan sensitivitas yang
lebih besar.

2.2 Konstruksi Resistor Temperature Detector

Konstruksi umum RTD terdiri dari elemen RTD yang ditempatkan pada
bagian ujung,dikelilingi material mineral insulated dan dilindungi oleh perisai logam
(metallic sheath (thermo well)).

2.3 Karakteristik Resistor Temperature Detector

4 |Teknik Pengendalian Proses


Jembatan Wheatstone terdiri dari jembatan tiga resistor terletak di
instrumen, dengan resistor keempat adalah RTD. Dalam situasi seimbang, menyeimbangkan
resistor disesuaikan untuk memberikan tegangan nol seberang jembatan. Dalam konfigurasi
tidak seimbang, tegangan diukur seberang jembatan.

R1 R3

VS B A

R2 RTD

VA=VB=1/2VS

VA=VRTD=IA*RTD=(VS/R3+RTD).RTD

VB=VR2=IB*R2=(VS/R1+R2).R2

Vout=VA-VB

Contoh Perhitungan/Pembahasan (gambar rangkaian RTD diasumsikan sama dengan di


atas):

1. Diketahui RTD Pt100 mengukur saat 0OC mengeluarkan tahanan RTD = 100 dengan
Vs=12VDC. Berapakah Vout RTD?

Jawab: Pt100 saat 0OC berarti R1=R2=R3=RTD

VA=(VS/R3+RTD).RTD

VA=(12VDC/100+100).100=6VDC

5 |Teknik Pengendalian Proses


VB=(VS/R1+R2).R2

VB=(12VDC/100+100).100=6VDC

Maka Vout RTD = VA-VB =(6-6=0)VDC

2. Diketahui RTD Pt100 mengukur saat 200 OC mengeluarkan tahanan RTD = 126,4
dengan Vs=12VDC.Berapakah Vout RTD ?

Jawab: Pt100 saat 200OC berarti R1=R2=R3=100 & RTD = 126,4

VA=(VS/R3+RTD).RTD

VA=(12VDC/100+126,4 ). 126,4=6,7VDC

VB=(VS/R1+R2).R2

VB=(12VDC/100+100).100=6VDC

Maka Vout RTD = VA-VB =(6,7-6=0,7)VDC

2.3.1 Karakteristik Resistor Temperature Detector (Sambungan dengan


Wheatstone)

a. 2 wires RTD

Jenis 2 wires adalah sambungan yang amat sederhana hanya terdiri dari 2
kabel namun hanya dapat dipakai bila hambatan kabel rendah dibandingkan perubahan
hambatan dari RTD. Jenis ini amat rentan terhadap kesalahan akibat efek suhu lingkungan
yang dihasilkan dari kabel ekstensi. Akurasi yang dimiliki buruk & harus dikalibrasi dalam
jarak yang amat dekat <100m untuk meminimalisir kesalahan akibat hambatan kabel
ekstensi.

b. 3 wires RTD

6 |Teknik Pengendalian Proses


Pada 3 wires RTD ini ada kompensasi perubahan hambatan kabel ekstensi
sebab perubahan suhu lingkungan & panjang kabel. Akurasi yang dimiliki lebih baik daripada
yang sebelumnya sebab ada tambahan 1 kabel yang berfungsi sebagai hambatan kompensasi
untuk mengurangi kesalahan pengukuran akibat hambatan kabel ekstensi. Dapat dikalibrasi
pada jarak <600m.

c. 4 wires RTD

Tipe ini yang amat mahal sebab akurasi yang begitu baik daripada yang
jenis lainnya. Kabel ke-4 menambah kompensasi kabel ekstensi sehingga akurasi paling
tinggi.

7 |Teknik Pengendalian Proses


2.4 Tabel Perbandingan Material Resistor Temperature Detector

2.5 Persamaan mencari resistansi keluaran (Rout) Resistor Temperature Detector

8 |Teknik Pengendalian Proses


BAHAN (/OC)
Nikel 0,005866
Besi 0,005671
Molybdenum 0,004579
Tungsten 0,004403
Aluminium 0,004308
Tembaga 0,004041
Perak 0,003819
Platina 0,003729
Emas 0,003715
Seng 0,003847
Baja alloy 0,003000
Nikrom alloy 0,00017
Nikrom V alloy 0,00013
Mangan alloy 0,000015
Mangan alloy 0,000015
Contoh perhitungan/pembahasan:

Diketahui RTD Pt100 mengukur saat suhu 150 OC dan saat itu suhu awal benda 0
O
C.Berapakah Rout RTD?

Jawab: Rt =R0(1+ .T)

=100 (1+0,003729 /OC.150 OC)

=100 (1+0,55)=155

9 |Teknik Pengendalian Proses


2.6 Kelebihan & Kekurangan Resistor Temperature Detector

Kelebihan:

1. Stabilitas,akurasi,linearisasi,& sensitivitas yang bagus.

2. Vout 500x lebih besar dibandingkan termokopel.

Kekurangan:

1. Biaya mahal (khususnya yang terbuat dari platina).

2. Membutuhkan catu daya.

3. Sudah tidak linier saat suhu di atas 600OC.

10 |Teknik Pengendalian Proses


Bab III
PENGENDALIAN
Control system (controller) adalah gabungan dari beberapa unit bagian yang
berhubungan satu sama lain yang berfungsi untuk mengendalikan sistem lain yang
berhubungan dengan sebuah proses. Sistem kendali ada dua cara yakni sistem kendali manual
(dengan pengaturan tangan manusia) & sistem kendali otomatis (dengan pengaturan modern
tanpa campur tangan manusia). Tujuan sistem pengendalian adalah agar hasil sebuah proses
yang didapatkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

3.1 Jenis Loop Pengendalian

a. Open Loop

keinginan Kontroler mv

FCE /
Actuator Output
Input proses Proses proses

Sistem kendali yang dilakukan atas dasar pengalaman atau kebiasaan


manusia.

b. Close Loop Feedback

keinginaKontroler kesalaha
n n

Kenyata FCE /
an Actuator
Proses Sensor Output
Input proses
proses

Elemen
feedback/
Transmitter

11 |Teknik Pengendalian Proses


Sistem kendali yang mengembalikan sebagian keluaran umpan balik ke
bagian masukan untuk dijadikan data dalam melakukan tindakan perbaikan agar keluaran
hasil proses stabil sesuai keinginan.

c. Close Loop Feedforward

Input proses 1 Sensor

Transmitt
er

keinginan Kontroler
Proses Output
proses

FCE /
Actuator
Input proses 2

Sistem pengendalian terbaru yang masih dikembangkan oleh para tenaga


ahli pengendalian sebab akan menghasilkan hasil pengendalian yang jauh lebih baik.
Pengendalian dilakukan terhadap masukan proses agar tindakan koreksi dapat dilakukan
sebelum proses terjadi.

3.2 Jenis Controller Mode

a. On-Off

12 |Teknik Pengendalian Proses


Kont
S e G m
rolle
P v
v r
p
VP
Sp

RF pada rangkaian elektronika operational amplifier on-off controller dibuat


tak terhingga agar gain yang dihasilkan tak terhingga. Di atas terdapat gambar kurva respon
pengendali on-off,dalam gambar kurva itu saat pengendali proses di ON kan beranjak naik
menuju set point lalu terjadi lonjakan melebihi setpoint dalam waktu yang amat singkat turun
lagi ke bawah set point untuk OFF begitu pula seterusnya dalam waktu yang amat singkat
terjadi on-off bergantian.

b. Proportional

13 |Teknik Pengendalian Proses


Keluaran pengendali proporsional adalah fungsi yang sebanding dengan error (e) MVP=GP.e

Proportional Band (PB) adalah tingkat kesebandingan antara error dengan keluaran
pengendali proporsional dengan satuan persen. Dicari dengan persamaan: PB=1/GP*100% &
GP=1/PB*100% (Hubungan PB dengan GP berbanding terbalik,apabila PB=0% maka
menghasilkan On/Off Controller & GP berbanding lurus dengan waktu respon). Maka
persamaan keluaran pengendali proporsional MVP=Gp.e

Kelemahan proportional controller selain timbulnya offset (tak pernah mencapai set point)
ada juga bila e = 0 maka MVP=0 berarti pengendali tak bekerja. Ini adalah error yang tak bisa
ditanggulangi oleh controller. Untuk menanggulangi ditambah komponen bias (b) atau
manual reset terdapat di atas pada gambar rangkaian elektronika operational amplifier
proportional controller yang besarnya 50 % dari PB. Maka dengan penambahan bias
persamaan keluaran pengendali menjadi MVP=(Gp.e)+Bias

kurva respon P controller

ofs
Sp et VP

c. Proportional Integral

Rangkaian integrator (low pass filter)


Ti
MVI = (1/Ti)0 e.dt

Guna dari penambahan integral pada proportional controller adalah untuk menghilangkan
offset. Sifat dari integral ialah akan terus berubah selama masih ada error (offset) & memberi
laju perubahan keluaran pengendali integral yang sebanding dengan error. Bila pengendali
integral (automatic reset) digabungkan dengan pengendali proportional maka keluaran
pengendali menjadi:

MVPI=Gp.e+(1/Ti)0Tie.dt+SP

Dan gambar rangkaian elektronika operational amplifier proportional integral controller


seperti di bawah ini
14 |Teknik Pengendalian Proses
kurva respon PI controller

Sp
VP

d. Proportional Derivative

Rangkaian derivative (high pass filter)

MVD=Td.de/dt

Penambahan komponen derivative pada pengendali proportional untuk mempercepat respon.


Pengendali derivative menghasilkan poerubahan keluaran yang sebanding dengan laju
perubahan error. Bila pengendali derivative digabungkan pengendali proportional maka
persamaan keluaran pengendali menjadi

MVPD=Gp.e+Td.de/dt+SP

15 |Teknik Pengendalian Proses


Dan gambar rangkaian elektronika operational amplifier proportional derivative controller
seperti di bawah ini

e. Proportional Integral Derivative

Gabungan ketiga pengendali ini dianggap yang paling baik untuk jenis pengendalian close
loop feedback sebab menghasilkan aksi pengendalian dengan respon cepat & error yang
relatif sedikit. Persamaan keluaran pengendali ini adalah
MVPID=Gp.e+(1/Ti)0Tie.dt+Td.de/dt+SP atau MVPID=PB.e+(1/Ti)0Tie.dt+Td.de/dt .

kurva respon PID controller

S V
p P
t
Bab IV
PRAKTIKUM
4.1 Pengukuran (Kalibrasi) Resistor Temperature Detector Pt100

Tujuan:

Mampu mengetahui & memahami dasar kalibrasi temperature transmitter dengan


RTD Pt100.

Mampu memahami kegunaan penting dari pengukuran & kalibrasi dalam suatu
pengendalian proses.

Teori:

16 |Teknik Pengendalian Proses


Transmitter adalah salah satu instrumen yang mengubah dari suatu nilai
besaran fisika (besaran proses) baik itu tekanan,ketinggian,aliran,& suhu yang mulanya
belum dibakukan maka dengan adanya instrumen ini maka keluaran besaran itu diproses &
menghasilkan suatu sinyal baku instrumentasi industri baik itu sinyal udara tekan sebesar (3-
15)psi & sinyal elektrik berupa arus listrik searah sebesar (4-20)mA juga tegangan listrik
searah sebesar (1-5)V.

Dalam praktikum ini adalah mengenai temperature transmitter bersistem


RTD Pt100. Cara kerja instrumen ini seperti yang sudah ditulis sebelumnya apabila RTD
dimasukkan ke bejana yang sedang dipanaskan oleh heater maka terjadi peningkatan
resistansi. Resistansi itu yang menjadi masukan untuk temperature transmitter RTD. Untuk
diubah menjadi arus listrik searah standar maka RTD Pt100 butuh power supply bertegangan
24VDC. Bila keluaran dari temperature transmitter RTD Pt100 berupa arus listrik searah
standar itu pun dipengaruhi oleh peningkatan suhu air dalam bejana yang sedang dipanaskan.

Peralatan yang Dipakai:

a. Sumber jala-jala PLN 220VAC

b. Kawat penghubung

c. Toolkit (obeng plus,obeng minus,tang jepit,& tang potong)

d. Omron SV8M Power Supply Unit 24 VDC

e. AVOmeter Heles YX-360TR (selector switch 25mADC)

f. RTD Pt100 (Made in China)

g. Bejana berisi air dingin

h. Heater 220VAC

i. Termometer Bimetal NKS

Gambar instalasi pengukuran (kalibrasi) RTD Pt100:

(terdapat pada lembar kertas gambar A4 nomor I)

Langkah Kerja:

1. Mempersiapkan peralatan yang dibutuhkan sesuai daftar.

2. Membuat rangkaian pengukuran mengikuti gambar pada A4.

3. Memeriksa kembali rangkaian sebelum dijalankan.

4. Apabila tiada kesalahan maka menghubungkan heater & power supply 24 VDC ke
sumber jala-jala PLN 220 VAC.

17 |Teknik Pengendalian Proses


5. Melihat/mengamati secara seksama peningkatan suhu air dalam bejana melalui
termometer bimetal & kenaikan arus listrik searah dari RTD dengan AVOmeter.

6. Yang itu adalah untuk proses kenaikan suhu & untuk proses penurunan suhu,
melepaskan heater dari sumber 220 VAC setelah itu disimpan di ruang terbuka.
(proses penurunan suhu lama).

7. Mencatat segala hasil pengukuran di buku tulis dengan membuat suatu tabel.

8. Apabila praktikum sudah selesai, memeriksa hasilnya kepada guru untuk dikoreksi.

9. Merapikan kembali tempat praktikum juga menyimpan kembali peralatan yang sudah
dipakai.

10. Membuat laporan & kesimpulan dari data hasil praktikum.

Tabel Pengamatan Pengukuran RTD Pt100:

a. Penaikan Suhu

Power Supply (VDC) Iout (mADC) Rout (ohm) Suhu (OC)


24 11 100 (di udara terbuka)
24 12 110 35
24 16 120 60
24 20 130 95
b. Penurunan Suhu

Power Supply (VDC) Iout (mADC) Rout (ohm) Suhu (OC)


24 20 130 90
24 16 120 55
24 12 110 35

Kesimpulan Praktikum:

Hasil praktikum menunjukkan/membuktikan bahwa saat keadaan awal


RTD Pt100 menghasilkan 100 ohm namun arus listrik searah keluarannya tidak mulai dari 4
mA, ia mulai dari 11 mA. Seiring naiknya suhu air maka resistansi RTD naik diiringi
kenaikan arus listrik searah standar pada suhu tertentu (35,60,95) OC.

Untuk temperature transmitter RTD yang ada di industri untuk


pengkalibrasian dipakai resistance input untuk transmitternya pada range temperature
tertentu.

18 |Teknik Pengendalian Proses


4.2 Pengendalian Suhu RTD Pt100 untuk ON-OFF Heater

Tujuan:

o Memahami aplikasi RTD Pt100 untuk mengendalikan ON-OFF heater.

o Memahami tuning parameter control.

Teori:

Arus listrik searah standar yang bisa dihasilkan dari RTD Pt100 bila
diterapkan di industri dipakai untuk masukan ke controller untuk dibandingkan,dihitung &
dikoreksi lalu setelah itu dipakai untuk masukan transducer I/P ((4-20)mADC to (0,2-1)bar)

19 |Teknik Pengendalian Proses


untuk menggerakkan control valve,itu adalah kegunaan dari arus listrik searah yang
dihasilkannya.

Dalam praktikum ini keluaran RTD yang dipakai adalah resistansinya


(resistansi RTD sama sekali tak ditentukan) untuk masukan ke temperature controller lalu
diubah menjadi tegangan listrik searah sebesar 12V & dipakai untuk induksi lilitan relay
SPST NO untuk kendali on-off heater 220VAC.

Peralatan yang Dipakai

a. Sumber jala-jala PLN 220 VAC dilengkapi OFF switch

b. Kabel NYM

c. Stopkontak 1 outlet

d. Heater 220 VAC

e. Relay SPST NO 12 VDC

f. RTD Pt100 SUS 36 (Made in China)

g. Toho TTM004 Temperature Controller (Made in Japan)

h. Termometer bimetal NKS

i. Bejana berisi air dingin

j. Toolbox & toolkit

Gambar instalasi temperature control:

(terdapat pada lembar kertas A4 nomor II)

Cara Kerja Aplikasi RTD Pt100 untuk Kendali Heater 220VAC:

Cara kerja temperature controller ini memakai resistansi RTD (nilai


resistansi RTD sama sekali tak ditentukan) dimisalkan set point proses diatur 65 OC maka
temperature controller mengeluarkan 12 VDC ke relay SPST untuk menginduksi lilitan relay
maka saklar yang mulanya NO menjadi NC (normally close), sumber AC mengalir ke heater
maka heater bekerja (ON) & RTD mulai mengukur suhu proses, apabila proses sudah
mendekati set point itu maka temperature controller berhenti mengeluarkan tegangan 12 VDC
bila lilitan relay itu tak menerima power 12 VDC maka saklar yang tadinya NC menjadi ke
posisi semula (NO) maka heater pun berhenti bekerja (OFF). Dengan dipakainya resistansi
untuk temperature controller itu RTD Pt100 bekerja tanpa membutuhkan power supply 24
VDC.

Spesifikasi singkat Toho TTM004 Temperature Controller (Made in Japan):

20 |Teknik Pengendalian Proses


Langkah Kerja:

1. Membangun instalasi pengendalian mengikuti gambar yang sudah disahkan oleh guru.

2. Memeriksa instalasi sebelum dijalankan,memeriksa dengan baik-baik agar tak terjadi


kesalahan fatal.

3. Bila sudah diperiksa baik-baik tinggal menjalankan instalasi pengendalian.

4. Memulai tuning parameter dengan Toho TTM004 Temperature Controller

21 |Teknik Pengendalian Proses


Menekan tombol FUNC. agak lama untuk setting satuan suhu derajat Celcius atau kah
derajat Fahrenheit.

Menekan tombol MODE agak lama lalu ada tampilan SET 0 tekan tombol UP (arah
panah ke atas) menuju SET 2 (untuk memilih menu ke-9 dari SET 2) kemudian tekan
lagi MODE beberapa kali agar menemukan auto tuning PID. Bila menu sudah
ditemukan maka yang mesti diatur:

a. PI (Proportional) = setting proportional band (PB) %

b. I (Integral) = setting time of integral (Ti) max. 3600 seconds

c. d (Derivative) = setting time of derivative (Td) max. 3600 seconds

5. Untuk kembali ke tampilan awal dari SET 2 tekan agak lama tombol MODE maka
display telah kembali ke tampilan awal.
6. Apabila telah melakukan praktikum tuning parameter secara coba-coba sampai
menemukan nilai yang dianggap cocok untuk nilai PID-nya. Maka tinggal membuat
laporan & kesimpulan. Matikan pula sumber listrik instalasi itu.

Data Praktikum Hasil Tuning Parameter:

Set Point (%) P (PB) I (Ti) D (Td) Process Offset (%)


Variable (%)
50 0,1 50,6 +0,6 (over)
50 0,4 50,3 +0,3
50 1 50,2 +0,2
35 0,1 110 36,7 +1,7
31 0,1 100 32,5 +1,5
36 0,1 120 37,2 +1,2
39 0,1 26 40 +1
43 0,1 33 44 +1
46 0,1 20 47 +1
50 0,4 110 26 50,5 +0,5
60 1 110 26 59,8 -0,2 (selisih)
Diketahui :

delay error = 8 detik (8/60=0,13 menit)

delay time = 16 detik (16/60=0,26 menit)

derivative time (Td) = 26 detik (26/60=0,43 menit)

integral time (Ti) = 110 detik (110/60=1,83 menit)

Error (e) = SP-PV = (60-59,8=0,2)%

MVPID=P+I+D

22 |Teknik Pengendalian Proses


= PB.e+(1/Ti)0Tie.dt+Td.de/dt

=1/100.0,2+01,830,2.0,26+0,43.0,13/0,26

=0,002+(0,052.1,83-0,052.0)+0,215

=(0,002+0,1+0,215)%

=0,317%

Tuning Parameter = MVPID+SP = (0,317+60=60,317)%

Bab V
PENUTUP
6.1 Kesimpulan Laporan:

23 |Teknik Pengendalian Proses


Instrumen resistor temperature detector ialah alat yang dipakai dalam
pengukuran suhu dengan perubahan resistansi listrik.dengan adanya resistive sensing element
yaitu kawat yang terbuat dari platina,tembaga, atau pun nikel. Dalam praktikum terbukti
bahwa semakin naiknya suhu proses maka keluaran berupa resistansi mau pun arus listrik
(butuh suatu catu daya) meningkat pula. Suhu dengan keluaran (resistansi) berbanding lurus.

Dalam praktikum pengendalian on-off heater dengan RTD Pt100 dapat


diketahui pula karakteristik pengaturan tuning parameter untuk semua jenis controller
(kecuali on-off controller).

6.2 Penutup Laporan:

Demikian informasi yang dapat penulis paparkan dalam laporan praktikum


ini sekali lagi masih banyak terdapat kesalahan & kekurangan. Sekali lagi penulis amat butuh
masukan berupa kritik & saran yang membangun demi baiknya penyusunan laporan ini.

Penulis berharap semoga isi informasi dalam laporan ini dapat bermanfaat
khususnya diri pribadi penulis & pembaca siapa saja.

Bab VI
KRITIK & SARAN

24 |Teknik Pengendalian Proses


Daftar Pustaka
Teknik Pengukuran Besaran Proses Jilid I

Sensing Element.pptx

25 |Teknik Pengendalian Proses


Basic Controlling.pptx

http://baskarapunya.blogspot.com/instrumentasipengukuransuhu

Tekanan (Pressure)

Tekanan atau pressure adalah sebuah istilah untuk besaran gaya yang diberikan /
diterapkan ke suatu area permukaan tertentu.
26 |Teknik Pengendalian Proses
Standar satuan tekanan internasional adalah N/m2 (newton per meter persegi) atau bisa di
sebut Pascal. Rumus tekanan sebagai berikut:

P=F/A

P = tekanan (pressure) dalam (N/m2) atau Pascal (Pa) atau dalam satuan dasar (kg/ms2)

F = gaya (force) dalam Newton (N) atau dalam satuan dasar (kgm/s2)

A = luas (area) dalam (m2)

Mari kita lihat ilustrasi pada gambar dibawah ini.

Penjelasan :

Pada gambar di atas kedua benda tersebut memiliki berat (bukan massa) yang sama yaitu
100 lb (pounds force) dan berbentuk prisma segiempat. Pada gambar pertama alas yang besar
dengan luas 100 square inch menempel pada sebuah permukaan berapakah tekanan yang
terjadi pada permukaan tersebut?

P=F/A =100/100 =1 lb/in2

Sedangkan pada benda sebelahnya alas yang terbesar dibalik sehingga alas yang terkecil yang
menyetuh permukaan dengan luas alas 1 square inch,maka berapakah tekanan yang terjadi
pada permukaan benda ini??

P=F/A=100/1=100 lb/in2

Sehingga kita dapat menarik kesimpulan pada ilustrasi gambar di atas tekanan dipengaruhi
oleh gaya tekan benda dan permukaan alas suatu benda.

a. Semakin kecil luas bidang tekan, semakin besar tekanan yang dihasilkan.
b. Semakin besar gaya tekan yang diberikan, semakin besar tekanan yang dihasilkan.

Penerapan persamaan P=F/A dipakai dalam wujud atau fisik tekanan yang
terdapat 3 macam yakni sebagai berikut:

a. Tekanan zat padat

27 |Teknik Pengendalian Proses


b. Tekanan zat cair (dibahas dalam subbab selanjutnya)

c. Tekanan zat gas (dibahas dalam bagian ini)

Tekanan Zat Gas

Tekanan pada gas berbeda untuk ruangan terbuka dan ruangan tertutup. Tekanan
udara adalah gaya per satuan luas yang bekerja pada suatu bidang oleh gaya berat kolom
udara yang berbeda di atasnya. Berdasar teknik meteorologi dijelaskan bahwa tekanan udara
di pegunungan lebih rendah dibanding di daerah pantai.

1. Tekanan Pada Gas Dalam Ruang Terbuka

Tekanan pada gas dalam ruang terbuka lebih akrab disebut dengan tekanan
udara yang didefinisikan sebagai gaya per satuan luas yang bekerja pada suatu bidang oleh
gaya berat kolom udara yang berada di atasnya. Tekanan udara terbuka diukur menggunakan
alat yang disebut barometer. Alat ini pertama kali dibuat secara sederhana oleh Evangista
Torricelli (1608-1647)

gambar 1. Percobaan Torricelli

Untuk percobaan ini, Torricelli menggunakan tabung yang panjangnya kira-kira


1 m. Mula-mula tabung itu diisi dengan raksa sampai penuh, selanjutnya ujug tabung ditutup
dengan jari, kemudian tabung dibalikan dan dimasukkan dalam bejana yang berisi air raksa.

28 |Teknik Pengendalian Proses


Ketika jari dilepaskan, tampak raksa di dalam tabung terisi setinggi h sehingga menjadi
tekanan B, karena tinggi kolam raksa sama dengan tekanan atmosfer di A. Dari pengukuran
itu di dapat bahwa tinggi raksa di dalam tabung kira-kira 76 cm.

Tekanan air raksa setinggi 76 cmHg = 1 atmosfer (1 atm).

1 atm = 1 bar = 1 kg/cm2

1 atm = 105 Pa

103 mbar = 105 Pa

1 mbar = 105 /103 Pa

1 atm = 76 cmHg = 760 mmHg = 105 Pa

1 atm = 14,7 psi

1 atm = 10,33 mH2O (mka)

Besar tekanan udara luar di suatu tempat digunakan ketentuan sebagai berikut:

Menurut Torricelli, Barometer adalah pengukur tekanan udara terbuka. Makin


tinggi letak tempat di bumi makin kecil tekanan udara. Tiap naik 100 m dari permukaan air
laut tekanan udara turun 1 cmHg.

Persamaan untuk mencari tekanan udara suatu tempat & ketinggian suatu tempat
ialah:

a. Pudara=76 cmHg (hx (meter)/100 meter)

b. DP=(76-Px)cmHg

hx=(DP/1)cmHg.100 meter

Contoh soal & pembahasan:

a. Kota A dengan h=800 mdpl,berapa tekanan udara kota A?

Pudara=76 cmHg (hA (meter)/100 meter)

Pudara=76 cmHg (800 meter/100 meter)

Pudara=76 cmHg 8
29 |Teknik Pengendalian Proses
Pudara=68 cmHg

b. Berapa ketinggian h kota B bila barometer air raksa dalam menunjukkan nilai
70cmHg?

DP=(76-Px)cmHg

DP=(76-70)cmHg

DP=6cmHg

hB=(DP/1)cmHg.100 meter

hB=(6/1)cmHg.100 meter

hB=6.100 meter

hB=600 meter di atas permukaan air laut (mdpl)

2. Tekanan Gas Dalam Ruang Tertutup

Seorang ahli Fisika berkebangsaan Inggris bernama Robert Boyle (1627-1691)


melakukan percobaan pemampatan udara. Hasil percobaan menyatakan Hasil kali tekanan
dan volume gas dalam ruang tertutup selalu tetap, asalkan suhu gas tidak
berubah.Pernyataan tersebut dikenal dengan Hukum Boyle. Hukum Boyle dapat ditulis
dalam bentuk rumus:

P.V=C

Dimana c = bilangan tetap (konstanta)


Bila tekanan diubah maka volum gas juga berubah maka rumus di atas dapat ditulis sebagai
berikut.
P 1 . V1 = P 2 . V2

Keterangan:
P1 = tekanan gas mula-mula (atm, cmHg, N/m2, Pa)
P2 = tekanan gas akhir (atm, cmHg, N/m2, Pa)
V1 = volume gas mula-mula (m3, cm3)
V2 = volume gas akhir (m3, cm3)

30 |Teknik Pengendalian Proses


Contoh Soal Terkait Hukum Boyle:

Suatu ruangan tertutup mengandung gas dengan volume 200 ml. Jika tekanan ruangan
tersebut adalah 60 cmHg, hitunglah tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150 ml?

Diketahui: V1 = 200 mL ; P1 = 60 cmHg ; V2 = 150 ml

Ditanya : P2 ?

Jawab :

Jadi, tekanan gas pada ruangan yang volumenya 150 ml berdasarkan Hukum Boyle adalah 80
cmHg.

Alat-alat teknik dengan penerapan Hukum Boyle dalam pengukuran tekanan udara ruang
tertutup antara lain:
Manometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara atau gas di dalam
ruang tertutup. Ada tiga jenis manometer:

1. Manometer raksa terbuka

Manometer raksa terbuka di pakai untuk mengukur tekanan gas yang besarnya kurang lebih 1
atmosfer.

gambar 2. Manometer Hg terbuka

31 |Teknik Pengendalian Proses


Jika permukaan raksa dalam kaki yang terbuka lebih tinggi daripada permukaan kaki
lainnya, maka tekanan gas:
pgas=(pu+ h)cmHg.

Jika permukaan raksa dalam kaki terbuka lebih rendah daripada permukaan kaki
lainnya maka tekanan gas:
pgas=(pu-h)cmHg

Keterangan:

pgas = tekanan gas dalam ruang reservoir

pu = tekanan udara luar

h = selisih tinggi permukaan raksa pada kedua kaki pipa

2. Manometer raksa tertutup

Manometer raksa tertutup biasanya di pakai untuk mengukur tekanan gas yang besarnya lebih
tinggi dari 1 atm.

gambar 3. Manometer Hg tertutup

Sebelum dipakai permukaan raksa pada kedua kaki sama tinggi, ujung pipa yang terbuka
dihubungkan ke ruang yang akan di ukur tekanan gasnya.Dengan demikian dapat disusun
persamaan:

Pgas = selisih tinggi raksa+ tekanan udara dalam tabung

Pgas = h + h1/h2.pu

32 |Teknik Pengendalian Proses


Keterangan:

Pgas = tekanan gas dalam ruang reservoir

h = selisih tinggi permukaan antara kedua kaki pipa

h1 = tinggi kolom udara sebelum kran terbuka

h2 = tinggi kolom udara sesudah kran terbuka

pu = tekanan udara luar

3. Manometer logam

gambar 4. Manometer logam untuk tekanan tinggi

Manometer logam digunakan untuk mengukur gas atau uap tekanan tinggi, misalnya tekanan
dalam ketel uap. Manometer yang banyak dipakai ialah Manometer Bourdon. Cara kerja
manometer ini didasarkan pada plat logam yang bergerak naik turun (gerakan sensor tekanan
tabung bourdon yang menegang) bila ada perubahan tekanan. Gerak ujung plat logam
diteruskan oleh jarum jam penunjuk skala.

Cara Pengukuran Tekanan Zat Gas

Banyak satuan ukuran tekanan , namun pada prinsipnya adalah sama seperti yang dijelaskan
di atas.Secara mendasar ada tiga jenis cara pengukuran tekanan zat gas, yaitu:

33 |Teknik Pengendalian Proses


a. Gauge Pressure (tekanan melebihi) c. Differential Pressure (tekanan selisih)
b. Absolute Pressure (tekanan mutlak)
a. Gauge Pressure (tekanan melebihi diukur mengacu pada tekanan atmosfer)

Sudah lazim untuk memilih tekanan atmosfer normal ( 1 atm = 76cmHg)


sebagai titik nol atau titik acuan. Disebut tekanan melebihi (gauge pressure) bila tekanan itu
lebih tinggi dari 1 atm (tekanan atmosfir). Asumsi suatu tangki udara bertekanan 5 atm, maka
jelas bahwa tekanan melebihi itu 5 atm.

b. Absolute Pressure (tekanan mutlak diukur mengacu pada tekanan hampa)

Dengan tekanan mutlak dimaksudkan tekanan berpangkal dari titik nol (titik
acuan) di mana titik nol itu tiada tekanan udara. Titik nol adalah kondisi yang ditunjukkan
oleh vakum sempurna (hampa udara mutlak). Vakum sempurna samasekali tidak mampu
menimbulkan kolom zat cair sekecil apa pun. Maka tekanan yang sesungguhnya adalah
tekanan mutlak. Bila kita menilai suatu tekanan maka yang dimaksud tekanan mutlak.

34 |Teknik Pengendalian Proses


c. Differential Pressure (tekanan selisih diukur tidak mengacu pada tekanan atmosfer atau pun
tekanan hampa)

Berbeda dengan gauge pressure dan absolute pressure, differential pressure tidak
mempergunakan referensi tekanan tertentu. Yang terpenting pada prosesnya adalah terlihat
ada sebuah perubahan peningkatan selisih dari meningkatnya salah satu tekanan atau
turunnya salah satu tekanan. Peningkatan tekanan selisih akan terjadi jika P1 menjadi lebih
kecil atau P2 menjadi semakin besar. Dengan cara yang mirip, penurunan tekanan selisih
akan terjadi jika P1 menjadi lebih besar atau jika P2 menjadi lebih kecil. Pengukuran
differential pressure tidak memperhitungkan apakah lebih rendah dari dua tekanan vakum,
atmosfer atau tekanan lainnya. Yang dibaca olehnya adalah selisih perbedaan di antara dua
tekanan.

Jadi:
Tekanan mutlak = tekanan atmosfer+tekanan melebihi atau Tekanan melebihi = tekanan
mutlak-tekanan atmosfer. Maka boleh jadi tekanan melebihi dapat disebut tekanan selisih.
Dari ketiga cara pengukuran tekanan di atas semua saling berhubungan.

35 |Teknik Pengendalian Proses


Tekan
Tekan an
an Absol
76 ut
cm Gaug
e Tekanan
Hg udara
Tekan Tekana
an setempat
n
Vacco
om 1
Atmosf
ertekanan udara
gambar 5. Skala unit pengukuran

Alat Ukur (Sensor) Tekanan Zat Gas

1. Sensor Cairan
Seperti yang sudah disebutkan tekanan udara terbuka diukur memakai
barometer sedangkan tekanan udara tertutup diukur memakai manometer.
Barometer & manometer memakai sensor cairan kimia yaitu air raksa.
1.1 Manometer Pipa U & Manometer Bak Air Raksa
Manometer pipa U dan manometer bak air raksa adalah contoh sederhana
pengukuran tekanan yang menggunakan kolom zat cair. Prinsip yang
terjadi pada tabung U adalah bahwa tekanan diberikan pada salah satu
ujung pipa akan menghasilkan perbedaan ketinggian air raksa. Perbedaan
tinggi air raksa itulah menunjukkan adanya perbedaan tekanan yang dicari
dengan persamaan

36 |Teknik Pengendalian Proses


Pada manometer pipa U & manometer bak air raksa, beda tekanan pada kedua kaki pipa
(P1 P2)

P1 P2 = .g.h

Keterangan:

P1 P2 : perbedaan tekanan (Pascal)

: massa jenis zat cair pengisi manometer (kg/m3)

g : percepatan gravitasi bumi (9,8m/s2)

h : ketinggian zat cair pengisi manometer (meter)

Hg : 13600 kg/m3

2. Sensor Deformasi Elastis


Terdapat 3 macam sensor elastis yang biasa dipakai dalam pengukuran
tekanan yaitu diafragma,bellow,tabung bourdon. Masing-masing ketiga sensor
itu memiliki jangkauan pengukuran tertentu. Elemen-elemen ini dipakai pada
daerah elastisnya sehingga masih tetap mengikuti Hukum Hooke (F=k.x).
Defleksi (simpangan) sebanding dengan gaya atau pun tekanan yang
menyebabkannya. Dengan mengukur defleksi maka tekanan yang diukur dapat
diketahui.
2.1 Diafragma
Diafragma pada dasarnya adalah sebuah lembaran datar 7 tipis
yang terbuat dari logam. Diafragma datar seperti terlihat gambar 6.a
mendefleksi sesuai dengan hukum-hukum pada umumnya yang dapat
diaplikasikan ke lembaran datar untuk kondisi-kondisi muatan simetris.
Bentuk dasar diafragma datar adalah sebuah jaringan datar yang dijepit
pada bagian pinggirnya. Di sini diafragma dipakai untuk mengukur beda
tekanan. Tetapi defleksi yang terjadi akibat perbedaan tekanan ini kecil
sekali sehinnga sensitivitasnya juga kecil.
Diafragma bergelombang terdiri dari lekukan bundar seperti
terlihat gambar 6.b. bentuk ini bertujuan untuk meningkatkan kekerasan
serta daerah efektif dari diafragma dengan demikian defleksi lebih besar
daripada diafragma datar. Bentuk yang bergelombang menyebabkan
sensitivitas lebih besar daripada diafragma datar.
Selain kedua macam diafragma di atas yang merupakan
diafragma tunggal terdapat juga diafragma ganda yang biasa disebut
diafragma kapsul seperti terlihat gambar 6.c. Sensitivitas diafragma kapsul
lebih besar daripada kedua diafragma tunggal. Untuk mendapat sensitivitas
lebih besar lagi, beberapa kapsul dijadikan satu.

37 |Teknik Pengendalian Proses


Bahan-bahan biasa dipakai untuk diafragma adalah alloy metal
elastis yaitu kuningan,perunggu,fosfor,tembaga berilium,stainless steel.

2.2 Bellow
Pada gambar 6.d terlihat bellow yang dipakai untuk mengukur
tekanan dengan sensitivitas lebih tinggi. Terbuat dari logam-logam sama
seperti sensor tekanan diafragma. Daerah pengukuran tekanan bellow lebih
tinggi daripada diafragma sebab mampu mengukur tekanan paling rendah.
Elemen perasa tabung lurus dalam gambar 6.e dipakai dalam
desain tertentu pengukuran tekanan. Tabung lurus dengan salah satu ujung
disegel maka akan menyebabkan perubahan-perubahan yang akan
dikirimkan ke ujung lain yang terbuka. Pergeseran ini ditransduksikan
sebagai regangan maupun sebagai perubahan dalam frekuensi resonan
tabung.

2.3 Tabung Bourdon


Tabung bourdon dibuat dari tabung yang pipih. Prinsip kerja
tabung bourdon ini bila terdapat tekanan di dalam atau pun di luar tabung
maka akan terjadi gaya keluar atau ke dalam sebab luas permukaan dalam
tabung bourdon berbeda.
Tabung bourdon jenis C terlihat pada gambar 6.f memiliki
sudut lekukan antara 180O dan 270O dan bagian ujung ke arah luar bila ada
penaikan tekanan.
Di bawah ini gambar 6 jenis-jenis sensor tekanan dari
diafragma,bellow,& tabung bourdon.

38 |Teknik Pengendalian Proses


6.a. diafragma datar

6.b. diafragma bergelombang

6.c. diafragma kapsul

6.d. bellow

6.e. tabung lurus

6.f. tabung bourdon C

6.g. tabung bourdon twist (puntir)

6.h. tabung bourdon helical

6.i. tabung bourdon spiral

39 |Teknik Pengendalian Proses

Anda mungkin juga menyukai