10 Skripsi
10 Skripsi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
paradigma baru bagi dunia internasional dalam memahami postur, dinamika, dan
berakhir pada runtuhnya Tembok Berlin dan penyatuan kembali (reunifikasi) Jerman
Barat-Timur (1990)1, serta beberapa konflik dan perang yang terjadi setelahnya,
Pada ketiga perang yang disebutkan di atas, Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik
Utara baru terlibat dalam Perang Dingin sebab organisasi ini baru dibentuk pada
dan Islandia. Dua negara yang disebut paling awal Perancis dan Amerika Serikat,
merupakan dua negara yang paling memegang peranan penting dalam memobilisasi
1 Pasca Perang Dingin isu-isu tentang ancaman keamanan internasional telah mengalami pergeseran
dari keamanan tradisional yang bersifat state-centered menuju ke keamanan non-tradisional yang lebih
bervariasi hingga people-centered. Dalam situasi seperti ini, NATO dituntut untuk mengadakan
penyesuaian. Adapun langkah yang paling efektif dilakukan adalah dengan melakukan redefenisi untuk
mengetahui relevansi NATO dalam melihat bentuk-bentuk ancaman baru terhadap keamanan
internasional.
1
keamanan internasional baik melalui NATO dan PBB, dan merupakan dua di antara
lima negara (Amerika Serikat, Perancis, Rusia, Cina, dan Inggris) pemegang Hak
Veto di PBB.
Dalam konsep perjanjian ini, North Atlantic Treaty juga disebut dengan nama
NATO sekaligus secara tersirat mewakili dominasi Amerika Serikat. Namun, untuk
semuanya berasal dari Eropa. Yunani dan Turki masuk menjadi anggota pada tahun
1952. Kemudian Republik Federasi Jerman atau Jerman Barat ikut masuk dalam
keanggotaan pada tahun 1955. Spanyol bergabung pada tahun 1982, tetapi berada di
luar struktur integrasi militer NATO hingga 1996. Cekoslovakia, Polandia, dan
Romania, Slovakia, dan Slovenia bergabung pada tahun 2004. Terakhir, Albania dan
Kroasia resmi bergabung pada tanggal 1 April 2009 sesuai KTT Bucharest.
satu dari duabelas negara pemrakarsa berdirinya NATO. Namun, pada tahun 1966
Perancis menyatakan diri keluar dari struktur integrasi militer NATO walaupun masih
memiliki wakil dalam pakta pertahanan ini, dan baru kembali aktif di NATO pada
2
tahun 2009.2 Selain itu, pada tahun 1966 Perancis dan Jerman membentuk pertahanan
bersama di luar NATO sebagai tindak lanjut dari Elysee Treaty 1963 yang selanjutnya
menjadi konsep dasar bagi pembentukan Pertahanan dan Kemanan Eropa tahun
1996.3 Kolaborasi pakta pertahanan ini menunjukkan adanya pengaruh dari dua
kekuatan Eropa yang baru Perancis dan Jerman, sekaligus membentuk kemandirian
yang ketat antara Perancis dan Amerika Serikat di tubuh NATO. Situasi ini oleh
4
Eropa merupakan sebuah strategi untuk menghindari psychology of dependent
Amerika Serikat atas NATO dengan cara membentuk pakta pertahanan bersama
2 Tahun 2009 Perancis masuk kembali ke Struktur Komando Militer NATO atas usul Presiden Nicolas
Sarkozy melalui persetujuan pihak Parlemen Perancis. Ia mengajukan permohonan resmi bagi Perancis
untuk kembali memasuki struktur komando NATO, setelah absen selama 43 tahun. Surat Sarkozy itu
diserahkan kepada Sekjen NATO Jenderal Jaap de-Hoop Scheffer dalam KTT Uni Eropa di Brussels.
Parlemen Perancis menyetujui rancangan undang-undang yang mendukung Perancis kembali menjadi
anggota NATO. Perdana Menteri Perancis, Francois Fillon mengatakan kepada para legislator,
kembalinya Perancis ke komando militer NATO merupakan penyesuaian yang akan memberikan
pengaruh lebih besar bagi Perancis dalam NATO. Selain itu, NATO tahun 2009 berbeda dengan
NATO tahun 1966. Dikutip dari Pidato Perdana Menteri Francois Fillon on France Parlemen, 2009.
http://www.voanews.com/indonesian/news/a-32-2009-03-21-voa8-85126987.html, diakses tanggal 8
November 2011 pukul 22.35 WITA.
3 Sankt Augustin, 2007, Konrad Adenauer and the European Integration, Berlin: Konrad Adenauer
Fundation, Archive for Christian Democratic Policy (ACDP), hal. 19.
4 A. Agus Sriyono, dkk, 2004, Hubungan Internasional, Percikan Pemikiran Diplomat Indonesia,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, hal. 176.
3
Pada persoalan kepentingan nasional negara masing-masing, maka kita akan
melihat sebuah perseteruan yang tajam antara Perancis dan Amerika Serikat di
NATO. Keduanya tentu saja memiliki peluang dan kemampuan untuk saling
politik luar negeri Perancis yang independen yang secara turun-temurun diakui
Amerika Serikat. Langkah ini telah dijalankan sebaik mungkin, dan oleh Presiden
dapat lagi dipandang sebagai partner yang dapat dipercaya, sedangkan Rusia (Uni
Soviet) sedang berada dalam ketidakpastian, maka suatu kekuatan baru harus
nasional Perancis tidak akan menyimpang dari warisan kebesaran raja-raja silam,
5 Semboyan Perancis pada masa Pemerintahan Napoleon yang dijadikan politik luar negeri tak
terbatas, prinsip Liberty, Egality, and Fraternity
4
pertahanan, bahwa masuknya Perancis kembali di NATO merupakan sebuah langkah
penyesuaian yang akan memberikan pengaruh lebih besar bagi Perancis di NATO. 7
demokrasi standar ganda sebagai politik luar negeri dan pada masanya
menyuarakan diri sebagai polisi dunia atas Global War againt Terrorism melalui
dalam menjaga kedaulatan negara adalah sesuatu yang dianggap vital antara Perancis
dan Amerika Serikat. Dalam kasus ini, Morgenthau mendefinisikan persepsi equality
Equality atau Persamaan tidak lain ialah suatu sinonim bagi kedaulatan yang
menunjukkan suatu segi khusus kedaulatan. Jikalau semua negara mempunya
kekuasaan tertinggi dalam wilayahnya, maka tidak ada negara yang dibawahi
oleh negara lain dalam melaksanakan kekuasaan itu. Tidak ada negara, yang
mempunyai hak kalau tidak ada kewajiban perjanjian yang bertentangan dengan
itu, untuk mengatakan kepada suatu negara lain, apa saja undang-undang yang
akan dibuat dan yang harus ditegakkan, apalagi untuk membuat undang-undang
dan menegakkannya dalam wilayah negara... Karena negara-negara itu
berdaulat, mereka tidak dapat membiarkan suatu kekuasaan yang membuat
undang-undang dan menegakkannya, berada di atasnya dan beroperasi langsung
dalam wilayahya.8
Dalam konteks ini, setiap negara memiliki hak yang sama dalam mejalankan
7 Pidato Perdana Menteri Francois Fillon on France Parlemen, 2009, Op. cit. pukul 22.35 WITA.
8 Hans J. Morgentahau, 1990, Politik Antarbangsa: Perjuangan Untuk Kekuasaan dan Perdamaian,
Bandung: MANNA, Lembaga Penterjemahan dan Penyaduran, hal. 367.
9 Dalam menjaga kedaulatan negara, setiap negara berhak mendapatkan penghormatan sebagai bentuk
independensi dari negara lainnya. Adapun, equality kaitannya dengan kekuatan (power) suatu negara
selalu mengalami pasang surut.
5
sebagai bagian vital kepentingan nasionalnya. Demikian juga Perancis dan Amerika
Dalam posisi yang sama sebagai anggota NATO, Perancis dan Amerika Serikat
tujuan NATO. Adapun NATO, secara tradisional memiliki peran dan tujuan sebagai
The parties to this Treaty reaffirm their faith in the purposes and principles of
the Charter of the United Nations and their desire to live in peace with all
peoples and all government. They are determined to safeguard the freedom,
common heritage and civilisation of their peoples, founded on the principles of
democracy, individual liberty and the rule of law. They seek to promote stability
and well-being in the North Atlantic area. They are resolved to unite their
efforts for collective defence and for the preservation of peace and security.
They therefore agree to this North Atlantic Treaty...10
Dari peran dan tujuan di atas, NATO pada perkembangannya telah banyak
keamanan internasional. Di sisi lain, NATO juga telah melewati dan ikut terlibat pada
beberapa peristiwa besar baik perang maupun konflik yang di dalamnya melibatkan
kepetingan Perancis dan Amerika Serikat. Dengan demikian, dominasi dan perebutan
peran antara Perancis dan Amerika Serikat menjadi tak terelakkan dalam tubuh
kunci utama bagi Amerika Serikat untuk mengendalikan kekuatan Eropa di NATO.
6
dianggap sebagai penghambat dalam menentukan masa depan dan kemandirian Eropa
di NATO, khususnya dalam menentukan sistem pertahanan Eropa. Oleh karena itu,
Perancis perlu mengadakan perimbangan kekuasaan baru di NATO. Kondisi ini tentu
saja akan memberi efek pada NATO dalam merespon dan menyelesaikan isu-isu
Sebagai contoh kasus, Krisis Libya pada awal tahun 2011 merupakan isu utama
bagi NATO dalam merespon kondisi dan postur keamanan internasional. Keluarnya
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1973 tanggal 17 Maret 2011 memberi
leluasa kepada NATO untuk masuk ke Krisis Libya. Resolusi tersebut bertujuan
untuk: melindungi warga sipil, penetapan no fly zone, embargo senjata, pelarangan
penerbangan Libya ke luar negeri, pembekuan dan pelarangan aset Qhadafi dan
Selanjutnya, pada tanggal 19 Maret 2011, pasukan koalisi yang terdiri dari lima
negara, yaitu Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Italia dan Kanada dibawa kendali
NATO meluncurkan Operasi Fajar Odyssey terhadap Libya. Operasi ini bertujuan
untuk melindungi penduduk sipil dari serangan yang dilakukan oleh kekuatan pro-
Muammar Al-Qadhafi. Serangan militer bertindak di bawah Bab VII Piagam PBB,
yang mengatur penggunaan kekuatan jika diperlukan, serta Resolusi DK PBB 1973
7
protect civilians and civilian populated areas under threat of attack in the
Libyan Arab Jamahiriya...11
Berdasarkan piagam PBB Bab VII, Dewan Keamanan PBB memiliki hak untuk
mengambil tindakan dalam suatu kasus internal suatu negara apabila terdapat
ancaman dan pelanggaran terhadap perdamaian atau tindakan agresi terhadap negara
lain yang dilakukan oleh suatu negara. Oleh PBB dan NATO, langkah ini merupakan
sebagai bentuk misi khusus untuk menjamin keamanan internasional. Namun, jika
kita melihat sikap Uni Eropa terhadap penyerangan militer ke Libya, negara anggota
Uni Eropa memiliki sikap berbeda-beda. Jerman ialah salah satunya. Sebagai salah
satu dari anggota Dewan Keamanan tidak tetap PBB, Jerman berpendapat lebih
memilih untuk tidak menggunakan kekerasan. Namun, semua anggota NATO sepakat
untuk memberlakukan sanksi kepada Libya seperti yang tertuang dalam keputusan
No. 201/2011 dan 137/2011/CFSP. Keputusan ini merupakan bentuk langkah nyata
NATO dalam menjamin stabilitas dan keamanan internasional yang telah disesuaikan
dengan PBB.
Melihat fenomena ini, peneliti sangat tertarik untuk mengkajinya lebih dalam
Atlantic Treaty Organization Pasca Perang Dingin, difokuskan pada Rivalitas antara
Perancis dan Amerika Serikat di NATO. Penelitian ini mencoba memahami perilaku
8
Alasan utama memilih tema ini karena Kajian Eropa sangat menarik dan menantang
untuk dikaji lebih dalam. Peneliti melihat betapa pentingnya pengkajian Kawasan
masih kurangnya ahli dan pengkajian khusus Kawasan Eropa. Sejauh ini, peneliti
telah banyak mendalami objek ini secara berkelanjutan, khususnya Kawasan Eropa
kaitannya dengan salah satu organisasi internasional dalam hal ini NATO di Bidang
NATO membawa pengaruh signifikan bagi NATO dalam menjaga keamanan kawasan
Atlantik Utara dan kerangka kerja keamanan internasional. Pada masa Perang Dingin,
ketegangan ini tidak terlalu nampak karena proyeksi NATO melalui negara
anggotanya masih satu, membendung arus komunisme Uni Soviet. Hal ini mampu
Pada Pasca Perang Dingin kondisi ini tentu terlihat berbeda bagi Perancis dan
Amerika Serikat, dimana musuh bersama sudah lenyap. Dengan demikian, memberi
ruang bagi Perancis dan Amerika Serikat untuk kembali fokus pada kepentingan
nasional masing-masing. Kepentingan Perancis tidak hanya fokus pada NATO, tetapi
ikut terlibat dalam memperkuat kemandirian Eropa dalam merespon isu keamanan
9
bertolak belakang, yaitu pertama me-NATO-kan Amerika Serikat, sedangkan yang
kepentingan di NATO?
a. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan batasan pada perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
b. Kegunaan Penelitian
kepentingan nasional suatu negara, dalam hal ini pembahasan rivalitas dua
10
dalam merespon keamanan internasional. Tulisan ini juga menjadi bahan
D. Kerangka Konseptual
Makna kekuasaan (power) harus mampu bekerja pada kondisi perang dan
damai. Morgenthau mendefenisikan power sebagai suatu hubungan antara dua aktor
kepentingan nasional setiap negara. Kekuasaan yang dimaksud adalah apa saja yang
11
dapat membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain.
Adapun, defenisi power lebih luas dikemukakan oleh Jr. Chas W. Freeman:
The power of states is measured by their ability to alter and chanel the
behaviour of other states. It rest on their will to apply their national strength
and potential in contest with other. A states estimate of its own power helps
decide the degree to which it will insist on its views and take risks to see them
prevail. 13
Sedangkan, menurut Deutsch makna power dapat dibagi ke dalam tiga dimensi
atau variabel, yaitu wilayah, intensitas, dan ruang lingkup kekuasaan. 14 Dengan
melihat tiga variabel tersebut, maka kekuatan nasional dari setiap negara dapat
ataupun yang potensial. Untuk itu, power dibedakan atas, superpower, great power,
14 Karl Deutsch, dalam Masoed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi,
Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, hal. 121.
15Sufri Yusuf, 1989, Hubungan Internasional & Politik Luar Negeri, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
hal. 10.
12
Untuk mencapai kepentingan nasional, suatu negara harus melakukan interaksi
dengan negara lain. Oleh karena itu, setiap negara membutuhkan serangkaian
kebijakan politik luar negeri. Setiap negara dalam interaksinya dengan negara lain
alasan utama bagi tindakan yang dilakukan oleh setiap negara. Usaha-usaha interaksi
kekuasaan.16 Kekuasaan yang dimaksud adalah apa saja yang dapat membentuk dan
hidup (survival) dari suatu negara. Setiap negara harus mampu mempertahankan
yang bisa saja demokratis, otoriter, sosialis, atau komunis, dan memelihara norma-
kebijaksanaan yang sifatnya spesifik terhadap negara lain, baik dalam bentuk
pemberian bantuan asing, pembentukan aliansi kekuatan, dan atau perang ekonomi
sebagai berikut:
13
Secara minimum, kepentingan nasional mencakup keutuhan wilayah suatu
bangsa, kemerdekaan, dan kelangsungan hidup nasional. Namun, kelangsungan
hidup nasional itu sendiri diberi bermacam-macam interpretasi oleh bermacam-
macam negara yang menghadapi kondisi yang berlain-lainan.17
Menurut Holsti, kepentingan nasional dapat diklasifikasi ke dalam tiga hal.
Pertama, core values, sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara menyangkut
eksistensi suatu negara. Kedua, middle range objectives, tentang peningkatan derajat
perekonomian suatu negara. Dan ketiga, long range goals yaitu sesuatu yang bersifat
Selanjutnya, dalam analisis, penulis juga menggunakan konsep Eropa I dan II, 21
dimana Diez T. dan Wiener A. menyatakan, bahwa babak baru NATO ialah
bagaimana melihat peran Amerika Serikat untuk selalu menjadi yang dominan di
17 Arnold Wolfers, dalam James E. Dougherty dan Robert L. Pfatzgraff, Jr, 1971, Contending
Theories in International Relations, New York: JB.Lippncot Co, hal. 62.
18 KJ. Holsti, dalam Umar Suryadi Bakry, 1999, Pengantar Hubungan Internasional, Jakarta:
Jayabaya University Press, hal. 63.
21 Diez T., dan Wiener A., 2009, Introducing the Mosaic of Integration Theory in Wiener A., Diez T.,
European Integration Theory (2nd edition), London: Oxford University Press, hal. 22.
14
yang menitikberatkan pada usaha Amerika Serikat untuk selalu menjadi dominan di
tubuh NATO. Amerika Serikat ingin memposisikan NATO dibawah pengaruh dan
kendalinya to make NATO under US. Di sisi lain negara-negara Eropa melihat
dominasi Amerika Serikat di NATO sebagai sebuah ancaman bagi kedaulatan Eropa.
Negara-negara Eropa melihat bahwa, jika dominasi Amerika Serikat dibiarkan terus-
menerus, maka dominasi tersebut akan menjadi wujud kekuatan baru Amerika Serikat
untuk menguasi Eropa. Sebagai akibatnya, memberi ruang untuk saling mendominasi
dan celah rivalitas antara Eropa dan Amerika Serikat di NATO. Negara-negara Eropa
berupaya untuk memposisikan Amerika Serikat dibawah kendali NATO. Dengan kata
lain, Eropa ingin me-NATO-kan Amerika Serikat agar berada di bawah kendali
Robert Cox dan Harold Jacobson menjelaskan bahwa, proses pengambilan keputusan
symbolic decision.22 Robert Cox dan Harold Jacobson melihat bahwa, dalam setiap
pihak pengambil keputusan. Para aktor dituntut lebih jeli dalam memilih alternatif
22 T May Rudy, 2002, Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca Perang
Dingin, Bandung: PT. Refika Aditama, hal. 79-80.
15
Representational decisions, merupakan keputusan yang akan mempengaruhi
suatu mandat, penentuan wakil-wakil yang duduk dalam badan-badan eksekutif serta
komite. Programatic decisions, merupakan keputusan dari suatu alokasi strategis dari
lingkup organisasi. Hasil dari keputusan ini biasanya bersifat formal seperti konvensi,
ideologi yang didukung oleh suatu kelompok aktor ataupun legitimasi yang telah
NATO
Faktor Internal
-Kepentingan Nasional Negara anggota 16
-Kebijakan bidang Pertahanan dan
Keamanan
-Bentuk/model Pengambilan Keputusan
Faktor Eksternal
Perubahan Dimensi Keamanan di NATO:
-Dimensi Tradisional (Periode Perang
Dingin)
-Non-Tradisional (Pasca Perang Dingin)
contoh kasus
Penyelesaian Krisis Libya
Dari bagan di atas, dapat dilihat bahwa posisi Perancis dan Amerika Serikat
E. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah tipe deskriptif, yaitu
argumen yang relevan. Kemudian, hasil uraian tersebut dilanjutkan dengan analisis
17
menggambarkan fakta-fakta kepentingan Perancis dan Amerika Serikat di NATO dan
berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dokumen, artikel dalam
berbagai media, baik internet maupun surat kabar harian. Adapun bahan-bahan
tersebut diperoleh dari beberapa tempat yang telah penulis kunjungi, yaitu:
3. Jenis Data
Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder. Data sekunder
merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur. Seperti buku, jurnal, artikel,
majalah, handbook, situs internet, institut dan lembaga terkait. Adapun, data yang
dibutuhkan adalah data yang berkaitan langsung dengan penelitian penulis tentang
18
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data hasil
tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat.
5. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif, yaitu
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Konsep Power
Konsep power telah menjadi sebuah konsep yang begitu kompleks digunakan
dewasa kini. Sejak terjadinya Perang Dunia I, menyusul Perang Dunia II, hingga pada
19
periode Perang Dingin dan setelahnya, konsep power merupakan salah satu konsep
Perubahan fenomena di atas tentu saja diikuti dengan perubahan ruang lingkup
konsep tentang power turut mengalami perkembangan, dalam hal ini dari dimensi
dimaksud ialah kekuasaan atas diri sendiri dan di luarnya. Konsep power telah
banyak diperdebatkan oleh para ahli dan penstudi hubungan internasional. Kaum
realis menganggap bahwa power didasarkan pada kekuatan militer, sementara kaum
produksi. Dari berbagai pandangan ini, ada baiknya peneliti menjelaskan dimensi
1. Traditional Power
bahwa negara adalah aktor tunggal yang memiliki kekuatan untuk menjalankan
mendukung hal tersebut, maka ia harus ditopang oleh kekuatan maksimum negara.
Adapun, yang paling mendasar adalah kekuatan militer. Hal ini tentu saja sesuai
20
Pada periode Perang Dingin, power dipandang hanya melekat pada atribut
negara sebagai aktor tunggal. Negaralah yang berhak mengendalikan kekuatan militer
untuk kemudian menjadi tolak ukur dalam menjalankan politik luar negerinya.
Kekuatan suatu negara sangat ditentukan oleh kapabilitas militer. Negara yang paling
baik sistem militernya akan dengan segera menjadi aktor unggul dalam lingkungan
negara lain. Untuk itu, power setidaknya terdiri dari dua unsur pokok, yaitu pengaruh
The power of states is measured by their ability to alter and to chanel the
behaviour of other states. It rest on their will to apply their national strength
and potential in contest with other. A states estimate of its own power helps
decide the degree to which it will insist on its views and take risks to see them
prevail. 24
Sementara, Morgenthau, seorang tokoh realisme tradisional mendefenisikan
power sebagai suatu hubungan antara dua aktor politik di mana aktor A memiliki
kemampuan untuk mengendalikan pikiran dan tindakan aktor B. Adapun subyek yang
dimaksud di sini adalah negara sebagai aktor tunggal yang memiliki kepentingan
Power bisa terdiri dari apa saja yang menciptakan dan mempertahankan
pengendalian seseorang atas orang lain (dan itu) meliputi semua hubungan
sosial yang mendukung tujuan (pengendalian) itu, mulai dari kekerasan fisik
23 Anak Agung Banyu Prawita dan Y. M. Yani, 2005, Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, hal. 64.
21
sampai ke hubungan psikologis yang halus yang dipakai oleh pikiran seseorang
untuk mengendalikan pikiran orang lain.25
Power terdiri dari segala sesuatu yang dimiliki manusia untuk menentukan dan
memelihara kontrol atau kekuasaan atas orang lain dan power meliputi seluruh
hubungan sosial, mulai dari kekerasan psikologis yang tidak kentara melalui mana
2. Non-Traditional Power
hanya melekat pada sebuah negara (state-focused), melainkan telah masuk pada ranah
National power is contextual in that it can be evaluated only in terms of all the
power elements (such as military capability, economic resources, and
population size), and only in relation to another player or players and the
situation in which power is being exercised... Closely allied to all this is the
fact that national power is dynamic, not static.27
Adapun, defenisi power yang lebih modern diungkapkan oleh Menteri Luar
We must use what has been called smart power, the full range of tools at our
disposal diplomatic, economic, military, political, legal and cultural, picking
the right tool or combination of tools for each situation. With smart power,
dilomacy will be the vanguard of our foreign policy.28
25 Hans J. Morgenthau, dalam Masoed, 1990, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan
Metodologi, Jakarta: PT. Pustaka LP3ES, hal. 117.
27 Martin Griffiths dan Terry OCallaghan, 2002, International Relations: The Key Concepts,
London: Routledge, hal. 253.
22
Defenisi di atas memiliki ruang lingkup yang sangat kompleks, dimana elemen-
elemen power tidak hanya terletak pada kekuatan militer, namun juga dalam hal
setiap negara bebas memilih di antara beberapa elemen di atas atau dengan
Defenisi di atas menjelaskan, bahwa elemen baru power tidak hanya bersumber
dari kekuatan militer secara tradisional, tetapi lebih dari itu, kekuatan ekonomi telah
menjadi sumber kekutan baru yang perlu dipertimbangkan oleh suatu negara. Dimana
perkembangan makna power dapat dilihat dari kekuatan militer secara tradisional dan
(relative power) dan struktur kekuakasaan (structural power), dalam hal ini dapat
28 Olivier Poivre DArvor, Winter, 2010, The Smart Use of Soft Power, dalam MONDES; Les
Cahiers du Quai DOrsay, No. 2, hal. 214.
23
Analytically, one can distinguish between four separate but related structures of
power in international relations: 1.the knowledge structure refers to the power
to influence the ideas of others; 2.the financial structure refers to the power
to restrict or facilitate their access to credit; 3.the security structure shapes
their prospects for security; 4.the production structure affects their
chances of a better life as producers and as consumers.30
diketahui melalui perbandingan kekuatan antar satu negara dengan negara lainnya
kekuasaan relatif bersifat dinamis dan tidak statis, dimana bobot atau level
kekuasaan suatu negara dapat berubah-ubah pada setiap waktu. Dalam hal ini
maka akan semakin kuat sumber dan perolehan kekuasaannya. Selanjutnya, dalam
praktiknya, siklus kekuasaan suatu negara lebih sederhana terdiri dari penghasil
Dalam hal ini, negara dapat sekaligus sebagai penghasil dan pemakai kekuasaan.
Pandangan tentang power memiliki dimensi yang berbeda sebelum dan setelah
periode Perang Dingin terjadi. Pada era Perang Dingin, power dipandang melalui
kepemilikan dan postur militer negara. Sedangkan, pasca Perang Dingin, power tidak
hanya mengandung arti kekuatan militer, tetapi juga berkaitan dengan kekuatan
24
power tidak hanya menyangkut aktivitas spesifik seperti yang tersebut di atas, tetapi
lain.31 Adapun, Perilaku yang dimaksud ialah segala tindakan yang bersumber dari
aktivitas suatu negara terhadap negara lain dalam segala jenis interaksi.
dalam hal fungsi dan tujuan power tersebut dilaksanakan. Namun, konsepsi di atas
juga secara jelas menunjukkan perbedaan dalam hal sumber (resource), jenis (type),
dan kepemilikan (subject) kekuasaan. Bila pada masa Perang Dingin, power
bersumber dari struktur dan kepemilikan militer yang canggih, dengan tipe power
adalah hard power, maka pada dewasa kini power tidak hanya bersumber pada
militer semata, tetapi juga berasal dari sumber daya alam dan manusia yang dimiliki
oleh negara, baik itu yang nampak atau tidak. Selain itu, konsentrasi power pada
utama. Deutsch mengemukakan tiga dimensi power, yaitu scope (ruang lingkup
kekuasaan), domain (arah dan tujuan kekuasaan), dan range (intensitas kekuasaan).
Dimensi power ini termasuk dalam golongan yang spesifik dan dapat diukur oleh
koleksi semua perilaku kelas-kelas tertentu. Adapun, hubungan dan urusan ini secara
31 Michael Sheehan, 1996, The Balance of Power: History and Theory, New York: Routledge
Publishing, hal. 7.
25
efektif tunduk pada kekuasaan pemerintah, meliputi semua tipe kegiatan yang coba
diatur oleh pemerintah, baik internal maupun eksternal. Ruang lingkup kekuasaan
internal dapat diukur dengan seberapa banyak kegiatan yang dipengaruhi oleh
pemerintah. Dalam komponen eksternal, scope ini dapat diukur dengan seberapa
Dimensi domain terkait arah power tersebut ditujukan. Meliputi kepada apa
(to what) dan siapa (to whom) power tersebut dilaksanakan. Lazimnya, power
kekuasaan. Domain kekuasaan terdiri atas: internal domain meliputi wilayah dan
populasi dalam batas-batas geografis suatu negara, dan eksternal domain meliputi
wilayah dan populasi di luar batas geografis negara, tetapi masih dalam wilayah
yang tertinggi (keikutsertaan) dengan hukuman terburuk (pencabutan hak) yang bisa
dalam domainnya. Range power juga dibagi menjadi dua komponen yaitu: komponen
internal (dalam negeri) dan eksternal (luar negeri). 33 Range kekuasaan biasanya
dipengaruhi oleh intensitas suatu negara dalam berinteraksi dengan negara lain, dalam
hal ini juga termasuk kualitas hubungan interkasi sesuai dengan kemampuan negara
33 Theodore A. Columbis dan James H. Wolfe, 1990, Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan
dan Power, Bandung: Abardin, hal. 94.
26
Selanjutnya, dimensi power yang lainnya menurut Baldwin yaitu costs dan
means. Adapun, costs merupakan biaya yang dikeluarkan A dan B sama-sama relevan
terhadap penilaian pengaruh.34 Artinya, besar kecilnya biaya yang dianjurkan oleh
salah satu pihak berbanding lurus dengan penentuan pengaruh yang dijalankan.
Sedangkan, means merupakan alat bagi terlaksananya suatu kekuasaan yang dapat
dilihat melalui klasifikasi jalur pengaruh dalam hubungan internasional, yakni jalur
simbolik, jalur ekonomis, jalur militer, dan jalur diplomatis. Adapun, menurut
Anonim, Power meliputi tangible dan intangible power. Intangible power meliputi
persatuan masyarakat, reputasi, dukungan luar negeri dan ketergantungan atas negara
lain. Sedangkan, tangible power meliputi wilayah, populasi, sumber daya alam,
mobilitas domestik.35
menyangkut adanya hubungan antara dua negara atau lebih, dimana suatu negara
negara lain, dengan tujuan untuk dapat mengendalikan perilaku negara lain. Dan,
dapat dikatakan pula jika suatu negara memiliki power, namun tidak
menggunakannya dalam kerangka interaksi dengan negara lain, maka negara tersebut
dianggap tidak memiliki power. Dengan demikian, sebuah negara agar bisa dikatakan
27
memiliki power, maka ia harus menjalakan power tersebut menurut kebutuhan
negaranya. Adapun, implementasinya akan menjadi hasil sekaligus alat penentu level
nasional dan tindakan politik suatu negara. Secara spesifik sebuah negara tentu saja
negara tersebut harus memiliki power. Pada akhirnya power-lah yang menentukan
tindakan politik suatu negara. Oleh karena itu, power sangatlah penting untuk
power yang dimiliki suatu negara, maka kemampuan negara tersebut untuk
mempengaruhi negara lain semakin besar pula. Power dapat dilakukan melalui jalan
kekerasan seperti paksaan, atau dengan jalan melakukan kerjasama seperti kooperasi
kompleksnya interaksi antarnegara, power yang dimiliki oleh setiap negara memiliki
nasional dari setiap negara.36 Kekuasaan yang dimaksud adalah apa saja yang dapat
28
membentuk dan mempertahankan pengendalian suatu negara atas negara lain.
sebagai sarana sekaligus sebagai tujuan dari tindakan politik internasional. Dengan
minimum yang inheren di dalamnya. Adapun, arti minimum yang inheren di dalam
minimum negara ialah melindungi identitas fisik, politik, dan kulturalnya dari
(identitas politik) yang bisa saja demokratis, otoriter, sosialis, atau komunis, dan
menurunkan kebijaksanaan yang sifatnya spesifik terhadap negara lain, baik dalam
klasifikasi. Pertama, core values, sesuatu yang dianggap paling vital bagi negara dan
29
ketiga long range goals yaitu sesuatu yang bersifat ideal misalnya, keinginan untuk
tersebut sangat dipengaruhi oleh berbagai persoalan yang dihadapi oleh suatu negara,
interaksi dengan negara lain. Berpijak pada berbagai jenis interaksi tersebut, maka
yang dijelaskan oleh Coulumbis dan Wolfe, bahwa politik luar negeri merupakan
sintesis dari tujuan atau kepentingan nasional dengan power dan kapabilitas.40
38 Arnold Wolfers, dalam Robert L. Pfatzgraff, Jr dan James E. Dougherty, 1971, Contending
Theories in International Relations, New York: JB. Lippncot CO, hal. 55.
40 R. Soeprapto, 1997, Hubungan Internasional: Sistem, Interaksi dan Perilaku, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, hal. 187.
30
dari kepentingan nasional yang ditujukan ke luar negeri dan tidak terpisah dari tujuan
nasional dan tetap merupakan komponen atau unsur dari dalam negeri. 41 Adapun,
tujuan setiap negara dalam interaksinya dengan negara lain ialah untuk memenuhi
First order: vital interests. This requirest protection of the homeland and areas
and issues directly affecting this interest. This may reuire total military
mobilization and resource commitment. Second order: critical interests. These
are areas and issues that do not directly affect the survival of the United States
or pose athreat to the homeland but in the long run have a high propensity for
becoming first order priorities. Third order: serious interests. These are issues
that do not critically affect First and Second order interests yet cast some
shadow over such interest.44
41 J. Frankel, 1990, Hubungan Internasional, Jakarta: terjemahan ANS Bersaudara, hal. 55.
44 Sam C. Sarkesian, John A. Williams, dan Stephen J. Cimbala, 2008, US National Security:
Policymakers, Processes, and Politics, Unites States of America: Lynne Riener Publishers, Inc., hal. 9.
31
Dalam pertahanan domestik, kepentingan vital vital interests memerlukan
terhadap terorisme dan perang informasi. Fokus pertahanan ini dapat dilakukan
mana negara menjaga, memelihara, dan memperluas sistem yang terbuka. Banyak
juga yang berpendapat bahwa kekuatan moral negara sangat penting dalam
mencegah agar kepentingan ketiga tetap berjalan. Semua jenis kepentingan di atas
tidak memiliki dampak langsung pada urutan kepentingan, tetapi harus dilihat dalam
setiap kasus atau peristiwa yang selanjutnya mendapat penyesuaian dengan jenis-
politik di Eropa. Konsep ini masih tergolong muda sebab keberadannya baru
dipahami sebagai sebuah teori. Namun, dalam kasus tertentu dapat dijadikan sebagai
kerangka pikir dalam memahami proses integrasi Eropa, baik dalam bidang
juga tidak terlepas dari kerangka kerja integrasi Uni Eropa yang memiliki keterkaitan
dengan landasan pertahanan keamanan Eropa. Dimana, isu-isu perluasan anggota Uni
32
Eropa memiliki hubungan dekat dengan perluasan keanggotaaan aliansi di Eropa,
dalam hal ini NATO. Oleh karena itu, untuk bisa memahami kedua-duanya, maka
Konsep Eropa I dan II yang dikemukakan oleh Diez T. dan Wiener A. 45 adalah
terkait organisasi pertahanan Eropa, dalam hal ini NATO. Babak baru NATO ialah
bagaimana melihat peran Amerika Serikat untuk selalu menjadi yang dominan di
yang menitikberatkan pada usaha Amerika Serikat untuk selalu mendominasi NATO
to make NATO under US. Amerika Serikat ingin memposisikan NATO dibawah
pengaruh dan kendalinya. Di sisi lain negara-negara Eropa melihat dominasi Amerika
dominasi tersebut akan menjadi wujud kekuatan baru Amerika Serikat untuk
menguasi Eropa. Sebagai akibatnya, memberi ruang untuk saling mendominasi dan
rivalitas antara Eropa dan Amerika Serikat di NATO. Negara-negara Eropa berupaya
untuk memposisikan Amerika Serikat dibawah kendali NATO. Dengan kata lain,
NATO.
33
Setiap aktor hubungan internasional, baik sebagai pembuat ataupun hanya
pengambilan keputusan bagi masing-masing aktor memiliki model dan tujuan yang
decision.46 Hal ini menujukkan bahwa dalam setiap proses pengambilan keputusan
34
4. Operational decision, yaitu berhubungan dengan pemberian suatu pelayanan
oleh suatu kelompok aktor ataupun legitimasi yang telah diterima oleh elit-elit
yang dominan.
negeri suatu negara, maka fokus utamanya ialah melihat peran pemimpin negara
untuk suatu kebijakan luar negeri.47 Adapun, suatu tindakan politik luar negeri negara
tersebut dianggap sebagai akibat dari tiga pertimbangan yang mempengaruhi para
pembuat keputusan. Pertama, kondisi politik domestik negara termasuk faktor budaya
yang mendasari tingkah laku manusianya. Kedua, situasi ekonomi dan militer di
manifestasi dari politik domestik terhadap negara yang menjadi tujuan politik luar
47 William D. Coplin, 1992, Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis, Bandung: CV
Sinar Baru, hal. 29-30.
35
negerinya. Kebijakan luar negeri dalam konteks ini merupakan keputusan sebagai
bentuk dari akumulasi perilaku yang diambil oleh negara-negara dalam interaksinya
dengan negara lain. Selain itu, kebijakan luar negeri merupakan suatu bentuk
BAB III
36
1. NATO dalam Dimensi Tradisional
bentuk kerangka kerja Perang Dingin. NATO pada periode Perang Dingin ialah
pengimbang terhadap kekuatan blok Timur pimpinan Uni Soviet yang teraliansi
dalam Pakta Warsawa. Adapun, NATO merupakan aliansi negara-negara blok Barat
sejak berakhirnya Perang Dunia II tak lepas dari kerangka kerja Perang Dingin.
NATO terbentuk pada pasca Perang Dunia II tahun 1949. Pada dasarnya, NATO
NATO ialah agresi Uni Soviet dan Pakta Warsawa. Adapun, tujuan dasar NATO
The Parties to this Treaty reaffirm their faith in the purposes and principles of
the Charter of the United Nations and their desire to live in peace with all
peoples and all governments... They seek to promote stability and well-being in
the North Atlantic area. They are resolved to unite their efforts for collective
defence and for the preservation of peace and security.48
Adapun, misi NATO selama Perang Dingin menurut Marco Rimanelli, ialah:
48 Text of The North Atlantic Treaty, 4 April 1949, Op. cit., pada 5 Januari 2012 pukul 07.00
WITA.
49 Marco Rimanelli, 2009, Historical Dictionary of NATO and other International Security
Organizations, United Stated of America: Scarecrow Press, Inc, hal. 21.
37
Lebih spesifik lagi, Sekretaris Jenderal NATO yang pertama, Lord Ismay,
menyatakan bahwa tujuan utama NATO ialah to keep the Russians out, the
Americans in, and the Germans down.50 Bagi perspektif Eropa, tujuan original
Dunia II (to keep the Americans in). Bagi Amerika, fokusnya untuk menghalangi
agresi Soviet, atau menjaga Rusia tetap di luar (to keep the Russians out).
Selanjutnya, untuk menjaga Jerman tidak bangkit kembali secara militer (to keep the
a. North Atlantic Council, terdiri dari Foreign, Economic, dan Defense Minister,
NATO dibentuk di Washington D.C, Amerika Serikat pada tanggal 4 April 1949
The Parties agree that an armed attack against one or more of them in Europe
or North America shal.l be considered an attack against them all and
consequently they agree that, if such an armed attack occurs, each of them, in
exercise of the right of individual or collective self-defence recognised by
Article 51 of the Charter of the United Nations, will assist the Party or Parties
50 Arsi Dwinugra Firdausy, 1998, Motivasi Hongaria Masa Pemerintahan Koalisi Konservatif Untuk
Bergabung Dengan NATO, Skripsi S-1, Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fisipol, Yogyakarta:
UGM, hal. 72.
51 Laurence Ziring, Jack C. Plano, Roy Olton, 1995, International Relation: A Political Dictionary,
California: ABC-CLIO, Inc., hal. 179.
38
so attacked by taking forthwith, individually and in concert with the other
Parties, such action as it deems necessary, including the use of armed force, to
restore and maintain the security of the North Atlantic area.
Any such armed attack and all measures taken as a result thereof shal.l
immediately be reported to the Security Council. Such measures shal.l be
terminated when the Security Council has taken the measures necessary to
restore and maintain international peace and security.52
negara yang tergabung dalam Aliansi terakhir pada bulan April 2008.
anggota NATO. Penyisihan untuk pembesaran didasarkan pada Pasal 10 dari Pakta
Pertahanan Atlantik Utara, yang menyatakan keanggotaan yang terbuka untuk setiap
negara Eropa dalam posisi untuk memajukan prinsip-prinsip perjanjian ini. Selain
itu, perluasan anggota juga bertujuan untuk memberikan kontribusi pada keamanan
Pada tanggal 4 April 1949, seluruh menteri luar negeri dari 12 negara anggota
DC. Lima bulan setelah upacara penandatanganan, perjanjian disahkan oleh parlemen
39
2. Perancis: M. Robert Schuman (tokoh arsitek lembaga Eropa, memprakarsai
satu dari Tiga Pria Bijaksana yang menyusun laporan kerjasama non-
militer NATO, yang kemudian diterbitkan tahun 1956 di tengah krisis Suez);
5. Britania Raya: Mr Ernest Bevin (drive utama di balik penciptaan NATO dan
peperangan tahun 1945. Penyelesaian tahun 1945 yang mengakhiri kekerasan Perang
Dunia II dalam waktu yang sama menciptakan awal dari periode Perang Dingin.
Adapun, secara garis besar, paradigma Perang Dingin 1949-1989 dijelaskan oleh
Juwono terbagi dalam beberapa tahap perkembangan. Juwono menilai secara politis
40
Perang Dingin terbagi atas tahap 1947-1963 dengan beberapa puncak persitiwa
seperti Blokade Berlin 1949, Perang Korea 1950-1953, Krisis Kuba 1962 dan
paradigma Perang Dingin terbatas pada persaingan berkelanjutan antara AS dan Uni
Salah satu hal terpenting dalam periode Perang Dingin menurut Juwono ialah
dirintis dan dikukuhkan melalui Perjanjian SALT I juga menjadi salah satu ciri
periode ini. Selama kurun waktu tersebut, isu-isu seperti pertentangan ideologis,
Perang Dingin dengan jatuhnya Uni Soviet, maka konsep hubungan internasional
berubah arah dengan tidak menitikberatkan lagi pada militer. Pada periode Perang
Dingin, sistem internasional bersifat bipolar. Akan tetapi, dengan kemenangan blok
barat, maka sistem internasional berubah menjadi uni polar ketika Perang Dingin
Pada periode Perang Dingin, dunia dibentuk dalam bipolarisasi kekuatan antara
Pakta Pertahanan Atlantik Utara dan Pakta Warsawa. Dalam masa ini, Amerika
Serikat dan Sekutu yang berjuang bersama melawan fasisme terlibat dalam pertikaian
53 Renato Mariani, 2004, Book Review: Frank Schimmelfennig, The EU, NATO and the Integration
of Europe: Rules and Rhetoric., dalam Journal of International Studies Vol. 33, hal. 56.
41
politik yang saling bersaing memperebutkan hegemoni dan pengaruh politik di Eropa,
Asia, dan dunia. Baik Amerika Serikat maupun Uni Soviet sangat gencar dalam usaha
memperjuangkan hegemoni dalam tatanan politik global awal tahun 1950-an sampai
runtuhnya komunisme Uni Soviet tahun 1990-an. Dapat dipastikan, bahwa jika terjadi
sengketa internal suatu negara atau di luarnya dikawasan manapun, maka masalah
tersebut tak lepas dari campur tangan Amerika Serikat atau Uni Soviet sebagai
pendukung utama. Sehingga dapat dipahami, bahwa konflik dingin dibentuk untuk
antara kekuasaan dan pencegahan. Aliansi Barat berpendapat bahwa nilai-nilai seperti
demokrasi, hak asasi manusia dan aturan hukum serta sistem ekonomi didasarkan
Pada Era Perang Dingin, dominasi Uni Soviet dan Amerika Serikat terhadap
power secara global pada pasca Perang Dunia II. Kepemilikan senjata nuklir oleh
Amerika Serikat dan Uni Soviet memastikan bahwa perang berpotensi membawa
malapetaka bagi kedua blok. Sebab, mengancam kelangsungan hidup manusia dengan
sebagai balance of terror.54 Akibat dari kesimbangan ini, banyak bermunculan blok
aliansi yang didasarkan pada persamaan ideologis. Hampir semua langkah diplomatik
54 Ainius Lasas, 2008, Restituting Victims: EU and NATO Enlargements through the Lenses of
Collective Guilt., dalam Journal of European Public Policy , hal. 98-116.
42
dipengaruhi oleh tema-tema ideologis yang kemudian dilengkapi dengan perangkat
militer. Adapun, NATO sebagai sebuah aliansi pertahahnan militer ketika Perang
Perang Dingin, NATO seolah kehilangan relevansi sebagai pakta pertahanan militer.
NATO yang awalnya merupakan aliansi militer kini bertransformasi menjadi sebuah
aliansi yang multi sektor. NATO tidak hanya fokus pada kekuatan militer, akan tetapi
sudah multi fungsi. Bahkan, NATO telah menjadi pusat aliansi kerjasama ekonomi-
Perang Dingin berakhir dengan runtuhnya Uni Soviet dan Pakta Warsawa.
Negara anggota Pakta Warsawa sudah menyakini bahwa dengan bubarnya Uni
Soviet, maka keberadaan Pakta Warsawa tidak dapat dipertahankan lagi. Untuk itu,
maka NATO harus mengkaji kembali relevansi keberadaannya dan mencari peran-
peran baru agar para anggotanya tetap merasakan manfaat dari keanggotaan dalam
aliansi ini. Oleh karena itu, beberapa perubahan secara struktur dalam kelembagaan
NATO menjadi sebuah agenda baru bagi NATO dalam melihat konstalasi sistem
juga harus siap dalam menghadapi berbagai ancaman baru setelah periode Perang
Keberadaan NATO pada pasca Perang Dingin sangat kompleks untuk dipahami.
NATO yang pada awalnya merupakan sebuah aliansi militer (traditional pupose)
43
purpose). Setelah jatuhnya Uni Soviet dan Pakta Warsawa, maka tidak terdapat lagi
Perang Dingin, menurut Juwono Sudarsono (1996) 55, secara resmi berakhir
pada kurun waktu 1989-1990 dengan runtuhnya Tembok Berlin pada 9 November
1989 serta menyatunya Jerman Barat dan Timur pada 3 Oktober 1990. Perkembangan
itu disusul dengan bubarnya Uni Soviet pada 25 Desember 1991 bersamaan dengan
Dingin yang ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin dan bubarnya Uni Soviet,
Amerika Serikat menjadi satu-satunya negara adidaya. Dalam masa ini, sektor
keamanan adalah salah satu bidang yang paling terkena dampak perubahan. Pakta
Warsawa runtuh, dan NATO berdiri sendiri tanpa perimbangan. Melihat ini, negara-
negara anggota tidak tinggal diam. Oleh karenanya, berbagai reformasi struktur
Nicolas Sarkozi melakukan upaya modernisasi NATO. Melalui bentuk redefinisi dan
pemeriksaan diri, maka dibuatlah sebuah postur NATO yang lebih baru. NATO
politik. Adapun, struktur militer dan komando akan bertransformasi dalam usaha
merespon ancaman kemanan abad ke-21. Arah NATO menjadi lebih global dengan
44
menambah anggota baru dan menjalin kemitraan baru. Michael Ruhle, 56 Senior
terkait tujuan dan agenda globalnya sesuai dengan New Strategy Concept dapat
dikelompokkan dalam dua hal, yaitu tujuan politik dan militer. Tujuan politik, NATO
kerja sama dalam bidang militer dan pertahanan keamanan untuk membangun
menjaga perdamainan dan meresolusi konflik. Hal. ini telah dijelaskan dalam artikel 5
dari Perjanjian Atlantik Utara dan dibawah mandat PBB. Dalam operasi militer,
NATO bisa saja sendiri atau bekerjasama dengan negara atau organisasi internasional
dalam usaha menciptakan stabilitas kawasan.57 Tujuan ini sesuai dengan hasil dari
56 Joshua B. Spero, 2005, Resensi Buku: Schimmelfennig Frank, Uni Eropa, NATO dan Integrasi
Eropa dan Retorika Aturan, dalam Review Slavia, hal. 64.
45
1. Menetapkan suatu dasar yang diperlukan bagi suatu lingkungan kemanan
2. Aliansi mencoba untuk menciptakan suatu lingkungan yang mana tidak ada
3. Sesuai dengan Artikel 4 dari North Atlantic Treaty, tugas aliansi sebagai
Selanjutnya pada tahun 1999, konsep strategi NATO mengalami revisi untuk
yang kedua kalinya. Konsep baru ini bertujuan untuk membangun komitmen aliansi
tidak hanya pada pertahanan bersama tetapi juga pada perdamaian dan stabilitas
46
wilayah Euro-Atlantic yang lebih luas. Termasuk di dalamnya adalah menyangkut
pertahanan.
7. Perluasan aliansi dan pelaksanaan kebijakan pintu terbuka pada negara yang
Revisis tujuan NATO untuk yang ketiga kalinya terjadi pada KTT Lisabon
59 NATO Handbook 2006, NATOs Public Diplomacy Division, Brussel, hal. 19.
47
1. Menegaskan ikatan antara negara anggota untuk membela satu sama lain
situasi pasca konflik, termasuk bekerja lebih erat dengan mitra internasional,
berkontribusi anggota.
senjata nuklir, tetapi menegaskan bahwa, selama ada senjata nuklir di dunia,
ditingkakan.
bergantung pada NATO untuk membela negara sekutu, mengerahkan pasukan militer
yang kuat di mana dan kapan diperlukan demi keamanan aliansi, dan membantu
48
mempromosikan keamanan bersama mitra NATO di seluruh dunia. Dalam
perkembangan, misi NATO akan tetap sama, yaitu memastikan aliansi tetap menjadi
kelembagaan NATO pasca Perang Dingin dilihat dalam tiga hal. Pertama, integrasi
yang baru, seperti North Atlantic Cooperation Council (NAC-C), Partnership for
Peace (PFP), Euro Atlantic Partnership Council (EAPC), dan NATO-Russia dan
NATO dalam menata ulang sistem pertahanan regional dan reduksi kontrol senjata
In the post-Cold War world, NATOs success in regional self-defense and arms
control reduction has led the alliance to a triple emphasis. Firts is regional
integration and NATO enlargements. Second is new security structures,
such as North Atlantic Cooperation Council (NAC-C), Partnership for Peace
(PfP), Euro Atlantic Partnership Council (EAPC), dan NATO-Russia dan
NATO-Ukraina Charter. Third is out of area peacekeeping missionss in
adjoining theaters, like NATOs Air-Naval Force of UN peacekeeping in
Yugoslavia; both The International Force and Stabilisation Force in Bosnia
(IFOR, SFOR); the Kosovo Implementation Force (KFOR); Albania; and
briefly Makedonia; and the International Security of Afganistan Force (ISAF).
Change was necessary to avoid stagnation and death, as NATO soon found
out.61
NATO dalam hal reduksi kontrol senjata merupakan sebuah perubahan doktrin
dan strategi militer NATO yang paling signifikan, di mana doktrin yang sebelumnya
terletak pada dua pilar forward defense dan flexible response. Kemudian, dalam
49
konferensi NATO pada Juli 1990 dan November 1991, doktrin-doktrin tersebut
diubah secara radikal dari konsep forward defense menjadi reduced forward
presence dan flexible response menjadi reduced reliance on nuclear weapons, dan
pendukung yang luas untuk melawan ancaman yang baru terbentuk dan berkembang.
Pada pertemuan puncak NATO di awal 1990-an di London dan Roma, negara-negara
Eropa Tengah dan Timur yang telah memenangkan kemerdekaan menjadi bagian
pelengkap bagi strategi aliansi. Pertemuan London sekaligus secara resmi mengakhiri
Perang Dingin antarblok dan membangun kembali hubungan bilateral antara Amerika
Serikat dengan negara bekas Uni Soviet.63 Keputusan penting yang keluar dari puncak
ini adalah pembentukan Dewan Kerjasama Atlantik Utara. Pada tahun 1992, 11
negara Eropa sebagai mantan anggota Uni Soviet, termasuk Georgia dan Albania
masuk dalam keanggotaan NATO. Pada KTT Brussel 1994, kebijakan kemitraan
Dingin dapat dibagi menjadi tiga kategori. Kategori pertama, meliputi negara-negara
yang telah memulai proses aksesi untuk keanggotaan penuh di NATO. Negara-negara
50
yang memulai hubungan ini dengan menunjukkan kemauan politik mereka untuk
masuk dalam keanggotaan dan memenuhi kriteria yang diperlukan dalam Rencana
keanggotaan penuh yang selanjutnya memiliki hak untuk keanggotaan penuh NATO.
Dalam masa ini, NATO telah diperluas sebanyak tiga kali terkait keanggotaan penuh
setelah Perang Dingin. Gelombang pasca Perang Dingin pertama terjadi ketika
pembesaran NATO pada KTT Madrid pada tanggal 8 Juli 1997 ketika Republik Ceko,
Polandia, dan Hungaria diundang dalam negosiasi untuk aksesi ke Aliansi. Dan
akhirnya, negara-negara ini bergabung dengan aliansi pada tanggal 12 Maret 1999.
Keputusan Pembesaran NATO yang kedua dilakukan pada KTT Praha pada 21-
Lithuania, Latvia, Rumania, Slovakia, dan Slovenia akan bergabung dengan NATO
sebagai anggota penuh, dan proses aksesi mereka dimulai pada awal tahun 2005.
Tahap ketiga dari pembesaran termasuk Albania, Kroasia dan Macedonia yang
diputuskan pada KTT Bucharest pada bulan April 2008 untuk memberikan
Makedonia memperoleh hak untuk keanggotaan penuh di puncak ini, tapi Yunani
Bucharest, prinsip pemberian status Georgia dan Ukraina dalam Rencana Aksi
Luar Negeri NATO pada bulan Desember 2008. Perang Rusia-Georgia pada Agustus
51
Kategori kedua, dalam pembesaran NATO mengikuti kebijakan globalisasi
meliputi negara-negara Partnership for Peace (PFP). Tidak ada batas geografis untuk
Organisasi Kerjasama Keamanan Eropa (OSCE) dapat bekerja sama dengan NATO.
Status ini mencakup Federasi Rusia, negara-negara di Kaukasus Selatan dan negara-
negara Eropa lainnya yang belum mencapai keanggotaan penuh serta beberapa negara
pemeliharaan dialog dan kontak. Pada tahun 1994, NATO meluncurkan Dialog
Mediterania, yaitu Mauritania, Maroko, Aljazair, Tunisia, Mesir, Israel dan Yordania,
dan memberikan kontribusi bagi reformasi di bidang tata pemerintahan yang baik.
Pada KTT NATO yang diadakan di Istanbul Juni 2004, keputusan dibuat untuk fokus
negara-negara Arab Teluk termasuk dalam kerjasama ini, sekaligus mendai kerjasama
baru NATO di luar Eropa dalam hal ini dengan negara-negara Mediterania sebagai
Dalam tatanan dunia baru yang muncul setelah runtuhnya Uni Soviet,
terhadap Amerika Serikat pada 11 September 2001 menyebabkan pengaruh besar bagi
negara-negara anggota NATO, khususnya Amerika Serikat. Ancaman baru ini telah
memberikan kepercayaan kepada Amerika Serikat sebuah gagasan bahwa tidak ada
52
satu negara, termasuk Amerika Serikat, atau aliansi, bisa menangani semua masalah
sangat penting.
runtuhnya Uni Soviet dan memperkuat keamanan Eropa, tetapi juga menciptakan
lingkungan yang lebih aman melalui penciptaan tindakan bersama terhadap setiap
ancaman sesuai dengan yang tercantum di atas. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
keamanan dengan negara-negara di luar Eropa. Peritiwa ini menjadi awal tantangan
keamanan global di abad 21. Dimana, a A ncaman baru tidak lagi memiliki dasar
negara-negara Eropa Timur telah menjadi anggota aliansi. Motivasi utamanya adalah
untuk menjadi bagian dari blok barat dan menyeimbangkan kemungkinan bangkitnya
ancaman Rusia di masa mendatang. IThis is one of the main cracks in terms of
unity among the alliance members.Ini merupakan salah satu celah utama dalam hal
members of the Euro-Atlantic alliance in the last two decade are comparatively
yang telah menjadi anggota aliansi Euro-Atlantik dalam dua dekade terakhir relatif
64 Walter S. Jones, 1992, Logika Hubungan Internasional: Persepsi Nasional, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, hal. 62.
53
lebih kecil dari segi kekuatan ekonomi dan militer. Tanggung jawab NATO telah
meningkat, tetapi tidak secara seimbang. . Para anggota NATO yang lebih tua masih
pembuatan kebijakan dan akan mengurangi sikap bersatu anggota NATO, seperti
pada perang Georgia di tahun 2008.65 Tidak meratanya distribusi kekuasaan anggota
NATO, menjadi salah satu celah bagi anggota NATO. Sehingga, tidak menutup
anggota NATO.
Realitas ini disesuaikan dengan ruang lingkup kerja NATO yang semakin luas,
tidak hanya dalam tataran regional tetapi juga secara global. Peran negara-negara
anggota NATO lebih detil kembali diperhitungkan dan menjadi tolak ukur
keberhasilan NATO. Di satu sisi, kepentingan negara anggota mulai berkembang dan
bahkan bergeser, di sisi lain keberadaan NATO sebagai wadah bagi negara aliansi
langsung akan berpengaruh pada kinerja NATO dalam menjalankan misinya sebagai
Sehubungan dengan hal di atas, Perancis dan Amerika Serikat adalah dua
negara anggota NATO yang memiliki pengaruh besar dalam setiap operasi NATO.
Posisi Perancis dan Amerika Serikat merupakan dua kekuatan baru di NATO pada
pasca Perang Dingin. Dalam hal kepemimpinan NATO, sebenarnya secara struktural
telah ada ketegangan di antara Perancis dan Amerika Serikat. Terbukti sejak NATO
54
dibentuk pada tahun 1949, Perancis mengusulkan sebuah proposal penentangannya
terhadap Amerika Serikat. Penentangan ini adalah dalam hal kepemimpinan NATO
dan usaha Amerika Serikat untuk memindahkan Markas Besar NATO dari Paris ke
The main challenges to the concpet of North Atlantic embodies in the treaty,
however, came from within, and they involved a struggle for leadership betwen
France and the United States. France force the departure of NATO
headquarters from Paris and its relocation in Brussel. France also refused to
partisipate in NATO exercises or share in its reposibilities, but it nevertheless
reiterated its continuing commitment to the principles of the alliance.66
fokus pada kepentingan nasional negara masing-masing. Sehingga, hal ini tentu saja
Adapaun, pertentangan yang paling tajam ialah pada masa-masa eksekusi Jerman
masuk menjadi anggota NATO tahun 1955, dimana Perancis mengusulkan proposal
tentang perlunya pembentukan sistem pertahanan dan keamanan Eropa yang lebih
independen, mandiri dan fleksibel. Untuk mewujudkan hal ini, maka Perancis
mendorong Jerman untuk bisa bersama-sama di struktur integrasi militer NATO dan
Serikat terus berlanjut hingga kembalinya Perancis ke dalam struktur integrasi militer
NATO pada tahun 2009 di bawah masa Pemerintahan Nicholas Sarkozy. Pada
dinamisasi terutama dalam hal pertahanan dan militeristik, sehingga reformasi militer
55
B. NATO dalam Perspektif Perancis
Sebagai salah satu dari dua belas negara penandatangan berdirinya Pakta
Pertahanan Atlantik Utara tahun 1949, keberadaan Perancis di NATO dengan baik
dapat dijelaskan dalam 4 (empat) posisi. Pertama, pada periode Perang Dingin,
dimana Perancis berada di dalam struktur integrasi militer NATO sejak berdirinya
hingga pada periode Perang Dingin (1949-1966). Dan, berada di luar struktur
integrasi militer NATO hingga periode akhir Perang Dingin (1966-1990). Kedua,
pada periode pasca Perang Dingin, dimana Perancis berada di luar struktur integrasi
militer NATO (1990-2009). Dan, kembali berada di dalam struktur integrasi militer
Pada empat posisi di atas, tentu saja Perancis memiliki pandangan yang
berbeda-beda dalam melihat NATO, terutama pada periode akhir Perang Dingin
hingga sekarang. Perbedaan mendasar sebagai tolak ukur hubungan Perancis dan
Amerika Serikat pada periode Perang Dingin adalah tentang proyeksi NATO dalam
menangkal ancaman yang sama bagi negara anggota NATO. Ancaman yang sama
menjadi tolak ukur hubungan Perancis dan Amerika Serikat di NATO. Selanjutnya,
ketika Perang Dingin usai, maka ancaman bersama sudah tidak ada. Dengan demikian
kedua negara. Pada pada periode Perang Dingin tahun 1963 Perancis dan Jerman
56
di masa tersebut adalah Perancis lebih leluasa membangun kemandirian Pertahanan
Eropa bersama dengan Jerman. Efek hubungan kerjasama ini bagi Perancis hingga
NATO. Terlebih lagi setelah Perancis masuk kembali dalam struktur integrasi militer
semakin lebih kuat di NATO dan Eropa. Walaupun, dapat dipahami bahwa di tahun
1966 Perancis keluar dari struktur militer NATO atas keputusan Presiden Perancis,
Charles De Gaulle. Dan, membentuk pertahanan bersama Jerman di luar NATO. Pada
struktur politik NATO. Hal ini sesuai dengan tradisi khas Perancis dalam politik
Dingin adalah menjadi motor utama sebagai penggerak bersama dengan sekutu
NATO setelah pasca Perang Dingin, khususnya sekarang yaitu sesuai dengan mandat
yang tercantum dalam Buku Putih Perancis pada Juni 2008 yang menitikberatkan
pada masalah pertahanan luar negeri, domestik, dan masalah keamanan. 67 Buku Putih
67 Hugues Portelli, dkk, 2005, France, Paris: La Documentation Francaise; Ministere des
Affaires etrangeres, hal. 210.
57
keamanan yang baru pada abad ke-21, dan untuk menguraikan proposal
restrukturisasi untuk membuat militer Perancis lebih fleksibel, berteknologi maju, dan
lebih mampu berkoordinasi dengan sekutu seperti Amerika Serikat dan organisasi-
tangguh, dan lebih berbobot yang telah disesuaikan untuk operasi di luar daratan
militer Perancis yang masih aktif dalam tugas sekitar 350.000 (termasuk gendarm).
profesional saat wajib militer berakhir pada tanggal 31 Desember 2002 lalu.68
Rencana Perancis membangun pertahanan Eropa telah dirancang sejak 1966 ketika
Presiden Charles De Gaulle secara tegas menarik keluar Perancis dari srtuktur
integrasi militer NATO. Sejak itu, Perancis mulai fokus membangun dasar bagi
pertahanan Eropa di luar NATO bersama Jerman. Keluarnya Perancis dari Struktur
melainkan untuk bisa lebih leluasa dalam mencapai tujuan di atas. Pada masa yang
sama, Perancis memulai berpartisipasi penuh dalam struktur politik NATO hingga
akhirnya tergabung kembali dalam struktur integrasi militer NATO tahun 2009.69
58
C. NATO dalam Perspektif Amerika Serikat
hingga hari ini. Amerika Serikat pada masa Perang Dingin memimpin NATO bersama
sekutu dalam menangkal ancaman Uni Soviet dan Pakta Warsawa di Eropa. Dalam
masa-masa ini, Amerika Serikat dan sekutu yang yang teraliansi dalam NATO
berjuang bersama melawan fasisme yang terlibat dalam pertikaian politik untuk
saling bersaing memperebutkan hegemoni dan pengaruh politik di Eropa, Asia, dan
hegemoni dalam tatanan politik global awal tahun 1950-an sampai runtuhnya
Runtuhnya Uni Soviet (USSR) dan dominasi Pakta Warsawa atas Eropa Timur,
diikuti oleh disintegrasi Uni Soviet pada bulan Desember 1992, mengakhiri Perang
sejak tahun 1992, dua fase paralel dari akhir sejarah dan globalisasi, dilihat
sebagai akhir dari Perang Dingin atas kemenangan divisi militer politik Eropa dan
pasar bebas.70 Pada periode yang sama, di bawah kepemimpinan Amerika Serikat,
menyatakan bahwa Uni Soviet dan Pakta Warsawa tidak lagi menjadi musuh Amerika
59
Serikat, sekaligus menciptakan kerjasama keamanan Timur-Barat melalui kerjasama
Kerjasama di Eropa (OSCE) untuk mengikat NATO bersama dengan semua negara
Eropa Timur.
Adapun, pada pasca Perang Dingin, babak baru NATO ialah bagaimana melihat
peran Amerika Serikat untuk selalu menjadi yang dominan di NATO. Amerika
Serikat ingin memposisikan NATO dibawah pengaruh dan kendalinya. Di sisi lain,
ancaman bagi kedaulatan Eropa. Negara-negara Eropa melihat bahwa, jika dominasi
wujud kekuatan baru Amerika Serikat untuk menguasi Eropa. Sebagai akibatnya,
memberi ruang untuk saling mendominasi. Akhirmya, muncul sebuah rivalitas antara
memposisikan Amerika Serikat dibawah kendali NATO. Dengan kata lain, Eropa
Eropa secara permanen. Di sisi lain, konsep baru NATO, jika berhasil dibuat, akan
memberikan ruang manuver bagi Amerika Serikat di arena internasional yang bersifat
Keamanan PBB.
60
Hal di atas merupakan sebuah konflik struktural antara Amerika Serikat dengan
negara-negara Eropa, dalam hal ini Perancis. Konflik struktural ini telah lama
berlangsung sejak NATO didirikan, namun masih dapat diantisipasi oleh NATO. Pada
dalam perjanjian itu. Dan bagaimanapun juga, konflik struktural antara Perancis dan
Amerika Serikat yang terlibat dalam perjuangan untuk kepemimpinan NATO menjadi
dasar dari perseteruan Perancis dan Amerika Serikat. Persiteruan ini namapak dalam
hal kepemimpinan Perancis dan Amerika Serikat dalam setiap operasi NATO. Pada
awal pendiriannya, Prancis menentang pemindahan markas besar NATO dari Paris ke
Brussel. Sejak itu, Perancis juga menolak untuk berpartisi dalam latihan militer
NATO, tetapi hal itu tetap menegaskan komitmennya terus prinsip-prinsip aliansi.72
baik regional maupun global. Dengan demikian, seiring dengan perubahan waktu,
maka berbagai macam ancaman muncul. Realitas abad ke-21 ancaman keamanan
lebih didasarkan pada ekonomi dan organisasi militer. Adapun, NATO telah
muncul. Selain itu, dibawah kepemimpinana Amerika Serikat, dan dengan semakin
bertambahnya keanggotaan NATO, akan semakin sulit bagi Amerika Serikat dalam
61
BAB IV
berbagai operasi perdamaian yang dijalankan oleh NATO sejak tahun 1949. Sebagai
salah satu negara pendiri NATO, Perancis telah banyak berkontribusi dalam hal
yang paling intens dalam pengiriman pasukan luar negeri setelah Amerika Serikat. 73
Perancis juga menjadi negara penting dalam berbagai reformasi kelembagaan NATO.
agenda baru dalam politik luar negeri Perancis, khususnya di bidang pertahanan.
Sebagai salah satu anggota NATO, Perancis telah bekerja secara aktif dengan
sekutu untuk beradaptasi di NATO, baik internal maupun eksternal dalam lingkungan
pengembangan kelompok tentara regu-cepat Uni Eropa dan menjadi tulang punggung
62
Pada tahun 2009, Presiden Nicholas Sarkozy mendukung penuh pengembangan
pertahanan Eropa untuk melengkapi dan memperkuat NATO, yang tujuan intinya
Afganistan pada bulan Januari 2011. Sebelumnya, pada Juni 2008 Paris sukses
menjadi tuan rumah Konferensi Afghanistan. Dan, dukungan sukses bagi ketuan-
memimpin misi NATO di luar trans-atlantik, dimana dalam konferensi tersebut donor
kemiskinan.74
Bagi Perancis, NATO merupakan simbol mata rantai strategi antara Eropa,
Amerika Serikat, dan Kanada.75 Dalam posisinya sebagai anggota NATO, Perancis
memainkan peran global yang berpengaruh sebagai anggota tetap Dewan Keamanan
PBB, G-8, G-20, Uni Eropa, Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa
tetap Dewan Keamanan PBB, Perancis adalah anggota sebagian besar agen-agen
khusus PBB. Selain itu, Perancis telah menjadi pendukung kuat dari perluasan
anggota Dewan Keamanan PBB, termasuk kebutuhan untuk satu atau lebih kursi
63
permanen bagi Afrika. Dalam hubungannya sebagai anggota G20, Perancis
mengambil alih kepemimpinan G-20 pada tanggal 1 November 2010, dan G-8 pada
tanggal 1 Januari 2011. Prioritas Perancis selama kepresidenan G-20 ialah dalam hal
dalam aliansi pertahanan Atlantik Utara. Selain itu, intervensi militer Perancis
Serikat dan Inggris. Banyak pertempuran dimana Amerika Serikat terlibat selama
Perang Dunia I dan Perang Dunia II berlangsung di Perancis, dimana banyak tentara
Amerika Serikat telah gugur di tanah Perancis dibanding negara asing lainnya.76
Adapun, sebagai anggota Uni Eropa, Perancis adalah pemimpin di Eropa Barat
karena ukurannya, lokasi, ekonomi yang kuat, keanggotaan dalam organisasi Eropa,
postur militer yang kuat, dan diplomasi yang energik.77 Perancis umumnya telah
bekerja untuk memperkuat pengaruh ekonomi dan politik global Uni Eropa dan
perannya dalam pertahanan Eropa. Ini dilihat dalam kerjasama Franco-Jerman dan
Uni Eropa lainnya sebagai dasar upaya untuk meningkatkan keamanan Eropa.
pengaruh lebih besar bagi Perancis untuk lebih leluasa dalam menentukan masa
depan pertahanan Eropa. Namun, di sisi lain dengan semakin banyaknya keterlibatan
77 Loc. cit.
64
Perancis di organisasi internasional, maka Perancis dituntut untuk lebih kerja keras
to take following steps, in keeping with the choices it made in 1996 to move
toward a professional army and to define a new model for the armed forces that
gives due consideration to the requirement for Frances participation in
European and Atlantic Alliances.78
Berangkat dari tujuan ini, maka Perancis dalam hubungannya dengan NATO
pilihan dan tindakan untuk memastikan bahwa Perancis tetap bebas untuk memilih
apakah dalam setiap operasi akan terlibat dengan mitra dan atau dengan sekutu, serta
bertindak sebagai framework nation untuk melaksanakan misi Eropa (hal ini dapat
sekaligus sebagai penuntun bagi negara Eropa lainnya untuk bersama menggunakan
its own national headquarter staff, dan mempertahankan kemampuan militer yang
dalam mengontrol pencegahan nuklir, mengembangkan sumber daya yang tepat untuk
65
(deterrence), pencegahan (preventioan), proyeksi (projection), tindakan (action), dan
perlindungan (protection).79
kepemimpinan Perancis di NATO, sedangkan dalam ruang lingkup global yang lebih
luas kepentingan Perancis tidak hanya fokus pada pertahanan, tetapi juga menyangkut
Eropa secara menyeluruh. Untuk itu, reformasi struktur dan postur kekuatan militer
militer Perancis yang lebih baik. Doktrin militer Perancis didasarkan pada konsep
kemerdekaan nasional, pencegahan nuklir, dan postur militer yang mapan. Untuk itu,
kapabilitas militer Perancis. Hal ini sesuai dengan Buku Putih yang dirilis oleh
Perancis pada Juni 2008 yang menitikberatkan pada masalah pertahanan luar negeri,
pertahan domestik, dan masalah keamanan.80 Buku Putih itu dimaksudkan untuk
waktu 25 tahun ke depan, mencerminkan lingkungan keamanan yang baru pada abad
79 Loc. cit.
80 French White Paper on Defence and National Security, June 2008, http://www.ambafrance-
ca.org/IMG/pdf/, Livre_blanc_Press_kit_english_version.pdf, diakses pada tanggal 20 Januari 2012
Pukul 10.00 WIB.
66
Perancis lebih fleksibel, berteknologi maju, dan lebih mampu berkoordinasi dengan
tangguh, dan lebih berbobot yang telah disesuaikan untuk operasi di luar daratan
militer Perancis yang masih aktif dalam tugas sekitar 350.000 (termasuk gendarm).
Selain itu, Perancis juga berhasil menyelesaikan perpindahan tugas semua angkatan
bersenjata profesional saat wajib militer berakhir pada tanggal 31 Desember 2002.
pertahanan Eropa telah dirancang sejak tahun 1966 ketika Presiden Charles De Gaulle
secara tegas menarik keluar keanggotaan Perancis dari srtuktur integrasi militer
NATO. Sejak itu, Perancis mulai fokus membangun dasar bagi pertahanan Eropa di
luar NATO bersama Jerman. Keluarnya Perancis dari Struktur militer NATO, tidak
leluasa dalam mencapai tujuan tersebut di atas. Dan, pada masa yang sama, Perancis
memulai dan ikut berpartisipasi penuh dalam struktur politik kelembagaan NATO.81
tidak hanya terfokus pada wilayah Atlantik Utara, melainkan telah meluas dalam
67
level global. Sehingga negara-negara anggota NATO dituntut untuk memaksimalkan
perannya di NATO. Ketika Perancis berada di luar struktur integrasi militer NATO,
maka pasukan Perancis yang tergabung dalam aliansi tetap ikut dalam operasi NATO,
meskipun Perancis tidak ikut terlibat dalam pengambilan keputusan di NATO. Pada
awalnya, perihal ini tidak menjadi pertimbangan utama bagi Perancis. Namun, dalam
keputusan pada setiap rencana operasi NATO. Hal ini didasarkan pada pertimbangan
Perancis untuk menaikkan postur kekuatan militer dan pertahanan di NATO. Selain
itu, dominasi Amerika serikat di NATO, hari ini dilihat berbeda oleh Perancis. Jika
dependent bagi Perancis di NATO, maka hari ini tampak berbeda bagi Perancis.
dalam posisinya sebagai anggota NATO di Eropa. Dengan demikian mengurangi pula
pengaruhnya di Eropa, More France in NATO means more Europe in the Atlantic
Alliance82, dan sebaliknya pula. Oleh karena itu, Perancis harus ikut terlibat kembali
dalam setiap pengambilan keputusan di struktur integrasi militer NATO. Hal ini tidak
lain untuk mengurangi dominasi Amerika Serikat di NATO dan Eropa terutama dalam
ini tidak demikian bagi Perancis. Keputusan Perancis untuk kembali masuk dalam
82 Pierre Lellouche, Winter, 2010, European Defense, a challenge for the New Europe,, dalam
MONDES; Les Cahiers du Quai DOrsay, No. 2, hal 125.
68
struktur integrasi militer NATO merupakan langkah penting yang akan memberikan
pengaruh lebih besar bagi Perancis di NATO. Reintegrasi Perancis ke dalam struktur
militer NATO sebenarnya telah disambut baik oleh Presiden Barack Obama, yang
sebaliknya, namun komitment ini tentu saja bergantung dari keputusan Perancis.83
Tujuan utama Perancis masuk kembali ke dalam srtuktur integrai militer NATO ialah
demikian, sistem pembagian tugas dan distribusi tanggung jawab keanggotaan NATO
menjadi agenda utama bagi keanggotaan NATO, khususnya Perancis dan Amerika
NATO, maka pada Desember 1995, Perancis mulai merubah arah kepentingannya di
NATO dengan terus meningkatkan partisipasi dalam sayap militer NATO, termasuk
Komite Militer. Dan pada akhirnya, pada April 2009, Presiden Nicholas Sarkozy
menyelesaikan proses ini dengan mengumumkan bahwa Perancis akan sekali lagi
bergabung kembali dengan komando militer NATO yang terintegrasi di Brussels. Hal
ini diikuti dengan perintah transisi 900 perwira Perancis dan lebih dari 1.200 personil
untuk NATO di Brussels yang dimulai segera setelah Perancis resmi terintegrasi
dalam srtuktur militer NATO, dan rencana tersebut ditargetkan selesai pada tahun
2015 mendatang. Selanjutnya, untuk yang pertama kalinya, pada tahun 2011,
kasus ini, Perancis mengambil peran utama dalam upaya stabilisasi keamanan
69
internasional di Libya. Dan, sekaligus menjadi titik tolak bagi posisi Perancis sebagai
era baru keanggotaan Perancis dalam meyelesaikan misi NATO di luar wilayah
Atlantik Utara. Sebelumnya, Perancis berada di luar struktur integrasi militer NATO
hingga tahun 2009. Kondisi ini tentu saja memiliki efek signifikan bagi peningkatan
struktur dan kualitas militer Perancis, dengan demikin telah mendorong peningkatan
postur pertahanan Perancis dan Eropa secara menyeluruh. Langkah selanjutnya yang
harus ditempuh adalah mencari strategi baru untuk mencapai kepentingan Perancis di
NATO. Hal ini telah menambah pengaruh besar kepemimpinan Perancis di NATO.
Hal ini untuk lebih memudahkan Perancis dalam mengimbangi dominasi Amerika
Serikat di NATO bersama dengan anggota NATO lainnya yang berasal dari Eropa.
Amerika Serikat berperan dalam upaya NATO menghadapi tantangan luar biasa
abad 21. Tersedianya kesempatan besar di NATO, Amerika Serikat bersama anggota
lainnya berencana membangun sebuah visi bersama untuk masa depan aliansi yang
lebih sukses. Kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat di Paris, Hillary R.
70
pertanyaan kunci bagi dokumen strategi NATO, serta mengeksplorasi visi Amerika
Serikat di NATO. Bagi Amerika Serikat, aliansi telah bertahan karena keahlian para
diplomat anggota NATO, kekuatan tentara NATO, dan paling penting ialah kekuatan
prinsip-prinsip pendiriannya. Pada saat kelahiran NATO, Eropa masih belum pulih
dari konflik. Di bawah ancaman perdamaian pasca perang, para pemimpin Eropa
masih belum bisa memastikan masa depan Eropa. Namun, atas kondisi tersebut,
aliansi dibangun untuk mengawali tujuan jangka panjang Eropa agar mampu
NATO, termasuk pertemuan tingkat tinggi dalam merevisi konsep dan strategi baru
NATO dalam mengawal ancaman baru abad 21. Berbagai kemajuan tentu saja telah
84 Remarks at the NATO Strategic Concept Seminar, Remarks Hillary Rodham Clinton, Secretary
of State Ritz-Carlton Hotel Washington, DC February 22, 2010
http://www.state.gov/secretary/rm/2010/02/137118.htm, diakses pada Jumat 20 Januari 2012 pukul
10.00 WIB.
71
dicapai oleh NATO. Dan, di dalamnya tidak lepas dari campur tangan Amerika
Serikat. Meskipun demikian, hari ini Amerika Serikat menghadapi tantangan yang
Serikat dalam menghadapi pola strategis baru NATO. Dengan demikian, teknologi
baru, musuh baru, dan ideologi-ideologi baru juga ikut mengancam keamanan aliansi.
Namun, dasar asli dari misi NATO membela bangsa anggotanya, memperkuat
berproses. Dengan demikian, NATO bergerak maju sesuai proses penyusunan konsep
strategis baru. Negara anggota harus ingat bahwa tujuan dasar yang mendefinisikan
Namun, jika kita melihat pemahan tentang konsep aliansi, maka hal di atas akan
nampak berbeda. Adapun, Brin Walt berpendapat, tujuan aliansi pada dasarnya
memiliki tujuan yang sama, namun setelah tujuan itu tercapai, tidak menutup
kemungkin terjadi pemecahan di dalamnya. Dan, hal ini bisa saja terjadi dalam tubuh
NATO, seperti pada periode Perang Irak 2003. Tidak ada satupun negara NATO yang
dapat menyangkal bahwa Perang Irak membawa perpecahan pada dua negara anggota
NATO Perancis dan Amerika Serikat.87 Perpecahan ini, terkait cara pandangan
Eropa melalui Perancis dan Amerika Serikat dalam menyelesaikan konflik Irak yang
bahwa semakin tinggi tingkat pelembagaan, maka akan semakin sulit untuk
memecah aliansi. Dalam aliansi yang sangat birokrasi ada sekelompok aktor
yang secara struktural mempertahankan sebuah aliansi, dan NATO adalah
86 Loc. cit.
72
contoh yang baik. Sebagai dukungan utama, berasal dari mantan pejabat NATO,
intelektual pertahanan, perwira militer, wartawan dan analis kebijakan yang
kesemuanya telah membahas masalah yang dihadapi oleh kerjasama Euro-
Atlantik dan konflik. Selain itu, aliansi dalam sebuah organisasi yang sangat
dilembagakan mungkin memang memberikan kemampuan yang diperlukan,
yang akan berguna di masa depan. Terutama, dalam hal pembiayaan. NATO
dapat membangun fondasi kerjasamanya yang telah dimulai sejak Perang
Dingin, dan dorongan hubungan ini, dilanjutkan dalam sistem internasional
kontemporer. 88
Di sisi lain, Karl Deutsch89 berpendapat bahwa Ketika dua negara memiliki
nilai-nilai politik, sosial dan tujuan umum yang sama, maka aliansi mungkin lebih
mudah untuk bertahan, bahkan setelah alasan aslinya telah musnah. Dari pendapat di
atas, dapat diketahui bahwa sebuah aliansi akan tetap bertahan dan tetap kuat apabila
memiliki sebuah nilai politik dan tujuan yang sama dalam aliansi. Pembebasan rasa
egositis dan keinginan untuk mendominasi satu sama lain merupakan kunci mutlak
sebuah aliansi tetap bertahan. Namun, bertolak dari pendapat di atas, keberadaan
kedua negara mengakibatkan munculnya cara pandang baru kedua negara dalam
menilai NATO. Oleh karena itu, konflik kepentingan menjadi tidak terelakkan.
Dalam hal ini, Perancis dan Amerika Serikat memiliki cara pandang yang berbeda
dalam melihat masalah ini. Bagi Amerika Serikat, pencegahan nuklir harus terus
berlanjut, dan Amerika Serikat telah menanggapi ancaman dengan tidak hanya
89 Teuku May Rudy, 1993, Teori, Etika, dan Kebijakan Hubungan Internasional, Bandung: PT.
Angkasa, hal 37.
73
rudal yang dirancang untuk melindungi wilayah Amerika, penduduk Amerika, dan
Pemerintah Obama tentang pertahanan rudal NATO yang adaptif, Amerika Serikat
telah berkontribusi dalam membentuk arsitektur baru NATO. Fokus NATO, tidak
hanya pada penangkalan ancaman baru. NATO juga perlu membuat Rusia menjadi
mitra untuk mencegah proliferasi nuklir dan pertahanan rudal. Untuk itu, Amerika
pertahanan rudal yang mampu melindungi seluruh warga Eropa dan Rusia juga.
terhadap NATO. Amerika Serikat melihat, NATO tidak seharusnya terlibat dalam
kerjasama keamanan dengan negara-negara Uni Eropa. Namun, hari ini Amerika
Serikat tidak melihat Uni Eropa sebagai pesaing NATO, tetapi melihat Uni Eropa
sebagai mitra penting NATO. Amerika Serikat berharap, perjanjian Lisbon akan
berharap bisa bekerjasama dengan Uni Eropa dalam bidang pertahanan dan bisa
saling mendukung, juga dengan PBB dalam mengatasi tantangan keamanan. Untuk
itu, NATO harus mengidentifikasi ulang efektifitas senjata konvensional, nuklir, dan
kemampuan pertahanan rudal. NATO juga perlu strategi baru untuk merespon secara
90 Remarks at the NATO Strategic Concept Seminar, Op. cit., pukul 10.27 WIB.
74
pelaksanaan KTT NATO pada bulan Mei 2012 mendatang, dimana Presiden Obama
bahwa Amerika Serikat ingin menawarkan penilaian catatan selama dua tahun
terakhir atas tujuan tersebut. Dan, menyodorkan solusi bagi kelangsungan aliansi di
masa medatang. Dengan demikian, adalah suatu keharusan bagi Amerika Serikat
untuk tetap fokus pada prioritas pemerintah di Eropa. Untuk itu, ada tiga tujuan
Amerika Serikat bekerja dengan Eropa sebagai mitra dalam memenuhi tantangan
global. Pada setiap isu kepentingan global, kontribusi Eropa sangat penting untuk
tantangan nuklir Iran, dan situasi di Libya Eropa sangat diperlukan. Amerika Serikat
sangat kuat dalam hal legitimasi, sumber daya, dan ide, dan akan lebih baik lagi
ketika Eropa bergabung dalam agenda global. Kedua, Amerika Serikat masih bekerja
benua. Suatu keberhasilan yang luar biasa, bahwa Amerika Serikat dan Eropa bisa
Ketiga, Amerika Serikat telah berusaha mengatur hubungan dengan Rusia pada
91 The State Department's Role in NATO Deterrence and Defense Posture Review (DDPR) and
Future Arms Control, http://www.state.gov/t/us/176669.htm, diakses pada Jumat 20 Januari 2012
pukul 10.30 WIB.
75
perihal yang lebih konstruktif. Presiden Obama mengakui telah mewarisi situasi yang
sulit, dimana secara eksplisit kepentingan Amerika Serikat di NATO sedikti tidak
dapat diketahui secara pasti. Salah satu kepentingan Amerika Serikat di NATO ialah
luar NATO, tetapi tidak mengorbankan prinsip aliansi atau negara mitra.92
kerjasama dengan Eropa secara global, Amerika Serikat telah bekerja sama dengan
Eropa yang sebelumnya tidak pernah dilakukan dengan mitra Eropa di Afghanistan,
Iran pada pertahanan rudal, dan di Afrika Utara dan Timur Tengah. Secara khusus,
November 2009, Eropa menyumbang sekitar 7.000 tentara tambahan, lebih dari 100
tim pelatihan bagi tentara Afghanistan dan polisi, dan hampir $300 juta untuk dana
hampir 40.000 tentara di Afghanistan dan total kontribusi Eropa di Afghanistan sejak
dan pada saat yang sama mengadopsi sanksi berdasarkan keputusan Dewan
Keamanan PBB. Selanjutnya, menetapkan tindakan sanksi yang telah diadopsi oleh
92 Overview of U.S. Relations with Europe and Eurasia Testimony, Philip H. Gordon, Assistant
Secretary, Bureau of European and Eurasian Affairs, House Foreign Affairs Subcommittee on Europe
and Eurasia, Washington, DC, March 10, 2011, http://www.state.gov/p/eur/rls/rm/2011/158214.htm,
diakses pada Jumat 20 Januari 2012 pukul 11.45 WIB.
76
Uni Eropa. Langkah-langkah tambahan yang diambil oleh Uni Eropa mencakup
dan asuransi, transportasi, dan sektor gas dan minyak, selain larangan visa baru dan
pembekuan aset. Langkah-langkah ini telah menaikkan harga kegagalan Iran untuk
memenuhi kewajibannya dan NATO berharap bisa membawa negara tersebut kembali
Ketiga, pada Pertahanan Rudal, sekutu NATO sepakat sesuai dengan KTT
Lisbon pada November 2010, bahwa pertahanan Eropa tidak bisa lagi dicapai hanya
dengan tank atau bom. Sekarang, NATO perlu pertahanan baru untuk menangkal
ancaman baru, khusuya menangkal rudal balistik dari rezim berbahaya. Tujuan
rudal yang akan memberikan cakupan penuh dan perlindungan dari ancaman rudal
balistik untuk seluruh wilayah NATO dan Eropa, sesuai dengan jumlah populasi dan
kekuatan. Kemampuan ini akan menjadi ekspresi nyata dari misi utama pertahanan
pertahanan Eropa, yang dikenal sebagai Pendekatan Adaptif Eropa yang bertahap,
berharap, NATO bisa mendapatkan tambahan kontribusi sukarela dari sekutu lainnya.
Amerika Serikat tengah mencari cara lebih lanjut untuk bekerja sama dengan Rusia
pada pertahanan rudal, dengan cara apapun tanpa merugikan kemampuan NATO
ancaman rudal.
77
Keempat, di Afrika Utara dan Timur Tengah, Amerika Serikat berkonsultasi dan
bekerja sama erat dengan NATO, Uni Eropa dan negara-negara anggota, dan sekutu
Eropa lainnya sebagai situasi yang berkembang. Bekerja bersama dalam forum-forum
memberlakukan embargo senjata PBB di Libya dan untuk menangguhkan Libya dari
Dewan Hak Asasi Manusia. Amerika Serikat juga telah mengkoordinasikan sanksi
tambahan Libya melalui Uni Eropa dan negara anggotanya, dengan pengakuan bahwa
Eropa memiliki hubungan dan aset di Afrika Utara, dan bahwa persatuan akan lebih
efektif untuk meningkatkan tekanan pada rezim Qadhafi. Dalam jangka panjang,
Amerika Serikat akan bekerja sama dengan Eropa, Mesir, Tunisia, dan Libya untuk
Berbagai bentuk keterlibatan dan peran Amerika Serikat seperti yang telah
tetap berada dalam posisinya sebagai negara yang paling dominan di NATO. Namun,
hal ini tentu saja akan menjadi pertimbangan khusus bagi kebijakan internal Amerika
Serikat dan negara anggota NATO lainnya dalam menentukan kebijakan pertahanan
Perancis, posisi Amerika Serikat perlu diimbangi di NATO, dengan tujuan agar
NATO tetap bisa bergerak sesuai kepentingan negara-negara anggota NATO dan
78
sesuai dengan kepentingan negara-negara Eropa yang tergabung dalam aliansi.
Adapun, kebijakan NATO yang menjadi prioritas utama adalah terkait pelaksanaan
dana, dan personil pasukan perdamaian dari seluruh anggota NATO. Sebagai jalan
akhir, maka dalam setiap operasi NATO, keterlibatan tentara Perancis bersama
krusial bagi keanggotaan Perancis dan Amerika Serikat di NATO pasca Perang
Dingin. Kembalinya Perancis secara penuh dalam struktur integrasi militer NATO
merupakan sebuah langkah taktis bagi Perancis dalam usaha mengimbangi dominasi
Amerika Serikat di NATO dan juga di Eropa. Kembalinya Perancis ke dalam srtuktur
integrasi militer NATO sekaligus memberi legitimasi penuh kepada Perancis untuk
memimpin Eropa dalam memperkuat sistem pertahanan dan keamanan Eropa secara
menyeluruh.
tegas termuat dalam Buku Putih Konsep Pertahanan Perancis, dimana hal ini menjadi
salah satu kepentingan vital Perancis dalam membangun masa depan Pertahanan
Eropa yang lebih mandiri dan independen. Dasar dari konsep Pertahanan Perancis
seperti yang termuat dalam Undang-Undang Perancis 7 Januari 1959, meletakkan tiga
79
To defend Frances vital interests, which are defined by the President of the
Republic and include its peoples, its territory, and the fredom to exercise its
sovereignty; To work for European integration and stability in Europe; and to
implement a comprehenshive defence concept, which is not limited to military
concern.94
Point kedua konsep pertahanan Perancis to work for European integration and
Bagi Perancis, salah satu cara untuk memperkuat pencapaian kepentingan nasional
Perancis di NATO adalah dengan memperkuat posisinya di Eropa. Untuk itu, Perancis
berusaha to keep its place in the world, it will need to influence European
integration and the coming change in Europe. It is European choice stems from
bebas menentukan persyaratan keamanan dan untuk memilih sumber daya, Perancis
mengakui bahwa Aliansi Atlantik (NATO) adalah link penting antara Eropa dan
Amerika, bahkan untuk menjaga misi perdamaian dilakukan atas nama PBB atau
the United Stated and Europe and to put these capabilitie to work for peacekeeping
missions and crisis management.96 Oleh karena itu, untuk menjaga dan
Serikat harus mampu melihat dan memahami bentuk-bentuk kekuatan negara masing-
96 Loc. cit.
80
masing. Termasuk dalam hal ini adalah kekuatan seluruh komponen negara dan
komponen ini termasuk dalam golongan vital bagi suatu negara dalam membangun
Every nation should use a smart power as the full range of tools at our
disposal diplomatic, economic, military, political, legal and cultural, picking
the right tool or combination of tools for each situation. With smart power,
dilomacy will be the vanguard of our foreign policy.97
Perancis dalam dua posisi komando senior Aliansi: Allied Command Transformation
(salah satu dari dua komando tertinggi NATO, yang berbasis di Norfolk, Virginia) dan
Joint Command Lisbon (salah satu dari tiga markas operasi utama NATO, yang juga
termasuk Komando Pasukan Reaksi Cepat NATO).99 Ini adalah perkembangan yang
97 Olivier Poivre DArvor, Winter, 2010, The Smart Use of Soft Power, dalam MONDES; Les
Cahiers du Quai DOrsay, No. 2, hal 214.
98 The U.S. and U.K. Must Oppose French Plans to Weaken NATO, Nil Gardiner Ph.D. Direktur,
Sally McNamara, dan Erica Munkwitz: Analis Kebijakan Senior Eropa di The Margaret Thatcher
Center for Freedom di Heritage Foundation,http://www.heritage.org/research/reports/2009/02/the-us-
and-uk-must-oppose-french-plans-to-weaken-nato, diakses pada Jumat, tanggal 20 Januari 2012 Pukul
15.55 WIB
99 Command Accord Presages French Return to NATO, Ben Hall and James Blitz, dalam
Financial Times, http://www.ft.com/cms/s/0/fbc2122a-f323-11dd-abe6-0000779fd2ac.html, diakses
pada Jumat, tanggal 20 Januari 2012 pukul 09.44 WIB.
81
NATO dan proposal reformasi dan merupakan sebuah keputusan dan konsesi berisiko
Februari100, Wakil Presiden Joe Biden menyambut baik keputusan Perancis untuk
Termasuk peran untuk meningkatkan misi Uni Eropa dalam memelihara perdamaian
mendukung rencana Perancis untuk tentara Uni Eropa.101 Baik Amerika Serikat dan
tuntutan Perancis bagi masa depan NATO. Kongres AS harus melakukan pemeriksaan
dalam rangka untuk menyorot bahaya yang ditimbulkan kepentingan AS. Ini akan
arsitektur keamanan Eropa. Persetujuan seperti itu akan membawa Perancis menjadi
sebuah kekuatan yang luar biasa dan membawa pengaruh dalam tubuh NATO
100 Vice President Joseph R. Biden, speech at the 45th Munich Security Conference
ttp://www.securityconference.de/konferenzen/rede.php?
menu_2009=&menu_konferenzen=&sprache=en&id=238&, diakses pada Jumat, tanggal 20 Januari
2012 pukul 09.59 WIB.
101 John Hutton Backs European Army, Isabel Oakeshott, dalam The Sunday Times, October 26,
2008, http://www.timesonline.co.uk/tol/news/politics/article5014832.ece, diakses pada Jumat, tanggal
20 Januari 2012 pukul 09.59 WIB.
82
kekuatan dan pengaruh baik dari proporsi peran aktual militer Perancis dalam operasi
Washington dan London dan menuju benua Eropa, sementara membuka jalan bagi
pengembangan identitas pertahanan Uni Eropa yang terpisah yang semuanya akan
melemahkan NATO.
pertama pos komando dijamin untuk perwira senior Perancis dalam Aliansi, dan
kedua dukungan Amerika Serikat atas peningkatan identitas pertahanan Uni Eropa.102
menugaskan Buku Putih pada Pertahanan dan Keamanan Nasional Perancis, yang
dan Keamanan Nasional jelas menyatakan Keinginana kuat Eropa berdiri sebagai
prioritas semakin kuat. Membuat Uni Eropa sebagai pemain utama dalam manajemen
krisis dan keamanan internasional merupakan salah satu prinsip utama kebijakan
keamanan Perancis.103 Selain itu, Perancis ingin Eropa harus dilengkapi dengan
kemampuan militer dan sipil yang sesuai.104 Oleh karenyanya, redefinisi tanggung
jawab pembagian antara Amerika dan Eropa merupakan sebuah penolakan eksplisit
102 Debate Still Open on NATO Integration: French Defence Officials, Agence France-Presse,
September 25, 2007.
103 French White Paper on Defence and National Security, June 2008, Op. cit., Pukul 10.00 WIB.
83
gagasan bahwa Uni Eropa bertindak sebagai pelengkap sipil untuk NATO. Dan,
sebuah preferensi yang kuat untuk meningkatkan teknologi pertahanan Eropa. Bagi
dalam struktur integrasi militer Eropa. Hal ini menyajikan unsur-unsur utama dari
markas operasi permanen di Brussel, kedua pendanaan untuk setiap operasi militer
Umum Uni Eropa, dan ketiga, program pertukaran personil militer Eropa. 105 Ketiga
poin penting ini merupakan tambahan bagi kebijakan Perancis serperti yang tertuang
dalam Buku Putih Perancis, sekaligus sebagai pedoman dasar dalam pelaksanaan
Amerika dengan cara yang saling menguntungkan, dan Sarkozy pada gilirannya akan
mengklaim bahwa itu secara nyata menunjukkan komitmen Perancis untuk berdiri di
samping Amerika. Namun, Pemerintah Amerika Serikat harus mengkaji ulang apa
mengekstrak beberapa ratus tentara Perancis tambahan untuk Afghanistan timur dan
105 European HQ Heads Sarkozy Plan for Greater Military Integration, Ian Taylor and Patrick
Wintour, dalam The Guardian, June 7, 2008, http://www.guardian.co.uk/world/2008/jun/07/eu.france,
diakses pada Jumat, tanggal 20 Januari 2012 pukul 09.55 WIB.
84
menghasilkan dukungan kuat publik Perancis untuk misi Afghanistan. Tapi Presiden
militer di NATO, karena terbukti pada 2007 ketika 700 tambahan tentara Perancis
dikirim ke Afghanistan), tapi 10 tahun inisiatif program keamanan Uni Eropa telah
dan kemampuan militer. Tapi setelah 10 tahun, peningkatan tersebut belum terjadi
dan tidak tercermin dalam anggaran pertahanan yang diproyeksikan dari setiap
kekuatan besar Eropa. Karena Uni Eropa dan NATO beroperasi di wilayah yang sama
baik secara militer dan geografis, kompetisi untuk sumber daya akan menjadi ganas,
ditolak seperti tuntutan Perancis untuk berkomitmen dalam misi pertahanan Uni
pertahanan Eropa yang terpisah, tidak akan ada alasan untuk memaksa Eropa untuk
memilih NATO atas permintaan Uni Eropa di masa depan. Daripada benar-benar
Uni Eropa. Usulan Sarkozy sebagian besar bersifat politik, bukan militer. Dalam
prakteknya, Perancis sudah terlibat hampir di semua struktur dan operasi NATO,
106 French White Paper on Defence and National Security, June 2008, Op. cit., hal. 23.
85
termasuk semua badan politik dan juga NATO Response Force. Hal ini juga menjadi
tambahan bagi Washington, tapi memberikan momentum luar biasa bagi kepentingan
Perancis untuk otonomi Uni Eropa terkait kebijakan luar negeri dan pertahanan.
Ketika presiden Perancis berbicara tentang kebijakan luar negeri Eropa, ia lebih
sering menekankan pada kebijakan luar negeri Perancis. Sama, ketika Sarkozy
Sebagai contoh, pada Januari 2007 Uni Eropa mendirikan pusat operasi militer
di Brussels, yang kemudian pada tahun itu dilakukan latihan sembilan hari yang
melibatkan penyebaran virtual 2.000 tentara Eropa untuk menangani krisis di negara
operasi NATO.108 Pusat operasional ini tanpa diragukan lagi menjadi markas besar
komando militer Uni Eropa yang pada akhirnya akan bersaing dengan komando
NATO. Usulan Perancis untuk melakukan reformasi struktur pertahanan Eropa yang
independen akan dibangun di atas fondasi markas militer Uni Eropa yang baru ini.
Jika Amerika Serikat setuju atas rencana Perancis, maka hal itu merupakan sebuah
pembalikan pengaturan baru bagi keanggotaan Perancis dan menciptakan erosi yang
lebih lanjut bagi supremasi NATO di Eropa. Dengan demikian, jika Pemerintahan
Obama setuju untuk mendukung sebuah struktur pertahanan Uni Eropa yang
108 EU Says NATO Will Benefit from New European Military Center, Associated Press, dalam
International Herald Tribune, June 13, 2007, http://www.iht.com/articles/ap/2007/06/13/europe/EU-
GEN-EU-Military.php, diakses pada Jumat, tanggal 20 Januari 2012 pukul 09.56 WIB.
86
independen sebagai bagian dari rencana Perancis untuk bergabung kembali dengan
pemikiran strategis AS yang akan memiliki dampak lebih besar dan membawa efek
negatif pada masa depan aliansi. Ini akan menggeser keseimbangan politik kekuasaan
dalam NATO dari Washington dan London menuju pusat-pusat utama dari kekuasaan
dalam Uni Eropa: Paris, Berlin, dan Brussels. Termasuk mendorong negara-negara
Eropa untuk terfokus pada misi pertahanan Eropa, itu akan menumbuhkan budaya
ketergantungan yang lebih besar di dalam benua Eropa pada sumber daya NATO.
Pergeseran itu juga akan menyebabkan duplikasi struktur komando NATO tanpa
penggandaan tenaga kerja atau material. Sangat penting bahwa baik AS dan Inggris
menolak usulan Perancis yang didasarkan pada dukungan Amerika dan Inggris untuk
sebuah organisasi pertahanan Eropa yang independen. Paris harus disambut kembali
ke klub pimpinan NATO hanya pada istilah yang diterima semua anggota NATO.
Eropa mampu memperkuat misi NATO secara luas. Sehingga, mendorong peran
militer yang lebih besar bagi Uni Eropa hanya akan membuat tugas NATO lebih
rumit. NATO telah menjadi organisasi multilateral pasca-perang yang paling sukses,
dan oleh karena itu sistem pertahanan dan aliansi keamanan yang independen di
pertahanan Uni Eropa yang terpisah, yaitu sebuah pesaing bagi NATO menyedot
sumber daya berharga NATO. Dan oleh karena itu, tidak dapat diterima dan harus
ditolak dengan tegas oleh Amerika Serikat. Sedangkan, bagi Perancis, untuk
mewujudkan hal ini, maka strategi Perancis salah satunya ialah dengan jalan
87
memperkuat sistem pertahanan Eropa melalui peninggkatan postur militer uni Eropa
di Eropa. Termasuk dalam hal ini adalah keberhasilan Perancis dalam memasukkan
perwira Perancis dalam dua posisi Komando Senior Aliansi, yaitu Allied Command
Transformation (ACT): satu dari dua komando tertinggi NATO yang berbasis di
Norfolk, Virginia dan Joint Command Lisabon (JCL): satu dari tiga markas operasi
utama NATO, juga termauk Komando Pasukan Reaksi Cepat NATO. Proses ini telah
NATO. Dengan demikian, cita-cita Eropa seperti yang tertulis dalam Buku Putih
BAB V
A. Kesimpulan
1. Buku Putih Perancis yang dirilis pada Juni 2008 menegaskan bahwa
antara Perancis dan Amerika Serikat di NATO. Oleh karena itu, Perancis
terfokus untuk membangun Sistem Pertahanan Eropa yang lebih kuat, berdiri
88
sebagai negara superpower atas NATO di Eropa. Hal ini bertujuan menjaga
aliansi tetap relevan, tidak punah, dan mampu bertahan terhadap berbagai
jenis ancaman baru abad 21. Pada akhirnya, persiteruan ini mempertajam
rivalitas antara Perancis dan Amerika Serikat yang dapat dijelaskan dalam
hanya pada istilah yang dapat diterima semua anggota NATO. Masuknya
NATO. Hal ini menjadi konsesi berisiko bagi kepentingan Amerika Serikat
89
di NATO, menyediakan Perancis dengan pengaruh besar yang pada akhirnya
B. Saran-Saran
1. Hendaknya Perancis di bawah pemerintahan Nicholas Sarkozy terus
90
memperjelas pembagian peran dalam setiap pelaksanaan misi operasi NATO,
3. Perlunya kajian mendalam tentang NATO terkait konsep Eropa I dan II. Hal
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Augustin, Sankt (2007). Konrad Adenauer and the European Integration. Berlin:
Konrad Adenauer Fundation.
Bakry, Umar Suryadi (1999). Pengantar Hubungan Internasional. Jakarta: Jayabaya
University Press.
Banyu, A. A., & Yani, Y. M. (2005). Pengantar Ilmu Hubungan Internasional.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Coplin, William D. (1992). Pengantar Politik Internasional: Suatu Telaah Teoritis.
Bandung: CV Sinar Baru.
91
Griffiths, Martin dan OCallaghan, Terry (2002). International Relations: The Key
Concepts. London: Routledge.
Rudy, T May (2002). Studi Strategis dalam Transformasi Sistem Internasional Pasca
Perang Dingin. Bandung: PT. Refika Aditama.
Sarkesian, Sam C., Williams, John Alens and Cimbala, Stephen J. (2008). US
National Security: Policymakers, Processes, and Politics. Unites States of
America: Lynne Riener Publishers, Inc.
92
Theodore A. Columbis dan James H. Wolfe (1990). Pengantar Hubungan
Internasional: Keadilan dan Power. Bandung: Abardin.
Yusuf, Sufri (1989). Hubungan Internasional & Politik Luar Negeri. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan.
Ziring, Laurence., Plano, Jack C., Olton, Roy (1995). International Relation: A
Political Dictionary. California: ABC-CLIO, Inc.
Dokumen
Jurnal
DArvor, Olivier Poivre (Winter, 2010). The Smart Use of Soft Power, dalam
MONDES; Les Cahiers du Quai DOrsay, No. 2.
Mariani, Renato (2004). Book Review: Frank Schimmelfennig, The EU, NATO and
the Integration of Europe: Rules and Rhetoric, dalam Journal of International
Studies, Vol. 33.
Presse, Agence France (25 September 2007). Debate Still Open on NATO
Integration, dalam French Defence Officials.
93
Spero, Joshua B. (2005). Resensi Buku: Schimmelfennig Frank, Uni Eropa, NATO
dan Integrasi Eropa dan Retorika Aturan, dalam Review Slavia.
Internet
European HQ Heads Sarkozy Plan for Greater Military Integration, The Guardian,
June 7, 2008, http://www.guardian.co.uk/world/2008/jun/07/eu.france, diakses
pada hari Jumat, tanggal 20 Januari 2012 pukul 09.55 WIB.
EU Says NATO Will Benefit from New European Military Center, International
Herald Tribune, June 13, 2007,
http://www.iht.com/articles/ap/2007/06/13/europe/EU-GEN-EU-Military.php. diakses
pada hari Jumat, tanggal 20 Januari 2012 pukul 09.56 WIB.
John Hutton Backs European Army, The Sunday Times, October 26, 2008,
http://www.timesonline.co.uk/tol/news/politics/article5014832.ece diakses pada
hari Jumat, tanggal 20 Januari 2012 pukul 09.59 WIB.
Overview of U.S. Relations with Europe and Eurasia Testimony, Philip H. Gordon,
Assistant Secretary, Bureau of European and Eurasian Affairs, House Foreign
Affairs Subcommittee on Europe and Eurasia, Washington, DC, March 10,
2011, http://www.state.gov/p/eur/rls/rm/2011/158214.htm, diakses pada hari
Jumat 20 Januari 2012 pukul 11.45 WIB.
94
http://www.voanews.com/indonesian/news/a-32-2009-03-21-voa8-
85126987.html, diakses pada hari Selasa, tanggal 8 November 2011 pukul
22.35 WITA.
The State Department's Role in NATO Deterrence and Defense Posture Review
(DDPR) and Future Arms Control, http://www.state.gov/t/us/176669.htm,
diakses pada hari Jumat 20 Januari 2012 pukul 10.30 WIB.
The U.S. and U.K. Must Oppose French Plans to Weaken NATO, Nil Gardiner
Ph.D. Direktur, Sally McNamara, dan Erica Munkwitz (Analis Kebijakan
Senior Eropa di The Margaret Thatcher Center for Freedom di Heritage
Foundation), http://www.heritage.org/research/reports/2009/02/the-us-and-uk-
must-oppose-french-plans-to-weaken-nato, diakses pada hari Jumat, tanggal 20
Januari 2012 Pukul 15.55 WIB
Vice President Joseph R. Biden, speech at the 45th Munich Security Conference,
http://www.securityconference.de/konferenzen/rede.php?
menu_2009=&menu_konferenzen=&sprache=en&id=238&, diakses pada hari
Jumat, tanggal 20 Januari 2012 pukul 09.59 WIB.
95
LAMPIRAN
96
The North Atlantic Treaty
Washington D.C. - 4 April 1949
The Parties to this Treaty reaffirm their faith in the purposes and principles of the
Charter of the United Nations and their desire to live in peace with all peoples and
all governments. They are determined to safeguard the freedom, common heritage
and civilisation of their peoples, founded on the principles of democracy, individual
liberty and the rule of law. They seek to promote stability and well-being in the North
Atlantic area. They are resolved to unite their efforts for collective defence and for
the preservation of peace and security. They therefore agree to this North Atlantic
Treaty:
Article 1
The Parties undertake, as set forth in the Charter of the United Nations, to settle any
international dispute in which they may be involved by peaceful means in such a
manner that international peace and security and justice are not endangered, and to
refrain in their international relations from the threat or use of force in any manner
inconsistent with the purposes of the United Nations.
Article 2
The Parties will contribute toward the further development of peaceful and friendly
international relations by strengthening their free institutions, by bringing about a
better understanding of the principles upon which these institutions are founded, and
by promoting conditions of stability and well-being. They will seek to eliminate
97
conflict in their international economic policies and will encourage economic
collaboration between any or all of them.
Article 3
In order more effectively to achieve the objectives of this Treaty, the Parties,
separately and jointly, by means of continuous and effective self-help and mutual aid,
will maintain and develop their individual and collective capacity to resist armed
attack.
Article 4
The Parties will consult together whenever, in the opinion of any of them, the
territorial integrity, political independence or security of any of the Parties is
threatened.
Article 5
The Parties agree that an armed attack against one or more of them in Europe or
North America shall be considered an attack against them all and consequently they
agree that, if such an armed attack occurs, each of them, in exercise of the right of
individual or collective self-defence recognised by Article 51 of the Charter of the
United Nations, will assist the Party or Parties so attacked by taking forthwith,
individually and in concert with the other Parties, such action as it deems necessary,
including the use of armed force, to restore and maintain the security of the North
Atlantic area.
Any such armed attack and all measures taken as a result thereof shall immediately be
reported to the Security Council. Such measures shall be terminated when the
Security Council has taken the measures necessary to restore and maintain
international peace and security.
Article 6109
For the purpose of Article 5, an armed attack on one or more of the Parties is deemed
to include an armed attack: on the territory of any of the Parties in Europe or North
America, on the Algerian Departments of France110, on the territory of or on the
Islands under the jurisdiction of any of the Parties in the North Atlantic area north of
the Tropic of Cancer; on the forces, vessels, or aircraft of any of the Parties, when in
or over these territories or any other area in Europe in which occupation forces of any
of the Parties were stationed on the date when the Treaty entered into force or the
Mediterranean Sea or the North Atlantic area north of the Tropic of Cancer.
Article 7
This Treaty does not affect, and shall not be interpreted as affecting in any way the
rights and obligations under the Charter of the Parties which are members of the
109 The definition of the territories to which Article 5 applies was revised by article 2 of the Protocol
to the North Atlantic Treaty on the accession of Greece and Turkey signed on 22 October 1951.
110 On January 16, 1963, the North Atlantic Council noted that insofar as the former Algerian
Departments of France were concerned, the relevant clauses of this Treaty had become inapplicable as
from July 3, 1962.
98
United Nations, or the primary responsibility of the Security Council for the
maintenance of international peace and security.
Article 8
Each Party declares that none of the international engagements now in force between
it and any other of the Parties or any third State is in conflict with the provisions of
this Treaty, and undertakes not to enter into any international engagement in conflict
with this Treaty.
Article 9
The Parties hereby establish a Council, on which each of them shall be represented, to
consider matters concerning the implementation of this Treaty. The Council shall be
so organised as to be able to meet promptly at any time. The Council shall set up such
subsidiary bodies as may be necessary; in particular it shall establish immediately a
defence committee which shall recommend measures for the implementation of
Articles 3 and 5.
Article 10
The Parties may, by unanimous agreement, invite any other European State in a
position to further the principles of this Treaty and to contribute to the security of the
North Atlantic area to accede to this Treaty. Any State so invited may become a Party
to the Treaty by depositing its instrument of accession with the Government of the
United States of America. The Government of the United States of America will
inform each of the Parties of the deposit of each such instrument of accession.
Article 11
This Treaty shall be ratified and its provisions carried out by the Parties in accordance
with their respective constitutional processes. The instruments of ratification shall be
deposited as soon as possible with the Government of the United States of America,
which will notify all the other signatories of each deposit. The Treaty shall enter into
force between the States which have ratified it as soon as the ratifications of the
majority of the signatories, including the ratifications of Belgium, Canada, France,
Luxembourg, the Netherlands, the United Kingdom and the United States, have been
deposited and shall come into effect with respect to other States on the date of the
deposit of their ratifications.111
Article 12
After the Treaty has been in force for ten years, or at any time thereafter, the Parties
shall, if any of them so requests, consult together for the purpose of reviewing the
Treaty, having regard for the factors then affecting peace and security in the North
Atlantic area, including the development of universal as well as regional
arrangements under the Charter of the United Nations for the maintenance of
international peace and security.
Article 13
111 The Treaty came into force on 24 August 1949, after the deposition of the ratifications of all
signatory states.
99
After the Treaty has been in force for twenty years, any Party may cease to be a Party
one year after its notice of denunciation has been given to the Government of the
United States of America, which will inform the Governments of the other Parties of
the deposit of each notice of denunciation.
Article 14
This Treaty, of which the English and French texts are equally authentic, shall be
deposited in the archives of the Government of the United States of America. Duly
certified copies will be transmitted by that Government to the Governments of other
signatories.
100